PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Berdasarkan pengertian diatas, apabila struktur sosial dikaitkan dengan
sekolah maka akan membentuk suatu pengertian bahwa struktur sosial sekolah
yaitu tatanan sosial dalam ruang lingkup sekolah yang di dalamnya terdapat
hubungan timbal balik antara sesama warga sekolah mengenai status dan
perannya yang di dalamnya terdiri dari kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh,
dan murid Struktur itu memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai
lembaga edukatif dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu
dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu.
Dengan demikian dapat dicegah berbagai konflik dan dapat dijamin kelancaran
segala usaha pendidikan.
3
peran, dan tanggung jawab dari para warga sekolah yang antara lain terdiri dari
kepala sekolah, guru, dan murid sebagai berikut :
sebagai guru dapat mengharapkan kelakuan tertentu dari murid, siapa pun
guru itu dan siapa pun murid itu. Status atau kedudukan individu, apakah ia diatas
atau dibawah status orang lain mempengaruhi peranannya. Peranan adalah
konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang. Seorang mandor
diharapkan memberikan perintah kepada pekerja. Guru diharapkan mematuhi
instruksi kepala sekolah akan tetapi menuntut agar murid-murid belajar.
Dalam mempelajari struktur sekolah akan kita selidiki berbagai jenis
anggota menurut kedudukannya masing-masing dalam sistem
persekolahan.Dengan kedudukan atau posisi dimaksud kategori atau tempat
seseorang dalam sistem klasifikasi sosial.Tiap individu dapat mempunyai
berbagai kedudukan menurut sistem klasifikasi dalam pergaulan.
4
Kepala sekolah juga berkedudukan sebagai konsultan yang memberikan
petunjuk, nasihat, saran-saran kepada guru-guru dalam usaha untuk memperbaiki
mutu sekolah.
kepala sekolah tidak hanya mengatur para guru saja, melainkan juga
ketatausahaan sekolah, siswa, hubungan sekolah dengan masyarakat dan orangtua
siswa. Tercapai tidaknya tujuan sekolah sepenuhnya bergantung pada
kebijaksanaan yang diterapkan kepala sekolah terhadap seluruh personal sekolah.
C. Kedudukan Murid
D. Kedudukan Guru
Kedudukan guru lebih rendah dari pada kepala sekolah dan karena itu ia harus
menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal mengenai
sekolah. Dalam kenaikan pangkat ia bergantung pada rekomendasi yang baik dari
7
kepala sekolah dan karena itu banyak sedikitnya masa depannya ditentukan oleh
hubungannya dengan kepala sekolah itu. Sebagai pegawai atau bawahan ia
dibawah kekuasaan kepala sekolahnya. Guru mempunyai kedudukan sebagai
pegawai, dan dalam kedudukan itu harus mematuhi segala peraturan yang
ditetapkan oleh atasan Pemerintah ataupun yayasan.
Pelanggaran dapat diberi tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang berarti
pencabutan sumber pendapatannya. Kedudukan guru tidak sama. Pada umumnya
dianggap bahwa kedudukan guru SMP lebih tinggi daripada guru SD akan tetapi
lebih rendah daripada guru SMA. Petugas inspeksi yang mengawasi sekolah
dianggap lebih tinggi pula kedudukannya daripada guru maupun kepala sekolah.
Di dalam Sekolah Menengah sendiri kedudukan guru juga tidak sama. Guru yang
mengajarkan bidang studi tertentu dianggap lebih tinggi daripada yang lain. Pada
umumnya bidang studi akademis seperti matematika, fisika, kimia menduduki
tempat yang lebih terhormat daripada yang memegang bidang studi agama, PKK
atau Pendidikan Jasmani yang tidak termasuk mata ujian dalam tes masuk
Perguruan Tinggi.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja. Berkat usia dan
pengalamannya mengajar guru lama mengharapkan rasa hormat dari guru-guru
baru atau yang lebih muda. Kegagalan untuk memenuhi harapan ini akan
bertentangan dengan bayangan golongan tua tentang kedudukan golongan muda.
Sebaiknya hal- hal tersebut harus dihilangkan, apalagi kalau guru itu tidak
menguasai alat-alat teknologi. Pendidikan merupakan usaha yang sungguh
sungguh untuk memperbaiki metode mengajar dengan membuktikan keberhasilan.
Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil. Ciri
khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak sama antara guru dan
murid. Dalam hubungan guru dengan murid biasanya hanya murid yang
diharapkan mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar. Kemudian siswa
8
diharapkan mengalami perubahan kelakuan mengenai hal-hal tertentu yang lebih
spesifik, misalnya agar anak menguasai bahan pelajaran tertentu.
1. Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak sama
antara guru dan murid. Guru itu secara umum diakui mempunyai status
yang lebih tinggi dan karena itu dapat menuntut murid untuk menunjukkan
kelakuan yang sesuai dengan sifat hubungan itu. Bila anak itu meningkat
disekolahnya ada kemungkinan ia mendapat kedudukan yang lebih tinggi
dan sebagai siswa pasca sarjana ia dapat diperlakukan sebagai manusia
yang matang dan dewasa, jadi banyak sedikit dengan status yang
mendekati status dosen. Namun hubungan guru-murid dari masa
sebelumnya masih melekat dan masih susah dihilangkan, setidaknya di
negara kita ini. Guru atau dosen banyak sedikit masih turut berkuasa atas
nasib siswa dan selalu dapat berlindung di belakang posisinya yang serba
kuasa itu.
2. Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan
mengalami perubahan. kelakuan sebagai hasil belajar. Setiap orang yang
mengajar akan mengalami perubahan dan menambah pengalamannya,
akan tetapi ia tidak diharuskan atau diharapkan menunjukkan perubahan
kelakuan, sedangkan murid harus memperlihatkan dan membuktikan
bahwa ia telah mengalami perubahan kelakuan.
3. Aspek ketiga ini bertalian dengan aspek kedua, yakni bahwa perubahan
kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik,
misalnya agar anak menguasai bahan pelajaran tertentu. Mengenai hal-hal
yang umum, misalnya apakah guru harus menunjukkan cinta kasih kepada
murid, apakah ia harus bertindak sebagai orang tua, atau sebagai sahabat.
Karena sifat tak-sama dalam kedudukan guru-murid, maka sukar bagi guru
untuk mengadakan hubungan akrab, kasih sayang atau sebagai teman
dengan murid. Demi hasil belajar yang diharapkan diduga guru itu harus
9
dihormati dan dapat memelihara jarak dengan murid agar ia dapat
berperan sebagai model bagi muridnya.
Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid bila dalam memberi
pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti terdapat dalam metode
ceramah, akan tetapi hubungan interaktif dengan partisipasi yang sebanyak-
banyaknya dari pihak murid. Hubungan itu akan lebih efektif dalam kelas yang
kecil daripada di kelas yang besar.
Seringkali kita temui masalah yang terjadi antara guru atau pendidik yang satu
dengan yang lain. Penggolongan atau pengelompokan seringkali muncul di
permukaan diantaranya : dibedakan oleh jenis kelamin, minat, keprofesionalan
mereka, ataupun berdasarkan kondisi sosial.
10
antar kelompok-kelompok tersebut. Karena bila masalah yang timbul tak kunjung
disesesaikan maka akan berdampak pada citra sekolah tersebut yang berujung
minimnya peserta didik pada tahun ajaran yang akan datang, efek ini bisa
berdampak pendek maupun panjang.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sistematika penyusunan struktur sosial di sekolah adalah diawali dengan
kedudukan atau posisi seseorang dalam struktur sosial di sekolah, yakni
kepala sekolah, guru-guru, kepala tata usaha, tenaga tata usaha, bendahara,
siswa, masyarakat, dan semua yang dianggap yang mempunyai keterkaitan
dengan struktur sosial di sekolah.
2. struktur sosial adalah suatu susunan bagan-bagan vertikal dari yang
tertinggi sampai yang terendah, yang dimana sistem ini dibuat guna
mengkondisiskan suatu masyarakat supaya terwujudnya suatu
kesejahteraan bagi masyarakat tersebut. Karena dalam konteks ini yang
dibicarakan ialah pendidikan, maka masyarakat yang dibicarakan disisni
ialah sekolah.
3. Material bagi sekolah/ struktur sosial sekolah yaitu kepala sekolah, guru,
pegawai, pesuruh, murid laki-laki maupun murid perempuan yang masing-
masing memiliki kedudukan dan peranan yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
4. Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan anggota-
anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari
kedudukan yang tinggi yang memegang kekuasaan sampai pada
kedudukan yang paling rendah. Kedudukan atau status menentukan posisi
seseorang dalam struktur sosial, yakni menentukan hubungannya dengan
orang lain dan menentukan kelakuan orang tertentu
5. Sedangkan peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status
seseorang. Dalam hal ini status atau kedudukan individu, apakah ia di atas
atau di bawah status orang lain sangat mempengaruhi peranannya. Sebagai
contoh yakni sang guru diharapkan dapat mematuhi instruksi kepala
dengan menuntut agar murid-murid dapat belajar.
12
6. Kedudukan guru tidak sama anatara guru SD, SMP, dan SMA. Guru yang
mengajarkan bidang studi tertentu dianggap lebih tinggi daripada yang
lain. Pada umumnya bidang studi akademis seperti: matematika, fisika,
kimia menduduki tempat yang lebih terhormat daripada yang memegang
bidang studi agama, PKK yang tidak termasuk mata ujian dalam tes masuk
perguruan tinggi.
7. Kebanyakan kedudukan murid bersifat tidak formal dan hanya diketahui
dalam kalangan sekolah saja, akan tetapi ada juga kedudukan murid yang
bersifat lebih formal seperti kedudukan ketua OSIS yang telah mempunyai
bentuk resmi menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu .
B. Saran
Menyadari bahwa dalam penulisan makalah sosiologi pendidikan
ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih baik lagi
dalam penulisan tentang makalah sosiologi pendidikan di atas dengan
menyempurnakanya melalui sumber–sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat menambah ilmu pengetahuan tentang sosiologi
pendidikan,dengan ini penulis mengharapkan kritikan dari pembaca agar
makalah tentang sosiologi pendidikan ini lebih berkualitas. Terimakasih.
13
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/Windows/Downloads/129-220-1-PB.pdf
https://ghulamista.blogspot.com/2014/10/stuktur-sosial-di-sekolah.html
Nurkatikaaa.blogspot.com/2016/12/berbagai-kedudukan-dalam-masyarakat html?
m=1
14