Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DUNIA FLEM PADA ZAMAN MODERN

Disusun Oleh :

NAMA : JERRY PUTRA ONGKY

NIM : 2031377001

Dosen :

NAMA : ARIS.,S.KOM.,M.T.I

NID : 10012

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

KONSENTRASI SYSTEM ARCHITECTURE

UNIVERSITAS RAHARJA TANGERANG

TA. 2020/202I

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari mengenai Dunia
Film Pada Zaman Modern.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 24 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

C. Tujuan............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

A. Sejaran Flem................................................................................................... 3

B. Perkembangan Dunia Flem ............................................................................ 4

C. Perkembangan Industri Flem Di Indonesia.................................................... 5

D. Klasifikasi Flem ............................................................................................. 6

E. Industrialisasi Flem ........................................................................................ 7

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 8

A. Kesimpulan..................................................................................................... 8

B. Saran............................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan film di Indonesia bisa dikatakan cukup signifikan. Terlihat dari
banyaknya judul film yang muncul di bioskop – bioskop di Indonesia saat ini. Tidak hanya di
bioskop yang menghadirkan berbagai film dengan genre yang berbeda – beda, film juga hadir
di layar kaca televisi yang menghadirkan cerita – cerita yang berbeda dan membuat dunia
perfilman Indonesia semakin berwarna, tidak hanya film Hollywood tapi juga film – film
karya anak bangsa. Semakin banyak film yang di produksi, semakin banyak genre dan juga
tema film yang ditawarkan seperti horor, komedi, drama romantis, drama keluarga yang
bertema edukasi dan lain sebagainya. Ekonom dan para pemasar mengakui bahwa atribut
produk sangat penting sebagai penentu terhadap pilihan konsumen (Rosen, 1974). Selain
variabel yang dikenal seperti variabel harga, iklan, promosi, pilihan konsumen juga dalam hal
ini atribut film yang pada umumnya diketahui oleh para penonton seperti genre, symbolism,
country of origin, pemain, sutradara, sekuel dan rumah produksi juga mempengaruhi minat
konsumen dalam menonton sebuah film.
Film merupakan salah satu sarana hiburan yang memiliki daya tarik yang cukup
tinggi dalam berbagai macam genre yang dihasilkan saat ini. Film juga memiliki klasifikasi
tersendiri dalam masyarakat, dimana mulai dari kalangan dewasa hingga anak-anak. Sampai
saat ini film masih menjadi sesuatu yang sangat diminati, dapat dilihat dari masih banyaknya
keinginan menonton film-film yang tengah muncul di bioskop maupun televisi. Selain itu
beberapa genre film juga dapat dijadikan sebagai sebuah sarana yang memberikan pesan
moral yang terkandung pada inti film kepada para penontonnya disamping sebagai sarana
hiburan semata.
Dunia perfilman secara global telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal
ini dapat dilihat dari perkembangan teknologi. Nilai daya tarik dari sebuah film tidak hanya
dihasilkan dari kemampuan teknis pengambilan gambar, teknik pencahayaan, tempat atau
tema, maupun ide cerita, akan tetapi juga dihasilkan dari kemampuan penggabungan unsure
komputer grafis yang di masukkan kedalam film. Selain teknologi, kemajuan dari film global
didukung oleh ide – ide kreatif yang juga semakin menambah daya tarik dari sebuah film.
Dengan adanya hal tersebut, perfilman Indonesia juga dituntut untuk memproduksi tayangan
yang berkualitas agar dapat bersaing dalam dunia perfilman global.
Seiring dengan perkembangan teknologi, masyarakat mempunyai banyak alternatif
sebagai pilihan untuk mencari hiburan terutama film. Tidak dapat dipungkiri bahwa bioskop
mulai ramai dikunjungi karena adanya film-film baru yang sangat berpotensi untuk menarik
para pecinta film, yang juga merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih dari berbagai
macam jenis hiburan yang ditawarkan. Keberadaan dari bioskop saat ini juga tidak

1
sepenuhnya tergeser dengan adanya keberadaan televisi, Video Compact Disk (VCD) atau
DVD yang dapat dinikmati kapan saja tanpa harus pergi ke bioskop, karena ada hal yang tidak
diperoleh dari menonton film di rumah. Tidak hanya itu saja, dengan adanya warung internet
yang juga menyediakan berbagai macam film yang dapat disalin oleh pengunjung warung
internet, ini juga menjadi salah satu opsi dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dalam
menonton film. Perkembangan yang sangat pesat di dunia teknologi dewasa ini, diwarnai
dengan berbagai macam persaingan bisnis yang semakin ketat, yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan pada perubahan perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk
membeli atau mengkonsumsi suatu produk. Dengan adanya kondisi yang seperti ini maka
para pebisnis dituntut untuk mempunyai strategi yang tepat dalam memenuhi permintaan
penjualan.
Film merupakan produk karya seni dan budaya yang memiliki nilai guna karena
bertujuan memberikan hiburan dan kepuasan batin bagi penonton. Melalui sarana cerita itu,
penonton secara tidak langsung dapat belajar merasakan dan menghayati berbagai
permasalahan kehidupan yang sengaja ditawarkan pengarang sehingga produk karya seni dan
budaya dapat membuat penonton menjadi manusia yang lebih arif dan dapat memanusiakan
manusia (Nurgiyantoro, 2007:40).
Media komunikasi baik media cetak, media elektronik, ataupun media internet juga
sering menyajikan hasil review dari sebuah film. Konsumen bisa mendapatkan informasi
mengenai sebuah film, mulai dari synopsis cerita, sutradara dan juga info tentang artis-artis
yang terlibat dalam proses pembuatan film. Selain itu, konsumen juga diberikan sebuah
klasifikasi mengenai jenis dari sebuah film atau yang lebih kenal dengan istilah genre.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu bagaimana perkembangan dunia flem pada
zaman modern dan industry-industri flem yang ada di dunia.

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perkembangan dunia flem pada zaman modern


2. Mengetahui industrialisasi flem.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Flem

Sejarah film tidak bisa lepas dari sejarah fotografi. Dan sejarah fotograf tidak bisa lepas
dari peralatan pendukungnya, seperti kamera. Kamera pertama di dunia ditemukan oleh
seorang Ilmuwan Muslim, Ibnu Haitham. Fisikawan ini pertama kali menemukan Kamera
Obscura dengan dasar kajian ilmu optik menggunakan bantuan energi cahaya matahari.
Mengembangkan ide kamera sederhana tersebut, mulai ditemukan kamera-kamera yang lebih
praktis, bahka inovasinya demikian pesat berkembang sehingga kamera mulai bisa digunakan
untuk merekam gambar gerak.

Ide dasar sebuah film sendiri, terfikir secara tidak sengaja. Pada tahun 1878 ketika
beberapa orang pria Amerika berkumpul dan dari perbincangan ringan menimbulkan sebuah
pertanyaan: “Apakah keempat kaki cicak berada pada posisi melayang pada saat bersamaan
ketika kuda berlari?" Pertanyaan itu terjawab ketika Eadweard Muybridge membuat 16 frame
gambar kuda yang sedang berlari. Dari 16 frame gambar kuda yang sedang berlari tersebut,
dibuat rangkaian gerakan secara urut sehingga gambar kuda terkesan sedang berlari. Dan
terbuktilah bahwa ada satu momen dimana kaki kuda tidak menyentuh tanah ketika kuda
tengah berlari kencang Konsepnya hampir sama dengan konsep film kartun. Gambar gerak
kuda tersebut menjadi gambar gerak pertama di dunia. Dimana pada masa itu belum
diciptakan kamera yang bisa merekam gerakan dinamis. Setelah penemuan gambar bergerak
Muybridge pertama kalinya, inovasi kamera mulai berkembang ketika Thomas Alfa Edison
mengembangkan fungsi kamera gambar biasa menjadi kamera yang mampu merekam gambar
gerak pada tahun 1888, sehingga kamera mulai bisa merekam objek yang bergerak dinamis.

Maka dimulailah era baru sinematografi yang ditandai dengan diciptakannya sejenis film
dokumenter singkat oleh Lumière Bersaudara. Film yang diakui sebagai sinema pertama di
dunia tersebut diputar di Boulevard des Capucines, Paris, Prancis dengan judul Workers
Leaving the Lumière's Factory pada tanggal 28 Desember 1895 yang kemudian ditetapkan
sebagai hari lahirnya sinematografi.

Film inaudibel yang hanya berdurasi beberapa detik itu menggambarkan bagaimana
pekerja pabrik meninggalkan tempat kerja mereka di saat waktu pulang.[2] Pada awal lahirnya
film, memang tampak belum ada tujuan dan alur cerita yang jelas. Namun ketika ide
pembuatan film mulai tersentuh oleh ranah industri, mulailah film dibuat lebih terkonsep,
memiliki alur dan cerita yang jelas. Meskipun pada era baru dunia film, gambarnya masih
tidak berwarna alias hitam-putih, dan belum didukung oleh efek audio. Ketika itu, saat orang-

3
orang tengah menyaksikan pemutaran sebuah film, akan ada pemain musik yang mengiringi
secara langsung gambar gerak yag ditampilkan di layar sebagai efek suara.

B. Perkembangan Dunia Flem Di Dunia

Perkembangan film memiliki perjalanan cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi
seperti film di masa kini yang kaya dengan efek, dan sangat mudah didapatkan sebagai media
hiburan. Perkembangan film dimulai ketika digunakannya alat kinetoskop temuan Thomas
Alfa Edison yang pada masa itu digunakan oleh penonton individual. Film awal
masih bisu dan tidak berwarna. Pemutaran film di bioskop untuk pertama kalinya dilakukan
pada awal abad 20, hingga industri film Hollywood yang pertama kali, bahkan hingga saat ini
merajai industri perfilman populer secara global. Pada tahun 1927 teknologi sudah cukup
mumpuni untuk memproduksi film bicara yang dialognya dapat didengar secara langsung,
tetapi masih hitam-putih. Hingga pada 1937 teknologi film sudah mampu memproduksi film
berwarna yang lebih menarik dan diikuti dengan alur cerita yang mulai populer. Pada
tahun1970-an, film sudah bisa direkam dalam jumlah massal dengan
menggunakan videotape yang kemudian dijual. Tahun 1980-an ditemukan teknologi laser
disc, lalu VCD dan kemudian menyusul teknologi DVD. Hingga saat ini digital movie yang
lebih praktis banyak digemari sehingga semakin menjadikan popularitas film meningkat dan
film menjadi semakin dekat dengan keserarian masyarakat modern.

Perkembangan perfileman akan menbawa dampak yang cukup besar dalam perubahan
sosial masyarakat. Perubahan tersebut di sebabkan oleh semakin bervariasi proses
penyampaian peasn tentang realiatas obyektif dan representasi yang ada terhadap realitas
tersebut secara simbolik serta sebuah kondisi yang berbeda. Film sebagi salah satu jenis
media massa menjadi sebuah saluran bag barmacam ide, gagasan, konsep serta dapat
memunculkan pluralitas efek dari penayangannya yang akhirnya mengarah pada peubahan
pada masyarakat. Efek pesan yang di timbulkan pada film dalam kemasan realitas simbolik
ada yang secara langsung dirasakan pada khalayaknya bisa jadi perubahan emosi namun ada
pula yang berdampak jangaka panjang seperti perubahan gaya hidup, idealisme atau malah
ideologi.

Film akhirnya juga dipandang sebagai sebuah bahasa yang menggenerasikan makna-
makna melalui sistem yaitu sinematografi, suara, editing, dan sebagainya, yang semua hal
tersebut bekerja seperti halnya bahasa. Selanjutnya, dengan menempatkan film sebagai
komunikasi ke dalam sebuah system besar yang menggeneralisasikan makna berarti film itu
sendiri merupakan sebuah “budaya”. Pengertian mengenai budaya dipahami sebagai proses
yang mengkontrusi kehidupan masyarakat. Sistem-sistem yang menghasilkan makna atau
kesadaran khususnya sistem-sistem dan media representasu yang menghadirkan sebagai
image dari budaya.

4
C. Perkembangan Industri Flem Di Indonesia
Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara dengan wilayah terluas ini tentunya
memiliki jumlah warga negara yang sangatlah besar. Tercatat hingga saat ini ada 264 juta
warga negara Indonesia. Hal ini tentunya memberikan potensi yang sangat besar di sektor
sumber daya manusia yang bisa membawa efek masif terhadap berbagai industri yang ada di
Indonesia. Salah satunya adalah industri perfilman.

Industri perfilman Indonesia sempat mengalami kondisi naik-turun, bahkan sempat


mengalami titik terendah pada dekade 1990-an. Untungnya memasuki tahun 2000, geliat
perfilman Indonesia mulai menanjak pelan-pelan. Film Petualangan
Sherina, Jelangkung, dan Ada Apa Dengan Cinta? menjadi tiga film yang membuat
munculnya harapan dari film-film Indonesia untuk tahun-tahun mendatang. Dan segalanya
mulai membaik sejak saat itu.

Dari film drama percintaan, film horror, hingga film action yang digarap dengan serius
semakin menjadikan perfilman Indonesia kuat di para para penonton lokal. Bahkan film-film
tersebut bisa bersaing di pentas internasional demi membuktikan kalau sineas Indonesia bisa
membuat film berkualitas.

Film Indonesia semakin merajai bioskop, Ketika industri perfilman Indonesia semakin
menanjak naik untuk menuju ke puncak kegemilangan, ini artinya respon dari masyarakat
Indonesia sangatlah baik. Hal itu terbukti dari film-film Indonesia yang mampu merajai
bioskop yang ada di setiap kota di Indonesia. Semakin hari, film Indonesia semakin
menunjukkan tajinya. Terlihat dari film seperti Pengabdi Setan, Dilan 1990, hingga
sekuelnya Dilan 1991 yang sukses menguasai bioskop, bahkan bisa menggusur film-film luar
negeri yang rilis dalam waktu yang bersamaan. Jangan lupakan juga rekor penonton yang terus
dipecahkan.Ketika rekor positif ini terus dipertahankan, maka ini menjadi pertanda baik.
Industri perfilman Indonesia terus tumbuh, sineas muda mulai bermunculan, dan para
penonton terpuaskan dengan karya yang mereka tonton.

Tidak lagi hanya bermain di genre horror, Indonesia memang memiliki riwayat yang cukup
panjang dalam dunia mistis, dan itu juga terbawa ke dalam dunia film. Indonesia punya
barisan film bergenre horror yang terus bertambah setiap tahunnya. Tidak ada yang salah
dengan hal itu, tapi sempat ada fase di mana film horror terlalu banyak diproduksi, tapi tidak
dengan kualitas yang bagus. Untungnya, banyak sineas yang mulai membuat film di luar genre
horror. Dan terbukti film-film mereka sukses juga. The Raid, The Raid 2, dan Laskar
Pelangi adalah bukti nyata dari kehebatan film-film Indonesia di luar genre horror.

5
D. Klasifikasi Flem

Seiring berkembangnya dunia perfilman, semakin banyak film yang diproduksi dengan
corak yang berbeda-beda. Secara garis besar, film dapat diklasifikasikan berdasarkan cerita,
orientasi pembuatan, dan berdasarkan genre.

Berdasarkan cerita, film dapat dibedakan antara film Fiksi dan Non-Fiksi. Fiksi merupakan
film yang dibuat berdasarkan imajinasi manusia, dengan kata lain film ini tidak didasarkan
pada kejadian nyata. Kemudian film Non-Fiksi yang pembuatannya diilhami oleh suatu
kejadian yang benar-benar terjadi yang kemudian dimasukkan unsur-unsur sinematografis
dengan penambahan efek-efek tertentu seperti efek suara, musik, cahaya, komputerisasi,
skenario atau naskah yang memikat dan lain sebagainya untuk mendukung daya tarik film
Non-Fiksi tersebut. Contoh film non-fiksi misalnya film The Iron Lady yang diilhami dari
kehidupan Margaret Thatcher.

Kemudian berdasarkan orientasi pembuatannya, film dapat digolongkan dalam film


komersial dan nonkomersial. Film komersial, orientasi pembuatannya adalah bisnis dan
mengejar keuntungan. Dalam klasifikasi ini, film memang dijadikan sebagai komoditas
industrialisasi. Sehingga film dibuat sedemikian rupa agar memiliki nilai jual dan menarik
untuk disimak oleh berbagai lapisan khalayak. Film komersial biasanya lebih ringan, atraktif,
dan mudah dimengerti agar lebih banyak orang yang berminat untuk menyaksikannya.
Berbeda dengan film non-komersial yang bukan berorientasi bisnis. Dengan kata lain, film
non-komersial ini dibuat bukan dalam rangka mengejar target keuntungan dan asasnya bukan
untuk menjadikan film sebagai komoditas, melainkan murni sebagai seni dalam
menyampaikan suatu pesan dan sarat akan tujuan. Karena bukan dibuat atas dasar
kepentingan bisnis dan keuntungan, maka biasanya segmentasi penonton film non-komersial
juga terbatas. Contoh film non-komersial misalnya berupa film propaganda, yang dibuat
dengan tujuan mempengaruhi pola pikir massal agar sesuai dengan pesan yang berusaha
disampaikan. Di Indonesia sendiri contoh film propaganda yang cukup melegenda adalah
film G30S/PKI. Atau film dokumenter yang mengangkat suatu tema khusus, misalnya
dokumentasi kehidupan flora dan fauna atau dokumentasi yang mengangkat kehidupan anak
jalanan, dan lain sebagainya. Selain itu, beberapa film yang memang dibuat bukan untuk
tujuan bisnis, justru dibuat dengan tujuan untuk meraih penghargaan tertentu di bidang
perfilman dan sinematografi. Film seperti ini biasanya memiliki pesan moral yag sangat
mendalam, estetika yang diperhatikan detail-detailnya, dengan skenario yang disusun
sedemikian rupa agar setiap gerakan dan perkataannya dapat mengandung makna yang begitu
kaya. Film seperti ini biasanya tidak mudah dicerna oleh banyak orang, karena memang
sasaran pembuatannya bukan berdasarkan tuntutan pasar. Seni, estetika, dan makna
merupakan tolak ukur pembuatan film seperti ini. Contohnya di Indonesia seperti film Pasir

6
Berbisik yang di produseri oleh Christine Hakim dan Daun di Atas Bantal yang berkisah
mengenai kehidupan anak jalanan.

Kemudian klasifikasi berdasarkan genre film itu sendiri. Terdapat beragam genre film
yang biasa dikenal masyarakat selama ini, di antaranya:

• Action
• Komedi
• Drama
• Petualangan
• Epik
• Musikal
• Perang
• Science Fiction
• Pop
• Horror
• Gangster
• Thriller
• Fantasi
• Disaster / Bencana

E. Industrialisasi Flem
1. Studio besar industry flem
Terdapat delapan produser film raksasa yang selama ini sudah merajai industri
perfilman dunia, di antaranya :

• Columbia
• Fox
• MGM
• Paramount
• Universal
• Warner Brothers
• Buena Vista (Disney)
• TriStar (Sony)

Mereka merupakan bagian dari integrasi vertikal konglomerasi yang mendominasi


distribusi dan produksi film. Masing-masing perusahaan memiliki kemampuan untuk
memproduksi 15 hingga 25 film setiap tahun. Namun sesungguhnya perusahaan produksi
film tersebut telah mengurangi produktivitasnya dengan memproduksi lebih sedikit film

7
pada kisaran tahun 2008-2009 dan menjadi lebih konservatif dan berhati-hati dalam segala
keputusan distribusi dan produksi mereka. Sekarang, perusahaan besar berani
menginvestasikan rata-rata sekitar US$66.000.000 perfilm, ditambah biaya pengiklanan
dan promosi sekitar rata-rata US$36.000.0000.

Nama-nama aktor dan sutradara papan atas juga menjadi perhitungan sumber profit
mereka yang dipersentasikan melalui permintaan pasar. Nama besar aktor seperti Johnny
Depp misalnya, yang mampu menghasilkan US$ 50.000.000 pada akhir kesusksesan
sebuah film serta tambahan keuntungan sekitar US$ 20.000.000 hanya dengan
penampilannya saja. Maka angka pertaruhannya sangat tinggi, sehingga tuntutan untuk
mampu memproduksi film-film big hits menjadi sangat besar.

Sebuah perusahaan muda, DreamWorks, yang dirintis oleh Steven Spielberg pada
1995 kini juga sudah menuai sukses dalam bidang film animasi, tetapi masih harus
menghadapi persaingan ketat dalam pangsa yang lain. Kesuksesan produksi
film Shrek dan Madagascar kontan menjadikan DreamWorks sebagai kompetitor yang
layak diperhitungkan oleh PixarStudio, yang memproduksi film-film animasi populer,
terutama film-film animasi keluaran Disney.

2. Produksi film independen.


Kebanyakan film keluaran tahun 2009 tidak lagi hanya diproduksi dalam studio.
Banyak yang mulai memproduksi film-film independen (indie). Meski begitu, jarang dari
mereka yang sukses didistribusikan ke pasaran. Sekitar 900 film independen diproduksi di
Amerika pada tahun 2009. Namun hanya 500 film di antaranya yang benar-benar
didistribusikan dan dipasarkan. Jadi, bagi sutradara film-film indie sendiri, target
utamanya adalah berhasil mendistribusikan film mereka. Soal finansial, film indie
biasanya tidak memakai terlalu banyak biaya. Sehingga keuntungan finansial bukan
menjadi target utama pembuatan film indie.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Film merupakan suatu gabungan dari shot, scene, sequence, dan cerita dalam film itu
sendiri yang saling berkaitan juga berhubungan antara satu sama lainnya hingga menjadi
cerita yang utuh dan menjadi suatu sajian tontonan bagi khalayak. Perfilman di Indonesia
akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini
menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif yang ikut membangun negeri
kita secara moril baik positif maupun negatif. Kebebasan berekspresi di negeri ini mendukung
produksiproduksi film di Indonesia sehingga meningkat secara pesat. Teknologi juga salah
satu hal yang ikut mendorong industri kreatif Indonesia memproduksi film-film untuk
menjadi sumber pemasukan mereka. Perfilman Indonesia pun tak kalah mendapat perhatian
dari perfilman seluruh dunia. Rumah produksi tersebar bukan hanya di kota besar saja, tapi
juga di kota-kota kecil di seluruh pelosok negeri ini. Film merupakan salah satu media
komunikasi modern yang efektif untuk menghibur sekaligus menyampaikan pesan yang dapat
mempengaruhi sikap, pola pikir dan membuka wawasan bagi penontonnya. Dalam
perkembangan media, audio visual bisa dikatakan sangat ampuh menyampaikan suatu pesan
terhadap khalayak banyak dari pada media-media lain. Komunikasi yang efektif sangat
diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

Ada beberapa klasifikasi flem yaitu berdasarkan cerita, orientasi pembuatan, dan
berdasarkan genre. Terdapat beragam genre film yang biasa dikenal masyarakat selama ini, di
antaranya : Action, Komedi, Drama, Petualangan, Epik, Musikal, Perang, Science Fiction,
Pop, Horror, Gangster, Thriller, Fantasi, Disaster / Bencana

B. Saran

Dunia perfilman secara global telah mengalami perkembangan dengan sangat pesat, hal ini
dapat dilihat dari perkembangan teknologi. Nilai daya tarik dari sebuah film tidak hanya
dihasilkan dari kemampuan teknis pengambilan gambar, teknik pencahayaan, tempat atau
tema, maupun ide cerita, akan tetapi juga dihasilkan dari kemampuan penggabungan unsure
komputer grafis yang di masukkan kedalam film. Selain teknologi, kemajuan dari film global
didukung oleh ide – ide kreatif yang juga semakin menambah daya tarik dari sebuah film.
Dengan adanya hal tersebut, perfilman Indonesia juga dituntut untuk memproduksi tayangan
yang berkualitas agar dapat bersaing dalam dunia perfilman global.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/42412/2/BAB%20I.pdf
https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/bagaimana-perkembangan-industri-
perfilman-indonesia-saat-ini
https://id.wikipedia.org/wiki/Perkembangan_Film#Industrialisasi_Film
http://e-journal.uajy.ac.id/4789/2/1MM01760.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai