2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas nikmat dan karunia-
Nya kepada kita dan tak lupa shalawat serta salam yang senantiasa limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, dengan pertolongan-Nya
kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Komunikasi Antarpribadi
Dan Peran-Peran Sosial”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan dalam
proses pengerjaannya, tapi kami terus berusaha sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata kuliah guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang
akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1
PEMBAHASAN
Sebagai contoh, ketika pagi tiba, seseorang karyawan bangun dari tempat
tidur lalu mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor. Ia memiliki status sebagai
karyawan . Di sini kita bisa mengidentifikasi bahwa setiap pagi ia memulai
peran sosialnya sebagai karyawan. Sore hari sepulang kerja, ia pun mengakhiri
1
Edy Suhardono, Teori Peran Konsep Derivasi dan Implikasinya, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1994), 9-30.
2
perannya sebagai karyawan. Begitulah peran sosial dimainkan dalam
kesehariannya.
B. Contoh Macam-Macam Peran Sosial
1. Peran ideal
Yaitu peran yang sesuai dengan status sosial. Biasanya peran ideal
juga sesuai dengan ekspektasi masyarakat pada umumnya. Sebagai contoh,
peran ideal seorang siswa dan mahasiswa adalah belajar. Ketika mendapat
tugas sekolah atau kuliah, ia mengerjakannya sembari menyadari peran
sosialnya. Ada pula seorang siswa atau mahasiswa yang tidak mengerjakan
tugas sekolah atau kuliah dan banyak mengeluh. Orang tipe ini jelas tidak
menjalankan peran idealnya.
2. Peran yang diinginkan
Yaitu peran yang dimainkan oleh seseorang karena keinginannya
sendiri. Misalnya, seorang ayah yang memainkan perannya sebagai
seorang kakak pada anaknya yang beranjak remaja. Atau seorang bos yang
berperan sebagai mentor pada karyawannya. Peran ini dimainkan karena
kehendak pribadi tanpa mempertimbangkan status sosialnya.
3. Peran yang dikerjakan
Yaitu peran ideal yang dikerjakan atau dieksekusi. Misal, seorang
presiden di Indonesia yang juga sekaligus seorang panglima tertinggi dan
kepala pemerintahan. Ia mengambil keputusan untuk berperang atau tidak
sebagai panglima tertinggi. Ia juga membuat regulasi sebagai kepala
pemerintahan. Contoh lain, seorang ayah memilih menjadi kepala keluarga
sebagai peran yang dikerjakannya.
Sebagaimana yang sudah disinggung di awal, seseorang memiliki status sosial
lebih dari satu sehingga peran yang bisa dimainkan juga lebih dari satu.
Kondisi ini tak jarang mengakibatkan timbulnya konflik peran. Bentuk konflik
peran bisa berupa ketegangan, kegagalan atau kesenjangan saat mengeksekusi
peran. Berikut ini kami paparkan contoh konflik peran sosial dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Contoh Konflik Peran Sosial
1. Ketegangan peran
Ketegangan terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan eksekusi
peran karena dihadapkan dua atua lebih kewajiban dalam waktu yang
bersamaan. Sebagai contoh, seorang dokter yang harus standby 24 jam di
rumah sakit karena ada pasien yang membutuhkan. Pada saat yang sama,
3
keluarganya menunggu di rumah. Dokter tersebut mengalami ketegangan
peran karena ada dua kewajiban yang menanti. Solusinya adalah salah satu
kewajiban harus dikorbankan untuk menunaikan kewajiban yang lain.
2. Kegagalan peran
Kegagalan terjadi apabila seseorang tidak dapat menjalankan
berbagai peran sekaligus karena ada tuntutan-tuntutan atau tugas yang
bertentangan. Kegagalan peran biasanya dimulai dengan perasaan serba
salah. Dilakukan salah, tidak dilakukan juga salah. Sebagai contoh,
seorang peneliti sosial yang sedang melakukan studi tentang jaringan
kriminal. Sebagai peneliti ia harus merahasiakan identitas informan yang
ditelitinya, yaitu para pelaku kriminal. Sebagai warga negara, ia harus
melaporkan kepada pihak yang berwenang apabila mengetahui posisi
pelaku kriminal. Ketika ia melaporkan jaringan kriminal yang ditelitinya
kepada polisi, ia telah gagal memainkan perannya sebagai peneliti.
3. Kesenjangan peran
Kesenjangan peran atau disebut juga role distance terjadi ketika
seseorang menjalani peran yang bukan prioritas dalam hidupnya sehingga
merasa tidak cocok. Ia merasa ada kesenjangan antara siapa dirinya dan
apa yang dilakukannya. Sebagai contoh, seorang pejabat yang melakukan
mark up anggaran program. Ketika melakukan mark up, terjadi
kesenjangan antara dirinya yang merupakan pejabat dengan kerjaannya
me-mark up anggaran.2
Peran sosial dapat menjadi alat analisis karena mempu digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara struktur sosial dan pola perilaku individu.
Dalam sosiologi ada beberapa pendekatan teoritis yang bisa digunakan untuk
analisis terhadap peran sosial.
Johnson menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh
komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup
manusia, yakni:
a. Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial
kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti
pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Diawali
dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada
2
Edy Suhardono, Teori Peran Konsep Derivasi dan Implikasinya, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1994), 9-30
4
masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin
luas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan proses itu, perkembangan
intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita
dengan orang lain.
b. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan
orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar
maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat
dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri
kita. Kita menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain itu tentang diri
kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat
menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
c. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji
kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di
sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan
pengertian orang lain dan realitas yang sama. Tentu saja pembandingan
sosial semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan
orang lain.
d. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas
komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, terlebih orang-orang
yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup
kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah, maka
tentu kita akan menderita, merasa sedih, cemas, frustrasi. Bila kemudian
kita menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka rasa sepi dan
terasing yang mungkin kita alami pun tentu akan menimbulkan
penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin, bahkan
mungkin juga penderitaan fisik. (Supratiknya, 2003: 9-10)
Kata keluarga secara etimologisnya terdiri dari kata “kula” dan “warga”.
Kula artinya saya, hamba, seorang ahli yang tugasnya berkewajiban
mengabdikan diri, sedangkan warga artinya anggota, ia berkewajiban
menyelenggarakan segala sesuatu dengan baik. Dari arti kata kula dan warga
ini disatukan menjadi keluarga, maka dapatlah dirumuskan sebagai suatu
5
kesatuan dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri untuk kepentingan
dan tujuan yang sama.
6
4. Keluarga adalah pemeliharaan suatu kebudayaan bersama, yang diperoleh
pada hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat
yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang
berkelainan dengan keluarga lainnya. Berbedanya dari setiap keluarga
yang merupakan gabungan dari pola-pola ini dapat terbawa oleh istri
maupun suami kedalam perkawinan, atau diperoleh sesudah perkawinan
lewat pengalaman-pengalaman yang berbeda dari suami, istri dan anak-
anak mereka.
7
Dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat
Joseph A.Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu:
a. Keterbukaan (openness)
b. Empati (empathy)
c. Dukungan (supportiveness)
e. Kesetaraan (equality)
8
menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan
9
5. Komunikasi anak dan anak lainnya. Komunikasi ini terjadi antara anak
satu dengan anak yang lainnya. Dimana anak yang tua lebih berperan
sebagai pembimbing dari pada anak yang masih muda. Biasanya
dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.
10
Anggota keluarga dapat saling mendapatkan dukungan, kasih sayang dan
loyalitas, mereka dapat berbicara satu sama lain, mereka saling menghargai
dan menikmati keberadaan bersama, dari pengertian-pengertian yang
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa keharmonisan keluarga adalah
suatu situasi atau kondisi keluarga di mana terjalinnya kasih sayang, saling
pengertian, dukungan, mempunyai waktu bersama keluarga, adanya
kerjasama dalam keluarga, komunikasi dan setiap anggota keluarga dapat
mengaktualisasikan diri dengan baik serta minimnya konflik, ketegangan dan
kekecewaan.
11
6. Fungsi sosialisasi/pendidikan yang dapat diukur dari kemampuan
membaca dan menulis serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan
keluarga;
7. Fungsi ekonomi, yang dapat diwujudkan dalam bentuk mempunyai mata
pencaharian dan hidup berkecukupan;
8. Fungsi pembinaan lingkungan, yang diwujudkan keluarga yang mampu
menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang dalam keadaan yang
berubah secara dinamis.
Komunikasi adalah satu hal yang sangat penting di dalam memelihara
keharmonisan keluarga. Adi J. Mustafa (2008:67) mengungkapkan bahwa
sering masalah muncul di dalam sebuah keluarga karena terjadi kemacetan
komunikasi. Komunikasi yang macet akan membuat segala tujuan dalam
keluarga tersebut gagal tercapai. Karena setiap pihak akan melakukan
tindakannya sendiri-sendiri tanpa mempedulikan kepentingan atau
keterlibatan anggota keluarga lainnya. Apabila terjadi seperti ini maka
suasana di dalam keluarga menjadi tidak sehat. Masing-masing anggota
keluarga seperti ayah, ibu, dan anak-anak akan cenderung mempertahankan
egonya dan membela diri. Pada satu sisi bahkan menyerang satu sama lain,
sebut saja saling menyalahkan setiap ada permasalahan di dalam keluarga.
Untuk itu, diperlukan adanya rasa saling mengerti dan menyayangi.
Peran Ayah (suami)
Achmad (2007:50) dalam bukunya rumah tangga sakinah menerangkan
bahwa pemenuhan kebutuhan nafkah keluarga berupa sandang, pangan, dan
papan berada di pundak Ayah. Berapa pun yang dihasilkan sang ayah,
menjadi kewajiban isteri untuk mengelolanya.
Peran ibu (isteri)
Isteri adalah partner bagi suami, menjadi isteri adalah posisi terhormat,
namun kehormatan itu akan tercoreng manakala isteri tidak bisa menjaganya.
Dasrun (2012;158)
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Peran ideal
Yaitu peran yang sesuai dengan status sosial. Biasanya peran ideal
juga sesuai dengan ekspektasi masyarakat pada umumnya. Sebagai contoh,
peran ideal seorang siswa dan mahasiswa adalah belajar.
2. Peran yang diinginkan
Yaitu peran yang dimainkan oleh seseorang karena keinginannya
sendiri. Misalnya, seorang ayah yang memainkan perannya sebagai
seorang kakak pada anaknya yang beranjak remaja.
3. Peran yang dikerjakan
13
Yaitu peran ideal yang dikerjakan atau dieksekusi. Contohnya seorang
ayah memilih menjadi kepala keluarga sebagai peran yang dikerjakannya.
5. Komunikasi anak dan anak lainnya. Komunikasi ini terjadi antara anak
satu dengan anak yang lainnya. Dimana anak yang tua lebih berperan
sebagai pembimbing dari pada anak yang masih muda.
14
DAFTAR PUSTAKA
Daradjad. 2009. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Cipta
Loka
Gunarsa Singgih D. 2000. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Harimsyah, Ganjar. Dkk. 2011. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Idris, Sardy, 1992, Komunikasi Dalam Keluarga, Bandung: Citra Aditya Bakti.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999)
Liliweri, Alo, 1991, Komunikasi Antar Pribadi, Cet.1: Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.
Nick E. 2002. Psikologi Sosial Jilid 1. Edisi 10. (Diterjemahkan oleh Dra. Ratna
Juwita). Jakarta: Dipl.Psychl. Erlangga
15
Suhardono,Edy 1994 Teori Peran Konsep Derivasi dan Implikasinya,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Soejanto, Agus. 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Roesdakarya
Sumber lain:
e-journal “Acta Diurna” volume V. no. 2 tahun 2016, Peranan Komunikasi Antar
Pribadi Dalam Menciptakan Harmonisasi Keluarga Di Desa Kimaam
Kabupaten Merauke, diakses pada 25 Maret 2019
Skripsi: Abi Putra Irawan Sihombing, Relationship Maintenance Antara Remaja
Akhir dan Keluarga dalam Mempertahankan Hubungan yang Harmonis
Melalui Aplikasi Blackberry Messenger (Bbm), Universitas Lampung. 2017
16