Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN

“ STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH ”

Tugas Kelompok
Semester : 5
Kelas 5 B Non-Regules (Kelas sore)

PENYUSUN :
1. Irna Shelia Dewi 20211017
2. Lia Amelia 20211068
3. Irhamna Faiq Azrul Noor 20211063

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )


LA TANSA MASHIRO
RANGKASBITUNG, LEBAK-BANTEN
2022
KATA PENGANTAR

                                                                                                   

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik, dan ilham-

Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun

isinya yang sangat sederhana. Semoga maklah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka

untuk melaksanakan tugas dari dosen kami Bapak Drs. Asikin selaku pengampu materi

Sosiologi Pendidikan.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini

sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak banyak kekurangan karena pengalaman yang kami

miliki sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada para pembaca untuk memberikan

masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesenmpurnaan makalah ini.

                                                                                                                             
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau

berkat interaksi murid dan guru  dalam proses belajar mengajar, melainkan juga oleh

interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang

dihadapinya didalam maupun diluar sekolah.

Pendidikan dipandang sebagai sosialisasi, yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka

karena itu sudah sewajarnya seorang pendidik harus berusaha menganalisis lapangan

pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusiawi dalam keluarga, di

sekolah, di luar sekolah, dalam masyarakat dan system-sistem sosialnya.

Selain memandang anak sebagai individu, guru harus pula mempelajarinya sebagai

makhluk sosial, sebagai anggota dari berbagai macam lingkungan sosial.

B.      Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana Struktur Sosial

Sekolah dan penulisan makalah ini juga untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu

Sosiologi pendidikan.
C.      Rumusan Masalah

Untuk mengetahui bagaimana struktur sosial sekolah, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut :

1.      Apa pengertian struktur sosial ?

2.      Bagaimana kedudukan dan peranan struktur sosial sekolah ?

3.      Bagaimana kedudukan struktur sosial sekolah dalam masyarakat sekolah ?

4.      Bagaimana struktur sosial orang dewasa di sekolah ?

5.      Bagaimana kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah ?

6.      Bagaimana hubungan antara guru dan murid ?

7.      Bagaimana klik dikalangan guru ?

8.      Apakah yang dimaksud dengan orang dewasa tak pengajar ?

9.      Bagaimana struktur sosial murid-murid di sekolah ?

10.  Bagaiman kedudukan murid menurut usia dan kelas ?

11.  Apakah yang dimaksud dengan struktur sosial berhubungan dengan kurikulum ?

12.  Bagaimana pengelompokan di sekolah ?

13.  Apa saja pengaruh-pengaruh luar terhadap sekolah ?


BAB II

PEMBAHASAN

STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH

A. STRUKTUR SOSIAL

Bila seorang insinyur bicara tentang “struktur” bangunan maka yang

dimaksud adalah (1) materialnya, (2) hubungan antara bagian-bagian baangunan,

dan (3) bangunan itu dalam keseluruhannya sebagai gedung sekolah, kantor, dan

sebagainya. Demikian juga struktur sosial dimaksud (1) materialnya (jumlah

orang, pria, wanita, dewasa, anak, guru, murid, dan sebagainya), (2) hubungan

antara bagiannya (apa yang diharapkan guru dari murid dan sekolahnya, dan

sebagainya), (3) hakikat masyarakat itu sebagai keseluruhan yakni caranya

bagian-bagiannya menjadi kesatuan yang bulat agar dapat menjalankan fungsinya.

Material bagi sekolah adalah kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh,

murid-murid pria maupun wanita yang masing-masing mempunyai kedudukan

dan peranan.

Dalam struktur sosial terdapat system kedudukan dan peran anggota-

anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang

tinggi yang memegang kekuasaan paling banyak sampai kedudukan yang paling

rendah. Dalam struktur sosial sekolah, kepala sekolah menduduki kedudukan

yang paling tinggi dan pesuruh kedudukan yang paling rendah. Dalam kelas guru

memiliki kedudukan yang paling tinggi dari pada murid. Biasanya murid-murid
kelas rendah merasa mempunyai kedudukan yang paling rendah daripada murid-

murid kelas yang paling tinggi.

Struktur itu memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai

lembaga edukatif dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu

dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu.

Dengan demikian dapat dicegah berbagai konflik dan dapat dijamin kelancaran

segala usaha pendidikan.

B. KEDUDUKAN DAN PERANAN

Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial,

yakni menentukan hubungannya dengan orang lain, misalnya apa yang dapat

diharapkan oleh seorang suami dari istrinya, apa yang diharapkan majikan dari

pekerjaan pegawainya, bagaimana orang tua atau guru memperlakukan anak atau

sebaliknya. Status atau kedudukan menentukan kelakuan orang tertentu. Dalam

kedudukannya sebagai guru ia mengharapkan kelakuan tertentudari murid, lepas

dari pribadinya sebagai individu, apakah ia peramah, keras, pandai, rajin atau

pemalas. Setiap guru dalam kedudukannya sebagai guru dapat mengharapkan

kelakuan tertentu dari murid, siapa pun guru itu dan siapa pun murid itu.

Status atau kedudukan individu, apakah ia diatas atau dibawahstatus orang

lain mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi atau akibat

kedudukan atau status seseorang. Seorang mandor diharapkan memberikan

perintah kepada pekerja. Guru diharapkan mematuhi instruksi kepala sekolah


tetapi menuntut agar murid-murid belajar. Akan tetapi cara-cara seorang

membawakan peranannya dapat berbeda menurut kepribadian seseorang. Guru

dapat bersifat otokratisatau demokratis dalam menjalankan peranannya.

Tiap orang dalam masyarakat mempunyai berbagai kedudukan. Seorang

murid mempunyai kedudukan sebagai pelajar, ketua murid, anggota regu sepak

bola atau sebagai kakak terhadap murid-murid yang lebih rendah kelasnya,

sedangkan dirumah ia berkedudukan sebagai anak terhadap orang tuanya, adik

terhadap kakaknya dan diluar rumah ia menjadi teman teman bagi sejumlah anak-

anak lainnya. Demikian pula guru itu berkedudukan sebagai suami atau istri,

bapak atau ibu bagi anaknya, anggota paduan suara atau ada kalanya menjadi

sopir kendaraan umum. Dalam tiap kedudukan itu ia menjalankan peranan

tertentu. Berdasarkan kedudukan daripadanya diharapkan kelakuan tertentu.

Peranan mencangkup kewajiban dan hak yang bertalian

dengan  kedudukan. Dalam kedudukan individu sebagai guru ia berkewajiban

mendidik anak dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan bila perlu

memberikannya hukuman. Sebaliknya anak dalam kedudukannya sebagai murud

harus mematuhi guru dengan hak untuk menerima pelajaran. Kita lihat bahwa

peranan selalu mempunyai segi timbale balik. Guru hanya dapat menjalankan

peranannya antara lain menyuruh anak belajar bila murid mematuhinya dan mau

belajar. Hak guru memerintah dibarengi dengan oleh kewajibanmurid untuk

mematuhinya. Maka dapat dikatakan bahwa peranan adalah serangkaian hak dan

kewajiban yakni bersifat timbale balik dalam hubungan antar individu. Hak
adalah kesempatan atau kemungkinan untuk bertindak yang

sebaliknyamenimbulkan kewajiban pada pihak lain untuk memungkinkan

tindakan itu. Hak sesorang dimungkinkan dan dibatasi oleh kewajiban pihak lain

untuk mematuhinya.

Kedudukan seseorang ada yang diperoleh berdasaarkan kelairan, ada pula

yang diperoleh sendiri berkat usaha individu.

Orang lahir sebagai anak raja, anak kasta Brahmana atau Paria, dan

kenyataan itu menetukan peranannya. Demikian juga seorang lahir sebagai pria

atau wanita, anak berkulit putih atau berkulit hitam. Individu lahir sebagai bayi,

kemudian berkembang sebagai pemuda lalu menjadi bapak dan mengakhiri

hidupnya sebagai kakek. Dalam tiap fase perkembangannya ia mempunyai

kedudukan dan peran tertentu.

Dalam masyarakat modern dengan banyaknya pembagian dan spesialisasi

pekerjaan, luas kemungkinan untuk memperoleh kedudukan berkat usaha sendiri,

antara lain melalui  pendidikan. Juga dalam negara kita yang merdeka ini boleh

dikatakan tidak ada lagi jabatan yang ditentukan oleh keturunan dan kebangsaan

seperti dulu terdapat pada zaman feudal-kolonial. Pada prinsifnya setiap warga

Negara dapat menduduki jabatan yang setinggi-tingginya. Dalam kenyataan

kelahiran seseorang menurut seks, agama, suku bangsa, status sosialdan lain-lain

masih ada pengaruhnya seklaipun tidak sesuai dengan UUD 1945. Kedudukan

berdasarkan kelahiran dan usaha terdapat dalam tiap masyarakat. Makin maju
suatu masyarakat makin bnayak kesempatan bagi setipa orang untuk menduduki

tempat tertentu, sekalipun sering melalui persaingan yang berat.

C. BERBAGAI KEDUDUKAN DALAM MASYARAKAT SEKOLAH

Sekolah, seperti system sosial lainnya dapat dipelajari berdasarkan

kedudukan anggota dalam kelompok itu.

Setiap orang yang menjadi anggota suatu kelompok mempunyai bayangan

tentang kedudukna masing-masing dalam kelompok itu. Setiap anak mempunyai

gambaran tentang kedudukan ayah, ibu, dan anggota keluarga lainnya. Demikian

juga di sekolah kita mempunyai bayangan tentang kedudukan kepala sekolah,

guru-guru, staf administrasi, pesuruh dan murid-murid sendiri serta hungan antara

berbagai kedudukan itu. Biasanya gambaran seseorang tentang berbagai

kedudukan itu bercorak pribadi dan berkaitan dengan tokoh tertentu. Namun yang

akan kita selidiki bukanlah yang bersifat pribadi itu, melainkan yang bersifat

umum. Kita ketahui kedudukan seorangayah pada umumnya dalam keluarga serta

hubungannya dengan kedudukan ibu, anak-anak dan pembantu, walaupun setiap

ayah menjalankan peranannya denagn cara yang khas menurut pribadinya dalam

keluarga. Demikian pula dapat diselidiki kedudukan kepala sekolah pada

umumnya walaupun tipa kepala sekolah mempunyai pribadi tersendiri yang unik

dan menjalankan peranannya menurut pribadi masing-masing.

Dalam mempelajari struktur sekolah akan kita selidiki berbagai jenis

anggota menurut kedudukannya masing-masing dalam sisitem persekolahan.


Dengan kedudukan atau posisi dimaksud kategori atau tempat seseorang

dalam system klasifikasi sosial .Misalnya anak wanita ,pria dewasa,nenek

menunjukan posisi atau kedudukan dalamsistem penggolongan menurut usia jenis

kelamin.Tiap individu dapat mempunyai berbagai kedudukan menurut system

klasifikasi,misalnya seperti pria dewasa,sebagai bapak dalam keluarga,sebagai

pegawai di kantor,sebagai teman dalam pergaulan atau permainan atau sebagai

anggota golongan menengah.

Dalam tiap kedudukan individu diharapkan menunjukan pola kelakuan

tertentu.Perbuatannya,ucapannya,perasaannya.nilai-nilainya ,dan sebagainya

harus sesuai dengan apa yang diharapkan bertalian dengan

kedudukannya.Menurut kedudukan atau posisinya ia harus menjalankan peranan

tertentu.Peranan menentukan kelakuan yang diharapkan dalam situasi sosial

tertentu.

Dalam setiap kelompok orang mengenal kedudukan atau posisi masing –

masing.Orang mempunyai gambaran tentang kelakuan yang diharapkan dari

masing-masing menurut kedudukan yang ditempatinya. Jadi di masyarakat

sekolah dari kepala sekolah ,guru,murid,pegawai sekolah diharapkan kelakuan

tertentu.

Pada umumnya dapat kita bedakan dua tingkat dalam struktur sosial

sekolah yakni yang berkenaan dengan orang dewasa serta hubungan diantara

mereka,jadi mengenai kepala sekolah,guru-guru,pegawai

administrasi.pesuruh,pengurus yayasan pada sekolah swasta,Kanwil P dan K pada


sekolah negri.Tingkat ke dua berkenaan dengan sistem kedudukan dan hubungan

antara murid-murid.Selanjutnya akan diselidiki hubungan diantara kedua tingkat

itu.

D. STRUKTUR SOSIAL ORANG DEWASA DI SEKOLAH

Kepala sekolah menduduki kedudukan yang paling tinggi di sekolah berkat

kedudukannya,tetapi juga karena sering pengalaman,masa kerja dan

pendidikannya.Ialah yang berhak mengambil keputusan yang harus di patuhi oleh

seluruh sekolah .disamping hak itu ia memikul tanggung jawab penuh atas kelancaran

pendidikan disekolah.Kepala sekolah merupakan perantaraantara atasan yakni Kanwil

dan Guru-guru.Keputusan-keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan disampaikan

oleh Kanwil melalui kepala sekolah kepada guru-guru dan murid-murid.

Kepala sekolah juga berkedudukan sebagai konsultan yang memberikan

petunjuk ,nasehat,saran-saran kepada guru-guru dalam usaha untuk memperbaiki

mutu sekolah.

Kepala sekolah juga memegang kepemimpinan disekolah dan ia di harapkan

sanggup member pimpinan dalam segala hal yang mengenai sekolah,dalam

menghadapi masyarakat, muri-murid maupun guru-guru.

Disekolah yang kecil,khususnya yang tidak mempunyai pegawai

administrasi,kepala sekolah sering harus berpungsi sebagai petugas


administrasi,mengurus korespondensi,mengantar surat keberbagai instansi,membuat

laporan-laporan dan sebagainya,karena biasanya ia mempunyai jam mengajar yang di

kurangi,bahkan dapat dibebaskan dari tugas mengajar.Dan pekerjaan administrasi itu

kepala sekolah dapat dibantu oleh guru.Akan tetapi disekolah menengah biasanya

kepala sekolah di bantu oleh oegawai administrasi.

E. KEDUDUKAN GURU DALAM STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH

Kedudukan guru lebih rendah dari pada kepala sekolah dan karena itu ia harus

menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal mengenai

sekolah.Dalam kenaikan pangkat ia bergantung pada disposisi atau rekomendasi yang

baik dari kepala sekolah dank arena itu banyak sedikitnya masa depannya di tentukan

oleh hubungan-hubungan dengan kepala sekolah itu.

Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja.Berkat usia dan

pengalamannya mengajar guru lama mengharapkan rasa hormat dari guru-guru baru

atau yang lebih muda.

F. HUBUNGAN GURU-MURID

Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil.

1.      Ciri has dari hubungan ini adalah bahwa terdapat status yang tak sama antara

guru dan murid.

2.       Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan mengalami

perubahan kelakuan sebagai hasil belajar.


3.      Aspek ke tiga ini mertalian dengan aspek ke dua yakni perubahan kelakuan yang

diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik dan umum.

Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid apabila dalam

memberi pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak sepihak.

Salah satu ciri dari sebuah profesi adalah adanya kode etik yang menjadi

pedoman bersikap dan berperilaku bagi para penyandang profesi yang

bersangkutan. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun  2005, secara tegas

dinyatakan bahwa guru adalah tenaga profesional yang berkewajiban untuk

senantiasa menjunjung tinggi Kode Etik Guru, agar kehormatan dan martabat

guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalannya dapat terpelihara. Kode Etik

Guru berisi seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan

tugas dan layanan profesional guru, sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan,

sosial, etika dan kemanusiaan.

Tugas utama guru adalah berusaha mengembangkan segenap potensi

siswanya secara optimal, agar mereka dapat mandiri dan berkembang menjadi

manusia-manusia yang cerdas, baik cerdas secara fisik, intelektual, sosial,

emosional, moral dan spiritual. Sebagai konsekuensi logis dari tugas yang

diembannya, guru senantiasa berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya.

Dalam konteks tugas, hubungan diantara keduanya adalah hubungan profesional,

yang diikat  oleh kode etik.  Berikut ini disajikan nilai-nilai dasar dan operasional

yang membingkai sikap dan perilaku etik  guru dalam berhubungan dengan siswa,

sebagaimana tertuang dalam rumusan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI):


1. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

2. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati

dan mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga

sekolah, dan anggota masyarakat.

3. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik

secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan

pembelajaran.

4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan

menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.

5. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus

berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana

sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang

efektif dan efisien bagi peserta didik.

6. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa

kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik

yang di luar batas kaidah pendidikan.

7. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan

yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta

didik.
8. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya

untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan

kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.

9. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali

merendahkan martabat peserta didiknya.

10. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya

secara adil.

11. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi

kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.

12. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan

penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta

didiknya.

13. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi

peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses

belajar,  menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.

14. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk

alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan

pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.

15. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan

profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang

melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.


16. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional

dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-

keuntungan pribadi.

Dalam kultur Indonesia, hubungan guru dengan siswa sesungguhnya tidak

hanya terjadi pada saat sedang melaksanakan tugas atau selama berlangsungnya

pemberian pelayanan pendidikan. Meski seorang guru sedang dalam keadaan

tidak menjalankan tugas, atau sudah lama meninggalkan tugas (purna bhakti),

hubungan dengan siswanya (mantan siswa) relatif masih terjaga. Bahkan di

kalangan masyarakat tertentu masih terbangun “sikap patuh pada guru” (dalam

bahasa psikologi, guru hadir sebagai “reference group”). Meski secara formal, 

tidak lagi  menjalankan tugas-tugas keguruannya, tetapi hubungan batiniah antara

guru dengan siswanya masih relatif kuat, dan sang siswa pun tetap berusaha

menjalankan segala sesuatu yang diajarkan gurunya.

Dalam keseharian kita melihat kecenderungan seorang guru ketika

bertemu dengan  siswanya yang sudah sekian lama tidak bertemu. Pada

umumnya, sang guru akan tetap menampilkan sikap dan perilaku keguruannya,

meski dalam wujud yang berbeda dengan semasa masih  dalam asuhannya.

Dukungan dan kasih sayang akan dia tunjukkan.  Aneka nasihat, petatah-petitih

akan meluncur dari mulutnya.

Begitu juga dengan sang siswa, sekalipun dia sudah meraih kesuksesan

hidup yang jauh melampaui dari gurunya, baik dalam jabatan, kekayaan atau ilmu
pengetahuan, dalam hati kecilnya akan terselip rasa hormat, yang diekspresikan

dalam berbagai bentuk, misalnya: senyuman, sapaan, cium tangan,

menganggukkan kepala, hingga memberi kado tertentu yang sudah pasti bukan

dihitung dari nilai uangnya. Inilah salah satu kebahagian seorang guru, ketika

masih bisa sempat menyaksikan putera-puteri didiknya meraih kesuksesan hidup.

Rasa hormat dari para  siswanya itu bukan muncul secara otomatis tetapi justru

terbangun dari sikap dan perilaku profesional yang ditampilkan sang guru ketika

masih bertugas memberikan pelayanan pendidikan kepada putera-puteri didiknya.

Belakangan ini muncul keluhan dari beberapa teman yang menyatakan

bahwa anak-anak sekarang kurang menunjukkan rasa hormatnya terhadap guru.

Jangankan setelah mereka lulus, semasa dalam pengasuhan pun mereka kadang

bersikap kurang ajar. Jika memang benar adanya, tentu hal ini sangat

memprihatinkan. Adalah hal yang kurang bijak jika kita hanya bisa menyalahkan

mereka,  tetapi mari kita berusaha merefleksi kembali hubungan  kita dengan

putera-puteri didik kita, sejauhmana kita telah menjalin hubungan dengan putera-

puteri didik kita, dengan didasari nilai-nilai sebagaimana diisyaratkan dalam kode

etik di atas. Jangan-jangan itulah faktor penyebab sesungguhnya.

Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa hubungan guru dengan siswa tidak

hanya dikemas dalam bahasa profesional tetapi juga dalam konteks kultural. Oleh

karena itu, mari kita (saya dan Anda semua) terus belajar untuk sedapat mungkin

berusaha menjaga kode etik guru, kita jaga hubungan dengan putera-puteri didik kita

secara profesional dan kultural, agar kita tetap menjadi guru yang sejatinya.
G. KLIK DI KALANGAN GURU

Dikalangan guru-guru sering terjadi pengelompokan atau pembentukan “klik”

(clique) yang bersifat informal.Ada kelompok yang dibentuk berdasarkan :

a. Jenis kelamin

b. Minat professional

c. Sosial

d. Kedudukan formal yang sama

Klik memegang peranan dalam mengambil berbagai keputusan. Maka besar

faedahnya bila kepala sekpolah mengetahui tentang adanya berbagau kelompok

serta hubungan antar kelompok itu atau pertentangan diantaranya.

H. STRUKTUR SOSIAL MURID – MURID DI SEKOLAH

Sekolah bagi murid-murid dapat dipandang sebagai system persahabatan

dan hubungan –hubungan soaial.Bedanya dengan orang dewasa ialah bahwa

struktur sosial ini lebih bersifat tak formal.Kedudukan murid hanya dikenal dalam

lingkungan sekolah saja. Ada juga kedudukan murid yang lebih formal seperti

ketua OSIS. Akan tetapi kebanyakan kedudukan murid bersifat tak formal dan

hanya diketahui dalam kalangan sekolah itu saja.

1. Teknik sosiometri yaitu dalam garis besarnya kepada murid diberikan

pertanyaan lalu dari hasil pertanyaan itu diajukan kepada setiap murid dalam

kelas atau kelompok murid dapat disusun suatu diagram yang disebut

sosiogram.
2. Metode partisipasi-observasi yaitu sambil turut berpartisipasi dalam kegiatan

kelompok selama beberapa waktu mengadakan observasi tentang kelompok.

Disuatu sekolah dapat kita temukan macam-macam kedudukan murid dan

hubungan antar murid,antara lain :

 Hubungan dan kedudukan berdasarkan usia dan tingkat kelas

 Struktur sosial berhubungan dengan kurikulum

   Klik atau kelompok persahabatan disekolah

 Hubungan antara struktur masyrakat dengan pengelompokan disekolah

   Kelompok Elite

 Kelompok siswa yang mempunyai organisasi formal

I. KEDUDUKAN MENURUT USIA DAN KELAS

Murid-murid suatu kelas pada umumnya mempunyai usia yang sama untuk

menjadi suatu kelompok yang kompak dakam menghadapi kelas lain. Terhadap kelas

yang lebih tinggi mereka merasa dirinya orang bawahan sebagai adik terhadap kakak

yang pantas menunjukan rasa hormat dan patuh.

Kedudukan atasan dan kekuasaan murid-murid kelas tinggi diperkuat oleh tugas

kehormatan yang diberikan kepada mereka,sebagai ketua OSIS,ketua regu olah raga

atau panitia,pengurus atau pemimpin perkumpulan atau kegiatan siswa.

J. STRUKTUR SOSIAL BERHUBUNGAN DENGAN KURIKULUM


Murid-murid di SD, SMP, SMA wanita maupun pria mengikuti pelajaran

yang sama. Disana sini terdapat perbedaan kecil, misalnya sepak bola hanya di

ikuti oleh murid pria dan ketrampilan menjahit oleh murid wanita. Bidang studi

akademis sama bagi semua anak pria maupun wanita.

Murid-murid yang pandai sering diberikan guru tugas-tugas yang khusus

dan diijinkan menjadi pengurus perkumpulan sekolah.

Di SMA setelah semester pertama diadakan pembagian dalam jurusan-

jurusan,menurut teorinya menyalurkan murid-murid menurut bakat masing-

masing. Yaitu jurusan IPA dan IPS.

K. PENGELOMPOKAN DI SEKOLAH

Pengelompokan atau pembentukan klik mudah terjadi disekolah. Suatu

klik terbentuk bila dua orang atau lebih saling merasa persahabatan yang akrab

dan Karena itu banyak bermain bersama,saling bercakap-cakap,merencanakan

dan melakukan kegitan yang sama didalam maupun di luar sekolah bila klik ini

mempunyai sikap anti sosial maka klik itu dapat menjadi “geng”

Sttabilitas klik dapat diselidiki dengan menggunakan teknik sosiometri

pada jangka waktu tertentu, misalnya dengan jarak waktu 1,2 atau 3 tahun.

Dengan membandingkan sosiogram nya dapat kita lihat perubahan-perubahan

yang terjadi.

Faktor yang paling penting dalam pembentukan klik adalah usia atau

tingkat kelas. Menurut pengamatan sehari-hari tampaknya anggota suatu klik


mempunyai minat atau kegemaran yang sama misalnya musik, olah raga dan

sebagainya.

L. PENGARUH-PENGARUH LUAR TERHADAP SEKOLAH

Berbagai hal diluar sekolah yang dapat mempengaruhi system sekolah antara lain:

1. Pengaruh terhadap peranan murid

Peranan murid antara lain ditentukan oleh guru akan tetapi oleh pandangan

masyarakat tentang peranan murid antara lain oleh keluarga murid, kelompok

sepermainan, model-model bagi kelakuannya termasuk tokoh-tokoh media

masa. Orang tua dapat mempengaruhi sikap anak terhadap otoritas guru,dapat

mendukung atau mencela guru dalam tindakannya.

2. Pengaruh luar terhadap guru

Pearanan guru sebagian besar ditentukan oleh harapan-harapan kepala

sekolah dan pihak atasan.Murid-murid sendiri jarang menantang kedudukan

guru. Akan tetapi pihak luar dapat mempengaruhi peranannya, antara lain:

a. Orang tua murid

b.  Perkumpulan guru

c. Keluarga dan teman sepergaulan guru

Walaupun orang tua jarang berhadapan muka dengan guru kecuali dalam

hal-hal khusus, namun pengaruh orang tua sangat besar atas kelakuan guru.

3.  Pengaruh luar terhadap sekolah


Tiap sekolah berada dalam lingkungan sosial tertentu, yakni masyarakat

sekitar, daerah, maupun Negara. Norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat sekitar sekolah mau tidak mau harus di hormati guru.

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

1.         Pengertian struktur sosial sekolah adalah (1) materialnya, yakni, kepala sekolah,

guru, pegawai, pesuruh, murid-murid pria maupun wanita yang masing-masing

mempunyai kedudukan dan peranan. (2) hubungan antara bagian-bagiannya, yakni apa

yang diharapkan guru dari murid dan sekolahnya dan sebagainya. (3) hakikat masyarakat
sekolah sebagai keseluruhan yakni cara bagian-bagian tersebut menjadi kesatuanyang

bulat agar dapat menjalankan fungsinya.

2.         Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial, yakni

menentukan hubungannya dengan orang lain, misalnya apa yang dapat diharapkan oleh

suami dari isterinya, apa yang diharapkan majikan dari pekerjaan pegawainya, bagaimana

orang tua atau guru memperlakukan anak dan sebaliknya. Peranan padalah serangkaian

hak dan kewajiban yakni bersifat timbal balik dalam hubungan antar individu.

3.         Berbagai kedudukan dalam masyarakat sekolah, dalam tiap kelompok orang

mengenal kedudukan atau posisi masing-masing. Orang mempunyai gambaran tentang

kelakuan yang diharapkan dari masing-masing menurut kedudukan yang ditempatinya.

Jadi, dimasyarakat sekolah dari kepala sekolah, guru, murid, pegawai sekolah diharapkan

memiliki kelakuan tertentu.

4.         Kedudukan guru dan murid dalam struktur sosial. Guru berkedudukan lebih

rendah daripada kepala sekolah dan karena itu ia harus menghormatinya dan bersedia

untuk mematuhinya dalam hal-hal mengenai sekolah. Kedudukan murid yang lebih

formal seperti ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi menurut ketentan

Pemerintah. Akan tetapi kebanyakan kedudukan murid bersifat tak formal dan hanya

diketahui dalam  kalangan sekolah itu saja.

5.         Hubungan guru dan murid. Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat

status yang tak sama antara guru dan murid. Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya
murid diharapkan mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar, perubahan

kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik.

6.         Di kalangan guru-guru sering terjadi pengelompokan atau pembentukan

“klik” (clique) yang bersifat informal. Ada kelompok yang dibentuk berdasarkan jenis

kelamin, misalnya guru-guru wanita mempunya kelompok atau klik sendri untuk tujuan –

tujuan yang khas bagi wanita. Klik ini lebih bersifat sosial.

B.            Saran

Setelah membaca makalah ini, diharapkan masyarakat sekolah khususnya guru dan murid

memahami akan struktur sosialnya di sekolah. Karena setiap orang memiliki kedudukan

dan perannya masing-masing terutama dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan menjalankan peranan seperti yang

diharapkan menurut kedudukan itu. Dengan demikian dapat dicegah berbagai konflik dan

dapat dijamin kelancaran segala usaha pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Nasution. M.A. Prof. Dr. Sosiologi Pendidikan. 2004.Jakarta:Bumi Aksara

Gunawan, Ary. 2006.Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang  Pelbagai

Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

http://ms.wikipedia.org/wiki/Sosiologi_pendidikan
Anonim. 2013. Pengertian Struktur Sosial . [Online].

Tersedia: http://ssbelajar.blogspot.com/2013/01/pengertian-struktur-sosial.html.

[3 April 2015].

Anonim. 2014. Pengertian Struktur Sosial Menurut Para Ahli. [Online].

Tersedia: http://dilihatya.com/1184/pengertian-struktur-sosial-menurut-para-ahli.

[3 April 2015].

Nasution, S.2014. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Syafii, Imam.  2013. Struktur Sosial Sekolah . [Online].

Tersedia: http://tammimsyafii.blogspot.com/2013/10/struktur-sosial-sekolah.html. 

 [3 April 2015].

Yastin. 2014. Makalah Struktur Sosial. [Online].

Tersedia: http://yastin22.blogspot.com/2014/04/makalah-struktur-sosial.html.

[3 April 2015].

Anda mungkin juga menyukai