Disusun Oleh :
Kelompok
1. Meri Handayani (23102381)
2. Mitra Desrianti (23102419)
3. Silflara Mahendra (23102373)
Dosen Pembimbing :
Mellisa F. M.Pd
(STKIP NASIONAL)
2023
2
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
menjadi suri tauladan, sumber inspirasi dan motivasi dalam membangun
kurikulum pendidikan yang Islami di masa sekarang.
Makalah yang berjudul “struktur Sosial Sekolah” ini, sengaja kami susun
untuk dijadikan sebagai bahan diskusi pada mata kuliah “Sosiologi Pendidikan”.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini tak luput dari
segala kekurangan dan keterbatasan, baik dari segi penulisan maupun isi di
dalamnya. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang
bersifat membangun, khususnya dari dosen pembimbing, demi kesempurnaan
pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
Akhirul Kalam, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan membawa
hikmah buat kita semua, terutama bagi diri kami pribadi, Aamiin … !!!
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Pairin, struktur sosial di sekolah, jurnal
3
Sekolah telah dengan sengaja diciptakan”dalam arti bahwa saat tertentu
telah diambil suatu keputusan untuk mendirikan sebuah sekolah guna
memudahkan pengajaran sejumlah mata pelajaran yang sangat beraneka ragam,
mulai dari mata pelajaran umum sampai mata pelajaran keagamaan”. 2
5
Ibid hal 102
5
bawahan ia dibawah kekuasaan kepala sekolahnya. Guru mempunyai kedudukan
sebagai pegawai, dan dalam kedudukan itu harus mematuhi segala peraturan yang
ditetapkan oleh atasan Pemerintah atau yayasan. Pelanggaran dapat diberi
tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang berarti pencabutan sumber
pendapatannya.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja. Berkat usia
dan pengalamannya mengajar guru lama mengharapkan rasa hormat dari guru-
guru baru atau yang lebih muda. Kegagalan untuk memenuhi harapan ini akan
bertentangan dengan bayangan golongan tua tentang kedudukan golongan muda.
6
Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan, h. 103
6
Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif stabil.
1) Ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak sama
antara guru dan murid. Guru itu secara umum diakui mempunyai status
yang lebih tinggi dan karena itu dapat menuntut murid untuk menunjukkan
kelakuan yang sesuai dengan sifat hubungan itu. Bila anak itu meningkat
sekolahnya ada kemungkinan dia mendapat kedudukan yang lebih tinggi
dan sebagai siswa pasca sarjana dapat diperlakukan sebagai manusia yang
matang dan dewasa, jadi banyak sedikit dengan status yang mendekati
status dosen. Namun hubungan guru-murid dari masa sebelumnya masih
melekat dan masih susah dihilangkan, setidaknya di negara kita ini. Guru
atau dosen banyak sedikit masih turut berkuasa atas nasib siswa dan selalu
dapat berlindung di belakang posisinya yang serba kuasa itu.
2) Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan
mengalami perubahan. kelakuan sebagai hasil belajar. Setiap orang yang
mengajar akan mengalami perubahan dan menambah pengalamannya,
akan tetapi ia tidak diharuskan atau diharapkan menunjukkan perubahan
kelakuan, sedangkan murid harus memperlihatkan dan membuktikan
bahwa ia telah mengalami perubahan kelakuan.
3) Aspek ketiga ini bertalian dengan aspek kedua, yakni bahwa perubahan
kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu yang lebih spesifik,
misalnya agar anak menguasai bahan pelajaran tertentu. Mengenai hal-hal
yang umum, yang kabur, tidak mudah tercapai kesamaan pendapat,
misalnya apakah guru harus menunjukkan cinta kasih kepada murid,
apakah ia harus bertindak sebagai orang tua, atau sebagai sahabat.
Karena sifat tak-sama dalam kedudukan guru-murid, maka sukar bagi guru
untuk mengadakan hubungan akrab, kasih sayang atau sebagai teman dengan
murid. Demi hasil belajar yang diharapkan diduga guru itu harus dihormati
dan dapat memelihara jarak dengan murid agar di dapat berperan sebagai
model bagi muridnya. Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid
bila dalam memberi pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak sepihak, seperti
terdapat dalam metode ceramah, akan tetapi hubungan interaktif dengan
7
partisipasi yang sebanyak-banyaknya dari pihak murid. Hubungan itu akan
lebih efektif dalam kelas yang kecil daripada di kelas yang besar.7
BAB III
7
Opcit hal 78
8
Opcit. Hal 84
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Material bagi sekolah/ struktur sosial sekolah yaitu kepala sekolah, guru,
pegawai, pesuruh, murid laki-laki maupun murid perempuan yang masing-masing
memiliki kedudukan dan peranan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA