PROPOSAL
KHAREISMAN RAMADHAN
210501164
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmatdan karunia-Nya yang berupa kesehatan sehingga penulis mampu
menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Analisis Framing Konflik
Hamas Dan Israel Di Media Online CNN Dan BBC”. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para
sahabat, dan para pengikut yang masih setia mengikuti sunnahnya.
Penulis sangat menyadari bahwa segala upaya yang penulis lakukan dalam
penyelesaian proposal skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan hingga penyelesaian proposal skripsi
ini. Maka dari itu, dengan rasa hormat penulis menghaturkan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya. penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh
dari kesempurnaan, dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN DEPAN……………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................9
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................9
1.4. Manfaat penelitian.....................................................................................9
1.4.1. Manfaat Teoritis.................................................................................9
1.4.2. Manfaat Praktis..................................................................................9
1.5. Sistematika Penulisan..............................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................11
2.1. Makna Nilai................................................................................................11
2.2 Nasionalisme................................................................................................11
2.2.1 Sejarah Nasionalisme.............................................................................12
2.2.2 Fungsi Nasionalisme..............................................................................13
2.3 Pengertian Film............................................................................................13
2.3.1 Sejarah Perkembangan film...................................................................14
2.3.2 Sejarah Perkembangan Film di Indonesia.............................................17
2.3.3 Jenis-Jenis Film.....................................................................................22
2.3.4 Genre Film............................................................................................23
2.3.5 Struktur Film..........................................................................................24
2.4 Film cahaya dari timur................................................................................24
2.4.1 Profil Film..............................................................................................26
2.5 Maluku..........................................................................................................28
2.5.1 Konflik Maluku.....................................................................................28
2.6 Film Sebagai Media Komunikasi Massa......................................................33
2.7 Teori Semiotika............................................................................................33
2.8 Penelitian Terdahulu.....................................................................................35
2.9 Kerangka Pemikiran.....................................................................................39
BAB III METODELOGI PENELITIAN..........................................................41
iii
3.1 Metode Penelitian.........................................................................................41
3.2 Jenis Penelitian.............................................................................................42
3.3 Waktu Penelitian..........................................................................................43
3.4 Subjek Dan Objek Penelitian.......................................................................44
3.4.1 Subjek Penelitian...................................................................................44
3.4.2 Objek Penelitian.....................................................................................44
3.5 Metode Pemilihan Responden......................................................................45
3.6 Metode Pengumpulan Data..........................................................................46
3.6.1 Wawancara............................................................................................46
3.6.2 Dokumentasi..........................................................................................47
3.7 Analisis Data................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Film seringkali menjadi bahan kajian yang menarik untuk diteliti dengan
ragam genre yang ada sehingga penikmatnya tidak pernah bosan dalam
menyaksikan film-film yang tayang di bioskop ataupun di layar televisi. Selain
sebagai hiburan juga senantiasa mendapatkan informasi baru yang dihadirkan
dalam setiap adegan yang diperankan oleh para aktor dalam film. Film merupakan
alat komunikasi yang mampu dan mempunyai kekuatan untuk menjangkau
banyak segmen sosial yang membuat para ahli film atau parasineas memiliki
potensi untuk mempengaruhi juga merupakan salah satu sarana yang digunakan
untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebutuhan manusia, serta serta
menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya
kepada masyarakat umum (Rosen et al., 2015).
Beragam media komunikasi baik visual dan audio visual pun hadir di
masyarakat. Hal ini menjadi kebutuhan mendasar bagi manusia. Apalagi inovasi
yang terus muncul dalam media komunikasi menjadi lebih canggih dan
sebelumnya. Dapat dimanfaatkan oleh umat Islam sebagai media berdakwah dan
peningkatan iman dan taqwa. Karenanya media juga dapat digunakan sebagai
sarana penyampaian pesan moral yang baik terkandung dalam Islam yang
diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, prediksi dakwah dituntut untuk selalu
1
berinovasi melalui media komunikasi dalam penyampaian pesan moral dan nilai-
nilai luhur Islam kepada masyarakat (Saputra, 2021).
2
2
Dasar dari nasionalisme juga telah diatur dalam Islam, karena segala
sesuatu yang berkaitan dengan tatanan kehidupan manusia sudah diatur
sedemikian rupa, Islam telah memberikan intisari dari nasionalisme yaitu rasa
kecintaan warga negara terhadap tanah air. Konsep mengenai nasionalisme
banyak tertulis dalam pedoman utama umat Islam baik itu yang berasal dari ayat-
ayat Al-Qur’an maupun Hadis Nabi Saw. Al-Qur'an dan Hadis sebagai sumber
utama ajaran Islam mungkin tidak menyebutkan dengan jelas dan rinci mengenai
pentingnya nasionalisme, akan tetapi secara implisit para ulama melalui
interpretasinya terhadap beberapa ayat dan hadis mengatakan bahwa nasionalisme
dianjurkan oleh Islam. Sebagai upaya untuk menolak anggapan dari sebagian
ormas Islam yang berpendapat bahwa tidak ada dalil yang menjadi landasan untuk
membahas dan mengaturnya (“Nasionalisme Film King,” 2557).
karya filmnya kali ini, Angga sutradara “Cahaya dari Timur (Beta Maluku)”
memberikan sebuah judul satu titik simbol yang menandakan semangat
nasionalisme yang tinggi berasal dari maluku yaitu “Cahaya dari Timur (Beta
Maluku)”ini meninggalkan kesan yang meluas dalam menyimpulkan, yang
berkesan positif dari keseluruhan cerita dalam apa yang ingin di sampaikan.
Berawal dari timbulnya rasa bahwa telah terjadi degradasi atau pengikisan jiwa
yang berakibat mulai lunturnya semangat jiwa nasionalisme di antara sesama
bangsa Indonesia, maka dari situlah kisah ini berawal (Fernandes, 2014).
Diangkat dari kisah nyata, Film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku sejak awal
mengambil pilihan untuk menghadirkan gambaran kondisi yang sebenarnya
berdasarkan cerita. Pendekatan sosial budaya dan akurasi fakta menjadi elemen
penting dalam pengerjaan film ini (Sebuah et al., 2020).
Salah satu kelebihan yang dimiliki film, baik yang ditayangkan lewat
tabung televisi maupun layar perak, film mampu menampilkan realitas kedua (the
Second reality) dari kehidupan manuisa. Kisah-kisah yang ditayangkan bisa lebih
bagus dari kondisi nyata sehari-hari atau sebaliknya bisa lebih buruk. (Studi et al.,
2008).
Kasus konflik Islam dan Kristen di Ambon sebenarnya tidak lepas dari
rancang bangun skenario tersebut dimana rivalitas dalam perebutan jabatan publik
kemudian tereskalasi menjadi konflik agama. Puncak konflik Maluku sendiri
terjadi dalam kurun waktu 1999-2002 yang dimulai dari peristiwa Maluku
Berdarah pada 19 Januari 1999 yang memakan banyak korban. Konflik sendiri
sudah diselesaikan melalui Perjanjian Malino I dan II pada 2002- 2003 yang
diwakili tokoh-tokoh masyarakat baik Islam maupun Kristen. Namun demikian
yang menjadi kekhasan dalam resolusi penyelesaian konflik anarkisme agama di
Maluku adalah representasi maupun revitalisasi kearifan lokal berupa pela
8
Untuk sebuah karya filmnya kali ini, Angga sutradara “Cahaya dari Timur
(Beta Maluku)” memberikan sebuah judul satu titik simbol yang menandakan
semangat nasionalisme yang tinggi berasal dari maluku yaitu “Cahaya dari Timur
(Beta Maluku)”ini meninggalkan kesan yang meluas dalam menyimpulkan, yang
berkesan positif dari keseluruhan cerita dalam apa yang ingin di sampaikan.
Berawal dari timbulnya rasa bahwa telah terjadi degradasi atau pengikisan jiwa
yang berakibat mulai lunturnya semangat jiwa nasionalisme di antara sesama
bangsa Indonesia, maka dari situlah kisah ini berawal. Berangkat dari latar
belakang di atas, penulis melakukan penelitian lebih ( studi dakwah Islam, 2016).
Dalam Film ‘Cahaya Dari Timur (Beta Maluku)’ Karya Angga Dwimas
Sasongko”.
11
12
2.2 Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan yang
tertinggi harus diserahkan pada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam
12
dalam suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan
tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di
sepanjang sejarah dengan kekuatan-kekuatan yang berbeda-beda.(Penanaman
Nasionalisme, 2010).
Dan Nasionalisme adalah sebuah kata yang tidak asing lagi terdengar di
telinga kita, karena pada dasarnya nasionalisme sudah ada sebelum Indonesia
merdeka. Beberapa studi kasus tentang nasionalisme sudah sering terjadi, sebagai
contoh di Skotlandia. Skotlandia adalah negara yang telah berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Inggris selama 300 tahun lamanya telah menguasai
Skotlandia. Kini Skotlandia telah bebas dan merdeka. Kemerdekaan dapat terjadi
13
Kamera obscura (fenomena alam yang mungkin telah digunakan sebagai alat
bantu seni sejak zaman prasejarah)
Wayang kulit (mungkin berasal sekitar 200 SM di Asia Tengah, India,
Indonesia atau Cina)
Lampu sorot (dikembangkan pada 1650-an, didahului oleh beberapa proyektor
insidental)
Perangkat animasi stroboskopik (fenakistoskop sejak 1833, zoetrope sejak
1866, flip book sejak 1868)
Periode 1878-1990
namun dunia internasional mengakui bahwa peristiwa di Grand Cafe inilah yang
menandai lahirnya film pertama di dunia.(A. Semiotika et al., n.d.)
York pada 23 April 1896. Dan meskipun Max dan Emil Skladanowsky muncul
lebih dulu di Berlin pada 1 November 1895, namun pertunjukan Lumiere
bersaudara inilah yang diakui kalangan internasional. Kemudian film dan bioskop
ini terselenggara pula di Inggris (Februari 1896), Uni Sovyet (Mei 1896), Jepang
(1896-1897), Korea (1903) dan di Italia (1905)
Film kita tidak hanya dapat dinikmati di televisi, bioskop, namun juga
dengan kehadiran VCD dan DVD, film dapat dinikmati pula di rumah dengan
kualitas gambar yang baik, tata suara yang ditata rapi, yang diistilahkan dengan
home theater. Dengan perkembangan internet, film juga dapat disaksikan lewat
jaringan superhighway ini.
Hampir sama dengan industri musik dan rekaman, pelanggaran hak atas
kekayaan intelektual juga menghantui industri perfilman. Meski dalam setiap film
produksi AS terhadap peringatan dari FBI, namun pembajakan film tetap saja
tidak bisa diremehkan begitu saja.
Di awal millenium baru ini tampaknya mulai ada gairah baru dalam
industri film Indonesia. Karya-karya sineas seperti Garin Nugroho, Riri Reza,
Rizal Mantovani, Jose Purnomo dan beberapa sineas lainnya seperti memberikan
semangat baru pada industri film Indonesia. Kenyataan ini cukup memberi
harapan, karena selain terjadi disaat bersamaan dengan bangkitnya film-film dari
dunia ketiga, tak terasa bahwa industri perfilman sesungguhnya sudah seratus
tahun dikenal di Indonesia.
Di Indonesia, film pertamakali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di
Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep”. Pertunjukkan film
pertama digelar di Tanah Abang. Film adalah sebuah film dokumenter yang
menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Pertunjukan
pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu mahal.
Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk
merangsang minat penonton.
Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1905 yang
diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa
Melayu. Film cerita impor ini cukup laku di Indonesia. Jumlah penonton dan
bioskop pun meningkat. Daya tarik tontonan baru ini ternyata mengagumkan.
20
Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926. Sebuah film cerita yang
masih bisu. Agak terlambat memang. Karena pada tahun tersebut, di belahan
dunia yang lain, film-film bersuara sudah mulai diproduksi.
Film cerita lokal pertama yang berjudul Loetoeng Kasaroeng ini
diproduksi oleh NV Java Film Company. Film lokal berikutnya adalah Eulis Atjih
yang diproduksi oleh perusahaan yang sama. Setelah film kedua ini diproduksi,
kemudian muncul perusahaan-perusahaan film lainnya seperti Halimun Film
Bandung yang membuat Lily van Java dan Central Java Film Coy (Semarang)
yang memproduksi Setangan Berlumur Darah.
Industri film lokal sendiri baru bisa membuat film bersuara pada tahun
1931. Film ini diproduksi oleh Tans Film Company bekerjasama dengan Kruegers
Film Bedrif di Bandung dengan judul Atma de Vischer. Selama kurun waktu itu
(1926-1931) sebanyak 21 judul film (bisu dan bersuara) diproduksi. Jumlah
bioskop meningkat dengan pesat. Filmrueve (majalah film pada masa itu) pada
tahun 1936 mencatat adanya 227 bioskop.
Untuk lebih mempopulerkan film Indonesia, Djamaludin Malik
mendorong adanya Festival Film Indonesia (FFI) I pada tanggal 30 Maret-5 April
1955, setelah sebelumnya pada 30 Agustus 1954 terbentuk PPFI (Persatuan
Perusahaan Film Indonesia). Film Jam Malam karya Usmar Ismail tampil sebagai
film terbaik dalam festival ini. Film ini sekaligus terpilih mewakili Indonesia
dalam Festival Film Asia II di Singapura. Film ini dianggap karya terbaik Usmar
Ismail. Sebuah film yang menyampaikan kritik sosial yang sangat tajam mengenai
para bekas pejuang setelah kemerdekaan.
Di tahun ‘80-an, produksi film lokal meningkat. Dari 604 di tahun ‘70-an
menjadi 721 judul film. Jumlah aktor dan aktris pun meningkat pesat. Begitu pula
penonton yang mendatangi bioskop. Tema-tema komedi, seks, seks horor dan
musik mendominasi produksi film di tahun-tahun tsb. Sejumlah film dan bintang
film mencatat sukses besar dalam meraih penonton. Warkop dan H. Rhoma Irama
adalah dua nama yang selalu ditunggu oleh penonton. Film Catatan Si Boy dan
Lupus bahkan dibuat beberapa kali karena sukses meraih untung dari jumlah
penonton yang mencapai rekor tersendiri. Tapi yang paling monumental dalam
hal jumlah penonton adalah film Pengkhianatan G-30S/PKI yang penontonnya
21
(meskipun ada campur tangan pemerintah Orde Baru) sebanyak 699.282, masih
sangat sulit untuk di tandingi oleh film-film lokal lainnya.
Hal lain yang juga tak bisa dipungkiri turut berperan dalam terpuruknya
film nasional ini adalah impor dan distribusi film yang diserahkan kepada pihak
swasta. Bioskop 21 bahkan hanya memutar film-film produksi Hollywood saja,
tidak mau memutar film-film lokal. Akibatnya, di akhir tahun ‘80-an, kondisi film
nasional semakin parah dengan hadirnya stasiun-stasiun televisi swasta yang
menghadirkan film-film impor dan sinema elektronik serta telenovela.
yang baik. Sehingga film-film ini hanya bisa dilihat secara terbatas dan di ajang
festival saja.
Kini, film Indonesia telah mulai berderak kembali. Beberapa film bahkan
booming dengan jumlah penonton yang sangat banyak. Sebut saja, Ada apa
dengan Cinta, yang membangkitkan kembali industri film Indonesia. Beberapa
film lain yang laris manis dan menggiring penonton ke bioskop seperti
Petualangan Sherina, Jelangkung, Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih,
Laskar Pelangi maupun Naga Bonar Jadi 2. Genre film juga kian variatif, meski
tema-tema yang diusung terkadang latah, jika sedang ramai horor, banyak yang
mengambil tema horor, begitu juga dengan tema-tema remaja/anak sekolah.
Film cerita merupakan film yang dibuat atau diproduksi berdasarkan cerita
yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Kebanyakan atau pada
umumnya film cerita bersifat komersial. Pengertian komersial diartikan bahwa
film dipertontonkan di bioskop dengan harga karcis tertentu. Artinya, untuk
menonton film itu di gedung bioskop, penonton harus membeli karcis terlebih
dulu. Demikian pula bila ditayangkan di televisi, penayangannya didukung
dengan sponsor iklan tertentu pula.(Film, n.d.).
Tema ini lebih menekankan pada sisi human interest yang bertujuan
mengajak penonton ikut merasakan kejadian yang dialami tokohnya, sehingga
penonton merasa seakan-akan berada di dalam film tersebut. Tidak jarang
penonton yang merasakan sedih, senang, kecewa, bahkan ikut marah.
(Komunikasi, 2017)
B.Action
C. Komedi
D.Tragedi
24
E.Horor
B. Scene
C. Sequence
“Cahaya dari Timur: Beta Maluku” adalah film yang disutradarai oleh
Angga Dwimas Sasongko dan skenario filmnya digarap oleh Swastika Nohara, M.
Irfan Ramly, dan Angga Dwimas Sasongko. Film ini diproduseri oleh Glenn
Fredly dan Angga Dwimas Sasongko di bawah naungan Visinema Pictures.
Pemain film ini antara lain: Chicco Jericho, Shafira Umm, Jajang C. Noer, dan
Glenn Fredly dan para pemain asli orang Maluku yang di pilih melalui casting.
Film ini berdurasi 150 menit (Wikipedia, 2014). Pada FFI (Festival Film
Indonesia) tahun 2014, film ini meraih penghargaan Piala Citra sebagai film
terbaik dan pemeran utama pria terbaik (Kusmiyati, 2015) dan menyabet tujuh
penghargaan sekaligus di Piala Maya tahun 2014 (Ezra, 2014). Ini membuktikan
secara kualitas bahwa film “Cahaya dari Timur: Beta Maluku” mempunyai
pengaruh yang tinggi terhadap penonton.
Produser :
1. Glenn Fredly
Penulis Naskah :
1. Swastika Nohara
2. M. Irfan Ramly
Produser Pandamping :
1. M. Irfan Ramly
2. Ikhsan Tualeka
28
3. Nurita Anandi
Sound Departemen :
1. Antan Juliansyah
2. Raiyan Laksamana
3. Naufal Al Rasyid
4. Busi Sotyawan
2.5 Maluku
Maluku adalah sebuah provinsi yang meliputi bagian selatan Kepulauan
Maluku, Indonesia. Provinsi ini berbatasan dengan Laut Seram di Utara, Samudra
Hindia dan Laut Arafura di Selatan, Papua di Timur, dan Sulawesi di Barat Ibu
kota dan kota terbesarnya ialah kota Ambon. Provinsi Maluku berada di urutan
29
ke-28 provinsi menurut jumlah penduduk di Indonesia, di mana pada tahun 2020,
populasi provinsi Maluku berjumlah 1.848.923 jiwa.
Pada Rezim Orde baru, Maluku merupakan salah satu wilayah yang
kurang diperhatikan sehingga terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi. Setelah
Orde Baru, Baharudin Jusuf Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati
Soekarno Putri, Maluku dan Maluku Utara menjadi fokus pemerintah Indonesia
diantaranya masalah kepentingan elit lokal, konfli etnis dan agama. Konflik yang
dimulai sejak 1999 mengejutkan banyak pihak baik di tingkat lokal, nasional
maupun internasional. Konflik pecah mulai dari antar etnis kemudian berkembang
menjadi konflik agama Islam dan Kristen. Awalnya kepulauan ini merupakan
daerah aman yang dikat dengan sistem adat budaya seperti Pela Gandong di
Ambon dan adat se atorang di Maluku Utara— Maluku Kie Raha yang merupakan
empat negara tradisional antara lain Bacan, Jailolo, Tidore dan Ternate, tidak lagi
berfungsi sebagai kekuatan di masa itu.
30
Insiden awal dari pertikaian yang terjadi bukan tidak pernah terjadi
sebelumnya. Orang-orang Ambon setempat ingat soal meletusnya kekerasan yang
kerap terjadi antara penduduk Kristen Mardika dan Batu Merah yang sebagian
besar Muslim (Bertrand, 2012: 201). Pertikaian yang terjadi antara sopir angkot
31
yang beragama Kristen dengan seorang pemuda keturuanan Bugis yang beragama
Islam di Batu Merah berkembang menjadi konflik Agama (Islam dan Kristen.
Informasi mengenai konflik tersebut berbeda-beda. Menurut The Human Rigt
Watch Report, March 1999 (Trijono, 2001: 39-40) bahwa terdapat dua versi
penyebab konflik Maluku 1999, antara lain, pertama versi Tim Pengacara Gereja
yang dianut oleh kebanyakan warga komunitas Kristen dan kedua versi Tim
Pencari Fakta Muslim Ambon.
Sedangkan versi kedua adalah versi Tim Pencari Fakta Muslim Ambon,
mengatakan bahwa konflik 1999 diawali: “Seorang Pemuda Muslim dari Batu
32
Pada hari pertama itu seluruh pusat ekonomi (kebanyakan Cina) di Jalan
A.J. Patty dibakar habis sehingga para pengusaha Cina eksodus dari Ambon.
Wilayah Kristen dan wilayah Islam. Kota Ambon terbagi dua: wilayah Kristen
dan wilayah Islam. Konflik juga melanda pulau Seram. Pada tanggal 18 dan19
Agustus sejumlah negeri Islam menyerang negeri Piru yang sebagian besar
berpenghuni Kristen. Konflik itu berulang kembali tanggal 2 Desember.
Menyusul konflik di Kairatu (Seram Barat) pada tanggal 19 September (Leirissa,
2001: 37- 38). Konflik masih berlangsung sampai pada tanggal 26 Desember
1999.
bahwa hujan tidak lama lagi akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja
seperti itu. Demikian pula jika ombak memutih di tengah laut, itu menandakan
bahwa laut berombak besar. Namun, dengan majunya ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhannya.
tersebut. Dengan
demikian citra
yang dibangun
media
menimbulkan
kesan positif
tanya ‘?’.
Penelitian terhadap film dapat dilakukan dengan memilih salah satu model
analisis semiotika tertentu. Bagaimana analisis semiotika diterapkan pada sebuah
film, penelitian yang mengkaji makna nilai nasionalisme dari cahaya dari timur
dapat dijadikan contoh dalam kajian ini.
FILM
NILAI NASIONALISME
Pesan Nasionalisme
Nilai sejarah
Nilai Budaya
Analisis Semiotik
Denotasi Konotasi
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
41
42
Terdapat dua macam tanda yaitu berupa ekspresi seperti kata, suara,
simbol, dsb dan macam lainnya yaitu berupa konten. Terdapat beberapa contoh
penerapan teknik ini seperti analisis semiotika pada media massa, analisis
semiotika pada film, dan analisis semiotika pada musik.
Jenis penelitian yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah analisis
semiotik Semiotika merupakan metode penelitian dengan pendekatan tekstual dan
studi tentang tanda. Untuk memaknai tanda diperlukan bahasa dan kode-kode
kultural agar dapat dibentuk dan dikomunikasikan. Tanda akan membentuk
makna yang mengacu satu sama lain, yang merupakan hasil konvensi sosial yang
terorganisasi melalui relasi antar-tanda. Sebagai contoh berita di televisi dari
analisis semiotika menjadi representasi makna yang telah dikonstruksi, bukan
cermin realitas (Barker, 2000). menerapkan metode semiotik ini hendaknya
pengamatan secara menyeluruh dari isi teks, peneliti diminta untuk
memperhatikan kohenrensi teks dengan konteknyaEkspresi sangat tergantung
pada perspektif atau cara berpikir seorang pengamat. Sedangkan konten bersifat
43
objektif, sehingga yang dapat menyatukan antara ekspresi dan konten adalah
konteks. Hubungan antara ekspresi dan konten bersifat mental, tergantung dari
siapa yang menginterpretasikan tanda tersebut (Manning & Swan, 1997). Metode
semiotika menjadi dasar asumsi dan konsep yang memungkinkan kita untuk
menganalisis sistem simbolik dengan cara sistematis. Sistem simbolik ini
direpresentasikan melalui bahasa verbal, kode, dan simbol. Dalam kehidupan
sosial, struktur kelompok, kepercayaan/agama, praktik-praktik budaya, dan makna
relasi sosial beranalogi dengan struktur bahasa (Denzin & Lincoln, 1997).(Sebuah
et al., 2020).
1. Penyusunan Propsal
2. Ujian Proposal
3. Pengumpulan Data
4. Ujian Skripsi
5. Ujina Kompre
6. Yudisium
7. Wisuda
44
3.6.1 Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara
pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang di wawancarai
(interview) melalui komunikasi langsung (yusuf, 2014). Metode
wawancara/interview juga merupakan proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden/ orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam wawancara tersebut biasa
dilakukan secara individu maupun dalam bentuk kelompok, sehingga di dapat
data informatik yang orientik.
3.6.2 Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis,
metode dokumentasi berarti tata cara pengumpulan data dengan mencatat data-
data yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumen tentang orang atau
sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sangat
berguna dalam penelitian kualitatif (yusuf, 2014).
48
Model analisis data yang digunakan peneliti adalah model interaktif Miles,
Huberman, dan Saldana (2014: 12- 14). Komponen dalam analisis data Miles,
Huberman dan Saldana (2014: 12-13) sebagai berikut:
Pada proses analisis data kualitatif, data yang muncul berwujud kata-kata
dan bukan rangkaian angka. Data dikumpulkan dalam aneka macam cara
(observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman), yang biasanya diproses
sebelum digunakan, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang
biasanya disusun dalam teks yang diperluas. Analisis dalam pandangan ini
meliputi tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan (B. Milles dan Huberman, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
2015, A. (2009). No Title. 17–41.
Abdul, A. (2020). Teknik Analisis Data Analisis Data. 1–15.
Achmad Wildan Naufal Hais. (2019).
Ahadian, A., Kesejahteraan, Y., Dan, P., Ilmu, F., Dan, S., Politik, I., Studi, P., &
Komunikasi, I. (2012). REPRESENTASI NASIONALISME DALAM FILM “
THE LADY ” ( Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi
NASIONALISME Dalam Film “ The.
Airlangga, P. U. (1998). Ir — perpustakaan universitas airlangga. 1–27.
Alfaqi, M. Z. (n.d.). MELIHAT SEJARAH NASIONALISME INDONESIA
UNTUK. 209–216.
Ansori. (2015). Pengertian Subjek dan Objek Penelitian. Jurnal Sistem Informasi,
3(April), 49–58.
Ardiansyah, R. (2017). Subjek, Objek dan Metodologi Penelitian.
Repository.Unpas.Ac.Id, 63–79.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film. (1992). 1–18.
Balaram Naik, P Karunakar,1 M Jayadev, 1 and V Rahul Marshal2. (2013). FILM
NASIONALISME KOREA. J Conserv Dent. 2013, 16(4), 2013.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23956527/
Barthes, R. (2016). SISTEM KODE DALAM REPRESENTASI NASIONALISME
DALAM NOVEL 3 SRIKANDI KARYA NADIA SILVARANI ( SUATU
TINJAUAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES ) Fakultas Bahasa dan Sastra
, Universitas Negeri Makassar , Makassar. 1–18.
defenisi film. (2013). 33, 11–21.
DHARMAWAN, I. A. (1990). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者にお
ける 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. BUDIDAYA AYAM
RAS PETELUR (Gallus Sp.), 21(58), 99–104.
Erwin. (2010). (nation building). 7, 176–187.
Fernandes, H. P. (2014). NILAI NASIONALISME GARUDA DI DADAKU.
09480042, 139.
Film, S. (n.d.). intermitten movement ,. 11–32.
Fitria. (2013). Bab 3 metode penelitian. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.
Ii, B. A. B. (1990). Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembang
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka, 1990),
53
http://forschungsunion.de/pdf/industrie_4_0_umsetzungsempfehlungen.pdf
%0Ahttps://www.dfki.de/fileadmin/user_upload/import/9744_171012-KI-
Gipfelpapier-online.pdf%0Ahttps://www.bitkom.org/ sites/default/files/
pdf/Presse/Anhaenge-an-PIs/ 2018/180607 -Bitkom
Rosen, A., Trauer, T., Hadzi-Pavlovic, D., Parker, G., Patton, J. R., Cronin, M. E.,
Bassett, D. S., Koppel, A. E., Zimpher, N. L., Thurlings, M., Evers, A. T.,
Vermeulen, M., Obanya, P., Avsec, S., Nurzarina Amran, Liu, S. H., Petko,
D., Aesaert, K., Van Braak, J., … Brown, N. (2015). REPRESENTASI
NASIONALISME DALAM FILM KING. Teaching and Teacher Education,
12(1), 1–17.
http://dx.doi.org/10.1080/01443410.2015.1044943%0Ahttp://dx.doi.org/
10.1016/j.sbspro.2010.03.581%0Ahttps://publications.europa.eu/en/
publication-detail/-/publication/2547ebf4-bd21-46e8-88e9-f53c1b3b927f/
language-en%0Ahttp://europa.eu/.%0Ahttp://www.leg.st
Saputra, M. A. D. E. (2021). Nilai - Nilai Nasionalisme Dalam Film Battle of
Surabaya Dan Relevansinya Pada Anak Sd / Mi Skripsi Program Studi
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri.
Sebuah, S., Semiotik, S., & Film, D. (2020). PESAN NASIONALISME DALAM
FILM 3 SRIKANDI (Sebuah Studi Semiotik Dalam Film 3 Srikandi).
Sejarah, J., Sosial, F. I., & Semarang, U. N. (2019). No Title.
SEJARAH NASIONALISME DUNIA DAN INDONESIA Oleh: Dr. Drs. Yosaphat
Haris Nusarastriya, M.Si. (n.d.).
Semiotik, A., & Saussure, F. D. E. (2020). NASIONALISME FILM MENDUNG
ATAS AWAN.
Semiotika, A., Film, P., & Surga, T. (n.d.). Skripsi Disusun untuk memenuhi
persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Penyusun Febryana Dewi
Nilasari.
Semiotika, A., Sanders, C., & Pierce, C. S. (2019). Disusun Oleh : NAMA :
MUHAMMAD FAROUQ IBRAHIM NPM : 2016530009 FAKULTAS
AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 1440 H /
2019 M.
Semiotika, P., Barthes, R., & E, T. R. W. (2020). ANALISIS PESAN
PERDAMAIAN DALAM FILM “ CAHAYA DARI TIMUR : BETA
MALUKU .” 16(2), 115–124.
Sm, T. R. I. S. (2017). Analisis semiotika makna nasionalisme dalam film cahaya
dari timur: beta maluku karya angga dwimas sasongko.
Smp, nilai nasionalisme bagi anak. (2019). MELALUI PEMBELAJARAN PKN
PADA SISWA KELAS V MIN 8 BANDAR LAMPUNG . Skripsi RADEN
INTAN LAMPUNG 1441 H / 2019 M MELALUI PEMBELAJARAN PKN
PADA SISWA KELAS V MIN 8 BANDAR LAMPUNG . Skripsi.
55
Sos, S., Sabiruddin, M. M., Sos, S. I., & Tujuan, M. A. (2017). NASIONALISME
DALAM FILM HABIBIE AINUN. 5(2), 266–279.
Studi, P., Dan, K., Islam, P., Dakwah, F., Komunikasi, D. A. N., Negeri, U. I., &
Hidayatullah, S. (2008). ANALISIS WACANA PESAN MORAL.
Studi, P., Penyiaran, K., Dakwah, F., Ilmu, D. A. N., Islam, U., Syarif, N., &
Jakarta, H. (2022). No Title.
Wanto, A. H. (2018). Strategi Pemerintah Kota Malang Dalam Meningkatkan
Kualitas Pelayanan Publik Berbasis Konsep Smart City. JPSI (Journal of
Public Sector Innovations), 2(1), 39. https://doi.org/10.26740/jpsi.v2n1.p39-
43
56