SKRIPSI
Disusun oleh:
LAILA BAROAH
NIM: 11150510000103
Laila Baroah
NIM. 11150510000103
i
PENGESAHAN PEMBIMBING
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Strata satu (S1) Sarjana Sosial (S.Sos.)
Disusun oleh:
Laila Baroah
NIM. 11150510000103
Dosen Pembimbing:
ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASAH
Penguji 1 Penguji 2
Pembimbing
iii
ABSTRACT
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
vi
menjalani studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kepada Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya, yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada
peneliti.
6. Kepada kedua orang tua tercinta peneliti, yakni Bapak Alm.
Yasin Maulana Mardani, S.Sos. dan Ibu Enung Nurmardiah, yang
telah memberikan peneliti kasih sayang tiada batas, dukungan,
serta Doa kepada peneliti. Kepada suami terkasih, Samiaji farid
Prasetyo, S.H. yang telah mendukung, memotivasi, dan tidak
bosan mendengar keluh kesah peneliti yang kadang tidak
menentu ini. Serta ketiga kakak dan adik peneliti yakni Alifah
Hidayati, S.S, Achmad Shidqi Maulana, S.Sos, dan Qotrunnida
Zahiroh yang selalu memberikan semangat.
7. Kepada teman seperjuangan KPI C 2015 (Intinya Grup) Alfi, Aya,
Hilwah dan Yaumil yang menemani, menciptakan dan
kebahagiaan kepada peneliti selama masa perkuliahan.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan serta kesempurnaan penelitian ini, sehingga
skripsi ini dapat memberikan manfaat. Aamiin.
Laila Baroah
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu dari banyaknya media komunikasi
massa, film bermula dari karangan belaka yang dikemas menjadi
lebih hidup serta ringan dimengerti bagi para penikmatnya. Film
yang eksistensinya tidak pernah pudar di kalangan masyarakat
membuat para pencipta film berlomba-lomba untuk
menghasilkan tontonan terbaik untuk masyarakat.
Film dapat dinikmati oleh semua kalangan. Dari mulai anak
kecil hingga orang dewasa, dan tidak dilihat dari latar belakang
pendidikannya. Film tetap bisa dinikmati oleh semua orang tanpa
memiliki kemampuan membaca dan mengerti bahasa asing.
Dalam sebuah film, pesan dan makna dapat dipahami dengan
gerakan dan mimik pemeran dalam film. Sedangkan bahasa,
sekedar untuk memperjelas sebuah adegan dalam film. Dengan
bahasa, film akan terasa menjadi lebih jelas maknanya.1
Pada era modern seperti sekarang ini, dakwah dapat
dikemas dengan berbagai sarana agar proses dakwah dapat
berjalan lebih baik, menarik dan tidak ketinggalan zaman. Salah
satunya yaitu berdakwah melalui film. Sebagai media komunikasi
massa yang hingga saat ini masih banyak peminatnya, tidak hanya
sebagai hiburan tetapi juga bisa dijadikan sebagai media
berdakwah.
1
Apriadi Tamburaka. (2013). Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media
Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), h.29
1
2
2
L.Rivers, William, et al. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern,
(Jakarta: Kencana), h.87
3
B. Batasan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, untuk
membatasi permasalahan dalam penelitian ini agar tidak terlalu
luas pembahasannya dan jelas sasarannya, maka dibatasi yaitu
gambar yang mengandung pesan dakwah terdapat dalam film
Ghibah yang terdapat pada 11 scene.
C. Rumusan Masalah
Agar sesuai dengan batasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
Apa saja isi pesan dakwah yang terkandung dalam film
Ghibah karya Riza Pahlevi dan Vidya Ariesty?
5
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma pada penelitian ini menggunakan paradigma
kontruktivisme. Paradigma ini memandang bahwa realitas
sosial bukanlah suatu hal yang terbentuk secara alami, akan
tetapi hasil dari sebuah kontruksi. Kontruktivisme menyatakan
bahwa individu menginterprestasikan secara bereaksi sesuai
8
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif bersifat tekstual dan jenis penelitiannya
deskriptif. Bentuk data yang digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah data dalam bentuk rangkaian kata-kata dan
bukan dalam bentuk data angka. Data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan data dokumentasi yang didapatkan
dalam bentuk file video film Ghibah, serta data yang didapat
dari berbagai sumber yang relevan dengan penelitian ini.
3
Elvaniaro Ardianto Bambang Q-Anees. (2009). Filsafat Ilmu Komunikasi.
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media), h.151.
4
Stephen W. Little John. (2002). Theories of Humman Communication.
(Wadsworth: Belmon) h.163.
9
b. Observasi
Teknik pengumpulan data observasi ini adalah data
pelengkap untuk menguatkan hasil data yang telah
diperoleh sebelumnya. Cara pengumpulan data dengan
teknik observasi ini adalah dengan menonton secara terus
menerus dan memahami pesan dakwah yang ada pada film
Ghibah.
5
Lexy J Moleong. (1989). Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: CV
Remadja Karya), h.196.
11
b. Penyajian Data
Sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
mengambil tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-
penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang
utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi:
berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan.
Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi
yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah
digapai.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan menurut Milles & Huberman
hanyalah sebagai dari satu kegiatan dari konfigurasi yang
utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat
pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran
penganalisis (peneliti).
Setelah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
untuk menunjang penelitian dan data yang diperoleh telah
terkumpul secara lengkap, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis data dengan menggunakan
analisis isi kualitatif deskriptif pesan-pesan dakwah
berdasarkan kategori sistematik yang terdiri dari aqidah,
syariah dan akhlak. Kemudian dibuat kontruksi kategori,
merupakan semacam alat yang digunakan untuk
mengupas permasalahan dalam penelitian. Kategori yang
13
6
Endang Saifuddin Anshari.( 2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran
Tentang Paradigma dan Sistem Islam. (Jakarta: Gema Insani), h. 44.
7
Syaltut, Mahmud. (1986). Islam Aqidah dan Syariah. (Jakarta: Pustaka Amani),
h.111.
8
Endang Saifuddin Anshari. ( 2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran
Tentang Paradigma dan Sistem Islam. (Jakarta: Gema Insani), h.46.
14
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Di mana masing-
masing bab dibagi ke dalam sub-sub sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN, bab ini memuat tentang latar
belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II: LANDASAN TEORETIS, bab ini memuat tentang
kajian teori, Meliputi pengertian analisis isi, pengertian pesan
dakwah, pengertian film. Kemudian penelitian terdahulu, dan
kerangka berpikir penelitian.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN, bab ini memuat
tentang paradigma penelitian, pendekatan penelitian, subjek dan
objek penelitian, teknik pengumpulan data, kredibilitas data
penelitian, dan teknik analisis data penelitian.
BAB IV: HASIL PENELITIAN, bab ini memuat tentang
deskripsi umum subjek penelitian, deskripsi data penelitian dan
pembahasan data penelitian.
BAB V: PENUTUP, bab ini memuat tentang kesimpulan
dan saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Kajian Teori
a. Analisis Isi
Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk
memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang
dilakukan secara objektif, sistematik, dan relevan secara
sosiologis. Uraian dalam analisisnya boleh saja menggunakan
tata cara perukuran kuantitatif atau kualitatif, atau bahkan
keduanya sekaligus1.
Teknik penelitian yang digunakan dalam analisis isi
yaitu untuk mendapatkan gambaran isi pesan komunikasi yang
diuraikan menggunakan tata cara pengukuran kualitatif atau
kuantitatif dan bisa juga keduanya.
Analisis isi menurut R. Holsty adalah suatu metode
analisis isi pesan suatu cara yang sistematis yang menjadi
petunjuk untuk mengamati dan menganalisis pesan tertentu
yang dapat sisampaikan oleh komunikator. Sedangkan
kualitatif dimana pendekatan ini menggunakan seperangkat
tema sebagai pedoman dalam membahas seluruh isi pesan dan
mencoba menerangkan bagaimana tema tersebut
dikembangkan oleh suatu sumber media dan cenderung untuk
1
Nasution , Zulkarimein. (2002). Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Pusat
Penelitian Universitas Terbuka). Cet ke.3, h. 32.
15
16
2
Holsty, R et.al. (1969). Content Analisis dalam Handbook of Social Psycology
Edited By Darder. Kindzay & Billiot Aronson (Cambridge Massactusset
Addision Wesley). H. 589-600.
3
Eriyanto. (2011). Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: Kencana). Cet ke.1, h.10.
4
Titscher, Stefan dkk. (2009). Metode Analisis Teks dan Wacana (Yogyakarta:
PustakaPelajar). Cet ke.1, h.97.
5
Purwadarminta, Wjs. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka). Edisi ke.3, h.883.
17
b. Pesan Dakwah
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh
komunikator (pengirim pesan) kepada seorang komunikan
(penerima pesan), dan didalam sebuah percakapan yang
dilakukan oleh komunikator dengan komunikan tentu harus
memiliki sebuah umpan balik guna keberlangsungan
percakapan yang mereka lakukan, sehingga pertukaran
informasi pun bisa berjalan sesuai alur komunikasi.
Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
artinya suruhan, perintah, nasihat, harus disampaikan kepada
orang lain7. Pesan adalah sebuah perintah, nasihat, dan amanat
yang disampaikan oleh orang lain kepada lawan bicaranya.
Pesan merupakan suatu berita atau informasi yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melalui
proses komunikasi8.
Pesan adalah apapun yang dikomunikasikan dari sumber
6
Richard West dan Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi
Analisis dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humanka), h.145
7
Wjs. Purwa Darminta. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka), edisi ke-3, h.883.
8
Toto Tasmara. (1987) Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama),
h.7.
19
9
Wahyu Ilaihi. (2010). Komunikasi Dakwah. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), h.97.
10
M.S Hidayat. (2006). Public Speaking dan Teknik Presentasi. (Yogyakarta:
Graha Ilmu), h.43-44.
11
Mustofa Bisri. (1995). Saleh Ritual Saleh Sosial. (Bandung: Mizan), h.28.
20
12
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi. (2006). Manajemen Dakwah, (Jakarta:
Kencana), h. 17.
13
Dr. Bambang S. Ma’arif. (2010). Komunikasi Dakwah. (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media), h.34.
14
M. Quraish Shihab. (1992). Membumikan Al-Quran. (Bandung: Mizan), h.
194.
15
Moh. Ali Aziz. (2004). Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana), h. 3
21
16
Toto Tasmara. (1997). Komunikasi Dakwah. (Jakarta:Gaya Media Pratama),
h.31-43.
17
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran. (2011). Al-Quran dan Terjemahnya.
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), h.51.
22
18
Wardi Bachtiar. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. (Ciputat: Logos
Wacana Ilmu), cet. Ke-1, h.33-34.
19
Endang Saifuddin Anshari. (1996). Wawasan Islam. (Jakarta: Rajawali), h. 71.
20
Toha Yahya Umar. (1971). Ilmu Dakwah. (Jakarta: PT Wijaya), h.1.
23
21
Indriansyah Islamiyah. (1998). Akhlak Islamiyah. (Jakarta: Parameter), h.5.
22
Endang Saifuddin Anshari. (2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran
Tentang Paradigma dan Sistem Islam. (Jakarta: Gema Insani), h. 44.
24
23
Syaltut, Mahmud. (1986). Islam Aqidah dan Syariah. (Jakarta: Pustaka
Amani), h.5
26
24
Ibid, h. 111
25
Ibid, h. 111
26
Asmaran As. (1994). Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada), h. 1.
27
27
Endang Saifuddin Anshari. (2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran
Tentang Paradigma dan Sistem Islam. (Jakarta: Gema Insani). H. 46
28
Nata, Abuddin. (2010). Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Rajawali Pers) H. 43
28
c. Ghibah
Ghibah atau bergunjing atau biasa pula disebut bergosip
merupakan satu aktivitas yang sangat biasa dilakukan oleh
banyak orang saat ini. Kebiasaan ini sudah menjadi suatu hal
yang snagat melekat bagi sebagian banyak orang terkhusus
orang Indonesia.
Menurut bahasa, ghibah berasal dari kata “ghaabaha
yaghiibu ghaiban” yang artinya ghaib atau tidak hadir29. Asal
kata ini memberikan pemahamana unsur ketidakhadiran
seseorang dalam ghibah yakni orang yang menjadi objek
pembicaraan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan Ghibah
adalah obrolan tentang orang-orang lain atau cerita-cerita
negatif tentang seseorang30. Ghibah juga dapat berarti umpan,
fitnah dan gunjingan. Ghibah dalam Bahasa Indonesia berarti
perkataan yang memburuk-burukkan orang lain.
Yusuf Al Qardhawi mengartikan ghibah sebagai suatu
keinginan untuk menghancurkan orang, suatu keinginan untuk
menodai harga diri, kemuliaan dan kehormatan orang lain,
sedang mereka itu tidak ada dihadapannya31.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
َ هللا َع َل ْي ِّه َو َس َّل َم َق
: ال َ َع ْن َأب ْي ُه َرْي َر َة َأ َّن َر ُس ْو َل هللا
ُ ص َّلى
ِّ
َ ذ ْك ُر َك َأ َخاك: ال
َ َ ُ َ ْ َ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ْ ُ َ ُ َ ْ ْ َ َ ِّ ْ ُ ْ َ َ
ِّ ق، هللا و رسوله أعلم: أتدرون ما ال ِّغيبة ؟ قالوا
29
Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung,
1998), h.304
30
Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h.469
31
Yusuf Al Qardhawi, Al Halal wa al Haram Fi al Islam (Kairo: Maktabah
abbah, 1993), h.305
29
َ إ ْن َك: ال
ان ِّف ْي ِّه َ ان ف ْي َأ ْخ ْي َما َأ ُق ْو ُل ؟ َقَ َأ َف َرَأ ْي َت إ ْن َك: َفق ْي َل،ب َما َي ْك َر ُه
ِّ
ِّ ِّ ِّ ِّ
ُ َو إ ْن َل ْم َي ُك ْن ف ْيه َما َت ُق ْو ُل َف َق ْد َب َه َّته،اغ َت ْب َت ُه
ْ َ َ َ َ ُ ْ ُل
ما تقو فق ِّد
ِّ ِّ ِّ
“Tahukah kaliah, apakah itu ghibah?” Para sahabat
menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.”
Rasulullah SAW bersabda, “engkau membicarakan sesuatu
yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang
tidak dia sukai. Salah seorang sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu jika yang aku
bicarakan benar-benar ada pada diri saudaraku? Rasulullah
SAW menjawab, “jika yang engkau bicarakan ada pada diri
saudaramu, maka engkau sungguh telah mengghibahinya.
Sedangkan jika yag engkau bicarakan tidak terdapat pada diri
saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya.”
(H.R. Muslim)32
32
Muslim, Shahih Muslim (Beirut: Dar-al Kitab Araby, 2004), h.128
30
33
Al-Qurthubi, “al Jami’ li Ahkam al Qur’an juz XVI”, (eirut: Darul al Ilmiyah,
1993), h.219
31
34
Muhammad bi ‘Alan, “Dalil Dalil al-Falihin, Syarah kitab Hadits Riyadhush
Shalihin”, bab 256
32
d. Film
Film yang sering kita dengar sebagai movie, gambar
hidup, film teater, atau foto bergerak, merupakan serangkaian
gambar diam yang ketika ditampilkan pada layer akan
menciptakan ilustrasi gambar bergerak karena efek dari
fenomena sinematographi. Ilusi optik ini memaksa penonton
untuk melihat gerakan berkelanjutan antar objek yang berbeda
secara cepat dan berturut-turut. Dalam proses pembuatan film
menggabungkan seni dan industri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Idonesia (KBBI), film
dapat diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film
merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang
digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah
objek. Kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup.
Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup atau
gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media
selaput seluloid saja. Film dapat pula disimpan dan diputar
kembali dalam media digital35.
Effendy mendefinisikan film sebagai gambar yang
bergerak secara mekanik yaitu berbentuk gambar-gambar yang
terbuat dari seluloid yang transparan dalam jumlah yang
banyak apabila digerakkan melalui cahaya yang kuat, maka
gambar tersebut akan tampak seperti gambar hidup36.
Film dapat dinikmati oleh semua kalangan. Dari mulai
35
Apriadi Tamburaka. (2013). Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), h.112.
36
Onong Uchjana Effendy. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti), h.178.
34
anak kecil hingga orang dewasa serta tidak dilihat dari latar
belakang pendidikannya. Film tetap bisa dinikmati oleh semua
orang tanpa memiliki kemampuan membaca dan mengerti
bahasa asing. Dalam sebuah film, pesan dan makna dapat
dipahami dengan gerakan dan mimik pemeran dalam film.
Sedangkan bahasa sekedar untuk memperjelas sebuah adegan
dalam film. Dengan Bahasa, film akan terasa menjadi lebih
jelas maknanya.
Film merupakan salah satu media komunikasi massa.
Dikatakan sebagai media komunikasi massa karena
merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran
(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan
secara massal, dalam arti berjumlah banyak serta tersebar
dimana-mana, khalayaknya heterogen dan anonim, dan
menimbulka efek tertentu.
Sebagaimana media massa umumnya film merupakan
cermin atau jendela masyarakat dimana media massa itu
berada. Nilai, norma dan gaya hidup yang berlaku menetapkan
nilai-nilai budaya yang “penting” dan “perlu” dianut oleh
masyarakat, bahkan nilai-nilai yang merusak sekalipun37.
Pada era modern seperti sekarang ini, dakwah dapat
dikemas dengan berbagai sarana agar proses dakwah dapat
berjalan lebih efektif, menarik, dan tidak ketinggalan zaman.
Salah satunya yaitu berdakwah melalui film. Sebagai media
komunikasi massa yang hingga saat ini masih banyak
37
Deddy Mulyana. (2008). Komunikasi Massa Kontroversi, Teori dan Aplikasi.
(Bandung: Widya Padjajaran), h.89
35
38
L.Rivers, William, et al. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern.
(Jakarta: Kencana).
39
Pratista Himawan. (2008). Memahami Film. (Yogyakarta: Homerian Pustaka),
h.29
36
Film Ghibah
Analisis Isi
Pesan Dakwah
1. Anjuran 1. Menghormati
sholat ‘Idul Orangtua
Adha dan 2. Toleransi
Berqurban Antar Agama
2. melaksanak 3. Berbakti
an Sholat Kepada
3. Doa Orang Tua
4. Tolong
menolong
5. Saling
memaafkan
6. Larangan
berghibah
39
40
43
44
2. Scene 4
a. Anjuran salat ‘Idul Adha
b. Larangan ber-ghibah
3. Scene 5
a. Menghormati Orang Tua
4. Scene 6
a. Anjura Berqurban
5. Scene 7
a. Melaksanakan Salat
6. Scene 8
a. Berbakti Kepada Orang Tua
7. Scene 10
a. Memfitnah
b. Berkholwat
8. Scene 12
a. Memfitnah
9. Scene 14
a. Berdekatan dengan Lawan Jenis
10. Scene 15
a. Larangan ber-ghibah
11. Scene 18
a. Tolong-menolong
c. Saling Memaafkan
53
54
1
Hajjaj, Muhammad Fauqi. (2013). Tasawuf Islam &Akhlak. (Jakarta: Amzah),
h.281
63
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis dan pembahasan pada bab-bab
terdahulu, di bawah ini terdapat beberapa kesimpulan yang
diperoleh peneliti dari keseluruhan isi cerita:
Terdapat pesan dakwah yaitu (1) syari’ah, meliputi anjuran
salat Idul Adha & berkurban, melaksanakan salat dan Doa. (2)
Akhlak, meliputi akhlak baik, terdiri dari: akhlak baik yakni
menghormati orang tua, toleransi antaragama, berbakti kepada
orang tua, tolong-menolong, saling memaafkan, akhlak buruk,
meliputi larangan ghibah, tidak menghargai orang lain,
memfitnah, dan berkholwat dan berdekatan dengan lawan jenis.
Pesan yang paling menonjol dalam film ini adalah pesan akhlak,
yang digambarkan melalui tokoh Firly dan teman-temannya yang
suka berprasangka buruk, membicarakan orang lain atau biasa
disebut ber-ghibah.
75
76
B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan dalam
rangka pengembangan pesan-pesan islami lewat sebuah film,
khususnya film ghibah, antara lain:
1. Para pelaku dakwah, hendaknya lebih menyadari bahwa film
merupakan salah satu alat yang efektif dalam menyampaikan
pesan dakwah. Oleh karena itu, para pembuat film harus lebih
mempelajari tentang cara membuat film islami yang lebih baik
lagi.
2. Para da’i dan masyarakat seharusnya lebih memanfaatkan
teknologi yang sudah maju saat ini. Berdakwah dengan
memanfaatkan salah satu media massa merupakan hal yang
sangat efektif, karena dengan menyampaikan dakwah melalui
media massa yaitu film khususnya, pesan yang ingin
disampaikan bisa lebih jelas tersampaikan melalui adegan-
adegannya kepada penonton.
3. Hal-hal baik yang ada di dalam penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan dalam mengembangkan karya seni,
khususnya film yang sarat dengan nilai religi.
DAFTAR PUSTAKA
77
78