Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/332454165

REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM MALEFICENT

Article  in  ProTVF · December 2018


DOI: 10.24198/ptvf.v1i2.19873

CITATION READS

1 727

3 authors, including:

Martha Lestari
Telkom University
14 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Martha Lestari on 18 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ProTVF, Volume 1, Nomor, 2, September 2017, Hal. 139-150 139

REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM MALEFICENT

Amanda Diani1, Martha Tri Lestari1, Syarif Maulana1


1
Universitas Telkom

ABSTRAK

Film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan isi pesan di baliknya. Pesan-pesan atau nilai-nilai yang
terkandung dalam film dapat mempengaruhi penonton baik secara kognitif, afektif dan konatif. Film Maleficent merupakan
film adaptasi dongeng Sleeping Beauty yang menceritakan kehidupan seorang peri bernama Maleficent. Melalui film ini,
karakter perempuan digambarkan sebagai subjek narasi yang aktif dan membawa pesan feminisme. Topik feminisme
menarik perhatian peneliti karena selama ini perempuan sering digambarkan hanya sebagai objek narasi yang pasif bahkan
objek erotis utama dalam film. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna kode semiotika mengenai feminisme dalam
level realitas, level representasi dan level ideologi. Untuk mencapai tujuan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dengan analisis semiotika John Fiske berdasarkan kode-kode televisi yang terbagi ke dalam tiga level yaitu level
realitas, level representasi dan level ideologi. Hasil penelitian menunjukkan nilai-nilai feminisme pada level realitas melalui
kode penampilan, tata rias, kostum, cara bicara, lingkungan dan perilaku. Pada level representasi nilai-nilai feminisme
ditunjukkan melalui kode kamera, karakter, aksi, konflik dan dialog. Pada level ideologi nilai feminisme yang
terepresentasikan mewakili aliran ekofeminisme di mana perempuan dan alam memiliki hubungan yang erat dan tidak
dapat dipisahkan.

Kata-kata Kunci: Representasi, Feminisme, Film, Semiotika, John Fiske.

REPRESENTATION OF FEMINISM IN MALEFICENT FILM

ABSTRACT

Film always influence and forming society based on the content of message behind it. Messages or values that contained
in the film can influence the audience in cognitive, affective and conative. Maleficent film is adaptation of fairy tale Sleeping
Beauty that tells the life of a fairy named Maleficent. Through this film, the women character are portrayed as active
narrative subject and bring feminism message. Feminism topic interested the researcher because during this time
women are portrayed as passive narrative objects even as erotic objects in the film. The purpose of this research to find
out the meaning of semiotic code about feminism in reality level, representation level and ideology level. To achive the
purpose of research, the researcher uses a qualitative approach with John Fiske semiotic analysis based on television
codes which are divided into three levels, they are level of reality, level of representation and level of ideology. The result
of research shows values of feminism in reality level through appereance, make-up, costume, speech, environment and
behavior code. In representation level the values of feminism shown through camera, character, action, conflict and
dialogue code. In ideological level the value of feminism that represented is ecofeminism in which women and nature
are intimately connected and inseparable.

Keywords: Representation, Feminism, Film, Semiotic, John Fiske.

___
Korespondensi: Amanda Diani, S.I.Kom. Universitas Telkom. Jl. Telekomunikasi No. 01, Terusan Buah Batu, Bandung.
Email: amandadiani@outlook.com

Submitted: July 1st, 2016, Revision: October 1st, 2016, Accepted: December 1st, 2016
ISSN: 2548-687X (cetak), ISSN: 2549-0087 (online)
http://jurnal.unpad.ac.id/protvf
140 REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM MALEFICENT
PENDAHULUAN Ketimpangan Gender dalam Film Indonesia
Film adalah media massa yang populer (2010) mengatakan bahwa di Indonesia
dan sering digunakan oleh masyarakat selain sendiri entah disadari atau tidak, sebagian
televisi, sehingga film telah menjadi bagian besar film-filmnya masih menggambarkan
dari kehidupan sehari-hari kita. Cerita dalam ketimpangan secara gender. Tidak hanya di
sebuah film dikemas sedemikian rupa agar Indonesia tetapi dunia perfilman Hollywood
pesan yang dibawa dapat tersampaikan kepada juga demikian. Perempuan di Holywood masih
penonton. Pesan-pesan atau nilai-nilai yang merasa kurang terwakilkan dalam film-film
terkandung dalam film dapat mempengaruhi Hollywood.
penonton baik secara kognitif, afektif maupun Keterlibatan perempuan dalam film
konatif. Graeme Turner (dalam Sobur, Hollywood memang terbilang kecil dan
2013:127) menolak untuk melihat film sebagai mungkin sering digambarkan sebagai sosok
refleksi masyarakat. Bagi Turner makna film yang hanya menonjolkan kecantikan fisik
sebagai representasi dari realitas masyarakat semata. Namun hal ini bisa menjadi motivasi
berbeda dengan film sekadar sebagai refleksi para perempuan untuk berperan aktif di balik
dari realitas. Sebagai refleksi dari realitas, film layar dan membuat film dengan
sekadar memindahkan realitas ke layar tanpa menggambarkan perempuan yang kuat dan
mengubah realitas itu. Sementara itu, sebagai tangguh. Seperti yang ditampilkan Angelina
representasi dari realitas, film membentuk dan Jolie dalam filmnya yang berjudul Maleficent
menghadirkan kembali realitas berdasarkan (2014). Dalam film Maleficent ini Angelina
kode-kode, konvensi-konvensi dan ideologi Jolie sebagai pemeran utama yaitu Maleficent.
dari kebudayaan. Tokoh Maleficent digambarkan sebagai
Namun sebuah pandangan yang telah perempuan yang aktif. Film Maleficent sendiri
dikembangkan di Inggris pada 1970-an dan bukanlah film pertama bagi Jolie dalam
berpengaruh pada teori film feminis memerankan karakter perempuan seperti ini.
mengatakan bahwa representasi bukanlah Angelina Jolie memang dikenal sebagai aktris
melulu soal cerminan realitas, apakah benar yang sering memerankan karakter perempuan
atau menyimpang, tetapi lebih merupakan kuat dan mungkin merepresentasikan
produk dari sebuah proses aktif berupa feminisme.
memilih dan menampilkan, menata dan Untuk meneliti lebih lanjut film
membentuk, membuat hal yang menunjukkan Maleficent, peneliti menggunakan analisis
makna sehingga disebut sebagai praktik semiotika karena film umumnya dibangun
penandaan (Jackson & Jones, 2009:367). dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu
Praktik penandaan ini berhubungan dengan termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja
citra perempuan dalam sebuah film yang sama dengan baik dalam upaya mencapai efek
memang berfungsi sebagai tanda, tetapi suatu yang diharapkan. Karena film terdiri atas
tanda yang mendapatkan maknanya bukan dari tanda-tanda yang membentuk sebuah sistem
realitas kehidupan perempuan, tetapi dari maka sebuah film dapat diteliti menggunakan
hasrat dan fantasi laki-laki ( Jackson & Jones, analisis semiotika. Menurut Fiske (2012:66)
2009:369). semiotika memiliki tiga wilayah kajian yaitu
Berdasarkan hal tersebut maka tidak heran (1) tanda itu sendiri, (2) kode-kode atau
bila perempuan hanya bisa berfungsi sebagai sistem di mana tanda-tanda diorganisasi dan
objek narasi dan menandakan kepasifan (3) budaya tempat di mana kode-kode dan
bahkan perempuan juga berfungsi sebagai tanda-tanda beroperasi. Berdasarkan uraian-
objek erotis utama dalam film. Siswanti uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti
Suryandari dalam artikelnya yang berjudul lebih lanjut mengenai penggambaran atau
ProTVF, Volume 1, Nomor, 2, September 2017, Hal. 139-150 141
representasi feminisme dalam film Maleficent menyebutkan, yang dimaksud dengan film
yang diperankan Angelina Jolie dengan adalah karya seni budaya yang merupakan
menggunakan analisis semiotika John Fiske. prananta sosial dan media komunikasi massa
Adapun beberapa hal yang dimaksud dan yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi
tujuan dari penelitian ini diantaranya : (1) dengan atau tanpa suara dan dapat
untuk mengetahui bagaimana pemaknaan pada dipertunjukan (Vera, 2014:91). Seni film
level realitas dari feminisme dalam film sangat mengandalkan teknologi, baik sebagai
Maleficent, (2) untuk mengetahui bagaimana bahan baku produksi maupun dalam hal
pemaknaan pada level representasi dari ekshibisi ke hadapan penontonnya. Film
feminisme dalam film Maleficent, dan (3) merupakan penjelmaan keterpaduan antara
untuk mengetahui bagaimana pemaknaan pada berbagai unsur, sastra, teater, seni rupa,
level ideologi dari feminisme dalam film teknologi, dan sarana publikasi (Baksin,
Maleficent. 2003:3).
Film memiliki karakteristik tersendiri
TINJAUAN PUSTAKA yang membedakannya dengan media massa
Penelitian terdahulu merupakan acuan lain. Adapun faktor-faktor yang dapat
bagi peneliti dalam menyusun tinjauan teori, menunjukkan karakteristik film menurut
hipotesis, dan kerangka pemikiran. Penelitian Ardianto, Komala dan Karlinah (2009:145)
terdahulu terdiri dari skripsi dan jurnal yang adalah sebagai berikut: (1) Layar yang
berhubungan dengan topik atau masalah luas/lebar, (2) Pengambilan gambar, (3)
penelitian. Adapun beberapa artikel jurnal Konsentrasi penuh dan (4) Identifikasi
berikut memiliki keterkaitan dengan penelitian psikologi. Pengambilan gambar sendiri
ini seperti penelitian Angle Smith pada tahun menurut Baksin (2003:32-46) dibedakan
2014 yang berjudul Letting Down Rapunzel: menjadi empat kategori, yaitu sudut
Feminism’s Effect on Fairy Tales, di mana pengambilan gambar, ukuran shot, gerakan
secara keseluruhan dua versi dongeng yang kamera dan gerakan objek. Sudut pengambilan
diterbitkan pada tahun 1968 dan 1993 tidak gambar terdiri dari bird eye level, high angle,
mempengaruhi struktur naratifnya. Namun low angle, eye level dan frog eye. Ukuran
konsep feminisme menawarkan wawasan gambar terdiri dari extreme close up, big close
ideologi posisi perempuan dan laki-laki dalam up / head shot, close up, medium close up, mid
dongeng tersebut. Sementara itu penelitian shot, medium shot, full shot, long shot, one
Voni Kristiana pada tahun 2013 yang berjudul shot, two shot, three shot dan group shot.
The Representation of Female Character and Gerakan kamera terdiri dari zoom in/zoom out,
Gender Roles In Mr.&Mrs. 17 Smith By Doug panning, tilting, dolly, follow, crane shot,
Liman menunjukkan sebuah karakter fading dan framing.
perempuan yang memiliki nilai-nilai Representasi dapat didefinisikan sebagai
feminisme dapat membawa kesetaraan gender, penggunaan tanda (gambar, bunyi, dan lain-
kompromi antara karakter utama dan lain) untuk menghubungkan, menggambarkan,
pertukaran peran gender. memotret, atau mereproduksi sesuatu yang
Penelitian ini memerlukan beberapa dilihat, diindera, dibayangkan, atau dirasakan
landasan teoritis yang berguna untuk dalam bentuk fisik tertentu (Danesi, 2010:24).
mendukung hasil penelitian, diantaranya teori Sedangkan Saussure dalam Semiotika dan
mengenai film, representasi, fisiognomi, Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya
warna, feminisme, dan semiotika. Berdasarkan Makna (2012:48) berpendapat bahwa
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 semiotika struktural dapat dilihat sebagai
tentang perfilman pada Bab I Pasal 1 bentuk representasi, dalam pengertian sebuah
142 REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM MALEFICENT
tanda merepresentasikan suatu realitas, yang Feminisme berasal dari kata latin femina
menjadi rujukan atau referensinya yang berarti memiliki sifat keperempuanan.
Istilah fisiognomi sendiri berasal dari dua Menurut Aida Fitalaya S.Hubies (dalam
kata dalam bahasa Yunani, yaitu phisis yang Ardianto dan Q-Anees, 2007:184), feminisme
berarti alam dan gnomon yang berarti penilaian. diawali oleh persepi tentang ketimpangan posisi
Fisiognomi menilai sifat manusia berdasarkan perempuan dibanding dengan laki-laki di
bentuk dan ekspresi wajah. Fisiognomi pertama masyarakat. Akibat persepsi ini, timbul
kali disusun secara sistematis oleh Ariestoteles. berbagai upaya untuk mengkaji penyebab
Ia mempelajari serta menafsirkan berbagai sifat ketimpangan tersebut dalam mengeliminasi dan
dan karakter manusia melalui berbagai bentuk menemukan formula penyetaraan hak
wajah, warna rambut, anggota badan dan suara perempuan dan laki-laki dalam segala bidang,
(Susilo, 2014:15). Mengenal bentuk wajah akan sesuai dengan potensi mereka sebagai human
memudahkan dalam mengenal karakter being. Sedangkan menurut Tong (dalam artikel
seseorang. Adapun Budi Susilo (2014:18) jurnal Perkembangan Feminisme Barat Dari
memaparkan beberapa bentuk wajah dalam Abad Kedelapan Belas Hingga Postfeminisme:
fisiognomi yaitu wajah bulat, wajah berlian, Sebuah Tinjauan Teoretis), feminisme
wajah persegi panjang, wajah persegi, wajah merupakan sebuah kata yang memayungi
rahang sempit berdagu lebar, wajah segitiga, berbagai pendekatan, pandangan, dan kerangka
wajah dahi lebar dengan dagu persegi dan berpikir yang digunakan untuk menjelaskan
wajah dengan tonjolan tulang pipi. Fisiognomi penindasan terhadap perempuan dan jalan
hanyalah ramalan dan analisis atas wajah keluar yang digunakan untuk meruntuhkan
manusia. Hal ini berangkat dari kecenderungan penindasan tersebut. Secara umum, istilah
umum manusia. Artinya, kebenaran dalam feminisme adalah menunjuk pada pengertian
analisis fisiognomi adalah kebenaran konvensi, sebagai ideologi pembebasan perempuan,
yaitu kebenaran yang telah disepakati bersama. karena yang melekat dalam semua
Sejak ditemukannya warna pelangi oleh pendekatannya, adalah keyakinan bahwa
ahli ilmu fisika, Sir Isaac Newton, terungkap perempuan mengalami ketidakadilan karena
bahwa sebenarnya warna merupakan salah satu jenis kelaminnya (Kasiyan, 2008:73).
fenomena alam yang dapat diteliti dan Ada beberapa sistem klasifikasi dan teori-
dikembangkan lebih jauh dan lebih mendalam. teori feminisme, salah satunya adalah yang
Dua unsur yang sangat penting untuk menikmati dikembangkan oleh Rosemarie Putnam Tong.
warna adalah cahaya dan mata. Tanpa kedua Tong mengembangkan keragaman pemikiran
unsur tersebut kita tidak dapat menikmati warna feminis yang terdiri dari feminisme liberal,
secara sempurna, karena cahaya adalah sumber feminisme radikal, feminisme marxis,
warna dan mata adalah media untuk menangkap feminisme sosialis, feminisme psikoanalisis,
warna dari sumbernya (Darmaprawira, feminisme gender, feminisme eksistensialis,
2002:18). Kesukaan seseorang terhadap warna feminisme posmodern, feminisme
menurut penelitian ilmu jiwa bisa diasosiasikan multikultural, feminisme global dan
dengan sifat pembawaan orangnya. Adapun ekofeminisme. Feminisme kultural lebih
Darmaprawira (2002:37) menjelaskan warna- berkaitan dengan peningkatan nilai-nilai
warna yang mempunyai asosiasi dengan pribadi perbedaan perempuan ketimbang menjelaskan
seseorang, sebagai contoh warna merah asal-usulnya. Argumen perbedaan gender yang
memiliki asosiasi terhadap cinta, nafsu, kekal ini pertama kali dipakai untuk melawan
kekuatan, berani, primitif, menarik, bahaya, perempuan dalam diskursus patriarkis laki-laki
dosa, pengorbanan, dan vitalitas. untuk mengklaim bahwa perempuan adalah
inferior dan tunduk pada laki-laki. Para teoritis
ProTVF, Volume 1, Nomor, 2, September 2017, Hal. 139-150 143
seperti Margaret Fuller, Frances Willard, Jane perempuan oleh laki-laki seperti hubungan
Addams, dan Charlotte Perkins Gilman seksual adalah bentuk dasar penindasan
merupakan proponen feminisme kultural yang terhadap kaum perempuan (Fakih, 2013:84).
mengatakan bahwa dalam mengatur negara, Bagi para feminisme sosialis seperti Eisenstein,
masyarakat memerlukan nilai-nilai perempuan ketidakadilan bukan akibat dari perbedaan
seperti kerja sama, perhatian, pasifisme, dan biologis laki-laki—perempuan, tetapi lebih
penyelesaian konflik tanpa menggunakan karena penilaian dan anggapan terhadap
kekerasan (Ritzer & Goodman, 2008: 418). perbedaan itu. Ketidakadilan juga bukan
Ekspresi utama dari teori ketimpangan karena kegiatan produksi atau reproduksi
gender adalah feminisme liberal, yang dalam masyarakat, melainkan karena
berargumen bahwa perempuan bisa mengklaim manifestasi ketidakadilan gender yang
kesamaan dengan laki-laki atas dasar kapitalis merupakan konstruksi sosial. Oleh karena itu,
esensial manusia sebagai agen moral yang yang mereka perangi adalah konstruksi visi dan
bernalar, bahwa ketimpangan gender adalah ideologi masyarakat serta struktur dan sistem
akibat dari pola seksis dan patriarkis dari divisi yang tidak adil yang dibangun atas bias gender
kerja, dan bahwa kesetaraan gender dapat (Fakih, 2013:92).
dicapai dengan mengubah divisi kerja melalui Ekofeminisme berusaha untuk
63 pemolaan ulang institusi-institusi kunci – menunjukkan hubungan antara semua bentuk
hukum, pekerjaan, keluarga, pendidikan dan opresi manusia, tetapi juga memfokuskan pada
media (Ritzer & Goodman, 2008:420). Seperti usaha manusia untuk mendominasi dunia bukan
semua teoritisi tentang penindasan, kelompok manusia, atau alam. Karena perempuan secara
feminis psikoanalisis melihat patriarki sebagai kultural dikaitkan dengan alam, ekofeminis
sebuah sistem di mana laki-laki menaklukkan berpendapat ada hubungan konseptual, simbolik
perempuan, sebuah sistem universal, yang dan linguistik antara feminis dan isu ekologi.
merembes ke dalam organisasi sosialnya, Ekofeminisme adalah varian yang relatif baru
bertahan lama di ruang dan waktu, dan mampu dari etika ekologis (Tong, 2008:366). Secara
bertahan atas tantangan berkala. Kekhasan umum, ekofeminis dengan latar belakang
feminisme psikoanalisis adalah pandangannya radikal-kultural akan berusaha untuk
bahwa sistem patriarki adalah sebuah sistem di memperkuat, daripada memperlemah,
mana seluruh laki-laki dalam tindakan sehari- hubungan perempuan dengan alam. Ekofeminis
hari mereka dengan penuh semangat terus- alam menolak inferioritas yang diasumsikan
menerus bekerja untuk menciptakan dan atas perempuan dan alam, serta superioritas
melestarikan sistem (Ritzer & Goodman, 2008: yang diasumsikan atas laki-laki dan
428). kebudayaan. Mary Daly (Tong, 2008:374)
Feminisme radikal melihat bahwa di dalam berspekulasi bahwa sebelum tegaknya patriarki,
setiap institusi dan di dalam struktur masyarakat sesungguhnya ada awal tatanan matriarki.
yang paling mendasar terdapat sistem Dalam dunia yang ginosentrik ini, perempuan
penindasan di mana orang tertentu berkembang. Mereka mengendalikan hidup
mendominasi orang lain. Stuktur dominasi dan mereka sendiri, terikat satu sama lain dan juga
ketundukan itu tidak hanya terdapat dalam dengan dunia bukan-manusia yang terdiri atas
sistem patriarki pertama secara historis, tetapi binatang dan alam, dan mereka hidup dengan
juga berlanjut sebagai sistem ketimpangan yang bebas dan bahagia.
sangat pervasif dan berkembang menjadi model Charles Sanders Pierce mendefinisikan
dominasi kemasyarakatan mendasar (Ritzer & semiotika sebagai studi tentang tanda dan
Goodman, 2008:432). Aliran feminisme ini segala sesuatu yang berhubungan dengannya,
menganggap bahwa penguasaan fisik yakni cara berfungsinya, hubungannya dengan
144 REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM MALEFICENT
tanda-tanda lain, pengirimannya, dan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
penerimaannya oleh mereka yang Dalam hal ini peneliti mengkaji feminisme
mempergunakannya (Vera, 2014:2). Semiotika, yang digambarkan dalam film Maleficent yang
atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada diperankan oleh Angelina Jolie dengan
dasarnya hendak mempelajari bagaimana menggunakan analisis semiotika John Fiske.
kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal John Fiske (Vera, 2014:35)
(things). Memaknai (to signify) dalam hal ini mengemukakan teori tentang kode-kode
tidak dapat dicampuradukkan dengan televisi (the codes of television). Menurut
mengkomunikasikan (to communicate). Fiske, kode-kode yang muncul atau yang
Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak digunakan dalam acara televisi saling
hanya membawa informasi, dalam hal mana berhubungan sehingga terbentuk sebuah
objek- objek itu hendak berkomunikasi, tetapi makna. Menurut teori ini pula, sebuah realitas
juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tidak muncul begitu saja melalui kode-kode
tanda (Sobur, 2013:15). John Fiske (dalam yang timbul, namun juga diolah melalui
Vera, 2014:34) menganalisis acara televisi penginderaan sesuai referensi yang telah
sebagai “teks” untuk memeriksa berbagai dimiliki oleh pemirsa televisi, sehingga sebuah
lapisan sosio-budaya makna dan isi. Fiske kode akan dipersepsi secara berbeda oleh orang
tidak setuju dengan teori bahwa khalayak yang berbeda juga. Menurutnya peristiwa yang
massa mengkonsumsi produk yang ditayangkan dalam dunia televisi telah
ditawarkan kepada mereka tanpa berpikir. dienkode oleh kode-kode sosial yang terbagi
Fiske menolak gagasan “penonton” yang dalam tiga level yaitu level realitas, level
mengasumsikan massa yang tidak kritis. Ia representasi dan level ideologi.
malah menyarankan “audiensi” dengan Pada tahap pertama adalah realitas (reality)
berbagai latar belakang dan identitas sosial yang yakni peristiwa yang ditandakan (encoded)
memungkinkan mereka untuk menerima teks- sebagai realitas – tampilan, pakaian,
teks yang berbeda. Fiske (2012:105) lingkungan, perilaku, percakapan, gesture,
menggunakan kata kode untuk menunjukkan ekspresi, suara dan sebagainya. Dalam bahasa
suatu sistem penandaan. Menurut Fiske, kode- tulis berupa, misalnya, dokumen, transkip
kode yang muncul atau yang digunakan dalam wawancara, dan sebagainya.
acara televisi saling berhubungan sehingga Pada tahap kedua disebut representasi
terbentuk sebuah makna. Dalam kode-kode (representation). Realitas yang terenkode dalam
televisi yang diungkapkan dalam teori John encoded electronically harus ditampakkan pada
Fiske, bahwa peristiwa yang ditayangkan dalam technical codes, seperti kamera, lighting,
dunia televisi telah dienkode oleh kode-kode editing, musik, suara. Dalam bahasa tulis ada
sosial yang terbagi dalam tiga tahap level yaitu kata, kalimat, proposisi, foto, grafik, dan
(1) level realitas, (2) level representasi dan (3) sebagainya. Sedangkan dalam bahasa gambar
level ideologi. atau televisi ada kamera, tata cahaya, editing,
musik dan sebagainya. Elemen-elemen ini
METODE PENELITIAN kemudia ditransmisikan ke dalam kode
Dalam penelitian ini peneliti representasional yang dapat
menggunakan metode penelitian kualitatif. mengaktualisasikan, antara lain karakter, narasi,
Menurut Denzin dan Lincoln (Satori dan action, dialog, setting, dan sebagainya. Ini
Komariah, 2011:23) penelitian kualitatif tampak sebagai realitas televisi.
merupakan penelitian yang menggunakan latar Tahap ketiga adalah ideologi (ideology).
alamiah, dengan maksud menafsirkan Semua elemen diorganisasikan dan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan dikategorikan dalam kode-kode ideologis,
ProTVF, Volume 1, Nomor, 2, September 2017, Hal. 139-150 145
seperti patriakhi, individualisme, ras, kelas, Pada penelitian ini peneliti menggunakan
materialisme, kapitalisme, dan sebagainya. teknik analisis data semiotika John Fiske.
Ketika kita melakukan representasi atas suatu Sebelum melakukan analisis data, peneliti
realita, menurut Fiske, tidak dapat dihindari memilih terlebih dahulu adegan-adegan
adanya kemungkinan memasukkan ideologi dengan berdasarkan fungsi narasi Propp
dalam konstruksi realitas (Vera, 2014:36). modifikasi Fiske yang dikelompokkan menjadi
Objek penelitian menurut M.Djunaidi enam bagian, yaitu preparation, complication,
Ghony dan Fauzan Almanshur (2012:373) transference, struggle, return dan recognition.
adalah apa saja yang diteliti oleh seorang Preparation dimaknai sebagai tahap awal
peneliti. Berdasarkan hal tersebut peneliti dalam film di mana tokoh diperkenalkan
menggunakan film Angelina Jolie yang beserta situasi dari permasalahan yang terjadi.
berjudul Maleficent sebagai objek penelitian. Complication dimaknai sebagai tahap
Data adalah segala keterangan (informasi) permasalahan yang didapat oleh tokoh.
megenai semua hal yang berkaitan dengan Transference dimaknai sebagai tahap
tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif perpindahan tokoh dalam melaksanakan misi.
teknik pengumpulan data dapat dilakukan Struggle dimaknai sebagai tahap perjuangan
melalui setting dari berbagai sumber, dan tokoh pahlawan yang berhadapan dengan
berbagai cara. Dilihat dari settingnya, data tokoh penjahat. Return dimaknai sebagai tahap
dapat dikumpulkan dengan menggunakan di mana tokoh pahlawan mampu
sumber primer dan sumber sekunder. menyelesaikan misinya dengan baik.
Dalam penelitian ini peneliti Recognition dimaknai sebagai tahap akhir di
menggunakan studi dokumentasi sebagai mana tokoh pahlawan mendapatkan pengakuan
pengumpulan data primer. Dengan teknik dan penghargaan atas perjuangannya (Fiske,
dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh 2001: 135-136). Ke enam bagian ini mewakili
informasi bukan dari orang sebagai dari tiga sequence yaitu prolog (preparation
narasumber, tetapi memperoleh informasi dari dan complication), ideological content
macam-macam sumber tertulis atau dari (transference dan struggle) dan epilog (return
dokumen yang ada pada informan dalam dan recognition). Kemudian setelah adegan-
bentuk peninggalan budaya, karya seni dan adegan tersebut dipilih, adegan-adegan
karya pikir (Satori & Komariah, 2011:148). tersebut dianalisis dengan menggunakan kode-
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kode televis John Fiske yang terbagi menjadi
film. Dengan menggunakan teknik tiga level, yaitu level realitas (tampilan,
dokumentasi peneliti melakukan capture pakaian, lingkungan, perilaku, percakapan,
screen terhadap adegan-adegan yang dianggap gesture, ekspresi, suara dan sebagainya), level
menggambarkan feminisme untuk nantinya representasi (kamera, lighting, editing, musik,
diteliti dengan menggunakan semiotika John suara) dan level ideologi. Diharapkan dengan
Fiske. teknik analisis data ini peneliti dapat
Data sekunder berfungsi sebagai data merepresentasikan feminisme dalam film
pendukung dan pelengkap dari data primer. Maleficent yang diperankan oleh Angelina
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Jolie.
studi kepustakaan sebagai data sekunder. Studi Waktu penelitian dibutuhkan kurang lebih
kepustakaan ini dapat berupa buku, artikel selama sembilan bulan oleh peneliti, yaitu dari
jurnal ilmiah baik berbentuk cetak maupun bulan Januari 2015 hingga September 2015.
digital, serta data lainnya yang dapat Lokasi penelitian terhadap film Maleficent
mendukung penelitian ini. yang diperankan Angelina Jolie ini dilakukan
di Bandung. Selain sumber utama, peneliti juga
146 REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM MALEFICENT
menggunakan literatur seperti buku, artikel karakternya yang tegas dan kuat. Namun
pada adegan yang lain, warna hitam yang
cetak maupun elektronik, jurnal ilmiah dan digunakan Maleficent lebih menunjukkan
skripsi. Untuk pengumpulan data literatur sifat negatif seperti kekuatan yang gelap,
tertulis tersebut penulis lakukan di lambang misteri dan kehancuran. Selain
itu tanduk yang digunakan Maleficent
perpustakaan Universitas Telkom, Kineruku mulai terlihat maknanya sebagai simbol
dan beberapa tempat lain. iblis dan kejahatan. Hal ini dipertegas
pada perilaku yang ditunjukkan oleh
Maleficent. Meski masih memakai
HASIL DAN PEMBAHASAN pakaian berwarna hitam namun warna
Pada level realitas peneliti menggunakan kode hitam yang digunakan pada adegan
terakhir tidak memberikan kesan
penampilan, tata rias, kostum, perilaku, cara menakutkan melainkan memberi kesan
bicara, gerakan, lingkungan dan ekspresi untuk elegan pada Maleficent.
menganalisis sequence dari film Maleficent. Perilaku Perilaku Maleficent terlihat tegas, berani
dan bertanggung jawab. Hal ini terlihat
Tabel 1. Kode Level Realitas ketika ia berhadapan dengan Raja Henry.
Kode Pembahasan Maleficent berani menghadapi Raja
Penampilan Dalam fungsi preparation, penampilan Henry dan prajuritnya sendirian untuk
Maleficent sebagai peri terlihat berbeda memberi peringatan tegas agar tidak
dengan peri pada umumnya yang feminin berusaha mendekati negeri Moors. Dalam
dan anggun. Maleficent memiliki tanduk adegan selanjutnya Maleficent
dikepalanya yang memberikan kesan digambarkan memiliki perilaku yang
maskulin. Jika pada fungsi preparation lembut. Hal ini ditunjukkan saat
penampilan Maleficent memberikan Maleficent dengan mudah memaafkan
kesan tegas dan kuat, maka pada fungsi kesalahan Stefan dan kembali
complication penampilan Maleficent mempercayainya. Maleficent tidak
memberikan kesan lembut. Kemungkinan berprasangka buruk pada Stefan.
hal ini terjadi karena perbedaan situasi Cara Bicara Cara bicara Maleficent sangat lantang dan
adegan. tegas. Hal ini terlihat saat adegan ia
Penampilan Maleficent mengalami memperingati Raja Henry dan
perubahan setelah ia kehilangan sayapnya. pasukannya untuk tidak mendekati
Penampilan Maleficent terlihat sangat gerbang negeri Moors lebih jauh, saat ia
menakutkan dan menyeramkan dengan membantah dengan tegas bahwa Raja
pakaian dan aksesori serba hitam serta Henry bukan Raja untuknya, dan pada saat
selalu ditemani oleh burung gagak. Hal ini ia menghampiri Raja Henry untuk
memberikan kesan jahat dan penuh mengatakan bahwa Raja Henry tidak akan
misteri. pernah bisa menguasai Moors sampai
Penampilan Maleficent kembali berubah kapanpun. Pada adegan akhir cara bicara
dalam adegan terakhir. Di sini penampilan Maleficent menunjukkan wibawa sebagai
Maleficent terlihat berwibawa dan anggun peri yang memimpin negeri Moors.
dengan rambut panjang terurai serta gaun Gerakan Gerakan sigap ditunjukkan Maleficent
warna hitam. Secara keseluruhan saat melihat pasukan Raja Henry
penampilannya kembali menunjukkan mendekati negeri Moors, ia langsung
penampilan seorang peri. terbang menuju gerbang negeri Moors
Tata Rias Tata rias karakter Maleficent terdiri dari untuk menghalangi Raja Henry dan
lipstik yang berwarna merah, shading pipi pasukannya. Menurut peneliti hal ini
yang tajam dan eye liner berwarna gelap. menunjukkan bahwa Maleficent
Warna merah pada lipstik memberikan bertanggung jawab akan perannya sebagai
makna kekuatan dan keberanian pada pelindung bagi kerajaan Moors.
karakter Maleficent. Shading pada pipi Lingkungan Kode lingkungan pada sebagian besar
berfungsi menonjolkan tulang pipi pada keseluruhan adegan berfokus pada
wajah Maleficent. Menurut Susilo (2014: lingkungan negeri Moors. Menurut
47) perempuan yang memiliki bentuk peneliti hal ini dilakukan karena film
wajah dengan tonjolan tulang pipi Maleficent ini mengambil sudut pandang
mempunyai watak yang kuat, tekun, serta tokoh Maleficent sehingga kehidupan
energi mental dan kemampuan bangkit lingkungan Maleficent yaitu negeri Moors
dari kejatuhan yang tinggi. lebih ditonjolkan daripada lingkungan
Kostum Long dress yang digunakan Maleficent kerajaan manusia.
menunjukkan identitasnya sebagai Ekspresi Pada durasi 00:13:02 hingga 00:13:30
seorang perempuan. Fungsi warna hitam Maleficent menunjukkan ekspresi
pada long dress nya ini mempertegas sifat marahnya kepada Raja Henry yang tidak
menghiraukan peringatannya. Maleficent
ProTVF, Volume 1, Nomor, 2, September 2017, Hal. 139-150 147
marah karena Raja Henry nekat saling berkesinambungan dan berkaitan.
melakukan penyerangan untuk bisa Untuk menyusun adegan demi adegan
menguasai negeri Moors. Pada durasi secara berkesinambungan digunakan
01:28:00 ekspresi bahagia terpancar dari teknik cut to the action. Selain itu teknik
wajah Maleficent dan Aurora. Para CGI (computer generated image) juga
penghuni Moors pun terlihat bahagia digunakan untuk membuat seluruh
menyambut Aurora yang telah menjadi gambar film terlihat real seperti peri
ratu. Maleficent bahagia melihat kerajaan flower pixies, sayap Maleficent dan
manusia dan Moors akhirnya dapat pemandangan yang ada di negeri Moors.
bersatu tanpa ada lagi permusuhan di Musik dan Di sini peneliti menggabungkan kode
antara keduanya. Suara suara dan musik karena keduanya sama-
sama berupa audio. Musik pada sequence
film Maleficent ini terdiri dari instrumen
Pada level representasi Fiske membagi kode dan efek. Sedangkan suara terdiri dari
sosial televisi menjadi dua yaitu kode teknik dan dialog, narasi dan atmosfer.
kode representasi konvensional. Kode teknik
yang peneliti gunakan sebagai pembahasan dari Selain unsur kode teknis, pada level representasi
representasi feminisme dalam sequence film terdapat pula unsur kode representasi
Maleficent adalah kamera, pencahayaan, konvensional. Kode representasi konvensional
penyuntingan, musik dan suara. yang peneliti gunakan sebagai pembahasan dari
representasi feminisme dalam sequence film
Tabel 2. Kode Teknik Level Representasi Maleficent adalah narasi, konflik, karakter, aksi
Kode Pembahasan dan dialog.
Kamera Sudut pengambilan gambar yang
digunakan untuk menampilkan karakter
Raja Henry dan Maleficent adalah low Tabel 3. Kode Level Representasi Konvensional
angle. Sudut pengambilan gambar ini Kode Pembahasan
berguna untuk memperlihatkan kesan Narasi Narasi merupakan hal yang utama dalam
dramatis yaitu keagungan. Keagungan sebuah cerita. Narasi disampaikan dengan
dapat diartikan sebagai kemuliaan atau cara yang berbeda-beda baik secara lisan
kebesaran yang erat kaitannya dengan maupun tulisan. Umumnya narasi hadir
sebuah kedudukan yang tinggi. Dalam dalam cerita dongeng, legenda, mitos, fabel,
adegan lainnya, terlihat ukuran gambar novel dan lain-lain. Narasi pun hadir dalam
yang digunakan adalah two shot dan film Maleficent yang membawa cerita
close up (CU). Ukuran gambar two shot dongeng. Berikut adalah salah satu fungsi
memperlihatkan adegan dua orang narasi yang terdapat dalam adegan film : As
sedang bercakap yaitu Maleficent dan the years passed, Stefan’s ambition pulled
Aurora. Sedangkan ukuran gambar CU him away from Maleficent and towards the
memberikan gambaran yang jelas temptations of the human kingdom. While
mengenai ekspresi kesedihan Maleficent. Maleficent, the strongest of the fairies, rose
Pencahayaan Pencahayaan yang digunakan secara to become the protector of the Moors.
keseluruhan adegan film adalah untuk Fungsi narasi tersebut menunjukkan peran
mewakili suasana hati dan jiwa dari Maleficent yaitu sebagai pelindung
Maleficent. Pencahayaan yang minim negeri Moors dan menerangkan keadaan
digunakan untuk mewakili perubahan Maleficent dan Stefan.
perasaan Maleficent dan Konflik Konflik merupakan sebuah ketegangan atau
menggambarkan identitas Maleficent pertentangan dalam sebuah cerita film.
yang baru sebagai peri yang jahat. Pertentangan ini bisa terjadi antara dua
Sedangkan ketika Maleficent telah kekuatan, dalam diri satu tokoh atau antara
berubah kembali menjadi peri yang baik, dua tokoh. Dalam film ini peneliti melihat
pencahayaan maksimal diberikan untuk terdapat dua konflik yang terjadi. Pertama,
mewakili perasaan Maleficent yang telah konflik yang terjadi antara negeri Moors
bebas dari unsur kejahatan. Pencahayaan dan kerajaan manusia. Kedua, konflik batin
terang dapat menunjukkan simbol yang dialami oleh Maleficent sendiri.
kehidupan, kebaikan dan kebahagiaan Karakter Dalam film Maleficent ini karakter menjadi
sedangkan pencahayaan gelap salah satu hal yang penting untuk melihat
menunjukkan simbol kematian, bagaimana nilai-nilai feminisme
kejahatan dan kesedihan. ditunjukkan melalui karakter dari para
Penyuntingan Pada dasarnya teknik penyuntingan yang pemeran film ini. Karakter yang dimiliki
digunakan adalah continuity editing, di Maleficent dalam film yaitu kuat, memiliki
mana dua adegan disambung sehingga jiwa kepemimpinan, menyukai kedamaian
148 REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM MALEFICENT
dan mampu bangkit dari kejatuhan. Seperti halnya “ibu”, alam merupakan pusat
Walaupun dalam beberapa adegan
menunjukkan Maleficent terhanyut dalam dari kebudayaan matriarki (Fromm,
kejahatan dan perselisihan tetapi pada 2007:28). Dengan mengenal prinsip
akhirnya Maleficent berpihak pada
kedamaian.
matriarkal maka peneliti dapat melihat bahwa
pada dasarnya sebelum berkembang budaya
Aksi Dalam satu adegan aksi Maleficent patriarki, perempuan dan alam adalah pusat
menunjukkan bahwa seorang perempuan
memiliki hak untuk membuat sebuah kebudayaan matriarki. Dengan kata lain, sejak
keputusan dalam rangka menentukan nasib awal perempuan dan alam memiliki ikatan
hidupnya sendiri. yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
Dialog Dialog adalah percakapan antara dua tokoh
atau lebih yang digunakan untuk manusia.
mempengaruhi simpati penonton. Dialog Selain hubungan antara perempuan dan
juga menjadi salah satu cara untuk
alam, film Maleficent juga menunjukkan
menggambarkan karakter dan
menyampaikan pesan feminisme. Salah bagaimana hubungan antar perempuan.
satunya adalah dalam dialog Aurora “When Hubungan antar perempuan ini ditunjukkan
I’m older, I’m going to live here in the
Moors with you. Then we can look after
oleh Maleficent dan Aurora. Melihat beberapa
each other”. Melalui dialog ini terlihat adegan yang merekam kedekatan antara
bahwa Aurora ingin tinggal bersama Maleficent dan Aurora, peneliti berpendapat
Maleficent di Moors sehingga mereka dapat
saling menjaga satu sama lain dari
bahwa hubungan yang terjalin dan ditunjukkan
kejahatan apapun. Menurut feminis radikal, oleh keduanya seperti hubungan ibu dan anak.
bekerja dengan kesatuan perempuan lain Walaupun Maleficent bukan ibu biologis
dan menggalang semangat persaudaraan
saling membela dapat mengalahkan sistem Aurora tetapi sikap Maleficent kepada Aurora
patriarki. layaknya seorang ibu kepada anaknya. Aurora
pun menganggap sosok Maleficent sebagai ibu
Pada level idoelogi melalui film peri yang selalu melindungi dirinya. Menurut
Maleficent, peneliti akan menjabarkan ideologi Alison Jaggar hubungan apa pun yang
yang menjadi panduan sekelompok manusia didalamnya satu individu merawat dan
dalam hal ini perempuan. Karena film menyayangi yang lain dapat disebut sebagai
Maleficent menggunakan sudut pandang mothering. Seseorang tidak perlu menjadi ibu
perempuan dan lebih menonjolkan sosok biologis untuk menjadi ibu sosial karena
perempuan dalam ceritanya maka ideologi menjadi ibu adalah pilihan setiap perempuan.
yang berhubungan dengan perempuan yaitu Faktor-faktor dari luar cerita film
feminisme. Dalam film Maleficent ini Maleficent juga menjadi fokus peneliti untuk
hubungan antara perempuan dan alam sangat melihat seberapa berperan faktor-faktor
terlihat pada Maleficent dan lingkungan tersebut terhadap penyampaian pesan
Moors. Maleficent dan lingkungan Moors feminisme dalam film. Salah satunya peneliti
memiliki ikatan hubungan yang tidak melihat dari sisi rumah produksi film
terpisahkan. Dalam konsepsi Bachefon tentang Maleficent yaitu Walt Disney Picture. Dalam
struktur psikis matriarkal dan agama chthonis sebuah adegan terlihat ciuman cinta sejati dari
yang berhubungan dengannya, masa depan sang pangeran tidak berpengaruh pada putri
yang pasti merupakan sikap masyarakat Aurora, namun ciuman dari Maleficent mampu
matriarkal terhadap alam, orientasi terhadap membangungkan kembali putri Aurora. Hal ini
hal-hal materi sebagai oposisi terhadap realitas menunjukkan Disney berhasil mengubah
intelektual dan spiritual. Bachefon pribadi pandangan penonton bahwa cinta sejati tidak
memandang seorang ibu sebagai representasi hanya berasal dari pangeran dan hal ini
kekuatan primer dari alam, dari realitas dan memiliki pengaruh terhadap ideologi
juga dari cinta serta pengakuan kehidupan.
ProTVF, Volume 1, Nomor, 2, September 2017, Hal. 139-150 149
feminisme yang ingin disampaikan kepada angle memberikan kesan dramatis untuk
penonton melalui film Maleficent. menunjukkan kekuatan dan kekuasaan.
Karakter laki-laki (Stefan dan Henry)
SIMPULAN maupun perempuan (Maleficent) sama-sama
Berdasarkan analisis semiotika John Fiske sering digambarkan dengan sudut low angle
yang telah peneliti lakukan dengan mengamati sehingga menunjukkan adanya kesetaraan. Dari
3 sequence maka dapat ditarik kesimpulan kode representasi konvensional yang sangat
seperti di bawah ini : terlihat dalam merepresentasikan feminisme
Pemaknaan level realitas adalah kode karakter (character), kode konflik
Pemaknaan level realitas dari tiga sequence (conflict), aksi (action) dan dialog (dialogue).
dan delapan kode yang diteliti dalam film Melalui kode karakter (character) terlihat
Maleficent menunjukkan bahwa nilai-nilai bahwa karakter yang dimiliki Maleficent
feminisme terepresentasikan pada kode mencerminkan karakter perempuan yang aktif.
penampilan (appereance), tata rias (make up), Melalui kode konflik (conflict) terlihat konflik
kostum (dress), perilaku (behavior), lingkungan yang terjadi di antara kedua kerajaan membawa
(environment) dan cara bicara (speech). Kode pesan terselubung terkait feminisme. Melalui
penampilan (appereance) menunjukkan kode aksi (action) terlihat tindakan-tindakan
karakter Maleficent sebagai perempuan yang yang dilakukan Maleficent untuk menunjukkan
aktif namun tetap terlihat sisi femininnya dalam bahwa ia mampu bangkit kembali dari
beberapa adegan. Kode tata rias (make up) kesedihan dan keterpurukan setelah kekerasan
menunjukkan karakter mandiri, pemberani, kuat yang ia alami. Melalui kode dialog (dialogue)
dan tegas pada Maleficent melalui lipstik, menunjukkan bahwa Maleficent memiliki
shading pipi dan bentuk alis. Kode kostum karakter yang tegas, bertanggung jawab,
(dress) menunjukkan bahwa Maleficent penyayang dan pemaaf.
memiliki karakter yang kuat, kemurnian hati Pemaknaan level ideologi
dan bersahabat. Kode perilaku (behavior) Pemaknaan level ideologi dari tiga
menegaskan karakter kuat, pemberani dan sequence yang diteliti dalam film Maleficent
bertanggung jawab pada diri Maleficent yang menunjukkan bahwa ideologi feminisme yang
terlihat dalam beberapa adegan. Kode terkandung tidak hanya direpresentasikan
lingkungan (environment) menunjukkan bahwa melalui isi cerita dan adegan di dalam film tetapi
Maleficent sebagai peri perempuan memiliki faktor eksternal juga memberikan pengaruh
hubungan yang erat dengan alam. Kode cara tersampaikannya pesan feminisme dalam film.
bicara (speech) menunjukkan ketegasan dan Adapun nilai feminisme yang terepresentasikan
kelembutan Maleficent sebagai seorang mewakili aliran ekofeminisme di mana
perempuan. perempuan dan alam memiliki hubungan yang
Pemaknaan level representasi erat dan tidak dapat dipisahkan.
Pemaknaan level representasi dari tiga
sequence yang diteliti dalam film Maleficent DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa nilai-nilai feminisme Buku:
terepresentasikan melalui kode teknik dan kode Ardianto, Elvinaro & Q-Anees, Bambang.
representasi konvensional. Dari kode teknik (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi
yang sangat terlihat dalam merepresentasikan (cetakan pertama). Bandung: Simbiosa
feminisme adalah teknik kamera (camera). Rekatama Media.
Dalam menggambarkan karakter seperti Raja Ardianto, Elvinaro., Komala, Lukiati dan
Henry, Stefan dan Maleficent digunakan sudut Karlinah Siti. (2009). Komunikasi Massa
pengambilan gambar low angle. Sudut low Suatu Pengantar Edisi Revisi (cetakan
150 REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM MALEFICENT
kedua). Bandung: Simbiosa Rekatama Satori, Djam’an & Komariah,Aan. (2011).
Media. Metode Penelitian Kualitatif (cetakan
Baksin, Askurifai. (2003). Membuat Film Indie ketiga). Bandung: Alfabeta.
Itu Gampang (cetakan pertama). Sobur, Alex. (2013). Semiotika Komunikasi
Bandung: Katarsis. (cetakan kelima). Bandung: PT. Remaja
Danesi, Marcel. (2010). Pesan, Tanda dan Rosdakarya.
Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Susilo, Budi. (2014). Membaca Kejujuran dan
Semiotika dan Teori Komunikasi (cetakan Kebohongan dari Raut Wajah (Cetakan
pertama). Yogyakarta: Jalasutra. pertama). Jogjakarta: Flashbook.
Darmaprawira, Sulasmi. (2002). Warna: Teori Tong, Rosemarie Putnam. (2008). Feminist
dan Kreativitas Penggunaannya Edisi Ke- Thought: Pengantar Paling
2. Bandung: Penerbit ITB Komprehensif kepada Arus Utama
Fakih, Mansour. (2013). Analisis Gender & Pemikiran Feminis (cetakan kelima).
Transformasi Sosial (cetakan kelima Yogyakarta: Jalasutra.
belas). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset
Fiske, John. (2001). Television Culture (e-book Komunikasi (cetakan pertama). Bogor:
version). Taylor & Francis e-Library Ghalia Indonesia.

Fiske, John. (2012). Pengantar Ilmu


Komunikasi Edisi Ketiga (cetakan Internet:
pertama). Jakarta: PT.Raja Grafindo Suryandari, Siswanti. (2010). Ketimpangan
Persada. Gender dalam Film Indonesia. Accesed
from:
Fromm, Erich. (2007). Cinta, Seksualitas dan
http://library.wri.or.id/index.php?p=show
Matriarki: Kajian Komprehensif Tentang
_detail&id=2757
Gender (cetakan pertama). Yogyakarta &
Bandung: Jalasutra
Jurnal:
Ghony, Djunaidi & Almanshur, Fauzan. (2012). Ni Komang Arie Suwastini. (2013).
Metode Penelitian Kualitatif (cetakan Perkembangan Feminisme Barat Dari
pertama). Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Abad Kedelapan Belas Hingga
Jackson, Stevi & Jones, Jackie. (2009). Postfeminisme: Sebuah Tinjauan Teoritis.
Pengantar Teori-teori Feminis Jurnal Imu Sosial dan Humaniora Vol. 2,
Kontemporer (Cetakan pertama). No. 1, 198-208
Yogyakarta & Bandung: Jalasutra
Kasiyan. (2008). Manipulasi dan Dehumanisasi
Perempuan Dalam Iklan (cetakan
pertama). Yogyakarta: Ombak.
Piliang, Yasraf Amir. (2012). Semiotika dan
Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya
Makna Edisi Empat (cetakan pertama).
Bandung: Matahari.
Ritzer, George & Goodman, Douglas J. (2004).
Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai