Disusun Oleh:
Kelompok 8
Nurhasana 2211101094
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di sekolah yang selama ini dilakukan diharapkan dapat
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilian, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap,
mandiri serta rasa dan tindakan kelas dalam konteks pendidikan. Kinerja
mengajar merupakan hal yang berkaitan langsung dengan bagaimana
kualitas pendidikan pada sebuah satuan pendidikan. Dalam pencapaian
kinerja mengajar yang baik diperlukan beberapa faktor yang bisa
mendorong untuk ketercapaiannya, diataranya faktor individu, organisasi
dan psikologis. Memfokuskan pada kajian dari segi faktor organisasi,
dimana apakah terdapat pengaruh jabatan dalam struktur organisasi
sekolah dan kompensasi terhadap kinerja mengajar ketua program
keahlian dan perilaku organisasi pada salah satu kegiatan penting dalam
organisasi yakni reposisi jabatan. kepuasan para pemangku jabatan ketika
menerima jabatan yang ditetapkan oleh pimpinan serta motivasi dan
kinerja struktur organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai
dengan kemampuan dan kompetensinya. keberhasilan peserta didik
dianggap sebagai keberhasilan guru, namun kegagalan peserta didik juga
dianggap sebagai kegagalan guru1.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian struktur sosial sekolah?
2. Apa itu suatu kedudukan dan peran?
3. Bagaimana kedudukan struktur sosial dalam masyarakt sekolah?
4. Bagaimana kedudukan kepala sekolah dan guru dalam struktur sosial
sekolah?
1
Muhyi Batubara, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Ciputat Press, 2004), h. 18
5. Bagaimana struktur sosial berhubungan dengan kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui struktur sosial di sekolah
2. Mengetahui arti dari kedudukan dan peran
3. Mengetahui kedudukan struktur sosial dalam masyarakt sekolah
4. Mengetahui kedudukan kepala sekolah dan guru dalam struktur sosial
sekolah
5. Mengetahui struktur sosial berhubungan dengan kurikulum
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pengertian Sekolah
Menurut Abdullah Idi, Sekolah adalah sebuah lembaga yang
dirancang untuk pengajaran atau pendidikan terhadap murid dibawah
pengawasan pendidik (guru)6. Sebagaian besar negara memiliki sistem
pendidikan formal yang umumnya wajib, bertujuan menciptakan peserta
2
Endraswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Folklor Konsep, Teori, dan Aplikasi
(Yogyakarta: Media Pressindo, 2009), h. 114.
3
Mujiyanto, Yan, et.al Pengantar Ilmu Budaya (Yogyakarta: Pelangi Publishin,.2010) h.
48
4
Suhaimi, et.al, Struktur dan Fungsi Cerita Rakyat Pak Alui Sastra Lisan Masyarakat
Melayu Sanggau Kabupaten Kudus. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran edisi No.1, Vol. 3,
2014.
5
Setyosari Punaji, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Prenada
Media Grup, 2020), h. 148.
6
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan; Individu, masyarakat, dan Pendidikan (Jakarta:
Radjagrafindo persada, 2011), h. 142.
3
didik agar mengalami kemajuan setelah melalui proses pembelajaran. Kata
“Sekolah” seperti dikutip oleh Abdullah Idi, adalah berasal dari bahasa
Latin, yakni skhole, scola, scolae atau skhola yang berarti waktu luang
atau waktu senggang.
Pada awalnya ketika itu sekolah diartikan sebagai kegiatan
diwaktu senggang bagi anak-anak di tengah kegiatan utama mereka, yakni
bermain dan menghbiskan waktu menikmati masa kanak-kanak dan
remaja. Kegiatan dalam waktu luang tersebut seperti ditulis Abdullah
adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal
tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Dalam kegiatan scola,
anak-anak didampingi oleh seorang ahli dan mengerti tentang psikologi
anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada
anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran.
Sekarang ini kata “sekolah” maknanya bisa sebagai tempat berupa
bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar. Ketersediaan sarana
pada suatu sekolah memiliki peranan penting demi terlaksananya proses
pendidikan. Sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah, dan kepala
sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah7.
4
sehingga berbagai konflik dapat dicegah dan kelancaran segala usaha
pendidikan dapat terjamin.8 Dalam struktur sosial terdapat sistem
kedudukan dan peranan anggota-anggota kelompok yang kebanyakan
bersifat hierarkis, yakni dari kedudukan yang tinggi yang memegang
kekuasaan sampai pada kedudukan yang paling rendah. Struktur itulah
yang memungkinkan sekolah menjalankan fungsinya sebagai lembaga
edukatif dengan baik. Masing-masing mempunyai kedudukan tertentu dan
menjalankan peranan seperti yang diharapkan menurut kedudukan itu
sehingga hal ini dapat mencegah terjadinya berbagai konflik dan dapat
menjamin kelancaran segala usaha pendidikan.
8
Budiyono, Sosiologi, (Surabaya: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,
2019), h.2
5
Peranan mencangkup kewajiban dan hak yang bertalian dengan
kedudukan. Dalam kedudukan individu sebagai guru ia berkewajiban
mendidik anak dan berhak untuk mengharuskannya belajar dan bila perlu
memberikannya hukuman. Sebaliknya anak dalam kedudukannya sebagai
murud harus mematuhi guru dengan hak untuk menerima pelajaran. Kita lihat
bahwa peranan selalu mempunyai segi timbale balik.
Guru hanya dapat menjalankan peranannya antara lain menyuruh anak
belajar bila murid mematuhinya dan mau belajar. Hak guru memerintah
dibarengi dengan oleh kewajibanmurid untuk mematuhinya. Maka dapat
dikatakan bahwa peranan adalah serangkaian hak dan kewajiban yakni
bersifat timbale balik dalam hubungan antar individu. Hak adalah kesempatan
atau kemungkinan untuk bertindak yang sebaliknyamenimbulkan kewajiban
pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan itu. Hak sesorang
dimungkinkan dan dibatasi oleh kewajiban pihak lain untuk mematuhinya.
Kedudukan seseorang ada yang diperoleh berdasaarkan kelairan, ada pula
yang diperoleh sendiri berkat usaha individu. 9
9
Pairin, “Struktur Sosial di Sekolah”, dalam Jurnal Shautut Tarbiyah edisi no.2, Vol.16,
2010.
6
Fungsi organisasi sekolah mempengaruhi berbagai aspek penting dalam
pendidikan, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar ruang kelas. Berikut
adalah beberapa fungsi organisasi sekolah:
1. Membentuk karakter siswa: Organisasi sekolah membantu siswa
mengembangkan karakter dan menjadi individu yang mandiri dan
tanggung jawab
2. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang
dimilikinya dalam mencapai tujuan: Organisasi sekolah membantu siswa
mengatasi hambatan dan meningkatkan kemampuan mereka untuk
mencapai tujuan
3. Mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dikerjakan
bersama-sama: Organisasi sekolah memungkinkan siswa untuk bekerja
sama dan mencapai tujuan dengan lebih efektif dan efisien
4. Sebagai wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki
oleh seseorang: Organisasi sekolah membantu siswa mengharga dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan spesialis mereka
5. Sebagai wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja: Organisasi
sekolah membantu siswa mengembangkan keterampilan kerja dan
mengakui tanggung jawab dalam proses pembagian kerja
6. Sebagai wadah menambah pergaulan: Organisasi sekolah membantu siswa
mengembangkan keterampilan komunikasi dan membuka wawasan
pengalaman mereka
7. Sebagai wadah memanfaatkan waktu luang: Organisasi sekolah
memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar mengelola waktu
dengan baik, baik dalam belajar di kelas maupun dalam kegiatan
organisasi sekolah
8. Melatih tanggung jawab dan jiwa kepemimpinan siswa: Organisasi
sekolah membantu siswa melatih tanggung jawab dan jiwa kepemimpinan
mereka
7
9. Melatih kemampuan komunikasi serta membuka wawasan dan
pengalaman: Organisasi sekolah membantu siswa mengembangkan
kemampuan komunikasi dan membuka wawasan pengalaman mereka.
Secara keseluruhan, organisasi sekolah memiliki banyak manfaat bagi siswa,
baik dalam pengembangan kemampuan mandiri maupun dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah.
Kedudukan seseorang dalam struktur sosial memengaruhi 3 hal, yaitu:
1. Posisi, Posisi seseorang dalam struktur sosial ditentukan oleh kedudukan
orang tersebut dan relasinya dengan orang lain. Contohnya seorang
suami dapat mengharapkan sesuatu dari istrinya dan istri juga dapat
mengharapkan sesuatu dari suaminya, begitu juga seorang majikan yang
dapat mengharapkan pekerjaan yang baik dari karyawannya.
2. Kelakuan. Kelakuan seseorang ditentukan oleh kedudukannya di
masyarakat. Sebagai contoh, seorang guru berharap siswanya dapat
berkelakuan baik. Seorang pemuka agama pasti berharap semua
jemaatnya bisa berkelakuan baik meskipun kadang mereka sendiri juga
tidak luput dari kesalahan.
3. Peran. Peran seseorang dalam masyarakat juga dipengaruhi oleh
kedudukan orang tersebut dalam masyarakat. Yang di maksud dengan
peranan ialah akibat atau konsekuen si kedudukan seseorang. Sebagai
contoh pekerja mendapatkan perintah dari seorang mandor.
8
tersebut dapat berkelakuan sesuai yang diharapkan menurut kedudukan yang
di tempatinya.
Jadi di masyarakat sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru, murid
dan pegawai sekolah diharapkan agar memiliki kelakuan tertentu seperti:
perbuatannya, ucapannya, perasaannya, nilai-nilainya dan sebagainya sesuai
dengan apa yang bertalian dengan kedudukannya. Pada umumnya dalam
struktur sosial sekolah dapat kita bedakan menjadi dua tingkat yaitu pertama,
hal yang berkenaan dengan orang dewasa serta hubungan di antara mereka,
seperti kepala sekolah, guru-guru, pegawai administrasi, pesuruh, pengurus
yayasan pada sekolah swasta. Kedua, hal yang berkenaan dengan sistem
kedudukan dan hubungan antara murid-murid.
9
musyawarah. Dalam hal itulah kepala sekolah harus dapat bergerak di
antara harapan-harapan yang bertolak belakang itu.10
Dengan kedudukan dan peran dalam struktur sekolah tersebut.
Kepala sekolah layaknya pemimpin. Maka setiap tindakan, perbuatan,
dan kepemimpinannya dalam sekolah menjadi sorotan. Kepala sekolah
akhirnya dituntut untuk menjadi contoh suri teladan dalam bidang moral,
akhlak, dan bersosial. Kepala sekolah juga dituntut lebih dalam segi
keilmuan. Kepala sekolah juga dituntut sebagai manajer yang handal
yang mampu mengatur ketertiban dan kemajuan sekolah11.
Kepala sekolah di sekolah yang kecil dan tidak memiliki pegawai
administrasi harus bertugas sebagai pegawai administrasi, pergi ke
berbagai instansi untuk mengantarkan surat, mengurus korespondensi,
menulis berbagai laporan karena kepala sekolah memiliki jam mengajar
yang sedikit dan kadang tidak mengajar sama sekali. Guru membantu
kepala sekolah dalam menyelesaikan pekerjaan administrasi tersebut.
Namun biasanya di Sekolah Menengah pegawai administrasi yang
bertugas untuk menyelesaikan pekerjaan administrasi tersebut.12
2. Tugas wakil kepala sekolah
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) adalah orang yang membantu Kepala
Sekolah dalam melaksanakan tugas-tugasnya sesuai bidang masing-
masing yang telah ditentukan. Wakil kepala sekolah (wakasek)
umumnya meliputi berbagai bidang, seperti kurikulum, kesiswaan,
sarana dan prasarana, serta kehumasan. Berikut adalah tugas umum dan
tugas khusus wakil kepala sekolah dalam bidang kurikulum:
a. Tugas Umum Wakil Kepala Sekolah
Menghadiri rapat atau kegiatan tertentu jika kepala sekolah berhalangan
hadir.
10
Akbar Yuli Setianto, dkk., Sosiologi Pendidikan, (Medan: Yayasan Kita Menulis,
2021), h.62-63.
11
Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan; Struktur dan interaksi sosial di dalam
institusi pendidikan (Jogjakarya: Ar-Ruzz Media, 2011) h 100-101
12
Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h.15-16.
10
b. Mendampingi kepala sekolah untuk menghadiri acara tertentu, baik di
dalam maupun luar sekolah.
c. Membantu kepala sekolah dalam menyusun perencanaan program
kegiatan sekolah.
d. Membantu kepala sekolah dalam mengurus urusan pengorganisasian,
ketenagaan, pengkoordinasian, pengawasan, penilaian, identifikasi,
pengumpulan data, dan membuat laporan berkala
Tugas Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
a. Menyusun program pengajaran.
b. Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan.
c. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
d. Menyusun jadwal evaluasi belajar dan pelaksanaan ujian akhir.
e. Menerapkan kriteria persyaratan kenaikan kelas dan ketamatan.
f. Mengatur jadwal penerimaan rapor dan STTB.
g. Mengkoordinasikan, menyusun, dan mengarahkan penyusunan
kelengkapan mengajar.
h. Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan.
i. Melakukan supervisi administrasi akademis.
j. Melakukan pengarsipan program kurikulum.
k. Penyusunan laporan secara berkala
3. Kedudukan guru dalam Struktur Sosial di Sekolah
Guru memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada kepala
sekolah sehingga guru harus memiliki rasa hormat dan patuh terhadap
kepala sekolah dalam segala hal yang berkaitan dengan sekolah. Masa
depan dan karier guru tergantung pada relasinya dengan kepala sekolah
karena ketika guru ingin mengurus kenaikan pangkat. 13
Guru mempunyai kedudukan sebagaimana seorang pegawai oleh
karena itu ia harus menghormati kepala sekolah dan bersedia untuk
mematuhinya dalam hal-hal yang berkenaan dengan urusan sekolah, baik
13
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai
Problem Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 45.
11
segala urusan yang ditetapkan oleh atasan pemerintah ataupun yayasan,
kemudian apabila melakukan suatu pelanggaran maka sang guru tersebut
dapat diberi sanksi.
Kedudukan guru lebih rendah daripada kepala sekolah dan karena
itu ia harus menghormatinya dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-
hal mengenai sekolah. Sebagai pegawai atau bawahan ia dibawah
kekuasaan kepala sekolahnya. Guru mempunyai kedudukan sebagai
pegawai, dan dalam kedudukan itu harus mematuhi segala peraturan
yang ditetapkan oleh atasan Pemerintah ataupun yayasan. Pelanggaran
dapat diberi tindakan yang setimpal, bahkan dipecat yang berarti
pencabutan sumber pendapatannya.
Kedudukan guru juga turut ditentukan oleh lama masa kerja.
Berkat usia dan pengalamannya mengajar guru lama mengharapkan rasa
hormat dari guru-guru barn atau yang lebih muda. Kegagalan untuk
memenuhi harapan ini akan bertentangan dengan bayangan golongan tua
tentang kedudukan golongan muda. Sebaiknya hal- hal tersebut harus
dihilangkan, apalagi kalau guru itu tidak menguasai alat-alat teknologi.
Pendidikan merupakan usaha yang sungguh sungguh untuk memperbaiki
metode mengajar dengan membuktikan keberhasilan.14
a. Guru Pembimbing Khusus (GPK) adalah guru yang memiliki kualifikasi
atau latar belakang Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang bertugas
menjembatani kesulitan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan guru
mata pelajaran atau guru kelas dalam pembelajaran, serta melakukan
tugas khusus. Tugas dan tanggung jawab GPK meliputi:
12
4 Melakukan koordinasi dengan guru kelas atau guru mata pelajaran.
5 Memberikan bantuan secara berkesinambungan.
6 Membuat catatan khusus setiap siswa berkebutuhan khusus selama
kegiatan belajar mengajar yang bisa dipahami saat pergantian guru
13
tanggung jawab yang besar untuk memajukan muridnya, realistik,
jujur, dan peka terhadap perkembangan, khususnya dalam inovasi
pendidikan.
3 Fungsi managerial: Guru kelas bertindak sebagai manajer yang
bertanggung jawab atas lingkungan kelas. Hal ini dapat membuat
proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sekaligus
memberi contoh yang baik dalam menjaga kebersihan kelas.
Dengan begitu, guru tidak hanya membantu siswa dalam
memahami pelajaran, namun juga menunjukkan cara yang efektif
dalam belajar serta mengembangkan kebiasaan bekerja. Selain itu,
guru kelas juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang tak kalah
penting terhadap para siswanya, seperti mengajar, membimbing,
menilai, melatih, dan mengevaluasi para siswa.
4 Guru pelajaran memiliki tugas dan fungsi yang penting dalam
pendidikan. Tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih
siswa.
c. Guru Mata pelajaran memiliki Fungsi guru meliputi sebagai pendidik,
pembimbing, pengarah, pelatih, penilai, dan fasilitator. Selain itu, guru
juga memiliki tugas tambahan seperti menjadi wali kelas, pembina
organisasi siswa intra sekolah (OSIS), pembina ekstrakurikuler,
koordinator pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), penilai
kinerja guru, pengurus organisasi/asosiasi profesi guru, dan tutor pada
pendidikan jarak jauh pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Tugas
guru dalam bidang kemanusian di sekolah harus menjadikan dirinya
sebagai orang tua kedua, sedangkan tugas guru dalam bidang
kemasyarakatan adalah mencerdaskan bangsa menuju Indonesia
seutuhnya yang berdasarkan Pancasila. Oleh karena itu, guru memiliki
peran yang sangat penting dalam membentuk generasi penerus yang
cerdas dan bermoral.
14
d. Tenaga Ahli, enaga ahli dalam sekolah memiliki tugas dan fungsi yang
berbeda-beda tergantung pada jabatannya. Berdasarkan beberapa sumber,
beberapa tugas dan fungsi tenaga ahli dalam sekolah antara lain:Guru:
Menyusun program pengajaran, menyusun pembagian tugas guru dan
jadwal pelajaran, menyusun jadwal evaluasi belajar dan pelaksanaan ujian
akhir, menerapkan kriteria persyaratan kenaikan kelas dan ketamatan,
membantu pengembangan keterampilan dan kecerdasan anak didik,
membina karakter, budi pekerti dan kepribadian anak didik, dan lain-lain.
1) Wali kelas: Mewakili orang tua dan kepala sekolah dalam
lingkungan pendidikan, meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, membantu pengembangan keterampilan dan
kecerdasan anak didik, membina karakter, budi pekerti dan
kepribadian anak didik, mengetahui jumlah dan nama-nama anak
didik, dan lain-lain.
2) Guru pembimbing (BK): Penyusunan dan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling, koordinasi dengan wali kelas dalam
rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi anak didik
tentang kesulitan belajar, memberikan layanan dan bimbingan
kepada anak didik agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar,
dan lain-lain.
3) Kepala sekolah: Membuat kebijakan dan program kerja,
mengelola sumber daya manusia dan anggaran, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan program kerja, memimpin rapat dan
koordinasi, mewakili sekolah dalam forum-forum eksternal, dan
lain-lain.
4) Tenaga administrasi: Melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada setiap sekolah dan organisasi
di KPM.
15
5) Peserta didik, Peserta didik adalah seseorang yang
mengembangkan potensi dalam dirinya melalui proses pendidikan
dan pembelajaran pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu. Peserta didik merupakan manusia bertanggung jawab
bagi proses belajar pribadi dan menjadi pembelajar sejati, sesuai
dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat. Fungsi peserta
didik adalah sebagai pembelajar sejati yang memiliki adaptabilitas
dalam kelompok sekaligus mengembangkan dimensi
individualitasnya sebagai insan yang unik. Peserta didik
memerlukan pembinaan dan pengembangan secara individual dan
kelompok, serta mengharapkan perlakuan yang manusiawi dari
orang dewasa termasuk gurunya. Peserta didik juga merupakan
insan yang visioner dan proaktif dalam menghadapi
lingkungannya. Dalam pendidikan Islam, peserta didik adalah
individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik,
psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di
dunia dan akhirat.
a. Hubungan Guru dengan Murid Dalam Sekolah
Hubungan antara guru dan murid mempunyai sifat yang relatif
stabil. S.Nasution memaparkan ciri khas hubungan guru-murid
tersebut,
1) ciri khas dari hubungan ini ialah bahwa terdapat status yang tak
sama antara guru dan murid. Guru itu secara umum diakui
mempunyai status yang lebih tinggi dan karena itu dapat
menuntut murid untuk menunjukkan kelakuan yang sesuai dengan
sifat hubungan itu. Bila anak itu meningkat sekolahnya ada
kemungkinan is mendapat kedudukan yang lebih tinggi dan
sebagai siswa pasca sarjana is dapat diperlakukan sebagai
manusia yang matang dan dewasa, jadi banyak sedikit dengan
status yang mendekati status dosen. Namun hubungan guru-murid
16
dari masa sebelumnya masih melekat dan masih susah
dihilangkan, setidaknya di negara kits ini. Guru atau dosen
banyak sedikit masih turut berkuasa atas nasib siswa dan selalu
dapat berlindung di belakang posisinya yang serba kuasa itu.
2) Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan
mengalami perubahan. kelakuan sebagai hasil belajar. Setiap
orang yang mengajar akan mengalami perubahan dan menambah
pengalamannya, akan tetapi ia tidak diharuskan atau diharapkan
menunjukkan perubahan kelakuan, sedangkan murid harus
memperlihatkan dan membuktikan bahwa ia telah mengalami
perubahan kelakuan.
3) Aspek ketiga ini bertalian dengan aspek kedua, yakni bahwa
perubahan kelakuan yang diharapkan mengenai hal-hal tertentu
yang lebih spesifik, misalnya agar anak menguasai bahan
pelajaran tertentu. Mengenai hal-hal yang umum, yang kabur,
tidak mudah tercapai kesamaan pendapat, misalnya apakah guru
harus menunjukkan cinta kasih kepada murid, apakah ia harus
bertindak sebagai orang tua, atau sebagai sahabat. Karena sifat
tak-sama dalam kedudukan guru-murid, maka sukar bagi guru
untuk mengadakan hubungan akrab, kasih sayang atau sebagai
teman dengan murid. Demi hasil belajar yang diharapkan diduga
guru itu harus dihormati dan dapat memelihara jarak dengan
murid agar is dapat berperan sebagai model bagi muridnya.
17
dan membuktikan bahwa ia telah mengalami perubahan perilaku 15.
Dalam hubungan guru-murid biasanya hanya murid diharapkan
mengalami perubahan kelakuan sebagai hasil belajar. Setiap orang
yang mengajar akan mengalami perubahan dan menambah
pengalamannya, akan tetapi ia tidak diharuskan atau diharapkan
menunjukkan perubahan kelakuan, sedangkan murid harus
memperlihatkan dan membuktikan bahwa ia telah mengalami
perubahan kelakuan.
b. Hubungan Antar Guru Dalam Sekolah
Di kalangan guru menurut S. Nasution sering terjadi
pengelompokan atau pembentukan “clique” yang bersifat informal.
Ada kelompok yang dibentuk berdasarkan gender. Ada kelompok
yang dibentuk berdasarkan minat profesional misalnya untuk
membicarakan masalah-masalah pendidikan. Ada pula kelompok yang
bersifat sosial bagi guru. Mereka berkumpul pada waktu-waktu
tertentu untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan. Kesamaan
minat atau kegemaran, seperti olahraga, musik, dan lain-lain. Berbagai
kesamaan tersebut menjadi dasar terbentuknya clique di kalangan
guru.
Faktor-faktor yang membantu terbentuknya clique tersebut
antara lain kedudukan formal yang sama, juga faktor ekologi, yakni
lokasi atau tempat tinggal yang berdekatan. Hubungan dalam clique
informal sering memegang peranan dalam mengambil suatu
keputusan. Sehingga besar faedahnya bila seorang kepala sekolah
mengetahui adanya berbagai kelompok serta hubungan antar
kelompok itu, atau pertentangan di antara kelompok itu. Pengetahuan
tersebut dapat membantu kepala sekolah untuk menggerakkan
struktur-struktur di sekolah untuk tujuan tertentu. Kepala sekolah
dapat bekerja dan mencapai tujuannya melalui kelompok informal ini.
15
Muhammad Rifa’i, Sosiologi Pendidikan; Struktur dan interaksi sosial di dalam
institusi pendidikan, (Jogjakarya: Ar-Ruzz Media, 2011) h 103
18
Guru-guru lebih mudah menerima sesuatu melalui guru lain yang
dipandangnya sebagai sahabat. Demikian menurut S. Nasution.
Interaksi antar guru juga terjadi melalui wadah resmi, seperti KORPRI
dan PGRI.
19
pelajaran. Struktur sosial, yang mencakup hierarki sosial, nilai-nilai, norma,
dan peran sosial dalam masyarakat, memengaruhi cara kurikulum dirancang
dan disampaikan. Hubungan antara struktur sosial dan kurikulum adalah
dinamis dan terus berubah seiring perubahan sosial dan budaya. Dalam
pengembangan kurikulum, penting untuk mempertimbangkan implikasi
struktur sosial dan bagaimana kurikulum dapat membantu membentuk
masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Belajar sebagai kegiatan utama di sekolah ada pertaliannya dengan
struktur sosial murid-murid. Berhasil gagalnya seorang murid dalam
pelajarannya turut menentukan kedudukannya dalam kelompoknya. Seorang
dikenal sebagai jago matematika, fisika, bahasa, dan lain-lain. Murid-murid
yang pandai Bering diberikan guru tugas- tugas khusus. Biasanya hanya
muridmurid yang rapornya baik diizinkan menjadi anggota pengurus
perkumpulan sekolah. Dalam kelompok belajar murid yang pandai akan
dijadikan pemimpin. Ada sekolah- sekolah yang termasuk besar yang
membentuk kelas yang terdiri atas murid-murid yang berprestasi tinggi.16
Di SMA setelah semester pertama diadakan pembagian dalam jurusan-
jurusan, menurut teorinya menyalurkan muridmurid menurut bakat masing-
masing. Dalam kenyataannya muridmurid yang berprestasi yang memadai
akan masuk jurusan IPA yang dianggap mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi daripada misalnya jurusan IPS, karena jurusan itu membuka pintu ke
jabatan yang terhormat seperti insinyur atau dokter. Maka murid-murid yang
masuk IPS dapat dicap sebagai yang "kurang pandai" yang mereka rasakan
sebagai pukulan terhadap harga diri mereka. Pukulan yang lebih besar dialami
oleh mereka yang tinggal kelas yang merasa malu karena ditinggalkan oleh
teman-temannya. Mereka lebih sering berusaha untuk pindah ke sekolah lain.
Guru-guru pada umumnya dan guru SD khususnya tidak termasuk orang
yang berada. Mereka yang ingin kaya jangan memasuki jabatan guru.
Walaupun keridhaan Allah dan menyebarkan ilmu pengetahuan 17. Nilai
16
Faisal Sanapiah, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 2010), h. 10-11.
17
Moh. Athijah Al-Abrasyi, Dasar-dasar pokok pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 2011), h. 139-140.
20
individu tidak semata-mata ditentukan dengan ukuran materiel. Dalam
tanggapan masyarakat kita khususnya di desa guru masih menduduki posisi
yang terhormat. Di luar sekolah masih sangat diharapkan pengabdian guru
dalam berbagai bidang. Jasa guru senantiasa akan dikenang oleh setiap orang
yang telah pemah diasuh oleh Pak Guru dan bu Guru.
E. Kegiatan dalam lingkungan sekolah
a. Gotong royong
21
Guru memiliki peran penting sebagai sumber belajar, fasilitator, dan
pengelola pembelajaran. Guru perlu memiliki bahan referensi yang lebih banyak
daripada peserta didik, menyajikan materi pembelajaran dengan cara yang
memenuhi kebutuhan peserta didik, serta merancang kesempatan belajar bagi
peserta didik untuk menerapkan pengalaman belajarnya sendiri.
c. Extrakulikuler
22
Acara rutin setiap tahun yang dilaksanakan oleh Sekolah ini bertujuan untuk
menjembatani antara pihak sekolah dengan para orang tua siswa yang
berhubungan dengan kebutuhan peserta didik, diantaranya kebutuhan pokok
seperti proses belajar mengajar maupun kebutuhan pendukung lain demi
kelancaran proses belajar mengajar.
F. Hubungan sekolah dengan orangtua siswa
Hubungan antara sekolah dan orang tua siswa sangat penting dalam
pendidikan anak. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang
efektif dan efisien dengan orang tua, memberikan informasi kepada orang
tua secara jujur dan objektif mengenai perkembangan anak didik, dan
berkomunikasi secara baik dengan orang tua mengenai kemajuan anak
didik dan proses kependidikan pada umumnya.
Ketika sekolah dan keluarga bekerja bersama, siswa memiliki
kesempatan lebih besar untuk sukses dalam hidupnya . Sekolah perlu
melibatkan orang tua dalam proses pendidikan dan membangun kemitraan
yang efektif dengan membangun 3R: Respect atau rasa hormat,
Responsibility atau tanggung jawab, dan Relationship atau
hubungan Orang tua juga memiliki peran strategis dalam membantu dan
meningkatkan pembelajaran anaknya.
23
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Sekolah dalam arti yang luas mencakup mulai dari kelompok bermain
(playgroup), Taman kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas, sampai Perguruan
Tinggi merupakan agen sosialisasi yang penting dalam kehidupan manusia.
Sekolah sebagai organisasi adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
fungsinya sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa
dan negara.
Nama-nama sekolah bervariasi, tetapi pada umumnya sekolah dasar
untuk anak-anak dan sekolah menengah untuk remaja yang telah
menyelesaikan pendidikan dasar, perguruan tinggi untuk orang dewasa yang
telah menyelesaikan sekolah menengah. kerja dan sejumlah posisi yang saling
kait mengkait (seperti guru, pengawas, admistrator) dalam rangka mencapai
tujuan organisasi.
Posisi guru dalam struktur sosial Guru mempunyai kedudukan
sebagaimana seorang pegawai oleh karena itu ia harus menghormati kepala
sekolah dan bersedia untuk mematuhinya dalam hal-hal yang berkenaan
dengan urusan sekolah, baik segala urusan yang ditetapkan oleh atasan
pemerintah ataupun yayasan, kemudian apabila melakukan suatu pelanggaran
maka sang guru tersebut dapat diberi sanksi.
Menurut Muhammad Rifa’i, di dalam kelas guru memiliki daya utama
yang menentukan norma-norma, guru menentukan apa yang harus dilakukan
murid agar murid tersebut belajar, guru menuntut murid agar menghadiri
setiap pelajaran, datang ke sekolah tepat waktu, menuntut murid berlaku jujur
dalam ulangan, dan melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.
24
Sementara itu pola hubungan guru di luar sekolah, kebanyakan orangtua
murid akan memandang guru sebagai partner yang setara dengan
kedudukannya dan mempercayakan anak mereka untuk diasuh oleh guru
mereka.
Kurikulum adalah rencana pembelajaran dan pengajaran yang dirancang
untuk membentuk pemahaman dan keterampilan siswa dalam berbagai mata
pelajaran. Struktur sosial, yang mencakup hierarki sosial, nilai-nilai, norma,
dan peran sosial dalam masyarakat, memengaruhi cara kurikulum dirancang
dan disampaikan. Hubungan antara struktur sosial dan kurikulum adalah
dinamis dan terus berubah seiring perubahan sosial dan budaya. Dalam
pengembangan kurikulum, penting untuk mempertimbangkan implikasi
struktur sosial dan bagaimana kurikulum dapat membantu membentuk
masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.
B. Saran
Struktur sosial memengaruhi kebutuhan dan pengalaman peserta didik.
Dengan memahami struktur sosial sekolah, guru dapat merancang kurikulum
yang lebih relevan dan dapat menjangkau berbagai kelompok peserta didik.
Studi tentang struktur sosial juga berhubungan dengan penghormatan hak
asasi manusia. Kepentingan hak asasi manusia melibatkan prinsip-prinsip
seperti kesetaraan, non-diskriminasi, dan keadilan. Memahami struktur sosial
membantu dalam menerapkan prinsip-prinsip ini dalam konteks pendidikan.
Studi mengenai struktur sosial sekolah membantu kita merancang pendidikan
yang lebih baik, lebih inklusif, dan lebih relevan dengan tantangan sosial
yang dihadapi masyarakat. Ini menciptakan dasar yang kuat untuk perubahan
positif dalam sistem pendidikan dan, pada akhirnya, dalam masyarakat secara
keseluruhan.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27