Anda di halaman 1dari 18

i

MAKALAH
PENGARUH INTERAKSI REMAJA DENGAN TEMAN
SEKELASNYA TERHADAP PERKEMBANGAN POLA PIKIR
DAN EMOSIONALNYA
Guru Pembimbing:
Ahmad Rifani, S.Pd., Gr.

DISUSUN OLEH:
XI MIPA 3 KELOMPOK 3

1. ARYA RAHMAN FAHREZI


2. BAHRUL ILMI
3. MUHAMMAD ARIFIN
4. MUHAMMAD KHAIRUL

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 KUSAN HILIR
TANAH BUMBU
2022
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt.


Atas limpahan rahmat taufik dan hidayaah, karunia dan petunjuk-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam juga
tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad Saw., para keluarga, sahabat, serta
pengikut beliau hingga akhir zaman yang telah membawa sinar untuk
membimbing umat ke arah yang benar dan semoga kita mendapat syafaatnya
kelak di akhir zaman.

Makalah ini berjudul “Pengaruh Interaksi Remaja dengan Teman


Sekelasnya terhadap Perkembangan Pola Pikir dan Emosionalnya” bertujuan
untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia pada bab “Merancang
Karya Ilmiah” di SMA Negeri 1 Kusan Hilir

Konsep utama pembahasan pada makalah ini bertujuan untuk menjelaskan


permasalahan terkait interaksi antar remaja terhadap perkembangan pola pikir,
intelektual, serta kepekaan emosionalnya. Setiap anak mempunyai cara masing-
masing dalam memulai interaksi pada lawan bicaranya menurut sudut pandang
mereka. Namun, karena beberapa hal interaksi antar remaja tidak berlangsung
dengan baik yang meyebabkan adanya pengaruh yangterjadi pada diri seorang
remaja. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar bisa mengetahui
pengaruh yang terjadi akibat keberlangsungan serta ketidakberlangsungannya
interaksi antar remaja.
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Definisi Interaksi.......................................................................................3
2.2 Pengaruh Interaksi Remaja pada Teman Kelasnya...................................4
2.3 Faktor-faktor Pendorong Remaja Dalam Berinteraksi dengan Teman
Kelasnya...............................................................................................................7
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterbatasan Remaja dalam
Berinteraksi dengan Teman Kelasnya................................................................10
3.1 Simpulan..................................................................................................14
3.1 Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Interaksi sosial sangatlah penting bagi kehidupan sehari-hari mengingat


kita adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kita akan berusaha untuk
melakukan interaksi dengan manusia lainnya karena manusia tidak bisa bisa
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Ada dua syarat utama, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial
merupakan bertemunya dua pihak atau lebih secara fisik, baik tanpa alat
(langsung) maupun dengan alat (tidak langsung, contohnya seperti telepon,
SMS, media sosial).
Sedangkan komunikasi memiliki beberapa pengertian dari beberapa ahli
sebagai berikut.

Menurut James AF Stoner, pengertian komunikasi adalah suatu proses


pada seseorang yang berusaha untuk memberikan pengertian dan informasi
dengan cara menyampaikan pesan kepada orang lain.

Menurut Prof. Drs. H. A. W. Widjaya, arti Komunikasi adalah hubungan


kontak antar dan antara individu maupun kelompok

Menurut Achmad S. Ruky, komunikasi merupakan proses pemindahan dan


pertukaran pesan, dimana pesan ini dapat berbentuk fakta, gagasan, perasaan,
data atau informasi dari seseorang kepada orang lain. Proses ini dilakukan
dengan tujuan untuk mempengaruhi dan/ atau mengubah informasi yang
dimiliki serta tingkah laku orang yang menerima pesan tersebut.

Secara garis besar, komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan


penerimaan pesan dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi upaya saling
memengaruhi antara keduanya. Proses komunikasi ada dua bentuk yakni
verbal dan non verbal. Komunikasi verbal menggunakan lisan dan tulisan.
Sedangkan non verbal menggunakan simbol-simbol, misalnya gestur tubuh
dan bahasa isyarat.
v

Selain beberapa manfaat dan syarat interaksi sosial diatas, secara


psikologis interaksi sosial juga dapat membuat kita tidak merasa kesepian
karena saat terjadi interaksi sosial terdapat komunikasi di dalamnya.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mempersempit permasalahan tersebut kami membuat rumusan


permasalahan sebagai beikut.
1. Bagaimanakah pengaruh yang terjadi jika seorang remaja berinteraksi
dengan baik dengan teman sekelasnya?
2. Bagaimanakah pengaruh yang terjadi jika seorang remaja tidak  berinteraksi
dengan baik dengan teman sekelasnya?
3. Mengapa seorang remaja dapat berinteraksi dengan baik dengan teman
sekelasnya?
4. Mengapa seorang remaja memiliki keterbatasan untuk berinteraksi dengan
teman sekelasnya?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh apa yang terjadi jika  remaja beinteraksi 
dengan baik dengan teman sekelasnya.
2.  Untuk mengetahui pengaruh apa yang terjadi jika  remaja tidak beinteraksi
dengan baik dengan teman sekelasnya.
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang membuat remaja dapat berinteraksi
dengan teman sekelasnya
4. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menghambat interaksi remaja
dengan teman sekelasnya.

1.4 Manfaat Penulisan

Untuk memberikan wawasan terkait interaksi antar remaja serta pengaruh


yang terjadi akibat baiknya keberlangsungan interaksi maupun faktor yang
menghambat adanya interaksi antara remaja dengan teman sebayanya.
vi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Interaksi


Thibaut dan Kelley (1979), yang merupakan pakar dalam teori interaksi,
mendefisnisikan interaksi sebagai perisitiwa saling mempengaruhi satu sama lain
ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu
sama lain, atau berkomunikasi satu sam lain. Jadi, dalam setiap kasus interaksi,
tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain. Sebagai
contoh, A bertemu dengan B di jalan, kemudian ia menghentikan B dan
mengajaknya ngobrol tentang cuaca. Mendengarkan kesulitan-kesulitan yang
dialaminya, dan kemudian mereka bertukar pendapat dengan caranya masing-
masing. Chaplin (1979) mendefinisikan bahwa interaksi merupakan hubungan
sosial antara beberapa individu yang bersifat alami di mana individu-individu itu
saling mempengaruhi satu sama lain secara serempak.
Adapun Homans mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian di mana suatu
aktivitas atau sentimen yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain
diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) dengan menggunakan suatu
aktivitas atau sentimen oleh individu lain yang menjadi pasangannya (Shaw, 1985
:71). Jadi, dalam konsep yang diungkapkan oleh Homans ini, mengandung
pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi
pasangannya. Sedangkan Shaw (1976:447) mendefinisikan bahwa interaksi adalah
suatu pertukaran antar pribadi di mana masing-masing orang menunjukkan
perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing perilaku
itu mempengaruhi satu sama lain.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi mengandung
pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing
orang yang terlibat di dalamnya memainkan perannya secara aktif. Dalam
interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat
melainkan terjadi saling mempengaruhi.
Dalam ruang lingkup remaja, interaksi juga berhubungan dengan timbal
balik terhadap teman sebayanya. Interaksi pada teman sebayanya juga dianggap
vii

penting. Dari interaksi tersebut didapat banyak pengaruh penting yang berdampak
pada perkembangan pola pikir dan emosionalnya.

2.2 Pengaruh Interaksi Remaja pada Teman Kelasnya


Remaja merupakan masa peralihan dari usia anak menjadi dewasa. Pada
umumnya masa remaja dianggap mulai saat anak secara seksual menjadi matang
dan berakhir saat anak mencapai usia matang secara hukum. Adanya perilaku
sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja menunjukkan perbedaan awal masa
remaja yaitu kira-kira dari usia 13 tahun – 16 tahun atau 17 tahun usia saat dimana
remaja memasuki sekolah menengah. masa remaja awal yang dimulai dari umur
12-15 tahun, masa remaja pertengahan dari umur 15-18 tahun dan masa remaja
akhir dari umur 18-21 tahun (Monks dan Haditono, 2002).
Piaget (dalam Hurlock, 1990) menyatakan secara psikologi masa remaja
adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana
anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan
berada dalam tingkatan yang sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki
masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari
usia pubertas. Sedangkan, menurut (Monks dan Haditono, 2002) menyatakan
bahwa masa remaja dimulai dari usia 12 – 21 tahun, selanjutnya untuk remaja
indonesia menggunakan batasan usia 11 – 24 tahun dan belum menikah.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yg dimaksud
dengan remaja adalah setiap individu yang berada pada rentang usia 12 – 21
tahun.
Pada usia ini, remaja masih digolongkan sangat labil sehingga masih dalam
tahapan mencari jati diri karena itu lingkungan dari yang paing mendasar yaitu
keluarga, tetangga, serta pertemanan mempengaruhi perkembangan sikap seorang
remaja. Pada bahasan kali ini, kita akan lebih berfokus pada lingkungan
pertemanan seorang remaja, dimana teman sebaya seorangremaja juga dapat
mempengaruhi terhadap tumbuh kembangnya.

2.2.1 Pengaruh Apabila Remaja Berinteraksi dengan Baik dengan Teman


Sekelasnya
Interaksi yang baik terjadi apabila terjadi komunikasi yang efektif antara
komunikator dan komunikan.
Pengertian komunikasi efektif menurut Effendi (1989:62) menyatakan
“Keefektifan komunikasi yaitu kegiatan komunikasi yang mampu mengubah
viii

sikap, pandangan atau perilaku komunikan, sesuai dengan tujuan komunikator”.


Kemudian Pidarto (1988:242) mengatakan tentang komunikasi efektif bahwa
suatu komunikasi dikatakan efektif bila apa yang disampaikan
dikomunikasikannya berkualitas baik, sehingga bisa ditangkap dengan benar oleh
yang menerima yang menjurus kepada penyelesaian tujuan organisasi dan
individu baik dalam waktu dekat maupun dalam jangka panjang.
Tubs (2000:29) mengatakan bahwa “Komunikasi dikatakan efektif bila pesan
seperti yang dimaksud oleh pengirim berkaitan dengan pesan seperti yang
ditangkap dan diterima oleh penerima; biasanya mengharapkan satu hasil/lebih
sebagai tujuan komunikasi”.
Dari pendapat para ahli diatas bisa disimpulkan bahwa komunikasi efektif
menurut Jalaluddin Rahmat (2008:13) memiliki ciri-ciri terutama pada diri
komunikan yaitu kesenangan, hubungan sosial yang baik, pengertian, pengaruh
pada sikap tindakan yang sesuai.
Bagi remaja, interaksi terhadap teman sekelasnya memiliki peran pentinng bagi
perilakunya terhadap diri sendiri, teman maupun segala tingkah lakunya di
sekolah. Adapun beberapa pengaruh yang bermanfaat bagi remaja ketika memiliki
hubungan interaksi yang baik antar sesama temannya diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Saling memahami satu sama lain
Remaja yang meiliki hubungan baik berasal dari interaksi akibat komunikasi
yang berlangsung dengan baik. Komunikasi dengan baik dilakukan dengan
tujuan agar terjalinnya pemahaman yang sama antara komunikator dan
komunikan dengan maksud dan tujuan yang disampaikan serta dapat diterima
dengan baik oleh masingm-masing partisipan. Hal ini sudah disampaikan oleh
Dharma (2000:73) yang menyatakan “komunikasi yang efektif hanya terjadi
jika antara peneriman dan pengirim pesan tercipta pemahaman yang sama”.
2. Mengetahui sifat dan kepribadian partispan interaksinya dan meningkatkan
kepekaan emosional
Dengan dilakukannya interaksi, remaja dapat mengamati dan mengetahui
tingkah laku dari partisipan komunikasinya. Selain itu seiring berlangsungnya
interaksi yang dilakukan oleh remaja, mereka juga dapat lebih memahami
karakter serta watak dari temannya sehingga lebih mudah untuk beradaptasi
dan peka serta menyesuaikan perilaku dan perkataan dalam berinteraksi
sesuai dengan partisipan komunikasi yang dihadapinya.
3. Memperluas pertemanan serta mendapatkan wawasan baru dari partisipan
interaksinya
Dalam berinteraksi tentunya komunikator dan komunikan akan saling
bertanya jawab ataupun saling balas membalas kata sesuai bahasan yang
sedang dibahas. Pada proses komunikasi inilah terjadi pertukaran informasi
ix

yang awalnya salah satu partisipan komunkasi tidak mengetahui, menjadi


tahu karena adanya interaksi yang dilakukan dengan komunikasi efektif
sehingga antara satu sama lain dapat memahami dan mengerti apa yang
disampaikan oleh kedua belah pihak.
4. Meningkatkan kemampuan publik speaking dan rasa percaya diri
Menurut KBBI pengertian publik speaking adalah retorika yang dapat
diartikan sebagai keterampilan bahasa. Publikspeaking dapat diartikan
sebagai bentuk komunikasi dengan cara interaksi dengan pembicara dan
audience.
Dengan dilakukannya interaksi oleh remaja dengan temannya dapat
meningkatkan skill publik speakingnya, dimana ketika sudah terbiasa
melakukan komunikasi secara verbal dengan partisipan interaksinya maka
dapat mengasah kemampuan untuk berbicara didepan umum sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri.

2.2.2 Pengaruh Apabila Remaja Tidak Berinteraksi dengan Baik dengan


Teman Sekelasnya
Interaksi pada remaja dengan teman sekelasnya bisa saja terjadi dan juga
tidak terjadi. Terkadang interaksi yang tidak terjadi disebabkan oleh remaja
yang enggan atau menolak untuk berhubungan dengan orang lain
disekitarnya bahkan teman sekelasnya sekalipun. Richard I Arends
(2003:199) menjelaskan seperti konteks sosial lainnya, setiap kelas
meimiliki beberapa peserta didik yang akan meimilih un tuk tidsk
melibatkan diri dalam kegiatan kelas dan sebaliknya menjadi kekuatan yang
mengganggu.
Dalam kontekas interaksi yang dilakukan antar remaja dan teman
sekelasnya, remaja yang menolak untuk berinterkasi terkadang membawa
pengaruh bagi dirinya sendiri maupun teman sekelasnya. Diantara beberapa
pengaruh yang disebabkan oleh enggannya interaksi yang dilakukan oleh
remaja ataupun interaksi yang tidak berjalan dengan baik adalah sebagai
berikut.
1. Meningkatkan rasa individualisme
Individualisme adalah teori etika yang berasaskan sosial yang
menganjurkan kemerdekaan , kebenaran serta kebebasan bagi individu.
Rasa individualisme dapat tumbuh pada diri remaja yang enggan untuk
berhubungan ataupun berinteraksi dengan teman-temannya. Rasa
individualisme ini dapat muncul karena ia merasa tidak memerlukan orang
lain serta tidak peduli kepada hal yang terkait ataupun masalah yang dialami
orang lain bahkan temannya sendiri. Hal ini yang dapat memicu
berkembangnya rasa keegoisan serta individualisme pada remaja.
x

2. Seringnya terjadi miskomunikasi


Menurut Dulwahah, miskomunikasi dapat disebabkan karena gangguan
proses input pesan bisa juga menjadi sebab terjadinya miskomunikasi.
Proses input pesan yang dimaksud diatas merupakan interaksi yang
dilakukan melalui komunikasi. Komunikasi yang tidak baik juga dapat
menyebabkan miskomunikasi. Hal yang serupa dapat terjadi bagi para
remaja dengan interaksi yang tidak berjalan lancar dengan teman
sekelasnya, apalagi jika remaja tersebut enggan untuk melakukan interaksi.
Antara satu sama lain akan sering terjadi kesalahpahaman dan
miskomunikasi dikarenakan tidak dapat mencerna dan memahami pesan
yang disampaikan dari partisipan komunikasi, baik itu komunikator maupun
komunikan.
3. Kurangnya rasa kepercayaan terhadap orang lain dan was-was berlebihan
Seseorang yang enggan untuk melakukan interaksi antar sesama bisa
diakibatkan oleh kurangnya rasa percaya terhadap partisipan yang akan
diajaknya berkomunikasi. Namun, rasa ketidakpercayaan yang timbul inilah
yang dapat memicu pikiran-pikiran negatif dan was-was yang berlebihan.
Bagi seorang remaja memang harus menemukan pergaulan serta pertemanan
yang positif. Namun jika enggan untuk melakukan hubungan tersebut
biasanya remaja pernah mengalami trauma ataupun kejadian yang sudah
berlalu sebelumnya yang tidak mengenakkan baginya yang menimbulkan
ketakutan serta was-was yang berlebihan terhadap orang lain sehingga sulit
untuk melakukan interaksi
4. Liabel yang rendah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata liabel adalah
sensitif atau peka. Sensitif atau peka yang dimaksud pada pembahasan ini
adalah sensitif dan peka yang berkaitan dengan emosional seorang remaja.
Seorang remaja yang tidak berinteraksi dengan baik dengan temannya akan
menurunkan tingkat kepekaannya secara emosional terhadap lawan
interaksinya. Karena interaksi dapat membuat partisipan komunikasi lebih
memahami serta mengetahui ciri-ciri dan karakteristik masing-masing orang
serta meningkatkan rasa kepekaan, sehingga jika interaksi berjalan dengan
tidak lancar dapat memnyebabkan kurangnya kepekaan yang terjadi bagi
remaja yang enggan berkomunikasi maupun yang berinterkasi dengan tidak
baik.

2.3 Faktor-faktor pendorong remaja dalam berinteraksi dengan teman


kelasnya
Berikut adalah faktor-faktor penyebab yang membuat remaja terdorong
untuk melakukan interakasi yaitu sebagai berikut.
xi

1. Keluarga

Ada sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat dibutuhkan oleh
anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman,
dihargai, disanyang, diterima dan kebebasan untuk menyatakan diri. Rasa aman
meliputi perasaan aman secara material dan secara mental. Peraasaan aman secara
material berarti pemenuhan oleh orang tua tentang pakaian, makanan, mainan dan
sarana lain yang diperlukan sejauh tidak berlebihan dan tidak berada di luar
kemampuan orang tua. Sedangkan perasan aman secara mental berearti
pemenuhan oleh prang tua berupa perlindungan emosional, menjauhkan
ketegangan, membantu dalam menyelesaikan masalah yang sering dihadapi, dan
memberikan bantuan untuk kestabilan emosionalnya.

Manusia normal, baik anak maupun orang dewasa, senantiasa


membutuhkan penghargaan atau merasa dihargai oleh orang lain. Membeikan
pujian pada anak secara tepat adalah sangat baik. Cara akan dapat membersarkan
hati dan menimbulkan perasaan disayang pada diri anaka yang dinyatakan secara
menyenangkan oleh orang tua. Menyatakan kasih sayang kepada anak sampai
menyadari bahwa dirinya disayang oleh orang tuanya adalah sesuatu yang sangat
penting. Dalam situasi ini, keadaan psikologis anak akan merasa aman dihargai,
disayangi, dan dibutuhkan oleh keluargadan orang lain. Anak juga tidak merasa
takut untuk menyatakan dirinya, perasaanny, pendapatnpya, maupun
mendiskusikan kesulitan ang dihapinya karena merasa bahwa orang tua, keluarga,
atau orang lain ibarat sumber kekuatan yang selalu membantunya di mana pun
dirinya memerlukannya.
Dengan kata lain, yang sangat dibutuhkan oleh remaja dalam
perkembangan hubungan soialnya adalah iklim kehidupan keluarga yang
kondusif. Apa yang dimaksud denan iklim kehidupan keluarga itu? Jay Kesler
(1978:47) mendefinisikan iklim kehidupan keluarga sebagai : “The set internal
characteristics that disitinguishes one family from another and influeces the
behavior of people in it is called family cllimate ... is determinated importanly by
conduct, attitudes, and expectations of other person.”
Jadi, iklim kehidupan keluarga itu mengandung tiga unsur:
a. karakteristik khas internal keluarga yang berbeda dari keluarha lainnya.
b. karakteristik khas itu dapat mempengaruhi perilaku individu dalam keluarrga
itu.
c. unsur kemimpinan dan keteladanan kepala keluarga, sikap, dan harapan
individu dala, keluarga tersebut.
Dengan demikian, Harmonis-tidaknya dan intensif-tidaknya interaksi
antaranggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan hubungan sosial remaja
xii

yang ada dalam keluarga itu. Apabila hubungan antaranggota keluarga tersebut
berjalan harmonis dan intensif maka kedepannya hubungan sosial remaja yang
ada dalam angota keluarga tersebut akan berlangsung dengan baik.

2. Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang formal yang secara


sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam
rangka membantu remaja agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang
menyangkut aspek moral-spritual, intelektual, emosional maupun sosial. Oleh
karena itu remaja banyak menghabiskan waktunya di sekolah semenjak berumur
empat tahun. Dengan demikian sekolah mempengaruhi tingkahlaku remaja
khususnya tingkah laku sosialnya. Fungsi sekolah lainnya dalam mengembangkan
tingkahlaku sosial adalah menyiapkan model-model bertingkahlaku sosial baik itu
guru, petugas administrasi maupun siswa lainnya.

Sekolah yang iklim kehidupannya bagus dapat memperlancar atau bahkan


memacu perkembangan hubungan sosial remaja. Yaitu klim kehidupan dengan
suasana ketidakadaan rasa canggung satu sama lain atau lingkungan yang saling
menghargai dalam bentuk apapun itu. Dari suasana positif yang ditimbulkan
antaranggota kelas tersebut, remaja merasa bahwa sesuatu yang akan
dikemukakannya akan mendapat sambutan bahkan akan dihargai sehingga
nantinya akan memunculkan sikap optimisme untuk selalu menjalankan hubungan
sosial dengan teman-teman dan guru di sekolah.

3. Simpati

Simpat merupakan sebuah sikap ketertarikan pada orang dikarenakan


sebuah hal. Misalnya saja anda mengetahui jika teman anda sedang bersedih maka
anda ikut pula merasakan kesedihan yang dirasakannya. Hal ini lah yang
dinamakan simpati.

4. Motivasi

motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang yang menjadi


dasar dari perbuatan yang dilakukannya. Misalnya saja Guru selalu memberikan
tugas kepada murid dengan harapan murid dapat termotivasi untuk bisa  belajar
dengan lebih baik lagi.

5. Empati
xiii

Empati merupakan proses psikis yaitu akan memunculkan rasa haru


ataupun iba yang menjadi akibat dari tersentuhnya perasaan seseorang dengan
objek yang berada di hadapannya. Misalnya saja ketika anda melihat anak kecil
yang kehilangan kedua orang tuanya akibat bencana gempa bumi yang terjadi.
Maka hal tersebut tidak terasa akan membuat diri anda merasakan pula deritanya
sehingga mendorong kita untuk turu serta membantu meringankan bebannya.

6. Sugesti

Sugesti merupakan kepercayaana yang merasuk dalam diri seseorang dan


ditujukan pada orang lain maupun  sesuatu. pengaruh dari sugesti ini munculnya
secara tiba-tiba.

7. Imitasi

Imitasi merupakan dorongan untuk meniru hal-hal yang ada di dalam diri orang
lain. Imitasi dapat dikarenakan adanya perhatian dan minat atas sikap seseorang
dalam mengagumi orang lainnya. Misalnya saja meniru model pakaian artis idola.

8.Identitas

Identias merupakan dorongan seseorang yang digunakan untuk


menjadikan dirinya sendiir identik ataupun sama dengan orang lainnya. Misalnya
saja, seragam yang wajib digunakan murid di satu sekolah.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keterbatasan remaja dalam


berinteraksi dengan teman kelasnya
Proses sosialisasi individu di mulai di tiga lingkungan utama, yaitu:
lingkungan keluarga, sekolah,dan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga
individu pengembangkan pemikiran tersendiri yang merupakan pengukahan dasar
emosianal dan optimisme sosial melalui frekuensi dan kualitas interaksi dengan
orang tua dan saudara-saudaranya. Dalam lingkungan sekolah, individu belajar
membina hubungan dengan teman-teman sekolahnya yang datang deari berbagai
keluarga dengan status sosial yang berbeda-beda. Dalam lingkungan masyarakat,
individu dihadapkan dengan berbagai situasi hubungan sosial dan masalah
kemasyarakatan yang lebih bervariasi dan komplek.

Berikut ini didiskusikan beberapa pengaruh dilingkungan keluarga, sekolah, dan


masyarakat terhadap terhambatnya perkembagngan sosial.

1. Lingkungan Keluarga

Manusia normal, baik anak maupun orang dewasa, senantiasa


membutuhkan penghargaan atau merasa dihargai oleh orang lain. Oleh karena itu,
xiv

mempermalukan anak di depan orang banyak merupakan pukulan jiwa yang


sangat berat dan dapat berakibat buruk bagi perkembangan hubungan sosial anak.
Beberapa aspek psikologis anak dapat terhambat atau bahkan tertekan, misalnya
saja kemampuan dan kreativitasnya, sehingga mengakibatkan anak menjadi
banyak berdiam diri. Sikap seperti ini muncul karena merasa bahwa sesuatu yang
akan dikemukakannya tidak akan mungkin mendapat sambutan atau bahkan akan
dipermalukan.

Orang tua sangat mempengaruhi perkembangan tingkahlaku sosial remaja.


Remaja telah diperkenalkan prilaku sosial dan nilai-nilai berprilaku yang
dijunjung tinggi oleh orang tua. Di samping itu hubungan dengan orang tua
merupakan hubungan yang paling akrab dibandingkan dengan siapapun dalam
kehidupan remaja. Hubungan yang mendalam dan akrab besar pengaruhnya
terhadap proses sosialisasi remaja. Oleh karena remaja ingin mandiri dan tidak
ingin lagi banyak diatur, serta dituntut patuh oleh orang tua dalam kehidupan
sosial, maka terjadi konflik antara orang tua dengan remaja.

Andaikata konflik antara remaja dengan orang tua berlangsung terus


menerus akibatnya kemandirian sosial yang sempurna tidak akan pernah tercapai
karena : a. Orang tua (lingkungan sosial) yang membatasi kesempatan bagi remaja
untuk mengambil keputusan sendiri, maka tindakan orang tua seperti ini tidak
memberi kesempatan bagi remaja untuk mandiri b. Orang tua tidak dapat
dijadikan model untuk memperoleh kemandirian sosial, karena orang tua ini
memiliki sifat tergantung. Orang tua yang tidak mandiri cendrung tidak memberi
kesempatan mandiri bagi anak-anaknya dalam bertingkahlaku sosial. Pertentangan
antara orang tua dengan remaja karena keinginan remaja untuk mandiri dalam
hubungan sosial di samping memberikan pengaruh buruk juga memiliki pengaruh
baik, jika mereka mencoba untuk saling memahami. Biasanya pertentangan orang
tua dan remaja tidak akan berlangsung lama dan akhirnya menjadi hubungan yang
harmonis (Staton, 1975).

Harmonis-tidaknya dan intensif-tidaknya interaksi antaranggota keluarga


akan mempengaruhi perkembangan hubungan sosial remaja yang ada dalam
keluarga itu. Gardner (1983) dalam penelitiannya bahwa interaksi antar keluarga
yang tidak harmonis merupakan suatu korelat arau faktor yang potensial menjadi
penghambat perkembanga hubungan sosial remaja.

2. Lingkungan Sekolah

Kehadiran sekolah merupakan perluasan lingkungan soial individu dalam


rangka pengembangan hubungan sosialnya dan sekaligus merupakan faktor
lingkungan baru yang sangat menantang atau bahkan mencemaskan bagi dirinya.
xv

Para guru dan teman-teman sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian
menjadi semacam lingkungan norma baru. Di sekolah seharusnya banyak
dilakukan kegiatan kelompok untuk mengembangkan tingkah laku sosial seperti
kerja sama, saling membantu, saling menghormati dan menghargai misalnya
kelompok belajar, kelompok pengembangan bakat khusus seperti kelompok
menyanyi, menari, olahraga dan ketrampilan-ketrampilan khusus lainnya. Selama
tidak ada pertentangan, maka selama itu pula anak tidak akan mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan dirinya. Namun, jika salah satu kelompok lebih
kuat daripada lainnya, maka anak akan menyesuaikan dirinya dengan kelompok di
mana dirinya dapat diterima dengan baik.

Sekolah merupakan salah satu lingkungan di mana remaja hidup dalam


keseharianya. Sebagaimana dalam keluarga, sekolah juga memiliki potensi untuk
memudahkan atau menghambat perkembangan sosial remaja. Lingkungan sekolah
yang kuran positif iklim kehidupannya dapat menciptakan hambatan-hambatan
bagi perkembangan hubungan sosial remaja.

Ada empat tahap proses pengembangan hubungan sosial yang harus dilalui
oleh anak, yaitu:

a. Anak dituntut agar tidak merugikan orang lain, menghargai, dan


menghornati hak milik orang lain.
b. Anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial
berdasarkan azas saling memberi dan menerima.
c. Anak dituntut untuk menaati peratutan-peraturan dan menyesuaikan diri
dengan norma-norma kelompok.
d. Anak dituntut untuk bisa saling memberi dan menerima dengan orang lain.

Keempat tahap proses pengembagnan hubungan sosial ini berlangsung dari


proses yang sederhana ke proses yang semakin kompleks dan semakin menuntut
sistem penguasaan respons yang kompleks pula. Selama proses ini sangat
mungkin terjadi anak menghadapi konflik yang dapat berakibat terhambatnya
perkembangan hubungan sosial mereka.

3. Lingkungan Masyarakat

Suatu masalah yang dialami oleh remaja dalam proses pengembangan


hubunga sosialnya adalah bahwa tidak jarang masyarakat bersikap tidak konsisten
terhadap remaja. Di satu sisi remja dianggap sudah besar, tetapi kenyatannya di
sisi lain mereka tidak diberikan kesempatan atau peran sebaimana orang yang
sudah dewasa. Untuk masalah-masalah yang dipandang penting dan menentukan,
remaja masih sering dianggap anak kecil atau paling tidak dianggap belum
xvi

mampu sehingga sering menimbulkan kekecewaan atau kejengkelan pada remaja.


Keadaan semacam ini seringkali menjadi penhambat perkembangan hubungan
sosial remaja.

Masa remaja adalah masa untuk menentukan identitas dan arah kehidupan
yang jelas dan kokoh sehingga seringkalipenuh keseulitan. Namun demikian,
masa yang sulit ini akan menjadi bertambah sulit oleh adanya kontradiksi-
kontradiksi dalam masyarakat. Kurangnya keteladanan sebgai faktor yang
mempengaruh perkembangan hubungan sosial remaja itu diperkuat oleh pendapat
Soejipto Wirosardjono (1991) yang mengatakan bahwa: “bentuk-bentuk perilaku
sosial itu merupakan hasili tiruan dan adaptasi dari pengaruh kenyataan sosial
yang ada. Kebudayaan kita menyimpan potensi meligitimasi anggota masyarakat
umtuk menampilkan perilaku sosial yang kurang baik dengan berbagai dalih, yang
syah maupun yang tak terelakkan”. Dengan demikian, iklim kehidupan masyarkat
memberikan sumbangan penting bagi variasi perkembangan hubungan sosial
remaja.
xvii

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan
masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan perannya secara aktif.
Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang
terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.

Dalam ruang lingkup remaja, interaksi juga berhubungan dengan timbal balik
terhadap teman sebayanya. Interaksi pada teman sebayanya juga dianggap
penting. Dari interaksi tersebut didapat banyak pengaruh penting yang berdampak
pada perkembangan pola pikir dan emosionalnya.
Untuk menghasilkan interaksi yang baik bagi remaja dan teman sekelasnya harus
dilakukan komunikasi efektif antara kedua belah pihak komunikasi agar mencapai
suatu pemahaman yang sama dan dapat mengerti apa yang disampaikan dari
masing-masing partisipan komunikasi dalam interaksi.
Interaksi membawa pengaruh bagi remaja. Inrekasi yang berjalan dengan baik
juga akan meberikan timbal balik yang baik bagi remaja itu sendiri, sedangkan
jika tidak dilakukannya interaksi atau ketidaklancarannya dalam berinterkasi
dapat memberikan pengaruh-pengaruh lain juga bagi seorang remaja.

3.2 Saran
Interaksi dengan komunikasi langsung secara verbal bagi remaja dan
teman sekelasnya memiliki pengaruh yang berperan penting dalam cara berpikir
serta kepekaan emosional seorang remaja. Karena itu, Interaksi yang baik dapat
dilakukan agar dapat memberikan manfaat yang lebih bagi sesama remaja lewat
pertukaran informasi yang dilakukannya. Meskipun sebagian remaja ada yang
enggan untuk melakukannya ataupun melakukan interaksi dengan tidak baik,
remaja juga perlu memerhatikan faktor apa saja yang membuat interaksi menjadi
hubungan timbal balik yang mermbawa manfaat lebih serta menjadi suatu
interaksi yang didalamnya terdapat komunikasi secara efektif.
xviii

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I (2013) Belajar untuk Mengajar Edisi 9 Buku 1. Terjemahan


oleh Made Feida Yulia. Jakarta: Salemba.

Pidarta, Made. Tanpa Tahun. Manajemen Pendidikan Indonesia, Cet. 1. Jakarta:


Bina Aksara. 1988.

Effendi, Sofian, dkk (1989) Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES

Asrori, Mohammad. (2007) Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana


Prima.

Elbrahim, M. Nur. Tanpa Tahun. Psikologi remaja. Depok: Arya Duta.

Direktorat Sekolah Menengah Pertama. 2021. Bentuk Interaksi Sosial: Mengapa


Interaksi Sosial Itu Penting?. Dalam
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/mengapa-interaksi-sosial-itu-penting/
diakses pada 10 Maret 2022.

https://www.kompasiana.com/santisartika0711/6123912e06310e0b12647762/
pentingnya-interaksi-sosial-terhadap-perkembangan-sosial-remaja

Dulwahab, Komunikasi Keluarga…, hal. 54.

Repository Universiy Of Riau. Tanpa Tahun. Perkembangan Peserta Didik:


Psikologi Perkembangan Remaja. Dalam https://repository.unri.ac.id/
diakses pada 9 Maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai