Anda di halaman 1dari 7

]KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang telah
memungkinkan saya menyelesaikan makalah ini. saya juga ingin mengungkapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, baik berupa ide maupun
dukungan materi.

Saya berharap agar makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman yang
bermanfaat bagi para pembaca. Bahkan, kami berharap bahwa isi makalah ini dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari pembaca.

Sebagai penyusun, saya sadar bahwa makalah ini mungkin masih memiliki kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.

Oleh karena itu, saya sangat menghargai setiap kritik dan saran yang membangun yang
dapat diberikan oleh pembaca dan bapak dosen demi meningkatkan kualitas makalah ini

Jayapura, 14 Maret 2024

SITTI NURJANNAH A.S


MAKALA DRAMATURGI

DI SUSUN OLEH

NAMA : SITTI NURJANNAH A.S

NIM : 201831007

PRODI : SENI TARI


DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................................................3

BAB 11 PEMBAHASA ...........................................................................................................4


BAB 111 PENUTUP .............................................................................................................
KESIMPULAN ................................................................................................................
SARAN .................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dramaturgi adalah teori yang mengemukakan bahwa teater dan drama mempunyai makna
yang sama dengan interaksi sosial dalam kehidupan manusia. Dramaturgi dicetuskan oleh
Ervin Goffman pada tahun 1959 yang termuat dalam karyanya berjudul "Presentation of
Self in Everyday Life". Dramaturgi merupakan pendalaman dari konsep interaksi sosial,
yang menandai ide-ide individi yang kemudian memicu perubahan sosial masyarakat menuju
era kontemporer. Teori dramaturgi muncul sebagai reaksi atas konflik sosial dan rasial dalam
masyarakat. Dramaturgi berada di antara interaksi sosial dan fenomenologi.
Dalam persepktif teori sendiri Erving Goffman memandang bahwa hidup seperti panggung
sandiwara yang dimainkan oleh aktor untuk mengekspresikan diri, terdapat panggung depan
dan panggung belakang. Menurut Goffman pada tampilan panggung depan terdapat muka
personal yang diartikan sebagai situasi fisik yang ditampilkan oleh aktor seperti tingkah laku dan
tampilan. Kemudian setting yang menunjukkan tampilan wujud fisik yang diharuskan ada,
biasanya seperti cara berpakaian aktor ketika memainkan perannya. Keadaan asli atau panggung
belakang yang orang lain tidak bisa lihat, sehingga dapat mengekspresikaan diri yang
sesungguhnya tanpa peduli orang lain (Sukendro, 2022)
Misi utama kaum dramaturgis sebagaimana dikatakan Gronbeck adalah memahai dinamika
sosial dan menganjurkan kepada mereka yang berpartisipasi dala interaksi-interaksi
tersebut untuk membuka topeng para pemainya untuk memperbaiki kerja mereka.
Konsepinteraksi pribadi (self interaction), dimana para pelaku menunjuk diri mereka sendiri
bedasarkan padaskema Mead mengenai psikologi sosial. “the self” di sini bersifat aktif dan
kreatif, serta tidak ada satupun variabel sosial, budaya, maupun psikologis yang dapat
memutuskan tindakan-tindakan “the self”

memahai dinamika sosial dan


menganjurkan kepada mereka
yang berpartisipasi dala
interaksi-
interaksi tersebut untuk membuka
topeng para pemainya untuk
memperbaiki kerja mereka.
Konsep
interaksi pribadi (self interaction),
dimana para pelaku menunjuk
diri mereka sendiri bedasarkan
pada
skema Mead mengenai psikologi
sosial. “the self” di sini bersifat
aktif dan kreatif, serta tidak ada
satupun
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
Teori yang paling terkenal Erving Goffman tentang dramaturgi, ada di dalam dalam bukunya
yang berjudul “Presentation of Self in Everyday Life”, yang terbit pada tahun 1959, yaitu seorang
aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh
gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang
disajikan. Pada teori Dramaturgi, terdapat “Front stage” (panggung depan) dan “Back Stage”
(panggung belakang), Antara lain: A. Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi
mendefinisikan situasi pertunjukan. Front Stage sendiri terbagi menjadi dua bagian, yaitu: 
“Setting” yaitu tampilan sang aktor secara fisik dalam memainkan perannya, seperti berpakaian
rapi dengan aksesoris jam tangan mahal,mobil kelas premium, sampai telepon seluler keluaran
terbaru.  “Front Personal” yaitu berbagai macam perlengkapan (Alat Peraga) sebagai cerminan
perasaan dari sang aktor. Di dalam Front Personal, terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu: 
“Penampilan” yang terdiri dari berbagai jenis barang yang digunakan mencerminkan status sosial
sang aktor.  “Gaya” yang berarti mengenalkan peran seperti apa yang dimainkan aktor
kedepannya. B. Back stage adalah keadaan dimana seseorang berada di belakang panggung
dengan kondisi tidak ada penonton, sehingga dapat dipastikan seseorang tersebut dapat
berperilaku bebas tanpa mempedulikan sikap/peran dalam sandiwara berikutnya. Dalam teori
Dramatugi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap
identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa
berubah tergantung dari interaksi dengan orang lain.
Bagi Goffman (Kivisto and Pittman, 2009, 285), pokok bahasan dramaturgi adalah penciptaan,
pemeliharaan, dan memusnahkan pemahaman umum realitas oleh orang-orang yang bekerja
secara individual dan kolektif untuk menyajikan gambaran yang satu dan sama dalam realitas.
Goffman’s concept of Dramaturgy is that he does not seek to understand the underlying
motivation for what the individual is doing. Many people would argue that they do not feel they
should be defined by different roles, and that they are still their true selves when playing these
roles (Kivisto and Pittman, 2009, 285). Pendekatan Dramaturgi Goffman lebih kepada pandangan
bahwa ketika manusia berinteraksi, ia ingin mengelola pesan yang ia harapkan tumbuh pada
orang lain. Manusia sebagai actor yang sedang memainkan peran. Dalam drama aksi dipandang
sebagai perform, penggunaan symbol simbol untuk menghadirkan sebuah cerita. Sebuah
performa arti dan aksi dihasilkan dalam adegan konteks sosiokultural. Teori dramaturgi tidak
lepas dari pengaruh Cooley tentang the looking glass self, yang terdiri tiga komponen; Pertama:
kita mengembangkan bagaimana kita tampil bagai orang lain. Kedua: kita membayangkan
bagaimana penilaian mereka atas penampilan kita. Ketiga : kita mengembangkan perasaan diri,
seprti malu, bangga, sebagai akibat mengembangkan penilaian orang lain. Lewat imajinasi kita
mempersepsikannya. Peran adalah suatu ekspektasi yang didefinisikan secara social yang
dimainkan seseorang. Fokusnya adalah diri kita tersituasikan secara social yang berkembang dan
mengatur interaksi spesifik. Diri adalah ahsil kerjasama, yang harus diproduksi baru dalam setiap
interaksi social. Menurut Goffman orang berinteraksi adalah ingin menyajikan suatu gambaran
diri yang akan diterima orang lain, yang disebut sebagai penegeloalan pesan. Dramaturgi
Goffman lebih memperdalam tentang konsep interaksi social, yang terlahir sebagai aplikasi atas
ide-ide individual yang baru dari peristiwa evaluasi sosial ke dalam masyarakat kontemporer.
Pendapat kalangan interaksi simbolik (Widodo, 2010:168): 1. Manusia berbeda dari binatang,
manusia ditopang oleh kemampuan berpikir. 2. Kemampuan berpikir dibentuk melalui interaksi
social 3. Dalam interaksi social orang mempelajari makna dan symbol 4. Makna dan symbol
memungkinkan orang melakukan tindakan dan interaksi khas manusia 5. Orang mampu
mengubah makna dan symbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan
tafsir mereka terhadap situasi yang ada. Kelemahan dari teori ini karena tidak mendukung
pemahaman dalam tujuan sosiologi yakni ‘kekuatan kemasyarakatan’. Karena tuntutan peran
menghasilkan clash bila berhadapan dengan peran keamasyarakatan. Selain itu teori ini terlalu
condong pada positivism. Penganut paham ini menyatakan adanya kesamaan antara ilmu social
dan ilmu alam, yakni ‘aturan’. Aturan adalah pakem yang mengatur dunia sehingga tindakan
tindakan yang tidak dapat dijelaskan secara logis merupakan hal yang tidak patut. Kritik terhadap
teori ini ( Widodo, 2010:182) yaitu :  Pertama ; bahwa dramaturgi kurang memperhatikan
struktur social. Data yang dikembangkan Goffman berasal dari situasai yang khusus. Manusia
dianggap sebagai calon bintang yang menyajikan tindakan meyakinkan bagi orang lain dan
merupakan langkah yang meninggalkan determinisme, structural fungsional. Gagal membahas
interaksi.  Kedua ; dramaturgi dianggap perspektif objektif karena melihat manusia sebagai
makhluk pasif (berserah). Walaupun awal memasukkan peran tertentu manusia memiliki
kemampuan untuk menjadi subjektif. Namun dalam peran harus objektif.  Ketiga ; hanya
terbatas dan hanya berlaku pada situasi total, intuisi yang memiliki karakter dihambakan oleh
sebagian atau keseluruahan kehidupan individual yang terkait dengan intuisi tersebut. Adanya
hegemoni dan memiliki hierarkhi yang jelas. Contoh ; Asrama, barak militer, institusi pendidikan,
penjara, pusat rehabilitasi. Teori ini dapat berperan baik pada institusi yang mengatur
pengabdian tinggi dan tidak menghendaki adanya pemberontakan.  Keempat ; teori ini dikritik
karena menihilkan eksistensi masyarakat. Tidak mendukung pemahaman dalam tujuan sosiologi
satu hal yang harus diperhitungkan yaitu kekuatan kemasyarakatan. Goffman tidak memusatkan
pada struktur social, tetapi pada tatap muka atau kehadiran bersama. Interaksi tatap muka
dibatasi sebagai individu yang saling mempengaruhi tindakan satu sama lainnya. Individu
diasumsikan sebagai kegiatan rutin akan mempengaruhi sosok dirinya yang ideal. Individu dalan
kegiatan rutin akan mengetengahkan sosok dirinya yang ideal. Masyarakat terdiri atas
kehidupan yang diliputi berbagai tingkah laku. Perilaku keseharian dan interaksi tatap muka
sama dengan panggung teater. Dilihat dari konsepnya bahwa interaksi social dimaknai sama
dengan pertunjukan drama di atas panggung dan manusia sebagai actor yang berusaha untuk
menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain, melalui pertunjukan
dramanya sendiri. Kehidupan masyarakat dapat digambarkan seperti sebuah Drama. Maka
dapat disimpulkan bahwa teori ini dapat dikonsentrasikan dalam small narration. Karena dalam
interaksi social ada individu individu dalam masyarakat, yang mempunyai peran sangat penting
dalam keberhasilan suatu interaksi sosial. Individu-individu dalam masyarakat merupakan unsur
utama dalam interaksi yang terjadi. Oleh karena itu tanpa hubungan individuindividu dapat
dikatakan tidak mungkin terjadi suatu interaksi. Individu merupakan unsur penting dalam suatu
interaksi karena akan mewarnai suatu interaksi dalam masyarakat.

BAB 11 PEMBAHASAN
BAB 111 PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN

Anda mungkin juga menyukai