Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KOMUNIKASI ANTARPRIBADI

“Komunikasi Antarpribadi Dan Peran-Peran Sosial”


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
komunikasi antarpribadi
Dosen Pengampu:Dr.Yopi Kusmiati S.sos.i.,M.Si.

Disusun Oleh : Kelompok 8 KPI 4A

Kharisma Nur Faradhila B 11170510000025

Sukma Andika Hidayat 11170510000077

Nurlela Gustiawati 11170510000098

Abdullah Wildan N 11170510000178

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas nikmat dan karunia-
Nya kepada kita dan tak lupa shalawat serta salam yang senantiasa limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, dengan pertolongan-Nya
kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Komunikasi Antarpribadi
Dan Peran-Peran Sosial”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan dalam
proses pengerjaannya, tapi kami terus berusaha sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak menerima bantuan dan


dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada ibu Dr.Yopi Kusmiati S.sos.i.,M.Si. selaku dosen mata kuliah komunikasi
antarpribadi, serta pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang juga ikut
serta membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari guru mata kuliah guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang
akan datang.

Ciputat, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3

2.1 Peran-Peran Sosial...........................................................................................2

2.2 Pengertian Keluarga.........................................................................................3

2.3 Pengertian Komunikasi Keluarga....................................................................5

2.6 Konsep Harmonisasi........................................................................................6

2.7 Fungsi Keluarga...............................................................................................7

BAB III PENUTUP .............................................................................................9

3.1 Simpulan .........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Joseph Devito dalam bukunya The Interpersonal
Communication Book (Devito,1989:4), komunikasi antarpribadi adalah
proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di
antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa
umpan balik seketika. Komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam peran
sosial pasti berbeda-beda gaya komunikasi antarpribadi yang digunakan,
menyesuaikan dengan kepada siapa kita berbicara (status sosial).
Komunikasi antarpribadi yang paling sederhana dapat kita amati di dalam
keluarga. Suatu keluarga terdiri dari pribadi-pribadi yakni ayah, ibu dan anak-
anak. Peranan anggota keluarga dalam menciptakan suasana keluarga kuat
sekali. Masing-masing pribadi diharapkan tahu peranannya di dalam keluarga.
Keluarga merupakan suatu sistem yaitu suatu kesatuan yang dibentuk oleh
bagian- bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi. Agar terjadi
komunikasi yang seimbang dibutuhkan pengertian oleh orang tua dan anak
mengenai suatu tujuan yang diharapkan. Keluarga yang seimbang adalah
keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, ayah
dan anak, serta antara ibu dan anak (Satrio, 2010:3).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja peran-peran sosial?
2. Bagaimana bentuk komunikasi antarpribadi dalam peran-peran sosial
dalam keluarga?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja peran-peran sosial
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana bentuk komunikasi antarpribadi
dalam peran-peran sosial dalam keluarga

BAB II

1
PEMBAHASAN

Menurut Joseph Devito dalam bukunya The Interpersonal


Communication Book (Devito,1989:4), komunikasi antarpribadi adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara
sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik
seketika (the process of sending and receiving messages between two persons, or
among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi
tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada
kerumunan orang (Wiryanto,2004:32).

2.2 Peran-Peran Sosial


A. Pengertian Peran Sosial
Peran sosial adalah eksekusi dari hak, kewajiban, tugas, atau tanggung
jawab seseorang yang sesuai dengan status sosialnya. Dengan demikian peran
sosial ditentukan oleh status sosial. Apabila apa yang dikerjakan oleh individu
selaras dengan status atau posisinya di masyarakat, maka individu tersebut
sedang memainkan peran sosialnya. Peran sosial lebih dinamis ketimbang
status sosial. Pada praktiknya, peran sosial tak jarang berbentuk konflik, hal
ini karena individu memiliki lebih dari satu status sehingga menuntut
dimainkannya lebih dari satu peran. Sebagai contoh, seorang ayah yang punya
anak kecil. Ia merasa dilema antara mengasuh anaknya di rumah atau kerja di
kantor. Seorang ibu juga bisa merasakan dilema yang sama1.
Kata ”peran” dalam Bahasa Inggris disebut dengan ”role”, adalah istilah
yang diadopsi dari dunia teater Shakespeare. Role atau peran adalah aktivitas
yang dimainkan oleh aktor panggung. Dalam sosiologi, peran juga senantiasa
dimainkan oleh aktor sosial dalam kehidupan sehari-hari. Peran ada waktu
dimulainya, dan ada pula waktu diakhirnya, sebagaimana drama teater.

Sebagai contoh, ketika pagi tiba, seseorang karyawan bangun dari tempat
tidur lalu mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor. Ia memiliki status sebagai
karyawan . Di sini kita bisa mengidentifikasi bahwa setiap pagi ia memulai
peran sosialnya sebagai karyawan. Sore hari sepulang kerja, ia pun mengakhiri
1
Edy Suhardono, Teori Peran Konsep Derivasi dan Implikasinya, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1994), 9-30.

2
perannya sebagai karyawan. Begitulah peran sosial dimainkan dalam
kesehariannya.
B. Contoh Macam-Macam Peran Sosial
1. Peran ideal
Yaitu peran yang sesuai dengan status sosial. Biasanya peran ideal
juga sesuai dengan ekspektasi masyarakat pada umumnya. Sebagai contoh,
peran ideal seorang siswa dan mahasiswa adalah belajar. Ketika mendapat
tugas sekolah atau kuliah, ia mengerjakannya sembari menyadari peran
sosialnya. Ada pula seorang siswa atau mahasiswa yang tidak mengerjakan
tugas sekolah atau kuliah dan banyak mengeluh. Orang tipe ini jelas tidak
menjalankan peran idealnya.
2. Peran yang diinginkan
Yaitu peran yang dimainkan oleh seseorang karena keinginannya
sendiri. Misalnya, seorang ayah yang memainkan perannya sebagai
seorang kakak pada anaknya yang beranjak remaja. Atau seorang bos yang
berperan sebagai mentor pada karyawannya. Peran ini dimainkan karena
kehendak pribadi tanpa mempertimbangkan status sosialnya.
3. Peran yang dikerjakan
Yaitu peran ideal yang dikerjakan atau dieksekusi. Misal, seorang
presiden di Indonesia yang juga sekaligus seorang panglima tertinggi dan
kepala pemerintahan. Ia mengambil keputusan untuk berperang atau tidak
sebagai panglima tertinggi. Ia juga membuat regulasi sebagai kepala
pemerintahan. Contoh lain, seorang ayah memilih menjadi kepala keluarga
sebagai peran yang dikerjakannya.
Sebagaimana yang sudah disinggung di awal, seseorang memiliki status sosial
lebih dari satu sehingga peran yang bisa dimainkan juga lebih dari satu.
Kondisi ini tak jarang mengakibatkan timbulnya konflik peran. Bentuk konflik
peran bisa berupa ketegangan, kegagalan atau kesenjangan saat mengeksekusi
peran. Berikut ini kami paparkan contoh konflik peran sosial dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Contoh Konflik Peran Sosial
1. Ketegangan peran
Ketegangan terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan eksekusi
peran karena dihadapkan dua atua lebih kewajiban dalam waktu yang
bersamaan. Sebagai contoh, seorang dokter yang harus standby 24 jam di
rumah sakit karena ada pasien yang membutuhkan. Pada saat yang sama,

3
keluarganya menunggu di rumah. Dokter tersebut mengalami ketegangan
peran karena ada dua kewajiban yang menanti. Solusinya adalah salah satu
kewajiban harus dikorbankan untuk menunaikan kewajiban yang lain.
2. Kegagalan peran
Kegagalan terjadi apabila seseorang tidak dapat menjalankan
berbagai peran sekaligus karena ada tuntutan-tuntutan atau tugas yang
bertentangan. Kegagalan peran biasanya dimulai dengan perasaan serba
salah. Dilakukan salah, tidak dilakukan juga salah. Sebagai contoh,
seorang peneliti sosial yang sedang melakukan studi tentang jaringan
kriminal. Sebagai peneliti ia harus merahasiakan identitas informan yang
ditelitinya, yaitu para pelaku kriminal. Sebagai warga negara, ia harus
melaporkan kepada pihak yang berwenang apabila mengetahui posisi
pelaku kriminal. Ketika ia melaporkan jaringan kriminal yang ditelitinya
kepada polisi, ia telah gagal memainkan perannya sebagai peneliti.
3. Kesenjangan peran
Kesenjangan peran atau disebut juga role distance terjadi ketika
seseorang menjalani peran yang bukan prioritas dalam hidupnya sehingga
merasa tidak cocok. Ia merasa ada kesenjangan antara siapa dirinya dan
apa yang dilakukannya. Sebagai contoh, seorang pejabat yang melakukan
mark up anggaran program. Ketika melakukan mark up, terjadi
kesenjangan antara dirinya yang merupakan pejabat dengan kerjaannya
me-mark up anggaran.2
Peran sosial dapat menjadi alat analisis karena mempu digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara struktur sosial dan pola perilaku individu.
Dalam sosiologi ada beberapa pendekatan teoritis yang bisa digunakan untuk
analisis terhadap peran sosial.
Johnson menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh
komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup
manusia, yakni:
a. Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial
kita. Perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti
pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain. Diawali
dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada

2
Edy Suhardono, Teori Peran Konsep Derivasi dan Implikasinya, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1994), 9-30

4
masa bayi, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu menjadi semakin
luas dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan proses itu, perkembangan
intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita
dengan orang lain.
b. Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan
orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar
maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat
dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri
kita. Kita menjadi tahu bagaimana pandangan orang lain itu tentang diri
kita. Berkat pertolongan komunikasi dengan orang lain kita dapat
menemukan diri, yaitu mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
c. Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji
kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di
sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan
pengertian orang lain dan realitas yang sama. Tentu saja pembandingan
sosial semacam itu hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan
orang lain.
d. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas
komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, terlebih orang-orang
yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup
kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah, maka
tentu kita akan menderita, merasa sedih, cemas, frustrasi. Bila kemudian
kita menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka rasa sepi dan
terasing yang mungkin kita alami pun tentu akan menimbulkan
penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin, bahkan
mungkin juga penderitaan fisik. (Supratiknya, 2003: 9-10)

2.3 Pengertian Keluarga

Kata keluarga secara etimologisnya terdiri dari kata “kula” dan “warga”.
Kula artinya saya, hamba, seorang ahli yang tugasnya berkewajiban
mengabdikan diri, sedangkan warga artinya anggota, ia berkewajiban
menyelenggarakan segala sesuatu dengan baik. Dari arti kata kula dan warga
ini disatukan menjadi keluarga, maka dapatlah dirumuskan sebagai suatu

5
kesatuan dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri untuk kepentingan
dan tujuan yang sama.

Menurut Khairuddin (1997:4) dalam sosiologi keluarga, keluarga adalah


kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis
keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi
terbatas dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pada pihak-pihak
yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga
tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada di
dalamnya yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut
karena tumbuhya mereka kearah pendewasaan.

Burges dan Locke (William Goode, 1985:14) juga mengemukakan


terdapatnya 4 karakteristik keluarga yang terdapat pada semua keluarga juga
untuk membedakan keluarga dari kelompok- kelompok sosial lainnya:

1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan


perkawinan, darah dan adopsi. Pertalian antara suami istri adalah
perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah
darah, dan kadangkala adopsi.

2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu


atap dan merupakan susunan suatu rumah tangga; atau jika mereka
bertempat tinggal, rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka. Kadang-
kadang seperti masa lampau, rumah tangga adalah keluarga luas, meliputi
di dalamnya tiga, empat sampai lima generasi.

3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan


berkomunikasi yang menciptakan peran sosial bagi suami dan istri, ayah
dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan.
Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing- masing
keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentimen-sentimen, yang
sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional, yang
menghasilkan pengalaman.

6
4. Keluarga adalah pemeliharaan suatu kebudayaan bersama, yang diperoleh
pada hakekatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat
yang kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang
berkelainan dengan keluarga lainnya. Berbedanya dari setiap keluarga
yang merupakan gabungan dari pola-pola ini dapat terbawa oleh istri
maupun suami kedalam perkawinan, atau diperoleh sesudah perkawinan
lewat pengalaman-pengalaman yang berbeda dari suami, istri dan anak-
anak mereka.

Laing (Idris, 1992:2) keluarga didefinisikan sebagai “sekelompok


orang yang menjalani kehidupan bersama dalam jangka waktu tertentu, yang
terikat oleh perkawinan dan mempunyai hubungan darah antara anggota
keluarga yang satu dengan yang lainnya.” Selanjutnya dikatakan oleh
Terkelsen (Pawit; 1991:3) bahwa “keluarga adalah sebuah sistem sosial
terkecil dari masyarakat yang tercipta dari hubungan- hubungan individu
yang satu dengan individu yang lain, yang mempunyai dorongan perasaan
hati yang kuat sehingga timbul loyalitas dalam hubungan tersebut serta kasih
sayang yang permanen dalam jangka waktu lama”.

Soekamto (1998:5) dalam arti sempit, adalah sebagai berikut:


Keluarga inti merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang
terbentuk berdasarkan perkawinan dan terdiri dari seorang suami (ayah), istri
(ibu) dan anak (anak-anak).

2.4 Pengertian Komunikasi Keluarga

Pengertian komunikasi keluarga dalam Rosnandar (1992;4) adalah


proses penyampaian pernyataan atau pesan komunikasi kepada anggota
keluarga dengan tujuan untuk memengaruhi atau membentuk sikap sesuai isi
pesan yang disampaikan bapak atau ibu sebagai komunikator. Menurut Idris
Sardy (1992;2) komunikasi keluarga pada hakikatnya adalah suatu proses
penyampaian pesan bapak atau ibu sebagai komunikator kepada anak-anak
sebagai komunikan tentang norma- norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam
keluarga dengan tujuan keutuhan dan pembentukan keluarga yang harmonis.

7
Dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat
Joseph A.Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu:

a. Keterbukaan (openness)

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di


dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan mengacu
pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator
interpersonal yang efektif harus terbuka kepada komunikannya. Aspek
kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan
perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab
atasnya.

b. Empati (empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang


dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain
itu, melalui kacamata orang lain itu.

c. Dukungan (supportiveness)

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.


Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung.

d. Rasa Positif (positiveness)

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong


orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi
kondusif untuk interaksi yang efektif.

e. Kesetaraan (equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.


Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak

8
menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan

positif tak bersyarat kepada individu lain. (Liliweri, 1991: 13)

2.4.1 Bentuk-Bentuk Komunikasi dalam Keluarga

Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto (2000:22) adalah


sebagai berikut:

1. Komunikasi orangtua yaitu suami-istri. Komunikasi orangtua atau


suami istri disini lebih menekankan pada peran penting suami istri
sebagai penentu suasana dalam keluarga. Keluarga dengan anggota
keluarga (ayah, ibu, anak).

2. Komunikasi orangtua dan anak. Komunikasi yang terjalin antara


orangtua dan anak dalam satu ikatan keluarga dimana orangtua
bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan yang terjalin
antara orangtua dan anak disini bersifat dua arah, disertai dengan
pemahaman bersama terhadap sesuatu hal dimana antara orangtua dan
anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran, informasi atau nasehat.
Oleh karena itu hubungan yang terjalin dapat menimbulkan kesenangan
yang berpengaruh pada hubungan yang lebih baik. Hubungan
komunikasi yang efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan,
empati, dukungan, perasaan positif, kesamaan antaraorang tua dan
anak.

3. Komunikasi ayah dan anak. Komunikasi disini mengarah pada


perlindungan ayah terhadap anak. Peran ayah dalam memberi informasi
dan mengarahkan pada hal pengambilan keputusan pada anak yang
peran komunikasinya cenderung meminta dan menerima. Misal,
memilih sekolah.

4. Komunikasi ibu dan anak. Komunikasi ini lebih bersifat pengasuhan,


kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu jika anak merasa
kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.

9
5. Komunikasi anak dan anak lainnya. Komunikasi ini terjadi antara anak
satu dengan anak yang lainnya. Dimana anak yang tua lebih berperan
sebagai pembimbing dari pada anak yang masih muda. Biasanya
dipengaruhi oleh tingkatan usia atau faktor kelahiran.

2.5 Konsep Harmonisasi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1999 kata


“keharmonisan” berasal dari kata “harmonis” yang berarti selaras atau serasi.
Sementara kata keharmonisan dapat diartikan suatu hal/keadaan selaras atau
serasi (Harimansyah, dkk. 2011:89). Di dalam kehidupan keluarga terdapat
anggota-anggota keluarga yang antara satu dan lainnya memiliki peranan dan
fungsi yang berbeda, misalnya seorang ayah kedudukan sebagai kepala rumah
tangga yang fungsinya dan peranannya mencari nafkah buat menghidupi
semua keluarganya, sementara seorang ibu rumah tangga berkedudukan
sebagai ibu rumah tangga yang berperan dan berfungsi sebagai pemelihara
anak-anak, mengurus rumah, anak-anak berkedudukan sebagai pihak yang
diasuh dan dibesarkan dengan harapan nantinya menjadi generasi penerus
keluarga untuk meneruskan kelangsungan hidup orang tuanya kelak.

Menurut Gunarsa (2000:31) keluarga harmonis adalah bilamana seluruh


anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya
ketegangan, kekecewaan dan menerima seluruh keadaan dan keberadaan
dirinya (eksistensi, aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental dan
sosial.

Daradjat (2009:37) mengemukakan bahwa keluarga harmonis adalah


keluarga di mana setiap anggotanya menjalankan hak dan kewajibannya
masing-masing, terjalin kasih sayang, saling pengertian, komunikasi dan
kerjasama yang baik antara anggota keluarga. Menurut Nick (2002:113)
keluarga harmonis merupakan tempat yang menyenangkan dan positif untuk
hidup, karena anggotanya telah belajar beberapa cara untuk saling
memperlakukan dengan baik.

10
Anggota keluarga dapat saling mendapatkan dukungan, kasih sayang dan
loyalitas, mereka dapat berbicara satu sama lain, mereka saling menghargai
dan menikmati keberadaan bersama, dari pengertian-pengertian yang
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa keharmonisan keluarga adalah
suatu situasi atau kondisi keluarga di mana terjalinnya kasih sayang, saling
pengertian, dukungan, mempunyai waktu bersama keluarga, adanya
kerjasama dalam keluarga, komunikasi dan setiap anggota keluarga dapat
mengaktualisasikan diri dengan baik serta minimnya konflik, ketegangan dan
kekecewaan.

2.6 Fungsi keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama karena lingkungan


keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dikenal anak sebelum
mengenal lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karenanya, dalam
hubungannya dengan perkembangan anak, keluarga sering dikenal dengan
sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan
berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat. Keluarga juga
merupakan lingkungan yang utama bagi anak. Sebab di lingkungan keluarga
anak akan menghabiskan sebagian waktunya. Dasrun(2012;154)

Secara hakikat keluarga memiliki delapan fungsi Dasrun(2012;155)

1. Fungsi keagamaan, yang dapat diwujudkan dalam bentuk keimanan,


ketaqwaan, dan aplikasinya dalam kehidupan bermasyarakat;
2. Fungsi sosial budaya, yang dapat dicerminkan dari sikap saling
menghargai, patuh pada kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat serta negara;
3. Fungsi cinta kasih, tercermin dalam kehidupan yang harmonis, rukun dan
bertanggung jawab;
4. Fungsi melindungi yang menumbuhkan rasa aman
5. Fungsi reproduksi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan
keturunan yang direncanakan untuk menyumbang kesejahteraan umat
manusia;

11
6. Fungsi sosialisasi/pendidikan yang dapat diukur dari kemampuan
membaca dan menulis serta dapat meningkatkan kualitas pendidikan
keluarga;
7. Fungsi ekonomi, yang dapat diwujudkan dalam bentuk mempunyai mata
pencaharian dan hidup berkecukupan;
8. Fungsi pembinaan lingkungan, yang diwujudkan keluarga yang mampu
menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang dalam keadaan yang
berubah secara dinamis.
Komunikasi adalah satu hal yang sangat penting di dalam memelihara
keharmonisan keluarga. Adi J. Mustafa (2008:67) mengungkapkan bahwa
sering masalah muncul di dalam sebuah keluarga karena terjadi kemacetan
komunikasi. Komunikasi yang macet akan membuat segala tujuan dalam
keluarga tersebut gagal tercapai. Karena setiap pihak akan melakukan
tindakannya sendiri-sendiri tanpa mempedulikan kepentingan atau
keterlibatan anggota keluarga lainnya. Apabila terjadi seperti ini maka
suasana di dalam keluarga menjadi tidak sehat. Masing-masing anggota
keluarga seperti ayah, ibu, dan anak-anak akan cenderung mempertahankan
egonya dan membela diri. Pada satu sisi bahkan menyerang satu sama lain,
sebut saja saling menyalahkan setiap ada permasalahan di dalam keluarga.
Untuk itu, diperlukan adanya rasa saling mengerti dan menyayangi.
 Peran Ayah (suami)
Achmad (2007:50) dalam bukunya rumah tangga sakinah menerangkan
bahwa pemenuhan kebutuhan nafkah keluarga berupa sandang, pangan, dan
papan berada di pundak Ayah. Berapa pun yang dihasilkan sang ayah,
menjadi kewajiban isteri untuk mengelolanya.
 Peran ibu (isteri)
Isteri adalah partner bagi suami, menjadi isteri adalah posisi terhormat,
namun kehormatan itu akan tercoreng manakala isteri tidak bisa menjaganya.
Dasrun (2012;158)

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-


pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (Devito,1989:4). Komunikasi
antarpribadi yang paling sederhana dapat kita amati di dalam keluarga. Suatu
keluarga terdiri dari pribadi-pribadi yakni ayah, ibu dan anak-anak.

Macam-Macam Peran Sosial

1. Peran ideal
Yaitu peran yang sesuai dengan status sosial. Biasanya peran ideal
juga sesuai dengan ekspektasi masyarakat pada umumnya. Sebagai contoh,
peran ideal seorang siswa dan mahasiswa adalah belajar.
2. Peran yang diinginkan
Yaitu peran yang dimainkan oleh seseorang karena keinginannya
sendiri. Misalnya, seorang ayah yang memainkan perannya sebagai
seorang kakak pada anaknya yang beranjak remaja.
3. Peran yang dikerjakan

13
Yaitu peran ideal yang dikerjakan atau dieksekusi. Contohnya seorang
ayah memilih menjadi kepala keluarga sebagai peran yang dikerjakannya.

Bentuk-bentuk komunikasi dalam keluarga menurut Pratikto (2000:22) adalah


sebagai berikut:

1. Komunikasi orangtua yaitu suami-istri. Komunikasi orangtua atau


suami istri disini lebih menekankan pada peran penting suami istri
sebagai penentu suasana dalam keluarga.

2. Komunikasi orangtua dan anak. Komunikasi yang terjalin antara


orangtua dan anak dalam satu ikatan keluarga dimana orangtua
bertanggung jawab dalam mendidik anak. Hubungan komunikasi yang
efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan,
perasaan positif, kesamaan antaraorang tua dan anak.

3. Komunikasi ayah dan anak. Komunikasi disini mengarah pada


perlindungan ayah terhadap anak. Misal, memilih sekolah.

4. Komunikasi ibu dan anak. Komunikasi ini lebih bersifat pengasuhan,


kecenderungan anak untuk berhubungan dengan ibu jika anak merasa
kurang sehat, sedih, maka peran ibu lebih menonjol.

5. Komunikasi anak dan anak lainnya. Komunikasi ini terjadi antara anak
satu dengan anak yang lainnya. Dimana anak yang tua lebih berperan
sebagai pembimbing dari pada anak yang masih muda.

14
DAFTAR PUSTAKA

Daradjad. 2009. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Cipta
Loka

Devito, Joseph, 1989, The Nonverbal Communication Workbook (Prospect


Heights), illinois: Waveland Press.
Goode, William J, 1985, Sosiologi Keluarga, Yogyakarta: Nur Cahaya.

Gunarsa Singgih D. 2000. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Harimsyah, Ganjar. Dkk. 2011. Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi antarpribadi dan medianya.


Yogyakarta;Graha ilmu

Idris, Sardy, 1992, Komunikasi Dalam Keluarga, Bandung: Citra Aditya Bakti.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999)

Khairuddin, H (1997). Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Liliweri, Alo, 1991, Komunikasi Antar Pribadi, Cet.1: Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.

Nick E. 2002. Psikologi Sosial Jilid 1. Edisi 10. (Diterjemahkan oleh Dra. Ratna
Juwita). Jakarta: Dipl.Psychl. Erlangga

Pawit, 1991, Komunikasi Keluarga Suatu Aplikasi Dari Komunikasi Kelompok,


Bandung: Alumni.

Pratikto. (2000). Lingkaran-lingkaran Komunikasi. Bandung: Alumni.

15
Suhardono,Edy 1994 Teori Peran Konsep Derivasi dan Implikasinya,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Soejanto, Agus. 2001. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Roesdakarya

Soekanto, 1998, Sosiologi Sebagai Pengantar, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.

Sumber lain:

e-journal “Acta Diurna” volume V. no. 2 tahun 2016, Peranan Komunikasi Antar
Pribadi Dalam Menciptakan Harmonisasi Keluarga Di Desa Kimaam
Kabupaten Merauke, diakses pada 25 Maret 2019
Skripsi: Abi Putra Irawan Sihombing, Relationship Maintenance Antara Remaja
Akhir dan Keluarga dalam Mempertahankan Hubungan yang Harmonis
Melalui Aplikasi Blackberry Messenger (Bbm), Universitas Lampung. 2017

Artikel: Adi J. Mustafa, Energi Cinta Untuk Keluarga- Mengukur Keberhasilan


Anak, 2008.

16

Anda mungkin juga menyukai