Anda di halaman 1dari 21

Makalah Sosiologi Pendidikan

Tentang
Struktur Sosial di Sekolah

Disusun Oleh :

Muhammad Taufiq Randa : 2014020034


Zikra Laila : 2014020041
Novita Rahmadani : 2014020048

Dosen Pengampu :
Andika Dirsa M.Pd

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL
PADANG 1443 H /2022 M
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha


Esa yang telah melimpahkan taufik hidayah dan innayah-Nya sehingga
tugas makalah Sosiologi Antropologi Pendidikan dengan tema
“Struktural Sosial di Sekolah”.

Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai


pihak. Oleh karena itu saya ingin menyampaikan terima kasih kepada
pihak- pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga Allah SWT dapat membalas dan memberikan yang terbaik.

Di dalam penyusunan tugas ini penyusun telah berusaha


semaksimal mungkin, ibarat pepatah “ Tak ada gading yang tak retak,
tiada hidup dalam kesempurnaan”. Kami mohon kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan tugas ini serta semoga makalah ini
dapat diterima dan dapat menambah wawasan dan menjadi referensi
dalam mata kuliah ini dikemudian hari.

Padang , 14 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan .............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................3

A. Pengertian Struktur Sosial ..................................................................3

B. Struktur Sosial Sekolah ........................................................................4

a. Kedudukan seseorang dalam struktur sosial di sekolah ...........4

b. Struktur sosial orang dewasa di sekolah ..................................5

c. Struktur sosial guru di sekolah .................................................7

d. Hubungan guru dengan murid..................................................8

e. Struktur sosial murid-murid di sekolah..................................10

f. Kedudukan menurut usia dan kelas .......................................12

g. Struktur sosial berhubungan dengan kurikulum ....................13

BAB III PENUTUP .............................................................................16

A. Kesimpulan ......................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya menempati kedudukan dan
peranan masing-masing sebagai bentuk aktualisasi diri dalam sistem
masyarakat yang ada. Kedudukan atau status yang dimiliki akan
berdampak terhadap perananan dan kewenangan yang dimiliki seseorang
dalam menentukan dan mengambil keputusan berdasarkan kedudukan
dan perananannya tersebut dalam struktur sosial. Struktur sosial adalah
pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial,
struktur sosial diartikan juga sebagai material atau unsur-unsur
masyarakat, hubungan antara bagian-bagiannya, dan hakikat masyarakat
secara kesuluruhan. Menurut Soejono Soekanto struktur sosial adalah
sebuah hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara
peranan-peranan.
Kaitannya dengan lingkungan pendidikan, sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal yang terdiri dari unsur-unsur masyarakat dalam
lingkup warga sekolah dengan status dan peranan masing-masing,
memiliki pola yang sama sebagai sebuah struktur sosial.
Dalam struktur sosial sekolah tentunya terdapat
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kedudukan dan
perananan unsur-unsur masyarakat sekolah itu sendiri yang bahkan
sampai sekarang belum dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dari
masalah itulah kami mencoba untuk memberikan solusi singkat lewat
pembahasan yang sangat singkat ini dan masih banyak kelemahan di
dalam pembahasannya. Pembahasan yang akan dibahas dalam hal ini
adalah pengertian struktur sosial sekolah, kedudukan dan peranan,
berbagai kedudukan dalam masyarakat sekolah, kedudukan guru dan
1
murid dalam struktur sosial sekolah, hubungan guru dan murid, dan klik
dikalangan guru. Untuk itu semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan
sebaik-baiknya bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud struktur sosial sekolah?
2. Apa yang dimaksud kedudukan dan peranan?
3. Bagaimana kedudukan dalam masyarakat sekolah?
4. Bagaimana kedudukan guru dan murid dalam struktur sosial sekolah?
5. Bagaimana hubungan guru dan murid?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan memahami pengertian struktur sosial sekolah.
2. Mengetahui dan memahami pengertian kedudukan dan peranan.
3. Mengetahui dan memahami berbagai kedudukan dalam masyarakat
sekolah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Struktur Sosial
Struktur adalah pola relasi bagian atau komponen organisasi (Kast,
1974). Simon (1958) juga menjelaskan bahwa struktur bersifat relatif
statis, stabil, dan berubah lambat dan dalam penyesuaiannya
membutuhkan waktu (Fattah and Bakar, 2001). Struktur sosial adalah
tatanan sosial di masyarakat, yang memiliki relasi timbal balik antara
peranan dan status yang mengarah pada perilaku masyarakat yang teratur.
Status sosial merupakan perangkat struktur sosial yang paling utama.
Yang dimaksud dengan material pada struktur sosial sekolah adalah guru,
kepala sekolah, pesuruh, pegawai, dan siswa yang mempunyai perbedaan
peranan dan kedudukan. Struktur sosial memiliki sistem peranan dan
kedudukan yang hierarkis dimulai dari kedudukan yang paling rendah
hingga kedudukan yang tinggi dan memiliki kuasa. Struktur sosial
membantu sekolah untuk melaksanakan fungsinya dengan baik sebagai
lembaga edukatif. Setiap orang memiliki kedudukannya masing-masing
dan melaksanakan perannya sesuai dengan kedudukan sehingga berbagai
konflik dapat dicegah dan kelancaran segala usaha pendidikan dapat
terjamin (Budiyono, 2009).
Struktur bangunan maka yang dimaksud adalah (1) materialnya, (2)
hubungan antara bagian-bagian bangunan, dan (3) bangunan itu dalam
keseluruhannya sebagai gedung sekolah, kantor, dan sebagainya.
Demikian pula dengan struktur sosial di sekolah adalah materialnya,
kedudukan dan peranannya, struktur sosial orang dewasa di sekolah,
kedudukan guru/murid.
Dalam struktur sosial sekolah kepala sekolah menduduki posisi
yang paling tinggi dan pesuruh kedudukan yang paling rendah. Dalam
kelas guru mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada murid.

3
Biasanya murid-murid kelas rendah merasa mempunyai kedudukan yang
lebih rendah daripada murid-murid kelas yang lebih tinggi.
B. Struktur Sosial Sekolah
A. Kedudukan seseorang dalam struktur sosial di sekolah
Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur
sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain, misalnya apa
yang dapat diharapkan, oleh suami dari istrinya, apa yang diharapkan
majikan dari pekerjaan pegawainya, bagaimana orang tua. atau guru
memperlakukan anak dan sebaliknya.
Kedudukan menentukan kelakuan orang tertentu. Dalam
kedudukannya sebagai guru is mengharapkan kelakuan tertentu dari
murid, lepas dari pribadinya sebagai individu, apakah ia peramah, keras,
pandai, rajin atau pemalas. Setiap guru dalam kedudukannya sebagai guru
dapat mengharapkan kelakuan tertentu dari murid, siapa pun guru itu dan
siapa pun murid itu.
Status atau kedudukan individu, apakah diatas atau dibawah status
orang lain mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi atau
akibat kedudukan atau status seseorang. Seorang mandor diharapkan
memberikan perintah kepada pekerja. Guru diharapkan mematuhi
instruksi kepala sekolah akan tetapi menuntut agar murid-murid belajar.
Akan tetapi cara-cara seorang membawakan peranannya dapat berbeda
menurut kepribadian seseorang. Guru dapat bersikap otokratis atau
demokratis dalam menjalankan peranannya. Tiap orang dalam
masyarakat mempunyai berbagai kedudukan. Seorang murid mempunyai
kedudukan sebagai pelajar, ketua murid, anggota regu sepak bola atau
sebagai kakak terhadap murid-murid yang lebih rendah kelasnya,
sedangkan di rumah berkedudukan sebagai anak terhadap orangtuanya,
adik terhadap kakaknya dan di luar rumah ia menjadi teman bagi
sejumlah anak-anak lainnya. Demikian pula guru itu berkedudukan

4
sebagai suami atau istri, bapak atau ibu bagi anaknya, anggota paduan
suara atau ada kalanya menjadi sopir kendaraan umum. Dalam tiap
kedudukan ia menjalankan peranan tertentu. Berdasarkan kedudukan
daripadanya diharapkan kelakuan Tertentu. (S. Nasution, Ibid, h.73)
B. Struktur sosial orang dewasa di sekolah
Kepala sekolah menduduki posisi yang paling tinggi disekolah
berkatkedudukannya, tetapi juga sering karena pengalaman, masa kerja
dan pendidikannya. ialah yang berhak mengambil keputusan yang harus
dipatuhi oleh seluruh sekolah. Di samping hak itu ia memikul tanggung
jawab penuh atas kelancaran pendidikan di sekolah.
Kepala sekolah merupakan perantara, antara atasan yakni Kanwil
dengan guru-guru. Keputusan-keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan disampaikan oleh Kanwil melalui kepala sekolah kepada
guru-guru dan murid-murid. ia juga merupakan perantara antara guru
dengan atasan, misalnya mengenai kenaikan gaji atau tingkat. Pada
sekolah swasta, kepala sekolah menjadi perantara antara pengurus
yayasan dengan guru-guru dan sebaliknya. (Akbar, Dina, dkk, 2021:
62-63)
Kepala sekolah juga berkedudukan sebagai konsultan yang
memberikan petunjuk, nasihat, saran-saran kepada guru-guru dalam usaha
untuk memperbaiki mutu sekolah. Dalam hal ini is didukung oleh
kemampuan profesionalnya serta pengalamannya sebagai guru dan
kematangan pribadinya. ia dapat memaparkan filsafat sekolah, tujuan
pendidikan yang hares dicapai serta, cara-cara yang harus ditempuh untuk
mewujudkan kurikulum sekolah. la dianggap lebih bijaksana untuk
mengatasi masalah-masalah antara guru dengan murid, juga antara
sesama guru.
Guru yang meminta nasihatnya tentang tindakan terhadap anak
sebenarnya memindahkan tanggung jawab kepada kepala sekolah dan

5
mengharapkan agar kepala sekolah memberi dukungannya. Jadi guru
menggunakan kepala sekolah sebagai pelindung dan perisai terhadap
reaksi dari pihak orang tua. Kepala sekolah juga memegang
kepemimpinan di sekolah dan diharapkan sanggup memberi pimpinan
dalam segala hal yang mengenai sekolah, dalam menghadapi masyarakat,
murid-murid maupun guru-guru. Pada satu pihak guru-guru
mengharapkan keputusan dan tindakan yang tegas, di lain pihak mereka
menginginkan agar keputusan diambil dengan cara musyawarah. Kepala
sekolah harus dapat bergerak di antara harapan-harapan yang
bertentangan itu. Tak semua keputusan perlu dirundingkan lebih dahulu.
Banyak pula putusan yang diterima dari atasan yang harus dilaksanakan.
Tidak ada sifat-sifat universal tertentu yang menyebabkan seseorang
menjadi pemimpin. Kepemimpinan itu tidak umum, artinya tak ada orang
yang dapat menjadi pemimpin dalam segala macam situasi,
kepemimpinan itu spesifik bagi situasi tertentu. Kepala sekolah pemimpin
di sekolah mengenai soal-soal pendidikan, sedangkan dalam situasi
informal di luar sekolah mungkin sekali ia bukan orang yang paling
sesuai untuk bertindak sebagai pemimpin, walaupun seorang dapat
menjadi pemimpin dalam berbagai macam situasi di luar sekolah.
Di sekolah yang kecil, khususnya yang tidak mempunyai pegawai
administrasi, kepala sekolah sering harus berfungsi sebagai petugas
administrasi, mengurus korespondensi, mengantar surat kepada berbagai
instansi, membuat laporan-laporan, dan sebagainya, karena biasanya ia
mempunyai jam mengajar yang dikurangi, bahkan dapat dibebaskan dari
tugas mengajar. Dalam pekerjaan administrasi itu kepala sekolah dapat
dibantu oleh guru. Akan tetapi di Sekolah Menengah biasanya kepala
sekolah dibantu oleh pegawai administrasi. (S. Nasution, Ibid, h.77)
Dr. Hadari Nawawi memberikan pengertian, "administrasi pendidikan
adalah rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha

6
kerja sama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pedidikan secara
berencana dan sistematis yang di selenggarakan di lingkungan tertentu,
terutama berupa lembaga pendidikan formal. (Ahmad Ruhani,
Administrasi pendidikan sekolah, 1991: 5)
C. Struktur sosial guru di sekolah
Guru memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada kepala sekolah
sehingga guru harus memiliki rasa hormat dan patuh terhadap kepala
sekolah dalam segala hal yang berkaitan dengan sekolah. Masa depan dan
karier guru tergantung pada relasinya dengan kepala sekolah karena
ketika guru ingin mengurus kenaikan pangkat. Guru membutuhkan
rekomendasi atau diposisi yang baik dari kepala sekolah. Guru berada di
bawah kekuasaan kepala sekolah. Guru memiliki kedudukan sebagai
pegawai dan harus patuh terhadap semua peraturan yang dibuat oleh
atasan, yayasan atau pemerintah. Ketika guru melanggar maka guru
tersebut akan mendapatkan tindakan sebagai konsekuensi atau bahkan
dapat dipecat. Hal ini berarti mencabut sumber penghasilannya. Relasi
antara guru dengan guru biasanya bersifat pengelompokan sesuai dengan
kelompok atau kesamaan tertentu. Beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap pengelompokan yang terjadi di antara guru adalah sebagai
berikut:

1. Jenis kelamin
Contohnya: guru-guru wanita mempunyai kelompok sendiri untuk
tujuan-tujuan yang khas wanita. (Akbar, Dina, dkk, 2021: 63)
2. Minat profesional
Contohnya: pakar pendidikan untuk membahas masalah pendidikan.
3. Kesamaan minat

7
Contohnya: main kartu, olahraga, musik, dan lain-lain.
Beberapa hal yang dianggap turut menentukan kedudukan seorang
guru di sekolah adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kelas yang diajarkan guru
Biasanya guru SMP memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada
guru SD namun memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada guru
SMA. Pengawas sekolah dianggap memiliki kedudukan yang lebih tinggi
daripada kepala sekolah dan guru.
2. Mata pelajaran yang diajarkan guru
Guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu dianggap memiliki
kedudukan lebih tinggi dari guru lainnya. Sebagai contoh guru yang
mengajarkan mata pelajaran fisika, matematika, biologi dan kimia
memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada guru yang mengajarkan
mata pelajaran PKK, agama, atau pendidikan jasmani yang bukan
merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam ujian masuk Perguruan
Tinggi. (Akbar, Dina, dkk, 2021: 64)
3. Lama masa kerja
Lama masa kerja seorang guru ikut menentukan kedudukan guru.
Karena masa kerja, pengalaman mengajar, dan usia, para guru lama
menginginkan rasa hormat dari guru baru atau guru yang lebih muda.
Akan tetapi kedudukan guru dan kepala sekolah lebih rendah daripada
kedudukan yang dimiliki pengawas karena pengawas bertugas mengawasi
jalannya kegiatan di sekolah (Gunawan, 2000)
Berbagai hal di atas sebaiknya harus dihilangkan terutama bila guru
tersebut tidak memahami teknologi. Pendidikan adalah upaya sungguh
sungguh untuk perbaikan metode mengajar dan hal ini dibuktikan dengan
keberhasilan lulusan (Nasution, 2006).
D. Hubungan guru dengan murid
Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil.

8
(1) Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak sama
antara guru dan murid. Guru itu secara umum diakui mempunyai status
yang lebih tinggi dan karena itu dapat menuntut murid untuk
menunjukkan kelakuan yang sesuai dengan sifat hubungan itu. Bila anak
itu meningkat sekolahnya ada kemungkinan is mendapat kedudukan yang
lebih tinggi dan sebagai siswa pasca sarjana is dapat diperlakukan sebagai
manusia yang matang dan dewasa, jadi banyak sedikit dengan status yang
mendekati status dosen. Namun hubungan guru-murid dari masa
sebelumnya masih melekat dan masih susah dihilangkan, setidaknya di
negara kits ini. Guru atau dosen banyak sedikit masih turut berkuasa atas
nasib siswa dan selalu dapat berlindung di belakang posisinya yang serba
kuasa itu.
(2) Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan
mengalami perubahan. kelakuan sebagai hasil belajar. Setiap orang yang
mengajar akan mengalami perubahan dan menambah pengalamannya,
akan tetapi ia tidak diharuskan atau diharapkan menunjukkan perubahan
kelakuan, sedangkan murid harus memperlihatkan dan membuktikan
bahwa ia telah mengalami perubahan kelakuan.
(3) Aspek ketiga ini bertalian dengan aspek kedua, yakni bahwa
perubahan kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang
lebih spesifik, misalnya agar anak menguasai bahan pelajaran tertentu.
Mengenai hal-hal yang umum, yang kabur, tidak mudah tercapai
kesamaan pendapat, misalnya apakah guru harus menunjukkan cinta
kasih kepada murid, apakah ia harus bertindak sebagai orang tua, atau
sebagai sahabat. Karena sifat tak-sama dalam kedudukan guru-murid,
maka sukar bagi guru untuk mengadakan hubungan akrab, kasih sayang
atau sebagai teman dengan murid. Demi hasil belajar yang diharapkan
diduga guru itu harus dihormati dan dapat memelihara jarak dengan
murid agar is dapat berperan sebagai model bagi muridnya.

9
Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid bila dalam
memberi pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti
terdapat dalam metode ceramah, akan tetapi hubungan interaktif dengan
partisipasi yang sebanyak-banyaknya dari pihak murid. Hubungan itu
akan lebih efektif dalam kelas yang kecil daripada di kelas yang besar. (S.
Nasution, Sosiologi pendidikan : 78)
E. Struktur sosial murid-murid di sekolah.
Siswa melihat sekolah sebagai relasi sosial dan sistem persahabatan
dengan struktur sosial yang bersifat tidak formal. Sebagai contoh
kedudukan siswa sebagai anggota regu bola voli atau ketua paduan suara
sekolah. Kedudukan siswa tersebut hanya berlaku di lingkungan sekolah
saja. kedudukan siswa yang bersifat lebih formal berdasarkan ketentuan
Pemerintah adalah ketua OSIS yang berbentuk organisasi resmi.

Beberapa metode yang digunakan untuk mempelajari struktur


informal siswa adalah sebagai berikut:
1. Teknik sosiometri
Dalam teknik sosiometri, siswa diberikan pertanyaan mengenai
teman-teman satu sekolahnya yaitu: siapakah di antara siswa-siswa di
sekolah yang paling disukai sebagai teman menonton bioskop, belajar,
untuk kegiatan lain, diundang ke rumah atau sebaliknya. Siapakah siswa
yang paling tidak disukai, siswa yang tidak dianggap sebagai teman.
Berdasarkan hasil jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepada seluruh
siswa dalam kelas atau kelompok siswa bisa dibuat diagram yang dikenal
sebagai sosiogram yang jelas menggambarkan secara visual kedudukan
seseorang dalam relasi sosial dengan siswa lainnya. Sosiogram dapat
menunjukkan terjadinya pengelompokan di antara siswa.
2. Metode partisipasi-observasi

10
Metode partisipasi-observasi adalah metode di mana observer ikut
bergabung dalam kegiatan di kelompok dalam kurun waktu tertentu
melakukan observasi terhadap kelompok tersebut. Observer selama
berpartisipasi juga melakukan analisa kedudukan dari semua siswa dalam
relasinya dengan siswa lainnya di kelompok tersebut. Seorang observer
yang profesional dapat membuat rumusan dan menemukan berbagai
relasi yang ada di antara anggota kelompok tersebut. (Akbar, Dina, dkk,
2021 :65)
Beberapa kedudukan dan relasi antar siswa yang terjadi di sekolah
adalah sebagai berikut:
1. Relasi dan kedudukan berdasarkan usia dan tingkat kelas.
Misalnya: siswa akan lebih senang berteman dengan teman-teman
seumuran dan setingkat.
2. Relasi antara struktur sosial dan kurikulum.
Misalnya: siswa pintar akan cenderung senang bergaul dengan sesama
siswa pintar.
3. Kelompok persahabatan di sekolah.
Misalnya: siswa akan lebih akrab dengan teman-teman yang memiliki
persamaan kesukaan meskipun berasal dari tingkat atau kelas yang
berbeda.
4. Relasi antara pengelompokan di sekolah dengan struktur
masyarakat.
Misalnya: siswa akan lebih mudah bergaul dengan teman-teman
sesuku atau seagama.
5. Kelompok elite.
Misalnya: siswa akan lebih nyaman berteman dengan siswa yang
memiliki tingkat ekonomi yang sama.
6. Kelompok siswa yang mempunyai organisasi formal.

11
Misalnya: siswa akan lebih senang berteman dengan teman-teman
satu organisasi misalnya OSIS dan Pramuka (Poloma, 1994)
Sekolah bagi murid-murid dapat dipandang sebagai sistem
persahabatan dan hubungan-hubungan sosial. Bedanya dengan orang
dewasa ialah, bahwa struktur sosial ini lebih bersifat tak formal. Struktur
sosial pada orang dewasa lebih formal, karena kedudukan mereka yang
berkaitan dengan jabatannya telah ditentukan dan dapat dirumuskan serta
merupakan suatu bagian dari sistem sosial dalam masyarakat. Pada
umumnya orang dalam masyarakat mengetahui kedudukan seorang guru
di suatu sekolah. Demikian halnya dengan kedudukan murid sebagai
misalnya anggota regu basket atau ketua kelompok belajar. Kedudukan
murid hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja. Ada juga kedudukan
murid yang lebih formal seperti ketua OSIS yang telah mempunyai
bentuk resmi menurut ketentuan Pemerintah. Akan tetapi kebanyakan
kedudukan murid bersifat tak formal dan hanya diketahui dalam kalangan
sekolah itu saja.

F. Kedudukan menurut usia dan kelas


Murid-murid suatu kelas, yang pada umumnya mempunyai usia yang
sama cenderung untuk menjadi suatu kelompok yang merasa dirinya
kompak dalam menghadapi kelas lain, bahkan menghadapi guru misalnya
dalam pertandingan dan peristiwa-peristiwa yang menyangkut nama dan
kehormatan kelas itu. Terhadap kelas Yang lebih tinggi mereka merasa
dirinya orang bawahan sebagai adik terhadap kakak yang pantas
menunjukkan rasa hormat dan patuh. Se-baliknya terhadap kelas yang
lebih rendah mereka merasa sebagai "atasan" atau "kakak" yang patut
dipatuhi dan disegani. Demikian pula murid-murid SMA merasa dirinya
lebih tinggi daripada murid SMP akan tetapi memandang mahasiswa
sebagai kakak yang lebih tinggi. Antara murid- murid yang berbeda

12
tingkat kelasnya terdapat hubungan atasan- bawahan,
super-ordinatsub-ordinat atau kakak-adik. Murid-murid yang tinggi
kelasnya mempunyai kekuasaan dan kontrol terhadap murid-murid yang
kelasnya lebih rendah dan usianya lebih muda. Kedudukan atasan dan
kekuasaan murid-murid kelas tinggi diperkuat oleh berbagai tugas
kehormatan yang diberikan kepada mereka, sebagai ketua OSIS, ketua
regu olah raga atau berbagai panitia, pengurus berbagai perkumpulan
lainnya atau pemimpin berbagai kegiatan siswa. Dalam berbagai kegiatan
sekolah senantiasa murid kelas tertinggi ditunjuk sebagai pemimpin.
Dalam tiap kelas terdapat pula macam-macam kumpulan, akan tetapi
perkumpulan itu hanya terbatas pada murid-murid di kelas itu Baja.
Namun ada perkumpulan dan kegiatan yang melewati batas-batas kelas,
misalnya regu olah raga, band musik, dan lain-lain. Oleh sebab murid-
murid yang menonjol prestasi atau keterampilannya tersebar di semua
kelas. (S. Nasution, sosiologi pendidikan :83)

G. Struktur sosial berhubungan dengan kurikulum


Kurikulum di Indonesia tidak membedakan kurikulum berdasarkan
jenis kelamin siswa. Seluruh siswa wanita maupun pria baik di SD, SMP,
dan SMA, mempelajari mata pelajaran yang sama. Meskipun untuk mata
pelajaran tertentu terdapat perbedaan kecil sebagai penyesuaian sebagai
contoh sepak bola yang digemari siswa pria dan keterampilan menjahit
yang digemari oleh siswa wanita. Semua siswa pria dan wanita memiliki
bidang studi akademis sama. Belajar sebagai kegiatan utama di sekolah
memiliki hubungan dengan struktur sosial siswa. Kedudukan seorang
siswa dalam kelompok ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan
seorang siswa dalam mengikuti pelajaran. Seorang siswa dikenal sebagai
ahli fisika, matematika, kimia, biologi, bahasa Inggris dan lain
sebagainya. Guru sering memberikan tugas khusus kepada siswa yang

13
pintar. Untuk menjadi anggota OSIS biasanya nilai rapor siswa menjadi
salah satu pertimbangan di beberapa sekolah. Siswa yang pintar akan
dipilih menjadi ketua dalam kelompok belajar. Di beberapa sekolah,
terdapat kelas khusus yang hanya terdiri darisiswa-siswi dengan prestasi
yang baik. Di tingkat SMA setelah semester pertama biasanya diadakan
pemilihan jurusan, Berdasarkan teori pembagian jurusan didasarkan pada
bakat setiap siswa. Namun realitanya siswa dengan prestasi yang baik
akan masuk jurusan IPA dan dianggap memiliki kedudukan yang lebih
tinggi daripada siswa yang masuk jurusan IPS, karena jurusan IPA
memungkinkan siswa untuk menjadi seorang insinyur atau dokter.
Sedangkan siswa yang masuk jurusan IPS dianggap sebagai yang kurang
pintar dan hal ini dirasakan sebagai hinaan bagi siswa tersebut. Siswa
yang tinggal kelas akan merasakan hinaan yang lebih besar karena malu
ditinggalkan oleh temannya. Sehingga siswa lebih memilih untuk pindah
sekolah (Nasution, 2006).
Nilai individu tidak semata-mata ditentukan dengan ukuran materiel.
Dalam tanggapan masyarakat kita khususnya di desa guru masih
menduduki posisi yang terhormat. Di luar sekolah masih sangat
diharapkan pengabdian guru dalam berbagai bidang. Jasa guru senantiasa
akan dikenang oleh setiap orang yang telah pemah diasuh oleh Pak Guru
dan bu Guru.
H. Peranan guru dalam hubungannya dengan guru-guru lain dan
kepala sekolah.
Sebagai pegawai negeri dan anggota KORPRI tiap guru harus
menaati segala peraturan kepegawaian dalam melakukan tugasnya. Bagi
guru ini berarti bahwa ia harus hadir pada tiap pelajaran agar jangan
merugikan murid. Seorang pegawai administrasi masih dapat mengejar
ketinggalannya dengan mengerjakannyadi rumah di luar jam kantor.
Selain peraturan umum bagi pegawai tiap- tiap sekolah mempunyai

14
peraturan-peraturan khusus tentang berbagai tugas lain yang harus
dilakukan oleh guru seperti membantu administrasi sekolah, tugas piket,
membimbing kegiatan ekstrakurikuler, menjadi anggota panitia HUT
sekolah, menjadi wali kelas, dan sebagainya. Sebagai pengajar ia harus
membuat persiapan, memberi dan memeriksa ulangan, mengabsensi
murid, menghadiri rapat guru, dan sebagainya. Dalam segala tugas
kewajiban ia senantiasa di bawah pengawasan kepala sekolah yang harus
memberi konduite yang baik agar memperoleh kenaikan tingkat. Dengan
sendirinya guru akan mematuhi tiap peraturan dan instruksi dari
atasannya. Berdasarkan kekuasaan yang dipegang oleh kepalasekolah
terbuka kemungkinan baginya untuk bertindak otoriter. Sikap ini dapat
menjelma dalam sikap otoriter guru terhadap mood. Namun pada
umumnya guru menginginkan kepala sekolah yang demokratis yang
mengambil keputusan berdasarkan musyawarah, walaupun dalam situasi
tertentu diinginkan pemimpin yang berani bertindak tegas dengan penuh
otoritas. Guru-guru cenderung bergaul dengan sesama guru. Guru terikat
oleh norma-norma menurut harapan masyarakat yang dapat menjadi
hambatan untuk mencari pergaulan dengan golongan lain yang tidak
dibebani oleh tuntutan-tuntutan tentang kelakuan tertentu. Guru dan
sesama guru mudah saling memahami dan dalam pergaulan antara sesama
rekan dapat memelihara kedudukan dan peranannya sebagai guru. ltu
sebabnya guru-guru akan membantu kliknya sendiri. Perkumpulan guru
juga menggambarkan peranan guru.
PGRI misalnya bersifat profesional yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan sekalipun juga disebut perbaikan
nasib guru, namun guru-guru pada umumnya kurang dapat menerima
perkumpulan guru sebagai serikat buruh. Mengajar dan mendidik sejak
dulu dipandang sebagai profesi kehormatan yang tidak sematamata
ditujukan kepada keuntungan materiel. Memperjuangkan nasib melalui

15
perkumpulan guru dengan menonjolkan soal upah bertentangan dengan
hati sanubari guru, sekalipun ia turut merasa kesulitan hidup sehari-hari.
(S. Nasution, Ibid :99)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian struktur sosial sekolah adalah
(1) materialnya, yakni, kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh,
murid-murid pria maupun wanita yang masing-masing mempunyai
kedudukan dan peranan.
(2) hubungan antara bagian-bagiannya, yakni apa yang diharapkan
guru dari murid dan sekolahnya dan sebagainya.
(3) hakikat masyarakat sekolah sebagai keseluruhan yakni cara
bagian-bagian tersebut menjadi kesatuanyang bulat agar dapat
menjalankan fungsinya.
Struktur sosial di sekolah
(1) Kedudukan seseorang dalam Struktur Sosial di Sekolah, Kedudukan
atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni
menentukan hubungannya dengan orang lain, misalnya apa yang dapat
diharapkan, oleh suami dari istrinya, apa yang diharapkan majikan dari
pekerjaan pegawainya, bagaimana orang tua. atau guru memperlakukan
anak dan sebaliknya. Status atau kedudukan menentukan kelakuan orang
tertentu. Dalam kedudukannya sebagai guru is mengharapkan kelakuan
tertentu dari murid, lepas dari pribadinya sebagai individu, apakah is
peramah, keras, pandai, rajin atau pemalas.
(2) Struktur sosial orang dewasa di sekolah, Kepala sekolah menduduki
posisi yang paling tinggi disekolah berkat kedudukannya, tetapi juga

16
sering karena pengalaman, masa kerja dan pendidikannya. ialah yang
berhak mengambil keputusan yang harus dipatuhi oleh seluruh sekolah.
Di samping hak itu ia memikul tanggung jawab penuh atas kelancaran
pendidikan di sekolah.
(3) Struktur Sosial Guru di Sekolah, Guru memiliki kedudukan yang
lebih rendah daripada kepala sekolah sehingga guru harus memiliki rasa
hormat dan patuh terhadap kepala sekolah dalam segala hal yang
berkaitan dengan sekolah. Masa depan dan karier guru tergantung pada
relasinya dengan kepala sekolah karena ketika guru ingin mengurus
kenaikan pangkat. Guru membutuhkan rekomendasi atau disposisi yang
baik dari kepala sekolah. Guru berada di bawah kekuasaan kepala sekolah.
Guru memiliki kedudukan sebagai pegawai dan harus patuh terhadap
semua peraturan yang dibuat oleh atasan, yayasan atau pemerintah.
Ketika guru melanggar maka guru tersebut akan mendapatkan tindakan
sebagai konsekuensi atau bahkan dapat dipecat. Hal ini berarti mencabut
sumber penghasilannya.
(4) struktur sosial siswa di sekolah, Siswa melihat sekolah sebagai relasi
sosial dan sistem persahabatan dengan struktur sosial yang bersifat tidak
formal. Sebagai contoh kedudukan siswa sebagai anggota regu bola voli
atau ketua paduan suara sekolah. Kedudukan siswa tersebut hanya
berlaku di lingkungan sekolah saja. kedudukan siswa yang bersifat lebih
formal berdasarkan ketentuan Pemerintah adalah ketua OSIS yang
berbentuk organisasi resmi.
(5) Hubungan guru dan murid. Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa
terdapat status yang tak sama antara guru dan murid. Dalam hubungan
guru-murid biasanya hanya murid diharapkan mengalami perubahan
kelakuan sebagai hasil belajar, perubahan kelakuan yang diharapkan
mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik.

17
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. (2018) ‘Manajemen Mutu Pendidikan Di Sekolah Peran
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Profesionalisme Guru, Dan
Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di
Sekolah’, Jurnal Penelitian Pendidikan, 17(3), pp. 190–198.
Ahmad, S. (2016) Manajemen Peningkatan Kinerja Guru Konsep,Strategi,
dan Implementasinya. Pertama. Prenadamedia Group.
al-Abrasyi, M. A. (2020) Ruh al-Tarbiyah wa Ta’lîm. Saudi Arabiyah:
Dār Al-Ahya.
Amin, Muhammad Asri (2013), “Menjadi Guru Profesional”, Bandung:
Nuansa Cendikia.
Budiyono (2009) Sosiologi. Surabaya: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Fattah, N. and Bakar, A. (2001) ‘Pengelolaan Keuangan Pendidikan,
Pengantar Pengelolaan Pendidikan’. Tim Dosen Jurusan
Administrasi Pendidikan UPI, Bandung.
Kast, F. E. (1974) Organization and management: A systems approach.
McGraw-Hill.
Nasution. S (1994) Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, S. (2006) ‘Asas-asas Kurikulum. cet. ke-7’, Bandung: Bumi
Aksara.

18

Anda mungkin juga menyukai