Bab I
PENDAHULUAN
Media massa menurut Defleur dan Denis (Winarso, 2005 : 171) merupakan suatu
alat yang digunakan untuk komunikasi dalam penyampaian pesan dengan
menggunakan suatu teknologi, dimana sasaran media tersebut merupakan khalayak
yang besar dan masal yang menyimak dan merasakan terpaan pesan dengan caranya
sendiri. Fungsi media massa menurut Jay Black dan F.C Whitney yaitu media massa
memberikan hiburan, melakukan persuasi dan sebagai transmisi budaya atau tempat
berlalunya nilai-nilai budaya dan sosial diluar kita. Fungsi media massa secara umum
dalam berbagai wacana ada empat fungsi untuk mempengaruhi. Keempat fungsi
tersebut sangatlah melekat erat dalam media massa secara utuh dan fungsi-fungsi
tersebut sering berhubungan, mempengaruhi atau mendukung satu dengan lainnya
sehingga pelaksanaannya harus dilakukan secara bersama-sama tanpa
mengesampingkan salah satu diantaranya (Winarso, 2005 : 28). Salah satu fungsi
media massa sebagai hiburan dapat ditemukan pada tayangan televisi.
Media massa televisi adalah bentuk penggambaran dari realita yang terjadi dalam
masyarakat.Televisi menampilkan realitas sosial yang ada di masyarakat melalui
tayangan-tayangannya, termasuk menampilkan realitas tentang kehidupan antara
perempuan dan laki – laki. Salah satu program televisi yang paling banyak diminati
oleh masyarakat adalah program komedi. Komedi situasi atau sitkom merupakan
bagian dari suatu humor yang menjadi hiburan di kalangan penonton. Penggambaran
kehidupan antara perempuan dan laki – laki dalam setiap sitkom Indonesia juga
menampilkan penggambaran perempuan yang didominasi oleh laki – laki, ada satu
komedi situasi baru yang berusaha menampilkan realitas kehidupan yang berbeda.
Serial komedi situasi yang tayang.
Pada umumnya dalam media, perempuan selalu ditampilkan sebagai sosok yang
tidak jauh dari peran domestik seperti masalah dapur, mengurus anak, belanja untuk
kebutuhan keluarga, dan sebagainya. Tak jarang dipososikan sebagai subornidat laki-
laki, misalnya menjadi bawahan, sekretaris, dan peran- peran melayani atau
menopang kebutuhan laki-laki. Sama halnya dengan posisi mereka dalam kehidupan
bermasyarakat; banyak peraturan pemerintah, aturan keagamaan, kebudayaan dan
kebiasaan atau adat masyarakat yang dikembangkan karena stereotipe ini.
Komedi Situasi (Sitkom) OK-JEK tayangan yang memakan waktu selama 20-30
menit dengan tema berubah-berubah dari waktu ke waktu tetapi menggunakan latar,
lokasi, dekorasi, dan karakter yang hampir sama setiap kali tayang televisi. Cocok
untuk penonton yang menginginkan hiburan ringan dan tidak terlalu berdrama seperti
sinetron ataupun telenovela. OK-JEK adalah sebuah sitkom bergenre drama komedi
yang ditayangkan oleh stasiun televisi NET. Sinetron ini menganggat fenomena yang
sedang populer saat ini yaitu tukang ojek online. Cerita Komedi Situasi (Sitkom) OK-
JEK berfokus kepada para driver OK-JEK dan orang-orang disekitar mereka,
jugamasalah-masalah yang sering dialami para driver dan managementnya. Komedi
Situasi (Sitkom) OK-JEK mencoba menghadirkan dan menampilkan maskulinitas
dalam penokohan Sarah yaitu seorang driver perempuan OK-JEK.
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio
siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi
menghibur lebih dominan pada media televisi sebagimana hasil penelitian-penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Komunikasi UNPAD, yang menyatakan
bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk
memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.(Ardianto, dkk,
2009:137).
Komedi situasi atau sering disingkat komsit atau sitkom merupakan salah satu
genre komedi yang berasal dari radio, tetapi saat ini kebanyakan hanya dapat dijumpai
di televisi. Sitkom biasanya terdiri dari karakter yang selalu sama dengan hanya satu
latar seperti rumah atau tempat kerja. Program televisi komedi situasi mungkin
direkam di depan penonton studio, bergantung pada format produksi program. Efek
penonton studio langsung dapat dibuat atau ditambahkan dengan penggunaan suaraan
tertawa. Komedi situasi mendapat penilaian yang baik dari kalangan penonton yang
menginginkan hiburan ringan. Komedi situasi ini mudah diolah dan dideskripsikan
karena hanya memakan waktu selama 20 - 30 menit dengan tema yang berubah-ubah
dari waktu ke waktu tetapi menggunakan latar, lokasi, dekorasi, dan karakter yang
hampir sama setiap kali tayang di televisi. (sumber: wikipedia.com)
OK-JEK adalah sebuah acara televisi bergenre komedi yang ditayangkan oleh
stasiun televisi NET. Sitkom ini bercerita tentang kehidupan para tukang ojek online
dan seluruh staff di kantor OK-JEK. Nama dan cerita sitkom ini terinspirasi dari
aplikasi ojek online populer. Tayang mulai 28 Desember 2015, setiap Senin-Jumat
pukul 19.00-19.30, OK-JEK disambut dengan antusias oleh pemirsa televisi. Seperti
halnya sitkom-sitkom lain yang tayang di NET, OK-JEK memang mengangkat
pengalaman keseharian yang dekat dengan masyarakat. Ide ceritanya pun diambil dari
cerita-cerita naik ojek online yang ada di dunia maya. Tentu saja dengan penambahan
sedikit drama atau terkesan agak karikatural untuk mengundang tawa penonton.
Sekarang sitkom ini ditayangkan setiap hari Senin sampai Jumat pada pukul 19.00-
20.00 WIB. Mulai 17 Juli 2017, OK-JEK telah memasuki musim ke 2.
3. Audience cenderung heterogen, mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori
sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap
ada.
4. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. Bagaimana
mungkin audience bisa mengenal khalayak televisi yang jumlahnya jutaa. Tidak
mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus perkasus, tetapi meliputi semua audience.
5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator dan dapat juga dikatakan audience
dipisahkan oleh ruang dan waktu.
Bias gender sentiasa hadir dalam sejumlah tayangan televisi. Dalam tayangan
senetron bersiri ‘Putri yang ditukar” kehidupan perempuan "digambarkan" hanya
pada peranan-peranan domestik (rumah tangga) atau individu yang tidak lebih pintar
dari laki-laki, yang posisinya hanya menjadi pelayan laki-laki, serta berbagai
stereotaip yang mengarahkan bahwa perempuan adalah kodrat yang tidak qualified
untuk masuk dalam ruangan awam (public sphere). Senetron-senetron yang ada jarang
menampilkan perempuan sebagai sosok (profile) pengambil keputusan dalam
berbagai kebijakan publik, perempuan masih dianggap sebagai peran pembantu dalam
kehidupan awam. Misalnya, dalam sebuah sinetron seorang perempuan sering
ditampilkan sebagai sekretaris dan jarang ditampilkan sebagai direktur/bos atau
pemimpin sebuah lembaga awam.
Bias perempuan lainnya yang dapat disaksikan di layar televisi adalah acara-
acara pertandingan kecantikan (seperti, miss universe, ratu kecantikan, dan lain
sebagainya) yang menampilkan perempuan sebagai peserta pertandingan.
Pertandingan yang diadakan biasanya hanya menekankan penilaian pada keindahan
tubuh perempuan yang dapat membangkitkan libido laki-laki dibandingkan dengan
upaya mengeksplorasi kecerdasan yang ada dalam diri perempuan peserta
pertandingan. Acara yang ada tersebut lebih pada upaya memuaskan hasrat/nafsu
kelaki-lakian (spirit of patriarchal). Kenyataan-kenyataan sebagaimana yang
ditampilkan di televisi terkesan lebih memihak kepada kaum laki-laki, karena
sebagian besar televisi masih didominasi (dikuasai) oleh para laki-laki, baik dalam hal
penguasaan aset permodalan ataupun para pekerja tehniknya. Oleh karena itu,
cadangan terhadap berbagai acara televisi mutlak dilakukan oleh berbagai pihak yang
peduli akan adanya keadilan gender di ruang publik.
2.1.5 Maskulinitas
Gender merupakan kategori dasar dalam budaya, yakni sebagai proses dengan
identifikasi tidak hanya orang, tetapi juga pembedaharaan kata, pola bicara, sikap dan
perilaku, tujuan dan aktifitas seperti maskulinitas atau femininitas. Konsep berpikir
yang berkembang dalam masyarakat ketika mengkotak-kotakan gambaran pria
maupun wanita secara ideal. Yang disebut stereotip gender. Stereotip terkadang
bersifat positif dan negatif. Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya mengenal
lebih dulu perspektif mengenai seksualitas, sebagai berikut:
Perspektif ensensialis
meyakini bahwa seksualitas adalah sesuatu yang alamiah atau apa adanya.
Masculine Feminine
Dominant Submissive
Strong Weak
Aggressive Passive
Intelligent Intuitive
Rational
Emotionsl
Active (do things) Communicative (talk about things)
Cars/technology Shopping/make up
Masculinity Feminity
Sumber: www.mediaknowall.com/gender.html
Hall berpendapat bahwa masyarakat yang dianggap tidak berdaya ini tidak
serta merta akan menerima begitu saja. Masyarakat bisa jadi sama kuatnya dalam
melawan ideologi dominan sehingga mereka akan menerjemahkan sebuah pesan
sesuai dengan cara yang lebih mereka sukai. Dalam hal ini ada tiga cara decoding
yang dikemukakan oleh Hall yaitu :
Ketiga perbedaan cara decoding tersebut membentuk tiga posisi pembaca yang
juga dikenal dengan nama dominant/hegemony, negotiated, dan oppositional.
Dominat-hegemonic terjadi ketika khalayak memaknai pesan yang terkonotasi
misalnya dari sebuah berita televisi dan menyandi balik pesan sama seperti ketika
pesan itu disandi. Posisi ini merupakan contoh ideal dari sebuah komunikasi yang
transparan. Hall mengatakan bahwa setiap individu bertindak terhadapa sebuah kode
sesuai apa yang paling mendominasinya dan memilki kekuatan lebih dari pada kode-
kode lain. (West & Turner, 2007:399)