Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MEDIA MASSA DAN MASALAH-MASALAH SOSIAL

DOSEN :
SANDRA OLIFIA, M.Si

DISUSUN OLEH :
Emelia Andraeni
(200900065)

UNIVERSITAS SATYA NEGARA INDONESIA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU KOMUNIKASI
2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan
rahmat dan hidayah-NYA sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah
ini
Saya membahas mengenai Proses Komunikasi Dalam Masyarakat. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Komunikasi. Saya menyadari bahwa didalam makalah
ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki. Oleh karena itu saya meminta kritik dan saran
demi perbaikan dan kesempurnaan pada makalah ini diwaktu yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan sesuai harapan dengan ketentuan tugas yang
telah diberikan dosen.

Cileungsi, 16 April 2021

Emelia Andraeni

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 3
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 7
C. Tujuan....................................................................................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 8
A. Memahami Proses Komunikasi Dalam Masyarakat................................................. 8
1. Masyarakat Memiliki Struktur dan Lapisan (layer)............................................. 8
2. Proses Sosial.........................................................................................................8
3. Budaya.................................................................................................................11
4. Komunikasi Tatap Muka.....................................................................................12
5. Struktur Masyarakat, Proses dan Interaksi Sosial, Proses Komunikasi .............13
B. Komunikasi Massa................................................................................................... 14
1. Definisi Komunikasi Massa................................................................................ 14
C. Konsep Massa.......................................................................................................... 15
D. Proses Komunikasi Massa........................................................................................16
E. Audensi Massa.........................................................................................................17
F. Budaya Massa..........................................................................................................17
G. Fungsi Komunikasi Massa.......................................................................................18
H. Peran Media Massa..................................................................................................20

BAB III PENUTUP............................................................................................................ 22


A. Kesimpulan.............................................................................................................. 22
B. Saran.........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 24

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan dan memperoleh berbagai
informasi. Idealisme sebuah media massa sebenarnya adalah untuk memberikan informasi
yang obyektif, jelas, dan independen. Namun terkadang realitas yang ada, berlawanan
dengan prinsip ideal tersebut. Realitas yang ada, tidak luput dari berbagai konflik
kepentingan (ekonomi politik) di dalam institusi media.
Secara normatif, media adalah sarana publik yang berfungsi memenuhi kebutuhan
masyarakat dan demokrasi. Akan tetapi, dalam struktur industri, media tidak lagi dinilai
berdasarkan nilai gunanya, tetapi dititikberatkan pada nilai tukar dalam memperoleh
keuntungan ekonomi (Mosco, 1996). Hal ini pun dilakukan industry media massa televisi
di Indonesia yang selalu berorientasi 128 pada pertimbangan untung - rugi secara
sistematik untuk menguatkan kedudukan dalam pasar media. Tuntutan industri televisi
agar perusahaan media memiliki hak asasi yang sama dengan individu sesungguhnya
merupakan upaya sistemik untuk mengukuhkan kekuasaan ekonomi - politik.
Dalam suatu sistem masyarakat, media massa memiliki fungsi mendasar sebagai alat
pemenuhan kebutuhan sosial dan kepentingan publik akan berbagai informasi. Fungsi
sosial ini muncul berdasarkan perspektif teori social responsibility yang memandang
bahwa informasi merupakan barang publik (public goods), (McQuail, 2005). Berangkat
dari pemahaman tersebut, maka media sebagai agen penyampai informasi haruslah
menempatkan kepentingan publik sebagai prioritas utama dalam menjalankan kegiatan
komunikasi massa. Oleh karena itu, dalam industri media massa, satu hal paling utama
yang menentukan eksistensi suatu media adalah kepercayaan dari publik (public trust)
terhadap media tersebut sehingga media harus menjaga kepercayaan publik sekaligus
dapat mempertanggungjawabkan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh informasi yang
dipublikasikan (Gordon, 1999).
Masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi yang benar dan obyektif. Namun
sayangnya, hak publik untuk mendapatkan informasi yang benar sering tidak terpenuhi
karena adanya konflik kepentingan dalam institusi media. Dewasa ini televisi sebagai
salah satu media penyiaran berkembang begitu pesat.
Media massa banyak menampilkan masalah - masalah sosial yang ada di Indonesia,

3
dari televisi, koran, majalah sampai berita online yang menampilkan semua secara rinci.
Namun banyak masalah sosial yang dijadikan pemberitaan justru melanggar privasi
bahkan membuat orang lain tidak merasa nyaman. Beberapa majalah menampilkan
gambar yang seharusnya tidak di cetak (pornografi/pornoteks) bersamaan dengan itu
banyak muncul dalam media audio - visual seperti televisi, ataupun media audio semacam
radio dan media telekomunikasi lainnya di telepon. Varian - varian porno ini menjadi satu
dalam media jaringan seperti internet, cybersex dan cyberporno. Kini banyak film layar
lebar yang menampilkan adegan - adegan yang melanggar norma dalam masalah sosial
dimasyarakat, menampilkan penyerahan diri - perbuatan seksual - lalu diberi upah ataupun
untuk memuaskan diri seseorang, dengan adanya hal tersebut membuat generasi milenial
menetahui hal yang seharusnya mereka tidak ketahui.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian media massa?
2. Apa itu masalah sosial?
3. Apa itu masalah-masalah sosial dan media massa?
4. Apa yang dimaksud dengan masalah sosial yang dipublikasikan lewat media massa?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian media massa
2. Memahami pengertian masalah sosial
3. Mengetahui masalah-masalah sosial dan media masa
4. Memahami masalah sosial yang dipublikasikan lewat media massa

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Media Massa
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an
untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat
menjadi media.
Cangara (2002) menyatakan bahwa media massa merupakan suatu alat yang digunakan
dalam menyampaikan pesan menggunakan alat komunikasi mekanis dari sumber pesan ke
penerima pesan atau khalayak umum. Alat mekanis komunikasi yang dimaksud oleh
Cangara adalah berbagai media massa yang ada di masyarakat seperti surat kabar, televisi,
radio, hingga film. Media massa, yang biasa disebut masyarakat dengan media, merupakan
istilah yang digunakan sejak tahun 1920-an untuk mengidentifikasi berbagai media atau
pers.
Jenis media massa :
1. Surat Kabar
2. Majalah
3. Radio
4. Televisi
5. Film (Layar Lebar)

B. Pengertian Masalah Sosial


2 macam persoalan, yaitu :
1. Masalah masyarakat : Macam - macam gejala kehidupan masyarakat
2. Problema sosial : Menyangkut nilai sos+moral- abnormal
Proses perkembangan masyarakat - masyarakat beradaptasi (berinteraksi) - masalah sosial
(mempertimbangkan yang “dianggap” baik dan buruk)
Masalah Sosial adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan
antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya. Individu di dalam masyarakat
memandang masalah sosial sebagai sesuatu kondisi yang tidak diharapkan.
Kondisi inilah yang disebut sebagai masalah sosial. Dilansir dari buku Sosiologi Suatu
Pengantar (2006) karya Soerjono Soekanto, masalah sosial merupakan permasalahan-
permasalahan yang muncul dalam masyarakat, bersifat sosial dan berhubungan erat

5
dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Bentuk Masalah Sosial :
1. Kemiskinan
a. Kekurangan materi (sandang, kesehatan)
b. Kekurangan kebutuhan sosial (pendidikan, informasi)
4 Bentuk Kemiskinan :
1) Absolut, pendapatan tidak cukup.
2) Relatif, pendapatan lebih rendah dibanding pendapatan masy. sekitar
3) Struktural, ketimpangan pendapatan.
4) Kultural, sikap seseorang krn faktor budaya
2. Pengangguran
a. Pengangguran terbuka dan terselubung
b. Menyebabkan krisis sosial Menyebabkan kriminalitas
3. Kejahatan
a. Perilaku jahat dipelajari dalam interaksi dengan orang lain
b. Berperilaku cenderung melawan norma hukum yang ada.
4. Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern
a. Keinginan untuk melawan dan sikap apatis terhadap ukuran moral
b. Generasi muda biasanya menghadapi masalah sosial dan biologis
5. Pelanggaran Terhadap Norma – Norma Masy
a. Pelacuran (menyerahkan diri - perbuatan seksual - upah)
b. Delikuensi anak (tingkah laku tdk sesuai dg masy)
c. Alkoholisme (siapa, dimana, kapan, kondisi)
d. Homoseksualitas (orang sejenis sebagai mitra seksual)

C. Masalah-Masalah Sosial dan Media Massa


Para akademisi dan praktisi meramalkan bahwa media massa akan mengalami
perubahan secara drastis baik sifat, peran, maupun jenisnya. Terutama peran media massa,
di waktu yang akan datang, banyak media massa lebih banyak mengambil peran sebagai
institusi produktif daripada sebagai institusi edukasi. Hal ini disebabkan karena perubahan
sosial yang begitu cepat dan tuntutan - tuntutan pemilik modal yang begitu kuat sehingga
siapa pun yang telah memilih bekerja di media massa akan memiliki visi yang sama, yaitu
“menyelamatkan diri” dengan menyelamatkan medianya dari kebangkrutan atau dari

6
larinya pemilik modal.
Menghadapi persoalan ini, maka secara substansial sebenarnya media massa sudah
bermasalah, dimana visi dan misi media massa secara substansial pula sudah berubah.
Kalau secara teori media massa adalah institusi yang berfungsi memberi ; informasi,
edukasi, dan hiburan, maka media massa akan datang tidak lagi menjadi institusi edukasi
dalam pengertian sesungguhnya akan tetapi lebih banyak menjadi institusi pemberi
informasi yang tidak edukatif penyaji hiburan yang tidak edukatif pula.
1. Mistisme dan Takhayul
Mistisme dan Takhayul Pada mulanya tayangan mistisme dan takhayul lebih
banyak berupa pemberitaan, kemudian menjadi tayangan sinetron yang berbasis
tradisi masyarakat, namun akhir - akhir ini tayangan - tayangan mistisme itu lebih
banyak dikemas dengan tayangan - tayangan keagamaan, terutama Islam.
Pada dasarnya masyarakat konsumen media di Indonesia yang berbasis
tradisional lebih menyukai informasi - informasi takhayul dan mistisme sebagai
bagian dari konstruksi besar pengetahuan mereka tentang hidup dan kehidupannya
yang diperoleh dari berbagai sumber pengetahuan selama ia hidup.
Macam - Macam Tayangan Mistik dan Takhayul :
Mistik - semi sains, yaitu film - film mistik yang berhubungan dengan fiksi
ilmiah. Tayangan ini bertutur tentang berbagai macam bentuk misteri yang ada
hubungan dengan ilmiah, walaupun sebenarnya kadang tidak rasional namun secara
ilmiah mengandung kemungkinan kebenaran. Contoh tayangan - tayangan macam
ini adalah beberapa film discovery yang ditayang ulang oleh stasiun - stasiun TV
kita, Manimal, Manusia Harimau, tayangan pertunjukan Deddy Corbuzzer,
pertunjukan David Copperfield.
Mistik - fiksi, yaitu film mistik hiburan yang tidak masuk akal, bersifat fiksi, atau
hanya sebuah fiksi yang difilmkan untuk menciptakan dan menyajikan misteri,
suasana mencekam, kengerian kepada pemirsa. Contohnya adalah beberapa film
kartun (semacam Scooby doo, Popeye, dan sebagainya), Batman, Alien, Robocop,
Harry Potter, Misteri Gunung Merapi, Anglingdharma, Nini Pelet, Saras, Srikandi,
dan sebagainya. Mistik – horror, yaitu film mistik yang lebih banyak
mengeksploitasi dunia lain, seperti hubungannya dengan jin, setan, santet, kekuatan -
kekuatan supranatural seseorang, kematian tidak wajar, balas dendam, penyiksaan
dan sebagainya.

7
Bahaya Tayangan Mistik dan Takhayul :
Setiap pemberitaan media massa memiliki efek media bagi konsumen media,
salah satu efek media tersebut adalah efek keburukan yang dialami oleh masyarakat.
Begitu pula tayangan mistik dan takhayul memiliki efek buruk bagi masyarakat yang
menontonnya. Efek buruk adalah selain berdampak pada kerusakan kognitif
masyarakat, terutama anak - anak, bahaya terbesar dari tayangan mistik dan takhayul
adalah pada kerusakan sikap dan perilaku. Walaupun secara ilmiah tidak ada
hubungan konstan antara sikap dan perilaku, namun tayangan mistisme dan takhayul
di media massa dikhawatirkan memengaruhi perilaku masyarakat dengan perilaku -
perilaku buruk yang ada pada tayangan - tayangan tersebut.
2. Pelecehan Seksual dan Pornomedia
Berawal dari Wacana Seks Masalah tubuh perempuan sebagai objek porno,
sebenarnya telah lama menjadi polemik dihampir semua masyarakat disebabkan
karena adanya dua kutup dalam menilai tubuh manusia (terutama perempuan)
sebagai objek seks. Pertama : kelompok yang memuja - muja tubuh sebagai objek
seks serta merupakan sumber kebahagiaan, kesenangan, keintiman, status sosial dan
seni. Seks juga dipandang sebagai sumber ketenangan batin, sumber inspirasi
bahkan salah satu tujuan akhir perjuangan manusia.
Kedua : kelompok yang menuduh seks sebagai objek maupun sumber subjek dari
sumber malapetaka bagi kaum perempuan itu sendiri. Kelompok ini diwakili pula
oleh dua aliran pemikiran (a) kelompok yang mewakili pemikiran feminis radikal,
Pemikiran ini menuduh laki - laki secara biologis maupun politis menguasai tubuh
perempuan, laki - laki memiliki “fisik yang lebih kuat” untuk memperlakukan
perempuan sebagai objek seks mereka. (b) Kelompok lain yang menamakan diri
mereka sebagai feminis marxis melihat bahwa ideologi kapitalis adalah sumber
penguasaan seks terhadap perempuan. Jatuhnya status seks perempuan disebabkan
karena perubahan dalam system kekayaan.
3. Pergeseran Konsep Pornografi
Pada awalnya ketika masyarakat belum terbuka seperti sekarang ini, begitu pula
media massa dan teknologi komunikasi belum berkembang seperti saat ini, semua
bentuk pencabulan atau tindakan - tindakan yang jorok dengan menonjolkan objek
seks disebut dengan kata porno. Kemudian ketika ide - ide porno itu sudah dapat
dilukis atau diukir pada lembaran - lembaran kertas atau kanvas dan terutama ketika

8
penemuan mesin cetak di abad ke – 14 sehingga masyarakat telah dapat
memproduksi hasil - hasil cetakan termasuk gambar - gambar porno, maka istilah
pornografi menjadi sangat sering digunakan untuk menandai gambar - gambar porno
saat itu sampai saat ini.
Pornografi Pornografi sudah banyak kita kenal, bahkan konsep pornografi ini
paling umum dikenali karena sifatnya yang mudah dikenal, mudah ditampilkan, dan
mudah dicerna. Pornografi adalah gambar - gambar perilaku pencabulan yang lebih
banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia. Pornoteks Adalah karya
pencabulan (porno) yang ditulis sebagai naskah cerita atau berita dalam berbagai
versi hubungan seksual, dalam berbagai bentuk narasi, konstruksi cerita, testimonial,
atau pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, termasuk pula cerita porno dalam
buku - buku komik, sehingga pembaca merasa seakan - akan ia menyaksikan sendiri,
mengalami atau melakukan sendiri peristiwa hubungan - hubungan seks itu.
Pornosuara Pornosuara, yaitu suara, tuturan, kata - kata dan kalimat - kalimat
yang diucapkan seseorang, yang berlangsung atau tidak langsung, bahkan secara
halus atau vulgar melakukan rayuan seksual, suara atau tuturan tentang objek
seksual atau aktivitas seksual. Pornoaksi adalah suatu penggambaran aksi gerakan,
lenggokan, liukan tubuh, penonjolan bagian - bagian tubuh yang dominan memberi
rangsangan seksual sampai dengan aksi mempertontonkan payudara dan alat vital
yang tidak disengaja atau disengaja untuk memancing bangkitnya nafsu seksual bagi
yang melihatnya.
Pornomedia dalam konteks media massa, pornografi, pornoteks, pornosuara dan
pornoaksi menjadi bagian - bagian yang saling berhubungan sesuai dengan karakter
media yang menyiarkan porno itu. Namun dalam banyak kasus, pornografi (cetak
-visual) memiliki kedelatan dengan pornoteks, karena gambar dan teks dapat
disatukan dalam media cetak. Sedangkan pornoaksi dapat bersamaan
pemunculannya dengan pornografi (elektronik) karena ditayangkan di televisi.
Kemudian pornosuara dapat bersamaan muncul dalam media audio-visual, seperti
televisi, ataupun media audio semacam radio dan media telekomunikasi lainnya
seperti telepon.
Konstruksi Sosial Pornomedia :
Dalam buku Imaji Media Massa (2001:222), penulis menceritakan betapa
konstruksi sosial media massa (the social construction of mass media) memiliki

9
pengaruh yang sangat kuat dalam mengkonstruksi agenda pemberitaan media di
masyarakat sehingga agenda itu menjadi konstruksi pengetahuan di masyarakat pada
umumnya. Kekuatan konstruksi sosial media massa itu terletak pada kekuatan media
massa itu sendiri sebagai media penyebaran informasi yang sangat cepat, luas,
serentak, suddenly, dan dapat mengkonstruksi citra yang amat berkesan terhadap
objek pemberitaan di masyarakat. Ketika media massa menggunakan pornomedia
sebagai objek pemberitaan maupun proses pemberitaan, maka informasi dan
pemberitaan porno itu akan sangat cepat (dan meluas) terkonstruksi sebagai
pengetahuan di masyarakat. Proses kecepatan terjadi melalui tiga proses, yaitu
eksternalisasi, objektivitas dan internalisasi .
4. Kekerasan Perempuan di Media Massa
Citra Kekerasan Perempuan
a. Perempuan: simbol dalam seni-seni komersial
b. Kekaguman terhadap perempuan menjadi diskriminatif, tendensius, dan
bahkan menjadi subordinasi dari simbol kekuatan laki-laki.
c. Posisi perempuan selalu ditempatkan pada posisi “wingking”, “orang
belakang”, “subordinasi”, perempuan selalu kalah namun sebagai “pemuas”
pria, pelengkap dunia laki-laki.
5. Kekuasaan Laki – Laki Atas Perempuan : Ciptaan Kapitalisme
a. Pemberitaan media massa umumnya memberitakan ruang publik laki-laki,
mulai dari persoalan negara, politik, militer, olahraga sampai dengan berbagai
wacana publik laki-laki lainnya.
b. Namun ketika ada pemberitaan masalah perempuan, sorotan menjadi
domestik, seperti ketrampilan rumah tangga, pengasuhan anak, kosmetik dan
kecantikan.
c. Pemberitaan menyangkut persoalan laki-laki maka media massa menyorotinya
sebagai “pahlawan” publik karena masyarakat membutuhkan mereka.
d. Sorotan media massa pada persoalan perempuan, terkesan maknanya sebagai
pelengkap pemberitaan.
6. Kekerasan dan Sadisme
a. Media massa benar-benar replikasi dari masyarakatnya, karena itu media
massa juga harus tampil dalam bentuk kekerasan dan sadistis - wajah seram
b. Masy mereplikasi informasi media massa dalam proses konstruksi

10
-reskonstruksi.
c. Kekerasan media massa bisa muncul secara fisik maupun verbal bagi media
televisi.
d. Tujuannya untuk membangkitkan emosi audiens sehingga ini menjadi daya
tarik untuk membaca atau menonton kembali acara yang telah disiarkan.

D. Masalah Sosial Yang di Publikasikan Lewat Media Massa


Media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan dan
sudah menjadi satu institusi sosial yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir pada
setiap aspek kegiatan manusia, baik yang dilakukan secara pribadi maupun bersama-sama
selalu mempunyai hubungan dengan aktivitas masyarakat disampaikan melalui media
massa mengenai berita, hiburan, ruang publik, ekonomi, budaya, dan politik.
Media massa dapat dikatakan sudah merambah semua bidang kehidupan manusia dan
memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Munculnya teknologi sebagai alat yang
memang terbukti membantu manusia mengelola kehidupannya dengan lebih baik.Negara-
negara maju yang ada di dunia berhasil menggunakan teknologi untuk memacu
pertumbuhan negara mereka.Teknologi yang terus mengalami perkembangan yang sangat
pesat semakin memudahkan untuk berkomunikasi, mendapatkan informasi, menambah
wawasan dan sebagainya. Teknologi seperti media massa pada akhirnya mencapai
perkembangan sebagai kunci dalam masyarakat modern. Media massa mampu
mempresentasikan diri sebagai ruang publik utama dan turut menentukan dinamika sosial,
politik, dan budaya, ditingkat lokal maupun global.
Seiring berjalannya waktu, ternyata perkembangan teknologi tidak hanya memberikan
dampak positif tetapi juga menimbulkan dampak negatif, misalnya, menyalahgunakan
teknologi untuk kepentingan tertentu, mengakses suatu informasi atau sesuatu yang tidak
penting.
Contohnya media massa televisi, televisi memang berpengaruh setidaknya menciptakan
'the similar general meaning' atau makna umum yang mirip. Artinya, pemirsa akan
mencoba memahami makna-makna tertentu dari tayangan-tayangan tersebut lalu
melakukan sesuatu yang dianggap sama dalam konteks kehidupan sehari-hari mereka.
Media massa kini benar-benar menunjukkan pengaruhnya yang tidak terkendali. Bukan
sekedar pengatur, tetapi barangkali lebih ekstrem lagi telah menjadi ketergantungan bagi
masyarakat. Kebutuhan masyarakat yang begitu besar akan media disatu sisi dan

11
beragamnya media sendiri disisi lain secara langsung maupun tidak langsung tercermin
kepentingan-kepentingan yang tidak murni. Media televisi merupakan media yang paling
ekonomis dimiliki oleh setiap orang, sehingga melalui televisi dimaksudkan untuk
membantu memberikan informasi dan hiburan pada publik, namun pada kenyataannya saat
ini yang berkembang adalah berita yang dapat merusak moral bangsa mulai dari anak-
anak, remaja, bahkan sampai orang dewasa. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga
eksistensi dari media tertentu agar tetap diminati masyarakat.Hampir setiap stasiun televisi
membuat program berita yang bertujuan untuk menaikkan ratingnya.
Sangat disayangkan acara-acara yang seharusnya memberi informasi yang penting dan
bermanfaat harus di cederai dengan tayangan-tayangan yang kurang mendidik. Media
seringkali membuat suatu pemberitaan tidak memperhatikan aspek public maupun
privacy, masalah-masalah yang tidak seharusnya dipublikasikan ke muka umum, karena
akan berdampak pada ketidaknyamanan dan merasa tidak memiliki hak-hak serta
kebebasan sebagai manusia. Banyaknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi baik dari segi
kualitas maupun secara kuantitas lebih dipengaruhi oleh tayangan-tayangan di televisi
yang diwarnai tindakan anarkis, film-film nasional maupun asing yang tidak lepas dari
adegan-adegan memukul, menendang.Adegan seperti itu tidak seharusnya dihadirkan di
ruang keluarga penonton Indonesia. Kasus yang pernah terjadi yaitu jatuhnya korban jiwa
dikarenakan meniru adegan smack down di televisi mengakibatkan tewasnya seorang
siswa kelas III sekolah dasar dan seorang anak lain mengalami patah tulang di Kabupaten
Bandung, Jawa Barat. Masyarakat pun mulai 4 bergerak mendesak agar tayangan tersebut
dihentikan guna menghindari jatuhnya korban lagi.
Meskipun acara televisi yang berbau kekerasan itu sudah ditutup, faktanya masih tetap
bermunculan acara-acara baru yang menampilkan tayangan yang sama. Media televisi
terlalu leluasa dalam menyajikan siaran yang pantas dan tidak pantas untuk
dipublikasikan, ditambah perkembangan didunia pertelevisian yang lebih mengedepankan
komersil tanpa mengukur kepatutan informasi yang sampai pada khalayak.
Kasus meninggalnya seorang siswa di Kabupaten Bandung, Jawa Barat sepatutnya
dicermati dan direnungkan oleh segenap pengelola siaran televisi karena media massa
bukan hanya sekedar tempat mencari keuntungan komersial. Selain itu kasus yang sangat
menggemparkan baru terjadi menimpa seorang siswa di sekolah bertaraf internasional,
seorang anak menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh pegawai di sekolah
tersebut. Kasus kekerasan tersebut menyeruak ke muka publik setelah orang tua korban

12
kekerasan seksual mengetahui anaknya mengalami perubahan perilaku dan takut untuk
pergi kesekolah, Lantas orang tua korban melaporkannya ke polisi. Kasus kekerasan
tersebut sangat menggemparkan dan menjadi perhatian yang sangat penting karena secara
kuantitas peristiwa yang sama terus terulang. Semua kasus kekerasan yang terjadi tidak
lepas dari pemberitaan di televisi secara terang-terangan menyajikan tayangan yg tidak
sehat.Sejauh ini materi siaran stasiun televisi nasional memang sangat memprihatinkan,
yang mereka tonjolkan bukan persoalan bagaimana melayani kepentingan secara luas,
melainkan bagaimana mengoptimalkan potensi masyarakat sebagai konsumen.
Faktor ketidak matangan masyarakat dalam menyerap informasi dari media secara
positif seharusnya menjadi fokus perhatian. Media dianggap sebagai potensi pemicu
timbulnya kejahatan di masyarakat. Realitas kriminal cenderung meningkat selama
periode ini terutama sajian tentang kekerasan. Media televisi juga sering melakukan
pelanggaran kesantunan berbahasa dalam mencari dan menuliskan realitas, sehingga
konstruksi realitas menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Hukum memiliki kedudukan khusus ditengah-tengah bangsa Indonesia, karena dengan
dengan aturan hukum maka setiap warga negara tidak bertindak dengan sewenang-
wenang. Hukum diciptakan sebagai kontrol bagi warga negara agar tidak berbuat sesuatu
yang menyimpang dari kaidah-kaidah dan norma-norma yang ada pada masyarakat,
seperti : melakukan kejahatan kekerasan, penganaiayaan yang tidak jarang sampai
mengakibatkan luka-luka, penderitaan, bahkan sampai kematian. Berbicara tentang
kekerasan tidak asing lagi bagi kalangan masyarakat Indonesia karena dikehidupan sehari-
hari tidak terlepas dari kekerasan.Setiap waktu kekerasan dapat menghampiri siapa saja,
sehingga mengganggu ketenteraman hidup warga negara, oleh karena itu memerlukan
perlindungan terhadap dirinya.
Pasal 28 G ayat (1) Undang-undang Dasar 1945 yaitu: “Setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, korban, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”. Di dalam Pasal 28 G ayat (1)
Undang-undang Dasar 1945 dimaksudkan agar setiap orang tidak dihantui rasa takut atas
pelaku kekerasan yang ingin melakukan kekerasan dan mendapatkan
perlindungan.Tayangan kekerasan di televisi sangat tidak 3memberikan edukasi karena
pada akhirnya timbul rasa cemas apabila kekerasan yang ada di televisi menimpa
konsumen sebagai penonton atas tayangan tersebut, bahkan dapat menjadi sugesti untuk

13
melakukannya dikehidupan sehari-hari.
Ketentuan dalam pasal 36 ayat (5) huruf b Undang - undang No. 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran menyatakan “isi siaran 7 dilarang: menonjolkan unsur kekerasan, cabul,
perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang”. Melihat isi ketentuan undang-
undang tersebut bahwa melarang siaran-siaran yang tidak sehat ditampilkan dilayar kaca
agar orang yang melihat siaran kekerasan tidak terkontaminasi dan tergerak untuk
mempraktikkannya dikehidupan nyata. Sangat ironis ketika perangkat hukum di Indonesia
baik peraturan perundang - undangannya maupun penegak hukumnya seperti tidak
mempunyai batasan yang tidak jelas apa yang dimaksud dengan penayangan program-
program penyiaran yang mengandung unsur-unsur kesusilaan dan kekerasan.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 Undang-undang No. 32 Tahun 2002 dinyatakan
bahwa “penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian
hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung
jawab”. Kemudian ditegaskan lagi didalam Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa “penyiaran
sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial”. Undang-undang penyiaran
yang mengatur tentang dilarangnya penayangan kekerasan sudah jelas tertera di undang-
undang tersebut, tetapi pada implementasinya belum terlihat konkret dan tidak berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan. 8 Masih banyaknya muncul siaran-siaran kekerasan
kurang ditanggapi oleh Komisi Penyiaran Indonesia yang sudah mempunyai tugas dan
fungsi untuk memilah siaran apa yang pantas dan yang tidak pantas untuk diorbitkan dan
ditampilkan kemuka publik. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-
undang No. 32 Tahun 2002 huruf a tentang Penyiaran menegaskan bahwa “tugas dan
kewajiban Komisi Penyiaran Indonesia sebagai berikut: Menjamin masyarakat
memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia”.
Peran Komisi Penyiaran Indonesia sangat vital dalam perkembangan siaran-siaran yang
disajikan media televisi, karena masih banyaknya siaran-siaran yang disajikan oleh stasiun
pertelevisian yang mengandung kekerasan. Maka penulis ingin mengangkat permasalahan
peran komisi penyiaran indonesia dalam menanggulangi siaran yang mengandung
kekerasan di televisi.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Tentu dalam penulisan makalah ini banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat Saya harapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua orang. Setelah Saya mengetahui tentang Proses komunikasi dalam masyarakat di
atas, Saya semakin bertambah pengetahuan, maka dari itu agar pengetahuan kita
bermanfaat mari kita sama-sama mengamalkan pengetahuan yang kita peroleh agar
bermanfaat bagi orang lain dan khususnya untuk diri kita sendiri.

15
DAFTAR PUSTAKA
Buku Imaji Media Massa (2001:222)
Buku Sosiologi Suatu Pengantar (2006) karya Soerjono Soekanto

16

Anda mungkin juga menyukai