Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Struktur sosial sekolah merupakan salah satu pokok bahasan yang sangan

penting untuk dikaji dalam mata kuliah sosiologi pendidikan. Dalam pokok

bahasan ini akan dibahas beberapa sub pokok bahasan yang dianggap sangat

penting dalam pembahasan struktur sosial sekolah antara lain: penjelasan tentang

struktur sosial sekolah itu sendiri, kedudukan dan peranan, berbagai kedudukan

dalam masyarakat sekolah, struktur sosial orang dewasa di sekolah, kedudukan

guru dalam struktur sosial sekolah dan struktur sosial murid di sekolah.

Dalam ilmu sosiologi kita biasa menemukan dua istilah yang akan selalu

berkaitan, yakni status (kedudukan) dan peran sosial di dalam masyarakat. Status

biasanya didefinisikan sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu

kelompok atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain.

Sedangkan peran merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang

yang memiliki suatu status tertentu tersebut.

Status sebagai guru dapat dipandangan sebagai yang tinggi atau rendah,

tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya yang berkedudukan sebagai

pendidik seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak sesuai harapan

masyarakat, dan guru diharapkan berperan sebagai teladan dan rujukan dalam

1
masyarakat dan khususnya anak didik yang dia ajar. Guru tidak hanya memiliki

satu peran saja, ia bisa berperan sebagai orang yang dewasa, sebagai seorang

pengajar dan sebagai seorang pendidik, sebagai pemberi contoh dan sebagainya.

Dalam hal ini kami hanya mengambil sebagian kecil dari beberapa sub

pokok bahasan yang lain dan kami anggap sub pokok itulah yang dianggap sangat

penting untuk dikaji lebih dalam lagi sehingga dengan adanya pembahasan ini,

makalah ini mampu menjawab problematika yang kerap terjadi di kalangan

lingkungan sekolah kita dari zaman dulu hingga sekarang ini.

Di dalam sekolah masih banyak permasalahan yang bahkan sampai

sekarang belum dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dari masalah itulah

kami mencoba untuk memberikan solusi singkat lewat pembahasan yang sangat

singkat ini dan masih banyak kelemahan di dalam pembahasannya. Untuk itu

semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini

sebagai berikut:

1. Apa pengertian struktur sosial sekolah?

2. Bagaimana kedudukan dan peranan dalam struktur sosial sekolah?

3. Apa saja kedudukan yang ada dalam masyarakat sekolah?

4. Bagaimana struktur sosial orang dewasa di sekolah?

2
5. Bagaimana kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah?

6. Bagaimana struktur sosial murid di sekolah?

7. Bagaimana Pengaruh – Pengaruh Luar Terhadap Sekolah?

8. Bagaimana peranan Guru di sekolah dan dimasyarakat?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui;

1. Pengertian struktur sosial sekolah?

2. Kedudukan dan peranan dalam struktur sosial sekolah?

3. kedudukan yang ada dalam masyarakat sekolah?

4. struktur sosial orang dewasa di sekolah?

5. kedudukan guru dalam struktur sosial sekolah?

6. struktur sosial murid di sekolah?

7. Pengaruh – Pengaruh Luar Terhadap Sekolah?

8. peranan Guru di sekolah dan dimasyarakat?

serta penulisan makalah ini juga untuk memenuhi tugas dari dosen

pengampu Sosiologi Pendidikan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.  Definisi Struktur Sosial Sekolah

Sekolah telah dengan sengaja diciptakan”dalam arti bahwa saat tertentu

telah diambil suatu keputusan untuk mendirikan sebuah sekolah guna

memudahkan pengajaran sejumlah mata pelajaran yang sangat beraneka

ragam, mulai dari mata pelajaran umum sampai mata pelajaran

keagamaan”.

Bila seorang insinyur berbicara tentang “struktur” bangunan, maka yang

dimaksud adalah;

1. materialnya,

2. hubungan antara bagian-bagian bangunan, dan bangunan itu dalam

keseluruhannya sebagai gedung sekolah, kantor, dan sebagainya.

Demikian pula dengan “struktur sosial” yakni;

a) materialnya (jumlah orang, pria, wanita, dewasa, anak, guru, murid,

dan sebagainya),

b) hubungan antar bagiannya (apa yang diharapkan guru dari murid dan

sekolahnya, dan sebagainya),

c) hakikat masyarakat itu sebagai keseluruhan yakni bagian-bagiannya

menjadi kesatuan yang bulat agar dapat menjalankan fungsinya

4
Dengan demikian dapat dikatakan material bagi sekolah/ struktur sosial

sekolah yaitu kepala sekolah, guru, pegawai, pesuruh, murid laki-laki maupun

murid perempuan yang masing-masing memiliki kedudukan dan peranan yang

berbeda satu dengan yang lainnya.

Dalam struktur sosial terdapat sistem kedudukan dan peranan anggota-

anggota kelompok yang kebanyakan bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang

tinggi yang memegang kekuasaan sampai pada kedudukan yang paling rendah.

Struktur itulah yang memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai

lembaga edukatif dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu

dan menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu

sehingga hal ini dapat mencegah terjadinya berbagai konflik dan dapat menjamin

kelancaran segala usaha Pendidikan.

2.2. Kedudukan dan Peranan

Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur sosial,

yakni menentukan hubungannya dengan orang lain. Status atau kedudukan

menentukan kelakuan orang tertentu. Sebagai contoh yaitu kedudukan seorang

guru yang mana sang guru mengharapkan kelakuan tertentu dari murid, yang

lepas dari pribadinya sebagai individu pemarah, keras dan pandai atau pemalas.

Sedangkan peranan adalah konsekuensi atau akibat kedudukan atau status

seseorang. Dalam hal ini status atau kedudukan individu, apakah ia di atas atau di

bawah status orang lain sangat mempengaruhi peranannya. Sebagai contoh yakni

seorang mandor diharapkan dapat memberikan perintah kepada pekerja dan sang

5
guru diharapkan dapat memathi instruksi kepala sekolah dengan menuntut agar

murid-murid dapat belajar. Sungguh pun demikian cara-cara seseorang dalam

membawakan peranannya dapat berbeda satu sama lain menurut kepribadian

seorang tersebut. Sebagai contoh yakni seorang guru dapat bersikap demokratis

dalam menjalankan peranannya.

Peranan mencakup kewajiban dan hak yang bertalian dengan kedudukan.

Dalam kedudukan sebagai individu seorang guru berkewajiban untuk mendidik

anak dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan bila perlu sampai pada

pemberian hukuman jika ada pertentangan. Dan sebaliknya seorang anak didik

dalam kedudukannya sebagai murid harus mematuhi guru dengan hak untuk

menerima pelajaran. Dari contoh di atas dapat kita lihat bahwa peranan selalu

mempunyai segi timbal-bailik. Jadi peranan merupakan serangkaian hak dan

kewajiban yang bersifat timbal-balik dalam hubungan antar-individu.

2.3. Kedudukan dalam Masyarakat Sekolah

Sekolah merupakah sebuah sistem, yang mana dalam sistem itu terdapat

sistem sosial yang didalamnya ada kedudukan anggota dalam kelompok sosial

tersebut. Setiap orang yang menjadi anggota suatu kelompok mempunyai

kedudukan masing-masing. Di sekolah terdapat kedudukan yang berbeda dalam

setiap anggotannya seperti, kepala sekolah, guru-guru, staf administrasi, pesuruh,

dan murid-murid itu sendiri serta hubungan antara berbagai kedudukan itu.

Dalam hal ini tiap kelompok, seseorang akan mengenal kedudukan atau

posisinya masing-masing yang mana orang tersebut dapat berkelakuan sesuai

6
yang diharapkan menurut kedudukan yang di tempatinya. Jadi di masyarakat

sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, murid dan pegawai sekolah

diharapkan agar memiliki kelakuan tertentu seperti: perbuatannya, ucapannya,

perasaannya, nilai-nilainya dan sebagainya sesuai dengan apa yang bertalian

dengan kedudukannya.

Pada umumnya dalam struktur sosial sekolah dapat kita bedakan menjadi

dua tingkat yaitu pertama, hal yang berkenaan dengan orang dewasa serta

hubungan di antara mereka, seperti kepala sekolah, guru-guru, pegawai

administrasi, pesuruh, pengurus yayasan pada sekolah swasta, Kanwil P dan K

pada sekolah negeri. Kedua, hal yang berkenaan dengan sistem kedudukan dan

hubungan antara murid-murid. 

2.4. Struktur Sosial Orang Dewasa di Sekolah

Kepala sekolah menduduki posisi yang paling tinggi di sekolah karena

memikul tanggung jawab atas kelancaran pendidikan di sekolah. Sebagai contoh

anatara lain kepala sekolah berhak mengambil keputusan yang harus dipatuhi oleh

seluruh sekolah.

 Beliau juga sebagai perantara antara atasan yakni Kanwil bagi sekolah

negeri/ pengurus yayasan bagi sekolah swasta dengan guru-guru dan murid-murid.

Sebagai contoh yakni penyampaian keputusan-keputusan Menteri Pendidikan dan

7
Kebudayaan melalui Kanwil kepada kepala sekolah yang kemudian

diinformasikan kepada seluruh struktur sekolah.

Kemudian beliau berkedudukan sebagai konsultan yang memberikan

petunjuk, nasihat, saran-saran kepada guru-guru dalam usaha untuk memperbaiki

kwalitas dan kwantitas sekolah. Sebagai contoh yaitu beliau harus dapat

memaparkan filsafat sekolah, tujuan pendidikan yang harus dicapai serta cara-cara

yang harus ditempuh untuk mewujudkan kurikulum sekolah yang baik dan

sistematis.

Selain itu kepala sekolah juga memegang kepemimpinan di sekolah

dengan harapan sanggup memberikan pimpinan dalam segala hal yang berkenaan

dengan sekolah, permasalahan yang timbul dari adanya interaksi dengan

masyarakat, murid-murid, maupun guru-guru. Pada satu pihak guru-guru

mengharapkan keputusan dan tindakan-tindakan yang tegas, di lain pihak mereka

menginginkan agar keputusan yang diambil dengan cara musyawarah. Dalam hal

itulah kepala sekolah harus dapat bergerak di antara harapan-harapan yang

bertolak belakang itu.

Di sekolah yang kecil, khususnnya yang tidak mempunyai pegawai

administrasi, kepala sekolah harus berperan ganda yaitu  sebagai petugas

administrasi, mengurus korespondensi, mengantar surat kepada berbagai instansi,

membuat laporan-laporan, dan sebagainya. Akan tetapi, di sekolah menengah

biasanya kepala sekolah dibantu oleh pegawai administrasi.

2.5. Kedudukan Guru dalam Struktur Sosial Sekolah

8
Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah dan guru

juga mempunyai kedudukan sebagai mana seorang pegawai oleh karena itu ia

harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal yang

berkenaan dengan urusan sekolah, baik segala urusan yang ditetapkan oleh atasan

pemerintah ataupun yayasan, kemudian apabila melakukan suatu pelanggaran

maka sang guru tersebut dapat diberi tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang

bisa berupa pencabutan sumber pendapatannya.

Kedudukan guru tidak sama antara guru SD, SMP, dan SMA. Guru yang

mengajarkan bidang studi tertentu dianggap lebih tinggi daripada yang lain. Pada

umumnya bidang studi akademis seperti: matematika, fisika, kimia menduduki

tempat yang lebih terhormat daripada yang memegang bidang studi agama, PKK,

atau pendidikan jasmani yang tidak termasuk mata ujian dalam tes masuk

Perguruan Tinggi.

Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja, bakat usia

dan pengalamannya dalam pengajaran. Guru lama mengharapkan rasa hormat dari

guru-guru baru atau yang lebih muda. Akan tetapi kedudukan guru-guru dan

kepala sekolah lebih rendah daripada petugas inspeksi yang mana telah mendapat

mandat untuk mengawasi jalannya kegiatan sekolah.

2.6. Struktur Sosial Murid di Sekolah

Sekolah bagi murid-murid dapat dijadikan sebagai sistem persahabatan

antar sesama teman dan adanya suatu interaksi hubungan sosial di lingkungan

tersebut. Struktur sosial murid lebih bersifat tidak formal sedangkan pada orang

9
dewasa seperti guru dan lain sebagainya itu lebih bersifat formal karena adanya

pengaruh kedudukan yang berkaitan dengan jabatan yang telah ditentukan dan

dirumuskan oleh suatu bagian sistem sosial dalam sekolah tersebut.

Kedudukan murid hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja.

Kebanyakan kedudukan murid bersifat tidak formal dan hanya diketahui dalam

kalangan sekolah saja, akan tetapi ada juga kedudukan murid yang bersifat lebih

formal seperti kedudukan ketua OSIS yang telah mempunyai bentuk resmi

menurut ketentuan yang ada dalam sekolah itu.

Di suatu sekolah kita dapat menemukan macam-macam kedudukan murid

dan hubungan antar-murid antara lain:

1.   Kedudukan dan hubungan berdasarkan usia dan tingkat kelas.

2.    Kelompok persahabatan di sekolah.

3.    Kelompok elite.

4.    Kelompok siswa yang ikut organisasi formal, seperti OSIS dan Pramuka.

2.7. Pengaruh – Pengaruh Luar Terhadap Sekolah

Berbagai hal di luar sekolah yang dapat mempengaruhi sistem sekolah

antara lain :

1) Pengaruh terhadap peranan murid

10
a) Peranan murid antara lain ditentukan oleh guru, akan tetapi juga oleh

pandangan masyarakat tentang peranan murid, antara lain keluarga dan

lain-lain.

b) Orangtua juga dapat mempegaruhi sikap anak. Misalnya dalam

mengerjakan tugas pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.

c) Kelompok sepermainan, yang mempunyai sub-kebudayaan tersendiri

dapat menambah motivasi anak belajar atau justru merusak pelajaran anak.

2) Pengaruh luar terhadap guru

a. Orangtua murid

b.   Perkumpulan guru

c. Keluarga dan teman sepergaulan guru

3) Pengaruh luar terhadap sekolah

  Lingkungan, seperti masyarakat, daerah, maupun Negara.

3.1. Peranan Guru terhadap Anak Didik


Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital

dari sekian banyak peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan

komunitas utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas

untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu pengetahuan

kepada mereka. Begitupun peranan guru atas murid-muridnya tadi bisa

dibagi menjadi dua jenis menurut situasi interaksi sosial yang mereka

hadapi, yakni situasi formal dalam proses belajar mengajar di kelas dan

dalam situasi informal di luar kelas.

Dalam situasi formal, seorang guru harus bisa menempatkan

11
dirinya sebagai seorang yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi,

guru harus bisa menguasai kelas dan bisa mengon- trol anak didiknya.

Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas-tugas guru

yang bersangkutan yakni mengajar dan mendidik murid-muridnya. Hal-

hal yang bersifat pemaksaan pun kadang perlu digunakan demi tujuan di

atas. Misalkan pada saat guru menyampaikan materi belajar padahal

waktu ujian sangat mendesak, pada saat bersamaan ada seorang murid

ramai sendiri sehingga menganggu suasana belajar mengajar di kelas,

maka guru yang bersangkutan memaksa anak tadi untuk diam sejenak

sampai pelajaran selesai dengan cara-cara tertentu.

Tentunya hal di atas juga harus disertai dengan adanya keteladanan

dan kewibawaan yang tinggi pada seorang guru. Keteladanan sangatlah

penting. Hal ini sejalan dengan teori “Mekanisme Belajar” yang

disampaikan David O Sears (1985) bahwa ada tiga mekanisme umum

yang terjadi dalam proses belajar anak. Yang pertama adalah asosiasi atau

classical condotioning ini berdasarkan dari percobaan yang dilakukan

Pavlov pada seekor anjing. Anjing tersebut belajar mengeluarkan air liur

pada saat bel berbunyi karena sebelumnya disajikan daging setiap saat

terdengar bel. Setelah beberapa saat, anjing itu akan mengeluarkan air liur

bila terdengar bunyi bel meskipun tidak disajikan daging, karena anjing

tadi mengasosiasikan bel dengan daging. Kita juga belajar berperilaku

dengan asosiasi. Misalnya, kata “Nazi” biasanya diasosiasikan dengan

kejahatan yang mengerikan. Kita belajar bahwa Nazi adalah jahat karena

kita telah belajar mengasosiasikannya dengan hal yang mengerikan.

12
Mekanisme belajar yang kedua adalah reinforcement, orang belajar

menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu disertai dengan sesuatu

yang menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka

belajar menghindari perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak

menyenangkan). Seorang anak mungkin belajar membalas penghinaan

yang diterimanya di sekolah dengan mengajak berkelahi si pengejek

karena ayahnya selalu memberikan pujian bila dia membela hak-haknya.

Seorang mahasiswa juga mungkin belajar untuk tidak menentang sang

profesor di kelas karena setiap kali dia melakukan hal itu, sang profesor

selalu mengerutkan dahi, tampak marah dan membentaknya kembali.

Mekanisme belajar utama yang ketiga adalah imitasi. Seringkali

orang mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan

perilaku yang menjadi model. Seorang anak kecil dapat belajar bagaimana

menyalakan perapian dengan meniru bagaimana ibunya melakukan hal itu.

Anak-anak remaja mungkin menentukan sikap politik mereka dengan

meniru pembicaraan orang tua mereka selama kampanye pemilihan umum.

Imitasi ini bisa terjadi tanpa adanya reinforcement eksternal dan hanya

melalui observasi biasa terhadap model.

Di antara ketiga macam mekanisme belajar di atas, imitasi adalah

mekanisme yang paling kuat. Dalam banyak hal anak-anak cenderung

meniru perilaku orang dewasa dan selain orang tua si anak, guru di

sekolah merupakan orang dewasa terdekat kedua bagi mereka. Bahkan di

zaman sekarang ini banyak terjadi kasus anak lebih mempunyai

kepercayaan terhadap guru dibanding pada orang tua mereka sendiri.

13
Maka dari itulah seorang guru harus bisa menunjukkan sikap dan

keteladanan yang baik di hadapan murid-muridnya, biar dikemudian hari

tidak akan ada istilah ‘guru kencing berdiri, murid kencing berlari’.

Selain keteladanan, kewibawaan juga perlu. Dengan kewibawaan guru

menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses belajar mengajar.

Dalam pendidikan, kewibawaan merupakan syarat mutlak mendidik dan

membimbing anak dalam perkembangannya ke arah tujuan pendidikan.

Bimbingan atau pendidikan hanya mungkin bila ada kepatuhan dari pihak anak

dan kepatuhan diperoleh bila pendidik mempunyai kewibawaan. Kewibawaan dan

kepatuhan merupakan dua hal yang komplementer untuk menjamin adanya

disiplin (S. Nasution, 1995).

3.2. Peranan Guru dalam Masyarakat

Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran masyarakat

tentang kedudukan guru dan ststus sosialnya di masyarakat. Kedudukan sosial

guru berbeda di negara satu dengan negara lain dan dari satu zaman ke zaman

lain pula. Di negara-negara maju biasanya guru di tempatkan pada posisi sosial

yang tinggi atas peranan-peranannya yang penting dalam proses mencerdaskan

bangsa. Namun keadaan ini akan jarang kita temui di negara-negara berkembang

seperti Indonesia.

Sebenarnya peranan itu juga tidak terlepas dari kualitas pribadi guru yang

bersangkutan serrta kompetensi mereka dalam bekerja. Pada masyarakat yang

paling menghargai guru pun akan sangat sulit untuk berperan banyak dan

14
mendapatkan kedudukan sosial yang tinggi jika seorang guru tidak memiliki

kecakapan dan kompetensi di bidangnya. Ia akan tersisih dari persaingan dengan

guru-guru lainnya. Apalagi guru-guru yang tidak bisa memberikan keteladanan

bagi para muridnya, sudah barang tentu ia justru menjadi bahan pembicaraan

orang banyak. Jika dihadapan para muridnya seorang guru harus bisa menjadi

teladan, ia pun dituntut hal yang sama di dalam berinteraksi dengan masyarakat

sekitar.

Penghargaan atas peranan guru di negara kita bisa dibedakan menjadi dua

macam. Pertama, penghargaan sosial, yakni penghargaan atas jasa guru dalam

masyarakat. Dilihat dari sikap-sikap sosial anggota masyarakat serta penempatan

posisi guru dalam stratifikasi sosial masyarakat yang bersangkutan. Hal semacam

ini akan tampak jelas kita amati pada mayarakat pedesaan yang mana mereka

selalu menunjukkan rasa hormat dan santun terhadap para guru yang menjadi

pengajar bagi anak-anak mereka. Mereka (masyarakat) lebih biasa memberi kata-

kata sapaan santun terhadap guru seperti pak guru, mas guru dan sebagainya

daripada profesi-profesi yang lain.

Kedua, adalah penghargaan ekonomis, yakni penghargaan atas peran

guru dipandang dari seberapa besar gaji yang diterima oleh guru. Dengan kondisi

gaji guru-guru di Indonesia sampai tahun 2000 an ini, tidak mungkin menjadi

sejahtera dalam hal ekonomi hanya dengan pekerjaan mangajarnya saja. Hal

inilah yang menjadikan kurang maksimalnya peranan guru dalam menja- lankan

tugas mengajar apalagi melakukan pengabdian pada masyarakat.

Dalam perspektif perubahan sosial, guru yang baik tidak saja harus

15
mampu melaksanakan tugas profesionalnya di dalam kelas, namun harus pula

berperan melaksanakan tugas-tugas pembelajaran di luar kelas atau di dalam

masyarakat. Hal tersebut sesuai pula dengan kedudukan mereka sebagai agent of

change yang berperan sebagai inovator, motivator dan fasilitator terhadap

kemajuan serta pembaharuan.

Dalam masyarakat, guru adalah sebagai pemimpin yang menjadi panutan atau

teladan serta contoh (reference) bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah

pemegang norma dan nilai-nilai yang harus dijaga dan dilaksanakan. Ini dapat kita

lihat bahwa betapa ucapan guru dalam masyarakat sangat berpengaruh terhadap

orang lain. Ki Hajar Dewantoro menggambarkan peran guru sebagai stake holder

atau tokoh panutan dengan ungkapan-ungkapan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing

Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

Di sini tampak jelas bahwa guru memang sebagai “pemeran aktif”, dalam

keseluruhan aktivitas masyarakat sercara holistik. Tentunya para guru harus bisa

memposisikan dirinya sebagai agen yang benar-benar membangun, sebagai

pelaku propaganda yang bijak dan menuju ke arah yang positif bagi

perkembangan masyarakat.

16
BAB III

PENUTUP

4.1. Penutup

Komunikasi yang terjadi di sekolah pada hakekatnya dilaksanakan secara

internal dalam sekolah, maupun eksternal di luar sekolah. Komunikasi

internal dilakukan oleh warga sekolah di dalam lingkungan sekolah,

termasuk dengan komite sekolah, baik komunikasi ke atas, komunikasi ke

bawah, komunikasi horisontal maupun komunikasi diagonal. Sedangkan

komunikasi eksternal dilaksanakan terkait dengan komunikasi sekolah

dengan masyarakat pendidikan (stakeholder).

Membangun komunikasi efektif di sekolah merupakan sebuah proses

membina hubungan yang harmonis antar warga sekolah di dalam internal

sekolah, maupun hubungan eksternal sekolah dengan stakeholder terkait.

Dalam konteks tersebut, kepala sekolah berfungsi sebagai pusat pengatur

komunikasi, baik komunikasi antar warga sekolah maupun hubungan

sekolah dengan masyarakat.

Guru juga harus memiliki kecakapan kerja yang baik dan kedewasaan

berpikir yang tinggi sebab guru sebagai pemangku jabatan yang profesional

merupakan posisi yang bersifat strategis dalam kehidupan dan pembangunan

masyarakat. Guru juga harus terus bisa memantapkan posisi dan perannya lewat

usaha-usaha mengembangkan kemampuan diri secara maksimal dan

berkesinambungan dalam belajar lebih lanjut. Salah satu yang melandasi

17
pentingnya guru harus terus berusaha mengembangkan diri karena pendidikan

berlangsung sepenjang hayat. Hal ini berlaku untuk diri guru dan siswa di mana

usaha seseorang untuk mencapai perkembangan diri serta karyanya tidak pernah

selesai (hasilnya tidak pernah mencapai taraf sempurna mutlak). Selain itu bahwa

sistem pengajaran, materi pengajaran dan penyampaiannya kepada siswa selalu

perlu dikembangkan. Hal ini merupakan dampak dari perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Upaya pengembangan sistem pengajaran,

pembenahan isi serta teknologi organisasi

materi pengajaran dan pencarian pendekatan strategi, metode, teknik pengajaran

(perkembangan diri siswa) selalu perlu dikaji dan atau dikembangkan demi

efektivitas dan efisiensi kerja kependidikan.

18
Daftar Pustaka

Cohen, William A. (1990). The art of the leader. Englewood cliffs: Prentice hall.

Cribbin, James J. (1985). Leadership: Strategies for organizational

effectiveness. AMACOM. New york.

Gatto, Rex P. (1992). Teamwork Through Flexible Leadership. CTA Press.

Pittsburgh.

Gibson, James L dan Ivancevich, John M dan Donnelly, James H. (2000).

Organizations, Behavior, Structure, Processes. Boston: Irwin McGraw-

Hill.

Hersey, Paul dan Blanchard, Kenneth. (1982). Management of Organizational

behavior, Utilizing human resources. Prentice Hall Inc. New Jersey:

Englewood Cliffs.

J Salusu. (2002). Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan

Organisasi Non- profit. Jakarta: Grasindo.

Luthans, Fred. (1981). Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill Book

Company.

McGrew, Anthony G dan Wilson, MJ. (1985). Decision Making: Approaches

and analysis. Manches- ter: Manchester University Press.

19
Miftah Thoha. (1990). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.

Jakarta: Rajawali.

20

Anda mungkin juga menyukai