Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

STRUKTUR SOSIAL SEKOLAH


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Lismina, S.Ag, M. Pd.I.

Disusun Oleh:
Kelompok 8

Syabilah Marshanda 2211101088

Nurhasana 2211101094

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD
IDRIS SAMARINDA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena


telah melimpahkan rahmat-nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah yang bejudul
“Struktur Sosial Sekolah” ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah ini.

Samarinda, 3 November 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Pengertian Struktur Sosial Sekolah..................................................3
B. Kedudukan dan Peran........................................................................5
C. Kedudukan Struktur Sosial dalam Masyarakat Sekolah...................6
1. Kedudukan Kepala Sekolah Dalam Struktur Sosial.....................7
2. Kedudukan Guru Dalam Struktur Sosial di Sekolah....................9
D. Struktur Sosial Berhubungan Dengan Kurikulum...........................13
BAB III PENUTUP .......................................................................................15
A. Kesimpulan .....................................................................................15
B. Saran................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan di sekolah yang selama ini dilakukan diharapkan dapat
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilian, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap,
mandiri serta rasa dan tindakan kelas dalam konteks pendidikan. Kinerja
mengajar merupakan hal yang berkaitan langsung dengan bagaimana
kualitas pendidikan pada sebuah satuan pendidikan. Dalam pencapaian
kinerja mengajar yang baik diperlukan beberapa faktor yang bisa
mendorong untuk ketercapaiannya, diataranya faktor individu, organisasi
dan psikologis. Memfokuskan pada kajian dari segi faktor organisasi,
dimana apakah terdapat pengaruh jabatan dalam struktur organisasi
sekolah dan kompensasi terhadap kinerja mengajar ketua program
keahlian dan perilaku organisasi pada salah satu kegiatan penting dalam
organisasi yakni reposisi jabatan. kepuasan para pemangku jabatan ketika
menerima jabatan yang ditetapkan oleh pimpinan serta motivasi dan
kinerja struktur organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai
dengan kemampuan dan kompetensinya. keberhasilan peserta didik
dianggap sebagai keberhasilan guru, namun kegagalan peserta didik juga
dianggap sebagai kegagalan guru1.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian struktur sosial sekolah?
2. Apa itu suatu kedudukan dan peran?
3. Bagaimana kedudukan struktur sosial dalam masyarakt sekolah?
4. Bagaimana kedudukan kepala sekolah dan guru dalam struktur sosial
sekolah?
1
Muhyi Batubara, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Ciputat Press, 2004), h. 18
5. Bagaimana struktur sosial berhubungan dengan kurikulum?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui struktur sosial di sekolah
2. Mengetahui arti dari kedudukan dan peran
3. Mengetahui kedudukan struktur sosial dalam masyarakt sekolah
4. Mengetahui kedudukan kepala sekolah dan guru dalam struktur sosial
sekolah
5. Mengetahui struktur sosial berhubungan dengan kurikulum

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Sosial Sekolah


1.Pengertian Struktur
Struktur merupakan aspek-aspek yang saling terhubung dan
mengikat satu sama lain serta menimbulkan makna yang menyeluruh.
Mengenai struktur, Endraswara2 mengatakan bahwa struktur adalah suatu
bangun yang abstrak yang bagian-bagiannya terikat satu sama lain.
Struktur adalah rangkaian elemen atau aspek atau unsur yang ada dalam
hubungan yang sama pada kegiatan manusia 3. Lalu, Permana
mendefinisikan bahwa struktur adalah kesatuan konstruksi utuh yang
saling berhubungan. Berdasarkan penjelasan Suhaimi4 menyatakan bahwa
struktur adalah elemen yang saling mengikat satu sama lain untuk
memberikan arti secara menyeluruh. Setyosari5 juga mengemukakan
bahwa struktur adalah hubungan antara variabel dalam suatu penelitian.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
struktur adalah unsur-unsur yang terikat dan saling berhubungan serta
menimbulkan makna yang menyeluruh.

2. Pengertian Sekolah
Menurut Abdullah Idi, Sekolah adalah sebuah lembaga yang
dirancang untuk pengajaran atau pendidikan terhadap murid dibawah
pengawasan pendidik (guru)6. Sebagaian besar negara memiliki sistem
pendidikan formal yang umumnya wajib, bertujuan menciptakan peserta

2
Endraswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Folklor Konsep, Teori, dan Aplikasi
(Yogyakarta: Media Pressindo, 2009), h. 114.
3
Mujiyanto, Yan, et.al Pengantar Ilmu Budaya (Yogyakarta: Pelangi Publishin,.2010) h.
48
4
Suhaimi, et.al, Struktur dan Fungsi Cerita Rakyat Pak Alui Sastra Lisan Masyarakat
Melayu Sanggau Kabupaten Kudus. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran edisi No.1, Vol. 3,
2014.
5
Setyosari Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Prenada
Media Grup, 2020), h. 148.
6
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan; Individu, masyarakat, dan Pendidikan (Jakarta:
Radjagrafindo persada, 2011), h. 142.

3
didik agar mengalami kemajuan setelah melalui proses pembelajaran. Kata
“Sekolah” seperti dikutip oleh Abdullah Idi, adalah berasal dari bahasa
Latin, yakni skhole, scola, scolae atau skhola yang berarti waktu luang
atau waktu senggang.
Pada awalnya ketika itu sekolah diartikan sebagai kegiatan
diwaktu senggang bagi anak-anak di tengah kegiatan utama mereka, yakni
bermain dan menghbiskan waktu menikmati masa kanak-kanak dan
remaja. Kegiatan dalam waktu luang tersebut seperti ditulis Abdullah
adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal
tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Dalam kegiatan scola,
anak-anak didampingi oleh seorang ahli dan mengerti tentang psikologi
anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada
anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran.
Sekarang ini kata “sekolah” maknanya bisa sebagai tempat berupa
bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar. Ketersediaan sarana
pada suatu sekolah memiliki peranan penting demi terlaksananya proses
pendidikan. Sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah, dan kepala
sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah7.

3. Pengertian Struktur Sosial Sekolah


Struktur sosial adalah tatanan sosial di masyarakat, yang memiliki
relasi timbal balik antara peranan dan status yang mengarah pada perilaku
masyarakat yang teratur. Status sosial merupakan perangkat struktur sosial
yang paling utama. Yang dimaksud dengan material pada struktur sosial
sekolah adalah guru, kepala sekolah, pesuruh, pegawai, dan siswa yang
mempunyai perbedaan peranan dan kedudukan. Struktur sosial memiliki
sistem peranan dan kedudukan yang hierarkis dimulai dari kedudukan
yang paling rendah hingga kedudukan yang tinggi dan memiliki kuasa.
Struktur sosial membantu sekolah untuk melaksanakan fungsinya dengan
baik sebagai lembaga edukatif. Setiap orang memiliki kedudukannya
masing-masing dan melaksanakan perannya sesuai dengan kedudukan
7
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2011) h,72

4
sehingga berbagai konflik dapat dicegah dan kelancaran segala usaha
pendidikan dapat terjamin.8 Dalam struktur sosial terdapat sistem
kedudukan dan peranan anggota-anggota kelompok yang kebanyakan
bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang
kekuasaan sampai pada kedudukan yang paling rendah. Struktur itulah
yang memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga
edukatif dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan
menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu
sehingga hal ini dapat mencegah terjadinya berbagai konflik dan dapat
menjamin kelancaran segala usaha pendidikan.

B. Kedudukan dan Peran


Kedudukan atau status menentukan posisi seseorang dalam struktur
sosial, yakni menentukan hubungannya dengan orang lain, misalnya apa yang
dapat diharapkan oleh seorang suami dari istrinya, apa yang diharapkan
majikan dari pekerjaan pegawainya, bagaimana orang tua atau guru
memperlakukan anak atau sebaliknya. Status atau kedudukan menentukan
kelakuan orang tertentu. Dalam kedudukannya sebagai guru ia mengharapkan
kelakuan tertentudari murid, lepas dari pribadinya sebagai individu, apakah ia
peramah, keras, pandai, rajin atau pemalas. Setiap guru dalam kedudukannya
sebagai guru dapat mengharapkan kelakuan tertentu dari murid, siapa pun
guru itu dan siapa pun murid itu.
Status atau kedudukan individu, apakah ia diatas atau dibawahstatus
orang lain mempengaruhi peranannya. Peranan adalah konsekuensi atau
akibat kedudukan atau status seseorang. Seorang mandor diharapkan
memberikan perintah kepada pekerja. Guru diharapkan mematuhi instruksi
kepala sekolah tetapi menuntut agar murid-murid belajar. Akan tetapi cara-
cara seorang membawakan peranannya dapat berbeda menurut kepribadian
seseorang. Guru dapat bersifat otokratisatau demokratis dalam menjalankan
peranannya.

8
Budiyono, Sosiologi, (Surabaya: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,
2019), h.2

5
Peranan mencangkup kewajiban dan hak yang bertalian dengan
kedudukan. Dalam kedudukan individu sebagai guru ia berkewajiban
mendidik anak dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan bila perlu
memberikannya hukuman. Sebaliknya anak dalam kedudukannya sebagai
murud harus mematuhi guru dengan hak untuk menerima pelajaran. Kita lihat
bahwa peranan selalu mempunyai segi timbale balik.
Guru hanya dapat menjalankan peranannya antara lain menyuruh anak
belajar bila murid mematuhinya dan mau belajar. Hak guru memerintah
dibarengi dengan oleh kewajibanmurid untuk mematuhinya. Maka dapat
dikatakan bahwa peranan adalah serangkaian hak dan kewajiban yakni
bersifat timbale balik dalam hubungan antar individu. Hak adalah kesempatan
atau kemungkinan untuk bertindak yang sebaliknyamenimbulkan kewajiban
pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan itu. Hak sesorang
dimungkinkan dan dibatasi oleh kewajiban pihak lain untuk mematuhinya.
Kedudukan seseorang ada yang diperoleh berdasaarkan kelairan, ada pula
yang diperoleh sendiri berkat usaha individu. 9

C. Kedudukan Struktur Sosial dalam Masyarakat Sekolah

Fungsi dan tujuan struktur organisasi sekolah :

9
Pairin, “Struktur Sosial di Sekolah”, dalam Jurnal Shautut Tarbiyah edisi no.2, Vol.16,
2010.

6
Fungsi organisasi sekolah mempengaruhi berbagai aspek penting dalam
pendidikan, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar ruang kelas. Berikut
adalah beberapa fungsi organisasi sekolah:
1. Membentuk karakter siswa: Organisasi sekolah membantu siswa
mengembangkan karakter dan menjadi individu yang mandiri dan
tanggung jawab
2. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang
dimilikinya dalam mencapai tujuan: Organisasi sekolah membantu siswa
mengatasi hambatan dan meningkatkan kemampuan mereka untuk
mencapai tujuan
3. Mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dikerjakan
bersama-sama: Organisasi sekolah memungkinkan siswa untuk bekerja
sama dan mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien
4. Sebagai wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki
oleh seseorang: Organisasi sekolah membantu siswa mengharga dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan spesialis mereka
5. Sebagai wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja: Organisasi
sekolah membantu siswa mengembangkan keterampilan kerja dan
mengakui tanggung jawab dalam proses pembagian kerja
6. Sebagai wadah menambah pergaulan: Organisasi sekolah membantu siswa
mengembangkan keterampilan komunikasi dan membuka wawasan
pengalaman mereka
7. Sebagai wadah memanfaatkan waktu luang: Organisasi sekolah
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar mengelola waktu
dengan baik, baik dalam belajar di kelas maupun dalam kegiatan
organisasi sekolah
8. Melatih tanggung jawab dan jiwa kepemimpinan siswa: Organisasi
sekolah membantu siswa melatih tanggung jawab dan jiwa kepemimpinan
mereka

7
9. Melatih kemampuan komunikasi serta membuka wawasan dan
pengalaman: Organisasi sekolah membantu siswa mengembangkan
kemampuan komunikasi dan membuka wawasan pengalaman mereka.
Secara keseluruhan, organisasi sekolah memiliki banyak manfaat bagi siswa,
baik dalam pengembangan kemampuan mandiri maupun dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah.
Kedudukan seseorang dalam struktur sosial memengaruhi 3 hal, yaitu:
1. Posisi, Posisi seseorang dalam struktur sosial ditentukan oleh kedudukan
orang tersebut dan relasinya dengan orang lain. Contohnya seorang
suami dapat mengharapkan sesuatu dari istrinya dan istri juga dapat
mengharapkan sesuatu dari suaminya, begitu juga seorang majikan yang
dapat mengharapkan pekerjaan yang baik dari karyawannya.
2. Kelakuan. Kelakuan seseorang ditentukan oleh kedudukannya di
masyarakat. Sebagai contoh, seorang guru berharap siswanya dapat
berkelakuan baik. Seorang pemuka agama pasti berharap semua
jemaatnya bisa berkelakuan baik meskipun kadang mereka sendiri juga
tidak luput dari kesalahan.
3. Peran. Peran seseorang dalam masyarakat juga dipengaruhi oleh
kedudukan orang tersebut dalam masyarakat. Yang di maksud dengan
peranan ialah akibat atau konsekuen si kedudukan seseorang. Sebagai
contoh pekerja mendapatkan perintah dari seorang mandor.

Sekolah merupakah sebuah sistem, yang mana dalam sistem itu


terdapat sistem sosial yang didalamnya ada kedudukan anggota dalam
kelompok sosial tersebut. Setiap orang yang menjadi anggota suatu kelompok
mempunyai kedudukan masing-masing. Di sekolah terdapat kedudukan yang
berbeda dalam setiap anggotannya seperti, kepala sekolah, guru-guru, staf
administrasi, pesuruh, dan murid-murid itu sendiri serta hubungan antara
berbagai kedudukan itu. Dalam hal ini tiap kelompok, seseorang akan
mengenal kedudukan atau posisinya masing-masing yang mana orang

8
tersebut dapat berkelakuan sesuai yang diharapkan menurut kedudukan yang
di tempatinya.
Jadi di masyarakat sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, murid
dan pegawai sekolah diharapkan agar memiliki kelakuan tertentu seperti:
perbuatannya, ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya dan sebagainya sesuai
dengan apa yang bertalian dengan kedudukannya. Pada umumnya dalam
struktur sosial sekolah dapat kita bedakan menjadi dua tingkat yaitu pertama,
hal yang berkenaan dengan orang dewasa serta hubungan di antara mereka,
seperti kepala sekolah, guru-guru, pegawai administrasi, pesuruh, pengurus
yayasan pada sekolah swasta. Kedua, hal yang berkenaan dengan sistem
kedudukan dan hubungan antara murid-murid.

1. Kedudukan Kepala Sekolah dalam Struktur Sosial


Posisi tertinggi di sekolah dimiliki oleh kepala sekolah karena
kedudukan, masa kerja, pengalaman, dan pendidikan. Kepala sekolah
membuat keputusan yang harus ditaati oleh semua orang yang ada di
sekolah. Kepala sekolah juga bertanggung jawab agar pendidikan di
sekolah berjalan lancar. Dalam satuan pendidikan kepala sekolah
memiliki dua jabatan penting agar kelangsungan proses pendidikan
terjamin sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan. Kepala sekolah berhak mengambil keputusan yang harus
dipatuhi oleh seluruh sekolah.
Kepala sekolah juga berkedudukan sebagai konsultan yang
memberikan petunjuk, nasihat, saran-saran kepada guru-guru dalam
usaha untuk memperbaiki kualitas sekolah. Selain itu kepala sekolah juga
memegang kepemimpinan di sekolah dengan harapan sanggup
memberikan pimpinan dalam segala hal yang berkenaan dengan sekolah,
permasalahan yang timbul dari adanya interaksi dengan masyarakat,
murid-murid, maupun guru-guru. Pada satu pihak guru-guru
mengharapkan keputusan dan tindakan-tindakan yang tegas, di lain pihak
mereka menginginkan agar keputusan yang diambil dengan cara

9
musyawarah. Dalam hal itulah kepala sekolah harus dapat bergerak di
antara harapan-harapan yang bertolak belakang itu.10
Dengan kedudukan dan peran dalam struktur sekolah tersebut.
Kepala sekolah layaknya pemimpin. Maka setiap tindakan, perbuatan,
dan kepemimpinannya dalam sekolah menjadi sorotan. Kepala sekolah
akhirnya dituntut untuk menjadi contoh suri teladan dalam bidang moral,
akhlak, dan bersosial. Kepala sekolah juga dituntut lebih dalam segi
keilmuan. Kepala sekolah juga dituntut sebagai manajer yang handal
yang mampu mengatur ketertiban dan kemajuan sekolah11.
Kepala sekolah di sekolah yang kecil dan tidak memiliki pegawai
administrasi harus bertugas sebagai pegawai administrasi, pergi ke
berbagai instansi untuk mengantarkan surat, mengurus korespondensi,
menulis berbagai laporan karena kepala sekolah memiliki jam mengajar
yang sedikit dan kadang tidak mengajar sama sekali. Guru membantu
kepala sekolah dalam menyelesaikan pekerjaan administrasi tersebut.
Namun biasanya di Sekolah Menengah pegawai administrasi yang
bertugas untuk menyelesaikan pekerjaan administrasi tersebut.12
2. Tugas wakil kepala sekolah
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) adalah orang yang membantu Kepala
Sekolah dalam melaksanakan tugas-tugasnya sesuai bidang masing-
masing yang telah ditentukan. Wakil kepala sekolah (wakasek)
umumnya meliputi berbagai bidang, seperti kurikulum, kesiswaan,
sarana dan prasarana, serta kehumasan. Berikut adalah tugas umum dan
tugas khusus wakil kepala sekolah dalam bidang kurikulum:
a. Tugas Umum Wakil Kepala Sekolah
Menghadiri rapat atau kegiatan tertentu jika kepala sekolah berhalangan
hadir.

10
Akbar Yuli Setianto, dkk., Sosiologi Pendidikan, (Medan: Yayasan Kita Menulis,
2021), h.62-63.
11
Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan; Struktur dan interaksi sosial di dalam
institusi pendidikan (Jogjakarya: Ar-Ruzz Media, 2011) h 100-101
12
Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h.15-16.

10
b. Mendampingi kepala sekolah untuk menghadiri acara tertentu, baik di
dalam maupun luar sekolah.
c. Membantu kepala sekolah dalam menyusun perencanaan program
kegiatan sekolah.
d. Membantu kepala sekolah dalam mengurus urusan pengorganisasian,
ketenagaan, pengkoordinasian, pengawasan, penilaian, identifikasi,
pengumpulan data, dan membuat laporan berkala
Tugas Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
a. Menyusun program pengajaran.
b. Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan.
c. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
d. Menyusun jadwal evaluasi belajar dan pelaksanaan ujian akhir.
e. Menerapkan kriteria persyaratan kenaikan kelas dan ketamatan.
f. Mengatur jadwal penerimaan rapor dan STTB.
g. Mengkoordinasikan, menyusun, dan mengarahkan penyusunan
kelengkapan mengajar.
h. Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan.
i. Melakukan supervisi administrasi akademis.
j. Melakukan pengarsipan program kurikulum.
k. Penyusunan laporan secara berkala
3. Kedudukan guru dalam Struktur Sosial di Sekolah
Guru memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada kepala
sekolah sehingga guru harus memiliki rasa hormat dan patuh terhadap
kepala sekolah dalam segala hal yang berkaitan dengan sekolah. Masa
depan dan karier guru tergantung pada relasinya dengan kepala sekolah
karena ketika guru ingin mengurus kenaikan pangkat. 13
Guru mempunyai kedudukan sebagaimana seorang pegawai oleh
karena itu ia harus menghormati kepala sekolah dan bersedia untuk
mematuhinya dalam hal-hal yang berkenaan dengan urusan sekolah, baik
13
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai
Problem Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 45.

11
segala urusan yang ditetapkan oleh atasan pemerintah ataupun yayasan,
kemudian apabila melakukan suatu pelanggaran maka sang guru tersebut
dapat diberi sanksi.
Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah dan karena
itu ia harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-
hal mengenai sekolah. Sebagai pegawai atau bawahan ia dibawah
kekuasaan kepala sekolahnya. Guru mempunyai kedudukan sebagai
pegawai, dan dalam kedudukan itu harus mematuhi segala peraturan
yang ditetapkan oleh atasan Pemerintah ataupun yayasan. Pelanggaran
dapat diberi tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang berarti
pencabutan sumber pendapatannya.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja.
Berkat usia dan pengalamannya mengajar guru lama mengharapkan rasa
hormat dari guru-guru barn atau yang lebih muda. Kegagalan untuk
memenuhi harapan ini akan bertentangan dengan bayangan golongan tua
tentang kedudukan golongan muda. Sebaiknya hal- hal tersebut harus
dihilangkan, apalagi kalau guru itu tidak menguasai alat-alat teknologi.
Pendidikan merupakan usaha yang sungguh sungguh untuk memperbaiki
metode mengajar dengan membuktikan keberhasilan.14
a. Guru Pembimbing Khusus (GPK) adalah guru yang memiliki kualifikasi
atau latar belakang Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang bertugas
menjembatani kesulitan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan guru
mata pelajaran atau guru kelas dalam pembelajaran, serta melakukan
tugas khusus. Tugas dan tanggung jawab GPK meliputi:

1 Melakukan identifikasi dan asesmen terhadap siswa berkebutuhan


khusus yang mengalami hambatan belajar.
2 Membangun sistem koordinasi antara pihak sekolah dengan orang tua
siswa.
3 Melaksanakan pendampingan ABK dalam kegiatan belajar mengajar.
14
Alfien Pandaleke, Sosiologi Pengetahuan, (Malang: Diaspora Publisher, 2015), h. 15-
17

12
4 Melakukan koordinasi dengan guru kelas atau guru mata pelajaran.
5 Memberikan bantuan secara berkesinambungan.
6 Membuat catatan khusus setiap siswa berkebutuhan khusus selama
kegiatan belajar mengajar yang bisa dipahami saat pergantian guru

GPK juga bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan program


kekhususan, melakukan proses identifikasi, asesmen, dan menyusun Program
Pendidikan Inklusi (PPI), melakukan modifikasi kurikulum bersama guru kelas
atau guru mata pelajaran, melaku kan evaluasi dan tindak lanjut, membuat
program dan perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus. Kesuksesan
pendidikan inklusi bergantung pada besarnya keinginan dan kemampuan guru
dalam mengakomodasi kebutuhan seorang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

b. Guru kelas, Guru kelas adalah tenaga pendidik profesional yang


bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, menilai, melatih, dan mengevaluasi para siswa. Fungsi
guru kelas meliputi tiga hal, yaitu fungsi instruksional, fungsi educational,
dan fungsi managerial.
1 Fungsi instruksional: Guru kelas berperan sebagai pengajar, yang
membuat perencanaan terkait program pengajaran, melaksanakan
program yang telah disusun, dan membuat penilaian setelah
melaksanakan program tersebut. Guru kelas juga harus menguasai
materi yang akan diajarkan, strategi dan metode pengajaran yang
digunakan, dan menentukan alat evaluasi pendidikan untuk
menilai hasil belajar siswa, manajemen kelas, serta dasar
pendidikan.
2 Fungsi educational: Guru kelas berperan sebagai pendidik, yang
mengarahkan murid-muridnya untuk memiliki kepribadian yang
baik dan mulai. Guru kelas perlu mendidik muridnya agar bisa
menjadi seorang yang berpikir dewasa. Dalam menjalankan fungsi
guru ini, para pengajar diharapkan memiliki kestabilan emosi, rasa

13
tanggung jawab yang besar untuk memajukan muridnya, realistik,
jujur, dan peka terhadap perkembangan, khususnya dalam inovasi
pendidikan.
3 Fungsi managerial: Guru kelas bertindak sebagai manajer yang
bertanggung jawab atas lingkungan kelas. Hal ini dapat membuat
proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sekaligus
memberi contoh yang baik dalam menjaga kebersihan kelas.
Dengan begitu, guru tidak hanya membantu siswa dalam
memahami pelajaran, namun juga menunjukkan cara yang efektif
dalam belajar serta mengembangkan kebiasaan bekerja. Selain itu,
guru kelas juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang tak kalah
penting terhadap para siswanya, seperti mengajar, membimbing,
menilai, melatih, dan mengevaluasi para siswa.
4 Guru pelajaran memiliki tugas dan fungsi yang penting dalam
pendidikan. Tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih
siswa.
c. Guru Mata pelajaran memiliki Fungsi guru meliputi sebagai pendidik,
pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan fasilitator. Selain itu, guru
juga memiliki tugas tambahan seperti menjadi wali kelas, pembina
organisasi siswa intra sekolah (OSIS), pembina ekstrakurikuler,
koordinator pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), penilai
kinerja guru, pengurus organisasi/asosiasi profesi guru, dan tutor pada
pendidikan jarak jauh pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Tugas
guru dalam bidang kemanusian di sekolah harus menjadikan dirinya
sebagai orang tua kedua, sedangkan tugas guru dalam bidang
kemasyarakatan adalah mencerdaskan bangsa menuju Indonesia
seutuhnya yang berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu, guru memiliki
peran yang sangat penting dalam membentuk generasi penerus yang
cerdas dan bermoral.

14
d. Tenaga Ahli, enaga ahli dalam sekolah memiliki tugas dan fungsi yang
berbeda-beda tergantung pada jabatannya. Berdasarkan beberapa sumber,
beberapa tugas dan fungsi tenaga ahli dalam sekolah antara lain:Guru:
Menyusun program pengajaran, menyusun pembagian tugas guru dan
jadwal pelajaran, menyusun jadwal evaluasi belajar dan pelaksanaan ujian
akhir, menerapkan kriteria persyaratan kenaikan kelas dan ketamatan,
membantu pengembangan keterampilan dan kecerdasan anak didik,
membina karakter, budi pekerti dan kepribadian anak didik, dan lain-lain.
1) Wali kelas: Mewakili orang tua dan kepala sekolah dalam
lingkungan pendidikan, meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, membantu pengembangan keterampilan dan
kecerdasan anak didik, membina karakter, budi pekerti dan
kepribadian anak didik, mengetahui jumlah dan nama-nama anak
didik, dan lain-lain.
2) Guru pembimbing (BK): Penyusunan dan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling, koordinasi dengan wali kelas dalam
rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi anak didik
tentang kesulitan belajar, memberikan layanan dan bimbingan
kepada anak didik agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar,
dan lain-lain.
3) Kepala sekolah: Membuat kebijakan dan program kerja,
mengelola sumber daya manusia dan anggaran, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan program kerja, memimpin rapat dan
koordinasi, mewakili sekolah dalam forum-forum eksternal, dan
lain-lain.
4) Tenaga administrasi: Melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada setiap sekolah dan organisasi
di KPM.

15
5) Peserta didik, Peserta didik adalah seseorang yang
mengembangkan potensi dalam dirinya melalui proses pendidikan
dan pembelajaran pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. Peserta didik merupakan manusia bertanggung jawab
bagi proses belajar pribadi dan menjadi pembelajar sejati, sesuai
dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat. Fungsi peserta
didik adalah sebagai pembelajar sejati yang memiliki adaptabilitas
dalam kelompok sekaligus mengembangkan dimensi
individualitasnya sebagai insan yang unik. Peserta didik
memerlukan pembinaan dan pengembangan secara individual dan
kelompok, serta mengharapkan perlakuan yang manusiawi dari
orang dewasa termasuk gurunya. Peserta didik juga merupakan
insan yang visioner dan proaktif dalam menghadapi
lingkungannya. Dalam pendidikan Islam, peserta didik adalah
individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik,
psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di
dunia dan akhirat.
a. Hubungan Guru dengan Murid Dalam Sekolah
Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif
stabil. S.Nasution memaparkan ciri khas hubungan guru-murid
tersebut,
1) ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak
sama antara guru dan murid. Guru itu secara umum diakui
mempunyai status yang lebih tinggi dan karena itu dapat
menuntut murid untuk menunjukkan kelakuan yang sesuai dengan
sifat hubungan itu. Bila anak itu meningkat sekolahnya ada
kemungkinan is mendapat kedudukan yang lebih tinggi dan
sebagai siswa pasca sarjana is dapat diperlakukan sebagai
manusia yang matang dan dewasa, jadi banyak sedikit dengan
status yang mendekati status dosen. Namun hubungan guru-murid

16
dari masa sebelumnya masih melekat dan masih susah
dihilangkan, setidaknya di negara kits ini. Guru atau dosen
banyak sedikit masih turut berkuasa atas nasib siswa dan selalu
dapat berlindung di belakang posisinya yang serba kuasa itu.
2) Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan
mengalami perubahan. kelakuan sebagai hasil belajar. Setiap
orang yang mengajar akan mengalami perubahan dan menambah
pengalamannya, akan tetapi ia tidak diharuskan atau diharapkan
menunjukkan perubahan kelakuan, sedangkan murid harus
memperlihatkan dan membuktikan bahwa ia telah mengalami
perubahan kelakuan.
3) Aspek ketiga ini bertalian dengan aspek kedua, yakni bahwa
perubahan kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu
yang lebih spesifik, misalnya agar anak menguasai bahan
pelajaran tertentu. Mengenai hal-hal yang umum, yang kabur,
tidak mudah tercapai kesamaan pendapat, misalnya apakah guru
harus menunjukkan cinta kasih kepada murid, apakah ia harus
bertindak sebagai orang tua, atau sebagai sahabat. Karena sifat
tak-sama dalam kedudukan guru-murid, maka sukar bagi guru
untuk mengadakan hubungan akrab, kasih sayang atau sebagai
teman dengan murid. Demi hasil belajar yang diharapkan diduga
guru itu harus dihormati dan dapat memelihara jarak dengan
murid agar is dapat berperan sebagai model bagi muridnya.

Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid bila


dalam memberi pelajaran dalam kelas hubungan itu tidak sepihak,
seperti terdapat dalam metode ceramah, akan tetapi hubungan
interaktif dengan partisipasi yang sebanyak-banyaknya dari pihak
murid. Hubungan itu akan lebih efektif dalam kelas yang kecil
daripada di kelas yang besar. Sedangkan murid harus memperlihatkan

17
dan membuktikan bahwa ia telah mengalami perubahan perilaku 15.
Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan
mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar. Setiap orang
yang mengajar akan mengalami perubahan dan menambah
pengalamannya, akan tetapi ia tidak diharuskan atau diharapkan
menunjukkan perubahan kelakuan, sedangkan murid harus
memperlihatkan dan membuktikan bahwa ia telah mengalami
perubahan kelakuan.
b. Hubungan Antar Guru Dalam Sekolah
Di kalangan guru menurut S. Nasution sering terjadi
pengelompokan atau pembentukan “clique” yang bersifat informal.
Ada kelompok yang dibentuk berdasarkan gender. Ada kelompok
yang dibentuk berdasarkan minat profesional misalnya untuk
membicarakan masalah-masalah pendidikan. Ada pula kelompok yang
bersifat sosial bagi guru. Mereka berkumpul pada waktu-waktu
tertentu untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan. Kesamaan
minat atau kegemaran, seperti olahraga, musik, dan lain-lain. Berbagai
kesamaan tersebut menjadi dasar terbentuknya clique di kalangan
guru.
Faktor-faktor yang membantu terbentuknya clique tersebut
antara lain kedudukan formal yang sama, juga faktor ekologi, yakni
lokasi atau tempat tinggal yang berdekatan. Hubungan dalam clique
informal sering memegang peranan dalam mengambil suatu
keputusan. Sehingga besar faedahnya bila seorang kepala sekolah
mengetahui adanya berbagai kelompok serta hubungan antar
kelompok itu, atau pertentangan di antara kelompok itu. Pengetahuan
tersebut dapat membantu kepala sekolah untuk menggerakkan
struktur-struktur di sekolah untuk tujuan tertentu. Kepala sekolah
dapat bekerja dan mencapai tujuannya melalui kelompok informal ini.

15
Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan; Struktur dan interaksi sosial di dalam
institusi pendidikan, (Jogjakarya: Ar-Ruzz Media, 2011) h 103

18
Guru-guru lebih mudah menerima sesuatu melalui guru lain yang
dipandangnya sebagai sahabat. Demikian menurut S. Nasution.
Interaksi antar guru juga terjadi melalui wadah resmi, seperti KORPRI
dan PGRI.

3. Struktur Sosial Murid Di Sekolah


Sekolah bagi murid dipandang sebagai sistem persahabatan. Berbeda
dengan struktur sosial orang dewasa yang lebih formal. struktur sosial
murid ini lebih bersifat tak formal. Umumnya orang dalam masyarakat
mengetahui kedudukan seorang guru di suatu sekolah. Sedangkan
kedudukan murid hanya dikenal dalam lingkungan sekolah saja . Misalnya
kedudukan murid yang lebih formal sebagai ketua OSIS yang telah
mempunyai bentuk resmi menurut ketentuan pemerintah. Tetapi
kedudukan tersebut hanya diketahui dalam kalangan sekolah itu saja. Di
suatu sekolah kita dapat temukan macam-macam kedudukan murid dan
hubungan antar murid.
Siswa melihat sekolah sebagai relasi sosial dan sistem persahabatan
dengan struktur sosial yang bersifat tidak formal. Sebagai contoh
kedudukan siswa sebagai anggota regu bola voli atau ketua paduan suara
sekolah. Kedudukan siswa tersebut hanya berlaku di lingkungan sekolah
saja. kedudukan siswa yang bersifat lebih formal berdasarkan ketentuan
Pemerintah adalah ketua OSIS yang berbentuk organisasi resmi.

D. Struktur Sosial Berhubungan Dengan Kurikulum


Secara umum tidak diadakan diferensiasi kurikulum berdasarkan
perbedaan jenis kelamin. Murid-murid di SD, SMP, SMA, wanita maupun
pria mengikuti pelajaran yang sarna. Di sana-sini terdapat perbedaan keeil,
misalnya sepak bola yang hanya diikuti oleh murid pria dan keterampilan
menjahit yang lebih sesuai bagi murid wanita. Bidang studi akademis sama
bagi semua anak pria maupun wanita.
Kurikulum adalah rencana pembelajaran dan pengajaran yang dirancang
untuk membentuk pemahaman dan keterampilan siswa dalam berbagai mata

19
pelajaran. Struktur sosial, yang mencakup hierarki sosial, nilai-nilai, norma,
dan peran sosial dalam masyarakat, memengaruhi cara kurikulum dirancang
dan disampaikan. Hubungan antara struktur sosial dan kurikulum adalah
dinamis dan terus berubah seiring perubahan sosial dan budaya. Dalam
pengembangan kurikulum, penting untuk mempertimbangkan implikasi
struktur sosial dan bagaimana kurikulum dapat membantu membentuk
masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Belajar sebagai kegiatan utama di sekolah ada pertaliannya dengan
struktur sosial murid-murid. Berhasil gagalnya seorang murid dalam
pelajarannya turut menentukan kedudukannya dalam kelompoknya. Seorang
dikenal sebagai jago matematika, fisika, bahasa, dan lain-lain. Murid-murid
yang pandai Bering diberikan guru tugas- tugas khusus. Biasanya hanya
muridmurid yang rapornya baik diizinkan menjadi anggota pengurus
perkumpulan sekolah. Dalam kelompok belajar murid yang pandai akan
dijadikan pemimpin. Ada sekolah- sekolah yang termasuk besar yang
membentuk kelas yang terdiri atas murid-murid yang berprestasi tinggi.16
Di SMA setelah semester pertama diadakan pembagian dalam jurusan-
jurusan, menurut teorinya menyalurkan muridmurid menurut bakat masing-
masing. Dalam kenyataannya muridmurid yang berprestasi yang memadai
akan masuk jurusan IPA yang dianggap mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi daripada misalnya jurusan IPS, karena jurusan itu membuka pintu ke
jabatan yang terhormat seperti insinyur atau dokter. Maka murid-murid yang
masuk IPS dapat dicap sebagai yang "kurang pandai" yang mereka rasakan
sebagai pukulan terhadap harga diri mereka. Pukulan yang lebih besar dialami
oleh mereka yang tinggal kelas yang merasa malu karena ditinggalkan oleh
teman-temannya. Mereka lebih sering berusaha untuk pindah ke sekolah lain.
Guru-guru pada umumnya dan guru SD khususnya tidak termasuk orang
yang berada. Mereka yang ingin kaya jangan memasuki jabatan guru.
Walaupun keridhaan Allah dan menyebarkan ilmu pengetahuan 17. Nilai
16
Faisal Sanapiah, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 2010), h. 10-11.
17
Moh. Athijah Al-Abrasyi, Dasar-dasar pokok pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 2011), h. 139-140.

20
individu tidak semata-mata ditentukan dengan ukuran materiel. Dalam
tanggapan masyarakat kita khususnya di desa guru masih menduduki posisi
yang terhormat. Di luar sekolah masih sangat diharapkan pengabdian guru
dalam berbagai bidang. Jasa guru senantiasa akan dikenang oleh setiap orang
yang telah pemah diasuh oleh Pak Guru dan bu Guru.
E. Kegiatan dalam lingkungan sekolah
a. Gotong royong

Tokoh seperti Mubyarto menyebut gotong royong sebagai


aktivitas bersama guna mencapai tujuan bersama. Sedangkan
Koentjaraningrat menilai gotong royong sebagai sebuah kerja
sama, di mana seseorang dikatakan beriman jika ia telah mencintai
saudaranya sama seperti ia mencintai dirinya sendiri.
b. Belajar di dalam kelas

21
Guru memiliki peran penting sebagai sumber belajar, fasilitator, dan
pengelola pembelajaran. Guru perlu memiliki bahan referensi yang lebih banyak
daripada peserta didik, menyajikan materi pembelajaran dengan cara yang
memenuhi kebutuhan peserta didik, serta merancang kesempatan belajar bagi
peserta didik untuk menerapkan pengalaman belajarnya sendiri.
c. Extrakulikuler

Kegiatan ekstrakurikuler atau ekskul adalah kegiatan tambahan yang


dilakukan di luar jam pelajaran yang dilakukan baik di sekolah atau di luar
sekolah dengan tujuan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan,
keterampilan dan wawasan serta membantu membentuk karakter peserta
didik sesuai dengan minat dan bakat masing- masing.
d. Rapat orang tua

22
Acara rutin setiap tahun yang dilaksanakan oleh Sekolah ini bertujuan untuk
menjembatani antara pihak sekolah dengan para orang tua siswa yang
berhubungan dengan kebutuhan peserta didik, diantaranya kebutuhan pokok
seperti proses belajar mengajar maupun kebutuhan pendukung lain demi
kelancaran proses belajar mengajar.
F. Hubungan sekolah dengan orangtua siswa
Hubungan antara sekolah dan orang tua siswa sangat penting dalam
pendidikan anak. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang
efektif dan efisien dengan orang tua, memberikan informasi kepada orang
tua secara jujur dan objektif mengenai perkembangan anak didik, dan
berkomunikasi secara baik dengan orang tua mengenai kemajuan anak
didik dan proses kependidikan pada umumnya.
Ketika sekolah dan keluarga bekerja bersama, siswa memiliki
kesempatan lebih besar untuk sukses dalam hidupnya . Sekolah perlu
melibatkan orang tua dalam proses pendidikan dan membangun kemitraan
yang efektif dengan membangun 3R: Respect atau rasa hormat,
Responsibility atau tanggung jawab, dan Relationship atau
hubungan Orang tua juga memiliki peran strategis dalam membantu dan
meningkatkan pembelajaran anaknya.

23
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Sekolah dalam arti yang luas mencakup mulai dari kelompok bermain
(playgroup), Taman kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas, sampai Perguruan
Tinggi merupakan agen sosialisasi yang penting dalam kehidupan manusia.
Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
fungsinya sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa
dan negara.
Nama-nama sekolah bervariasi, tetapi pada umumnya sekolah dasar
untuk anak-anak dan sekolah menengah untuk remaja yang telah
menyelesaikan pendidikan dasar, perguruan tinggi untuk orang dewasa yang
telah menyelesaikan sekolah menengah. kerja dan sejumlah posisi yang saling
kait mengkait (seperti guru, pengawas, admistrator) dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
Posisi guru dalam struktur sosial Guru mempunyai kedudukan
sebagaimana seorang pegawai oleh karena itu ia harus menghormati kepala
sekolah dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal yang berkenaan
dengan urusan sekolah, baik segala urusan yang ditetapkan oleh atasan
pemerintah ataupun yayasan, kemudian apabila melakukan suatu pelanggaran
maka sang guru tersebut dapat diberi sanksi.
Menurut Muhammad Rifa’i, di dalam kelas guru memiliki daya utama
yang menentukan norma-norma, guru menentukan apa yang harus dilakukan
murid agar murid tersebut belajar, guru menuntut murid agar menghadiri
setiap pelajaran, datang ke sekolah tepat waktu, menuntut murid berlaku jujur
dalam ulangan, dan melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.

24
Sementara itu pola hubungan guru di luar sekolah, kebanyakan orangtua
murid akan memandang guru sebagai partner yang setara dengan
kedudukannya dan mempercayakan anak mereka untuk diasuh oleh guru
mereka.
Kurikulum adalah rencana pembelajaran dan pengajaran yang dirancang
untuk membentuk pemahaman dan keterampilan siswa dalam berbagai mata
pelajaran. Struktur sosial, yang mencakup hierarki sosial, nilai-nilai, norma,
dan peran sosial dalam masyarakat, memengaruhi cara kurikulum dirancang
dan disampaikan. Hubungan antara struktur sosial dan kurikulum adalah
dinamis dan terus berubah seiring perubahan sosial dan budaya. Dalam
pengembangan kurikulum, penting untuk mempertimbangkan implikasi
struktur sosial dan bagaimana kurikulum dapat membantu membentuk
masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.

B. Saran
Struktur sosial memengaruhi kebutuhan dan pengalaman peserta didik.
Dengan memahami struktur sosial sekolah, guru dapat merancang kurikulum
yang lebih relevan dan dapat menjangkau berbagai kelompok peserta didik.
Studi tentang struktur sosial juga berhubungan dengan penghormatan hak
asasi manusia. Kepentingan hak asasi manusia melibatkan prinsip-prinsip
seperti kesetaraan, non-diskriminasi, dan keadilan. Memahami struktur sosial
membantu dalam menerapkan prinsip-prinsip ini dalam konteks pendidikan.
Studi mengenai struktur sosial sekolah membantu kita merancang pendidikan
yang lebih baik, lebih inklusif, dan lebih relevan dengan tantangan sosial
yang dihadapi masyarakat. Ini menciptakan dasar yang kuat untuk perubahan
positif dalam sistem pendidikan dan, pada akhirnya, dalam masyarakat secara
keseluruhan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasyi, Moh. Athijah. Dasar-dasar pokok pendidikan Islam. Jakarta: Bulan


Bintang. 2011.
Batubara, Muhyi. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press. 2004.
Budiyono. Sosiologi. Surabaya: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. 2019.
Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. 2011.
Dedi, Supriadi. Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa. 1999.
Idi, Abdullah. Sosiologi Pendidikan: Individu. masyarakat. dan Pendidikan
Jakarta: Radjagrafindo persada. 2011.
Mujiyanto, et.al. Pengantar Ilmu Budaya. Yogyakarta: Pelangi Publishin. 2010.
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1999.
Nasution. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1999.
Pandaleke, Alfien. Sosiologi Pengetahuan. Malang: Diaspora Publisher. 2015.
Punaji, Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Prenada Media Grup. 2020.
Pairin, “Struktur Sosial di Sekolah”, dalam Jurnal Shautut Tarbiyah edisi no.2,
Vol.16, 2010.
Rifa’i, Muhammad. Sosiologi Pendidikan; Struktur dan Interaksi Sosial di Dalam
Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.
Sanapiah, Faisal. Sosiologi Pendidikan, Surabaya: Usaha nasional. 2010.
Setianto, Akbar Yuli dkk. Sosiologi Pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
2021.
Suhaimi, et.al, “Struktur dan Fungsi Cerita Rakyat Pak Alui Sastra Lisan
Masyarakat Melayu Sanggau Kabupaten Kudus”. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran edisi No.1, Vol. 3, 2014.
Suwardi, Endraswara. Metodologi Penelitian Folklor Konsep, Teori, dan Aplikasi.
Yogyakarta: Media Pressindo. 2009.

26
27

Anda mungkin juga menyukai