Anda di halaman 1dari 162

ABSTRAK

REPRESENTASI FEMINISME DALAM SERIAL


“THE GREAT QUEEN SEONDEOK”

Oleh

DIAH MANIKAM T.

Feminisme merupakan gerakan pembebasan dari ketertindasan dan ketidak-


berpihakan kultur masyarakat terhadap perempuan. Sementara itu gender
mempunyai konotasi psikologis, sosial, kultural yang membedakan antara pria
dan wanita dalam menjalankan peran-peran maskulinitas dan feminitas tertentu
dimasyarakat.

Film yang menjadi objek penelitian penulis kali ini adalah serial drama “The
Great Queen Seondeok”. dengan rumusan masalah, bagaimanakah gambaran
perilaku peran dan posisi perempuan yang tercermin dalam serial “The Great
Queen Seondeok”, bila ditinjau dari konteks pemerintahan dan keluarga? dan
bagaimanakah bentuk representasi nilai-nilai feminisme yang tertuang dalam
serial “The Great queen Seondeok”?. Maka, tujuan penulis melakukan penelitian
ini adalah untuk menjelaskan gambaran perilaku peran dan posisi perempuan
dalam konteks keluarga dan konteks pemerintahan pada serial “The Great Queen
Seondeok” dan mengetahui bentuk representasi nilai-nilai feminisme yang
tertuang dalam serial “The Great Queen Seondeok” .

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika, yang dikonsentrasikan


pada kode-kode televisi John Fiske sebagai pisau analisis dengan pendekatan
kualitatif eksploratif. Serial drama “The Great Queen Seondeok” ini
dikonstruksikan melalui kode-kode televisi John Fiske yang meliputi 3 level,
yakni : Level realitas, level representasi dan level ideologi yang mencakup :
Penampilan, perilaku, gerakan dialog dan nilai feminisme.

Adapun temuan dalam penelitian ini adalah bentuk subordinasi yang terjadi pada
perempuan (istri yang tidak dapat melawan keputusan suami), dicampakan setelah
harus melahirkan dan tidak mendapatkan pengakuan sebagai istri yang syah.
Terdapat juga peran domestik yang terkonstruksi melalui, sosok Mishill sebagai
selir yang melakukan pekerjaan rumah tangga dan melayani kebutuhan biologis
para Raja. Sementara dalam konteks pemerintahan ketika perempuan sudah
memiliki status dan kedudukan yang tinggi di masyarakat, secara otomatis
perempuan akan terangkat derajatnya. Hal tersebut tergambar pada sosok Ratu
Deokman yang memiliki kekuasaan penuh untuk menetapkan serangkaian
peraturan negara yang harus dipatuhi oleh seluruh rakyatnya, baik laki-laki
ataupun perempuan. Wujud representasi niali-nilai feminisme dalam serial “The
Great Queen Seondeok” ini meliputi Hubungan sosial timbal balik yang
diperjuangkan Mishill, kemandirian ekonomi yang dimiliki Deokman, perubahan
sosial yang dilakukan Mishill dan Deokman demi mencapai kesetaraan dan
mewujudkan keadilan bagi kaum perempuan dan kekuatan politik yang dimiliki
Mishill dan Deokman dalam mengkampanyekan hak-haknya untuk memiliki
kedudukan dalam ranah politik dan pemerintahan.

Kata kunci: feminisme, film, gender


ABSTRACT

FEMINISM REPRESENTATION IN SERIAL


“THE GREAT QUEEN SEONDEOK”

by

DIAH MANIKAM T.

Feminism is a movement of liberation from oppression and impartiality cultured


society towards women. While it has a connotation of psychological gender,
social, cultural difference between men and women in carrying out the roles of
masculinity and femininity in a particular community. The film is the object of the
author of this study is a serial drama "The Great Queen Seondeok". the
formulation of the problem, how is the picture of behavior and the role of
women's position as reflected in the series "The Great Queen Seondeok", when
viewed from the context of government and family? forms of representation and
how feminist values contained in the series "The Great Queen Seondeok"?. Thus,
the authors aim to do this study was to clarify the picture of the behavior of the
role and position of women within the family context and the context of
governance on the series "The Great Queen Seondeok" and know the form of
representation of the values of feminism are contained in the series "The Great
Queen Seondeok".

This study uses semiotic analysis, which concentrates on codes of television John
Fiske as a knife analysis with exploratory qualitative approach. Serial drama "The
Great Queen Seondeok" is constructed through codes of television John Fiske
which includes three levels, namely: the level of reality, the level of representation
and ideological level that includes appearance, behavior, movement and the
feminist dialogue.

The findings in this study is a form of subordination that occurs in women (a wife
who can not fight the decision of the husband), dicampakan after birth and should
not get recognition as a legitimate wife. There is also constructed through a
domestic role, as a concubine Mishill figure who did the housework and serve the
biological needs of the Kings. While in the context of the government when
women have high status and position in society, women will be raised
automatically rank. This is illustrated in the figure of the Queen Deokman who
has full authority to establish a set of state regulations that must be obeyed by all
citizens, whether male or female. Niali-form representation of feminism in the
series "The Great Queen Seondeok" encompasses the social relationships of
reciprocity which fought Mishill,
owned Deokman economic independence, social change and Deokman Mishill
done to achieve equality and justice for women and political power Mishill owned
and Deokman in the campaign of his rights to have a position in the realm of
politics and government.

Key words: feminism, film, gender


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut UU Perfilman No.8 tahun 1992 film adalah karya cipta seni dan budaya

yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat

berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,

piringan video atau hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis

dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau yang lainnya.

(www.kpi.go.id, akses 30 April 2010)

Film merupakan media yang efektif dalam membentuk persepsi melalui

representasi yang disajikan kepada sebuah kelompok atau individu. Hal ini

disebabkan oleh karakteristik film yang dianggap memiliki jangkauan, realisme,

pengaruh emosional dan popularitas yang hebat. Film sebagai salah satu bentuk

media massa mempunyai peran penting di dalam sosial kultural, artistik, politik

dan dunia ilmiah. Pemanfaatan film dalam dunia usaha pembelajaran masyarakat

ini sebagian didasari oleh pertimbangan bahwa film mempunyai kemampuan

untuk menarik perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh alasan bahwa film

mempunyai kemampuan mengantar pesan secara unik. (McQuail, 1997:13)


2

Film sebagai media komunikasi massa dapat menjadi reflektor dari bentuk

ketidakadilan gender dalam masyarakat karena menampilkan kehidupan manusia

secara faktual maupun fiksional. Film menampilkan wacana yang dapat dijadikan

pintu untuk memahami kondisi suatau masyarakat. Krishna Sen (1987) yang

melakukan kajian kritis atas film-film tahun 1965 sampai 1982, menemukan

benang merah antara struktur kekuasaan orde baru dengan film sebagai produk

kultural. Film dipandang sebagai proses ideologi, sehingga konstruksi sosial yang

membentuk masyarakat dapat dilihat melalui film. Dalam konteks gender,

konstruksi sosial muncul dalam penampilan perempuan dan laki-laki dalam peran-

peran sosial, masalah seksual dan reproduksi, pekerja perempuan, gambaran

tentang feminitas dan stereotip perempuan. (Siregar dalam Potret Perempuan

dalam film dan televisi : Pandangan dengan Perpektif Gender, 2001:7-8)

Meski demikian, realitas yang ditampilkan dalam film bukanlah realitas yang

sesungguhnya. Sutradara telah membingkai realitas sesuai dengan

subjektivitasnya yang di pengaruhi oleh kultur dan masyarakatnya. Sutradara yang

dibesarkan dalam kultur patriarki cenderung menampilkan film yang akan

memperkokoh nilai-nilai patriarki. Namun, film juga bersifat personal, sehingga

bisa pula mendobrak realitas. Demikian ungkap Hanung Bramantyo, sutradara

muda dalam acara diskusi “Gender Identity and Relationship in British and

Indonesian Films” pada 5 Januari di Lakfip Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

(Jurnal perempuan, 2004)


3

Belakangan ini banyak sekali film yang mengkonstruksikan perempuan sebagai

sosok yang kuat dan mandiri. Diantaranya adalah film Pasir Berbisik garapan

sutradara Nan T.Achnas yang menceritakan tentang kehidupan seorang

perempuan dan anaknya yang ditinggal suaminya pergi tanpa memberi kabar

berita. Pada film Pasir Berbisik ini terlihat perjuangan seorang ibu sebagai single

parent yang berusaha menghidupi anaknya seorang diri dengan berbagai

peraturan dan kungkungan yang berlebihan pada anak gadisnya. Hal ini dilakukan

sang ibu sebagai wujud traumatik akan kegagalan berumah tangga dan

kekecewaannya terhadap sosok laki-laki. (http://filmindonesia.or.id, akses 1 mei

2010)

Selain film Pasir Berbisik, masih banyak sekali film yang merepresentasikan

gerakan feminisme atau mengandung nilai-nilai kesetaraan gender dalam

kehidupan masyarakat, seperti film Devil wears Prada, shopaholic, R.A Kartini,

dan masih banyak lagi. Meskipun sudah mulai bermunculan film yang

mengedepankan kemampuan dan posisi perempuan di ranah publik, tidak dapat

dipungkiri masih banyak sekali film yang menggambarkan ketimpangan gender

dan mengkonstruksikan perempuan sebagai makhluk ‘kelas dua’ yang akrab

dengan peran-perannya disektor domestik, bahkan memarjinalkan kaum

perempuan sehingga diposisikan sebagai kelas subordinat. Dalam era globalisasi

seperti sekarang ini, perempuan hendaknya tidak lagi ditekankan untuk selalu

menempati posisinya disektor domestik, simbolik maupun objek seks. Sebab

apabila masih ada film yang menciptakan stigma negatif pada kaum perempuan,

hal tersebut akan menciptakan generasi yang bias gender, dimana masyarakat
4

akan terus memosisikan perempuan sebagai kaum terdiskriminasi dan selalu

dilabelkan pada stereotif negatif baik dalam media ataupun realita.

Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan riset tentang serial drama Korea yang

sangat kental dengan gerakan feminisme dalam memperjuangkan kesetaraan

gender. Penulis memilih serial drama Korea The Great Queen Seondeok ini

dikarenakan film yang bercerita tentang latar belakang sejarah dan kebudayaan

Korea ini sangat berkarakter dan berbeda dengan serial drama Korea lainnya yang

lebih sering menceritakan kehidupan modern dan drama percintaan yang

monoton. Pada serial drama The Great Queen Seondeok ini dapat kita lihat

perjuangan Deokman (tokoh utama) yang terus memperjuangkan takdirnya

sebagai seorang raja perempuan yang mendapat banyak tekanan dari pihak istana,

khususnya lady Mishill yang juga menginginkan posisi dan kedudukan tertinggi di

kerajaan Shilla. Kisah yang sarat intrik, politik, strategi perang, ilmu pengetahuan

dan adu kecerdasan ini merupakan tayangan berkualitas yang dikemas secara apik,

dengan bumbu romantisme yang santun.

Sebagaimana karya sebelumnya dalam serial Jewel in The Palace yang terkenal

dengan tokoh Suh Jang Geum, Kim Young Hyun yang juga menulis cerita The

Great queen Seondeok ini, berusaha untuk mengingatkan masyarakat Korea

khususnya, akan sejarah lampau negara Korea yang memiliki perempuan-

perempuan hebat yang mampu menyejajarkan diri dengan laki-laki dan berperan

dalam sektor publik, dimana pada saat itu, di korea memang berlaku garis

keturunan matrilineal disampin patrilineal dalam sistem sosial kemasyarakatan

Korea. Pada saat itu perempuan Korea memiliki hak yang setara terhadap laki-
5

laki, baik dalam bidang sosial, ekonomi ataupun pemerintahan. Pada serial The

Great queen Seondeok ini terdapat 62 episode yang menceritakan awal perjalanan

hidup Deokman menghadapi berbagai macam kendala untuk mendapatkan

takdirnya kembali menjadi seorang Raja. Dalam serial ini, bukan hanya Deokman

yang menjadi tokoh sentral yang berkarakter, pada beberapa adegan muncul tokoh

sentral selain Deokman yang memiliki kepribadian unik dan karakter sangat kuat.

Dia adalah Lady Mishill, yang nantinya akan menjadi lawan tangguh bagi

Deokman untuk memperebutkan posisi tertinggi pada kerajaan shilla.

Penggambaran tokoh Mishill yang juga merupakan tokoh sentral pada serial ini

sangat menarik perhatian pemirsa serial drama The Great queen seondeok. Mishill

digambarkan sebagai seorang perempuan yang anggun, cerdas, berkelas,

kharismatik, licik dan misterius (sulit ditebak). Lady Mishill adalah wanita yang

sangat luar biasa. Ia selalu punya keinginan untuk menjadi seorang permaisuri.

Apapun ia lakukan demi mewujudkan ambisinya itu, mulai dari menukar surat

wasiat Raja Jin Heung, menggalang pasukan dan kekuatan di dalam istana,

dengan menjalin hubungan istimewa dengan beberapa Raja dan panglima

hwarang. Sebelum menjadi orang kepercayaan Raja, Mishill hanyalah penjaga

stempel istana, kemudian menjadi prajurit, karena ketekunannya itu, dia menjadi

orang kepercayaan Raja. Inilah yang membuat karakter Mishill lebih kuat dari

karakter Deokman sehingga meninggalkan kesan tersendiri di hati para pemirsa.

(Dok. Serial“The Great Queen Seondeok episode 1-3 ).


6

Pada penelitian kali ini, penulis hanya mengangkat beberapa episode saja untuk

diteliti, yakni episode 1, 2, 3, 51 dan 52. Kalau pada episode 1-3 banyak adegan

yang menceritakan sosok “si penguasa cantik” Lady Mishill, pada episode 51-52

banyak menceritakan sosok Putri Deokman sebagai Raja perempuan pertama kali

di kerajaan Shilla. Sosok Putri Deokman diceritakan sebagai perempuan yang

dapat menjadi seorang pemimpin dengan dukungan berbagai pihak.

Kepemimpinan Ratu Deokman ini memperkuat keberhasilannya dalam merubah

pola pikir masyarakat awam, bahwa perempuan juga memiliki kemampuan

memimpin dan mengambil keputusan penting yang menyangkut hajat hidup orang

banyak, memiliki kemampuan intelektual yang sebanding dengan laki-laki, serta

memiliki pendirian dan juga prinsip yang kuat dalam menentukan tindakan-

tindakan yang harus dilakukan.

Dengan mengangkat serial The Great Queen Seondeok ini kedalam sebuah

penelitian ini diharapkan, kaum perempuan dapat tergugah untuk meningkatkan

kedudukannya sesuai dengan kodrat, harkat dan martabat perempuan.


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah

dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah gambaran perilaku peran dan posisi perempuan yang

tercermin dalam serial “The Great Queen Seondeok”, bila ditinjau dari

konteks pemerintahan dan keluarga ?.

2. Bagaimanakah bentuk representasi nilai-nilai feminisme yang tertuang

dalam serial “The Great queen Seondeok” ?.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran perilaku,peran dan posisi perempuan yang

tercermin dalam serial “The Great Queen Seondeok” bila ditinjau dari

konteks pemerintahan dan keluarga.

2. Untuk mengetahui bentuk representasi nilai-nilai feminisme yang tertuang

dalam serial “The Great queen Seondeok”

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

mengenai feminisme dan media massa. Selain itu, penelitian ini juga

diharapkan dapat mengembangkan Ilmu Komunikasi Massa khususnya

pada kajian film dan gender.


8

2. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pertimbangan bagi penelitian lanjutan dan sebagai acuan

(referensi) bagi jurusan Ilmu komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik.

b. Untuk memberikan pandangan baru mengenai perspektif

feminisme khususnya bagi seluruh perempuan.

c. Sebagai salah satu syarat kelulusan di Fakultas Ilmu sosial dan

Ilmu Politik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Telah banyak penelitian yang dilakukan dengan menggunakan perspektif

feminisme, khususnya penelitian yang menggunakan metode analisis isi, baik

kuantitatif maupun kualitatif. Hanya saja media dan objek penelitian yang dipilih

berbeda-beda. Salah satu diantaranya penelitian yang dilakukan Hasaumi

Mayaranti dengan judul “ Analisis Isi Film Serial Jewel in The Palace dalam

perspektif Gender”. Objek penelitian Hasaumi adalah serial drama yang berasal

dari Korea Selatan. Film ini memiliki tokoh sentral perempuan Suh jang Geum,

yang menjadi tabib perempuan kepercayaan Raja. Namun, negara, tradisi dan

masyarakat pada saat itu menolak seorang perempuan diberi gelar sebagai seorang

tabib agung. Berdasarkan adanya persoalan gender tersebut. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode analisis isi

dalam perspektif gender. (Mayaranti, 2008:70)

Penelitian sejenis lainnya juga terdapat pada penelitian berjudul “ Representasi

Perempuan Jawa dalam Film R.A Kartini” yang ditulis oleh Edwina Ayu

Dianingtyas tahun 2010, dari Universitas Diponegoro Semarang.. Film tersebut

menunjukan ketidakadilan gender dalam budaya Jawa yang identik dengan

ideologi patriarki. Dalam film R.A Kartini ditampilkan diskriminasi dan


9

subordinasi yang dialami oleh perempuan Jawa. Film ini juga menunjukan

perjuangan perempuan Jawa untuk melawan ketidakadilan gender yang sangat

menindas kaumnya. Pada akhirnya perempuan Jawa dalam film R.A Kartini dapat

mendobrak mitos yang selama ini dilabelkan negatif pada diri perempuan Jawa.

Selain dua penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan Shinta Kristanty tahun

2007 dengan judul “Representasi Perempuan sebagai wujud Feminisme dalam

Film Erin Brokovich” Universitas Budi Luhur, Jakarta. juga mengungkapkan

perspektif gender yang terkandung dalam film tersebut. Film Erin Brokovich ini

seakan menjadi pendobrak perjuangan wanita di lingkungan masyarakat. Dalam

penelitian lainnya yang masih menggunakan perspektif feminisme, di tahun 2010

Arga Fajar Rianto melakukan penelitian tentang “Representasi Feminisme dalam

film Kutunggu Jandamu”. Penelitian ini didasarkan pada sebuah fenomena

mengenai feminisme yang sedang menuai pro dan kontra di masyarakat. Film

Kutunggu Jandamu ini merupakan film yang berani merekam gerakan emansipasi

wanita yang diproyeksikan melalui tokoh utama perempuannya yaitu Persik.

Referensi terakhir adalah penelitian yang ditulis oleh Esterlina Sethiowaty yang

berjudul “Representasi Seksualitas Perempuan dalam Karya Sastra Perempuan

(Analisis Hermeneutika dan Pendekatan Feminisme pada buku ‘Jangan Main-

Main dengan Kelaminmu’ karya Djenar Maesa Ayu)” Dalam penelitian ini,

Esterlina merepresentasikan seksualitas perempuan yang akan dianalisis melalui

karya sastra yang ditulis oleh seorang perempuan, yaitu Djenar Maesa Ayu

Dari ke-lima penelitian tersebut , dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :


10

Tabel Penelitian Terdahulu


No. Nama Judul Metode Kesimpulan
Peneliti Penelitian Analisis
1. Hasaumi Analisis Isi Film Hasaumi Pada penelitian ini tersirat
Mayaranti Serial Jewel in The mengguna-kan bahwa sosok perempuan kerap
(2008) Palace dalam metode analisis isi termarjinalkan karena adanya
Universitas Perspektif Gender dalam perspekteif sistem patriarki. Budaya
Lampung gender pada patriarki tersebut
peneliti-annya direpresentasikan melalui
media. Pada penelitian
Hasaumi media yang
digunakan dalam mere-
konstruksi patriarkisme itu
adalah film serial “Jewel In
The Palace”

2. Edwina ayu Representasi Penelitian ini Sekilas film ini nampak sangat
Dianingtyas Perempuan Jawa menggunakan memperlihatkan perjuangan
(2010) dalam Film R.A. pendekatan feminis (dalam hal ini R.A
Universitas Kartini kualitatif dengan kartini) dalam memperjuang-
Diponegoro menggunakan kan nasib kaumnya. Namun
Semarang analisis semiotika sebagian besar orang penting
yang mengacu yang berada dibalik layar
pada teori Rollan adalah kaum laki-laki. Hal ini
Barthes tentu turut mempengaruhi
proses pembuatan film yang
dibuat dari sudut pandang
mereka sebagai laki-laki

Shinta Representasi Dengan metode Representasi perempuan


3. Kristanty Perempuan sebagai analisis semiotika dalam “Erin Brokovich” sesuai
(2007) Wujud Feminisme Rollan Barthes, dengan gerakan feminisme
Universitas Liberal dalam Film Shinta liberal. Dimana feminisme
Budi Luhur Erin Brokovich memaparkan sebuah gerakan wanita yang
Jakarta bahwa, dari menuntut kesamaan hak
berba-gai film dengan pria yang bertujuan
yang tokoh menemukan cara liberal bagi
sentralnya wanita dan pria untuk eksis
menampilakan didunia. Mereka juga
seorang wanita, berkeinginan untuk
film ini memperbaiki dan mengubah
memperoleh keadaan dimana posisi wanita
popularitas paling lebih rendah daripada pria di
besar. masyarakat

Argo Fajar Representasi penelitian Terdapat 6 representasi


4. Rianto Feminisme dalam kualitatif dengan feminisme dalam penelitian ini
(2010) Film “Kutunggu menggunakan antara lain ; Feminisme liberal,
UPN Jandamu” (Studi metode semiotik feminisme marxis, feminisme
Veteran, analisis semiotika yang dikemuka- radikalkultural, feminisme
Surabaya representasi kan Charles sosialis, feminisme post
melalui tokoh Sanders Pierce modern dan feminisme
Persik) dengan Triangle eksistensialis tercermin
Meaning melalui sosok Persik.
11

Esterlina Representasi Metode yang Pada penelitian ini penulis


Sethiowaty Seksualitas diguna kan menyimpulkan : Seksualitas
5.
(2010) Perempuan dalam penulis adalah perempuan yang
Universitas Karya Sastra metode analisis direpresentasikan dalam
Lampung Perempuan hermeneutika penelitian ini adalah
(Analisis sebagai alat penggambaran dari suatu
Hermeneutika dan analisanya dan kehidupan dan problematika
Pendekatan perspektif perempuan yang
Feminisme pada feminisme dalam tersubordinasi oleh budaya
buku ‘Jangan melihat fokus patriarki, yang didominasi
Main-Main dengan pengamatan yang wacana maskulin lewat
Kelaminmu’ karya berbicara khusus penokohan tokoh perempuan
Djenar Maesa Ayu) mengenai masalah dalam tiap-tiap cerpen.Tema
seksualitas yang diangkat dalam ke-lima
perempuan. cerpen tersebut merupakan
Dalam realitas yang terjadi dalam
menggunakan masyarakat. Kelima cerpen
analisis tersebut mengkomunikasi-kan
hermeneutika, tentang adanya stereotipe
Esterlina seksualitas perempuan dan
menuangkannya segala problematikanya.
kedalam dua
tahap analisa,
yakni pemahaman
keseluruhan dan
pemahaman
bagian

Tabel 1. Penelitian terdahulu

Dari pengamatan beberapa penelitian terdahulu diatas, penelitian yang dilakukan

penulis memiliki perbedaan pada metode analisis. Penulis menggunakan metode

analisis semiotika yang mengacu pada kode-kode televisi John Fiske , dan

memilih serial drama “The Great Queen Seondeok” sebagai objek penelitiannya.
12

1.2 Teoritik

2.2.1 Film Sebagai Media Komunikasi Massa

Secara teori, pada satu sisi konsep komunikasi massa mengandung pengertian

sebagai suatu proses dimana institusi media massa memproduksi dan

menyebarkan pesan kepada publik secara luas, namun pada sisi lain, komunikasi

massa merupakan proses dimana pesan tersebut dicari, digunakan dan dikonsumsi

oleh audience. Fokus kajian dalam komunikasi massa adalah media massa. Media

massa merupakan institusi yang menyebarkan informasi berupa pesan berita,

peristiwa atau produk budaya yang mempengaruhi dan merefleksikan suatu

keadaan masyarakat. Sehubungan dengan itu, maka institusi media massa juga

adalah bagian dari sistem kemasyarakatan dari suatu masyarakat dalam konteks

yang lebih luas. (Bungin, 2006 :256)

Film merupakan salah satu dari bagian media massa yang merupakan media

elektronik dan merupakan alat penyampai berbagai jenis pesan dalam peradaban

modern. Film merupakan medium komunikasi massa yang sangat ampuh, bukan

saja untuk hiburan, tapi juga untuk penerangan dan pendidikan.

(Effendy,2000:209). Dengan kata lain, film merupakan media komunikasi massa

yang mampu menimbulkan dampak bagi masyarakat, karena film selalu

mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan dibaliknya.

(Sobur,2004:127). Sebagai alat komunikasi massa saat ini film tidak sekedar

menjadi objek/sasaran hiburan semata, namun lebih kompleks daripada itu, film

juga dapat berfungsi sebagai sarana pendidikan, penyalur informasi, persuasi,

karya seni, industri bahkan sebagai media berpolitik dan propaganda baik dalam

arti positif ataupun negatif.


13

2.2.2 Representasi dalam Film

Representasi merupakan konsep yang berhubungan dengan pernyataan bagaimana

seseorang, kelompok,kegiatan,tindakan. keadaan sesuatu yang ditampilkan dalam

teks (Eriyanto,2001:289). Sementara itu representasi menurut kamus lengkap

bahasa Indonesia, berarti perbuatan mewakili, keadaan diwakili, perwakilan atau

gambaran. (Tim Prima Pena,2004:310). Representasi diartikan sebagai proses

sosial yang timbul dalam interaksi antara pembaca atau penonton dan sebuah teks.

Prepresentasi memproduksi tanda-tanda yang mencerminkan seperangkat ide dan

sikap yang mendasari tanda-tanda tersebut (Nelmes,1996:258).

Belakangan ini film yang merepresentasikan gerakan feminisme dan kesetaraan

gender sudah mulai berkembang luas, baik film produksi Indonesia maupun film-

film asing yang direpresentasikan dalam perspektif femnisme. Beragam film

direpresentasikan sesuai dengan tujuan sutradara dan produser film mengemas

suatu film. Ada yang tujuannya untuk memperbaiki keadaan atau sistem

masyarakat yang keliru mengenai pemahaman gender, namun ada juga yang

hanya ingin meraup keuntungan sehingga mengemas film yang semakin

melekatkan label wanita sebagai makhluk kelas dua yang tersubordinasi dari

dominasi pria. Lebih parahnya lagi jika seorang produser dan sutradara mengemas

film yang memperburuk citra dan posisi perempuan dalam media yang tidak

menutup kemungkinan akan berkembang menjadi realita. Salah satunya adalah

film yang berbau pornografi dan melecehkan kaum perempuan. Seperti yang kita

ketahui, pornografi menjadi musuh utama perempuan yang dirasa lebih kejam

dibanding domestifikasi dan kekerasan terhadap perempuan. Dworkin dan


14

Mac.Kinnon (dalam Duggan dan Hunter,2006:32) berpendapat bahwa pornografi

adalah akar dari eksploitasi dan diskriminasi yang pernah ada terhadap

perempuan. Betapa perempuan, pornografi dan media menjadi lahan basah

pengeruk keuntungan yang juga mentransfer gagasan-gagasan seputar

keperempuanan dengan rekonstruksi dan representasi nilai-nilai patriarki

didalamnya. Sungguh tidak adil bagi perempuan, disaat beberapa pihak

menikmati keuntungan tersebut, perempuan lagi-lagi harus merana dengan

tekanan sosial, domestivikasi dan ekspektasi-ekspektasi seksual dimasyarakat.

Oleh karena itu, pemilihan serial drama “The Great queen Seondeok” merupakan

pilihan yang tepat untuk mengembalikan citra baik perempuan dan meluruskan

pandangan masyarakat terhadap perempuan baik dari image negatif maupun bias

gender yang selama ini terjadi dalam masyarakat kita.

2.2.3 Feminisme

Feminisme menunjuk pada sebuah gerakan sosial yang muncul pertama kali di

Inggris pada abad ke-18, yang berupaya meraih kesetaraan gender antara jenis

kelamin dengan memperluas hak-hak perempuan. Ditahun 1080-an istilah tersebut

secara khusus ditujukan pada perempuan maupun laki-laki yang

mengampanyekan hak atau suara untuk perempuan serta akses perempuan pada

pendidikan, pekerjaan atau profesi. (feminisme gelombang pertama).

Sesudah kampanye tersebut berhasil memenangkan hak pilih perempuan (1920 di

Amerika Serikat dan 1928 di Inggris), tekanan yang terus berlangsung dalam

feminisme semakin kuat, antara tujuan feminis bagi persamaan hak dengan laki-

laki diarena publik dan pengakuan perbedaan perempuan dan laki-laki untuk

tujuan peningkatan posisi perempuan diarena privat atau keluarga. Sejak itu,
15

feminisme gelombang kedua dari tahun 1969 kedepan melahirkan banyak aliran

pemikiran dan telah menjadi gerakan atas nama perempuan hampir disetiap

negara. (Marshal dalam Munti,2005:41).

Secara umum bisa dikatakan bahwa feminisme merupakan ideologi pembebasan

perempuan karena melekat dalam semua pendekatannya adalah keyakinan bahwa

perempuan mengalami ketidakadilan yang disebabkan oleh jenis kelamin

(Humm,2002:158).

Hal ini berkaitan dengan teori sosialis feminis yang mendasarkan pada persoalan-

persolanan luas menyangkut bagaimana dan mengapa perempuan tersubordinasi

dan menawarkan analisis-analisis tentang proses-proses sosial dan kultural,

dimana melalui proses tersebut subordinasi dilanggengkan.

Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis beberapa adegan pada serial

drama “The Great queen Seondeok” berdasarkan pendekatan feminisme, dimana

pendekatan ini didasarkan pada suatu kerangka teori feminis yang mengusulkan

bahwa dalam kegiatan penelitian,perempuan perlu diterima dan dihargai sebagai

sesama manusia yang mempunyai potensi untuk berkembang. karakteristik

perempuan yang tidak kompeten, lemah, tidak mandiri (selalu mendapat label

menggantungkan hidupnya pada laki-laki) lebih merupakan produk budaya yang

meremehkan dan oleh karenanya perlu diimbangi dengan gambaran perempuan

yang pintar, mandiri, cerdas, berani. mampu mengambil keputusan penting,

sukses dan sebagainya. Kaum perempuan juga mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan kondisi lingkungan hidupnya dan sangat bisa hidup memberi

arah kepada pengembangan masyarakat dalam bidang politik, ekonomi, dan


16

pribadi. Kaum perempuan juga bisa memiliki kualitas manusia yang bisa

meningkatkan mutu hidupnya, seperti yang dimiliki kaum laki-laki. (Jurnal

perempuan, vol 48 2006:52).

2.2.4 Feminisme Dalam Film

Pada zaman yang sudah modern seperti sekarang ini, mulai bermunculan film atau

serial drama yang menonjolkan ideologi feminisme untuk menyetarakan posisi

perempuan terhadap laki-laki dan memperbaiki citra kaum perempuan, dimana

pada zaman dahulu peran dan tokoh perempuan dikenal sebagai sosok yang sering

terdiskriminasikan, mengalami kekerasan dalam bentuk fisik maupun psikis,

dikenal dengan sifat yang lemah lembut, penurut dan sebagainya.Walaupun

sampai saat ini masih banyak film yang mengeksploitasi perempuan dari bentuk

tubuh, karakter ataupun sifat. Anggapan perempuan cantik dengan tubuh

proporsional, memakai pakaian minim pada beberapa adegan di film/sinetron

televisi misalnya, memberi sebuah pandangan bahwa perempuan hanya sebagai

korban eksploitas terhadap sebuah materi untuk melahirkan project para produser

film demi keuntungan industri bisnis.

Film bukan hanya sekedar koleksi atas gambaran atau stereotipe. Menurut

Johnston, untuk menakar sejauh mana tingkat kebenaran atau kepalsuan citra

sinematik, point tersebut harus dilewatkan. Film-film membentuk makna melalui

susunan tanda-tanda visual dan verbal. Struktur tekstual inilah yang harus

diperiksa, karena disinilah makna akan dihasilkan. Film menghasilkan ideologi.

Ideologi bisa didefinisikan sebagai sistem representasi atau penggambaran,

sebuah cara pandang terhadap dunia yang terlihat universal namun sebenarnya
17

merupakan struktur kekuatan tertentu yang membentuk masyarakat

(Sue,2010:120).

2.2.5 Gender

Istilah gender mempunyai konotasi psikologis, sosial dan kultural yang

membedakan antara pria dan wanita dalam menjalankan peran-peran maskulinitas

dan feminitas tertentu dimasyarakat (Sunarto dalam Haralambos dan Holborn,

2009:33). Gender lebih berkaitan dengan anggapan dan kebiasaan yang berlaku di

suatu tempat tentang bagaimana laki-laki dan perempuan dianggap sesuai atau

tidak sesuai (tidak lumrah) dengan tata nilai sosial dan budaya setempat. Dengan

demikian, gender dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat

berubah dari waktu ke waktu (Brief, 2006: 1). Gender berbeda dengan jenis

kelamin yang sudah dimiliki manusia secara kodrati, jika jenis kelamin

menyangkut perbedaan organ biologis laki-laki dan perempuan, khususnya pada

bagian alat-alat reproduksi. Gender, dalam wacana feminisme dan isu perempuan

di Indonesia dibedakan dengan seks. Gender dipahami sebagai socially

constructed, temporal, bisa dipertukarkan, berubah dan bergeser. Kalau diterapkan

pada perbedaan seks, gender berarti sifat, peran, pembagian tugas, perilaku, dam

kecenderungan dari laki-laki dan perempuan yang terikat oleh konteks yang bisa

dipertukarkan. Sementara itu seks dinyatakan sebagai sesuatu yang naturallly

given, tetap, biologis, alamiah, universal dan tidak bisa dipertukarkan antar-seks.

(Fakih dalam Hidayat, 2004:257). Gender lebih mengacu pada perbedaan peran,

fungsi dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil kesepakatan atau

hasil bentukan dari masyarakat. Peran, fungsi dan tanggungjawab ini dapat

berubah ataupun dipertukarkan sesuai dengan kesepakatan dan kosekuensi dari


18

masing-masin pihak misalnya, peran istri sebagai ibu rumah tangga dapat berubah

menjadi pekerja atau pencari nafkah, disamping masih menjadi istri juga. Dalam

hal ini, peran sosial dapat dipertukarkan untuk saat-saat tertentu, bisa saja suami

dalam keadaan menganggur tidak mempunyai pekerjaan sehingga tinggal dirumah

mengurus rumah tangga, sementara istri bertukar peran untuk bekerja mencari

nafkah bahkan sampai ke luar negerimenjadi TKW. Peran sosial bergantung pada

masa, keadaan dan budaya masing-masing. Salah satu teori gender yang penulis

kaitkan dengan penelitian kali ini adalah tori Nurture, dimana teori ini memiliki

konsep yang sangat berbeda dengan teori Nature. Menurut teori Nurture adanya

perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakekatnya adalah bentukan masyarakat

melalui konstruksi sosial budaya, sehingga menghasilkan peran dan tugas yang

berbeda. Perbedaan itu menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan

peran dan kontribusinya dalam hidup berkeluarga,bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Konstruksi sosial menempatkan perempuan dan laki-laki dalam

perbedaan kelas. Perjuangan untuk persamaan hak ini dipelopori oleh kaum

feminist internasional yang cenderung mengejar kesamaan (sameness) dengan

konsep 50:50. Konsep yang kemudian dikenal dengan istilah perfect equality

(kesamaan sempurna secara kuantitas). Perjuangan tersebut sulit dicapai karena

berbagai hambatan baik dari nilai agama maupun budaya. Berangkat dari

kenyataan tersebut, para feminis berjuang dengan menggunakan pendekatan sosial

konflik, yaitu konsep yang diilhami oleh ajaran Karl Marx (1818-1883) dan

Machiavvelli (1469-1527) dilanjutkan oleh David Lockwood (!957) dengan tetap

menerapkan konsep dialektika.


19

Perbedaan adalah • Tertindas Sosial


hasil konstruksi • Menindas konflik
sosial

Teori Setiap manusia Mengejar


Nurture mempunyai hak kesamaan
yang sama 50:50

Konsep Teori Nurture

Randall Collins (1987) dalam teori nurture beranggapan keluarga adalah wadah

tempat pemaksaan, suami sebagai pemilik dan istri sebagai abdi. Teori nurture ini

melahirkan paham sosial konflik yang menempatkan kaum laki-laki sebagai kaum

penindas (borjuis) dan perempuan sebagai kaum (proletar). Bagi kaum proletar

tidak ada pilihan lain kecuali berjuang menyingkirkan penindas untuk mencapai

kebebasan dan persamaan. Karena itu, paham ini banyak dianut oleh masyarakat

sosialis komunis yang menghilangkan strata penduduk. Paham ini

memperjuangkan kesamaan proporsional dalam segala aktifitas masyarakat seperti

di DPR,menteri,gubernur ataupun pimpinan partai politik.

2.2.6 Semiotika Televisi

Semiotika merupakan studi mengenai pertandaan dan makna dari sistem tanda;

ilmu tentang tanda, bagaimana makna dibangun dalam ‘teks’ media;atau studi

tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang

mengkonsumsi makna (Fiske,2004:282)

Semiotik memfokuskan kajiannya pada ‘teks’ tersebut dengan melibatkan

pengalaman, sikap dan emosi mereka. ‘Teks’ dapat dikatakan sebagai sesuatu

yang menjadi objek yang dapat dibaca, dapat berbentuk verbal, non verbal

ataupun keduanya. ‘Teks’ adalah kumpulan dari tanda-tanda seperti (kata,

imaji,suara,gerakan atau isyarat) yang dibangun dan diinterpretasikan dengan

referensi pada konvensi-konvensi yang berhubungan dengan genre dan berada

dalam medium komunikasi tertentu. Medium dapat mencakup kategori tulisan

atau cetak dan penyiaran atau semua yang berhubungan dengan bentuk teknikal

dalam media massa (seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, foto dan film).

Dalam teori semiotika pokok studinya adalah tanda atau bagaimana cara tanda-

tanda itu bekerja juga disebut semiologi. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti

pada dirinya sendiri, dengan kata lain, jika diterapkan pada tanda-tanda bahasa,

maka huruf, kata dan kalimat tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-

tanda itu hanya mengemban arti (significant) dalam kaitan dengan pembacanya,

pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan

(signifie) sebagai konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan. Segala

sesuatu yang memiliki sistem tanda dapat dianggap teks, contohnya dalam film.,

televisi, majalah, koran, novel dan sebagainya. Seperti yang dikutip oleh Sobur

(31-32) Saussure mengatakan bahwa tanda (sign) disusun dari dua elemen, yaitu

persepsi (image) dari kata/visual yang disebut sebagai penanda

(signifian/signifier) dan konteks yang disebut sebagai petanda (signified), serta

hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbiter (bebas). Sedangkan

signifikasi menurut John Fiske adalah upaya dalam memberi makna pada dunia

(Sobur, 2004:125). Dengan demikian , pernyataan John Fiske tersebut merujuk

pada Saussure yang memaknai tanda sebagai simbol. Saussure juga mengatakan

bahwa tanda terdiri atas penanda (signifier) dan petanda (signified), hubungan
✂✄

antara penanda dan petanda ini yang disebut pertandaan (signification). Dalam

kategori tanda, Saussure hanya menaruh perhatian pada simbol, karena simbol

merupakan kata-kata (Fiske dalam Kristalia,2004 :17).

Saussure menjelaskan maknanya sebagai berikut :

Tanda

Pertandaan
Tersusun atas Realitas aksternal atau makna

Penanda Plus Petanda


(eksistensi fisik (konsep mental)
dari tanda)

Unsur Makna Saussure

Semiotika sendiri menurut John Fiske (Wawan,1996:40) mencakup tiga bidang

studi yaitu :

1. Semiotik menjadi petanda atas dirinya sendiri, perbedaan tanda-tanda

menjadikan variasi yang berbeda dalam pemaknaan tanda-tanda tersebut.

2. Sistem pengorganisasian kode. Disini variasi kode berguna untuk memenuhi

kebutuhan suatu kultur masyarakat.

3. Penggunaan tanda dan kode selalu terkandung dalam sistem budaya, yang

mana tanda dan kode yang sangat bergantung pada formatnya. Jika dikaitkan

dengan semiotika, pesan akan dimaknai sebagai susunan tanda-tanda yang

dapat digunakan untuk berinteraksi dengan para penerima pesan tersebut,

serta dapat menghasilkan arti atau pengertian. Pengalaman sosial serta latar

belakang budaya sangat menentukan bagaimana suatu pesan diartikan atau


☎☎

dimaknai oleh penerima pesan, artinya suatu pesan yang sama dapat diartikan

atau dimaknai berbeda oleh orang yang mempunyai pengalaman sosial dan

latar belakang budaya yang berbeda. Televisi (termasuk didalamnya film)

berfungsi sebagai “a bearer provoker of meaning and pleasure”, Televisi

sebagai budaya merupakan bagian yang krusial dari dinamika sosial yang

memelihara struktur sosial dalam suatu proses produksi dan reproduksi yang

konstan : melalui makna, berupa popular pleasures, dan oleh karena itu

sirkulasinya adalah bagian dan merupakan parcel struktur sosial, film

memaknai realitas sosial dengan simbol.

2.2.7 Kode-kode Televisi

Television codes adalah teori yang dikemukakan oleh John Fiske, atau biasa yang

disebut dengan kode-kode yang digunakan dalam dunia pertelevisian. Menurut

Fiske, kode-kode yang muncul atau yang digunakan diacara televisi saling

berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. menurut teori ini pula, sebuah

realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul, namun juga

diolah melalui penginderaan serta referensi yang telah dimiliki oleh pemirsa

televisi, sehingga sebuah kode akan dipersepsi secara berbeda oleh orang yang

berbeda juga. Dalam kode-kode televisi yang diungkapkan dalam teori John Fiske

(Fiske, 1987:1), peristiwa yang ditayangkan dalam dunia televisi telah dienkode,

sesuai dengan kode-kode sosial yang terbagi ke dalam tiga level, antara lain :

1. Level Realitas (Reality)

Kode yang termasuk di dalamnya adalah penampilan, kostum, riasan,

lingkungan, perilaku, dialog gerakan, ekspresi,dan suara.


✆✝

2. Level Representasi (Representation)

Kode sosial yang termasuk didalamnya adalah kamera, pencayahaan, musik.

3. Level Ideologi (Ideology)

Kode sosial yang termasuk didalamnya adalah individualisme, kapitalisme,

patriarki, feminisme dan sebagainya.

Dalam analisis ini, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh John Fiske,

peneliti hanya akan menggunakan kode-kode sosial seperti : kostum, perilaku,

teknik kamera, dialog, latar, gerakan dan konflik.

Kode-kode sosial dalam film serial drama “The Great Queen seondeok”

Unit analisis yang digunakan oleh peneliti meliputi : Level realitas, level

representasi dan level ideologi. Kode-kode tersebut adalah :

1. Level realitas dengan kode :

a. Penampilan
Ada pepatah yang mengatakan, kesan pertama yang akan dilabelkan kepada

seseorang adalah melalui pandangan pertama secara keseluruhan. Setiap

orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda mengenai penampilan fisik.

Seringkali orang memberi makna tertentu pada karakteristik fisik orang yang

bersangkutan, seperti : bentuk tubuh, warna kulit, model rambut dan

sebagainya. Ketika kita melihat penampilan seseorang, maka secara spontan

kita akan mempersepsi kehidupan orang tersebut. Misalnya, seorang pemuda

tampan, berpakaian rapi, berdasi dan mengendarai mobil mewah, maka kita

akan mempersepsi bahwa laki-laki itu adalah seorang pekerja yang sukses.

Maka dari itu, penampilan menjadi kode sosial yang peneliti pilih untuk
✞✟

menggali makna pesan yang ingin disampaikan dari representasi feminisme

dalam serial “The Great queen Seondeok”.

b. Perilaku
Perilaku merupakan sebuah tindakan atau sikap seseorang. Dalam kode sosial

ini, penulis ingin melihat perilaku tokoh utama yang merepresentasikan

gerakan feminisme.

2. Level Representasi dengan kode :

a. Kerja Kamera
Elemen penting yang terdapat pada film adalah audio visual, sehingga tidak

dapat dipungkiri jika dalam pengambilan gambar, kamera merupakan alat

yang paling menentukan hasil akhir pada sebuah film. Begitu juga dengan

teknik pengambilan gambar yang memiliki tujuan serta mengandung makna

pesan yang ingin disampaikan. Komposisi dan kualitas gambar yang baik,

mampu membuat gambar menyampaikan pesan dengan sendirinya.

Beberapa teknik pengambilan gambar berdasarkan besar kecilnya subjek

antara lain (Naratama,2004:73-78) :

1. Extreme Long Shot (ELS)


Shot ini dilakukan apabila ingin mengambil gambar yang sangat jauh,

panjang dan luas serta berdimensi lebar. ELS biasanya digunakan untuk

pembukaan cerita yang bertujuan membawa penonton mengenal lokasi

cerita.

2. Very Long Shot (VLS)


Teknik ini digunakan untuk pengambilan gambar seperti pada adegan

kolosal yang memiliki banyak objek, contohnya : adegan perang di

pegunungan, suasana di kota metropolitan dan sebagainya.


✠✡

3. Long Shot (LS)


Ukuran shot ini dari ujung kepala hingga ujung kaki. Long shot juga bisa

disebut dengan landscape format yang berfungsi mengantarkan mata

penonton pada keluasan atau suasana dan objek.

4. Medium Long Shot (MLS)


Ukuran shot ini adalah dari ujung kepala hingga setengah kaki. Tujuan

shot ini untuk memperkaya keindahan gambar yang disajikan ke mata

penonton.

5. Medium Shot (MS)


Ukuran shot ini dari tangan hingga atas kepala. Tujuan shot ini adalah

agar penonton dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi dari

pemain.

6. Middle Close Up (MCU)


Ukuran shot ini adalah dari ujung kepala hingga perut. Dengan angle ini

penonton masih tetap dapat melihat latar belakang yang ada. Melalui shot

ini pula, penonton diajak untuk melihat lebih dalam profil, bahasa tubuh

dan emosi pemeran tokoh tersebut.

7. Close Up (CU)
Komposisi gambar ini merupakan komposisi gambar yang paling popular

dibandingkan komposisi gambar lainnya. Close mempunyai banyak

fungsi, close up merekam gambar penuh dari leher hingga ujung kepala.

Melalui angle ini, sebuah gambar dapat berbicara sendiri kepada

penonton, karena emosi dan reaksi dari mimik wajah akan tergambar

dengan jelas pada teknik pengambilan gambar ini.


☛☞

8. Big Close Up (BCU)


Komposisi gambar ini lebih dalam dibandingkan Close Up. Kedalaman

pandangan mata, kebencian raut wajah, air mata dan mimik wajah sedih

yang tak bertepi adalah ungkapan-ungkapan yang terwujud dari

komposisi ini.

9. Extreme Close Up (ECU)


Komposisi ini terfokus pada satu objek saja. Misal :hidung, mata atau alis

saja.

2. Level Ideologi dengan kode :


1. Dialog
Dialog merupakan percakapan antar pemain (aktor) dalam sebuah film.

Dalam dialog, penulis bisa melihat makna yang ingin disampaikan oleh

film tersebut.

2. Nilai Feminisme

Nilai feminisme adalah nilai-nilai yang sesuai dengan tuntutan

perempuan atau nilai-nilai perempuan dalam Serial The Great Queen

Seondeok. Nilai-nilai feminisme merupakan pengetahuan dan

pengalaman personal, rumusan tentang diri perempuan sendiri,

kekuasaan personal, otentitas, kreativitas, sintesis, kesetaraan, hubungan

sosial timbal balik, kemandirian ekonomi, kebebasan reproduksi pada

perempuan, perubahan sosial, dan berkekuatan politik dalam masyarakat.


✌✍

Dalam penelitian ini, penulis memilih kode-kode diatas karena terkait dengan

permasalahan dan ruang lingkupnya serta sangat cocok dengan jenis

penelitiannya yakni penelitian kualitatif yang fleksibel dan sementara. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui representasi feminisme dalam serial “The Great

Queen seondeok” Objek penelitian akan dianalisis secara tekstual yakni

dengan mengamati tanda-tanda yang terdapat pada serial tersebut.

2.2.8 Kerangka Pemikiran

Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi (penyampaian pesan) yang

menggunakan media massa modern, dimana pesan-pesan didalam media tersebut

disampaikan kepada khalayak yang heterogen secara serentak. Kali ini penelitian

hanya difokuskan pada salah satu media elektronik saja yaitu film. Dengan

kemampuannya, film dapat mengangkat realitas sosial dalam layar, tidak hanya

itu, sebagai alat komunikasi massa, film juga menjadi alat penyampaian pesan

pada khalayak karena film merupakan sebuah representasi sosial yang tidak

sekedar memindahkan realitas dan menyajikannya, tetapi juga membentuk realitas

itu berdasarkan ideologi yang ada pada masyarakat dalam film itu. Realitas yang

diangkat bermacam-macam salah satunya adalah tentang perempuan. Banyak

sekali film ataupun serial drama yang merepresentasikan tentang realita kehidupan

perempuan baik secara negatif (ketimpangan gender yang selama ini sering

dialami oleh perempuan) ataupun secara positif (gerakan feminisme dan

perjuangan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan gender). Representasi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah representasi feminisme yang bertujuan

untuk menghilangkan bias gender yang telah terpatri dalam pola pikir masyarakat.

Isu tentang perempuan saat ini memang sedang hangat dibicarakan, terutama
✎✏

tentang peran perempuan di masyarakat, dimana perempuan lebih cenderung

melakoni peran domestik dibanding peran publik. Terutama dalam sebuah

keluarga, perempuan seringkali menjadi objek baik menjalani peran domestik,

menjadi kaum proletar yang tidak berhak mengambil keputusan penting yang

menyangkut masalah keluarga, bahkan menjadi korban kekerasan dalam rumah

tangga. Selain itu, dalam budaya patriarkal perempuan juga tidak berhak ikut serta

dalam melakoni peran-peran publik yang berhubungan dengan pemerintahan dan

kenegaraan. Peran perempuan dalam parlemen juga masih kurang diperhitungkan.

Penelitian Republika pada buku Gender and Politics menunjukan kurang

terwakilinya wanita dalam posisi politik disebabkan faktor kultural maupun

struktural. Faktor kultural misalnya, mitos bahwa politik adalah dunia pria, serta

kurangnya kepercayaan diri perempuan untuk berkompetisi dengan pria didunia

politik. Sedangkan faktor struktural adalah adanya aturan main yang

mendiskriminasikan perempuan. Seharusnya, kaum perempuan juga berhak untuk

memperoleh tempat tertinggi dalam ruang aktivitas yang ia lakukan, sebagaimana

laki-laki dalam ruang aktivitasnya. Istilah ini yang disebut dengan kesetaraan

gender. Gender sendiri memiliki istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan.

(Sunarto,2004:127). Salah satu film yang mengangkat tentang kesamaan hak

antara laki-laki dan perempuan adalah serial drama “The Geat Queen Seondeok”.

Penulis memlikih serial drama ini karena serial ini dinilai sangat menginspirasi

kaum perempuan untuk lebih memaksimalkan peran dan kemampuannya di sektor

publik dan mewujudkan masyarakat yang sadar gender. Dalam serial ini terdapat

dua tokoh sentral perempuan yang memiliki cita-cita yang sama, yakni menjadi
✑✒

pemimpin pada sebuah kerajaan (Ratu). Meskipun memiliki ambisi dan cita-cita

yang sama terdapat perbedaan karakter dari keduanya. Baik pada tokoh Lady

Mishill ataupun Putri Deokman, keduanya memiliki keunikan tersendiri pada

masing-masing karakternya. Pada serial “The Great Queen Seondeok” ini

keseluruhan episode mencapai 62 episode, namun hanya 5 episode saja yang akan

diteliti oleh penulis terkait dengan adegan yang berhubungan dengan gerakan

feminisme dan keterwakilannya dari keseluruhan episode.

Berdasarkan penjabaran diatas, penulis memilih analisis semiotika yang mengacu

pada kode-kode televisi John Fiske yang dirasa sangat cocok sebagai metode

analisis yang digunakan. Selain karena objek penelitiannya berbentuk film,

terdapat kode-kode sosial yang dapat direpresentasikan melalui metode analisis

ini. Penelitian ini akan dianalisis sesuai dengan kode-kode televisi John Fiske

yang mencakup : Level realitas, level representasi, level ideologi yang tertuang

pada kode-kode sosial : Penampilan, gerakan, perilaku, dialog, dan kerja kamera.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku, peran dan posisi

perempuan yang tercermin dalam serial “The Great queen seondeok” pada

konteks keluarga dan pemerintahan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk

mendeskripsikan nilai-nilai feminisme yang tercermin pada tokoh-tokoh sentral

perempuan dalam serial “The Great Queen Seondeok”.


✓✔

Adapun langkah-langkah untuk memahami bagaimana representasi feminisme

dalam serial “The Great Queen Seondeok” dibuatlah bagan kerangka pemikiran

sebagai berikut :
Film

Serial Drama
“The Great Queen Seondeok”
(Eps 1-3 dan 51-52)

Semiotika John Fiske, meliputi


kode-kode televisi :
1. Level Realitas
2. Level Representasi
3. Level Ideologi

Perilaku, Peran dan Posisi


Perempuan

Konteks Konteks
Keluarga Pemerintahan

Representasi Nilai-Nilai Feminisme dalam


Serial “The Great Queen Seondeok”

Bagan 1. Kerangka Pemikiran


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali

makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

“The Great queen Seondeok” dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

dengan representasi feminisme yang terkonstruksi didalamnya. Dalam penggalian

makna yang terkandung dalam kode-kode film, pendekatan kualitatif eksploratif

menjadi sangat tepat karena jenis penelitian ini memberikan peluang yang besar

bagi diciptakannya interpretasi-interpretasi. (Sobur,2004:147)

3.2. Metode Penelitian

Dengan pertimbangan bahwa objek penelitian serial drama ‘The Great Queen

Seondeok” adalah sebuah teks yang tersusun atas tanda dan lambang, maka

metode yang digunakan adalah semiotika, yang memiliki keandalan dalam

menganalisis tanda dan lambang. Semiotika menyediakan bingkai kerja

konseptual yang komprehensif dan serangkaian metode yang mencakup seluruh

praktek perlambangan meliputi, segala bentuk visualisasi kode televisi. Selain itu

simbol dan makna sebagai metode semiotika, merupakan dua elemen penting

dalam melihat relasi perempuan dan media massa. Pemilihan metode penelitian

ini juga didukung oleh pandangan Lubis, bahwa metode semiotika menekankan
32

peran dan pengaruh konteks sosial budaya terhadap ilmu pengetahuan, sehingga

memungkinkan dekonstruksi teori yang berperspektif feminis. Maka dari itu,

metode semiotika paling tepat digunakan dalam studi feminis. (Lubis,2006:111)

Dalam operasional penelitian, metode semiotika yang digunakan adalah metode

analisis tekstual. Semiotika teks ini menganalisis tanda (jenis, struktur, makna)

dan juga pemilihan tanda yang dikombinasikan kedalam pola yang lebih besar

(teks), yang didalamnya terkonstruksi sikap, ideologi atau mitos tertentu yang

melatar belakangi kombinasi tanda-tanda tersebut. (Piliang,2003:271)

3.3 Definisi Konseptual

Dalam penelitian yang berjudul “Representasi Feminisme dalam film The Great

Queen Seondeok” definisi konseptual yang dipaparkan penulis adalah sebagai

berikut :

1. Representasi

Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses pemaknaan melalui

sistem tanda yang ada. Tanda-tanda tersebut tersaji dalam dialog,tulisan,video,

film, tayangan televisi dan sebagainya.(Juliastuti dalam Maria,2009:38). Selain

itu representasi juga merupakan proses sosial yang timbul dalam interaksi antar

pembaca atau penonton dalam sebuah teks. Representasi memproduksi tanda-

tanda yang mencerminkan seperangkat ide dan sikap yang mendasari tanda-

tanda tersebut. (Nelmes dalam Mariska,2007:46). Proses pemaknaan ini

melibatkan konsep feminisme yang akan diteliti melalui film serial “The Great

Queen Seondeok
33

2. Feminisme

Kata feminisme dicetuskan pertama kali oleh aktivis sosialis utopis, Charles

Fourier pada tahun 1837. Pergerakan yang berpusat di Eropa ini pindah ke

amerika dan berkembang pesat sejak publikasi John Stuart Mill “Perempuan

sebagai subjek” (The subjection of women) pada tahun 1869. Perjuangan mereka

menandai kelahiran Feminisme Gelombang pertama. Tujuan dari feminisme ini

adalah sebagai transformasi sosial untuk meningkatkan kesadaran gender dalam

lingkungan masyarakat. (Nuruzaman,2005:181) Feminisme yang dimaksud dalam

serial ini bukanlah pembebasan kaum perempuan secara moral dan radikal, namun

feminisme yang mengacu pada kesetaraan gender yang memperjuangkan

kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam bidang pendidikan,sosial,

budaya serta politik dan pemerintahan. Dalam hal ini, serial “The Great Queen

Seondeok” menjadi medium representasi feminisme dimana tokoh sentral dalam

serial ini adalah perempuan-perempuan berkualitas yang memiliki cita-cita dan

ambisi yang tinggi untuk menyetarakan kedudukannya terhadap pria, dalam

bidang pemerintahan dan kenegaraan.

3.4 Unit Analisis

Dalam penelitian ini, unit-unit analisis yang dipergunakan adalah kode-kode

televisi John Fiske dengan pemilihan sebagai berikut :

1. Penampilan

Argyle membagi penampilan menjadi dua aspek :

a. Aspek yang berada dibawah kontrol seperti : pakaian, warna kulit dan perhiasan
34

b. Aspek yang kurang bisa dikontrol seperti: Tinggi badan, berat badan dan

sebagainya. Penampilan ini digunakan untuk mengirimkan pesan tentang

kepribadian dan status sosial. (Fiske,2004:96)

2. Perilaku

“Cara kita duduk, berdiri ataupun berselonjor bisa mengkomunikasikan

bagaimana cara pandang orang lain tentang pemaknaan sikap kita. Postur

seringkali terkait dengan sikap interpersonal : Bersahabat, tidak ramah atau

bermusuhan, superioritas, inferioritas yang semuanya bisa ditunjukan lewat

postur. Postur pun bisa menunjukan kondisi emosi seseorang, misalnya tingkat

ketegangan atau kesantaian”. (Fiske,2004:97)

Perilaku mengacu pada aksi dan reaksi dari aktor dalam film. Pada umumnya

dalam hubungannya dengan aktor lain maupun lingkungan sekitarnya. Terdapat

berbagai jenis prilaku baik yang disadari maupun yang tidak disadari, yang

terlihat maupun yang tersembunyi, yang dilakukan sukarela ataupun sebaliknya.

3. Gerakan

Gerakan merupakan sebuah bentuk komunikasi non verbal, dengan menggunakan

bagian tubuh aktor/pemeran dalam film, sebagai pengganti atau kombinasi

komunikasi verbal. Gerakan meliputi gerak tubuh, gerak tangan dan kaki serta

ekspresi wajah. “Lengan adalah transmiter utama gerak, meski gerak kaki dan

kepala juga penting. Semuanya terkoordinasi erat dengan pembicaraan dan

pelengkap komunikasi verbal. Ini menunjukan baik munculnya emosi umum atau

kondisi emosi tertentu. (Fiske,2004:96-97)


35

4. Dialog

Dialog merupakan bentuk penyajian kata-kata yang diucapkan oleh dua atau lebih

aktor dalam film secara timbal balik. Percakapan tersebut dilaksanakan

berdasarkan skenario yang telah dibuat dan dialog telah disusun untuk mendukung

plot atau alur cerita. Menurut Sidharta dan sony, dialog merupakan gambaran dari

logika berfikir, latar belakang serta interaksi antara satu tokoh dengan tokoh yang

lain sehingga mengandung makna eksplisit maupun implisit. (Sidharta

&Sony,2004:78)

3.5 Fokus Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian kualitatif, sangat penting menyertakan fokus

penelitian, karena fokus penelitian akan membatasi ruang lingkup penelitian yang

akan dilakukan dan memegang peranan penting dalam memandu serta

menjalankan suatu penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitian

adalah serial drama sejarah Korea yang berjudul “The Great Queen Seondeok”

yang memiliki 62 episode secara keseluruhan. Fokus utama penelitian ini hanya

dititik beratkan pada episode 1,2,3,51 dan 52 saja, dimana kelima episode ini

dinilai cukup mewakili representasi feminisme yang terdapat dalam serial ini.

3.6 Jenis Sumber data

Adapun yang menjadi sumber data primer adalah dokumentasi serial drama “The

Great Queen Seondeok” dan data sekunder berupa referensi serta literatur yang

berkaitan dengan penelitian ini yang diperoleh melalui majalah, koran online.

internet, jurnal, dan sebagainya.


36

3.7 Teknik pengumpulan Data

Penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, meliputi :

1. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi melalui kaset DVD serial

“The Great Queen Seondeok”

2. Studi Pustaka

Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data dengan kategorisasi dan

klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian,

baik dari sumber dokumen maupun buku-buku literatur, majalah, artikel,jurnal

yang berkaitan dengan masalah perempuan, feminisme, gender,perfilman dan

semiotik.

3.8 Teknik Pengolahan Data

1. Tahap Reduksi

Penulis menyelesaikan film berdasarkan rumusan masalah penelitian, konsep

feminisme dalam film serial drama “The Great Queen Seondeok “. Kemudian

menentukan adegan-adegan yang akan dianalisis dan yang tidak. Pada tahap ini

film yang menjadi objek penelitian dibagi-bagi menurut adegan yang ada untuk

mempermudah pengamatan. Pembagian ini dilakukan untuk mengamati dan

menganalisis adegan demi adegan yang sesuai dengan perspektif feminisme.

2. Tahap Kategorisasi

Setelah data-data direduksi, penulis mengklasifikasi dan mengkategorisasi simbol-

simbol visual pada film “The Great Queen Seondeok” berdasarkan subtema

analisis
37

3. Tahap Analisis

Penulis data berupa gambar-gambar visual secara kualitatif dalam frame semiotika

yang mengacu pada kode-kode televisi John Fiske, sesuai dengan level realita,

level representasi dan level ideologi.

4. Tahap Interpretasi Data

Setelah dilakukan analisa yang mengacu pada fokus penelitian. Dimulai dari

mencari bagian dalam adegan yang sarat akan gerakan feminisme dalam serial

“The Great Queen Seondeok” untuk kemudian diinterpretasikan dan ditafsirkan.

5. Simpulan

Tahap terakhir, peneliti menarik kesimpulan dari seluruh argumen yang telah

dibuat.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Film merupakan salah satu media massa yang dapat merekam kehidupan sosial

dalam bingkai yang menarik. Bagaimana pengemasan film menjadi sebuah sarana

komunikasi massa yang efektif tergantung dari kerjasama tim yang terlibat dalam

pembuatan film tersebut. Khususnya, ketika film itu bertujuan merepresentasikan

gerakan feminisme dan persoalan gender dalam budaya masyarakat di berbagai

negara. Penelitian ini dilakukan dengan mendokumentasikan rekaman serial

drama korea “The Great Queen Seondeok” sebagai objek penelitian, yang

diproduksi oleh Munhwa Broadcasting Company ( MBC ) pada tahun 2009. Serial

drama ini adalah salah satu referensi yang dianggap penulis cukup

merepresentasikan gerakan feminisme dan tepat untuk dijadikan acuan bagi kaum

perempuan untuk dapat memberdayakan dirinya sebagai individu yang mandiri

dan menghasilkan.

Pada penelitian ini, penulis mencoba menganalisis adegan per adegan yang

merepresentasikan gerakan feminisme, berikut dengan perilaku yang mencakup

peran dan posisi pada beberapa tokoh utama perempuan dalam serial drama ini

berdasarkan pada Kode-kode televisi John Fiske yang meliputi : Penampilan,

perilaku, gerakan dan dialog.


✕✕

Setelah dilakukan pengamatan, penulis menemukan 49 adegan yang diantaranya

adalah sebagai berikut :

Adegan 1

Durasi : 0:02:07 – 0:02:13

Raja Jin Heung menunggang kuda

Gambar. 4.1
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Disebuah perbukitan Shilla, Raja Jin heung menunggang kuda dengan gagah

berani, gesture-nya menggambarkan sosok pemimpin yang tegas dan berkuasa .

Hamparan perbukitan Shilla yang luas nan elok di sempurnakan dengan teknik

pengambilan gambar yang tepat yakni Extreme Long Shot (ELS). Teknik

pengambilan gambar ini ditujukan untuk gambar yang sangat jauh, panjang dan

luas serta berdimensi lebar. Teknik (ELS) ini bertujuan membawa penonton untuk

lebih mengenal lokasi cerita. Raja Jin Heung dengan kostum raja yang mewah

menunggang kuda dengan gagah, menampilkan kesan maskulin, tegas dan

berwibawa sebagai seorang Raja yang berkuasa di Kerajaan Shilla. Posisi seorang

raja tergambar pada Raja Jin Heung ini terepresentasikan melalui kostum dan

beberapa aksesoris kerajaan yang digunakan.


✖✗

Dialog : Tidak ada dialog ataupun monolog dalam adegan ini,

adegan ini lebih terfokus pada penampilan, gesture dan

latar

Adegan : 2

Durasi : 0:02:32 - 0:02:34

Panglima Moon Noh sedang memimpin


ritual sembahyang di gunung Ba Gong Kore

Gambar. 4.2
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Panglima Moon Noh dengan kostum serba putih sedang memimpin doa di gunung

Ba Gong kore untuk kejayaan dan keselamatan Shilla. Putih berarti suci dan

hubungan dengan Sang Khalik. Pada masyarakat Korea, kostum berwarna putih

sering digunakan ketika melaksanakan upacara keagamaan. Seperti upacara

kematian ataupun sembahyang atau pemujaan. Teknik pengambilan gambar pada

adegan ini memperlihatkan teknik pengambilan gambar secara Close Up (CU).

Melalui angle ini, penonton dapat lebih merasakan emosi si aktor berdasarkan

reaksi mimik wajah yg tergambarkan. Posisi Moon Noh sebagai pemimpin

tertinggi di medan laga membuatnya memiliki kedudukan yang sangat penting

dalam meraih kejayaan dinasti Shilla.

Dialog : Tidak ada dialog dalam adegan ini


✘✙

Adegan : 3

Durasi : 0 : 02:49 – 0:03:05

Raja Jin Heung dikepung perampok


Baekje

Gambar. 4.3
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Masih di area perbukitan Shila, Raja Jin Heung terkepung oleh perampok Baekje.

Raja Jin heung mengenakan kostum rajanya merepresentasikan bahwa Raja Jin-

Heung memiliki status sosial yang sangat tinggi. Sementara perampok Baekje

dengan kostum dan penutup muka berwarna hitam-hitam serta memegang samurai

memberi kesan sadis dan misterius. Dengan demikian, kostum juga dapat menjadi

pembeda kelas, status sosial bahkan karakter seseorang dengan yang lainnya.

Nada bicara yang tinggi dan menantang, serta perawakan yang misterius membuat

pasukan Baekje terkesan mencerminkan perilaku yang tidak ramah dan kejam.

Gerakan perampok mengepung Raja dan mengacungkan samurai menggambarkan

perampok yang tidak terima atas kekalahan kerajaan Baekje dan berniat

menghabisi nyawa Raja Jin Heung

Dialog : Raja Jin Heung : “Perampok Baekje..!.”

Perampok Baekje : “Iya,,,kenapa?!, kami datang untuk

membalaskan dendam paduka

kami,...serang..!!!.”
✚✛

Adegan 4

Durasi : 0:03:22 – 0:04 10

Mishill menunggang Mishill melawan perampok Mishill berhasil mengalah-


kuda menyelamatkan dilengkapi dengan kan perampok Baekje
Raja Jin Heung atribut perang

Gambar. 4.4
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Masih mengambil setting di Perbukitan Shilla, Mishill dengan kostum perang

berwarna merah, dilengkapi samurai, topi dan masker baja, memberi kesan bahwa

Mishill seorang wanita yang tangguh. Perilaku Mishill yang berani berperang

melawan musuh untuk melindungi nyawa orang yang dihormati dan dicintainya

mengkomunikasikan bahwa Mishill memiliki nilai tambah sebagai seorang

perempuan yang tidak hanya bisa melakukan peran-peran domestik, tetapi juga

mampu melakukan perannya disektor publik, yang sarat intrik,politik dan

kekerasan yang mempertaruhkan nyawanya. Gerakan Mishill memacu kuda

sambil membawa samurai menampakan sikap seorang ksatria. Teknik

pengambilan gambar yang dilakukan memakai teknik Medium Shot (MS) yang

membuat penonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi dari pemain.

Dialog : Tidak ada dialog dalan adegan ini


✜✢

Adegan 5

Durasi : 0 :04:38- 0:04:47

Mishill mengkhawatirkan
keselamatan Raja Jin Heung

Gambar. 4.5
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Masih menggunakan kostum panglima perang, Mishill membuka topeng dan

atribut perangnya, dengan mimik wajah cemas dan sedikit menyesal ia segera

berlutut di hadapan Raja. Nada bicara Mishill yang lembut dan penuh rasa peduli

berlutut meminta maaf atas kelalaiannya. Mishill menghawatirkan keselamatan

Raja Jin heung. Teknik pengambilan gambar Close Up (CU) yang mempertegas

mimik wajah penyesalan dan rasa bersalah Mishill terhadap Paduka.

Dialog : Mishill : “Paduka, maaf saya yang lalai melindungi

anda sebaiknya jangan sendirian periksa

daerah, tolong paduka kembali ke istana..”


60

Adegan 6

Durasi : 0:05:56 – 0:06:20

Raja memuji kepiawaian Mishill Mishill tersipu menerima pujian

Gambar. 4.6
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Penampilan Mishill mengenakan kostum perang berwarna merah mengungkapkan

kepribadiannya yang berani dan percaya diri gerakan tubuh Mishill menundukan

kepala, menandakan perasaan haru karena Raja memuji kepiawaiannya

Dialog : Raja Jin Heung : “Mishill...kau sebagai pemimpin

hwarang,,sudah membina banyak

orang berbakat untuk melindungi

istana..”

Mishill : “Terima kasih paduka”.

Adegan 7

Durasi : 0:07:25 – 0:07:33

Mishill menuangkan teh untuk suami Mishill melayani suaminya

Gambar. 4.7
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok
61

Dalam perjalanan menuju istana, di dalam tandu kerajaan, Mishill berbincang-

bincang dengan Raja Jin heung. Mishill sebagai selir , berpenampilan cantik dan

anggun, dengan mengenakan pakaian berwarna merah muda yang

menggambarkan sifat wanita yang penuh dengan kelembutan. Didepan Raja Jin

heung, perilaku Mishill memang mencerminkan perempuan lembut yang tidak

memiliki ambisi, namun diluar dugaan Mishill menggalang pasukan diam-diam,

mengerahkan klan / orang-orangnya untuk melancarkan strategi dan mewujudkan

ambisinya. Perilaku Raja Jin Heung sebagai suami dalam adegan ini, menunjukan

superioritas pada laki-laki, terhadap perempuan yg berada pada posisi kedua

(inferior). Terlihat gerak tubuh Mishill yang sedang menuangkan teh untuk Raja

Jin Heung. Gesture tubuh Mishill saat melayani raja terkesan anggun dan penuh

hormat.

Dialog : Mishill : “Kalau bukan karena paduka, saya

tidak pernah membayangkan mimpi

ini terwujud”.

Raja Jin Heung : “Menurutmu bagaimana saya bisa

melakukan semua ini ?.”

Mishill : “ Saya tidak berani menilai jasa

paduka.”
62

Adegan 8

Durasi : 0:07:53 – 0:08:20

Raja Jin Heung curiga Mishill mengisyaratkan salah seorang petugas


sesuatu pada pengawal pengangkat tandu di-
penggal sesuai intruksi
Mishill

Gambar. 4.8
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Rambut terawat panjang, kulit halus putih bersih, wajah cantik, sikap yang santun

menutupi kejahatan-kejahatan yang sudah dilakukan oleh Mishill. Perilaku buruk

Mishill yang mulai berbohong di belakang Raja Jin Heung, berperilaku lemah

lembut di depan Raja untuk menutupi semua kelicikannya. Terdengar sedikit

kegaduhan diluar tandu. Raja Jin heung curiga dan menyuruh Mishill melihat ke

luar. Tanpa diduga, Mishill memberi isyarat pada pengawal tandu untuk

menghabisi nyawa salah seorang prajurit yang dianggapnya mengancam

kelancaran strateginya.

Dialog : ..tiba-tiba ada kegaduhan di luar..

Raja Jin Heung : “ Ada apa diluar, coba kau lihat?.”

Mishil : “ Hanya masalah kecil paduka..”

(Mishill berbohong pada Raja Jin Heung)


63

Adegan 9

Durasi : 0:12:29 – 0:14:13

Raja terbaring sakit Mishill khawatir Raja memutuskan Raut sedih dan
Dengan kesehatan Putra Baekjong kecewa atas
Raja Jin Heung menjadi penerusnya keputusan Raja

Gambar. 4.9
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Di tempat peristirahatan nya Raja Jin Heung yang lemah terbaring di tempat tidur

menandakan tidak bisa bertahan lama dengan sakitnya. Raut wajah Mishill terlihat

cemas ketika Raja mulai menyuruhnya menulis surat wasiat. Perilaku Raja Jin

Heung memperlihatkan gerak-gerik kurang yakin dengan ucapan Mishill yang

menyatakan setuju dengan surat wasiat Raja. Bahasa tubuh Mishill terlihat gelisah

dan pandangan mata Mishill berkaca-kaca menahan kesedihan akan rencananya

yang terancam gagal

Dialog : Raja Jin Heung : “ Nyawa saya sudah hampir buntu,

beri saya alat tulis,,,penerus saya

adalah Baekjong,Mishill dan Jin Lun

tidak boleh ikut campur masalah

kerajaan dan mengikuti jejak saya .

menjadi biksu..mengapa..? merasa

tak adil?

Mishill : “ Saya tidak berfikir seperti itu.”


64

Raja Jin Heung : “ Jadi kamu akan turuti keinginan

saya?.”

Mishill : “ Kalau benar Raja meninggal, saya

akan menyerahkan diri menjadi

biksu dan selalu mendoakan arwah

paduka.”

Adegan 10

Durasi : 0:19:00 – 0:20:16

Tetap tersenyum dan berusaha Tatapan penuh makna dan


tetap tenang dalam menghadapi mengangkat alis merupakan
masalah ciri khas Mishill

Gambar. 4.10
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Mishill yang selalu mempesona dengan senyum yang menawan dan paras yang

cantik. Ciri khas Mishill yakni senyumnya dan pembawaannya yang selalu tenang

menghadapi masalah apapun. Sering mengenakan kostum berwarna ungu

menggambarkan karakter Mishill yang mewakilkan kaum feminis. Ungu dikenal

sebagai warna feminis karena memiliki arti kemewahan, bangsawan, kekayaan

dan keanggunan. Selain itu warna ini juga mewakili kekuasaan. Umumnya, kaum

perempuan yang telah mapan dan mandiri cenderung memilih ungu atau nuansa
65

ungu dalam koleksi pakaiannya. Terbukti dari latar belakang Mishill yang

memiliki jabatan penting di istana, memiliki kekuasaan, mandiri , dan

berpenampilan anggun dengan padu padan kostum, hiasan rambut dan asesoris

yang benar-benar serasi. Di kediaman Mishill, Seolwon yang memiliki hubungan

khusus dengan Mishil mengungkapkan kebimbangannya menerima titah Raja Jin

Heung yang menugaskannya untuk segera menghabisi nyawa Mishill, meskipun

begitu Mishill berusaha tetap tenang. Dengan gerakan mata Mishill dan

mengangkat alisnya, ia mengisyaratkan sesuatu kepada Seolwon untuk

melaksanakan strategi liciknya demi mewujudkan ambisinya.

Dialog : Seolwon : “ Paduka sudah tahu semuanya.”

Mishill : “ Apa yang kau khawatirkan?, mengapa

tidak bunuh saja aku? .

Seolwon : “ Mishill..!!,Mengapa kau bercanda disaat

seperti ini?”

Mishill : “ Kalau tidak begitu, kau ingin

bagaimana?.”

Seolwon : “ Saya sudah berkorban demi kamu selama

empat tahun,sudah berikan nasib saya dan

juga nasib Shilla.”

Mishill : “ Yi zi masih belum masuk istana, Munno

pergi menangani ritual doa, ada kesempatan

bagus buat saya merubah keadaan ini,

siapkan saja..!!.”
66

Adegan 11

Durasi : 0:26:40 – 0:28:00

Mishill mengingatkan Raja Mishill menyiapkan obat-obatan


untuk minum obat yang harus diminum raja

Gambar. 4.11
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Mengambil setting di ruang utama kerajaan, dengan kostum berwarna cerah

kombinasi warna pastel (lembut), Mishill membawa nampan berisi air dan obat-

obatan yang harus segera diminum oleh Raja Jin heung menampakan sisi

feminin seorang wanita.Perilaku Mishill menyiapkan obat yang harus diminum

Raja menampakan sikap kepeduliannya terhadap seseorang yang dihormati.

Seperti halnya perempuan yang memiliki kasih sayang dan rasa peduli yang

tinggi. Gesture Mishill terhadap Raja Jin Heung, ketika menasehatinya untuk

segera minum obat dan mempersiapkan obat-obatan menampakan peran domestik

seperti yang dilabelkan pada perempuan. Teknik pengambilan gambar yang

dilakukan pada shoot ini adalah close up dan medium long shot. Pengambilan

gambar close up dimaksudkan agar penonton dapat membaca karakter tokoh

perempuan dan medium long shot dilakukan untuk memperkaya keindahan

gambar yang disajikan ke penonton sekaligus menyorot aktor laki-laki yang

menjadi sosok penting dan menimbulkan konflik dalam adegan ini.


67

Dialog : Mishill : “ Paduka, anda sudah saatnya minum

obat.”

........................................

Mishill : “ Kasih sayangmu padaku tak akan

ku lupakan selamanya.”

Adegan 12

Durasi: 0:29:00 – 0:30:18

Mishill mulai menunjukan Putra baekjong bersembunyi


kekuasaannya dengan rasa takut dan mencuri
dengar pembicaraan Mishill

Gambar. 4.12
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Zaman pemberontakan Mishill dimulai setelah mangkatnya Raja Jin Heung.

Kecantikan wajah ditunjang dengan kecerdasan,ambisi yang kuat serta hubungan

khususnya dengan beberapa orang penting di istana mendekatkannya pada

kekuasaan. Sikap interpersonal yang menunjukan kesuperioritasan Mishill di

lingkungan istana. Cara berbicara Mishill yang penuh penekanan dan ekspresi

wajah yang dingin membuat semua penghuni istana takluk padanya, termasuk

putra Baekjong,cucu Raja Jin Heung yang sebenarnya ditetapkan menjadi penerus

kedudukan raja oleh Raja Jin Heung kelak, terlihat takut dengan pembawaan
68

Mishill yang kejam dan penuh ambisi. Teknik pengambilan gambar close up

ketika Mishill mengungkapkan ambisinya untuk menguasai kerajaan.

Dialog : Mishill : “ Sekarang adalah zaman Mishill, kelak tak

ada lagi yang mampu mengalahkan Mishill..

Lihat paduka..! mereka adalah orang-

orangku (pengikut Mishill)

Adegan 13

Durasi : 0:31:03 – 0:32:36

Mishill merayu pangeran Geumnyum Mishill melayani kebutuhan


biologis pangeran Geumnyum

Gambar. 4.13
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Di ruang peristirahatan pangeran, Mishill mengajak pangeran Geumnyum untuk

bekerjasama menukar surat wasiat raja, untuk mewujudkan ambisinya masing-

masing Mishill yang memiliki kharisma dan pesona dengan mudahnya merayu

dan memikat para lelaki. Sikap Mishill yang lemah lembut, cerdas, dan mampu

membaca situasi mampu membuat para lelaki bertekuk lutut padanya, dan selalu

mengikuti keinginannya. Gerakan tangan Mishill menyentuh wajah pangeran

Geumnyum. Terlihat dari siluet yang nampak, mereka berdua yang berada dalam

satu ruangan tertutup mengesankan bahwa Mishill akan melakukan apapun,


69

termasuk merayu pangeran Geumnyum dan melayaninya demi mewujudkan

ambisinya

Dialog : Mishill : “ Paduka sudah meninggal, tapi belum ada

yang tahu.”

Geumnyum : “ Maksudnya..?.”

Mishill : “ Raja sudah tetapkan surat wasiat, tetapi

penerusnya bukan kamu, melainkan putra

Baekjong. Namun surat wasiat masih bisa

ditukar, asalkan kamu jadikan saya

permaisuri, kamu bersedia..?.”

Adegan 14

Durasi : 0:36:17 – 0:41:44

Hari penobatan pangeran Pangeran Geumnyum Ekspresi wajah kemenang


Geumnyum sebagai Raja mengangkat telur He Ju wajah Mishill atas
Jinji Shi sebagai tanda telah keberhasilan rencananya
menjadi Raja Baru Shilla

Gambar. 4.14
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Di pelataran istana, Raja Jinji mengangkat telur He Ju Shi, dengan kostum

kerajaan dan mahkota kebesaran Shilla, hal ini sudah dapat mengkomunikasikan

bahwa ia adalah pemimpin baru di kerajaan Shilla. Cara Raja jinji berdiri dan
✣✤

mengangkat telur He Ju Shi, dengan senyum puas dan rasa bangga atas

terwujudnya ambisinya, walaupun dengan cara licik sekalipun menggambarkan

sikap pemimpin yang haus akan harta dan kekuasaan, sementara Ekspresi wajah

Mishill menampakan kepuasan, rencana menukar surat wasiat Raja Jin Heung

berjalan mulus

Dialog : Seo ri (kepala kuil) : “ Sekarang silahkan kamu (Jin Lun)

mengangkat telur He Ju Shi...”

.....Ini adalah Paduka kita....

Rakyat : “Paduka panjang umur...panjang

umur”

Adegan 15

Durasi : 0:42:48 – 0:44:46

Mishill menggendong Mishill memohon pada Raja Jinji mengabaikan


bayinya Raja Jinji untuk menepati permohonan Mishill
janjinya

Gambar. 4.15
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Dengan menggunakan kostum berwarna lembut, Mishill menghadap Raja Jinji

sambil menggendong bayi hasil hubungannya dengan raja Jinji. Dengan ekspresi

wajah setengah memelas dan memohon Raja Jinji menepati janjinya untuk
✥✦

menjadikan Mishill permaisuri, namun Raja Jinji tidak mau menepati janjinya

untuk menjadikan Mishill sebagai permaisuri. Perilaku Raja Jinji yang acuh tak

acuh dan mengabaikan ucapan-ucapan Mishill, membuat Mishill kecewa dan

meninggalkan bayinya begitu saja. Ini merupakan pemberontakan yang dilakukan

seorang perempuan yang kecewa, karena telah dicampakan oleh pria yang telah

memberi harapan dan janji-janji palsu.

Dialog : Mishill : “ Apa kau akan tinggalkan saya..?. Apa kau

menginginkan saya dan anak ini menjadi

istri dan anak orang lain?.”

Raja Jinji : “ Mishill, kamu kenapa lagi? Ini adalah

hari penyembahan Tuhan.”

Mishill : “ Hari itu kamu janji untuk jadikan saya

istri.”

Raja Jinji : “ Tapi para mentri tidak menyetujuinya.”

Mishill : “ Ingat, saya sudah sembunyikan surat

wasiat Raja Jin Heung, buat paduka dapat

kedudukan raja.”

Raja Jinji : “ Mishill, mulai hari ini jangan pernah

ungkit surat wasiat lagi.”


✧★

Adegan 16

Durasi : 0:49:14 – 0:52:00

So Hwa memberi informasi Putri Maya terkejut Para Hwarang berdan-Maya


tentang suatu kejanggalan melihat para hwarang dan sebelum perang
yang sedang berdandan

Gambar. 4.16
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Kostum yang dikenakan So Hwa dengan kesederhanaannya menampilkan seorang

pelayan istana yang lugu dan apa adanya, tanpa banyak menggunakan aksesoris

seperti yang dikenakan Mishill. Kostum dan Aksesoris pada zaman dinasti Shilla

sangat menentukan perbedaan peran, posisi dan status sosial seseorang. Berlatar di

pintu belakang kuil istana, So Hwa yang selalu ingin tahu, mengendap-endap dan

mengintip apa yang terjadi di kuil istana membuat Putri Maya terkejut melihat

para hwarang yang sedang merias diri. Pada masyarakat Shilla, apabila para

Hwarang mulai merias diri atau berdandan, menandakan akan terjadinya

peperangan dan kematian

Dialog : So hwa : “ Saya baru mengintip di

belakang.”

Putri Maya : “ Tidak boleh mengintip seperti

itu.”

So Hwa : “ Maaf, saya baru pertama kali

melihat hwarang merias diri.”


✩✪

Putri Maya : “ Apa kau bilang?, para hwarang

merias diri?.”

So Hwa : “ Mereka (hwarang) cantik-cantik

sekali, bahkan, lebih cantik dari

saya.”

Putri Maya : “Tahukah artinya jika hwarang

berdandan?.”

So Hwa : “ Tidak,,apa artinya?.”

Putri Maya : “ Artinya sumpah mati tak akan

kembali. Jika mereka berdandan,

artinya mereka akan berperang.

Mereka pergi berperang dan mati

meninggalkan bagian paling cantik

di dunia.”
✫✬

Adegan 17

Durasi : 0:52:43 – 1:02:20

Raja Jinji terkejut Mishill datang menuntut Mishill meminta Raja


dengan sikap Mishill balas atas sikap semena- Jinji mundur dari tahta
menanya terhadap Mishill

Gambar. 4.17
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Pada hari penyembahan, di pelataran istana, Raja Jinji lengkap dengan kostum

dan atribut kerajaan, terkejut melihat aksi Mishill. Gerak tubuh Mishill terlihat

percaya diri berjalan memimpin barisan hwarang menuju ke arah Raja Jinji.

Dengan langkah yang pasti, postur tubuh tegap dan ekspresi wajah tegas namun

tetap tenang Mishill mengungkap fakta tentang kebenaran surat wasiat Raja Jin

Heung. Perilaku Raja Jinji yang bertindak sewenang-wenang terhadap orang-

orang disekitarnya, ingkar janji dan egois mendapat reaksi keras terutama oleh

Mishill yang merasa dirugikan atas sikapnya. Akhirnya Mishill berhasil

menggulingkan kedudukan Raja Jinji yang telah mencampakan Mishill dan

mengingkari janjinya.

Dialog : Raja Jinji : “ Ini hari penyembahan, kekacauan apa

yang hendak kalian perbuat?!.”

Mishill : “ Sebagai pimpinan hwarang, saya hanya

ingin menyampaikan isi hati para hwarang


✭✮

pada paduka.”

Raja Jinji : “ Beraninya...!!.”

Mishill : “ Paduka, kami harap anda mundur

sendiri.”

Raja Jinji : “ Apa kau bilang..?.”

Mishill : “ Semua usaha Raja Jin Heung hancur

ditanganmu.”

Raja Jinji : “ Keluar kalian..!!, prajurit, usir

mereka..!!!.”

( Para hwarang, merobek baju dan atribut mereka dengan menggunakan belati dan

secara bersamaan menusukannya ke bagian jantung mereka masing-masing,

dimulai dari barisan paling depan lalu disusul oleh barisan kedua ).

Mishill : “ Tidak ada yang bisa halangi

mereka.”

Dewan istana1 : “ Kami sudah tahu isi hati para

hwarang, lebih baik kau mundur

saja.”

Dewan istana2 : “ Banyak sekali kekacauan yang

kau buat, pertama : membuat negara

kacau, kedua : bertindak sewenang-

wenang dan tak bisa pertahankan

hasil jerih payah Raja Jin heung

ketiga : merebut istri Raja Jin heung

(Mishill) dan memaksanya untuk


✯✰

menyembunyikan surat wasiat Raja

Jin Heung yang asli.

Raja Jinji : “ Apa kau bilang..?!.”

Dewan Istana1 : “ Mishill, sekarang bacakan surat

wasiat Raja Jin heung yang asli.”

Mishill : “ Sebelum Raja Jin Heung

meninggal dunia, beliau

meninggalkan surat wasiat.

Penerusnya bukan Putra Jin Lun, tapi

adalah putra pertama dari Putra

Tong Lun, cucu Raja Jin Heung,

yakni Putra Baekjong.

Adegan 18

Durasi : 0:02:41 - 0:03:45

Sejong mengizinkan Mishill memerintahkan Seolwon menuruti


Istrinya untuk menjadi Seolwon menangkap segala perintah Mishill
istri orang lain Raja Jinpeyong

Gambar. 4.18
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Penampilan Mishill yang mendekati perempuan sempurna (berparas cantik,

anggun, bertutur kata halus, cerdas) membuat para lelaki tak kuasa menolak
✱✱

keinginan dan perintahnya termasuk Seojong suaminya sendiri yang pasrah,

istrinya akan menikah dengan orang lain. Mishill ingin menjadi permaisuri dari

Raja Jinpeyong, setelah rencananya berhasil memusnahkan Ratu Maya, ia

mendesak Raja Jinpeyong dan pihak istana agar segera melaksanakan perkawinan

negara. Ketiga adegan kali ini diambil dengan shoot close up, close up ini

merupakan komposisi gambar yang paling popular dibanding komposisi gambar

lainnya. Melalui angle ini, sebuah gambar terlihat lebih hidup dan dapat berbicara

sendiri kepada penonton, karena emosi dan ekspresi wajah akan tergambar dengan

jelas pada shoot ini.

Dialog : Mishill : “ Tidak lama lagi saya akan jadi istri Putra

Baekjong, saya merasa tidak enak.”

Seojong : “ Tidak masalah bagi saya, Raja jin heung

pernah berkata, tak ada satu lelaki-pun

didunia ini yang bisa mendapatkan hati

Mishill. Saya hanya takut, saya sendiri

bukan seorang Raja.”

( Tiba-tiba datang Seolwon memberi kabar berita pada

Mishill )

Seolwon : “ Mishill, putra Baekjong menghilang.”

Mishill : “ Bagaimana dengan Maya?.”

Seolwon : “ Saya sudah suruh orang untuk bereskan

putri Maya.”

Mishill : “ Segera temukan Baekjong”


✲✳

Adegan 19

Durasi : 0:16:29 – 0:24:56

Musyawarah He Bai Moon Noh menghentikan Kembalinya Putri Maya


jalannya musyawarah

Semua orang terkejut melihat kedatangan putri Maya, terutama Mishill dan Raja
Jinpeyong

Amarah Mishill yang tak


terbendung, karena usahanya untuk menjadi permaisuri sia-sia

Gambar. 4.19
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Dengan menggunakan pakaian dan asesoris berwarna senada yang menambah

aura kecantikannya dan menyempurnakan penampilannya pada hari pengangkatan

dirinya menjadi Istri Raja Jinpeyong, yang secara tidak langsung dapat
✴✵

menempatkannya pada posisi permaisuri menggantikan Ratu maya, tiba-tiba

ekspresi wajah Mishill berubah menjadi merah padam karena terbakar api

kemarahan. Gagalnya rencana Mishill untuk kesekian kalinya, dikarenakan ketika

musyawarah He Bai berlangsung, tiba-tiba Ratu Maya kembali ke istana bersama

panglima Moon Noh. Sikap terkejut dan amarah yang ditampakkan Mishill dan

pengikutnya, menimbulkan kesan bahwa mereka terlibat dalam rencana

penculikan dan pembunuhan Ratu Maya dan Panglima Moon Noh

Dialog : Pemimpin Musyawarah : “ Musyawarah He Bai akan

segera dimulai, sekarang

keluarkan pendapat kalian

pada paduka.”

Panglima Moon Noh : “ Hentikan...!!.”

Raja Jinpeyong : “ Guo xian...”

Panglima Moon Noh : “ Paduka..”

Pemimpin Musyawarah : “ Lama tidak bertemu Guo

xian, tetapi kau tidak berhak

mengeluarkan suara

dipermusyawarahan dan tak

boleh membuat keributan

disini.”

Panglima Moon Noh : “ Silahkan semuanya

berdiri,, ..permaisuri telah

kembali...”

Raja Jinpeyong : “ Maya..”


80

Ratu Maya : “ Saya ditangkap penjahat

dalam perjalanan pulang.”

Yi Zi : “ Siapa yang berani berbuat

itu?.”

Ratu Maya : “Saya dan Moon Noh ingin

menyelidiki tapi tidak bisa,

karena kaki dan tangan saya

diikat dan dilempar ke laut

bersama Moon Noh.”

Raja Jinpeyong :“Guo xian kamu telah

selamatkan Maya”

Panglima Moon Noh :“Bukan saya yang

selamatkan, tapi Ratu Maya

selamatkan dirinya sendiri.”

Ratu Maya : “ Belati pemberian kakekmu

yang selamatkan saya dan

bayi ini. Saya memotong

talinya dengan belati ini.”

Raja Jinpeyong : “ Anak kita masih

hidup?,,semuanya selamat..?

terimaksih...permaisuri.”
81

Adegan 20

Durasi : 0:31:00 – 0:35:15

Seo-ri mempertanyakan Seo-ri meminta Mishill Mishill merencanakan


ambisi Mishill menjadi untuk tenang dan sesuatu untuk mencapai
permaisuri menyusun rencana baru ambisinya

Gambar. 4.20
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Di kediaman Mishill, terlihat Mishill sedang berkonsentrasi menyusun strategi

baru. Kostum yang kerap kali digunakan Mishill selalu dikombinasikan dengan

warna ungu yang melambangkan kemandirian, kemewahan dan kemapanan

seorang perempuan. Dengan keanggunan yang misterius, Mishill bersemedi

memikirkan rencana baru, setelah selama ini rencana untuk merebut kekuasaan

selalu gagal. Sikap pantang menyerah yang dimiliki Mishill dalam mencapai

keinginannya terlihat dari berbagai usaha dan rencananya gagal,namun Mishill tak

pernah putus asa memutar otak untuk menciptakan strategi baru. Ekspresi

kegalauan Mishill pada raut wajahnya berubah menjadi penuh optimis saat Seo-ri

memberikan informasi tentang kejanggalan kandungan Ratu Maya, dimana situasi

ini sangat menguntungkan Mishill untuk melancarkan serangkaian aksi kudeta.

Dialog : Seo ri : “ Mengapa kau sangat menginginkan

kedudukan permaisuri ?, walaupun bukan


82

permaisuri juga kau bisa mendapatkan

segalanya.”

Mishill : “ Walau mendapatkan semuanya, tetapi

malah bukan permaisuri untuk apa?.”

Seo ri : “ Kau jangan terlalu banyak pikiran,

tenang saja, nasib berada ditangan kamu,

kabarnya Maya akan melahirkan anak

kembar, ini peluang untukmu,”

Adegan 21

Durasi : 0:40:06 – 0:42:00

Mishill kembali mengatur Mishill memerintahkan


strategi baru Mi Saeng untuk mengumpulkan
prajurit

Gambar. 4.21
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Selain piawai dalam berperang, mengatur strategi dan merawat diri, Mishill juga

pandai bermain musik. Saat penat ia habiskan untuk memadu-padankan nada dan

irama yang berasal dari gelas musik menjadi satu komposisi alunan musik yang

apik. Di dalam ruang musik, Misaeng menghampirinya untuk menyampaikan

kabar berita bahwa permaisuri sudah melahirkan anak kembar. Dengan tatapan
83

penuh keyakinan dan percaya diri, Mishill kembali bangkit dan mengatur strategi

baru dengan menggalang pasukan berikut klannya untuk melancarkan aksinya.

Sikap dominan Mishill tergambarkan ketika memerintahkan orang-orang

terdekatnya untuk membantu menjalankan rencananya. Tatapan mata yang tajam,

gaya bicara yang optimis dan tegas, pengendalian emosi dan dapat membaca

situasi membuat Mishill dikagumi dan disegani oleh para pengikutnya. Teknik

pengambilan gambar dilakukan dengan cara meng-close up wajah masin-masin

aktor agar penonton dapat mengenali profil dan karakter pemain lebih dalam.

Dialog : Mishill : “ Kalau Maya lahirkan kembar, tidak bisa

lahirkan lelaki lagi.”

Misaeng : “ Kita meski cari cara dan atur strategi

baru.”

Mishill : “ Kumpulkan semua orang-orang kita,

kumpulkan prajurit sembunyi-sembunyi.”

Mishill : “ Baiklah.”
84

Adegan 22

Durasi : 0:50:28 – 0:51:54

Mishill mulai mengatur strategi baru


dengan mengandalkan pengikut setianya

Gambar. 4.22
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Mengambil setting di dalam ruang rapat istana Mishill kembali mengatur strategi

baru bersama klannya. Kostum yang dikenakan Mishill selalu serasi dengan

aksesorisnya, hal ini yang membuatnya selalu terlihat kharismatik dan

mempesona Perpaduan antara aksesoris berwarna gold dan pakaian berwarna

ungu mempertegas kesan mewah dan anggun. Mishill duduk dengan anggun

memimpin rapat, dan membagi tugas pada masing-masing pengikut setianya

untuk menjalankan rencana selanjutnya. Mishill sangat teliti dalam membaca

situasi, prediksinya terkadang sangat tepat, sifat teliti Mishill ini digambarkan

pada dialog ketika ia mengatur strategi dan membagi tugas pada

Seolwon,Seojong, Seo ri dan Misaeng. Teknik pengambilan gambar yang

dilakukan dalam adegan ini adalah medium shot yang bertujuan agar penonton

dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi dari masing-masing pemain.

Dialog : Mishill : “ Beri tahu semua orang

kalau permaisuri sudah

melahirkan”
85

Panglima&Kepala biksu : “ ..Tentu...”

Mishill : “ Demi menyembunyikan

kabar permaisuri lahirkan

anak kembar, paduka

mungkin memindahkan salah

satu bayinya ke luar istana.

Perintahkan prajurit berjaga

di depan kamar bersalin,

halangi orang keluar masuk,

awasi gerak-gerik orang-

orang terdekat paduka

terutama Moon Noh.

Seolwon, kau awasi Moon-

Noh.”

Seolwon : “ Baik, saya berangkat

sekarang.”

Mishil : “ Seojong, kau pergi bawa

hwarang.”

Seojong : “ baik.”

Mishill : “ Seori , kau awasi gerak-

gerik tempat sembahyang,”

Seori : “ iya..”

Mishill : “ Misaeng, kau siapkan

perayaan kelahiran bayi


86

permaisuri.”

Misaeng : “ Ya,,tentu saja.”

Adegan 23

Durasi : 0:00:41 – 0:02:26

Raja Jinpeyong menangis Guo xian menerobos Guo xian mengelabui


merelakan salah satu bayi pasukan suruhan Mishill Seolwon dan pasukannya
kembar untuk diasingkan untuk menyelamatkan dengan berpura-pura
keluar istana bayi Raja Jinpeyong menggendong bayi,padahal
itu hanya gulungan kain

Gambar. 4.23
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Dalam misinya menyelamatkan bayi kembar raja Jinpeyong, Guo xian atau yang

dikenal sebagai panglima Moon Noh dengan gagah berani, menerobos penjaga

utusan Mishill. Sikap Guo xian yang cerdas dan sigap berhasil mengecoh pasukan

dan anak buah Mishill. Guo xian memeluk gulungan kain yg seolah-olah

berbentuk bayi meyakinkan pasukan dan anak buah Mishill yang hendak merebut

gulungan kain yang dikiranya bayi itu, dan akhirnya ia berhasil masuk ke dalam

ruang bersalin untuk menyelamatkan bayi kembar itu.

Dialog : Raja Jinpeyong : “ Maafkan ayah anakku...”

Ratu Maya : “ Paduka jangan..!!.”

Raja Jinpeyong : “ So Hwa...cepat keluar,, bawa

anak ini..!!.”
87

So Hwa : “ Tapi paduka...”

Raja Jinpeyong : “ ...cepat...!!!.”

( Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk....)

Raja Jinpeyong : “ Siapa..?.”

Guo xian : “ Paduka ini saya, Guo xian.”

Adegan 24

Durasi : 0:04:14 – 0:05:14

Raja Jinpeyong sedang berbagi Ekspresi misterius Mishill


kebahagiaan dengan seluruh yang memiliki sejuta rencana
seluruh warga istana dengan jahat untuk mewujudkan
mengangkat tinggi-tinggi bayinya ambisinya

Gambar. 4.24
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Di pelataran istana, rakyat sedang berpesta menyambut kelahiran bayi raja

Jinpeyong, sementara Mishill tetap menyaksikan dengan senyum misteriusnya, ia

berusaha menutupi kejanggalan yang ada. Penampilan Mishill yang misterius,

sulit ditebak , menjadi karakter yang sangat mengesankan. Dengan

keanggunannya, wajahnya tetap tenang walau terjebak dalam masalah sesulit

apapun. Sikap tenang yang tampak pada Mishill memberi kesan bahwa Mishill

tetap taat pada aturan istana dan tidak terlihat sedang melancarkan serangkaian

aksinya dalam melakukan pemberontakan untuk mewujudkan ambisinya. Teknik

pengambilan gambar yang dilakukan dalam adegan raja Jinpeyong yang sedang
88

mengangkat bayi adalah middle close up. Melalui shoot ini penonton diajak untuk

melihat lebih dalam bahasa tubuh dan emosi Raja Jinpeyong yang sedang bahagia

mendapatkan seorang putri.Gerakan mengangkat bayi yang dilakukan oleh Raja

Jinpeyong dimaksudkan sebagai simbol kebahagiaan yang patut disyukuri dan

dirayakan

Dialog : Raja Jinpeyong : “ Ini dia Putri Shilla Chomyong.”

Warga istana : “ Paduka panjang umur, Putri

Chomyong panjang umur...”

Adegan 25

Durasi : 0:12:44 – 0:15:46

Mishill geram dengan Dengan kejam Mishil Mishill memerintahkan


penjaga istana yang menebas leher ketiga Chil sook untuk
membiarkan So Hwa penjaga istana dengan menangkap So Hwa dan
dan bayi pergi keluar sebilah samurai bayi itu

Gambar. 4.25
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Dibalik sosok lembut dan keanggunannya, Mishill memiliki sifat tegas dan sadis.

Dengan mudahnya ia menebas leher ketiga penjaga istana menggunakan sebilah

samurai menampakan sisi lain dari seorang perempuan yang berfikir dan

bertindak secara rasional bukan berdasarkan perasaan. Mishill tidak dapat

memaafkan orang-orang yang lalai akan tugas yang ia perintahkan, apalagi hal

tersebut akan menghambat rencananya. Tindakan keras Mishill membuat orang-

orang suruhannya menjadi takut dan tunduk padanya. Ekspresi wajah yang dingin
89

dan gerakan samurai Mishill menebas leher para penjaga istana dengan satu

tebasan mengesankan amarah yang membabi-buta

Dialog : Misaeng : “ Sudah berapa lama pelayan itu pergi?.”

Penjaga : “ Sekitar lima belas menit.”

Seolwon : “ Cpet bertindak..!!, perluas daerah

pencarian..!!.”

Misaeng : “ Kakak..kau sedang lihat apa?.”

Mishill : “ Apa itu..?.” ( menatap bintang bei dou )

Misaeng : “ Itu sepertinya tujuh bintang bei dou,

disampingnya itu seperti ada... “

Seojong : “ Mengapa bertambah satu bintang

lagi..?.”

Misaeng : “ Ada tujuh bintang bei dou menjadi

delapan.”

Mishill : “ Kembaran itu...kembaran itu.. Manusia

kadang bisa salah, tetapi orang-orang saya

tidak boleh salah..!!.”

( Menghunus samurai dan menebas leher tiga penjaga

sekaligus dengan sekali tebasan )

Mishill : “ Chil sook..!!!.”

Chil sook : “ Ya putri...”

Mishill : “ Segera pergi,tangkap pelayan dan bayi

kembar itu..!! Butuh berapa lama waktu dan

apapun resikonya saya tidak peduli. Kau


90

mesti berhasil membawanya kedepan saya,

paham..!!!.”

Chil sook : “ Baik...saya mengerti.”

Adegan 26

Durasi : 0:26:31 – 0:31:34

Deokman seorang gadis pemberani


yang percaya diri. Berani melakukan
perjalanan menyusuri padang-pasir
seorang diri

Gambar. 4.26
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Tanpa sadar Chilseok bertemu Deokman, salah satu bayi kembar yang ia cari

selama lima belas tahun, namun mereka berdua tidak saling menyadari hal itu.

Saat bertemu Chil Sook di padang pasir, Deokman menawarkan kepada Chill

Sook yang sebenarnya musuh dalam selimut dan mengancam keselamatan

jiwanya. Kostum dan karakter Deokman menggambarkan bahwa Deokman

adalah seorang remaja pengembara berani, cerdas dan percaya diri. Sikap

Deokman yang cerdas, ceria dan pandai bahasa Ji Lin membuat Chilsook sedikit

curiga. Gesture Deokman ketika berjalan terlihat sangat hati-hati dan waspada,

gerakannya menangkap ular pun sangat yakin dan berani. Teknik pengambilan

gambar close up, yang bertujuan agar penonton dapat lebih mengenal karakter dan

profil Deokman yang cerdas, dan pemberani.


91

Dialog : Chil sook : “ Akhirnya saya kehilangan jejak juga.”

Deokman : “ Apakah kau putus asa.?”

Chil seok : “ Tidak, akhirnya ketemu lagi, tapi

terlambat. Perempuan itu menduduki kapal

dan pergi ke Hang-Zhou.”

Deokman : “ Oleh karena itu kau mencarinya kesini?.”

Chil sook : “ Waktuku kuhabiskan hanya untuk

menangkapnya.”

Deokman : “ Lima belas tahun kau mencari

perempuan itu?.”

Chil sook : “ Setelah dua tahun baru sadar, semakin

jauh dari kampung halaman. Kalau saja

waktu itu saya pulang dan terima hukuman

mati saja. Oya disini akan didirikan tempat

perdagangan ya?

Deokman : “ Iya, kenapa? Kau mau jadi pedagang?.”

Chil seok : “ Tidak..”

Deokman : “ Paman bernasib baik bisa

bertemu saya. Kalau tidak bertemu

saya akan sial, benarkan?.”

Chil sook : “ Kau bukan orang Ji Lin, mengapa

bahasa Ji Linnya bagus sekali?.”

Deokman : “ Karena kami tinggal di tempat

perdangangan, harus bisa lebih dari


92

dua bahasa....tunggu sebentar...!!!.”

Chil sook : “ Kenapa..?.”

Deokman : “ Liu sha ( pasir hidup )

Didalam pasir kadang ada pasir yang

bergerak. Jika masuk ke dalamnya,

tidak bisa keluar lagi.. hiii..!!. Mari

jalan lagi.”

Deokman : “ Tunggu...jangan injak..!!! bisa

sakit jika digigit ular ini, tapi mereka

bisa dijual ditempat

perdagangan..mari lanjutkan

perjalanan.”

Adegan 27

Durasi : 0:35:01 – 0:36:20

Deokman belajar dari para Deokman mengungkapkan


pedagang negeri seberang ketertarikannya dalam masalah
negara dan pemerintahan

Gambar. 4.27
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Sejak remaja Deokman gemar sekali membaca buku-buku pengetahuan yang ia

dapatkan dari para pedagang mesir ataupun negara lainnya yang singgah di kedai
93

ibu asuhnya. Deokman tidak segan-segan bertanya pada para pedagang tentang

hal-hal yang belum ia ketahui. Sikapnya yang mudah bergaul dengan siapa saja

dan ingin belajar dari pengalaman orang lain membuat dirinya menjadi pribadi

yang disukai. Ekspresi wajah bersemangat dan kagum tergambar ketika Deokman

mengungkapkan ketertarikannya membaca buku kenegaraan dan pemerintahan.

Selain close up, teknik yang dilakukan dalam pengambilan gambar pada adegan

ini adalah medium shot yang bertujuan mengajak penonton agar dapat melihat

dengan jelas ekspresi dan emosi Deokman saat berbincang-bincang dengan

Cartan.

Dialog : Deokman : “ Ini saya sudah tandakan yang saya tidak

mengerti dan menunggu paman datang

untuk menjelaskan.”

Cartan : “ Buku sampai lapuk begini, sudah berapa

halaman yang kau baca?.”

Deokman : “ Hati-hati memegang bukunya, jangan

terlalu kasar nanti hancur.”

Cartan : “ Apakah buku ini sangat berharga?.”

Deokman : “ Ya... bagi saya ini sangat berharga, saya

pikir di dunia ini hanya ada pasir dan

bintang. Tapi setelah baca buku yang dikasih

paman ini, hati saya bergetar jika

membacanya.,”

Cartan : “ Bergetar bagaimana?.”

Deokman : “ Saya senang baca buku ini, ada sebuah


94

negara, para pahlawan yang memperebutkan

negara, melindungi negara dan

memusyawarahkan negara.”

Adegan 28

Durasi : 0:42:25 – 0:43:45

Deokman sangat senang membaca Deokman berterimah kasih kepada


membaca buku-buku pengetahuan para pedagang yang telah mengha-
diahinya buku

Gambar. 4.28
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Keinginannya yang kuat untuk menimba ilmu menghantarkan Deokman menjadi

pemimpin sebuah negara. Terlihat ekspresi kegembiraan Deokman saat

mendapatkan hadiah buku pengetahuan dari para pedagang. Teknik pengambilan

gambar yang dilakukan adalah close up yang memperlihatkan kejelasan mimik

waja dan emosi kegembiraan Deokman saat menerima buku dari para pedagang.

Dialog : Cartan : “ Apa ini bukankah kalender zheng

ghuang?.”

Deokman : “ Benarkah ini kalender negara

wei?.”

Cartan : “ Iya,, hanya buku saja Deokman

sudah begitu suka.”


95

Pedagang Xi lian : “ Kami juga ada yang lain, ini bola

api.”

Deokman : “ Benarkah...? Kalian mau

menghadiahkan ini untukku. Besok

kalian beritahu bagaimana cara

melakukannya.”

Adegan 29

Durasi : 0:45:28 – 0:45:48

Deokman memeluk So Hwa Deokman meyakinkan Deokman tetap berusaha


yang sedang sakit dan sedih So Hwa bahwa ia mam- tegar dan tersenyum
pu hidup tanpa kasih walaupun hatinya sedih
sayang seorang ayah dan terluka

Gambar. 4.29
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Suatu ketika Deokman bertanya pada So Hwa ibu asuhnya tentang keberadaan

ayah kandungnya, So Hwa hanya meneteskan air mata dan menunjukan mimik

wajah bingung untuk menjawab pertanyaan Deokman. Namun Deokman mengerti

mengapa ibu asuhnya merahasiakan keberadaan ayah kandungnya. Deokman yang

selalu optimis dan berusaha tetap tersenyum dalam situasi dan kondisi apapun

membuat So Hwa , bangga sebagai ibu asuhnya. Deokman meyakinkan So Hwa,

bahwa ia dapat melindungi So hwa dan bertahan hidup seorang diri tanpa kasih

sayang dari seorang ayah. Sikap Deokman ini merupakan gambaran dari

kemandiria seorang anak perempuan yang tak pernah merasakan kasih sayang
96

ayah sejak lahir. Gerakan Deokman memeluk So Hwa ketika So Hwa terbatuk-

batuk karena penyakitnya menggambarkan kecintaan seorang anak pada ibunya

yang ingin selalu melindungi ibunya

Dialog : So Hwa : “ Deokman, kamu jangan main lagi..ayo

cepat tidur.”

Deokman : “ Iya bu.”

So hwa : “ Deokman, tamu yang tadi bersamamu

bisa bahasa Ji Lin?.”

Deokman : “ Iya, katanya dia seorang pendekar.”

So Hwa : “ Bisa bahasa Ji Lin dan seorang

pendekar?.”

Deokman : “ Ibu, ternyata orang itu satu kampung

dengan ayah.”

So Hwa : “ Apa..? ayahmu..?.”

Deokman : “ ternyata Ji Lin yang terlihat sangat besar,

tapi sebenarnya kecil kan?.”

So Hwa : “ Jadi kamu bilang padanya masalah

kampung halaman ayahmu di Ji Lin?.”

Deokman : “ Tidak, bukankah ibu melarangku untuk

tidak mengatakan hal itu kepada siapapun?.”

So Hwa : “ Iya, kau tidak boleh mengatakannya

pada siapapun .....tidak boleh...”

Deokman : “ Ibu, apakah itu memalukan?, ibu tidak

pernah mengungkit ayah ..apakah


97

melahirkan saya sesuatu hal yang

memalukan?.”

So Hwa : “ Bukan begitu...”

Deokman : “ Ibu... saya tidak ada ayah juga bisa

bertahan. Ibu, kita pergi ke Luo Ma saja.

Disana bisa temukan tabib untuk sembuhkan

penyakit ibu, selain itu kita juga bisa

dapatkan banyak uang disana. Ibu..tidak ada

ayahpun saya bisa melakukannya.”

Adegan 30

Durasi : 0:49:36 – 0:52:10

Mishill selalu yakin dan Mishill merasa puas setelah


percaya diri dengan semua mendengar berita bahwa putra
rencana yang sudah disusun dari Raja Jinpeyong meninggal
untuk ke-tiga kalinya

Gambar. 4.30
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Dengan keanggunannya mishill selalu bersikap bijak dalam menghadapi

kegagalan-kegagalan rencananya, dan terus berusaha sekuat tenaga untuk

mencapai keinginannya. Sikap pantang menyerah dan selalu bangkit ketika gagal

serta berusaha mewujudkan ambisinya merupakan sifat dan karakter Mishill yang

membuatnya disegani orang-orang disekitarnya, termasuk Ratu Seondeok. Mishill


98

memang tak pernah putus asa dalam menghadapi kegagalan usahanya. Banyak

jalan menuju roma untuk mencoba berbagai macam cara untuk mewujudkan

ambisinya. Mungkin hal ini lah yang membuatnya dikagumi oleh para

pengikutnya juga Ratu Seondeok. Ia selalu berharap, dunia selalu berpihak

padanya. Saat mendengar putra mahkota meninggal dunia, ia pun segera Mishill

menyusun rencana baru untuk melakukan pemilihan putra mahkota dan berharap

anak-anaknya yang dapat menggantikan posisi putera mahkota.

Dialog : Seo ri : “ Masalah bintang bei dou kau masih

memikirkannya?.”

Mishill : “ Salah satu bintang sudah kehilangan

sinarnya sudah lebih dari lima belas tahun.”

Seo ri : “ Chil sook pergi mencari salah satu bayi

kembar itu, mereka sudah kehilangan selama

lima belas tahun. Chil sook menghilang

memang kasihan, tapi dia pasti sudah

selesaikan tugasnya, kalau tidak mengapa

bintang itu kehilangan sinarnya?.”

Mishill : “ Apakah putra yang lahir kali ini juga

dapat kutukan ‘kembar’?.”

Seo ri : “ Tentu saja, semua masalah akan berjalan

sesuai dengan keinginanmu, tenang saja.

Waktu akan selalu berada dipihakmu.”

Mishill : “ Saya selalu yakin waktu ada di pihak

saya.”
99

Seolwon : “ Mishill....Mishill..”

Mishill : “ Apa yang terjadi?, kau begitu tampak

tergesa-gesa menemuiku?.”

Seolwon : “ Kau mungkin adalah orang yang

bernasib baik, kali ini putra dari Raja

Jinpeyong sudah meninggal lagi.

Adegan 31

Durasi : 0:00:08 – 0:01:29

Mishill meninggal dengan Deokman mengungkapakn Tanpa sadar Deokman


caranya sendiri yakni kekaguman terhadap Mishill Deokman meneteskan
meminum racun didalam hati air mata atas kepergian
Mishill

Gambar. 4.31
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Mishill lebih memilih mengakhiri hidupnya ketimbang harus menyerah dan

bergabung. Meskipun ia sudah meregang nyawa, kostum dan aksesoris yang

digunakan lengkap seperti yang dikenakan sehari-hari membuat Mishill terlihat

seperti tertidur bersama kharismanya. Keanggunan Mishill masih terpancar

meskipun dia sudah mati karena meminum racun. Mishill duduk dengan anggun

di kursi tahtanya dengan kostum kesehariannya membuat orang yang melihatnya

susah percaya bahwa ia sudah meninggal. Sikap Mishill yang ambisius , cerdas

dan penuh kekuasaan membuat Deokman kagum dengannya dan menganggapnya


100

sebagai musuh terbaik. Ekspresi wajah Mishill sangat tenang dan anggun ketika

meninggalkan semua impian dan ambisinya. Mishill memutuskan untuk

menyudahi peperangannya dengan Deokman. Teknik pengambilan gambar yang

dilakukan close up dengan tujuan agar penonton ikut terbawa emosi ketika

menyaksikan Mishill meninggalkan ambisi, kecantikan, kekuasaannya untuk

selama-lamanya.

Dialog : Putri Deokman : “ Yang Mulia Mishill, kalau bukan

karena anda mungkin aku tidak akan

sampai disini,,,saya salut pada

Mishill...”

Adegan 32

Durasi : 0:04:54 – 0:08:24

Deokman memaksa Bi dam Dengan raut wajah sedih Deokman terkejut men-
menjelaskan hubungannya Bi dam mengungkapkan dengar pengakuan Bi-
bahwa dengan Mishill cerita yang sebenarnya dam Mishill adalah ibu
kandungnya

Gambar. 4.32
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Sikap diam Bi dam yang menyembunyikan identitasnya selama ini membuat

Deokman geram dan kecewa. Tangan Deokman memukul Bi dam dan bersuara

lantang mempertanyakan hubungan Bi dam dengan Mishill, menggambarkan

emosi dan kekesalan Deokman yang menggebu-gebu. Namun ketika Bi dam


101

mengungkapkan identitasnya sebagai anak kandung Mishil, Deokman yang

sebelumnya marah dan kecewa pada Bi dam sedikit melunak ketika mendengar

cerita sedih Bi dam dan seketika berubah menjadi iba dan simpatik

Dialog : Putri Deokman : “ Bidam, kita harus bicara

sekarang..!! kau telah berbohong

padaku. Jelaskan ada hubungan apa

kau dengan Mishill ?!. Dulu kau

mengatakan tidak ada hubungan apa-

apa dengan Mishill, tapi mengapa

ketika Mishill meninggal kau

menumpahkan air matamu..?

ceritakan padaku..!!. Apa alasan

kematiannya harus membuatmu

menangis ?... dan apa alasan

mengapa dia mengirimmu

bertamasya pada hari pemberon-

takannya dan apa alasan kalian

sering berbicara berdua,,,apa

alasannya..?!!!.”

Bidam : “ Dia adalah ibuku.”

Putri deokman : “ Apa...?.”

Bi dam : “ Mishill adalah ibu yang

melahirkanku.”
102

Adegan 33

Durasi : 0:08:40 – 0:15:00

Pengawal pasukan istana Chil sook bersikeras untuk Chil sook &Seokpum
menghadang pasukan tidak menyerah dan tetap merencanakan melakukan
Mishill melakukan perlawanan pemberontakan

Gambar. 4.33
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Jika dilihat dari raut wajah yang sangar, postur tubuh yang tegap , pandangan

mata yang tajam, sudah dapat dipastikan Chil sook sangat cocok menjadi pemeran

antagonis terbaik setelah Mishill dalam serial drama ini. Para pasukan Mishill

termasuk Seokpum menjatuhkan senjata mereka dan berlutut sebagai tanda

menyerahkan diri, setelah mendengar kabar Mishill telah meninggal, namun Chil

sook tidak mau menyerah dan akan melakukan pemberontakan. Sikap keras Chil

sook yang tidak mau menyerahkan diri pada Yang Mulia Putri deokman

mempengaruhi Seokpum yang juga ingin melakukan pemberontakan. Teknik

pengambilan gambar dalam adegan dialog antara Chil Sook dan Seokpum adalah

middle close up, melalui angle ini penonton masih tetap dapat melihat latar

belakang yang ada.

Dialog : Pengawal pasukan istana : “ Apakah kalian tidak

menerima perintah untuk

melucuti senjata kalian dan

menyerah saja. Kita akan


103

mengambil alih kendali

pasukan, maka ikuti saja

perintah yang ada.”

Chil sook : “ Apa yang terjadi dengan

Yang Mulia Mishill?.”

Pengawal pasukan istana : “ Ia sudah meninggal.”

Seokpum :“ kau bilang apa ?,

meninggal..? Bagaimana dia

meninggal ? “

Pengawal pasukan istana : “ Aku dapat informasi dia

meninggal karena bunuh diri,

jadi lucuti senjata kalian.”

Chil sook : “Aku tidak akan mengikuti

perintah itu !. Untuk pertama

kalinya saya yang akan

menentang perinta Yang

Mulia, saya akan membunuh

Putri Deokman. Seokpum..!!

ambil pasukan dan kembali.

Aku tidak akan kehilangan

peluang kali ini. Aku sendiri

yang harus mengambil negara

ini dipundakku,ini adalah

pemberontakan Chil sook !!.”


104

Seokpum : “Aku tidak akan

membiarkan hal itu !.”

Chil sook : “ Apa..??!. “

Seokpum : “ Ini adalah pemberontakan

Chil sook dan Seokpum, kita

akan melakukannya bersama-

sama.”

Adegan 34

Durasi : 0:15:56 – 0:17:10

Bi dam menceritakan penderitaan- Deokman tersentuh dengan cerita


nya yang tidak diaku anak oleh Mishil pilu Bi dam dan memeluk Bi dam
ibu kandungnya sendiri

Gambar. 4.34
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Bi dam tak dapat membendung kesedihan ketika tahu Mishill adalah ibu

kandungnya. Penampilan Bi dam yang sangat memprihatinkan, raut wajah yang

sedih, air mata yang mengalir dan nada bicara yang sedikit terisak membuat Putri

deokman turut merasakan penderitaannya. Perilaku Mishill yang meninggalkan Bi

dam begitu saja sewaktu bayi menjadi dilema untuk Bi dam Dan Deokman yang

pada dasarnya saling mencintai. Deokman memeluk Bi dam yang sedih akan

penderitaan dan nasibnya. Memeluk seseorang yang sedang sedih dapat membuat
105

hatinya sedikit terobati. Teknik pengambilan gambar saat Deokman dan Bi dam

berpelukan adalah close up dimana penonton dapat merasakan chemistry

romantisme antara Bi dam dan Deokman.

Dialog : Putri Deokman : “ Bagaimana mungkin dia

ibumu?.”

Bi dam : “Setelah berhasil membantu Raja

Jinji naik tahta, ibuku ditipu olehnya

tidak dijadikan permaisuri. Sejak saat

itu dia tidak membutuhkan saya lagi

dan meninggalkan saya begitu saja

tanpa penyesalan. Setelah hari itu

Tuan Moon Noh yang membesarkan

saya dan pada suatu hari saya

mengetahui berita itu bahwa saya

adalah anak yang telah dilahirkan

Mishill dan ditinggalkannya.Namun

sampai nafas terakhir pun dia tak

pernah mengakui ku sebagai

anaknya. Pasti kau tahu bagaimana

perasaanku...”

Putri Deokman :“Mengapa kau tidak memberitahuku

Bi dam : “ Bagaimana aku memberitahumu

jika aku saja tidak diakuinya sebagai

anak.”
106

Putri Deokman : “ Tapi minimal kau sudah

mengatakannya padaku. Pasti sangat

berat bagimu dan sangat sulit

menerima ini semua..”

Adegan 35

Durasi : 0:26:08 – 0:28:45

Deokman berharap ayahnya masih Deokman dan ibunya menangisi


dapat pulih kembali kepergian Raja Jinpeyong

Gambar. 4.35
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Di kediaman Raja Jinpeyong, baik Ratu Maya ataupun Putri Deokman, keduanya

sedang dirundung kesedihan karena kondisi Raja Jinpeyong sangat

memprihatinkan terlihat dari gesture, mimik muka, air mata dan isak tangis ratu

Maya. Sikap mandiri dan berani Putri deokman membuat ayahnya yakin kalau

anaknya sanggup menjadi pemimpin yang bijaksana untuk negara Shilla. Gerakan

tangan Putri deokman mengangkat tangan ayahnya mengkomunikasikan bahwa

dirinya sedang memberi semangat hidup pada ayahnya (Raja Jinpeyong) untuk

bangkit dan pulih dari sakitnya, sampai akhirnya Raja Jinpeyong menutup mata

untuk selamanya. Teknik pengambilan gambar yang digunakan dalam adegan ini

adalah medium long shot, dengan tujuan memperkaya keindahan gambar yang

ditujukan ke mata penonton


107

Dialog : Putri Deokman : “ Yang Mulia ini Deokman...Yang

Mulia.. mungkin anda bisa bangun

kembali setelah mendengar kabar

baik ini,, Mishill telah meninggal.

Kumohon,,bangunlah...”

Raja Jinpeyong : “ Aku akan meninggalkan dunia

fana ini ditanganmu...”

Putri Deokman : “ Yang Mulia...”

Raja Jinpeyong : “ Aku masih harus bersaing dengan

Mishill di Nirwana dan bertemu

dengan Cheonmyeong juga.”

Putri Deokman : “ Paduka....”

Raja Jinpeyong : “ Maafkan aku...”

Putri Deokman : “ Yang Mulia... ayah.....ayah...”

Raja Jinpeyong : “ Kau harus mewujudkan impian

yang tak mungkin itu, menyatukan

tiga kerajaan dan menjadikan Shilla

pemimpinnya.”

Raja Jinpeyong : “ Saya yakin kau pasti bisa.”

Putri Deokman : “ Ayah...”


108

Adegan 36

Durasi : 0:32:00 – 0:32:35

Putri Deokman sedang bermusyawarah Putri Deokman membuat keputusan


mengenai hukuman yang akan diberikan tidak melakukan eksekusi pada klan
pada klan Mishill Mishill

Gambar. 4.36
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Musyawarah dilakukan setelah upacara kematian Raja Jinpeyong, sehingga

mereka masih mengenakan kostum duka yang berwarna putih kombinasi hitam

yang mengkomunikasikan bahwa mereka masih dalam keadaan berkabung.

Seluruh dewan istana terkejut dan menoleh ke arah Putri Deokman atas keputusan

Putri yang sangat mengejutkan untuk tidak mengeksekusi klan Mishill,

memaafkan kesalahan mereka, mengubur luka lama dalam-dalam dan menyuruh

mereka untuk bergabung untuk bersama-sama membangun Shilla. Sikap Putri

Deokman yang pemaaf dan bijaksana dalam mengambil keputusan membuat

sebagian dewan istana sedikit meragukan kepemimpinannya saat Deokman

mengambil keputusan yang sangat kontroversial.

Dialog : Yushin : “ Yang Mulia,,sebelum penobatan

anda harus berurusan dengan klan

Mishill.”

Kim Chuncu : “ Ya.. mereka harus dihukum mati

dan disaksikan oleh semua orang.”


109

Putri Deokman : “ Tidak, saya tidak akan

melakukannya....Mereka tidak akan

dieksekusi....”

Adegan 37

Durasi : 0:36:00 – 0:36:54

Ibunda Ratu tidak setuju dengan Putri deokman tetap teguh pendirian
keputusan Deokman untuk tidak dan bersikeras pada keputusannya
menghukum mati klan Mishill

Gambar. 4.37
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Putri Deokman dan Ibunda Ratu Maya bermusyawarah membicarakan eksekusi

pada klan Mishill masih dengan menggunakan kostum putih dengan list hitam

yang menggambarkan mereka masih dalam keadaan berduka setelah

meninggalnya Raja Jinpeyong. Banyak keluarga istana yang meragukan

keputusan Deokman untuk tidak melakukan eksekusi pada klan Mishill termasuk

ibunda Ratu Maya, namun Sikap Deokman yang teguh pendirian dapat

meyakinkan ibunda ratu yang tadinya ragu akan keputusan Deokman untuk tidak

menjatuhkan hukuman mati pada klan Mishill. Deokman meyakinkan seluruh

keluarga istana, bahwa sifat dendam hanyalah akan membuka luka lama dan akan

sangat memperburuk keadaan Shilla.


110

Dialog : Ibunda Ratu Maya : “Mereka adalah penghianat..!!.

Bagaimana mereka bisa

mengampuni hidup mereka ?.”

Putri Deokman : “ Jika mereka dituduh melakukan

penghianatan, ribuan nyawa harus

dikorbankan, ribuan orang berada

dibawah komando Mishill, bahkan

mereka mencapai puluhan ribu.. apa

iya kita harus mengeksekusi mereka

semua ?.”

Kim Chuncu : “ Apakah anda ingin menutup bab

sejarah negara kita ini ?..”

Putri deokman : “ Dan bagaimana saya bisa maju

jika terus dihantui kesedihan dan

dendam mereka. Saya akan coba

untuk yakinkan mereka. Bukankah

upaya untuk meraih kepercayaan

mereka jauh lebih berharga daripada

harus menbgatasi kesedihan yang

menaruh dendam mereka?.”


111

Adegan 38

Durasi : 0:38:30 – 0:40:11

Dewan istana masih meragukan Putri Deokman mengesampingkan


keputusan Putri Deokman terhadap emosi dan dendam pribadi, Dia lebih
hukuman yang akan diberikan pada mengutamakan kepentingan negara
klan Mishil
Gambar. 4.38
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Putri Deokman memimpin musyawarah bersama para dewan istana dan

mengambil keputusan yang kontroversial. Namun tidak ada seorangpun yang

dapat mementahkan pendapat dan merubah keputusannya. Ekspresi wajahnya

menggambarkan seorang yang teguh pendirian dan taat prinsip. Sikap profesional

Deokman sebagai pemimpin tampak saat mengesampingkan dendam pribadi demi

keberhasilan negaranya. Putri Deokman berfikir secara rasional dalam bertindak

dan mengambil keputusan, bukan berdasarkan perasaan dan emosi semata.

Teknik pengambilan gambar dalam adegan musyawarah antara dewan istana dan

Deokman adalah medium shot dimana para penonton dapat melihat dengan jelas

ekspresi dan emosi masing-masing peserta musyawarah.

Dialog : Seohyon : “ Saya mohon anda bisa

mempertimbangkan kembali

keputusan anda untuk tidak

mengeksekusi para pengikut

Mishill.”
112

Kim Chuncu : “ Bagaimana kita bisa membiarkan

noda dusta pada sejarah kerajaan

kita ?.”

Alcheon : “ Kita harus mengungkapkan

semua kebenaran dan menghukum

mereka yang seharusnya

bertanggungjawab. Mungkin anda

akan berubah pikiran untuk

mengeksekusi mereka ?.”

Kim Chuncu : “ Tidakkah kau membenci lady

Mishill ?.”

Putri Deokman : “ Apakah ada orang disini yang

bisa membenci dirinya lebih dari

perasaan benciku padanya ?, karena

dia...saya harus dibuang dari istana,,,

karena juga saya harus kehilangan

ibu yang sudah membesarkan saya (

So Hwa ), karena ulahnya adik

kandung saya meninggal. Kalian

pikir saya tidak mau membalas

dendam untuk ibu dan adik saya ?

Tapi Mishill sudah meninggalkan

kita, sebaiknya kita tutup luka masa


113

lalu. Yang terpenting adalah

menyelamatkan Shilla.”

Adegan 39

Durasi : 0:40:18 – 0:41:50

Hari pengeksekusian klan Putri Deokman memutuskan Pengikut setia Mishill


Mishill tidak menghukum mati klan satu per-satu berlutut
Mishill pada Purti Deokman

Gambar. 4.39
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Para klan Mishill terlihat pasrah menerima hukuman. Mereka mengenakan

kostum seragam berwarna putih ketika akan menghadapi hukuman / eksekusi.

Warna putih bagi masyarakat Shilla berarti warna yang menggambarkan suasana

duka. Gerakan klan Mishill yang berlutut pada Putri Deokman mengungkapkan

rasa terima kasih mereka karena Putri Deokman tidak jadi menjatuhkan hukuman

mati pada mereka. Terlihat hanya Seolwon saja yang bersungguh-sungguh

berterima kasih pada Putri Deokman, sementara yang lain hanya mengikuti saja

dengan tetap menyimpan dendam dihati mereka.

Dialog : Putri Deokman : “ Kalian adalah penghianat yang

membahayakan keluarga kerajaan

dan masa depan negara ini. Semua

senjata dan penjaga pribadi milik


114

kalian akan disita, bersama dengan

semua tanah yang diberikan pada

kalian. Dan untuk dekade selanjutnya

pasukan dewan akan terus

mengamati gerak-gerik kalian. Tapi

aku...akan membiarkan kalian tetap

hidup.. kita akan mempersiapkan

tiang gantungan untuk Chil seok dan

Seokpum dan melimpahkan

kesalahan ini semua pada mereka.”

Seolwon : “ Saya akan mengabdikan

seluruh hidup saya untuk

membalas kebaikan anda.”

Adegan 40

Durasi : 0:45:43 – 0:48:00

Deokman berterima kasih pada Bi dam menyambut ucapan terima-


Bi dam, karena sudah membantunya kasih Putri Deokman dengan senyum
membuat Mishill terpojok dan menyerah

Gambar. 4.40
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok
115

Sosok dan penampilan Putri Deokman yang anggun, mandiri dan cerdas membuat

Bi dam jatuh cinta padanya. Bahasa tubuh dan gaya bicara Bi dam

mengkomunikasikan bahwa dia memendam perasaan cinta, namun harus

mengesampingkan kepentingan pribadinya dan mengutamakan urusan

kenegaraan. Sulit sekali berada diposisi Bi dam, di satu sisi ia ingin menghormati

mendiang ibunya di sisi lain ia tidak bisa memungkiri perasaan cintanya pada

Deokman. Sikap Bi dam yang mampu melakukan apa saja demi orang yang

dicintainya, termasuk memojokan Mishill agar menyerah membuat Deokman

berterima kasih dan bersimpatik padanya. Kedua tokoh dalam adegan ini di shoot

secara close up, agar penonton dapat merasakan emosi masing-masing tokoh.

Dialog : Putri Deokman : “ Apakah kau memanfaatkan surat

perintah Raja Jin Heung untuk

mengancam dan memojokan Mishill

agar dia menyerah dan menyudahi

peperangan ini ?, Kau tahu... apa

yang membuat Mishill berubah ?.

Mishill berubah karena hati seorang

anak, seorang anak yang tak tega

mengungkapkan isi surat itu

kepada semua orang. Sehingga dia

enggan meneruskan peperangan ini

dan menyerah dengan cara bunuh

diri. Saya ingin berterima kasih


116

padamu, sudah melakukan ini semua

untuk saya.”

Adegan 41

Durasi : 0:55:24 – 0:57:41

Ibunda Ratu meminta Putri Deokman dengan yakin bunda Ratu memeluk
Deokman untuk berjuang menyatakan kesanggupanny Deokman dengan penuh
seorang diri untuk Shilla menjadi pemimpin Shilla kasih sayang

Gambar. 4.41
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Putri Deokman menggunakan kostum berwarna biru yang memiliki arti tenang,

damai, intelegensi timggi, pandai dan membela kebenaran. (Dameria dalam

Maria, 2007:63) yang sangat menggambarkan karakter Deokman yang bukan

seorang pendendam. Deokman lebih memilih untuk berdamai dengan klan Mishill

ketimbang harus melakukan eksekusi mati pada mereka. Ibunda Ratu Maya yang

memiliki sosok keibuan tergambar pada penampilannya yang bersahaja ketika

memberikan petuah-petuah dan memeluk Putri Deokman. Putri Deokman

meyakinkan ibunya, akan kesanggupannya berjuang seorang diri menjadi Ratu

Shilla yang bertanggungjawab atas negara dan rakyatnya. Ekspresi keyakinan

Putri Deokman diperjelas dengan teknik pengambilan gambar close up.

Dialog : Ibunda Ratu Maya : “ Besok adalah hari penobatanmu

sebagai Ratu.”
117

Putri Deokman : “ Iya..”

Ibunda Ratu Maya : “ Andai saja Cheonmyeong bisa

menyaksikannya, pasti dia akan

sangat senang. Namun aku lega...

setidaknya aku bisa menyaksikan hal

itu sebelum aku pergi.”

Putri Deokman : “ Sebelum ibu pergi...?.”

Ibunda Ratu Maya : “ Aku tak bisa membiarkan

ayahmu sendirian tanpa kiriman doa

menuju nirwana. Saya akan pensiun

dari istana dan mengabdikan

diri dikuil.”

Putri Deokman : “ Ibu...”

Ibunda Ratu Maya : “ Deokman kau harus berjuang

seorang diri sekarang. Kau harus

melindungi negara ini serta

melindungi orang-orangmu. Tak

seorangpun dapat menderita atas

namamu. Kau tidak dapat percaya

pada siapapun dan tidak boleh

mencurigai siapapun. Apakah kau

mampu ?. Bisakah kau mengalahkan

kesendirianmu tanpa rasa takut ?.”


118

Adegan 42

Durasi : 0:57:43 – 0:58:40

Deokman bimbang dan ragu Di balik rasa yakin dan percaya


untuk berjuang seorang diri dirinya ada sisi kebimbangan dan
sedikit rasa pesimis

Gambar. 4.42
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Kerutan dahi dan tatapan sendu Putri Deokman menggambarkan suasana hatinya

yang sedang bimbang dan ragu untuk melaksanakan amanat mendiang ayahnya

untuk menjadi pemimpin Shilla dan berjuang seorang diri tanpa bergantung pada

siapapun. Sikap Deokman yang belum terbiasa memimpin rakyat,menjadikan

jiwanya labil sehingga terkadang optimis didepan orang-orang namun di dalam

hatinya pesimis dan mengalami kegundahan. Pengambilan gambar dilakukan

secara close up untuk mengajak penonton memahami pikiran dan perasaan tokoh

tersebut.

Dialog : Putri Deokman : “ Haruskah aku benar-benar tidak

percaya pada siapapun, tetapi juga

tidak mencurigai seseorang?.

Haruskah aku benar-benar

melakukan itu tanpa tergantung pada

siapapun ?. Haruskah aku berjalan


119

disepanjang jalan ini dan melakukan

semuanya sendiri ?. saat ini...”

Adegan 43

Durasi : 0:59:46 – 0:01:25

Hari penobatan Putri Deokman Ratu Seondeok memberi Seluruh rakyat berlutut
sebagai Ratu Seondeok salam pada seluruh menyambut Ratu baru
rakyat mereka

Gambar. 4.43
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Lengkap dengan kostum seorang Raja, Deokman berdiri di tahta kerajaan didepan

ribuan pengawal istana dan rakyatnya menggambarkan status Deokman sebagai

orang nomor satu di kerajaan Shilla. Kostum Ratu yang bernuansa mera

kombinasi hitam dan gold merepresentasikan kemewahan seorang ratu yang

berani dan memiliki semangat berapi-api untuk melindungi dan menyejahterakan

rakyatnya. Sikap Deokman yang pantang menyerah, senang belajar dari

lingkungan sekitar menjadikan dirinya seorang Ratu yang disegani oleh

rakyatnya. Gerakan tangan Ratu Seondeok memberi salam pada seluruh rakyatnya

menggambarkan kerendahan hati seorang pemimpin tetapi tetap menjunjung

tinggi kewibawaannya

Dialog : Kim Yongchun : “ Saya memperkenalkan ini dia

Ratu Baru kita yang akan menjadi


120

pemimpin kerajaan kita.Yang Mulia

Ratu Seondeok....”

Seluruh rakyat : “ Hidup yang mulia...hidup yang

mulia...”

Yushin : “ Yang Mulia saya akan

mengabdikan diri saya untuk anda.”

Bi dam : “ Yang Mulia saya akan

mengorbankan apapun tanpa

syarat.”

Adegan : 44

Durasi : 0:01:27 – 0:02:38

Ratu Seondeok mengajak warga istana Ratu Seondeok mengumumkan


untuk bersama-sama bersatu membangun kabinet baru pemerintahan Shilla
kerajaan Shila

Gambar. 4.44
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Diruang utama istana, pada awal kepemimpinannya, Ratu melakukan reshuffle

kabinet, dengan menempatkan orang-orang yang berkompeten menjadi dewan

istana. Di dominasi dengan nuansa gold baik pada kostum Ratu maupun

background menggambarkan suasana kerajaan yang sangat kental. Sikap Ratu

Seondeok yang tidak ingin mendendam pada luka lama dan tidak ingin menengok
121

ke masa lalu serta ingin merangkul semua rakyat untuk dapat membuat Shilla

bersatu mendapat respon positif dari anak buahnya. Keyakinan Ratu Seondeok

untuk menjadikan Shilla berjaya tergambar melalui ekspresi wajahnya yang yakin

dan percaya diri dengan mata yang berbinar menyambut masa depan Shilla yang

lebih baik

Dialog : Ratu Seondeok : “ Saya memproklamasikan Kim

Yongchun sebagai perdana menteri

baru mewakili semua anggota dewan

dan memimpin semua urusan

negara.”

Kim Yongchun : “ Rahmat anda beragam Yang

Mulia..”

Ratu Seondeok : “ Selain itu, Kanselir Dewan

Urusan Militer Kim Seohyeon akamn

dipromosikan menjadi komisaris

pada posisi yang tertinggi di tentara

yaitu letnan komandan, untuk

melindungi bangsa ini dengan tekad

anda.”

Kim Seohyeon : “ Rahmat anda beragam Yang

Mulia.”

Ratu Seondeok : “ Sebuah kejadian buruk sdah

menimpa bangsa ini, tetapi itu akan

terkubur menjadi kesalahan dimasa


122

lalu. Kita sekarang harus

mengumpulkan kekuatan kita dan

menyelesaikan perjuangan Shilla.

Membuka era baru dan bersama-

sama mewujudkan impian bangsa

ini.”

Seluruh warga istana : “ Kami akan memberikan jiwa

dan raga kami..”

Adegan : 45

Durasi : 0:02:39 – 0:04:44

Ratu Seondeok sedang memimpin Ratu Seondeok meyakinkan bawahannya


musyawarah yang berkenaan dengan bahwa idenya untuk meningkatkan
strategi kejayaan negara Shilla kualitas alat pertanian akan berhasil
membuat Shilla semakin berjaya

Gambar. 4.45
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Masih dengan kostum kerajaan bernuansa kuning-gold kombinasi merah dibagian

bahu hingga perut dipadu dengan aksesoris rambut dan anting yang serasi. Ratu

Seondeok memimpin musyawarah dan bertukar pikiran dengan dewan istana.

Dengan menempati posisi duduk pada kursi utama membuat Ratu Seondeok

ditinggikan derajatnya sebagai seorang Ratu. Adu argumen pun terjadi antara
123

Ratu Seondeok dan dewan istana tentang cara meningkatkan kejayaan Shilla. Pola

pikir Ratu yang cerdas dapat membuka jalan pikiran anak buahnya, bahwa

kejayaan sebuah negara tidak selalu disebabkan oleh militer atau persenjataan

yang hebat,namun dari dukungan rakyatnya. Ekspresi wajah yakin Ratu Seondeok

membuat para dewan istana terpengaruh untuk mengikuti jalan pikirannya

Dialog : Yushin : “ Yang Mulia, apa yang akan anda

lakukan untuk membuka zaman

baru?. Menyebar kami di tiga

kerajaan ?.”

Ratu Seondeok : “ Tentu saja..”

Alcheon : “ Tapi alasan anda tidak

menambah dana militer ?.”

Ratu Seondeok : “ Itu karena kita harus lebih

dahulu menghasilkan lebih banyak

alat-alat pertanian berkualitas

tinggi.”

Yushin : “ Yang Mulia...bukannya saya

menyepelekan pendapat

anda....tapi...”

Ratu Seondeok : “ Bagaimana menurut Anda Raja

Jin Heung memperluas wilayahnya

sampai sejauh itu?. Apakah itu

dengan kekuatan senjatanya ? Tentu

tidak, tetapi dengan orang-


124

orangnya.”

Kim Chuncu : “ Ya.. orang-orang dengan tujuan

untuk melindungi, itu orang-orang

yang dimaksud.”

Ratu Seondeok : “ Ya..orang-orang yang memiliki

tujuan dan semangat sama untuk

melindungi negara ini.”

Bi dam : “ Apakah itu berarti pemilik

tanah ?.”

Kim Chuncu : “ Bukankah pemilik, penyewa

tanah atau budak saat ini sangat

prihatin dengan kondisi tanah ?.”

Ratu Seondeok : “ Pertama kita harus meyakinkan

mereka bahwa tanah sangat penting

untuk rakyat , dan meyakinkan

mereka jika kita lebih kuat dan lebih

kaya akan banyak memberi

keuntungan yang melimpah untuk

mereka.
125

Adegan 46

Durasi : 0:09:25 – 0:11:15

Ratu menugaskan Bi dam di bagian Ratu menaruh kepercayaannya pada


audit/ Inspektorat Jendral kerajaan Bi dam
untuk membabat korupsi dan
penyalahgunaan wewenang.

Gambar. 4.46
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Kostum yang digunakan Bi dam bernuansa hitam, sampai kipas aksesoris yang

digunakan pun berwarna hitam menggambarkan kesan misterius dan sulit ditebak.

Sikap Bi dam yang tegas, gaya bicara yang meyakinkan dan percaya diri serta

kelihaiannya mengatur strategi membuat Ratu sangat percaya untuk mengutus Bi-

dam untuk mengawasi pejabat yang melakukan tindak korupsi dan

penyalahgunaan jabatan dan menempatkannya pada posisi komisaris royal

inspektorat

Dialog : Ratu Seondeok : “ Bi dam kau harus menjadi pisau

saya yang mampu memberantas

setiap korupsi dan penyalahgunaan

jabatan. “

Bi dam : “ Baik Yang Mulia, saya akan

menjadi mata pisau anda yang dapat

anda gunakan kapan saja anda

butuhkan. “
126

Ratu Seondeok : “ Semua reformasi harus dimulai

dari atas dan bantuan dari bawah,

selain itu kau harus mengumpulkan

informasi baik dari dalam ataupun

dari luar. Karena itu sangat penting

sekali . Jangan lupa untuk selalu

melaporkannya pada saya. “

Bi dam : “ Baik yang Mulia saya akan

melakukan tugas tersebut dengan

penuh tanggung jawab. Tetapi siapa

yang akan mengawasi perilaku

saya ? “

Ratu Seondeok : “ Saya sendiri yang akan

mengawasi seluruh tingkah laku

anda. “
127

Adegan 47

Durasi : 0:12:19 – 0:13:50

Ratu Seondeok bersosialisasi Ratu Seondeok puas dengan Seluruh rakyat berso-
langsung dengan para petani hasil panen yang melimpah rak gembira menga-
gungkan ratu

Gambar. 4.47
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Penampilan yang anggun, kostum feminin dengan asesoris cantik berkilauan

namun gaya bicara tetap tegas dan berwibawa menambah daftar kesempurnaan

Deokman sebagai pemimpin Shilla. Sikap Ratu Seondeok yang mengutamakan

kepentingan dan kesejahteraan rakyat membuat dirinya disanjung dan dikagumi

oleh rakyat berbagai kalangan. Dipusat perdangan Shilla, Ratu ikut membaur

dengan para pedagang, petani dan bersosialisasi, tak segan-segan ia memberi

penghargaan bagi petani yang berhasil menggarap lahan tandus dan menghasilkan

panen yg melimpah. Rakyat berlutut dan menyambut pemimpin mereka yang

bijaksana dan mengerti keinginan rakyatnya.

Dialog : Ratu Seondeok : “ Bagaimana hasilnya ?. “

Hojae : “ Ya, retribusi mereka dari tanah

tandus berjumlah sampai dengan 300

Seom. Semua berdiri..!!.

Yang Bonggi..?

Yang Bonggi : “ Ya...saya...”

Ratu Seondeok : “ Jadi anda yang menghasilkan


128

panen terbesar dari tanah yang

tandus ?. “

Yang Bonggi : “ Ya, Yang Mulia, sebagian

peralatan pertanian yang anda

berikan pada kami sangat efektif. “

Ratu Seondeok : “ Saya dengan ini menyatakan

anda sebagai kepala tanah pertanian

reklamasi, saya akan memperluas

praktek reklamasi yang sama ke

daerah lain. Pastikan lebih banyak

lagi petani yang berhasil menggarap

kembali tanah yang telah tandus. “

Yang Bonggi : “ Rahmat anda beragam. “

Hojae : “ Kita juga akan mengendalikan

hasil setiap tahun dan mencalonkan

lebih banyak lagi orang dalam posisi

ini. Jadi berusahalah untuk lebih

fokus menggarap lahan pertanian

untuk panen tahun depan. “

Seluruh petani : “ Rahmat anda beragam...hidup

Yang Mulia.......hidup Yang

Mulia..”
129

Adegan 48

Durasi : 0:41:17 – 0:42:39

Ratu Seondeok memuji kemampuan Kim Yushin tetap rendah hati


dalam melatih pasukan, sehingga menanggapi pujian Ratu
membawa kemenangan bagi Shilla

Gambar. 4.48
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Mengambil setting di Shilla Milenium Park atau replika istana Shilla, Penampilan

Yushin sebagai panglima perang yang handal, bersahaja dan rela berkorban bagi

bangsanya membuat dirinya dikagumi banyak orang termasuk Ratu. Sikap Yushin

yang sangat percaya pada pasukan / anak buahnya yang sebenarnya masih aktif

melakukan pemberontakan membuat Ratu bingung untuk mengambil tindakan.

Ekspresi wajah Yushin tersipu malu ketika Ratu memuji kemampuannya, namun

ia tetap rendah hati menanggapi pujian tersebut

Dialog : Ratu Seondeok : “ Anda sungguh luar biasa, setiap

orang memuji pasukan anda dan

pencapaian-pencapaian anda.”

Yu Shin : “ Itu semua karena kami berlatih

keras dari hari ke hari. Upaya yang

gigih telah menjadi pilar pasukan

kita. Saya tidak melakukan apa-apa

dan tidak layak mendapat pujian


130

seperti itu. ”

Ratu Seondeok : “ Semuanya banyak mengalami

perubahan, Siapa yang menyangka

pasukan Godo Hyungnim akan

berubah begitu banyak ?. “

Yu Shin : “ Itu juga kejutan bagi saya,

prestasinya memang sangat

meningkat pesat.”

Ratu Seondeok : “ Bagaimana prestasi Wolya ?. “

Yu Shin : “ Mereka lebih dari siap

untuk memimpin batalion mereka

sendiri. “

Ratu Seondeok :“ Sepertinya kau sangat

mempercayai mereka.”

Yu Shin : “ Ya, apa tidak demikian bagi

Yang Mulia ?”

Ratu Seondeok : “ Bagaimana bisa tidak ?,

Deokman percaya sepenuhnya pada

anda. “
131

Adegan 49

Durasi : 0:54:39 – 0:1:20

Ekspresi kemarahan Ratu Yushin berlutut memohon Bi dam tersenyum sinis


Seondeok pada Yushin pada Ratu untuk tetap karena strateginya
percaya pada rakyat Gaya hampir berhasil

Gambar. 4.49
Sumber : Serial The Great Queen Seondeok

Kemarahan Ratu Seondeok membuat Yushin berlutut memohon dan meminta

maaf atas kesalahan yang dilakukan Wolya anak buahnya. Sikap Yushin yang

terlalu percaya pada anak buahnya yang jelas-jelas masih melakukan

pemberontakan membuat Ratu sangat kesal. Dengan sangat marah Ratu

membuang muka sambil berteriak memanggil Bi dam. Teknik pengambilan

gambar close up, menegaskan amarah dan kekesalan Ratu terhadap Yushin yang

dinilai membangkang dan gagal mendidik anak buah.

Dialog : Yu Shin : “ Yang Mulia ...maaf saya

kurang ajar. Tetapi Wolya

ditahan oleh royal

inspektorat. ” Apa

kesalahannya sehingga

membuatnya ditahan..?”

Ratu Seondeok : “ Tuan Yushin, selama ini

saya sudah memperlakukan


132

keturunan Gaya dengan adil,

membebaskan mereka dari

diskriminasi, menempatkan

orang yang berbakat pada

posisi yang penting, memberi

tanah dan mensejahterakan

hidup mereka tapi mengapa

mereka masih melakukan

memberontak. Aku minta

sekarang juga tinggalkan

Gaya...! ”

Yu Shin : “ Apa maksudnya ?. “

Ratu Sendeok : “ Mereka membentuk gerakan diam-diam

dan pemberontakan itu sudah jelas dipimpin

oleh Wolya. Tuan Yushin...anda harus

meninggalkan Gaya..!. “

Yu Shin : “ Yang Mulia... Jika Wolya memang

bertanggung jawab atas penghianatan ini, dia

hanyalah salah satu dari banyak keturunan

Gaya yang mengalami penganiayaan. Yang

Mulia.. orang-orang Gaya ....”

Ratu Seondeok : “ Orang-orang Gaya..??!!. Orang-orang

Gaya apa yang kau maksud ?!!, Mereka

adalah orang-orang Shilla. .Orang-


133

orangku,,!!. ...Bidam...!!!!. “

Bi dam : “ Ya... Yang Mulia,,apakah anda mencari

saya ?.”

Ratu Seondeok : “ Bagaimana hasilnya ?. “

Bi dam : “ Kami menemukan gerakan itu

melakukan tindakan lebih lanjut, dan mereka

dibawah pimpinan Wolya. Kami telah

lakukan pemberantasan semua anggota dari

berbagai kantor. Yang Mulia izinkan aku

memberi masukan. Jika Wolya adalah

pemimpin gerakan restorasi. Akan lebih baik

menyelidiki marsekal yushin apakah ada

hubungan dengan Wolya. Semoga anda

menyetujui penyelidikan kami terhadap

marsekal. “

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dimana data-data yang telah

berhasil didokumentasikan direduksi atau diseleksi sesuai dengan rumusan

masalah penelitian yang merujuk pada konsep feminisme serta perilaku, peran dan

posisi pada tokoh utama perempuan pada serial The Great Queen Seondeok yakni

Mishill dan Deokman maka didapatlah beberapa adegan yang menunjukan peran

dan posisi perempuan dalam serial ini, baik dalam konteks keluarga maupun

pemerintahan, sekaligus merepresentasikan gerakan feminisme.


134

Berikut adalah adegan yg menggambarkan Perilaku mencakup peran dan posisi

perempuan pada tokoh perempuan dalam serial drama “The Great Queen

Seondeok” dalam konteks keluarga dan pemerintahan.

5.1.1. Adegan penggambaran perilaku, peran dan posisi perempuan dalam

konteks keluarga/rumah tangga

SCENE PERILAKU GAMBAR TEKNIK KETERANGAN


PERAN POSISI KAMERA

7. Mishill sebagai selir Raja,


Melakukan berpenampilan cantik dan
Medium
pekerjaan anggun, dengan mengenakan
Long
rumah tangga, Shot pakaian berwarna merah muda
( MLS ) yang menggambarkan sifat
melayani suami
wanita yang indentik dengan
Peran:
kelembutan. Terlihat gerak tubuh
Domestik
Mishill yang sedang menuangkan
Long
Shot teh untuk Raja Jin Heung.
( LS ) Gerakan tubuh Mishill saat
melayani raja terkesan anggun
dan penuh hormat.

9 Tidak Dapat Mishill tidak dapat menolak atau


Close Up menentang keinginan suami.
menolak
(CU)
Kendati bertolak belakang dengan
keinginan
keinginan hati Mishill, sebagai
suami,peng-
selir ia tak dapat berbuat banyak.
gambaran
perempuan
dalam Close Up
(CU)
Posisi
Subordinat .
135

11 Mishill mengingatkan Raja Jin


Melakukan
Heung untuk minum obat dan
pekerjaan
mempersiapkan obat-obatan-nya
rumah tangga Long
Shot Hal ini menunjukan bahwa
mengurus suami
(LS) Mishill masih melakukan peran
Peran: domestik seperti yang dilabel-kan
Domestik pada perempuan

13 Melayani
Mishill berusaha merayu
kebutuhan pangeran Geumnyum dan rela
Long
biologis suami Shot menjadi selir serta melayani
(LS)
Peran: kebutuhan bilogis pangeran
Domestik Geumnyum demi mewujudkan
ambisinya untuk menjadi seorang
permaisuri

15 Melahirkan
Melahirkan dan dicampakan
anak dari Sambil menggendong bayi hasil
Medium
seorang laki- Long hubungannya dengan Geumyeun,
Shot
laki dan Mishill memohon untuk tidak
(MLS)
dicampakan meninggalkannya dan menepati
Posisi: janjinya untuk menjadikannya

Subordinat (istri yang sah). Geumyeun yang


bersikap acuh tak acuh
mengabaikan perkataan Mishill,
Long mengan-camnya untuk tidak
Shot (LS) mengungkit soal surat wasiat, lalu
meninggalkannya pergi
136

Seojong mengizinkan istrinya


untuk menjadi istri orang lain.
18 Meminta Seojong sama sekali tidak
persetujuan keberatan Mishill ingin menjadi
berpoliandri Close Up permaisuri dan menjadi istri dari
(CU)
pada suami Raja Jinpeyong. Seojong
Posisi: Dominan mendukung apapun yang ingin
Mishill lakukan demi
mewujudkan ambisinya

Semenjak remaja, Deokman


sudah berusaha mandiri, bekerja
26
Mencari nafkah mendapatkan uang untuk
untuk membantu ibunya yg hidup

membantu sebatang kara, siapa lagi yg bisa


Close Up
membantu ibunya mencari nafkah
perekonomian (CU)
kalau bukan dirinya. Setiap hari,
keluarga
siang, malam ia menyusuri
Peran: Publik
padang pasir mencari hewan
buruan untuk dijual di pusat kota,
tanpa takut bahaya apapun.

Deokman mengerti mengapa ibu


29 Mampu asuhnya merahasiakan keberada-
menggantikan an ayah kandungnya. Deokman
Close Up
peran ayah yang selalu optimis dan berusaha
(CU)
dalam keluarga tetap tersenyum dalam situasi dan
Posisi: Dominan kondisi apapun membuat So Hwa
, bangga sebagai ibu asuhnya.
Deokman meyakinkan So Hwa,
bahwa ia dapat melindungi So

Medium hwa dan bertahan hidup seorang


Long diri tanpa kasih sayang dari
Shot
seorang ayah.
(MLS)
137

Putri Deokman berusaha


Menjadi tulang
41
meyakinkan diri untuk menjadi
punggung
harapan keluarga meneruskan
keluarga dan Big Close
Up perjuangan kakeknya menjadi
harapan bagi
(BCU) seprang pemimpin negeri yang
masyarakat dapat menyejahterakan rakyatnya.
banyak
Peran: Publik

5.1.2. Adegan penggambaran perilaku, peran dan posisi perempuan dalam

konteks Pemerintahan

SCENE PERAN POSISI GAMBAR TEKNIK KETERANGAN


KAMERA

Menuntut balas Pada hari penyembahan, di


17
akan perlakuan Long pelataran istana, Raja Jinji
lengkap dengan kostum dan
semena-mena Shot (LS)
atribut kerajaan, terkejut melihat
yang diterima
aksi Mishill. Perilaku Raja Jinji
Posisi: Dominan
yang bertindak sewenang-wenang
terhadap orang-orang disekitar-
nya, ingkar janji dan egois
mendapat reaksi keras terutama
oleh Mishill yang merasa
dirugikan atas sikapnya.
Akhirnya Mishill berhasil
menggulingkan kedudukan Raja
Jinji yang telah mencampakan
Mishill dan mengingkari janjinya
138

Menjadi Medium Mishill duduk dengan anggun


22
pemimpin dari Shot memimpin rapat, dan membagi
tugas pada masing-masing
sebuah kelompok (MS)
pengikut setianya untuk
pemberontakan
menjalankan rencana selanjutnya.
Posisi: Dominan
Mishill sangat teliti dalam
membaca situasi, prediksinya
terkadang sangat tepat, sifat teliti
Mishill ini digambarkan pada
dialog ketika ia mengatur strategi
dan membagi tugas pada
Seolwon, Seojong, Seo ri dan
Misaeng.

Mishill memerintahkan anak


Memberi perintah Long
25 buah yang paling setia yakni chil
pada anak Shot
sook untuk segera menangkap So
buahnya yang (LS)
Hwa dan bayi kembar raja yang
sebagian besar dilarikan ke luar istana dalam
laki-laki keadaan apapun dan dalam waktu
Posisi: Dominan berapa lama pun.

Sejak remaja Deokman gemar


Memiliki
sekali membaca buku-buku
27 keinginan untuk Medium
pengetahuan yang ia dapatkan
memperkaya ilmu Shot
dari para pedagang mesir ataupun
pengetahuan (MS)
negara lainnya yang singgah di
dengan belajar kedai ibu asuhnya. Deokman
dan membaca tidak segan-segan bertanya pada
buku-buku para pedagang tentang hal-hal
Peran:Publik yang belum ia ketahui. Sikapnya
yang mudah bergaul dengan siapa
saja dan ingin belajar dari
pengalaman orang lain membuat
dirinya menjadi pribadi yang
disukai.
139

Membuat Seluruh dewan istana terkejut dan


36
keputusan penting menoleh ke arah Putri Deokman
atas keputusan Putri yang sangat
yang menyangkut Medium
mengejutkan untuk tidak
hajat hidup orang Shot
mengeksekusi klan Mishill,
banyak menuai (MS)
memaafkan kesalahan mereka,
pro-kontra,
mengubur luka lama dalam-
namun dengan dalam dan menyuruh mereka
tegas Ratu tetap untuk bergabung untuk bersama-
teguh pada prinsip sama membangun Shilla.
dan keputusannya
Peran:Publik

Lengkap dengan kostum seorang


Menjadi
43 Raja, Deokman berdiri di tahta
Pemimpin dari
kerajaan didepan ribuan
sebuah negara Long
pengawal istana dan rakyatnya
Peran:Publik Shot (LS) menggambarkan status Deokman
Posisi: sebagai orang nomor satu di
Dominan kerajaan Shilla. Sikap Deokman
yang pantang menyerah, senang
belajar dari lingkungan sekitar
menjadikan dirinya seorang Ratu
yang disegani oleh rakyatnya.

Diruang utama istana, pada awal


Menetapkan Middle
44 kepemimpinannya, Ratu melaku-
formasi resuffle Close Up
kan reshuffle kabinet ,dengan
kabinet (MCU) menempatkan orang-orang yang
pemerintahan berkompeten menjadi dewan
Posisi: istana.
Dominan
140

Memimpin rapat Medium Ratu Seondeok memimpin


45
musyawarah dan bertukar pikiran
kenegaraan Shot
dengan dewan istana. Dengan
Peran :Publik (MS)
menempati posisi duduk pada
kursi utama membuat Ratu
Seondeok ditinggikan derajatnya
sebagai seorang Ratu. Adu
argumen pun terjadi antara Ratu
Seondeok dan dewan istana
tentang cara meningkatkan
kejayaan Shilla. Pola pikir Ratu
yang cerdas dapat membuka jalan
pikiran anak buahnya, bahwa
kejayaan sebuah negara tidak
selalu disebabkan oleh militer
atau persenjataan yang
hebat,namun dari dukungan
rakyatnya.

Memerintah Medium Ratu mengutus Bi dam


46
seseorang, Shot mengawasi pejabat yang

mengatur masalah (MS) melakukan tindak korupsi dan


penyalahgunaan jabatan dan
negara
menempatkannya pada posisi
Posisi: Dominan
komisaris royal inspektorat

Mengambil Ratu mengambil tindakan tegas


49 tindakan tegas atas pemberontakan yang
terhadap anak Close Up dilakukan Wolya (anak buah
buah yang (CU) Yushin) Ratu merasa dikhianati,

melawan/ sudah memperlakukan keturunan

memberontak Gaya setara dengan rakyat Shilla,


namun yang didapat malah
Posisi: Dominan
pemberontakan.
141

Setelah dilakukan tahap reduksi , kategorisasi dan analisis data maka didapatkan

hasil sebagai berikut :

PEREMPUAN PERILAKU ADEGAN KETERANGAN


DALAM (PERAN,
KONTEKS POSISI )
KELUARGA

Domestik 7, 11 dan 13 3 Adegan


Subordinat 9 dan 15 2 Adegan

Publik 26 dan 41 2 Adegan


Dominan 18 dan 29 2 Adegan

PEREMPUAN PERILAKU ADEGAN KETERANGAN


DALAM (PERAN,
KONTEKS POSISI )
PEMERINTAHAN

Domestik - 0 Adegan
Subordinat - 0 Adegan

Publik 27, 36 dan 45 3 Adegan

Dominan 17, 22, 25, 43, 44, 7 Adegan


46 dan 49
142

5.2. Pembahasan

5.2.1 Penggambaran perilaku, peran dan posisi perempuan dalam konteks

keluarga

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel diatas terdapat tiga adegan yang

menunjukan peran domestik yakni adegan ke-7, 11 dan 13 dan dua adegan

penggambaran posisi subordinat perempuan terhadap laki-laki dalam konteks

keluarga yakni adegan ke-9 dan 15. Dalam adegan ke-9 Mishill tak bisa menolak

keinginan suami, meskipun keputusan suaminya sangat bertentangan dengan

hatinya. Berikut dialog antara Mishill dan Jin Heung pada adegan ke-9 :

Jin Heung: “ Nyawa saya sudah hampir buntu, beri saya alat tulis, penerus saya

adalah Baekjong. Mishill dan Jin Lun tidak boleh ikut campur masalah kerajaan

dan harus menjadi biksu..mengapa..? merasa tak adil?.

Mishill : “ Kalau benar yang Mulia meninggal, saya akan menyerahkan

diri menjadi biksu dan selalu mendoakan arwah paduka.”

Sedangkan dalam adegan ke-15, Mishill menuntut Geumyeun untuk memenuhi

janjinya mengangkat Mishill menjadi permaisurinya(mengakui Mishill sebagai

istri yang sah karena sudah melahirkan darah dagingnya). Sambil menggendong

anak hasil hubungan gelapnya dengan Geumyeun, Mishill meminta

pertanggungjawaban namun, Geumyeun berlalu meninggalkannya.


143

Berikut dialog antara Mishill dan Geumyeun (Raja Jinji) pada adegan adegan ke-

15 :

Mishill : “ Hari itu kamu janji untuk jadikan saya istri.”

Geumyeun : “ Tapi para mentri tidak menyetujuinya.”

Mishill : “ Ingat, saya sudah sembunyikan surat wasiat Raja Jin Heung,

buat paduka dapat kedudukan raja.”

Geumyeun : “ Mishill, mulai hari ini jangan pernah ungkit surat wasiat lagi.”

. Dalam adegan-adegan yang dilakukan tokoh perempuan disini (Mishill), sangat

jelas terlihat banyak peran-deran domestik yang lazimnya dilakukan kaum

perempuan seperti : Melayani kebutuhan biologis suami, melahirkan anak,

mengurus kebutuhan rumah tangga, mengurus suami saat sakit, dan sebagainya.

Beberapa peran domestik yang dilakukan perempuan, berujung pada pemosisian

perempuan pada kelas subordinat misalnya : Istri harus tunduk pada keinginan

suami, pengambil keputusan penting dalam keluarga adalah laki-laki (suami).

Selain itu juga terjadi marjinalisasi terhadap kaum perempuan (Mishill) yakni

dicampakan begitu saja setelah melahirkan anak, tidak diakui sebagai istri yang

sah dan sebagainya.

Sebagian kalangan feminis memandang posisi ibu rumah tangga begitu rendah.

Salah satunya adalah Betty Friedan yang secara langsung menentang pencitraan

tradisional perempuan oleh media. Pada tahun 1963, dalam bukunya The

Feminine Mystique, ia menunjukkan bahwa menempatkan perempuan di rumah

dan membatasi kesempatan bekerja mereka adalah penyia-nyiaan bakat dan

potensi yang besar. http://id.wikipedia.org (akses : 2 Januari 2012).


144

Pandangan tersebut didasari oleh asumsi bahwa perempuan yang berdaya adalah

perempuan yang berperan di sektor publik, terutama dalam bidang ekonomi dan

politik. Sebaliknya, perempuan yang tidak berdaya adalah perempuan yang

memfokuskan peran di sektor domestik (rumah tangga). Mereka dianggap tidak

berdaya karena satu hal, yaitu ketidakmampuan menghasilkan sejumlah materi.

Ketidakmampuan wanita dalam hal ini dianggap feminis akan membuka peluang

pria untuk menindas wanita. Untuk itu, wanita menurut mereka harus juga bekerja

sehingga memiliki kesetaraan dengan suami dalam hal kemampuan menghasilkan

materi. Dengan cara itulah, menurut feminis, kesewenangan pria (dalam konteks

ini suami) dapat dikendalikan dan pandangan minor terhadap kemampuan wanita

dapat dihilangkan. Pandangan ini diperkuat oleh teori yang dikemukakan

Friedrich Engels yang menyatakan status perempuan jatuh karena adanya konsep

kekayaan pribadi (Private property). Kegiatan produksi yang semula bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadi keperluan pertukaran (exchange). Laki-laki

mengontrol produksi untuk keperluan pertukaran, dan sebagai konsekuensinya mereka

mendominasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property.

Untuk membebaskan perempuan dari penindasan dalam keluarga itu, Engels mengajak

perempuan untuk memasuki sektor publik yang dapat membuat perempuan juga produktif

(menghasilkan materi atau uang).

Sesungguhnya perempuan juga dapat melakukan peran publik dalam ranah

keluarga, misalnya saja mencari nafkah tambahan untuk mencukupi kebutuhan

hidup. Dalam penelitian ini, peran publik yang dilakukan perempuan dalam

konteks keluarga tegambar pada sosok Deokman.


145

Pada saat Deokman remaja, jiwa kepemimpinannya sudah terlihat. Deokman

tumbuh sebagai gadis remaja sederhana, dibesarkan oleh So Hwa pelayan istana

yang menjadi orang tua asuhnya, menjalani kehidupan yang keras tanpa

perlindungan seorang ayah serta membantu ibu asuhnya mencari nafkah tambahan

dengan menyusuri gurun pasir setiap harinya seorang diri. Sejak kanak-kanak

Deokman sudah memiliki sikap dan pemikiran yang dewasa.

Dia dapat menerima kenyataan bahwa tak ada seorang ayah yang hadir dalam

kehidupannya, selain itu Deokman juga bisa menggantikan peran ayah untuk

melindungi ibu asuhnya dan membantu mencari nafkah tambahan. Hal ini

tergambar pada adegan 26 dan 29. Berikut dialog yang membuktikan peran ayah

dapat digantikan oleh seorang anak yang mau tak mau menjadi tulang punggung

ibunya. Mulai dari membantu mencari nafkah ataupun memberikan perlindungan

pada ibunya :

Deokman : “ Ibu... saya tidak ada ayah juga bisa bertahan. Ibu, kita pergi ke

Luo Ma saja. Disana bisa temukan tabib untuk sembuhkan

penyakit ibu, selain itu kita juga bisa dapatkan banyak uang disana.

Ibu..tidak ada ayahpun saya bisa melakukannya.”

5.2.2 Penggambaran perilaku, peran dan posisi perempuan dalam konteks

pemerintahan

Peran politik perempuan merupakan kegiatan-kegiatan di tingkat masyarakat,

mengorganisir di tingkatan formal politik, sering kali dalam kerangka kerja politik

nasional.
146

Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh pria, dan biasanya dibayar secara langsung

(uang) atau tidak langsung (meningkatnya kekuasaan dan status).

http://www.menegpp.go.id (akses 17 oktober 2011).

Pada masyarakat yang bias gender, di ranah politik perempuan yang

berkesempatan menjadi wakil rakyat seringkali dipandang sebelah mata, hanya

dianggap sebagai hiasan dan tidak dihargai pendapatnya. Stereotipe yang

merugikan terutama pada salah satu jenis kelamin ini telah mendorong

diperjuangkannya kondisi ideal dan adil, terutama bagi semua jenis kelamin yakni

kesetaraan gender yang sangat berkaitan dengan pandangan feminisme.

Seperti halnya serial drama “The Great Queen Seondeok” ini yang sebagian besar

adegannya menggambarkan kemampuan perempuan dalam mensejajarkan diri

dengan laki-laki dalam bidang politik dan pemerintahan.

Dalam melakukan perannya dalam bidang pemerintahan, Ratu seondeok

menggunakan kekuasaan yang dimilikinya sebaik-baiknya. Membuat keputusan

yang menguntungkan rakyat dan negaranya dengan mengesampingkan sifat

emosional dan dendam pribadi terhadap lawannya.

Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain,

agar mereka mau diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Seorang

pemimpin identik dengan sosok laki-laki yang dewasa dan bijaksana baik dari

cara berfikir ataupun bertindak. Dalam kehidupan masyarakat pada mulanya,

wanita sebagai seorang pemimpin formal sangat diragukan.


147

Mengingat penampilan wanita yang jauh berbeda dengan laki-laki, tetapi

keraguan ini dapat diatasi dengan keterampilan dan prestasi yang dicapai,

sebagaimana dikemukakan Kimbal Young dalam ( Kartono, 1983:40)

bahwa,”Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan

pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu

berdasarkan akseptasi/penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian

khusus yang tepat bagi situasi khusus”.

Pemimpin yang memiliki kemampuan khusus dan diakui oleh kelompoknya

termasuk kedalam pemimpin yang informal, karena kepemimpinan tersebut lebih

menekankan pada kekhususan tertentu terutama tempat dan individunya. Seperti

halnya Mishill yang menjadi pemimpin bagi kelompok/klannya.

Mishill menjadi pemimpin yang sangat disegani bagi klannya, dalam tabel

kategorisasi terlihat beberapa adegan yang menunjukan kepemimpinan Mishill

terhadap kelompoknya, seperti pada adegan 22 dan 25, Mishill menjadi

memimpin pemberontakan untuk mewujudkan ambisinya menjadi permaisuri.

Selain itu Mishill juga memerintahkan salah satu anak buahnya untuk menangkap

dan membunuh pelayan So-Hwa dan bayi Raja karena dianggap telah membuat

rencananya menjadi kacau berantakan. Bahkan pada adegan ke-17 Mishill

melakukan kudeta untuk menggulingkan tahta Raja Jinji yang telah ingkar janji

pada Mishill.
148

Berikut dialog antara Mishill dan Raja Jinji saat melakukan kudeta yang

tergambar pada Adegan ke-17 :

Mishill : “ Sebagai pimpinan hwarang, saya hanya ingin menyampaikan isi

hati para hwarang pada paduka.”

Raja Jinji : “ Beraninya...!!.”

Mishill : “ Paduka, kami harap anda mundur sendiri.”

Raja Jinji: “ Apa kau bilang..?.”

Mishill : “ Semua usaha Raja Jin Heung hancur

ditanganmu.”

Begitu juga dengan Deokman, dalam ranah politik atau pemerintahan ia

menjalankan perannya dengan baik. Mengambil keputusan penting yang sulit dan

menyangkut kelangsungan hidup dan kesejahteraan rakyatnya, meskipun harus

mengorbankan perasaannya. Pada adegan ke-36 ketika Putri Deokman harus

mengambil keputusan penting untuk mengeksekusi klan Mishill yang sudah jelas

terbukti melakukan pemberontakan dan mendukung Mishill melakukan rencana

pembunuhan terhadap ibu kandung Deokman dan saudara kembarnya.

Deokman memberi keputusan yang kontroversial dan sulit diterima oleh pihak

keluarga istana yakni membatalkan pengeksekusian klan Mishill dan

membebaskannya dari hukuman mati. Deokman memutuskan untuk memaafkan

kesalahan mereka, mengubur luka lama dalam-dalam dan menyuruh mereka untuk

bergabung untuk bersama-sama membangun Shilla. Sikap Putri Deokman yang

mudah memaafkan kesalahan klan Mishill yang terbilang fatal membuat sebagian

dewan istana meragukan kepemimpinannya.


149

Namun, Deokman dapat meyakinkan dewan istana dengan memaafkan klan

Mishill maka mereka dapat lebih mudah mengajaknya bekerja sama membangun

Shilla dan menggalang pasukan yang lebih banyak lagi.

Dalam adegan (43, dan 44), posisi Deokman sebagai pemimpin sebuah kerajaan

jauh dari unsur subordinat yang selama ini dilabelkan pada kaum perempuan.

Jelas terbukti bahwa Putri Deokman merupakan orang “nomor satu” di negaranya

yang layak disegani, dihormati dan dipatuhi perintahnya, selain itu kedudukan

sebagai seorang ratu mampu menghantarkannya untuk melakukan peran politik

perempuan di negaranya. Berikut dialog pada adegan 43 saat Putri Deokman

ditetapkan sebagai Ratu di kerajaan Shilla :

Kim Yongchun : “ Saya memperkenalkan ini dia Ratu Baru kita yang akan

menjadi pemimpin kerajaan kita.Yang Mulia Ratu

Seondeok....”

Seluruh rakyat : “ Hidup yang mulia...hidup yang mulia...!!!”

Baik pada masa kepemimpinan Mishill ataupun Deokman, keduanya memberikan

kontribusi yang sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang sadar gender,

agar tidak menimbulkan bias gender yang selama ini menjadi penghambat

kemajuan perempuan dalam berkarya.


150

Pada tahun 2005, dalam penelitian yang dilakukan oleh Caliper, firma konsultan

manajemen yang berbasis di Princenton , New Jersey dan Aurora, organisasi

perkembangan perempuan berbasis di London, mengidentifikasikan karateristik

yang membedakan kepemimpinan perempuan dengan pria berdasarkam

kualitasnya adalah pemimpin perempuan lebih tegas dan persuasif, mempunyai

keinginan kuat untuk menyelesaikan tugas secepatnya dan lebih berani

mengambil resiko dari pemimpin pria. Pemimpin perempuan juga dinilai lebih

mempunyai rasa empati dan fleksibel, dan sama kuatnya dalam interpersonal

skill. Mampu memahami atau membaca situasi dengan akurat dan mengambil

informasi dari dalam maupun dari luar sisi. Para pemimpin perempuan ini bisa

menuntun yang lain untuk mampu mengambil sudut pandang lain, karena mereka

benar-benar mengerti dan peduli pada latar belakang lainnya, jadi orang yang dia

pimpin lebih merasa mengerti, terdukung dan merasa dihargai.

(http://www.beautydaylily/kepemimpinan perempuan, akses 23 oktober 2011)

Wujud dari kepemimpinan perempuan dalam ranah pemerintahan yang sangat

berpengaruh pada kesejahteraan rakyatnya, dapat dilihat dalam adegan-46, dimana

Ratu Seondeok menginstruksikan Bi dam untuk mengawasi gerak-gerik pejabat

istana yang mencurigakan, baik yang melakukan penyelewengan dana anggaran

ataupun penyalahgunaan wewenang.


151

Berikut dialog antara Ratu Seondeok dan Bi dam :

Ratu Seondeok : “ Bi dam, kau harus menjadi mata pisau saya yang mampu

memberantas setiap korupsi dan penyalahgunaan jabatan.”

Bi dam : “ Baik yang Mulia, saya akan menjadi mata pisau anda yang

dapat anda gunakan, kapanpun anda butuhkan. “

Dari beberapa adegan yang telah diseleksi terlihat jelas perbedaan peran dan

posisi perempuan dalam konteks keluarga dan pemerintahan. Kekuasan memiliki

peranan yang sangat penting dalam pemosisian seseorang dilingkungan

masyarakat. Sebagai contoh, Ketika Mishill menjadi selir dari Raja Jin Heung, ia

tidak dapat melakukan tindakan lebih selain menuruti keinginan Raja Jin heung,

selain itu posisi subordinat dan perlakuan tidak adil-pun harus diterimanya ketika

melahirkan bayi hasil hubungan gelapnya dengan Raja Jinji, Mishill menerima

penolakan dan perlakuan sewenang-wenang Raja Jinji. Walau ada beberapa

adegan yang merepresentasikan gerakan feminisme namun hanya sedikit sekali

adegan yang merepresentasikan gerakan feminisme di ranah keluarga, karena

keluarga inti dengan struktur hierarkis (suami, istri dan anak) menempatkan pria

sebagai wakil borjuis dan perempuan sebagai proletar. Maka hubungan yang

terjadi di antara keduanya adalah hubungan eksploitatif. Sebaliknya, banyak

sekali wujud representasi feminisme dalam konteks pemerintahan, apalagi jika

perempuan memiliki kekuasaan dan andil dalam lingkungan masyarakat. Seperti

beberapa adegan ketika Putri Deokman menjadi orang nomor satu di dinasti

Shilla, ia mendapatkan perlakuan istimewa dari rakyatnya, dihormati, disegani

dipatuhi keputusan dan perintahnya serta diterima di lingkungan masyarakat.


152

Begitu juga dengan Mishill, meskipun ia sempat mendapat perlakuan tidak adil

dari suami-suaminya terdahulu, namun setelah Raja Jin heung wafat dan

menggulingkan tahta Raja Jinji, ia termasuk perempuan yang berkuasa dan

menjadi pemimpin pemberontakan atas kelompoknya.

5.3. Representasi nilai-nilai feminisme dalam serial “The Great Queen

Seondeok”

Selain dianalisis dengan menggunakan level realitas dan representasi yang

tercermin pada perilaku, peran dan posisi, penulis juga menganalisis adegan-

adegan dalam serial drama “The Great Queen Seondeok” dengan menggunakan

level ideologi yang meliputi paham dan nilai-nilai yang terkandung dalam paham

tersebut yakni feminisme. Sebelum membahas nilai-nilai feminisme seperti apa

yang terepresentasikan dalam serial drama ini, ada baiknya mengetahui terlebih

dahulu arti dari nilai itu sendiri. Definisi dari nilai adalah sesuatu yang diinginkan,

artinya nilai bukan hanya diharapkan, tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas

dan benar bagi diri sendiri dan orang lain, (Kluckhon dalam Culture and

Behavior). Sementara itu nilai feminisme adalah sesuatu yang baik, yang

diinginkan, yang dicita-citakan, dan dianggap penting oleh perempuan. Nilai-nilai

feminisme yaitu berkaitan dengan penghargaan atas eksistensi kaum perempuan.

Salah satu wujud nyata untuk mengembangkan nilai-nilai feminisme dalam

kehidupan masyarakat adalah menanamkan sikap kepedulian terhadap kaum

perempuan. Sikap ini dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, di antaranya

adalah menghargai eksistensi perempuan, memberdayakan perempuan,

memotivasi perempuan untuk berkarya secara inovatif, dan lain sebagainya yang

mengarah kepada penghargaan terhadap kaum perempuan.


153

Nilai feminisme dalam penelitian ini adalah nilai-nilai yang sesuai dengan

tuntutan perempuan atau nilai-nilai perempuan dalam Serial The Great Queen

Seondeok yang mengacu pada kesetaraan, kemandirian ekonomi, perubahan-

sosial, dan berkekuatan politik dalam masyarakat. Perwujudan Nilai-nilai

feminisme yang terkandung dalam serial drama “The Great Queen Seondeok” ada

dalam beberapa adegan diantaranya :


154

5.4. Pola dan model pembahasan

Untuk memahami pembahasan yang sudah dijelaskan secara menyeluruh, penulis

meringkasnya dalam bentuk pola dan model agar dapat dicermati dengan mudah.

Pola I.

Perilaku, Peran dan Posisi


Domestik Perempuan dalam Konteks Subordinat
Keluarga (Pada sebuah
kerajaan)

Melayani seluruh Ditempatkan sebagai


kebutuhan raja /suami kaum proletar (kelas
baik kebutuhan dua) yang harus selalu
biologis ataupun tunduk dibawah
rumah tangga kekuasaan suami
( kaum kapitalis)

Posisi perempuan sebagai selir


(istri simpanan)

Pola II.
Perilaku, Peran dan Posisi
Publik Perempuan dalam Konteks Dominan
Pemerintahan

Turut serta dalam membuat memiliki kekuasaan untuk,


keputusan penting yang Memberi perintah, sanksi dan
menyangkut hajat hidup menetapkan aturan yang harus
orang banyak dipatuhi pada sebuah negara

Posisi perempuan sebagai Pempimpin


(kepala negara / Ratu)
155

Bagan 2. Pola Pembahasan

Model Pembahasan

Perilaku, Peran dan


Posisi Perempuan

Sebagai Istri Sebagai Kepala


• Domestifikasi (Konteks Negara • Kekuasaan
• Marjinalisasi (Konteks
keluarga) • Status sosial
pemerintahan)
• Subordinasi &kedudukan
yang tinggi

Pemberontakan
Penghargaan di
kaum
masyarakat
perempuan
156

Representasi Nilai-Nilai Feminisme dalam


Serial “The Great Queen Seondeok”
1. Hubungan Sosial Timbal Balik
2. Kemandirian Ekonomi
3. Perubahan Sosial
4. Kekuatan Politik dalam
masyarakat.

Bagan 3. Model Pembahasan

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

film merupakan media komunikasi massa yang mampu menimbulkan dampak

bagi masyarakat, karena film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat

berdasarkan muatan pesan dibaliknya. Belakangan ini film yang

merepresentasikan gerakan feminisme sudah cukup banyak beredar di masyarakat.

Tentunya kemunculan film-film yang sarat akan gerakan feminisme ini bertujuan

untuk menghapuskan diskriminasi dan ketertindasan kaum perempuan dibawah


157

dominasi laki-laki.. Dalam penelitian kali ini, penulis mengangkat serial drama

Korea“The Great Queen Seondeok” untuk diteliti. Pemilihan serial drama ini

dirasa sangat tepat sekali berkaitan dengan digencarkannya sosialisasi kesetaraan

gender pada kaum perempuan diberbagai negara. Adapun beberapa temuan dalam

penelitian ini, antara lain:

1. Pada Level Realitas ditemukan penggambaran perilaku, peran dan posisi

perempuan dalam konteks keluarga dan pemerintahan

a. Penggambaran perilaku, peran dan posisi perempuan dalam konteks

keluarga.

Dalam ranah keluarga, perempuan masih sering menerima perlakuan

diskriminatif dan melakukan peran-peran domestik, yang menempatkannya

pada posisi subordinat. Menurut pandangan feminisme, keharusan perempuan

melakukan pekerjaan rumah tangga membuat perempuan mengalami staknasi

dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya. Selain itu, pemosisian

perempuan sebagai makhluk “kelas dua” yang harus selalu bergantung pada

laki-laki dan dianggap tidak pantas dalam mengambil keputusan yg

menyangkut kelangsungan hidup keluarga semakin membelenggu jiwa dan

hak-hak perempuan untuk mengembangkan potensi diri. Hal tersebut

tergambar pada sosok Mishill yang masih harus melakukan pekerjaan domestik

sebagai selir (istri simpanan) dan harus tunduk dengan keputusan suami,

melayani kebutuhan biologis dan mendapatkan perlakuan tidak adil /

dimarjinalkan (tidak diakui sebagai istri yang sah dan melahirkan bayi yang

tidak mendapat pengakuan dari ayah si bayi tersebut). Beberapa perlakuan

domestifikasi, marjinalisasi ataupun subordinasi ini yang membuat kaum


158

perempuan melakukan pemberontakan untuk terbebas dari ketertindasan dan

belenggu patriarki yang memasung hak-hak mereka .Oleh karena itu mereka

melakukan gerakan feminisme (pembebasan perempuan terhadap ketertindasan

yang dialaminya). Salah satu bukti konkrit pemberontakan Mishill sebagai

kaum yang tertindas dalam serial ini adalah, meninggalkan bayinya begitu saja

tanpa mau sama sekali menyentuh apalagi membesarkannya.

b. Penggambaran perilaku, peran dan posisi perempuan dalam konteks

pemerintahan.

Di bidang politik dan pemerintahan ataupun politik seharusnya perempuan juga

memiliki hak untuk menyumbangkan suara, melakukan peran publik,

mengemukakan pendapat serta mengambil keputusan yang berkaitan dengan

kebijakan publik.

Dalam konteks pemerintahan, kekuasan memiliki peranan yang sangat penting

dalam pemosisian seseorang dilingkungan masyarakat. Sesungguhnya

keterlibatan perempuan diranah politik dapat memberikan kontribusi yang

sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang sadar gender, agar tidak

menimbulkan bias gender yang selama ini menjadi penghambat kemajuan

perempuan dalam berkarya. Serial “The Great Queen Seondeok”ini

membuktikan, bahwa keterwakilan perempuan dalam ranah politik bahkan

menjadi seorang pemimpin dapat membawa kemajuan suatu bangsa. Hal

tersebut terbukti dari kepemimpinan Ratu Seondeok yang dapat memerintah

rakyatnya dengan bijak, pemerintahan Seondeok merupakan masa yang kejam;

pemberontakan dan perkelahian di dalam kerajaan tetangga Baekje mewarnai

hari-harinya. Namun, dalam 14 tahun sebagai ratu Korea, intelijennya


159

membuat dirinya beruntung. Ia menjaga kerajaan dengan utuh dan memperluas

hubungannya dengan Cina, mengirimkan para pelajar kesana untuk belajar.

Bahkan Ratu Seondeok rela untuk tidak menikah / mengesampingkan kisah

asmaranya agar dapat berkonsentrasi memimpin kerajaan.

2. Pada Level Ideologi terdapat nilai-nilai feminisme yang terkandung dalam

serial “The Great Queen Seondeok” adalah hubungan sosial timbal balik,

kemandirian ekonomi, perubahan sosial dan berkekuatan politik dalam

masyarakat.

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa saran

yang dapat diperhatikan, antara lain:

1. Dikarenakan masih maraknya produksi film lokal yang memproduksi film

berbau pornografi, pelecehan seksual, domestifikasi dan subordinasi yang

menyudutkan kaum perempuan, penulis berharap para sineas dan produser film

dapat lebih selektif dalam mengemas film dengan memperkaya produksi film

yang mengangkat kesetaraan gender dan meluruskan makna dari pandangan

feminisme yang saat ini masih bias dan disalah artikan dengan pandangan-

pandangan sempit yang sebenarnya tidak pernah menyalahkan kaum laki-laki

sebagai sosok yang membuat ketertindasan perempuan. Paham ini hanya

menyarankan masyarakat untuk lebih androgin, yang mau menerima sifat


160

feminin perempuan dan laki-laki maskulin atau sebaliknya. Tentunya melalui

film yang berkualitas dan mengangkat kesetaraan gender akan menciptakan

masyarakat yang sadar gender.

2. Dengan mengangkat serial drama The Great Queen Seondeok ini kedalam

sebuah penelitian diharapkan, kaum perempuan dapat tergugah untuk

meningkatkan kedudukannya sesuai dengan harkat dan martabat perempuan

serta termotivasi untuk menjadi perempuan yg berdaya guna bagi diri sendiri

dan orang lain.

3. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam

penelitian ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, referensi dan interpretasi

yang kurang, oleh karena itu pembaca yang akan melakukan penelitian lanjutan

dengan kajian film, feminisme dan gender diharapkan dengan konsisten dapat

menggunakan perspektif perempuan dalam penelitiannya dan menyadari,

memahami dan merasakan posisi perempuan di dalam wacana kehidupan

sehari-hari, agar tidak terjebak pada kesimpulan-kesimpulan yang cenderung

memarginalkan perempuan.
REPRESENTASI FEMINISME DALAM SERIAL
DRAMA “THE GREAT QUEEN SEONDEOK”

(Skripsi)

Oleh

DIAH MANIKAM T.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
REPRESENTASI FEMINISME DALAM SERIAL
“THE GREAT QUEEN SEONDEOK”

Oleh

DIAH MANIKAM T.

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN …………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………….. 6
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………… 7
1.4. Kegunaan Penelitian …………………………………….. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… 8


2.1. Penelitian Terdahulu ……………………………………… 8
2.2.Teoritik …………………………………………………….. 12
2.2.1. Film Sebagai Media Komunikasi Massa ………..... 12
2.2.2. Representasi dalam Film ………………………........ 13
2.2.3. Feminisme ………………………………………...... 14
2.2.4. Feminisme dalam Film …………………………...... 16
2.2.5. Gender …………... ………………………………..... 17
2.2.6. Semiotika Televisi ……………………………......... 19
2.2.7. Kode-kode Televisi …………………………………. 22
2.2.8. Kerangka Pemikiran ……………………………....... 27

III. METODE PENELITIAN ......................................................... 31


3.1. Tipe Penelitian ……………………………………………. 31
3.2. Metode Penelitian ………………………………………… 31
3.3. Definisi Konseptual ……………………………………….. 32
3.4. Unit Analisis ……………………………………………... 33
3.5. Fokus Penelitian ………………………………………….. 35
3.6. Jenis Sumber Data ………………………………………... 35
3.7. Teknik Pengumpulan Data ……………………………….. 36
3.8. Teknik Pengolahan Data …………………………………. 36
IV. GAMBARAN UMUM................................................................ 38
4.1. Profil Munhwa Broadcasting Company................................ 38
4.2. Profil Drama Serial “The Great queen Seondeok”................ 40
4.3. Sinopsis Serial Drama “The Great Queen Seondeok” ......... 41
4.4. Pemain Serial Drama “The Great Queen Seondeok” .......... 43
4.5.Hubungan Sejarah Korea dengan
“ The Great Queen Seondeok”..................................................... 47
4.6. Beberapa peninggalan Dinasti Shilla ................................... 48
4.7. Data Produksi Serial Drama “The Great Qqueen Seondeok” 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 54


5.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 54
5.1.1. Kategorisasi adegan penggambaran perilaku, peran
dan posisi perempuan dalam konteks keluarga…………….. 134
5.1.2. Kategorisasi adegan penggambaran perilaku, peran
dan posisi perempuan dalam konteks pemerintahan ……….. 137

5.2. Pembahasan .......................................................................... 142


5.2.1.Penggambaran perilaku, peran dan
posisi perempuan dalam konteks keluarga .......................... 142
5.2.2. Penggambaran perilaku, peran dan
posisi perempuan dalam konteks pemerintahan……………... 145
5.2.3. Representasi nilai-nilai feminisme dalam
serial “The Great Queen Seondeok ....................................... 152
5.3. Pola dan model pembahasan................................................... 155

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 157


6.1. Kesimpulan ............................................................................ 157
6.2. Saran ..................................................................................... 160

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT


Rajagrafindo Persada.

Bungin Burhan, 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group.

Dameria A, 2007. Panduan Dasar Warna untuk Desain dan Industri Grafika
Jakarta : Link Match Graphic.

Duggan, Lisa dan Hunter, Nan. 2006. Sex War : Sexual Dissernt And Political
Culture. London : Publisher: Routledge

Effendi, Onong Uchjana. 2006. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
PT Citra Aditya Bakti.

Fiske John. 2003. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar


Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra

Gamble, Sarah. 2010. Pengantar Memahami Feminisme dan Post Feminisme.


Yogyakarta: Jalasutra

Irwan, Zoer’aini Djamal. 2009. Besarnya Eksploitasi : Perempuan dan


Lingkungan di Indonesia, Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sunarto. 2009, Televisi, Kekerasan dan Perempuan, Jakarta: Kompas.

Kamus

Tim Prima Pena, 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta : Gita Media
Press.

Jurnal

Baltimore, Tyrone Cloyd. 1996. Kesetaraan Gender. Dalam Jurnal Analisis


Sosial (Edisi ke-4: November).
Sandy, Welsh. 1999.Gender and Sexual Harrasment. Dirangkum oleh :
(Agvitarina Lubis, Sylvia Susanto, Vita Amanda).

Siregar, Ashadi. 2001. Potret Perempuan dalam Film dan Televisi: Pandangan
dengan perspektif gender. Dalam diskusi panel sosialisasi Kesetaraan dan
Keadilan Gender bagi Praktisi Muda Film dan Televisi. Jakarta (17
Oktober):3-4

Skripsi

Dianingtyas, Edwina Ayu. 2010. Representasi Perempuan Jawa dalam Film


R.A Kartini, Semarang : Universitas Diponegoro.

Mayaranti, Hasaumi. 2008. Analisis Isi Film Jewel in The Palace dalam
Perspektif Gender. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Rianto, Argo Fajar. 2010. Representasi Feminisme dalam Film kutunggu


Jandamu.(Studi Analisis Semiotika Representasi Feminisme melalui
Tokoh Persik). Jawa Timur : UPN “Veteran”.

Sethiowaty, Esterlina. 2010. Representasi Seksualitas Perempuan dalam Karya


Sastra Perempuan. (Analisis Hermeneutika dengan Pendekatan feminisme
pada buku “Jangan Main-Main dengan Kelaminmu”karya Djenar Maesa
Ayu). Bandar Lampung : Universitas lampung.

Kristalia, Maria Intan. 2009. Representasi Feminisme dalam Film The Devil
Wears Prada, Surabaya : Universitas Petra

Tesis

Kristanty, Shinta. 2007. Representasi Perempuan sebagai Wujud Feminisme


Liberal dalam Film Erin Brockovich, Jakarta : Universitas Budi Luhur.

Internet

http://scribd.com/definisi-film akses :26 Desember 2010

Internet

http://scribd.com/definisi-film akses :26 Desember 2010

http://Idir.groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah akses: 18 Januari 2011

www.soskomklasb.blogspot.com akses : 18 Januari 2011


http://jurnalperempuan.com akses 09 Januari 2011

http://eprints.undip.ac.id akses : 04 Februari 2011

http://id.wikipedia.org/wiki/Silla akses : 12 September 2011

http://gelato-milano.blogspot.com akses : 12 September 2011

http://www.conectique.com, akses : 19 Oktober 2011

http://www.lintasberita.com/Dunia/Berita-Dunia/hubungan-warna-dengan-

kepribadian (akses 19 oktober 2011)


MOTTO

Never stop learning, searching and knowing anything (my self)

Kita akan merindukan sesuatu yang pernah kita benci/tidak suka ketika
kita menyadari betapa sesungguhnya ia membawa kebaikan
dalam kehidupan kita (My self)

Sesulit apapun prosesnya, sepahit apapun kenyataannya, Apapun yang telah


kita perbuat hendaknya dipertangungjawabkan sampai selesai. ( Monique T.)

Seandainya pun seorang manusia ditakdirkan untuk menjadi seorang tukang


sapu jalan, hendaknya dia menyapu jalan sesempurna Michelangelo ketika
melukis, seindah Bethoven ketika menciptakan musiknya, dan seagung
Shakespeare ketika menuliskan puisi-puisinya.

Dia harus menyapu jalanan dengan begitu baiknya sehingga semua yang di
langit dan di bumi ini ibaratnya terhenti untuk mengagumi dedikasi dan
karyanya. "Di sana ada seorang tukang sapu yang mengerjakan semua
pekerjaannya dengan luar biasa."

~ Martin Luther King ~


PERSEMBAHAN

Sebuah persembahan manis dan jawaban atas perjuangan dan air


mata selama ini kupersembahkan, kepada:

Alm ayahanda tercinta di surga


semangat ayah yang selalu memberiku kekuatan
untuk memperjuangkan dan mempertanggungjawabkan tugasku
sebagai mahasiswa sehingga dapat mencapai gelar yang
diharapkan

Ibunda tersayang yang selalu sabar dan memaklumiku


ketika dalam masa-masa sulit. Sebesar apapun perjuanganku tak
akan bisa berakhir manis tanpa doa dan semangatmu

Kakakku Mas Hendi dan Angga,


tanpa bantuan kalian, semua tak akan berjalan dengan lancar
Thank you brother.

My Beloved Ageng Metha Karuna ,


Yang termanis ini adalah wujud dari air mata dan keluh kesah
yang selama ini aku tumpahkan padamu, thanks for big spirit
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada 18 April 1987, sebagai
anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak M. Alwie S.(alm) dan Ibu Usniyanti

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Xaverius Pahoman Bandar Lampung


diselesaikan pada 1993, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Rawa-Laut
Bandar Lampung tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Kartika
II-2 Bandar Lampung pada 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 3 Bandar Lampung pada 2005.

Sebelum terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, penulis sudah


lebih dulu memulai karir di dunia penyiaran dengan melakukan aktivitas sebagai
penyiar radio di Radio Batara 98,4 FM Female Radio sebagai announcer sejak
tahun 2005 sampai dengan sekarang. Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai
mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila melalui jalur SPMB. Selama
menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam kegiatan Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi sebagai anggota bidang jurnalistik periode 2008-
2009
SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Representasi Feminisme dalam Serial “The Great Queen
Seondeok” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu
Komunikasi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:


1. Allah SWT—“Sang Bijak” Yang Maha Baik yang telah memberi banyak
limpahan karunia-Nya dalam hidup penulis;
2. Keluarga kecilku tersayang, ayahanda yang sudah bahagia di sisi-Nya,
Ibunda tercinta, dan Kakak-kakakku mas Hendi, mas Angga, Mbak Lisa
,terima kasih atas nasehat dan doa kalian. Buat keponakanku yang lucu
,cantik, aktif, bandel dan menggemaskan “Kanaya”...kamu itu obat
mujarab yang bisa bikin tante tertawa dan bersemangat.. (Peluk cium buat
Naya sayang..^o^)
3. “My Beloved Ageng Metha Karuna”. Tuhan telah mengatur semuanya
sehingga berakhir indah dan kau.. perantara yang diturunkan Tuhan untuk
menjawab segala kegundahanku.
4. Keluarga besarku di Lampung, Jakarta. Terima kasih atas doa dan support
kalian selama ini.
5. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Unila dan Pembimbing Akademik, atas kesediaannya memberikan
bimbingan selama terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi
Universitas Lampung
6. Bapak Dr. Abdul Firman Ashaf, S.IP, M.Si., selaku Pembimbing Utama
atas kesediaannya dan kesabarannya untuk memberikan bimbingan, saran,
dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. Banyak sekali ilmu
bermanfaat yang saya dapatkan dari bapak.. ;
7. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si., dan Bapak Toni Wijaya, S.Sos,
MA selaku penguji utama Terima kasih untuk masukan dan saran bapak
selama seminar proposal, seminar hasil, dan ujian komprehensif;
8. Keluarga besar Radio Rajawali corp. : Mbak Ocha, makasih banget atas
supportnya, gak pernah saya nemuin pimpinan sebijak dan sebaik anda,
terima kasih sudah memberikan kesempatan untuk berbagi waktu antara
bekerja dan menuntut ilmu. Mbak Yuli yang selalu ramah, Ibu Endang W,
terima kasih atas pengertiannya, Ibu wati, Mas agung, Mas Yudha yang
sering ngizinin untuk tuker-tuker jam siaran, Nadia yang selalu ngerti
susahnya nemuin dosen (makasih yaa udah mau diajak tuker jam,,hehe),
Indra yang selalu ngasih job MC, Thanks mas bro,,, moga tambah lancar
aja job MC-mu..amin...Vina temen berkeluh kesah dan semuanya yang
gak bisa disebutin satu per satu;
9. Rekan-rekan Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unila semuanya yang sudah
duluan jadi Sarjana Ilmu Komunikasi : Gloria thanks udah jadi moderator,
Cinchan ’06 thanks atas pinjeman buku2 referensinya yang belum sempet
dibalikin sampe sekarang ^_^, mbak Reni and mbak Okta’05 teman
seperjuangan, RezaLoveDuren’06 ayoo semangat boi. Septi’07,
Isti,Elok,Jem’08 thanks sudah turut serta melancarkan seminar hasil saya..
hehehe. Seluruh adik-adik angkatan’08 yang baik-baik makasih banget yah
..udah mau ikut seminar saya.. semangat buat kalian semua...
10. Serta, semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, Terima
kasih!

Bandar Lampung, Januari 2012


Penulis

Diah Manikam T.

Anda mungkin juga menyukai