Anda di halaman 1dari 91

ANALISIS ISI PESAN DAKWAH

DALAM FILM GHIBAH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar


Strata Satu (S1) Sarjana Sosial (S.Sos.)

Disusun oleh:

LAILA BAROAH
NIM: 11150510000103

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tahun 2022 M / 1444 H
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Laila Baroah


Nim : 11150510000103

menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ANALISIS ISI PESAN


DAKWAH DALAM FILM GHIBAH adalah benar merupakan
karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat dalam
penyusunannya. Pada kutipan yang ada pada penyusunan karya ini
telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi ini. Saya
bersedia menerima sanksi yang semestinya diberlakukan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta jika terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
saya atau plagiasi karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat agar dapat digunakan sebaik-


baiknya.

Jakarta, 12 Agustus 2022

Laila Baroah
NIM. 11150510000103

i
PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS ISI PESAN DAKWAH


DALAM FILM GHIBAH

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Strata satu (S1) Sarjana Sosial (S.Sos.)

Disusun oleh:

Laila Baroah
NIM. 11150510000103

Dosen Pembimbing:

Drs. Jumroni, M.Si.


NIP. 196305151992031006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tahun 2022 M / 1444 H

ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASAH

Skripsi berjudul ANALISIS ISI PESAN DAKWAH


DALAM FILM GHIBAH disusun oleh Laila Baroah dengan
Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 11150510000103 telah diujikan
dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam
ujian munaqasah pada 25 Agustus 2022 di hadapan dewan penguji.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos.) dalam bidang Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
Tim Penguji Sidang Munaqasah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Armawati Arbi, M.Si. Dr. H. Edi Amin, M.A.


NIP. 196502071991032002 NIP. 197609082009011010

Penguji 1 Penguji 2

Drs. Masran, M.A. Kiky Rizky, M.Si.


NIP. 196012021995031001 NIP. 197303212008011002

Pembimbing

Drs. Jumroni, M.Si.


NIP. 196305151992031006

iii
ABSTRACT

Laila Baroah, NIM. 1150510000103. Content Analysis of Da'wah


Messages in Ghibah Films

In the modern era, proselytizing can be packaged with various


means so that the proselytizing process can run more effectively,
interestingly and not outdated. One of them preached through
movies. Like in the movie Ghibah which tells the habit of Firly and
his friends who like to talk about others. Resulting in Firly and his
friends experiencing a strange incident, they finally realized that the
deed was not good and apologized.
What are the proselytizing messages contained in the film
Ghibah by Riza Pahlevi and Vidya Ariesty?. This study used content
analysis. By using a qualitative approach that aims to find the
meaning of words and sentences, as well as certain meanings that
depend on a film.
The results of the study contained a message of proselytizing
aqidah which included asking for God's protection. The content of
the shari'a message, including the recommendation of Eid al-Adha
prayers & sacrifices and the obligation to carry out prayers. The
content of the Akhlak message, including good morals, consists of:
good morals, namely respecting parents, interfaith tolerance, filial
piety to parents, please help, forgive each other, bad morals,
including prohibition of preaching, disrespect for others, slander, and
being alone and close to the opposite sex. The content of the pesan
in this film is a moral message, which is depicted through the main
character who likes to be prejudiced, talking about others or
commonly called berghibah.

Keywords: Film, Da'wah, Ghibah, Content analysis, and mutual


help.

iv
ABSTRAK

Laila Baroah, NIM. 1150510000103. Analisis Isi Pesan Dakwah


dalam Film Ghibah

Pada era modern, dakwah dapat dikemas dengan berbagai


media agar proses dakwah dapat berjalan lebih efektif, menarik dan
tidak ketinggalan zaman. Salah satunya berdakwah melalui film.
Seperti pada film Ghibah yang menceritakan kebiasaan Firly dan
teman-temannya yang suka membicarakan orang lain.
Mengakibatkan Firly dan teman-temannya mengalami kejadian
janggal, akhirnya mereka sadar perbuatan tersebut tidak baik dan
meminta maaf.
Bagaimana pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam film
Ghibah karya Riza Pahlevi dan Vidya Ariesty?. Penelitian ini
menggunakan analisis isi. Dengan menggunakan pendekatan
kualitatif yang bertujuan untuk mencari arti kata maupun kalimat,
serta makna tertentu yang tergantung dalam sebuah film.
Hasil penelitian terdapat pesan dakwah, yaitu (1) syari’ah,
meliputi anjuran salat Idul Adha & berkurban, melaksanakan salat
dan berdoa. Isi pesan akhlak, meliputi akhlak baik, terdiri dari:
akhlak baik yakni menghormati orang tua, toleransi antaragama,
berbakti kepada orang tua, tolong-menolong, saling memaafkan,
akhlak buruk, meliputi larangan ghibah, tidak menghargai orang
lain, memfitnah, serta berkholwat dan berdekatan dengan lawan
jenis. Isi pesan paling dominan dalam film ini adalah pesan akhlak,
yang digambarkan melalui tokoh utama yang suka berprasangka
buruk, membicarakan orang lain atau biasa disebut ber-ghibah.

Kata Kunci: Film, Dakwah, Ghibah, Analisis isi, dan tolong-


menolong.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat iman,
Islam, serta Kesehatan kepada kita. Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada baginda Rasulullah Saw. yang telah
memberikan cahaya kehidupan. Alhamdulillahi rabbil ’Aalamiin,
berkat karunia dari Allah Swt. usaha yang dilakukan, serta dukungan
dari keluarga dan sahabat tercinta, akhirnya peneliti telah
menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS ISI PESAN
DAKWAH DALAM FILM GHIBAH.
Dalam penyusunan karya ini, tidak sedikit kendala yang
peneliti lalui, namun berkat rahmat Allah SWT, kini semua itu telah
terlewati. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih
setulus hati kepada:
1. Bapak Drs. Jumroni, M.Si, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si, Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam (KPI), dan Bapak Dr. H. Edi Amin, M.A,
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).
3. Bapak Drs. Wahidin, MA , Dosen Penasihat Akademik KPI C
Angkatan 2015.
4. Kepada Segenap Dosen serta staf Tata Usaha dan Akademik
FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada peneliti selama

vi
menjalani studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kepada Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya, yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada
peneliti.
6. Kepada kedua orang tua tercinta peneliti, yakni Bapak Alm.
Yasin Maulana Mardani, S.Sos. dan Ibu Enung Nurmardiah, yang
telah memberikan peneliti kasih sayang tiada batas, dukungan,
serta Doa kepada peneliti. Kepada suami terkasih, Samiaji farid
Prasetyo, S.H. yang telah mendukung, memotivasi, dan tidak
bosan mendengar keluh kesah peneliti yang kadang tidak
menentu ini. Serta ketiga kakak dan adik peneliti yakni Alifah
Hidayati, S.S, Achmad Shidqi Maulana, S.Sos, dan Qotrunnida
Zahiroh yang selalu memberikan semangat.
7. Kepada teman seperjuangan KPI C 2015 (Intinya Grup) Alfi, Aya,
Hilwah dan Yaumil yang menemani, menciptakan dan
kebahagiaan kepada peneliti selama masa perkuliahan.
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan serta kesempurnaan penelitian ini, sehingga
skripsi ini dapat memberikan manfaat. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh


Jakarta, 12 Agustus 2022

Laila Baroah
vii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI.............................................i


PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG MUNAQASAH ............. iii
ABSTRACT ...................................................................................iv
ABSTRAK ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................vi
DAFTAR ISI ............................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Batasan Masalah .................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................................. 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................. 5
1. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
2. Manfaat Penelitian ............................................................. 5
E. Tinjauan Kajian Terdahulu .................................................... 5
F. Metodologi Penelitian ........................................................... 7
1. Paradigma Penelitian ......................................................... 7
2. Pendekatan Penelitian ........................................................ 8
3. Subjek dan Objek Penelitian .............................................. 9
4. Teknik Pegumpulan Data................................................... 9
5. Kredibilitas Data Penelitian ............................................. 10
6. Teknik Analisis Data ....................................................... 11
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORETIS ............................................... 15
viii
A. Kajian Teori ......................................................................... 15
a. Analisis Isi ....................................................................... 15
b. Pesan Dakwah .................................................................. 18
c. Ghibah.............................................................................. 28
d. Film .................................................................................. 33
B. Kerangka Berpikir Penelitian .............................................. 38
BAB III GAMBARAN UMUM FILM GHIBAH ...................... 39
A. Profil Film Ghibah............................................................... 39
B. Tokoh dan Karakter Pemain Film Ghibah........................... 41
C. Sinopsis Film Ghibah .......................................................... 42
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ........................ 43
BAB V PEMBAHASAN............................................................... 53
BAB VI PENUTUP ...................................................................... 75
A. Kesimpulan .......................................................................... 75
B. Saran-saran .......................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 77

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3 tampilan official poster film Ghibah……………..…... 39


Gambar 4.1 tampilan cuplikan gambar menit ke 1.47….……….. 43
Gambar 4.2 tampilan cuplikan gambar menit ke 1.56…………... 44
Gambar 4.3 tampilan cuplikan gambar menit ke 10.14…………... 44
Gambar 4.4 tampilan cuplikan gambar menit ke 11.39…………... 45
Gambar 4.5 tampilan cuplikan gambar menit ke 13.10…………... 45
Gambar 4.6 tampilan cuplikan gambar menit ke 13.21…………... 45
Gambar 4.7 tampilan cuplikan gambar menit ke 14.56…………... 46
Gambar 4.8 tampilan cuplikan gambar menit ke 16.08…………... 46
Gambar 4.9 tampilan cuplikan gambar menit ke 21.00..…….….. 47
Gambar 4.10 tampilan cuplikan gambar menit ke 27.56.……….. 47
Gambar 4.11 tampilan cuplikan gambar menit ke 32.05………... 48
Gambar 4.12 tampilan cuplikan gambar menit ke 38.42…………. 48
Gambar 4.13 tampilan cuplikan gambar menit ke 39.46…………. 49
Gambar 4.14 tampilan cuplikan gambar menit ke 51.07.……….. 49
Gambar 4.15 tampilan cuplikan gambar menit ke 55.18………... 50
Gambar 4.16 tampilan cuplikan gambar menit ke 1.01.28………. 50
Gambar 4.17 tampilan cuplikan gambar menit ke 1.21.16………. 51
Gambar 4.18 tampilan cuplikan gambar menit ke 1.29.36………. 51
Gambar 4.29 tampilan cuplikan gambar menit ke 1.30.49………. 52

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai salah satu dari banyaknya media komunikasi
massa, film bermula dari karangan belaka yang dikemas menjadi
lebih hidup serta ringan dimengerti bagi para penikmatnya. Film
yang eksistensinya tidak pernah pudar di kalangan masyarakat
membuat para pencipta film berlomba-lomba untuk
menghasilkan tontonan terbaik untuk masyarakat.
Film dapat dinikmati oleh semua kalangan. Dari mulai anak
kecil hingga orang dewasa, dan tidak dilihat dari latar belakang
pendidikannya. Film tetap bisa dinikmati oleh semua orang tanpa
memiliki kemampuan membaca dan mengerti bahasa asing.
Dalam sebuah film, pesan dan makna dapat dipahami dengan
gerakan dan mimik pemeran dalam film. Sedangkan bahasa,
sekedar untuk memperjelas sebuah adegan dalam film. Dengan
bahasa, film akan terasa menjadi lebih jelas maknanya.1
Pada era modern seperti sekarang ini, dakwah dapat
dikemas dengan berbagai sarana agar proses dakwah dapat
berjalan lebih baik, menarik dan tidak ketinggalan zaman. Salah
satunya yaitu berdakwah melalui film. Sebagai media komunikasi
massa yang hingga saat ini masih banyak peminatnya, tidak hanya
sebagai hiburan tetapi juga bisa dijadikan sebagai media
berdakwah.

1
Apriadi Tamburaka. (2013). Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media
Massa, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), h.29

1
2

Film lebih dianggap sebagai media hiburan ketimbang


media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya punya
kekuatan persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga
sensor juga menunjukkan bahwa sebenarnya film sangat
berpengaruh. Media ini bukan saja bisa menjadi pengajak yang
kuat, namun media juga bisa membelokkan pola perilaku atau
sikap-sikap yang ada terhadap suatu hal. Sejumlah pengamat
percaya bahwa kekuatan periklanan begitu kuat karena peran
media. Medialah yang mendorong konsumen untuk memilih
suatu produk tertentu dengan meninggalkan produk lain, atau
untuk berganti merek.2
Saat ini banyak sekali film ber-genre horor, biasanya film
horor berisikan tentang hantu-hantu yang menakutkan atau
bahkan tidak sedikit dari film Indonesia sendiri yang banyak
memuat konten dewasa dengan penampilan para pemainnya yang
terlalu terbuka. Berbeda dengan film Indonesia lainnya, film
horor kali ini terdapat pesan dakwah di dalamnya. Salah satunya
yang paling dominan adalah tentang bahayanya berghibah. Sesuai
dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi:
َ ْ َّ َ ْ َ َّ َّ َ ً َ ۟ ُ َ ْ ۟ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ََٰٓ
‫ض ٱلظ ِّن ِّإث ٌم ۖ َوَل‬ ‫يأيها ٱل ِّذين ءامنوا ٱجت ِّنبوا ك ِّثيرا ِّمن ٱلظ ِّن ِّإن بع‬
َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ً ْ َ ُ ُ ْ َّ َ ْ َ َ َ ۟ ُ َّ َ َ
‫ضا ۚ أ ُي ِّح ُّب أ َح ُدك ْم أن َيأك َل ل ْح َم أ ِّخ ِّيه َم ْي ًتا‬ ‫تجسسوا وَل يغتب بعضكم بع‬
ٌ ‫اب َّر ِّح‬
‫يم‬
َ َ َّ ‫وه ۚ َو َّٱت ُق ۟وا‬
َ َّ ‫ٱَّلل ۚ إ َّن‬
ٌ ‫ٱَّلل ت َّو‬ ُ ‫َف َكر ْه ُت ُم‬
ِّ ِّ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari
prasangka, sesungguhnya Sebagian prasangka itu dosa, dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan
janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang

2
L.Rivers, William, et al. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern,
(Jakarta: Kencana), h.87
3

lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging


saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan
bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima
taubat, Maha Penyayang.”

Beberapa waktu lalu, dunia perfilman Indonesia diramaikan


dengan adanya film horror yang berjudul “Ghibah” dari kreator
film pendek “Makmum” karya Riza Pahlevi dan Vidya Ariesty.
Film “Ghibah” ini disutradarai oleh Monty Tiwa yang tayang
pada 30 Juli 2021 eksklusif di Disney + hotstar.
Film Ghibah menceritakan kebiasaan anak muda yang suka
membicarakan orang lain. Kebiasaan buruk ini menimbulkan
berbagai kejadian mistis salah satunya diganggu oleh setan.
Sampai akhirnya mereka sadar bahwa membicarakan orang lain
adalah perbuatam dosa dan harus dihindari.
Film ini menyampaikan pesan dakwah tentang larangan
berghibah, menjaga lisan, hidup saling tolong menolong sesama
teman karena ada masanya kita membutuhkan orang lain dan
sebaliknya, mendekatkan diri selalu kepada Tuhan, menyeru
kepada kebaikan, dan harus selalu berprasangka baik kepada
orang lain atau disebut juga dengan istilah Husnudzon sesuai
dengan ajaran Islam.
Dalam film “Ghibah” banyak menyelipkan percakapan
yang mengingatkan kita untuk menjauhi menggunjing orang lain
serta menyelipkan dalil Al-Quran didalamnya. Film ini
mengangkat drama faktual yang tidak dapat dipungkiri masih
banyak terjadi di kalangan masyarakat yakni perihal orang-orang
yang tidak bisa menjaga lisannya untuk tidak menggunjing orang
lain. Dalam film ini pula diibaratkan orang yang suka
4

menggunjing sama dengan orang yang suka memakan bangkai


saudaranya sendiri.
Maraknya fenomena masyarakat yang menganggap
membicarakan orang lain adalah sebuah hal biasa dan wajar,
padahal tanpa disadari ghibah atau membicarakan orang lain
adalah perbuatan dosa besar yang harus dijauhi oleh masyarakat,
membuat peneliti sangat tertarik untuk meneliti pesan dakwah
yang terkandung dalam film Ghibah karya Riza Pahlevi dan
Vidya Ariesty karena film tersebut dapat dikatakan sebagai film
bernuansa horor yang banyak mengandung pesan dakwah dan
pelajaran serta nilai-nilai Islami terutama tentang efek
membicarakan orang lain. Maka dalam penyusunan skripsi ini
peneliti mengangkat judul “Analisis Isi Pesan Dakwah dalam
Film Ghibah.”

B. Batasan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, untuk
membatasi permasalahan dalam penelitian ini agar tidak terlalu
luas pembahasannya dan jelas sasarannya, maka dibatasi yaitu
gambar yang mengandung pesan dakwah terdapat dalam film
Ghibah yang terdapat pada 11 scene.

C. Rumusan Masalah
Agar sesuai dengan batasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
Apa saja isi pesan dakwah yang terkandung dalam film
Ghibah karya Riza Pahlevi dan Vidya Ariesty?
5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk
menjelaskan pesan-pesan dakwah dalam film Ghibah.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoretis
Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan
wawasan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang dakwah
dan ilmu komunikasi di fakultas dakwah, khususnya
penelitian mengenai analisis isi.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan untuk para pembuat film agar lebih
banyak memproduksi film islami yang berkaitan dengan
pesan dakwah sehingga masyarakat dapat bertambah
wawasan tentang keislaman dan mengetahui antara yang
benar dan yang batil.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu


Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pesan dakwah
dan film adalah sebagai berikut:
1. “Dakwah Melalui Film (Analisis Isi Pesan Dakwah dalam
Film Munafik Karya Syamsul Yusof) Tahun 2017” skripsi
Anggraini Putri, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa: 1) dakwah yang dikemas dalam film dapat menarik
perhatian penonton karena film mempunyai kekuatan
6

menghibur. Seperti film munafik karya Samsul Yusof,


meskipun film berjenis horor tetapi bukan sekedar seram saja,
namun film ini mengandung nuansa religi yang sangat kuat.
2) analisis pesan dakwah yang terkandung yaitu pesan aqidah
(iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat-Nya, iman
kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada Rasul-Nya, iman kepada
hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar), pesan akhlak
(akhlak terhadap Allah SWT dan akhlak terhadap makhluk),
dan pesan syari’ah (ibadah dan muamalah).
Adapun pesamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti
analisis isi pesan dakwah dalam sebuah film. Perbedaan
penelitian Anggraini dengan penelitian ini adalah subjek yang
digunakan. Anggraini menggunakan film Munafi, sedangkan
penelitian ini menggunakan film Ghibah. Kemudian isi pesan
yang Anggraini teliti meliputi dialog yang berisikan pesan
dakwah yang terdapat dalam film Munafik, sedangkan isi
pesan yang di teliti dalam penelitian ini meliputi gambar dalam
adegan yang berisikan pesan dakwah.
2. “Pesan-Pesan Dakwah dalam Film Munafik 2 (Studi Analisis
Isi Deskriptif Kualitatif Film Munafik 2” skripsi Fajar
Nugroho (2019), mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan pesan dakwah
kategori aqidah berupa Iman kepada Allah SWT, dan pesan
kategori akhlak berupa tolong menolong, ridha terhadap segala
ketentuan Allah, sabar dalam menghadapi ujian, serta
senantiasa berhusnudzon kepada orang lain.
Adapun persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti
7

analisis isi pesan dakwah dalam sebuah film. Perbedaan


penelitian Fajar dengan penelitian ini adalah subjek yang
digunakan. Fajar menggunakan film Munafik 2, sedangkan
penelitian ini menggunakan film Ghibah.
3. “Analisis Isi Pesan Dakwah dalam Film Wedding Agreement
Karya Archie Hekagery” skrpisi Nur Lailatul Munawaroh
(2021), mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Kudus. Hasil penelitian ini menemukan pesan aqidah yang
memuat tentang iman kepada Allah, pesan syari’ah memuat
tentang perintah dan aturan ajaran Islam, seperti perintah
sholat, membaca Al-Quran, menutup aurat, dsb, pesan akhlak
memuat tentang sikap saling tolong menolong, mengingatkan
kepada sesama, bersilaturrahmi.
Adapun persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti
analisis isi pesan dakwah dalam sebuah film. Perbedaan
penelitian Nur dengan penelitian ini adalah subjek yang
digunakan. Nur menggunakan film Wedding Agreement,
sedangkan penelitian ini menggunakan film Ghibah.

F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma pada penelitian ini menggunakan paradigma
kontruktivisme. Paradigma ini memandang bahwa realitas
sosial bukanlah suatu hal yang terbentuk secara alami, akan
tetapi hasil dari sebuah kontruksi. Kontruktivisme menyatakan
bahwa individu menginterprestasikan secara bereaksi sesuai
8

dengan konseptual dan pemikiran3. Pendapat yang


memperkuat pernyataan tadi datang dari Little John dengan
argument bahwa paradigma konstruktivisme berlandaskan
pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan dari objektivitas,
akan tetapi hasil dari sebuah konstruksi yang melalui proses
interaksi dalam kelompok, masyarakat dan budaya4.
Dalam pandangan kontruktivisme, bahasa dipandang
tidak hanya sebagai alat untuk memahami realitas objektif dan
dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan.
Kontruktivisme justru memandang subjek (komunikan) dalam
kegiatan komunikasi, sebab penerima pesan yang harus
memakai pesan itu sesuai dengan pengalamannya masing-
masing. Sehingga realitas sosial yang dihasilkan adalah
perpaduan dari realitas objektif dan realitas subjektif.

2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif bersifat tekstual dan jenis penelitiannya
deskriptif. Bentuk data yang digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah data dalam bentuk rangkaian kata-kata dan
bukan dalam bentuk data angka. Data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan data dokumentasi yang didapatkan
dalam bentuk file video film Ghibah, serta data yang didapat
dari berbagai sumber yang relevan dengan penelitian ini.

3
Elvaniaro Ardianto  Bambang Q-Anees. (2009). Filsafat Ilmu Komunikasi.
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media), h.151.
4
Stephen W. Little John. (2002). Theories of Humman Communication.
(Wadsworth: Belmon) h.163.
9

Penelitian ini sendiri bertujuan untuk meneliti pesan


dakwah yang terdapat dalam film Ghibah, yang kemudian
dianalisis kembali secara garis besar menjadi tiga bagian yaitu
aqidah (keimanan), syari’ah (ibadah), dan akhlak (perilaku)
sebagai poin untuk menganalisis subjek penelitian.

3. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah film yang berjudul Ghibah
karya Riza Pahlevi dan Vidya Ariestya. Penelitian ini
mengkaji tentang pesan dakwah yang terkandung dalam
adegan film. Oleh karena itu, objek penelitian ini adalah
adegan yang menunjukkan pesan dakwah mengenai aqidah,
syari’ah, dan akhlak yang terkandung dalam film Ghibah.

4. Teknik Pegumpulan Data


Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan
dua teknik pengumpulan data, yaitu:
a. Dokumentasi
Semua data yang diperoleh dengan teknik
dokumentasi ini, berupa gambar yang dianalisis dan
disesuaikan dengan pesan-pesan yang berkesinambungan.
Dalam penelitian ini, Peneliti melakukan pencarian
informasi melalui aplikasi Disney + hotstar film Ghibah,
yang peneliti gunakan gambar adegan-adegan mengandung
pesan dakwah berkaitan dengan Aqidah, Syari’ah, dan
Akhlak.
10

b. Observasi
Teknik pengumpulan data observasi ini adalah data
pelengkap untuk menguatkan hasil data yang telah
diperoleh sebelumnya. Cara pengumpulan data dengan
teknik observasi ini adalah dengan menonton secara terus
menerus dan memahami pesan dakwah yang ada pada film
Ghibah.

5. Kredibilitas Data Penelitian


Beberapa tahapan dalam melakukan teknik kredibilitas
data yaitu:
a. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan yang dilakukan pada
penelitian ini adalah dengan menonton film Ghibah secara
berulang untuk lebih memahami setiap adegan yang akan
dianalisis.
b. Triangulasi
Triangulasi pada penelitian ini yaitu berkaitan
dengan film Ghibah untuk dibandingkan keabsahan
datanya dengan artikel-artikel terkait melalui situs web
yang ada di internet.
c. Pemeriksaan Teman Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mendiskusikan
hasil sementara atau hasil akhir penelitian dengan rekan-
rekan sejawat5. Dalam hal ini peneliti melakukan diskusi

5
Lexy J Moleong. (1989). Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: CV
Remadja Karya), h.196.
11

dengan bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku dosen


pembimbing dan peneliti lain yang jenis penelitiannya
memiliki kesamaan.
d. Ketercukupan Referensial
Ketercukupan referensial merupakan alat untuk
menfasilitasi dan menyesuaikan dengan kritik tertulis
untuk keperluan evaluasi. Peneliti mencari banyak
referensi dari berbagai sumber, agar data yang disajikan
akurat. Referensi berupa data video, buku, jurnal, dan
sumber lainnya.

6. Teknik Analisis Data


Berikut penjelasan tentang teknik analisis data
penelitian ini:
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan bagian dari analisis.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya
dapat ditarik dan diverifikasi. Data kualitatif dapat
disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai
macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam
satu pola yang lebih luas, dan sebagainya.
12

b. Penyajian Data
Sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
mengambil tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-
penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang
utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi:
berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan.
Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi
yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah
digapai.

c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan menurut Milles & Huberman
hanyalah sebagai dari satu kegiatan dari konfigurasi yang
utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat
pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran
penganalisis (peneliti).
Setelah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
untuk menunjang penelitian dan data yang diperoleh telah
terkumpul secara lengkap, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis data dengan menggunakan
analisis isi kualitatif deskriptif pesan-pesan dakwah
berdasarkan kategori sistematik yang terdiri dari aqidah,
syariah dan akhlak. Kemudian dibuat kontruksi kategori,
merupakan semacam alat yang digunakan untuk
mengupas permasalahan dalam penelitian. Kategori yang
13

dibuat berfungsi memilah isi pesan yang tersurat menjadi


gambaran (berupa data) yang dapat dianalisa untuk
menjawab permasalahan yang diajukan.
Terbagi dalam tiga kategori yaitu aqidah, syari’ah
dan akhlak. Sub kategori aqidah meliputi: iman kepada
Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab, iman
kepada Rasul, iman kepada Hari Akhir, iman kepada Qada
dan Qadar6. Sub kategori syari’ah meliputi: (1) Ibadah,
yaitu melaksanakan sholat, berpuasa, membayar zakat,
menunaikan haji. (2) Muamalah, yaitu persoalan keluarga,
harta pustaka, kait-mengkait dengan harta benda dan
pertukaran melalui jual-beli, hukuman bagi tindak pidana,
hubungan masyarakat Islam dengan masyarakat lainnya7.
Sub kategori akhlak meliputi: akhlak manusia kepada
sang pencipta, akhlak manusia terhadap sesama manusia,
akhlak kepada flora, fauna dan lain-lain, serta akhlak
terhadap diri sendiri, berumah tangga atau keluarga, hidup
bertetangga, dan dengan masyarakat luas lainnya8.
Semua data yang telah ditemukan kemudian di
analisis dan dideskripsikan dalam bentuk paragraf. Pesan
dakwah yang terjadi dalam adegan dan telah dijabarkan
dalam bentuk paragraf kemudian dikaitkan dengan ayat-

6
Endang Saifuddin Anshari.( 2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran
Tentang Paradigma dan Sistem Islam. (Jakarta: Gema Insani), h. 44.
7
Syaltut, Mahmud. (1986). Islam Aqidah dan Syariah. (Jakarta: Pustaka Amani),
h.111.
8
Endang Saifuddin Anshari. ( 2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran
Tentang Paradigma dan Sistem Islam. (Jakarta: Gema Insani), h.46.
14

ayat Al-Quran dan Hadits yang sesuai dengan pesan


dakwah yang ada. Setelah itu dapat diambil kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Di mana masing-
masing bab dibagi ke dalam sub-sub sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN, bab ini memuat tentang latar
belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II: LANDASAN TEORETIS, bab ini memuat tentang
kajian teori, Meliputi pengertian analisis isi, pengertian pesan
dakwah, pengertian film. Kemudian penelitian terdahulu, dan
kerangka berpikir penelitian.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN, bab ini memuat
tentang paradigma penelitian, pendekatan penelitian, subjek dan
objek penelitian, teknik pengumpulan data, kredibilitas data
penelitian, dan teknik analisis data penelitian.
BAB IV: HASIL PENELITIAN, bab ini memuat tentang
deskripsi umum subjek penelitian, deskripsi data penelitian dan
pembahasan data penelitian.
BAB V: PENUTUP, bab ini memuat tentang kesimpulan
dan saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORETIS

A. Kajian Teori
a. Analisis Isi
Analisis isi merupakan teknik penelitian untuk
memperoleh gambaran isi pesan komunikasi massa yang
dilakukan secara objektif, sistematik, dan relevan secara
sosiologis. Uraian dalam analisisnya boleh saja menggunakan
tata cara perukuran kuantitatif atau kualitatif, atau bahkan
keduanya sekaligus1.
Teknik penelitian yang digunakan dalam analisis isi
yaitu untuk mendapatkan gambaran isi pesan komunikasi yang
diuraikan menggunakan tata cara pengukuran kualitatif atau
kuantitatif dan bisa juga keduanya.
Analisis isi menurut R. Holsty adalah suatu metode
analisis isi pesan suatu cara yang sistematis yang menjadi
petunjuk untuk mengamati dan menganalisis pesan tertentu
yang dapat sisampaikan oleh komunikator. Sedangkan
kualitatif dimana pendekatan ini menggunakan seperangkat
tema sebagai pedoman dalam membahas seluruh isi pesan dan
mencoba menerangkan bagaimana tema tersebut
dikembangkan oleh suatu sumber media dan cenderung untuk

1
Nasution , Zulkarimein. (2002). Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Pusat
Penelitian Universitas Terbuka). Cet ke.3, h. 32.

15
16

meneliti masalah yang tidak mencakup jumlah atau kuantitas2.


Analisis isi banyak dipakai dalam lapangan ilmu
komunikasi. Bahkan analisis isi merupakan salah satu metode
utama dalam disiplin ilmu komunikasi. Analisis isi terutama
dipakai untuk menganalisis isi media cetak maupun elektronik.
Analisis isi adalah metode ilmiah untuk mempelajari dan
menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan
memanfaatkan dokumen (teks)3.
Analisis isi merupakan Teknik penelitian yang ditujukan
untuk membuat kesimpulan dengan cara mengidentifikasi
karakteristik tertentu pada pesan-pesan secara sistematis dan
objektif4.
Analisis isi (content) merupakan Teknik penelitian untuk
memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang dalam
bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk
menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti: surat kabar,
buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, novel, dll5.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan landasan
teori ekologi media. Pada teori ini banyak membahas tentang
perkembangan teknologi komunikasi khususnya pada dampak
sosial yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut. Teori ekologi

2
Holsty, R et.al. (1969). Content Analisis dalam Handbook of Social Psycology
Edited By Darder. Kindzay & Billiot Aronson (Cambridge Massactusset
Addision Wesley). H. 589-600.
3
Eriyanto. (2011). Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: Kencana). Cet ke.1, h.10.
4
Titscher, Stefan dkk. (2009). Metode Analisis Teks dan Wacana (Yogyakarta:
PustakaPelajar). Cet ke.1, h.97.
5
Purwadarminta, Wjs. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka). Edisi ke.3, h.883.
17

media merupakan teori hasil pemikiran dari Marshall


McLuhan. McLuhan menyatakan bahwa teknologi
memengaruhi kehidupan manusia sehari-hari. Manusia tidak
akan bisa hidup tanpa teknologi. Manusia dan teknologi itu
sendiri memiliki hubungan yang bersifat simbiosis dan sebagai
akibatnya teknologi yang telah diciptakan manusia tersebut
menciptakan kembali dari manusia yang menggunakan
teknologi tersebut.
Teknologi sebagai media dinilai mampu memengaruhi
persepsi dan pemikiran manusia. McLuhan juga mengatakan
dalam teorinya bahwa masyarakat dunia tidak mampu
menjauhkan dirinya dari pengaruh teknologi, ia juga
menyatakan bahwa teknologi tetap akan menjadi pusat bagi
semua bidang profesi dan kehidupan. Teori ekologi media
paling dikenal karena adanya slogan ‘medium adalah pesan’.
Walaupun pengikut McLuhan terus memperdebatkan makna
pasti dari persamaan ini, pernyataan ini merepresentasikan
nilai-nilai ilmiah McLuhan : isi dari pesan yang menggunakan
media adalah nomor dua dibandingkan mediumnya (atau
saluran komunikasi). Medium memiliki kemampuan untuk
mengubah bagaimana kita berpikir mengenai orang lain, diri
kita sendiri, dan dunia di sekeliling kita.
McLuhan tidak menyampaikan pentingnya isi.
Sebaliknya, sebagaimana dinyatakan oleh Pail Levinson
(2001), McLuhan merasa bahwa isi mendapatkan perhatian
lebih dari khalayak dibandingkan yang didapat medium.
McLuhan berpendapat bahwa walaupun sebuah pesan
18

memengaruhi keadaan sadar khalayak adalah medium yang


memengaruhi dengan lebih besar lagi keadaan bawah sadar
khalayak. Jadi misalnya, khalayak sering kali tidak sadar
menganggap televisi sebagai sebuah medium saat menerima
pesan yang disiarkan dari seluruh dunia.6

b. Pesan Dakwah
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh
komunikator (pengirim pesan) kepada seorang komunikan
(penerima pesan), dan didalam sebuah percakapan yang
dilakukan oleh komunikator dengan komunikan tentu harus
memiliki sebuah umpan balik guna keberlangsungan
percakapan yang mereka lakukan, sehingga pertukaran
informasi pun bisa berjalan sesuai alur komunikasi.
Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
artinya suruhan, perintah, nasihat, harus disampaikan kepada
orang lain7. Pesan adalah sebuah perintah, nasihat, dan amanat
yang disampaikan oleh orang lain kepada lawan bicaranya.
Pesan merupakan suatu berita atau informasi yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melalui
proses komunikasi8.
Pesan adalah apapun yang dikomunikasikan dari sumber

6
Richard West dan Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi
Analisis dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba Humanka), h.145
7
Wjs. Purwa Darminta. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka), edisi ke-3, h.883.
8
Toto Tasmara. (1987) Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama),
h.7.
19

kepada penerima9. Pesan dibagi menjadi dua, yakni verbal


(lisan) dan non verbal (non lisan). Secara verbal pesan
disampaikan melalui kata-kata atau ucapan. Secara non verbal
disampaikan melalui gerak fisik seperti gerakan mata, ekspresi
wajah, melambaikan tangan, sikap badan, dan isyarat seperti
menyembunyikan atau menunjukan warna10.
Maka pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh
komunikator (pengirim pesan) kepada seorang komunikan
(penerima pesan), dan pada setiap percakapan yang dilakukan
memiliki umpan balik guna keberlangsungan percakapan yang
mereka lakukan, sehingga pertukaran informasi pun bisa
berjalan sesuai alur komunikasi.
Pesan dalam Islam adalah nasehat, permintaan, amanah
yang harus disampaika kepada orang lain. Sedangkan, pesan
dakwah menurut Mustafa Bisri mengandung pengertian segala
pernyataan yang berupa seperangkat lambang yang bermakna
yang disampaikan untuk mengajak manusia agar mengikuti
ajaran Islam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari yang bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akhirat11.
Sedangkan dakwah secara etimologis dakwah berasal
dari Bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, du’a, dan da’wan, yang

9
Wahyu Ilaihi. (2010). Komunikasi Dakwah. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), h.97.
10
M.S Hidayat. (2006). Public Speaking dan Teknik Presentasi. (Yogyakarta:
Graha Ilmu), h.43-44.
11
Mustofa Bisri. (1995). Saleh Ritual Saleh Sosial. (Bandung: Mizan), h.28.
20

memiliki arti sebagai ajakan atau seruan12. Secara terminologi


dakwah adalah upaya komunikator dakwah (da’i) untuk
mengajak orang lain kepada ajaran Islam, dengan terlebih
dahulu membina diri sendiri. Secara istilah, dakwah
mengajarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat luas. Ajaran
Islam dan nilai-nilai disajikan dengan menjelaskannya kepada
masyarakat agar mereka dapat memahami dan menyetujui
kandungan pesannya sehingga dapat mengamalkannya13.
Menurut Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau
ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi yang
tidak baik kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik
terhadap pribadi maupun masyarakat14.
Terlepas dari hal itu, pemakaian kata “dakwah” dalam
masyarakat Islam, terutama di Indonesia adalah suatu yang
tidak asing. Arti dari kata “dakwah” yang dimaksud adalah
“seruan dan ajakan”. Kalau kata dakwah diberi “seruan”, maka
yang dimaksud adalah seruan kepada Islam. Demikian juga
halnya kalau diberi arti “ajakan”, maka yang dimaksud adalah
ajakan kepada Islam atau ajakan Islam. Oleh karena itu, Islam
sebagai agama sering disebut agama dakwah, maksudnya
adalah agama yang disebarluaskan dengan cara menyeru,
mengajak secara damai, tidak melalui kekerasan.15

12
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi. (2006). Manajemen Dakwah, (Jakarta:
Kencana), h. 17.
13
Dr. Bambang S. Ma’arif. (2010). Komunikasi Dakwah. (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media), h.34.
14
M. Quraish Shihab. (1992). Membumikan Al-Quran. (Bandung: Mizan), h.
194.
15
Moh. Ali Aziz. (2004). Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana), h. 3
21

Menurut Toto Tasmara, pesan dakwah adalah semua


pernyataan yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah baik
yang disampaikan secara lisan maupun tertulis dengan pesan-
pesan risalah tersebut16.
Maka dari itu, pesan dakwah dapat diartikan sebagai
ajakan untuk mendorong manusia agar berbuat kebaikan
sesuai aqidah dan mengikuti perintah agama yang bersumber
dari Al-Quran dan Hadits baik lisan maupun tulisan dan
mengandung pesan risalah.
Berikut salah satu ayat yang menyeru tentang perintah
berdakwah dalam surat Ali Imron ayat 104, diantaraya adalah:
‫وف َو َي ْن َه ْو َن‬ ُ
‫ر‬ ‫ع‬ َ ‫نك ْم ُأ َّم ٌة َي ْد ُعو َن إ َلى ْٱل َخ ْير َو َي ْأ ُم ُر‬
ْ َ‫ون ب ْٱْل‬ ُ
‫م‬ ‫ن‬
ُ ََْ
‫ك‬ ‫ولت‬
ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ
َ‫َ ْ ُ َ َ ُ ۟ ََٰٓ َ ُ ُ ْ ُ ْ ُ ن‬
‫ع ِّن ٱْلنك ِّر ۚ وأول ِّئك هم ٱْلف ِّلحو‬
“Dan hendaknya ada diantara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-
orang yang beruntung”. (Ali Imron:104)17

Pesan dakwah adalah isi pesan komunikasi secara efektif


terhadap penerima dakwah, pada dasarnya materi dakwah
Islam bergantung pada tujuan dakwah yang dicapai sudah
menjadi doktrin dan komitmen bahkan setiap muslim wajib
berdakwah, baik itu secara perorangan ataupun dengan orang
banyak, oleh karena itu dakwah harus terus dilakukan.
Pesan dakwah tidak lain adalah Al-Islam yang

16
Toto Tasmara. (1997). Komunikasi Dakwah. (Jakarta:Gaya Media Pratama),
h.31-43.
17
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran. (2011). Al-Quran dan Terjemahnya.
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), h.51.
22

bersumber kepada Al-Quran dan Al-Hadits sebagai sumber


utama yang meliputi Aqidah, Syariah, dan Akhlak sebagai
macam cabang ilmu yang di peroleh darinya18.
Pesan dakwah yaitu segala pernyataan yang berupa
seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan untuk
mengajak manusia agar mengikuti ajaran Islam dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari bertujuan
untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. maka
pesan dakwah adalah menyampaikan ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Quran dan Hadits.
Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang
disampaikan da’i dan mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa
yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri,
oleh karen itu membahas yang menjadi dakwah adalah ajaran
itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa
dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat
dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu aqidah, syari’ah
dan akhlak19
1. Aqidah
Secara etimologi aqidah diambil dari kata “aqad” yaitu
ikatan yang kuat. Dapat berarti juga teguh, permanen, saling
mengikat, dan rapat. Dalam ensiklopedi Islam, aqidah dalam
I’tiqad bersifat yang mencakup masalah-masalah yang
berhubungan dengan rukun iman20. Maka dari itu aqidaah

18
Wardi Bachtiar. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. (Ciputat: Logos
Wacana Ilmu), cet. Ke-1, h.33-34.
19
Endang Saifuddin Anshari. (1996). Wawasan Islam. (Jakarta: Rajawali), h. 71.
20
Toha Yahya Umar. (1971). Ilmu Dakwah. (Jakarta: PT Wijaya), h.1.
23

dapat diartikan sebagai ikatan manusia dengan Tuhan.


Sedangkan secara terminologis, terdapat dua pengertian,
yaitu pengertian secara umum dan pengertian secara khusus.
Secara umum, Aqidah yaitu pemahaman yang benar seperti
keimanan dan ketauhidan kepada Allah, iman kepada
Malaikat, Rasul, Kitab-kitab Allah, Hari Akhir, serta Qada dan
Qadar. Secara khusus Aqidah bersifat keyakinan bathiniyah
yang mencakup rukun iman tetapi pembahasannya tidak hanya
tertuju pada masalah yang wajib diimani tetapi juga masalah-
masalah yang dilarang oleh Islam21.
Menurut Anshari, pembahasan aqidah Islam pada
dasarnya berpusat pada arkanul iman (rukun iman yang
enam).22
a) Iman kepada Allah
Iman kepada Allah keyakinan yang kuat bahwa Allah
adalah Rabb dan Raja segala sesuatu, Dialah Yang
Menciptakan, Yang Memberi Rizki, Yang Menghidupkan, dan
Yang Mematikan, Hanya Dia yang berhak diibadahi.
Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukkan, dan segala jenis
ibadah tidak boleh diberikan kepada selain-Nya, Dia memiliki
sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan, serta Dia
bersih dari segala cacat dan kekurangan.
b) Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa

21
Indriansyah Islamiyah. (1998). Akhlak Islamiyah. (Jakarta: Parameter), h.5.
22
Endang Saifuddin Anshari. (2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran
Tentang Paradigma dan Sistem Islam. (Jakarta: Gema Insani), h. 44.
24

Allah memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari


cahaya. Mereka sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah
adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Adapun yang
diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka
bertasbih siang dan malam tanpa henti. Mereka melaksanakan
tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Allah. Jadi setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari
para malaikat yang ditugaskan di sana, sebagai pelaksanaan
perintah Allah.
c) Iman kepada Kitab
Iman kepada kitab, maksudnya adalah meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang
diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-
benar merupakan Kalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah
cahaya dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar.
Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah.
d) Iman kepada Rasul
Rasul dan Nabi sama-sama mendapatka wahyu, tetapi
seringkali seorang Nabi diutus Allah kepada kaum yang
memang sudah beriman sehingga perannya hanya
menjalankan syari’ah yang sudah ada dan tidak membawa
ajaran yang baru. Seperti para Nabi yang pernah Allah
utus kepada Bani Israil setelah ditinggalkan Nabi Musa,
mereka bertugas mengajarkan dan mengamalkan Taurat,
tidak membawa ajaran yang baru atau bukan dari Taurat.
e) Iman kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari Akhir artinya meyakini dengan
25

teguh apa yang diberikan oleh Allah dalam kitab-nya dan


apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam
haditsnya terkait dengan peristiwa yang terjadi sesudah
mati, mulai fitnah kubur, azab, serta nikmat kubur dan
seterusnya sampai surga dan neraka.
f) Iman kepada Qada dan Qadar
Pengertian Qada dan Qadar menurut bahasa Qada
memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan,
perintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut
istilah Islam, yang dimaksud dengan Qada adalah
ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iraddah-
Nya tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan
makhluk. Sedangkan Qadar menurut bahasa artinya
kepastian, peraturan, ukuran. Menurut istilah Qadar
perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap
semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu
dengan iradah-Nya.
2. Syari’ah
Syari’ah ialah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah
atau yang diciptakan pokok-pokoknya agar manusia
berpegang kepadanya dalam melakukan hubungan dengan
Tuhan, dengan saudara sesama Muslim, dengan saudara
sesama manusia, dengan alam semesta dan dengan
kehidupan23.
Syari’ah adalah sebutan bagi berbagai peraturan dan

23
Syaltut, Mahmud. (1986). Islam Aqidah dan Syariah. (Jakarta: Pustaka
Amani), h.5
26

hukum yang telah disyari’atkan Allah, atau disyari’atkan


prinsip-prinsipnya, lalu diwajibkan-Nya kepada kaum
Muslimin agar berpegang kepada syari’ah tersebut dalam
melakukan hubungan dengan Allah dan antar sesama
manusia24.
Sekalipun hukum-hukum syari’ah sangat banyak, namun
pada prinsipnya bisa dikembalikan kepada dua faktor utama,
yaitu:
1) Ibadah, yakni melaksanakan sholat, berpuasa, membayar
zakat, menunaikan haji.
2) Muamalah, yakni persoalan keluarga, harta pustaka, kait-
mengkait dengan harta benda dan pertukaran melalui jual-
beli, hukuman bagi tindak pidana, hubungan masyarakat
Islam dengan masyarakat lainnya25.
3. Akhlak
Ditinjau dari segi kebahasaan, kata akhlak merupakan
bentuk jamak dari kata khulk, khulk dalam kamus Al-Munjid
berarti budi pekerti, perangai, tinkah laku, atau tabiat. Pada
dasarnya kata khulk atau akhlak adalah suatu sifat atau karakter
yang sudah diserap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
hingga terciptalah beragam tingkah laku dengan spontan, cepat
dan mudah tanpa direkayasa26.
Bentuk nyata dari kualitas keberagamaan dalam Islam
tercermin dari tindakan yang dilakukan oleh setiap umat atau

24
Ibid, h. 111
25
Ibid, h. 111
26
Asmaran As. (1994). Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada), h. 1.
27

akhlak. Kalau syariat membahas tetang syarat rukun, sah atau


tidak sah, akhlak melihat suatu perkara lebih mendalam seperti
jika seorang bersedekah maka kualitas perbuatannya dilihat
dari keikhlasannya, jika seorang melaksanakan sholat maka
yang dilihat kekhusyuannya, jika seorang belajar ilmu maka
yang dilihat dari konsistensinya dengan perilaku dan lain
sebagainya. Secara umum akhlak Islam dapat digolongkan
dalam beberapa hal berikut27
1) Akhlak manusia kepada Sang Pencipta
2) Akhlak manusia terhadap sesama manusia
3) Akhlak kepada flora, fauna dan lain-lain
4) Akhlak terhadap diri sendiri, berumah tangga atau
keluarga, hidup bertetangga dan dengan masyarakat luas
lainnya.
Dalam berbagai literatur tentang Ilmu Akhlak Islami,
dijumpai uraian tentang akhlak yang secara garis besar dapat
dibagi dua bagian, yaitu:28
1) Akhlak yang baik (al-akhlaq al-karimah)
2) Akhlak yang buruk (al-akhlaq al-mazmumah)
Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan, dan
amanah misalnya termasuk ke dalam akhlak yang baik.
Sedangkan berbuat dzolim, pendusta, pemarah, pendendam,
kikir, dan curang termasuk kedalam akhlak yang buruk.

27
Endang Saifuddin Anshari. (2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran
Tentang Paradigma dan Sistem Islam. (Jakarta: Gema Insani). H. 46
28
Nata, Abuddin. (2010). Akhlak Tasawuf. (Jakarta: Rajawali Pers) H. 43
28

c. Ghibah
Ghibah atau bergunjing atau biasa pula disebut bergosip
merupakan satu aktivitas yang sangat biasa dilakukan oleh
banyak orang saat ini. Kebiasaan ini sudah menjadi suatu hal
yang snagat melekat bagi sebagian banyak orang terkhusus
orang Indonesia.
Menurut bahasa, ghibah berasal dari kata “ghaabaha
yaghiibu ghaiban” yang artinya ghaib atau tidak hadir29. Asal
kata ini memberikan pemahamana unsur ketidakhadiran
seseorang dalam ghibah yakni orang yang menjadi objek
pembicaraan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan Ghibah
adalah obrolan tentang orang-orang lain atau cerita-cerita
negatif tentang seseorang30. Ghibah juga dapat berarti umpan,
fitnah dan gunjingan. Ghibah dalam Bahasa Indonesia berarti
perkataan yang memburuk-burukkan orang lain.
Yusuf Al Qardhawi mengartikan ghibah sebagai suatu
keinginan untuk menghancurkan orang, suatu keinginan untuk
menodai harga diri, kemuliaan dan kehormatan orang lain,
sedang mereka itu tidak ada dihadapannya31.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
َ ‫هللا َع َل ْي ِّه َو َس َّل َم َق‬
: ‫ال‬ َ ‫َع ْن َأب ْي ُه َرْي َر َة َأ َّن َر ُس ْو َل هللا‬
ُ ‫ص َّلى‬
ِّ
َ‫ ذ ْك ُر َك َأ َخاك‬: ‫ال‬
َ َ ُ َ ْ َ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ْ ُ َ ُ َ ْ ْ َ َ ِّ ْ ُ ْ َ َ
ِّ ‫ ق‬،‫ هللا و رسوله أعلم‬: ‫أتدرون ما ال ِّغيبة ؟ قالوا‬
29
Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung,
1998), h.304
30
Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h.469
31
Yusuf Al Qardhawi, Al Halal wa al Haram Fi al Islam (Kairo: Maktabah
abbah, 1993), h.305
29

َ ‫ إ ْن َك‬: ‫ال‬
‫ان ِّف ْي ِّه‬ َ ‫ان ف ْي َأ ْخ ْي َما َأ ُق ْو ُل ؟ َق‬َ ‫ َأ َف َرَأ ْي َت إ ْن َك‬: ‫ َفق ْي َل‬،‫ب َما َي ْك َر ُه‬
ِّ
ِّ ِّ ِّ ِّ
ُ‫ َو إ ْن َل ْم َي ُك ْن ف ْيه َما َت ُق ْو ُل َف َق ْد َب َه َّته‬،‫اغ َت ْب َت ُه‬
ْ َ َ ‫َ َ ُ ْ ُل‬
‫ما تقو فق ِّد‬
ِّ ِّ ِّ
“Tahukah kaliah, apakah itu ghibah?” Para sahabat
menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.”
Rasulullah SAW bersabda, “engkau membicarakan sesuatu
yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang
tidak dia sukai. Salah seorang sahabat bertanya, “Wahai
Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu jika yang aku
bicarakan benar-benar ada pada diri saudaraku? Rasulullah
SAW menjawab, “jika yang engkau bicarakan ada pada diri
saudaramu, maka engkau sungguh telah mengghibahinya.
Sedangkan jika yag engkau bicarakan tidak terdapat pada diri
saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya.”
(H.R. Muslim)32

Dari hadis di atas menjelaskan, bahwa ghibah diartikan


sebagai membicarakan tentang sesuatu yang ada pada diri
seorang muslim di saat tidak ada di tempat dan apa yang
dibicarakan betul ada pada dirinya dan jika mendengar ia tidak
suka hal tersebut dibicarakan. Apabila yang dibicarakan tidak
ada pada diri seseorang tersebut, maka hal itu dapat dikatakan
sebagai fitnah. Namun jika kita membicarakan orang lain di
depannya langsung itu berarti disebut Namimah. Namimah
adalah perbuatan mengutip suatu perkataan dengan tujuan
untuk mengadu domba antara seseorang dengan pihak lain.
Setelah memahami hadis di atas, dapat disimpulkan
bahwa ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang sebenarnya
tentang seseorang, baik tentang agamanya, akhlaknya,
keturunannya, atau tentang yang lainnya, di saat orang tersebut
tidak ada di tempat atau tidak mendengarnya secara langsung,

32
Muslim, Shahih Muslim (Beirut: Dar-al Kitab Araby, 2004), h.128
30

serta jika dirinya tau ia tidak menyukainya.


Imam Al-Qurthubi mengungkapkan dalam kitab Al
Jami’ li Ahkam Al Qur’an, bahwasannya ghibah itu sebanding
dengan dosa zina, pembunuhan, dan dosa besar lainnya.
Sedangkan menurut Hasan Al Bashri, perbuatan bergunjing
lebih cepat merusak agama dibandingkan dengan penyakit
yang menggerogoti tubuh33.
Ghibah sendiri membahayakan baik bagi orang yang
dibicarakan, diri sendiri, bahkan masyarakat. Ghibah bisa
memicu terjadinya pertikaian dan perpecahan serta amal
ibadah ditolak oleh Allah SWT, bahkan bisa mendapatkan
murka Allah SWT.
Ghibah merupakan suatu perkara yang diharamkan,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hujurat ayat
12:
ْ َّ َ ْ َ َّ َّ َ ً َ ۟ ُ َ ْ ۟ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ََٰٓ
ۖ ‫ض ٱلظ ِّن ِّإث ٌم‬ ‫يأيها ٱل ِّذين ءامنوا ٱجت ِّنبوا ك ِّثيرا ِّمن ٱلظ ِّن ِّإن بع‬
َ ُ ْ َ ُ ُ َ َ ً ْ َ ُ ُ ْ َّ َ ْ َ َ َ ۟ ُ َّ َ َ َ َ
‫ضا ۚ أ ُي ِّح ُّب أ َحدك ْم أن َيأك َل ل ْح َم‬ ‫وَل تجسسوا وَل يغتب بعضكم بع‬
ٌ ‫اب َّر ِّح‬
‫يم‬ ٌ ‫ٱَّلل َت َّو‬
َ َّ ‫ٱَّلل ۚ إ َّن‬ ُ ‫َأخيه َم ْي ًتا َف َكر ْه ُت ُم‬
َ َّ ‫وه ۚ َو َّٱت ُق ۟وا‬
ِّ ِّ ِّ ِّ
“wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak
dari prasangka. Sesungguhnya Sebagian prasangka itu dosa.
Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan
janganlah ada di antara kamu yang suka menggunjing
sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu
akan merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat, Maha
Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

33
Al-Qurthubi, “al Jami’ li Ahkam al Qur’an juz XVI”, (eirut: Darul al Ilmiyah,
1993), h.219
31

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa haram


hukumnya dan merupakan dosa besar bagi orang yang gemar
bergunjing tentang orang lain. Larangan ini pun sudah tertulis
jelas dalam dalil yang sudah Allah SWT jelaskan dan
peringatkan dalam Al-Qur’an, agar manusia tidak berlarut
dalam dosa besar.
Hukum ghibah adalah haram, namun bisa menjadi halal
atau diperbolehkan kecuali kasus-kasus tertentu. Muhammad
bin ‘Alan dalam kitab Dalil Dalil al-Falihin, Syarah kitab
Hadits Riyadhush Shalihin, menyebutkan ada enam macam
ghibah yang dibolehkan karena tidak ada jalan lain yang bisa
dilakukan kecuali dengan ghibah tersebut. Keenam hal
tersebut adalah sebagai berikut:34
1. At-Tazhallum (Terzalimi), yaitu seseorang yang terzalimi
oleh orang lain boleh menceritakan atau memberitahukan
kezaliman orang yang menzaliminya kepada penguasa.
2. Taghyir al-Munkar (Membasmi Kemungkaran), yaitu
untuk mencegah dan menghentikan terjadinya
kemungkaran dan kemaksiatan, maka seseorang boleh
menceritakan (melaporkan keburukan yang dilakukan
orang lain kepada pihak berwajib agar dapat dicegah. Misal
kita memberitahu orang tua dari teman kita bahwa anaknya
telah berbuat yang tidak baik, lalu kita meminta tolong

34
Muhammad bi ‘Alan, “Dalil Dalil al-Falihin, Syarah kitab Hadits Riyadhush
Shalihin”, bab 256
32

kepada orang tuanya untuk memperingatkan anaknya agar


tidak melakukan perbuatan tersebut.
3. Al-Istifa’ (Meminta Nasihat), yaitu untuk memperoleh
nasihat dalam menghadapi suatu maslaah, maka seseorang
diperbolehkan berghibah (menceritakan aib orang lain
kepada orang yang dipandang mampu memberikan solusi).
4. Tahdzir al-Muslimin min al-Syarr (Menyelamatkan orang
lain) dari kemungkinan tertipu atau terjerumus kedalam
kejahatan. Missal ada teman kita yang ingin menikah
dengan seorang laki-laki yang dikenalnya dan boleh kita
mengatakan “tidak baik kamu menikah dengannya” atau
menjelaskan secara jelas mengenai keburukan calon
suaminya tersebut.
5. Al-Mujahir bifisqih (Orang yang secara terang-terangan
menampakkan keburukan dirinya). Misal orang-orang yang
minum kahmr secara terang-terangan, boleh kita
menyebutkan perbuatannya itu kepada orang lain.
6. Al-Ta’rif (Identifikasi diri), yaitu seseorang yang sudah
popular dengan suatu sebutan karena cacat dirinya, maka
tidak ada jalan lain untuk mengidentifikasi kecuali ghibah.
Sebagai contoh, kita memiliki teman yang dikenal dengan
nama “si buta”, “si tuli” atau sebagainya, maka kitab oleh
menyebut nama-nama itu dengan niat untuk
memperkenalkan bukan untuk menjelek-jelekkan.
33

d. Film
Film yang sering kita dengar sebagai movie, gambar
hidup, film teater, atau foto bergerak, merupakan serangkaian
gambar diam yang ketika ditampilkan pada layer akan
menciptakan ilustrasi gambar bergerak karena efek dari
fenomena sinematographi. Ilusi optik ini memaksa penonton
untuk melihat gerakan berkelanjutan antar objek yang berbeda
secara cepat dan berturut-turut. Dalam proses pembuatan film
menggabungkan seni dan industri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Idonesia (KBBI), film
dapat diartikan dalam dua pengertian. Pertama, film
merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang
digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah
objek. Kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup.
Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup atau
gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media
selaput seluloid saja. Film dapat pula disimpan dan diputar
kembali dalam media digital35.
Effendy mendefinisikan film sebagai gambar yang
bergerak secara mekanik yaitu berbentuk gambar-gambar yang
terbuat dari seluloid yang transparan dalam jumlah yang
banyak apabila digerakkan melalui cahaya yang kuat, maka
gambar tersebut akan tampak seperti gambar hidup36.
Film dapat dinikmati oleh semua kalangan. Dari mulai

35
Apriadi Tamburaka. (2013). Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak
Media Massa. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), h.112.
36
Onong Uchjana Effendy. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.
(Bandung: PT Citra Aditya Bakti), h.178.
34

anak kecil hingga orang dewasa serta tidak dilihat dari latar
belakang pendidikannya. Film tetap bisa dinikmati oleh semua
orang tanpa memiliki kemampuan membaca dan mengerti
bahasa asing. Dalam sebuah film, pesan dan makna dapat
dipahami dengan gerakan dan mimik pemeran dalam film.
Sedangkan bahasa sekedar untuk memperjelas sebuah adegan
dalam film. Dengan Bahasa, film akan terasa menjadi lebih
jelas maknanya.
Film merupakan salah satu media komunikasi massa.
Dikatakan sebagai media komunikasi massa karena
merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran
(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan
secara massal, dalam arti berjumlah banyak serta tersebar
dimana-mana, khalayaknya heterogen dan anonim, dan
menimbulka efek tertentu.
Sebagaimana media massa umumnya film merupakan
cermin atau jendela masyarakat dimana media massa itu
berada. Nilai, norma dan gaya hidup yang berlaku menetapkan
nilai-nilai budaya yang “penting” dan “perlu” dianut oleh
masyarakat, bahkan nilai-nilai yang merusak sekalipun37.
Pada era modern seperti sekarang ini, dakwah dapat
dikemas dengan berbagai sarana agar proses dakwah dapat
berjalan lebih efektif, menarik, dan tidak ketinggalan zaman.
Salah satunya yaitu berdakwah melalui film. Sebagai media
komunikasi massa yang hingga saat ini masih banyak

37
Deddy Mulyana. (2008). Komunikasi Massa Kontroversi, Teori dan Aplikasi.
(Bandung: Widya Padjajaran), h.89
35

peminatnya, tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga bisa


dijadikan sebagai media berdakwah.
Film lebih dianggap sebagai media hiburan ketimbang
media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya punya
kekuatan persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya
lembaga sensor juga menunjukkan bahwa sebenarnya film
sangat berpengaruh. Media ini bukan saja bisa menjadi
pengajak yang kuat, namun media juga bisa membelokkan
pola perilaku atau sikap-sikap yang ada terhadap suatu hal.
Sejumlah pengamat percaya bahwa kekuatan periklanan begitu
kuat karena peran media. Medialah yang mendorong
konsumen untuk memilih suatu produk tertentu dengan
meninggalkan produk lain, atau untuk berganti merek38.
Film dapat dipecah menjadi beberapa unsur, yaitu shot,
adegan dan sekuen. Pemahaman tentang shot, adegan dan
sekuen akan menjadi sangat berguna untuk membagi urutan-
urutan (segmentasi) plot sebuah film secara sistematik.
Segmentasi plot akan banyak membantu kita untuk melihat
perkembangan plot sebuah film secara menyeluruh dari awal
sampai akhir39.
Menurut Effendy, terdapat beberapa jenis film
berdasarkan sifatnya, yaitu sebagai berikut:
a. Film Cerita (Story Film)
Merupakan film yang mengandung suatu cerita yang

38
L.Rivers, William, et al. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern.
(Jakarta: Kencana).
39
Pratista Himawan. (2008). Memahami Film. (Yogyakarta: Homerian Pustaka),
h.29
36

lazim dipertunjukkan di bioskop dengan bintang filmnya.


Biasanya film ini berdurasi panjang minimal 1 jam. Sebagai
cerita, film ini harus bisa menyentuh perasaan manusia atau
membangun emosi manusia. Film bersifat audio visual, yang
mana dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar
yang bisa dilihat dan suara yang bisa didengar.
b. Film Pendek
Merupakan sebuah karya yang berbentuk audio visual
yang mana biasanya berdurasi kurang dari 60 menit. Film
pendek merupakan salah satu bentuk film yang paling simpel
dan paling kompleks. Secara teknik, film pendek adalah film
yang mempunyai durasi kurang dari 50 menit.
Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan
kebebasan bagi para pembuat film dan penontonnya, sehingga
bentuk menjadi sangat variasi. Film pendek juga bisa berdurasi
60 detik, yang terpenting adalah ide pemanfaatan media
komunikasinya dapat berlangsung secara efektif.
Pada hakikatnya film pendek bukan merupakan reduksi
dari film dengan cerita yang panjang. Tapi film pendek
mempunyai karakteristik atau ciri tersendiri yang
membedakan dengan film cerita panjang. Bukan karena
pemaknaan yang sempit atau pembuatannya yang lebih mudah
dan juga anggaran yang minim, tapi karena film pendek
memberikan ruang derak ekspresi yang lebih leluasa atau lebih
bebas untuk para pemainnya.
c. Film Berita
Film berita biasanya berisi tentang fakta atau peristiwa
37

yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film


yang disajikan harus mengandung nilai berita (news value).
Dengan adanya TV yang mempunyai sifat audio visual seperti
film, maka berita yang difilmkan bisa ditayangkan di TV agar
bisa ditonton oleh publik.
d. Film Dokumenter
Film ini merupakan film yang mendokumentasikan
kenyataan, suatu yang nyata atau film yang menyajikan hasil
rekaman realitas dari peristiwa. Titik terberat dari film
dokumenter adalah mengenai fakta atau peristiwa yang terjadi.
Seringkali film dokumenter berkisah pada hal-hal yang
merupakan perpaduan manusia dan alam.
e. Film Kartun
Kartun adalah gambar animasi dengan tampilan yang
lucu yang mempresentasikan suatu kejadian. Titik berat dalam
proses pembuatan kartun adalah pada seni lukisnya.
Ditemukannya sinematografi telah menimbulkan gagasan
kepada para pelukis untuk menghidupkan lukisannya.
Lukisan-lukisan yang hidup inilah yang dapat menimbulkan
kesan lucu dan menarik, karena dapat memainkan peranan
yang mungkin diperankan oleh manusia. Tokoh dalam kartun
pun bisa dibuat ajaib atau seolah bisa terbang, menghilang,
menjadi besar dan bisa mengecil secara tiba-tiba. Biasanya
kartun banyak disenangi oleh anak-anak.
Dalam skripsi ini termasuk kedalam jenis film cerita,
yakni film yang menceritakan suatu cerita yang biasa
ditayangkan di bioskop serta memiliki durasi minimal 1 jam.
38

Seperti Namanya film cerita, film ini dibuat untuk menyentuh


perasaan para penontonnya.

B. Kerangka Berpikir Penelitian


Penelitian ini ingin mengungkapkan makna Islam dalam
film Ghibah dengan menggunakan analisis isi pesan dakwah.
Alur pikir tersebut dirangkum dalam bagan sebagai berikut:

Film Ghibah

Analisis Isi

Pesan Dakwah

1. Anjuran 1. Menghormati
sholat ‘Idul Orangtua
Adha dan 2. Toleransi
Berqurban Antar Agama
2. melaksanak 3. Berbakti
an Sholat Kepada
3. Doa Orang Tua
4. Tolong
menolong
5. Saling
memaafkan
6. Larangan
berghibah

Aqidah Syari’ah Akhlak


BAB III
GAMBARAN UMUM FILM GHIBAH

A. Profil Film Ghibah


Film ghibah merupakan film Indonesia bergenre horor
komedi persembahan dari Dee Company & Blue Water Film (an
MD Picture Company) ini tayang eksklusif di Disney + hotstar
pada 30 Juli 2021. Film ini disutradarai oleh Monty Tiwa
sekaligus sebagai penulis naskah bersama Aviv Ilham, Riza
Pahlevi dan Vidya Ariestya.

Gambar 3. Official poster film Ghibah

Film Ghibah merupakan film yang mengangkat kebiasaan


anak muda yang suka membicarakan orang lain atau yang lebih
dikenal dengan istilah ghibah. Namun, tanpa disadari ternyata
kebiasaan buruk menggunjing orang lain ini juga dapat
menimbulkan berbagai kejadian mistis khususnya bagi mereka
yang suka berghibah.

39
40

Dibintangi oleh Anggika Bolsterli sebagai Firly, Verrel


Bramasta sebagai Arga, Adila Fitri sebagai Okta, Arafah sebagai
Ulfa, Zsa Zsa Utari sebagai Dina, Josephine Firmstone sebagai
Yola, Asri Welas sebagai Umi Asri, Oppie Kumis sebagai mang
Oppie dan Jerry Likumahwa sebagai Reno.
Dalam film Ghibah ini, Firly digambarkan sebagai anak
yang periang, baik hati, berbakti kepada orang tuanya, serta aktif
di organisasi majalah kampus. Namun Firly senang berghibah
bersama teman-teman kostnya yang bernama Ulfa dan Dina.
Film ini terinspirasi dari Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12
tentang perumpamaan orang yang berghibah sama dengan orang
yang memakan bangkai saudaranya sendiri. Film yang
disutradarai oleh Monty Tiwa ini juga menyelipkan berbagai
macam pesan baik didalamnya seperti larangan menggunjing
orang lain tanpa tahu kebenarannya, berbaik sangka terhadap
orang lain, berbakti kepada orang tua. Seluruh pesan tersebut
disampaikan oleh para pemain dalam aktingnya.
Film ini memiliki adegan-adegan menegangkan dan
mengangkat drama faktual masyarakat sehingga membuat
banyak orang penasaran. Jalan cerita film yang sederhana
membuat kita sadar atau tidak, permasalahan pada film Ghibah
memang masih banyak terjadi di masyarakat saat ini, yaitu perihal
orang-orang yang suka menggunjing orang lain tanpa tahu
kebenarannya.
41

B. Tokoh dan Karakter Pemain Film Ghibah


a. Anggika Bolsterli, berperan sebagai Firly, wanita berparas
cantik yang memiliki sifat penurut, baik hati namun suka
membicarakan temannya sendiri.
b. Verrel Bramasta, berperan sebagai Arga, ketua Majalah
Malaka yang memiliki paras tampan, baik hati juga
berwibawa.
c. Adila Fitri, dalam film ghibah berperan sebagai Okta, teman
satu kost Firly yang memiliki sifat obsesi dan ingin
dipandang bagus.
d. Arafah, berpesan sebagai Ulfa, sahabat Firly memiliki sifat
periang, humoris dan baik hati. Terkadang dia juga suka
membicarakan orang lain.
e. Zsa Zsa Utari, berperan sebagai Dina, teman satu Kost Firly
yang baik hati dan suka menolong.
f. Josephine Firmstone, berperan sebagai Yola, teman satu
organisasi Firly di majalah Malaka. Ia suka memanipulatif,
membicarakan orang lain namun juga pemaaf.
g. Asri Welas, berperan sebagai Umi Asri, ibu kost Firly yang
baik hati, suka mengingatkan kebaikan, dan penolong.
h. Oppie Kumis, berperan sebagai mang Oppie, suami umi
Asri yang baik hati, suka berzikir dan humoris.
i. Jerry Likumahwa, berperan sebagai Reno, teman satu
organisasi Firly di majalah Malaka. Memiliki sifat
husnudzon, baik suka menolong namun juga pelupa.
42

C. Sinopsis Film Ghibah


Ghibah adalah sebuah film bergenre horror komedi yang
dibintangi oleh Anggika Bolsterli dan Verrel Bramasta.
Disutradarai oleh Monty Tiwa, ghibah mengangkat kebiasaan
anak muda yang suka membicarakan orang atau yang lebih
dikenal dengan ghibah. Namun tidak disangka ternyata
kebiasaan ini juga dapat menimbulkan rangkaian kejadian
mistis khususnya bagi mereka yang suka berghibah.
Kisah ini berawal dari kebiasaan Firly Bersama teman-
teman kostnya, Dina dan Ulfa yang gemar berghibah layaknya
makanan sehari-hari bagi mereka. Mulai dari salah satu teman
satu kostnya, Okta, hingga teman satu organisasi kampusnya
Yola tidak ada yang luput dari cibiran sinis dan fitnah Firly dan
teman-temannya.
Melihat kebiasaan buruk Firly dan temannya yang sering
membicarakan orang lain, pemilik kost yang ditempati mereka
yaitu Umi Asri dan suaminya Mang Oppie menegur dan
mengingatkan agar tidak lagi membicarakan hal yang tidak
benar mengenai orang lain, namun mereka hiraukan. Hingga
suatu ketika, Firly menyadari ada hal aneh yang terjadi pada
dirinya. Dari mulai ia memakan daging padahal ia vegetarian
sampai sering mencium bau busuk dari tubuhnya. Hingga pada
akhirnya Firly dan teman-temannya tersadar bahwa perbuatan
yang mereka lakukan tidak baik dan mereka pun saling
meminta maaf.
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Film ghibah memiliki durasi 1 jam 38 menit 55 detik. Film


ini memiliki 18 scene, namun peneliti membatasi scene-scene
untuk dianalisis yaitu sebanyak 11 scene yang hanya mempunyai
pesan dakwah. Pada penelitian ini, peneliti mengambil gambar
dalam adegan yang mengandung pesan dakwah didalamnya.
Berikut ini adalah deskripsi gambar adegan yang
mengandung pesan dakwah dalam setiap scene film ghibah.
1. Scene 1
a. Larangan ber-ghibah

Gambar 4.1. Cuplikan gambar menit ke 1.47


Pada scene ini terlihat Firly dan teman-teman satu
timnya di majalah Malaka sedang berdiskusi membahas
topik apa lagi yang akan diangkat untuk majalah Malaka,
kemudian Ulfa membicarakan dosen yang selingkuh
dengan mahasiswinya agar diangkat untuk menjadi topik
majalah Malaka.
b. Tidak menghargai orang lain

43
44

Gambar 4.2. Cuplikan gambar menit ke 1.56


Terlihat pengantar makanan yang sedang berbicara
kepada Reno agar diberi bintang lima, namun Reno acuh
dan langsung menutup pintunya tanpa mendengarkan
ucapan pengantar makanan terlebih dahulu.

2. Scene 4
a. Anjuran salat ‘Idul Adha

Gambar 4.3. Cuplikan gambar menit ke 10.14


Pada scene ini terlihat masyarakat sedang
mendengarkan khotbah didepan masjid, yang ingin
melaksanakan salat ‘Idul Adha.
45

b. Larangan ber-ghibah

Gambar 4.4. Cuplikan gambar menit ke 11.39


Pada scene ini terlihat teman samping Ulfa sedang
membicarakan ibu yang ada didepan mereka tidak bisa
mengurus anaknya yang menangis hingga mengganggu
jama’ah lain karena suara anaknya.

3. Scene 5
a. Menghormati Orang Tua

Gambar 4.5. Cuplikan gambar menit ke 13.10

Gambar 4.6. Cuplikan gambar menit ke 13.21


46

Pada scene ini terlihat Firly baru datang kerumah


mengucapkan salam dan langsung menyalami tangan
ayahnya dan disusul menyalami ibunya.

4. Scene 6
a. Anjura Berqurban

Gambar 4.7. Cuplikan gambar menit ke 14.56


Pada scene ini terlihat Arga dan Firly selaku
perwakilan dari majalah Malaka sedang menyumbangkan
seekor kambing ke Masjid kampus untuk diqurbankan.
b. Larangan ber-ghibah

Gambar 4.8. Cuplikan gambar menit ke 16.08


Pada scene ini terlihat Ulfa yang sedang
menunjukkan handphone-nya ke Firly membicarakan
postingan Yola yang sedang berada di kamar mandi hotel di
Instagramnya.
47

5. Scene 7
a. Melaksanakan Salat

Gambar 4.9. Cuplikan gambar menit ke 21.00


Pada scene ini terlihat Okta walau dalam perasaan
takut ia tetap melaksanakan salat didalam kamarnya.
b. Toleransi Antaragama

Gambar 4.10. Cuplikan gambar menit ke 27.56


Terlihat mang Oppie yang mengenakan peci
(beragama Islam) dan Dina yang sedang mengepalkan
tangannya (beragama Kristen) sedang berdoa menurut
keyakinan mereka masing-masing di depan kamar Okta.
48

6. Scene 8
a. Berbakti Kepada Orang Tua

Gambar 4.11. Cuplikan gambar menit ke 32.05


Pada scene ini terlihat Firly dengan tulus mengobati
ibunya yang terluka karena terjatuh setelah tidak kuat
mendorong ayahnya di jalan pulang dari rumah sakit.

7. Scene 10
a. Memfitnah

Gambar 4.12. Cuplikan gambar menit ke 38.42


Pada scene ini terlihat Firly yang sangat marah
kepada Yola karena ia berpikir Yola telah berbohong sakit
hingga ia harus menggantikan dirinya liputan, yang
membuat Firly tidak bisa menemani ayah dan ibunya ke
rumah sakit dan mengakitabkan ibunya terluka. Firly
berbicara kepada Yola didepan banyak orang sampai
menuduh dan mengatakan hal yang tidak benar tentang
Yola.
49

b. Berkholwat

Gambar 4.13. Cuplikan gambar menit ke 39.46


Pada scene ini terlihat gambar Reno dan Yola yang
sedang berduaan didalam ruangan majalah Malaka. Yola
yang sedang menangis, kemudian Reno datang
mendengarkan kesedihan Yola.

8. Scene 12
a. Memfitnah

Gambar 4.14. Cuplikan gambar menit ke 51.07


Pada scene ini terlihat gambar Yola yang sedang
memanipulasi tulisan Okta tentang dosen yang selingkuh
dengan mahasiswinya, dengan mengganti inisial nama
mahasiswi tersebut dengan inisial nama Firly. Hal tersebut
sama saja dengan memfitnah.
50

9. Scene 14
a. Berdekatan dengan Lawan Jenis

Gambar 4.15. Cuplikan gambar menit ke 55.18


Pada scene 14 terlihat gambar Arga yang sedang
merangkul Firly di pasar. Pada saat itu seorang penjual
bertanya kepada Arga tentang siapa wanita yang ia bawa.
Arga pun langsung merangkul Firly dengan menjawab
bahwa Firly adalah pacarnya.

10. Scene 15
a. Larangan ber-ghibah

Gambar 4.16. Cuplikan gambar menit ke 1.01.28


Pada scene ini terlihat Yola sedang ber-ghibah
dengan teman-temannya, yang membicarakan Firly
bukanlah anak baik-baik seperti yang terlihat selama ini.
51

11. Scene 18
a. Tolong-menolong

Gambar 4.17. Cuplikan gambar menit ke 1.21.16


Pada scene ini pula terlihat Reno sedang menolong
Firly yang ingin diserang oleh Yola. Tanpa berpikir
panjang, melihat Firly yang ingin digigit oleh Yola dengan
sigap Reno langsung menangkis serangan Yola ke Firly
hingga dirinyalah yang terkena gigitan Yola.
b. Doa

Gambar 4.18. Cuplikan gambar menit ke 1.29.36


Pada scene ini terlihat tangan Umi Asri yang sedang
menyentuh jidat setan sambil membacakan ayat kursi
kepada setan agar setan tersebut pergi dan tidak menggaggu
Firly lagi.
52

c. Saling Memaafkan

Gambar 4.19. Cuplikan gambar menit ke 1.30.49


Pada scene ini terlihat Yola yang sedang memegang
Fily. Firly dan Yola meminta maaf dan saling memaafkan
atas apa yang telah mereka lakukan satu sama lain.
Dari temuan data diatas terdapat pesan dakwah meliputi:
Scene 1, Larangan ghibah dan Tidak menghargai orang lain.
Scene 4, Anjuran sholat ‘Idul Adha dan Larangan ghibah. Scene
5, Menghormati Orang Tua. Scene 6, Anjura Berqurban dan
Larangan Ghibah. Scene 7, Melaksanakan Salat dan Toleransi
Antaragama. Scene 8, Berbakti Kepada Orang Tua. Scene 10,
Memfitnah dan Berkholwat. Scene 12, Memfitnah. Scene 14,
Berdekatan dengan Lawan Jenis. Scene 15, Larangan Ghibah.
Scene 18, Tolong-menolong, Saling Memaafkan dan Doa.
BAB V
PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengolahan data, maka dapat ditemukan


adegan yang mengandung pesan-pesan dakwah dalam 11 scene.
Berikut ini pembahasan analisis isi pesan dakwah dalam film
Ghibah sebagai berikut:
1. Pesan dakwah yang mengandung Syari’ah dalm film ghibah
Pesan Syari’ah meliputi (1) Ibadah, yaitu melaksanakan
sholat, berpuasa, membayar zakat, menunaikan haji. (2)
Muamalah, yaitu persoalan keluarga, harta pustaka, kait-
mengkait dengan harta benda dan pertukaran melalui jual-beli,
hukuman bagi tindak pidana, hubungan masyarakat Islam
dengan masyarakat lainnya.
a. Anjuran sholat ‘Idul Adha dan Berqurban (scene 4 dan 6)
Pesan Syari’ah kepada Allah yang terdapat dalam
film ghibah dapat dilihat dari gambar dibawah ini dalam
scene 4 terlihat masyarakat sedang mendengarkan khotbah
didepan masjid yang ingin melaksanakan shalat ‘Idul Adha.

Cuplikan gambar menit ke 10.14

Pesan Syari’ah juga dapat dilihat dari gambar

53
54

dibawah ini dalam scene 6. Terlihat Arga dan Firly selaku


perwakilan dari Majalah Malaka sedang menyumbangkan
seekor kambing ke Masjid kampus untuk diqurbankan.

Cuplikan gambar menit ke 14.56


Idul Adha atau yang biasa disebut juga dengan hari
raya kurban, karena di hari raya ini disamping terdapat
sejumlah peribadatan formal seperti salat ‘Id dan
khotbahnya juga terdapat peribadatan lain yaitu
pemotongan hewan kurban dengan tujuan mendekatkan diri
kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-
Kautsar ayat 2:
ْ َ ‫َف‬
‫ص ِّل ِّل َرِّب َك َوان َح ْر‬
“maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan
berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri
kepada Allah”

Sesuai dengan gambar adegan dalam film ghibah


pada scene 4 yang menunjukkan jama’ah sholat Idul Adha
serta Ustadz yang sedang berkhotbah dan scene 6 yang
memperlihatkan Arga dan Firly yang sedang
menyumbangkan seekor kambing ke masjid kampus.
55

Berkurban sama dengan menginfakkan Sebagian harta di


jalam Allah SWT.

b. Melaksanakan Salat (scene 7)


Pesan Syari’ah yang terdapat dalam film ghibah dapat
dilihat dari gambar dibawah ini dalam scene 7 terlihat Okta
walau dalam perasaan takut ia tetap melaksanakan sholat
didalam kamarnya.

Cuplikan gambar menit ke 21.00


Salat merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan
umat muslim, yang dilakukan 5 kali dalam sehari. Banyak
sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang kewajiban
shalat. Salah satunya surat Al-Baqarah ayat 43 yang
menjelaskan tentang perintah Allah SWT yang berseru
kepada hamba-Nya untuk melaksanakan shalat dan zakat.
Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat
43:
َّ ‫وة َو ْار َك ُع ْوا َم َع‬
َ َّ ُ َ َ َّ َ
‫الر ِّاك ِّع ْي َن‬ ‫ َوا ِّق ْي ُموا الصلوة واتوا الزك‬...
“Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat dan
rukuklah beserta orang yang rukuk”

Sebagaimana dalam gambar adegan film Ghibah


56

pada scene 7 yang memperlihatkan Okta sedang


melaksanakan sholat. Sholat harus dilaksanakan dengan
ikhlas serta lillahi ta’ala agar sholat yang dikerjakan dapat
diterima oleh Allah SWT.

c. Doa (scene 18)


Pesan Syari’ah yang terdapat dalam film ghibah dapat
dilihat dari gambar dibawah ini dalam scene 18 terlihat
tangan Umi Asri yang sedang menyentuh jidat setan sambil
membacakan ayat kursi kepada setan agar setan tersebut
pergi dan tidak menggaggu Firly lagi. Dengan Umi asri
membaca ayat kursi sama dengan berdoa meminta
perlindungan kepada Allah.

Cuplikan gambar menit ke 1.29.36


Ayat kursi adalah ayat dalam Al-Quran surat Al-
Baqarah ayat 255. Banyak hadits yang menyebutkan
keutamaan ayat kursi bagi umat Islam. Ayat kursi bisa
dibaca setiap saat, sebelum hingga sesudah beraktivitas,
ketika pagi atau sore hari.
“Bila engkau akan beranjak ke tempat tidurmu maka
bacakan ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa
57

ilaha illa huwal hayyul qayyum’. Karena sesungguhnya ia


(dapat menjadikanmu) senantiasa mendapatkan penjagaan
dari Allah dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga
pagi hari” (HR. Bukhari).
Ayat kursi dibaca agar terhindar dari gangguan setan.
Sebagaimana dalam gambar pada scene 18 saat umi Asri
membacakan ayat kursi memohon perlindungan dari Allah
agar terhindar dari gangguan setan. Atas izin Allah setelah
membacakan ayat kursi setan itu pun pergi dan tidak
mengganggu kembali.

2. Pesan dakwah yang mengandung Akhlak dalm film ghibah


Pesa Akhlak meliputi akhlak manusia kepada sang
pencipta, akhlak manusia terhadap sesama manusia, akhlak
kepada flora, fauna dan lain-lain, serta akhlak terhadap diri
sendiri, berumah tangga atau keluarga, hidup bertetangga, dan
dengan masyarakat luas lainnya.
a. Menghormati Orangtua (scene 5)
Pesan Akhlak baik kepada sesama manusia yang
terdapat dalam film ghibah dapat dilihat dari gambar
adegan dibawah ini dalam scene 5. Terlihat Firly baru
datang kerumah mengucapkan salam dan langsung
menyalami tangan ayahnya dan disusul menyalami
ibunya.
58

Cuplikan gambar menit ke 13.10

Cuplikan gambar menit ke 13.21


Selain dalam bentuk ucapan, ungkapan atau ekspresi
saling menghormati adalah dalam bentuk perbuatan, salah
satunya sengan mencium tangan. Mencium tangan
merupakan adat yang banyak dilakukan oleh berbagai
negara, tidak ketinggalan dengan Indonesia. Umumnya
orang yang lebih muda akan menyodorkan tangannya
untuk berjabat tangan, setelah tangannya dijabat oleh
orang tua, guru, sanak keluarga, atau orang yang usianya
lebih tua, dengan langsung orang yang usianya lebih muda
akan mencium tangan orang yang lebih tua.
Sebagaimana dalam Al-Quran surat Al-Isra’ ayat 124:
َ ُ ُّ َ َ َ َ ُ َ ْ ْ َ
َّ ‫الذ ِّل ِّم َن‬
‫الر ْح َم ِّة َوق ْل َّر ِّب ا ْر َح ْم ُه َما ك َما‬ ‫واخ ِّفض لهما جناح‬
‫ص ِّغ ْي ًر‬
َ ‫َرَّبين ْي‬
ِّ
59

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya


dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai
Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

Sebagaimana dalam gambar adegan pada scene 5


yang memperlihatkan Firly sedang mencium tangan kedua
orang tuanya. Menunjukkan bahwa Firly anak yang
memiliki adab dan menghormati kedua orang tuanya.

a. Toleransi Antaragama (scene 7)


Pesan akhlak kepada sesama yaitu toleransi antar
agama yang terdapat dalam film ghibah dapat dilihat dari
gambar dibawah ini dalam scene 7. Terlihat mang Oppie
yang mengenakan peci (beragama Islam) dan Dina yang
sedang mengepalkan tangannya (beragama Kristen)
sedang berdoa menurut keyakinan mereka masing-masing
didepan kamar Okta.

Cuplikan gambar menit ke 27.56


Islam membenarkan kaum Muslimin bersifat
toleransi, berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang
yang diluar Islam selama tidak memerangi kaum
Muslimin. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran
60

surat Al-Mumtahanah ayat 8:


ُ ْ َ ُ ْ ُ َ ُ َ َ ْ َّ َ ُ ‫َ َ ْ ُ ه‬
‫الد ْي ِّن َول ْم ُيخ ِّر ُج ْوك ْم‬
ِّ ‫َل ينهىك ُم ّٰللا ع ِّن ال ِّذين ل ْم يقا ِّتلوك ْم ِّفى‬
ُْ َ ‫م ْن د َيار ُك ْم َا ْن َت َب ُّر ْو ُه ْم َو ُت ْقس ُط َْٰٓوا ا َل ْيه ْم ا َّن ه‬
‫ّٰللا ُي ِّح ُّب اْل ْق ِّس ِّط ْي َن‬ ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ ِّ
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan
berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak
memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir
kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil.”

Ayat ini menunjukkan toleransi antar agama bolehnya


saling berbuat baik antara sesama kaum Muslimin orang-
orang diluar Islam yang tidak memusuhi dan memerangi
kaum Muslimin. Seperti dalam gambar pada scene 7 yang
memperlihatkan mang Oppie sebagai orang Islam
menyuruh Dina untuk berdoa menurut keyakinannya yang
sekarang yaitu agama Kristen. Menunjukkan bahwa mang
Oppie bertoleransi pada agama yang dianut Dina
sekarang.

b. Berbakti Kepada Orang Tua (scene 8)


Pesan Akhlak baik kepada sesama manusia yang
terdapat dalam film ghibah dapat dilihat dari gambar
adegan dibawah ini dalam scene 8. Terlihat Firly dengan
tulus mengobati ibunya yang terluka karena terjatuh
setelah tidak kuat mendorong ayahnya di jalan pulang dari
rumah sakit.
61

Cuplikan gambar menit ke 32.05


Allah SWT memerintahkan agar berbuat baik kepada
kedua orang tua, terutaman saat mereka sudah berusia
lanjut, dan melarang berbuat jahat kepada kedua orang
tua. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-
Isra’ ayat 23:
َُ ْ َٰٓ َّ َٰٓ َ َّ َ َ
‫َوقض ى َرُّب َك اَل ت ْع ُب ُد ْوا ِّاَل ِّا َّي ُاه َو ِّبال َو ِّال َد ْي ِّن ِّا ْحس ًنا ِّا َّما َي ْبلغ َّن‬
ُ َ َ ُ َٰٓ َّ َ َ َ َ َٰٓ َ ْ
‫ِّع ْن َد َك ال ِّك َب َر ا َح ُد ُه َما ا ْو ِّكل ُه َما فَل ت ُق ْل ل ُه َما ا ٍّف َّوَل ت ْن َه ْر ُه َما َوق ْل‬
َ ً َ َّ
‫ل ُه َما ق ْوَل ك ِّرْي ًما‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat
baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan jaganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik..”

Rasulullah SAW juga menganjurkan agar berbakti


kepada kedua orangtua dan menempatkannya dibawah
tingkatan shalat saat beliau ditanya mengenai amal
perbuatan yang paling afdhal. Diriwayatkan dari ibnu
Mas’ud, ia berkata: aku pernah bertanya pada Rasulullah
SAW, “wahai Rasulullah, apa gerangan amal perbuatan
62

yang paling afdhal?” beliau menjawab, “shalat tepat


waktu” aku tanya lagi, “lalu apa wahai Rasulullah?” beliau
menjawab, “berbakti kepada kedua orang tua.” Aku
bertanya lagi, “kemudian apa, wahai Rasulullah?” beliau
jawab, “jihad di jalan Allah.” Kemudian Rasulullah
mendiamkanku, dan seandainya aku tanya lebih banyak
lagi, pasti beliau menambahkannya (HR. at-Tirmidzi)1
Sesuai dengan gambar adegan pada scene 8 yang
memperlihatkan Firly yang sedang membantu mengobati
ibunya dengan tulus, menunjukkan bahwa FIrly
merupakan anak baik yang berbakti dan saying kepada
ibunya.

c. Tolong-menolong (scene 18)


Pesan Akhlak baik kepada sesama manusia yang
terdapat dalam film ghibah dapat dilihat dari gambar
adegan dibawah ini dalam scene 18. Terlihat Reno sedang
menolong Firly yang ingin diserang oleh Yola. Tanpa
berpikir panjang, melihat Firly yang ingin digigit oleh
Yola dengan sigap Reno langsung menangkis serangan
Yola ke Firly hingga dirinyalah yang terkena gigitan Yola.

1
Hajjaj, Muhammad Fauqi. (2013). Tasawuf Islam &Akhlak. (Jakarta: Amzah),
h.281
63

Cuplikan gambar menit ke 1.21.16


Manusia biasa disebut sebagai makhluk sosial yang
berarti manusia tidak bisa hidup sendiri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan pasti akan membutuhkan
bantuan orang lain. Oleh karena itu, selaku makhluk sosial
sudah sepatutnya saling tolong menolong. Sebagaimana
firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 2:
َ َ ‫َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ ْ َ ْ ُ ْ َ َ َّ ُ ه َ َّ ه‬
‫ّٰللا ش ِّد ْي ُد‬ ‫اَلث ِّم والعدو ِّان ۖواتقوا ّٰللا ِّان‬
ِّ ‫وَل تعاونوا على‬
َ ْ
‫اب‬
ِّ ‫ال ِّع‬
‫ق‬
“…Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada
Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”

Ayat diatas merupakan seruan untuk saling tolong


menolong kepada kebaikan dan bertakwa kepada Allah.
Sebagaimana didalam gambar adegan pada scene 18,
Reno tanpa ragu menolong Firly yang mau digigit oleh
Yola hingga dirinya yang terkena gigitan Yola. Sikap
tersebut merupakan perbuatan baik yang patut ditiru.
64

d. Saling memaafkan (scene 18)


Pesan Akhlak baik kepada sesama manusia yang
terdapat dalam film ghibah dapat dilihat dari gambar
adegan dibawah ini dalam scene 18. Terlihat Firly dan
Yola yang saling memaafkan atas apa yang telah mereka
lakukan.

Cuplikan gambar menit ke 1.30.49


Salah satu permasalahan kehidupan adalah gesekan
kesalah fahaman yang terjadi diantara masyarakat yang
menimbulkan pertengkaran dan permusuhan, dengan ini
Allah mengajarkan umat manusia untuk saling
memaafkan jika terjadi kekeliruan dan salah cara pandang.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-
A’raf ayat 199:
ْ ْ ‫ُخ ِّذ ْال َع ْف َو َو ْأ ُم ْر ب ْال ُع ْر ِّف َو َا ْعر‬
‫ض َع ِّن ال َج ِّاه ِّل ْي َن‬ ِّ ِّ
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh”

Yang dimaksud dengan jangan berpaling adalah


jangan berdebat dengan orang yang bodoh. Orang yang
taqwa lembut hatinya untuk memaafkan orang lain. Maka
65

derajat orang yang memaafkan adalah dekat dengan


ketaqwaan.
Sebagai sesama muslim sudah sepatutnya saling
meminta maaf dan memaafkan. Sebagaimana gambar
pada adegan film ghibah scene 18 ini memperlihatkan
Firly dan Yola yang sedang memaafkan satu sama lain.

e. Larangan Ghibah (scene 1,4,6 dan 15)


Pesan Akhlak buruk kepada sesama manusia yang
terdapat dalam film ghibah dapat dilihat dari gambar
adegan dibawah ini dalam scene 1, 4, 6, dan 15.
Pada scene 1 terlihat Firly dan teman-teman satu
timnya di Majalah Malaka sedang berdiskusi membahas
topik apa lagi yang akan diangkat untuk Majalah Malaka,
kemudian Ulfa membicarakan dosen yang selingkuh
dengan mahasiswinya agar diangkat untuk menjadi topik
majalah Malaka.

Cuplikan gambar menit ke 1.47


Pada scene 4 terlihat teman samping Ulfa sedang
membicarakan seorang ibu yang ada didepan mereka tidak
bisa mengurus anaknya yang menangis hingga
66

mengganggu jama’ah lain karena suara anaknya.

Cuplikan gambar menit ke 11.39


Pada scene 6 terlihat Ulfa yang sedang menunjukkan
handphone-nya ke Firly membicarakan postingan Yola
yang sedang berada di kamar mandi hotel di
Instagramnya.

Cuplikan gambar menit ke 16.08


Pada scene 15 terlihat Yola sedang berghibah dengan
teman-temannya, membicarakan Firly bukan anak baik-
baik seperti yang terlihat selama ini.
67

Cuplikan gambar menit ke 1.01.28


Ghibah atau bergunjing atau biasa pula disebut
bergosip merupakan satu aktivitas yang sangat biasa
dilakukan oleh banyak orang saat ini. Kebiasaan ini sudah
menjadi suatu hal yang snagat melekat bagi sebagian
banyak orang terkhusus orang Indonesia. Ghibah
merupakan suatu perkara yang diharamkan.
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat Al-
Hujurat ayat 12:
َّ ‫ض‬
‫ٱلظ ِن‬ َّ َ‫يرا ِمن‬
َ ‫ٱلظ ِن ِإ َّن بَ ْع‬ ً ِ‫ُوا َكث‬۟ ‫وا ٱجْ تَنِب‬ ۟ ُ‫َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
‫ضا ۚ أَي ُِحبُّ أ َ َح ُد ُك ْم أَن يَأ ْ ُك َل‬ً ‫ض ُكم بَ ْع‬ ُ ‫وا َو ََل يَ ْغت َب بَّ ْع‬ ۟ ‫س‬ َّ ‫ِإثْ ٌم ۖ َو ََل ت َ َج‬
ُ ‫س‬
َ َّ ‫ٱَّلل ۚ ِإ َّن‬
‫ٱَّلل ت ََّوابٌ َّر ِحي ٌم‬ َ َّ ‫وا‬۟ ُ‫لَحْ َم أ َ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهت ُ ُموهُ ۚ َوٱت َّق‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak
dari prasangka, sesungguhnya Sebagian prasangka itu
dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang
lain, dan janganlah ada di antara kamu yang
menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada
Allah, sungguh Allah Maha Penerima taubat, Maha
Penyayang.”
68

“Tahukah kaliah, apakah itu ghibah?” Para sahabat


menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.”
Rasulullah SAW bersabda, “engkau membicarakan
sesuatu yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai
sesuatu yang tidak dia sukai. Salah seorang sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, bagaimana
pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada
diri saudaraku? Rasulullah SAW menjawab, “jika yang
engkau bicarakan ada pada diri saudaramu, maka engkau
sungguh telah mengghibahinya. Sedangkan jika yang
engkau bicarakan tidak terdapat pada diri saudaramu,
maka engkau sungguh telah mendustakannya.” (H.R.
Muslim).
Gambar adegan film ghibah scene 1, 4, 6 dan 15
memperlihatkan perilaku tidak baik yaitu ghibah. Ghibah
sendiri membahayakan baik bagi orang yang dibicarakan,
diri sendiri, bahkan masyarakat. Ghibah bisa memicu
terjadinya pertikaian dan perpecahan serta amal ibadah
ditolak oleh Allah SWT, bahkan bisa mendapatkan murka
Allah SWT. Maka dari itu, kita harus menjauhi perbuatan
ghibah.

f. Tidak menghargai orang lain (scene 1)


Pesan Akhlak buruk kepada sesama manusia yaitu
tidak sopan kepada sesama manusia yang terdapat dalam
film ghibah dapat dilihat dari gambar adegan dibawah ini
dalam scene 1. Terlihat pengantar makanan yang sedang
69

berbicara kepada Reno agar diberi bintang lima, namun


Reno acuh dan langsung menutup pintunya tanpa
mendengarkan ucapan pengantar makanan terlebih
dahulu.

Cuplikan gambar menit ke 1.56


Untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain,
sudah seharusnya saling menghargai. Mulai dari menjaga
tutur kata dan sikap, mengapresiasi pemberian orang lain,
serta mengingat setiap kebaikan orang lain. Tidak perlu
dengan hal yang mentereng, menghargai orang lain bisa
dimulai dengan hal sederhana yang rupanya berharga
seperti menjaga perasaannya dengan tidak berperilaku
sembarangan.
Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya Allah
mewahyukan kepadaku agar kalian merendah hingga
tidak ada seorang pun meremehkan orang lain dan
bersikap sombong kepada orang lain (HR. Muslim). tidak
termasuk golongan umatku orang yang tidak menghormati
mereka yang lebih tua dan tidak mengasihi mereka yang
lebih muda darinya, serta tidak mengetahui hak-hak orang
berilmu (HR. Ahmad).
70

Betapa pentingnya menghargai orang lain, baik


kepada yang lebih tua ataupun yang lebih muda, karena
semua orang wajib dihormati. Bertolak belakang dengan
gambar adegan pada scene 1 ini yang memperlihatkan
sikap tidak sopan Reno kepada pengantar makanan
dengan mengacuhkan omongannya. Sikap Reno jelas
tidak boleh ditiru dan harus dijauhi.

g. Memfitnah (scene 10 dan 12)


Pesan Akhlak buruk kepada sesama manusia yaitu
memfitnah orang lain yang terdapat dalam film ghibah
dapat dilihat dari gambar adegan dibawah ini dalam scene
10 dan scene 12.
Pada scene 10 terlihat Firly yang sangat marah kepada
Yola karena ia berpikir Yola telah berbohong sakit hingga
ia harus menggantikan dirinya liputan, yang membuat
Firly tidak bisa menemani ayah dan ibunya ke rumah sakit
dan mengakitabkan ibunya terluka. Firly berbicara kepada
Yola didepan banyak orang sampai menuduh dan
mengatakan hal yang tidak benar tentang Yola.

Cuplikan gambar menit ke 38.42


71

Pada scene 12 terlihat gambar Yola yang sedang


memanipulasi tulisan Okta tentang dosen yang selingkuh
dengan mahasiswinya, dengan mengganti inisial nama
mahasiswi tersebut dengan inisial nama Firly. Hal tersebut
sama saja dengan memfitnah.

Cuplikan gambar menit ke 51.07


Fitnah merupakan suatu perkataan bohong atau tanpa
dasar kebenarannya. Menyebarkan fitnah dengan maksud
menjelekkan orang lain, seperti pencemaran nama baik
atau dalam bentuk kehormatan lainnya. Oleh sebab itu,
dalam Agama Islam melarang umatnya untuk memfitnah
orang lain, karena haram. Dalam hukum Islam,
penyebutan fitnah serta masuk dalam kategori sebagai
kejahatan yang sangat besar.
Sebagaimana dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 19:
ٌ ‫ِّا َّن َّال ِّذ ْي َن ُي ِّح ُّب ْو َن َا ْن َت ِّش ْي َع ْال َف ِّاح َش ُة فى َّال ِّذ ْي َن ا َم ُن ْوا َل ُه ْم َع َذ‬
‫اب‬ ِّ
َ‫ُّ ْ َ َ ْ َ َ ه ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ُ ْ ن‬ ٌۙ َ
‫ا ِّل ْي ٌم ِّفى الدنيا واَل ِّخر ِّة وّٰللا يعلم وانتم َل تعلمو‬
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar
perbuatan yang keji itu (berita bohong) tersiar
dikalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat
azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
72

Rasulullah bersabda: “akan terjadi fitnah, orang yang


duduk lebih baik dari pada yang berdiri, orang yang
berdiri lebih baik daripada yang berlari, barang siapa yang
mencari fitnah maka dia akan terkena pahitnya dan
barangsiapa yang menjumpai tempat berlindung maka
hendaknya dia berlindung” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari ayat dan hadits diatas menjelaskan tentang
pedihnya azab di dunia dan akhirat bagi orang yang
memfitnah. Pada gambar adegan pada scene 10 dan 12 ini
memperlihatkan contoh fitnah terhadap termannya
sendiri. Fitnah merupakan perbuatan buruk yang harus
kita hindari.
h. Berkholwat dan berdekatan dengan lawan jenis (scene 10
dan 14)
Pesan Akhlak buruk kepada Allah yaitu berduaan dan
berdekatan dengan lawan jenis yang terdapat dalam film
ghibah dapat dilihat dari gambar adegan dibawah ini
dalam scene 10 dan scene 14. Pada scene 10 terlihat
gambar Reno dan Yola yang sedang berduaan didalam
ruangan majalah Malaka. Yola yang sedang menangis,
kemudian Reno datang mendengarkan kesedihan Yola.

Cuplikan gambar menit ke 39.46


73

Pada scene 14 terlihat gambar Arga yang sedang


merangkul Firly di pasar. Pada saat itu seorang penjual
bertanya kepada Arga tentang siapa wanita yang ia bawa.
Arga pun langsung merangkul Firly dengan menjawab
bahwa Firly adalah pacarnya.

Cuplikan gambar menit ke 55.18


Sebagai seorang Muslim, sudah semestinya kita patuh
terhadap apa yang diperintahkan Allah SWT dan
menjauhi segala yang menimbulkan dosa. Sebagaimana
diterangkan dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 31:
ُ ُ َُ َ ُ ۤ َ َ
‫ِّا ْن ت ْج َت ِّن ُب ْوا ك َبا ِٕى َر َما ت ْن َه ْون َع ْن ُه نك ِّف ْر َع ْنك ْم َس ِّيا ِّتك ْم‬
َ ًَ ُْ ُ
‫َون ْد ِّخلك ْم ُّم ْدخَل ك ِّرْي ًما‬
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara
dosa-dosa besar yang dilarang kamu mengerjakannya,
niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-
dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat
yang mulia (surga)”

Islam adalah agama yang mengatur semua sisi


kehidupan manusia, salah satunya adalah mengatur
interaksi dan hubungan sosial sesama manusia. Interaksi
sesama manusia dibatasi bagaimana laki-laki dan
perempuan saling berhubungan. Nabi Muhammad SAW
melarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim
74

berduaan ditempat yang sama.


Tidaklah sekali-kali seorang laki-laki berduaan
dengan seorang perempuan kecuali setan akan menjadi
yang ketiga (HR. Tirmidzi). Awas jauhilah bersepi-sepian
(berduaan) dengan Wanita. Demi Allah yang nyawaku ada
pada kekuasaan-Nya, tidaklah berduaan laki-laki dengan
perempuan kecuali masuk setan diantara keduanya.
Sungguh bila mana berhimpitan seorang laki-laki dengan
babi yang berlumuran lumpur itu lebih baik bagi lelaki itu
dari pada menyenggolkan pundaknya pada Pundak
perempuan lain yang tidak halal baginya (HR. Thabrani)
Dari ayat Al-Quran dan hadits diatas, mengajarkan
kita agar mematuhi perintah Allah dan menjauhi
larangannya serta melarang laki-laki yang bukan muhrim
berduaan dengan Wanita karena yang ketiga pasti setan.
Sebagaimana yang terlihat dalam gambar adegan film
ghibah pada scene 10 dan 14, memperlihatkan Reno dan
Yola yang sedang berduaan di dalam ruangan Malaka dan
gambar Arga yang sedang merangkul Firly, merupakan
perbuatan buruk yang bertentangan dengan ayat dan
hadits diatas. Tentu kita harus menjauhi perilaku tersebut
agar tetap berada di jalan Allah SWT.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis dan pembahasan pada bab-bab
terdahulu, di bawah ini terdapat beberapa kesimpulan yang
diperoleh peneliti dari keseluruhan isi cerita:
Terdapat pesan dakwah yaitu (1) syari’ah, meliputi anjuran
salat Idul Adha & berkurban, melaksanakan salat dan Doa. (2)
Akhlak, meliputi akhlak baik, terdiri dari: akhlak baik yakni
menghormati orang tua, toleransi antaragama, berbakti kepada
orang tua, tolong-menolong, saling memaafkan, akhlak buruk,
meliputi larangan ghibah, tidak menghargai orang lain,
memfitnah, dan berkholwat dan berdekatan dengan lawan jenis.
Pesan yang paling menonjol dalam film ini adalah pesan akhlak,
yang digambarkan melalui tokoh Firly dan teman-temannya yang
suka berprasangka buruk, membicarakan orang lain atau biasa
disebut ber-ghibah.

75
76

B. Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan dalam
rangka pengembangan pesan-pesan islami lewat sebuah film,
khususnya film ghibah, antara lain:
1. Para pelaku dakwah, hendaknya lebih menyadari bahwa film
merupakan salah satu alat yang efektif dalam menyampaikan
pesan dakwah. Oleh karena itu, para pembuat film harus lebih
mempelajari tentang cara membuat film islami yang lebih baik
lagi.
2. Para da’i dan masyarakat seharusnya lebih memanfaatkan
teknologi yang sudah maju saat ini. Berdakwah dengan
memanfaatkan salah satu media massa merupakan hal yang
sangat efektif, karena dengan menyampaikan dakwah melalui
media massa yaitu film khususnya, pesan yang ingin
disampaikan bisa lebih jelas tersampaikan melalui adegan-
adegannya kepada penonton.
3. Hal-hal baik yang ada di dalam penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan dalam mengembangkan karya seni,
khususnya film yang sarat dengan nilai religi.
DAFTAR PUSTAKA

‘Alan, Muhammad bin. Dalil Dalil al-Falihin, Syarah kitab Hadits


Riyadhush Shalihin, bab 256

Al Qardhawi, Yusuf. (1993). Al Halal wa al Haram Fi al Islam


(Kairo: Maktabah abbah), h.305

Al-Qurthubi. (1993). al Jami’ li Ahkam al Qur’an juz XVI, (eirut:


Darul al Ilmiyah), h.219

Anshari, Endang Saifuddin. (2004). Wawasan Islam: Pokok-Pokok


Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Islam. Jakarta: Gema
Insani.

Ardianto, Elvaniaro  Bambang Q-Anees. (2009). Filsafat Ilmu


Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rieneka


Cipta.

As, Asmaran. (1994). Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Aziz, Moh. Ali. (2004). Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana), h. 3

Bachtiar, Wardi. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah.


Ciputat: Logos Wacana Ilmu.

Bisri, Mustofa. (1995). Saleh Ritual Saleh Sosial. Bandung: Mizan.

Badudu dan Sutan Mohammad Zain. (1994). Kamus Umum Bahasa


Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan), h.469

Bungin, Burhan. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:


Prenada Media Group.

Bungin, Burhan. (2015). Metode Penelitian Kualitatif Komunikasi,


Ekonomi, Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana.

77
78

Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat


Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Eriyanto. (2011). Analisis Isi Pengantar Metodologi Untuk


Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya Jakarta:
Kencana

Hajjaj, Muhammad Fauqi. (2013). Tasawuf Islam & Akhlak. Jakarta:


Amzah.

Hidayat, M.S. (2006). Public Speaking dan Teknik Presentasi.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Himawan, Pratista. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian


Pustaka.

Holsty, R et.al. (1969). Content Analisis dalam Handbook of Social


Psycology Edited By Darder. Kindzay & Billiot Aronson .
Cambridge Massactusset Addision Wesley.

Ilaihi, Wahyu. (2010). Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Islamiyah, Indriansyah. (1998). Akhlak Islamiyah. Jakarta:


Parameter.

Kriyanto, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi.


Jakarta: Kencana.

Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran. (2011). Al-Quran dan


Terjemahnya. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Ma’arif, Bambang S. (2010). Komunikasi Dakwah. Bandung:


Simbiosa Rekatama Media.

Milles dan Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta:


Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. (1989). Metodelogi Penelitian Kualitatif.


Bandung: CV Remadja Karya.
79

Mulyana, Deddy. (2008). Komunikasi Massa Kontroversi, Teori dan


Aplikasi. Bandung: Widya Padjajaran.

Munir, Muhammad dan Wahyu Ilaihi. (2006). Manajemen Dakwah.


Jakarta: Kencana.

Muslim, Shahih Muslim (Beirut: Dar-al Kitab Araby, 2004), h.128

Nasution , Zulkarimein. (2002). Sosiologi Komunikasi Massa.


Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Terbuka.

Nata, Abuddin. (2010). Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.

Prihananto. (2009).Komunikasi Dakwah. Surabaya: Dakwah Digital


Press.

Purwadarminta, Wjs. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Rivers, William L. et al. (2003). Media Massa dan Masyarakat


Modern. Jakarta: Kencana.

Saifuddin Anshari, Endang. (1996). Wawasan Islam. Jakarta:


Rajawali

Shihab, M. Quraish. (1992). Membumikan Al-Quran. (Bandung:


Mizan), h. 194.

Singarimbun, Marsi. (1989). Metode Penelitian Survey. Jakarta:


LP3LS.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Syaltut, Mahmud. (1986). Islam Aqidah dan Syariah. Jakarta:


Pustaka Amani.

Tamburaka, Apriadi. (2013). Literasi Media: Cerdas Bermedia


Khalayak Media Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
80

Tasmara, Toto. (1987). Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media


Pratama.

Titscher, Stefan dkk. (2009). Metode Analisis Teks dan Wacana.


Yogyakarta: PustakaPelajar.

West, Richard dan Lynn H. Turner. (2008). Pengantar Teori


Komunikasi Analisis dan Aplikasi. (Jakarta: Salemba
Humanka), h.145

Yahya Umar, Toha. (1971). Ilmu Dakwah. Jakarta: PT Wijaya

Yunus, Muhammad. (1998). Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT


Hidakarya Agung), h.304

Anda mungkin juga menyukai