Disusun Oleh :
KKN Kelompok 07
Setelah Tim KKN teliti dan Tim KKN amati serta Tim KKN perhatikan
maka laporan akhir yang Tim KKN buat dari kelompok 07 Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Institut Agama Islam Negeri Kediri Tahun 2019 di:
Desa : Ngetos
Kecamatan : Ngetos
Kabupaten : Nganjuk
Yang dilaksanakan mulai tanggal 02 Juli 2019 sampai dengan berakhirnya
masa kegiatan Kuliah Kerja Nyata yaitu pada tanggal 16 Agustus 2019 dapat
diterima dan disahkan sebagai syarat memperoleh penilaian atas kegiatan Kuliah
Kerja Nyata yang telah dilaksanakan tersebut.
Mengetahui
Kepala LP2M
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
B. Tujuan .................................................................................................................. 3
A. Judul dan keterangan, topic, nama pemandu (fasilitator), nama peserta aksi,
tanggal dan tempat pelaksanaan. ....................................................................... 21
ii
BAB V TEMUAN-TEMUAN ................................................................................... 24
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 29
B. Rekomendasi ..................................................................................................... 30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perguruan tinggi merupakan jenjang tinggi yang dapat dicapai setelah
menempuh sekolah menengah. Didalam Perguruan Tinggi, terdapat Tri
Dharma yaitu, pendidikan, penelitian dan pengabdian. Ketiga hal itu
merupakan komponen yang tidak mungkin dapat dipisahkan dari peran
mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa dan agen perubahan dalam
masyarakat nantinya. Sebagai contohnya kegiatan dalam perguruan tinggi
yang mengacu pada Tri Darma ialah Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN ini
merupakan bentuk pengabdian didalam masyarakat, dimana seorang
mahasiswa bisa menyalurkan pendidikan yang telah ia peroleh di kampus lalu
diterapkan di masyarakat.
Khususnya KKN IAIN Kediri, tentunya sudah memiliki ciri khas
tersendiri dari Perguruan Tinggi lainya, baik dari segi orientasi maupun
eksplorasinya. Karakteristik KKN 2019 ini ialah penempatan KKN, yang
awalnya diletakkan di suatu dusun kecil yang merupakan bagian dari desa
menjadi diletakkan di suatu desa yang didalamnya terdapat beberapa dusun
kecil. Orientasi lain dari KKN tahun 2019 ini adalah penggunaan metode
Participatory Action Research (PAR) dalam mencari data atau informasi.
Yang mana terdapat bagian pendidikan, penelitian dan pengabdian
didalamnya. Program KKN tahun 2019 ini memiliki fokus pada penggalian
potensi yang ada di desa tersebut, dengan metode partisipasi lalu tindakan dan
penelitian bisa menjadikan sebuah gambaran utuh mengenai permasalahan
yang ada di desa tersebut dan mencari solusi alternatif yang sesuai dengan
permasalahan yang ada. Salah satu penempatan KKN IAIN Kediri tahun 2019
ini ialah di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.
Desa Ngetos ialah salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan
Ngetos. Desa ini terletak di dataran tinggi yang menyimpan beragam sejarah,
obyek wisata, dan potensi lainnya sehingga tak jarang banyak warga dari luar
1
desa berkunjung ke desa ini. Berbicara mengenai potensi di desa ini, sangat
banyak dan beragam. Salah satu potensi yang menonjol adalah potensi
dibidang pertanian, yang mana meliputi cengkeh, manga, rambutan, jeruk,
jamur dan durian. Selain itu, potensi lainnya yang dimiliki desa Ngetos ialah
usaha batik, ukir kayu, kipas anyam dan kopi jagung. Dari segi wisata desa
Ngetos juga memiliki wisata yang berupa Candi Ngetos, kampung rambutan
dan kampung manga yang belum diketahui banyak orang.
Banyak sekali potensi yang mengiringi berkembangnya desa ini, tak
lain pula yang bisa dipelajari dan dipetik ialah budaya yang terbangun dalam
masyarakatnya, yaitu saling guyub rukun dan gotong royong. Melihat
banyaknya potensi yang dimiliki desa Ngetos, hal ini bisa menjadi peluang
dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa Ngetos.
Namun, disisi lain potensi-potensi yang sudah ada itu mempunyai
beberapa hambatan sehingga menyebabkan potensi tersebut tidak bisa
berkembang secara maksimal untuk mewujudkan perekonomian masyarakat
yang lebih baik. Diantara hambatan yang sering terjadi ialah saat panen raya
membludak, warga masih merasa kesulitan untuk menjual hasil panenannya,
karena sering kali harga penjualan tidak sebanding dengan biaya perawatan
yang dikeluarkan. Hal ini dikarenakan belum adanya inovasi untuk mengolah
beberapa bahan menjadi suatu produk yang tahan lama dan mudah disimpan.
Selain itu, para petani belum bisa memasarkan hasil panenannya secara luas,
mereka hanya mengandalkan pengepul untuk menjual hasil panenannya.
Sedangkan, jika hasil panenan dijual ke pengepul keuntungannya hanya
sedikit. Sementara pengepul pun kadang mendapat banyak hasil panen
sehingga merasa kebingungan akan dipasarkan dimana, karena jumlah
pengepul yang ada di desa ini terbatas. Selain itu, ada pula pemborong yang
membawa hasil panenan para petani terlebih dahulu dan memberikan
pembayarannya di akhir bahkan ada pula yang tidak memberikan
pembayarannya, hal ini membuat para petani tidak bisa langsung menikmati
hasil panen.
Berangkat dari contoh-contoh yang sedikit mengupas terkait potensi
desa beserta pemanfaatannya dan permasalahannya, maka beberapa hal yang
2
dapat dievaluasi, diantaranya ialah kurangnya inovasi serta kreasi dari
masyarakat dalam mengeksplore potensi yang ada di desanya. Selain itu,
pemuda desa ini banyak yang memilih untuk mencari pekerjaan dan
penghidupan di kota daripada mengembangkan potensi yang sebenarnya
melimpah ruah di desa Ngetos ini.
Maka, dengan melihat hal tersebut penulis lebih memilih
Pemberdayaan Masarakat Desa Ngetos Melalui Produk Unggulan dengan
Memanfaatkan Media Sosial sebagai tindakan preventif terhadap
ketertinggalan dalam segi ekonomi sekaligus pengenalan terhadap dunia luar
yang mana kian lama pastinya mengalami perkembangan.
B. Tujuan
Adapun tujuan-tujuan dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) Institut Agama
Islam Negeri Kediri adalah:
1. Meningkatkan kesadaran diri akan tanggung jawab sosial mahasiswa dan
civitas akademika terhadap kehidupan masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas intelektual dalam berbagai displin ilmu sebagai
bekal untuk memberdayakan masyarakat.
3. Memfasilitasi masyarakat agar mampu belajar bersama masyarakat untuk
memahami dan memecahka masalah sehingga memperoleh pengalaman
dan pengetahuan dari kehidupan nyata di masyarakat.
4. Memepertajam kepekaan, empati, simpati dan kepedulian sosial
mahasiswa terhadap berbagai masalah sosial yang akan terjadi di
masyarakat.
5. Memiliki sikap tanggap aksi dalam menangani maslah social dan asset-
aset pemberdayaan yang ada di masyarakat.
6. Menggunaka beragam metode dan teknik sebagai sarana untuk meggali
dan menggerakkan seluruh potensi yang ada di masyarakat.
7. Mensinergikan potensi keilmuan yang diperoleh mahasiswa selama di
kampus dengan pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam rangka
pemecahan problem sosial.
3
8. Mendewasakan cara berpikir mahasiswa, sehingga mampu berfikir
interdispliner, memiliki kecakapan, memiliki penalaran yang tajam serta
dapat memantapkan sikap dan perilakunya dalam bermasyarakat secara
nyata.
9. Mengintegrasikan diri dengan masyarakat melalui partisipasi aktif
bersama masyarakat dalam merancang sampai mengevaluasi program
pemberdayaan masyarakat.
4
Sedangkan PAR Tematik menganalisis program aksi transformatif yang
sudah berjalan, sebagai alat evaluasi dan pengamatan (monitoring). Selain
itu, PAR juga memiliki metode berbagai cerita (sharing), wawancara
mendalam (in-depth interview) dan diskusi kelompok terfokus (focus
group discussion/FGD).
Dalam PAR bisa menggunakan alat kerja tertentu, misalnya
pemetaan gagasan (mind mapping), diagram pohon masalah (problem
tree), grafik kecenderungan (trend lines), metric peringkat atau skala
prioritas (ranking), dsb. Selain itu, penggalian informasi dari partisipan
bisa dilakukan melalui permainan peran (role play).
5
D. Daur Program dan Daur Belajar
Gambar 1 diatas adalah gambar daur program dan daur belajar. Yang
mana tahapan dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penjajagan/Pengenalan Kebutuhan
Langkah-langkah penjajagan kebutuhan adalah:
a. Pengenalan masalah, kebutuhan, dan potensi masyarakat.
b. Pengkajian hubungan sebab-akibat masalah-masalah (identifikasi akar
masalah).
c. Pengkajian potensi lokal dan luar.
d. Penetapan prioritas masalah berdasarkan kriteria masyarakat (antara
lain: sifat mendesaknya, dan ketersediaan potensi masyarakat atau
semberdaya).
2. Perencanaan Kegiatan
Merupakan kelanjutan dari kegiatan penjajagan kebutuhan. Hasil
penguraian masalah-masalah dan potensi-potensi serta penyusunan
prioritas masalah, dijabarkan menjadi :
a. Alternatif-alternatif pemecahan masalah.
6
b. Alternatif-alternatif kegiatan yang bisa dilakukan sesuai dengan
ketersediaan sumberdaya, baik lokal maupun dari luar.
c. Penentuan para pelaksana, penanggungjawab, dan pedamping kegiatan.
3. Pelaksanaan/Pengorganisasian Kegiatan
Sesuai prinsip-prinsip dalam metode PRA, pelaksanaan kegiatan
sebaiknya diorganisir dan dipimpin oleh anggota masyarakat sendiri,
sedangkan orang luar hanya mendampingi. Yang harus diselesaikan dalam
tahapan ini meliputi :
a. Pengaturan jadual kegiatan.
b. Pembagian kelompok dan tugas-tugas.
4. Pemantauan Kegiatan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat apakah program berjalan
sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Biasanya
dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan hasilnya dituliskan dalam
laporan kemajuan/ perkembangan program (progress report).
5. Evaluasi Kegiatan
Biasanya terdapat dua macam evaluasi kegiatan, yaitu:
a. Evaluasi program secara berkala (progress report), dilakukan untuk
menilai arah dan kemajuan program, efisiensi dan efektivitas pekerjaan,
dan mengarahkan kembali program.
b. Evaluasi akhir program (final evaluation), dilakukan untuk menilai
hasil yang telah dicapai selama pengembangan program jangka waktu
tertentu (beberapa tahun) apakah sudah mencapai tujuan-tujuan yang
ditetapkan pada awal pengembangan program, bagaimana dampak
program terhadap kesejahteraan hidup masyarakat, hasilnya disusun
menjadi laporan akhir program.
7
BAB II
PENJAJAGAN (ASSESMENT)
8
d. Dusun Patuk
e. Dusun Badong
Nama-nama Kepala Desa Ngetos yang mengukir pemerintahan
Desa Ngetos adalah sebagai berikut:
1. Soepawiro : Tahun 1901-1944
2. Sabari : Tahun 1945-1960
3. Abdul Kasirun : Tahun 1961-1989
4. Maduri (Pj) : Tahun 1989-1990
5. Sodig ,BA : Tahun 1990-1998
6. Sodig ,BA : Tahun 1998-2006
7. Untung (Pj) : Tahun 2006-2007
8. Untung : Tahun 2007-2013
9. Untung : Tahun 2013-2019
10. Warno : Tahun 2019-Sekarang
Secara administratif, Desa Ngetos terletak di wilayah Kecamatan
Ngetos Kabupaten Nganjuk dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa
tetangga. Disebelah Utara berbatasan dengan Desa Kuncir di sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Kepel di sisi Selatan berbatasan dengan Desa
Blongko sedangkan di sisi Timur berbatasan dengan Desa Suru.
Jarak tempuh Desa Ngetos ke Ibu kota kecamatan (Kec. Ngetos)
adalah 0,5km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 5 menit dengan
kendaraan bermotor. Sedangkan jarak tempuh ke Ibu kota kabupaten
adalah 20 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit.
9
Nama Pejabat Pemerintah Desa Ngetos
Tabel 1
No Nama Jabatan
1. Warno Kepala Desa
2. Azis Tasminto Sekretaris Desa
3. Andi Nugroho Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum
4. Kasirin Kepala Urusan Keuangan
5. Ibnu Kepala Urusan Perencanaan
6. Sumaji Rois Kepala Seksi Pemerintahan
7. Sukarno Kepala Seksi Pelayanan
8. Sukarmin Kepala Seksi Kesejahteraan
9. Sudarsono Kepala Dusun 1
10. Suyono Kepala Dusun 2
11. Semi Kepala Dusun 3
12. M. Bajuri Kepala Dusun 4
13. Kosong Kepala Dusun 5
14. Maduri Staf Pelaksana Urusan Keuangan
10
lakukan secara kondisional. Hal ini berarti tim peneliti KKN kelompok 07,
menyesuaikan waktu dari para narasumber, agar data yang diperoleh bisa
maksimal. selain itu juga mengikuti kegiatan kegiatan rutinan warga.
Seperti halnya pengajian rutin dan acara rapat dari desa. Yang mana hal ini
juga mendapat banyak informasi dari wawancara dengan warga
masyarakat yang mengikuti kegatan kegiatan tersebut.
3. Hasil sketsa
Hasil sketa data yang diperoleh dari setiap dusun yang ada didesa
Ngetos tertera dalam tabel sebagai berikut :
Mata Pencaharian/
No. Nama Dusun Kendala
Potensi
1. Selopuro Bercocok tanam Pemasaran produk
cengkeh, padi, hasil panen.
rambutan, Kadangkala, banyak
mangga, duku, hasil panen dijual
durian kepada pengepul
yang jumlahnya pun
terbatas.
11
Kurangnya relasi
penjualan selain
kepada pengepul di
dusun ini.
2. Pathuk Petani di ladang Air yang kurang
sendiri dengan mencukupi dalam
tanaman yang kebutuhan pertanian
dihasilkannya dan perkebunan
ialah rambutan,
ketela, mangga,
cengkeh, padi
3. Sumber Bendo Memecah batu Tidak ada kendala
Menebang kayu yang berarti
Petani mangga,
cengkeh,
rambutan
Peternakan
4. Ngetos Pertanian di Kurangnya air untuk
ladaang milik petani
sendiri Saat panen raya,
Perkebunan buah banyak buah yang
rambutan, kurang terjual laris
mangga, durian karena minimnya
Industri batik dan relasi pemasaran
jahit, tampar baku
plastik
12
Desa Ngetos termasuk daerah perkebunan sehingga mayoritas
masyarakat berkebun. Dengan demikian untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat, bidang perkebunan harus menjadi prioritas
utama. Produktifitas komoditi tertentu sudah meningkat, akan tetapi
harga hasil produksi relatif masih rendah, sehingga pendapatan petani
masih rendah. Sebab ketika panen buah harga akan turun. Akibat dari
panen yang bersama-sama. Sehingga hasil panen melimpah rauh namun
tidak dapat dijual semuanya. Kemudian buah yang tidak bisa ditampung
oleh pengepul busuk. Hal ini karena para pemilik buah tidak bisa
mengolah buah menjadi olahan yang berdaya jual tinggi dan awet.
13
b. Tersedia sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan
pemerintah.
c. Kelembagaan pemerintah desa semakin tertata.
2) Potensi ekonomi, meliputi :
a. Lahan pertanian yang luas masih dapat ditingkatkan produksinya.
b. Terdapat banyak usaha kecil.
14
BAB III
A. Proses Fasilitasi
Dari bab I dan bab II dapat disimpulkan bahwasanya permasalahan
yang menghambat potensi desa Ngetos adalah kurangnya relasi pemasaran
dan penggunaan teknologi (media social) dari segala bidang, baik dari bidang
pertanian , home industry maupun wisata. Maka dari itu, proses fasilitasi yang
dilakukan oleh KKN 07 IAIN Kediri adalah dengan memberi wadah berupa
sosialisasi bisnis online untyuk meningkatkan potensi desa Ngetos dengan
mengajak masyarakat setempat.
Pengenalan bisnis online pada masyarakat dilakukan dengan cara
sosialisasi yang disampaikan oleh Bapak Rendi Ardika S.Pd. M.Akun. Bisnis
online memiliki penawaran yang sangat menggiurkan yang mampu menjadi
salah satu jalan pintas menuju desa yang lebih maju, karena melalui media
sosial produksi dari desa Ngetos akan lebih cepat dikenal banyak kalangan
secara luas. KKN 07 IAIN Kediri memilih Balai Desa sebagai tempat yang
tepat dalam penyelenggaraan sosialisasi bisnis online. Waktu sosialisasi
sengaja di pilih pada hari Minggu karena mempertimbangkan dari berbagai
kalangan dengan provesi yang berbeda dapat hadir di waktu yang senggang.
15
2. Jumlah buah mangga/ Sebab: tidak banyak pengepul
rambutan yang menumpuk yang bisa membeli mangga dan
ketika panen rambutan setiap warga
Akibat: mangga dan rambutan
banyak yang busuk dan belum
termanfaatkan
3. Kampung rambutan yang Sebab: jika tidak musimnya,
ramai ketika musimnya tidak ada yang berbuah, selain
itu, kurangnya inovasi warga
untuk meramaikan kampung
rambutan
Akibat: kampung rambutan
menjadi sepi.
4. Krupuk sermier yang Sebab: kurangnya minat untuk
terhambat produksinya memproduksi, selain itu
pemasaran yang kurang
Akibat: tidak ada yang
memproduksi kerupuk sermier
lagi.
16
kepala desa, kepala dusun, kebutuhan, dan
RT, RW dan masyarakat potensi
di setiap dusun yang ada masyarakat di
di desa Ngetos. desa Ngetos.
Mengikuti kegiatan sosial Menggali
dan keagamaan seperti potensi yang
pengajian rutinan, khotmil ada di desa
Qur’an, diba’an, posyandu, Ngetos.
dll
Diskusi dengan anggota Pengkajian
kelompok KKN 07 IAIN hubungan
Kediri sebab-akibat,
masalah-
masalah
(identifikasi
akar masalah)
17
permasalahan
yang ada di desa
Ngetos.
Minggu ke-5
Tahap Kegiatan Tujuan
Pelaksanaan/Pengorganisa Pembentukan coregroup Penentuan para
sian Program Kerja pelaksana,
penanggung
jawab, dan
pendamping
kegiatan.
Rapat dengan anggota Pengaturan
kelompok KKN 07 IAIN jadwal
Kediri pelaksanaan
program kerja.
Pembagian tugas-tugas Penentuan
penanggung
jawab acara
program kerja.
Mensosialisasikan program Menyadarkan
kerja kepada masyarakat masyarakat
desa Ngetos bahwa di desa
Ngetos
memiliki
banyak potensi
yang dapat
dikembangkan.
18
Minggu ke-6 dan 7
Tahap Kegiatan Tujuan
Monitoring Membuat akun facebook, Memantau
instagram, dan youtub program kerja
untuk desa Ngetos apakah sesuai
dengan yang
telah
direncanakan
sebelumnya.
Evaluasi Survey dan interview Menilai arah dan
kemajuan
program,
efisiensi dan
efektivitas
pekerjaan, dan
mengarahkan
kembali program.
Diskusi dengan anggota Menilai hasil
kelompok KKN 07 IAIN yang telah
Kediri dicapai dan
mengetahui
dampak program
terhadap
kesejahteraan
hidup masyarakat
desa Ngetos.
Membuat laporan Membuat laporan Memenuhi
kelompok dan individu kewajiban
laporan tertulis
KKN.
19
D. Catatan Proses Diskusi
1. Gambaran umum desa Ngetos
a. Keadaan wilayah dari fisik dan non fisik.
b. Perekonomian dan budaya masyarakat setempat.
c. Keadaan keagamaan masyarakat setempat.
2. Pembahasan alur kegiatan yang akan dilakukan
a. Pengabdian masyarakat.
b. Sosialisasi dengan warga.
3. Permasalahan dan kendala dari setiap dusun
a. Selopuro : kekurangan tenaga kerja, kurang relasi pemasaran,
kebanyakan pengebas dari pada pengepul, dan pengebas tidak
bertanggung jawab.
b. Sumber bendo : pemasaran pohon cengkeh dan keripik sermier.
c. Pathuk : air untuk petani sulit.
d. Badong : air untuk petani sulit, kekurangan lapangan pekerjaan
(orang-orang merantau).
e. Ngetos : air untuk petani sulit, hasil panen banyak tidak terjual
(menimbun), pemasaran wisata kampung rambutan.
4. Menentukan program kerja
Dilihat dari permasalahan dan kendala yang muncul dari setiap
dusun di desa ngetos, ditentukanlah proker KKN 07 IAIN Kediri yakni
tentang pemasaran potensi desa. Pemasaran tersebut melalui media sosial
(bisnis online). Proker ini ditentukan karena melihat potensi di desa
Ngetos belum tereksplor secara meluas. Dengan memanfaat media sosial
diharapkan potensi desa dapat dikenal banyak orang.
5. Perancangan program kerja yang diambil
a. Mencari narasumber dan menentukan hari H
b. Membuat rancangan anggaran dana dan konsumsi dll.
c. Mengundang masyarakat setempat.
6. Proses berjalannya
a. Melakukan sosialisasi bisnis online.
b. Monitoring dan evaluasi program kerja.
20
BAB IV
AKSI KEGIATAN
21
social (bisnis online) untuk pemasaran suatu produk atau potensi. Hal ini
disampaikan oleh Bapak Rendi Ardika S.Pd. M.Akun selaku pemateri.
Sepanjang proses aksi kegiatan, masyarakat diberi pengetahuan
perihal pentingnya bisnis online dikarenakan mudah dan santai, bisa
dilakukan dimana dan kapanpun, serta memiliki pendapatan yang cukup
besar. Sedangkan untuk cara memulainya ialah dengan menentukan produk
dan membuat perencanaan bisnis.
Langkah kecil yang dapat diambil ketika akan memulai bisnis online
yaitu memantapkan niat, tujuan, mendiskusikan dengan keluarga, identifikasi
terhadap bisnis yang akan dijalankan, inovatif, terus belajar dan berdo’a.
Selain itu, perlu juga adanya SWOT atau evaluasi terhadap diri mengenai
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ketika mau menjalankan bisnis.
Selain itu, strategi yang bisa dipakai ketika mau menjalankan bisnis ialah
adanya produk, lalu menentukan harga, promosi, dan tempat berjualan.
Setelah proses pemberian sosialisasi bisnis online, KKN 07 IAIN
Kediri memberikan bantuan pembuatan akun resmi desa Ngetos seperti akun
facebook, instagram dan youtube, sehingga masyarakat dapat memasarkan
atau mempromosikan potensi desa melalui akun resmi desa tersebut. Selain
itu, masyarakat juga dapat mempromosikan secara langsung dengan cara
mengupload foto atau video ke media sosial dengan memberikan hastag (#)
mengenai desa Ngetos.
22
Sosialisasi bisnis online datang dari permasalahan yang ada di setiap
dusun di desa Ngetos. Produksi serta hasil panen yang melimpah
menghantarkan bisnis online sebagai salah satu jalan keluar pemasaran jarak
jauh dengan mudah. Pengenalan bisnis online pada masyarakat Ngetos
melalui sosialisasi mendapat tanggapan yang antusias terutama dari home
industri, petani dan pengepul.
Dengan memanfaatkan akun resmi milik desa Ngetos dapat membantu
mengenalkan potensi desa Ngetos pada jangkauan yang lebih luas, misalnya
di bidang wisata seperti Candi Ngetos, Kampung Rambutan serta potensi di
bidang lainnya. Akun resmi milik desa akan dikelola oleh KPMD (kader
pemuda desa). KPMD terdiri dari 6 orang yang ditunjuk langsung oleh
anggota BPD, 6 orang ini merupakan pemuda yang memiliki potensi dari tiap
dusun di desa Ngetos. Nantinya 6 orang inilah yang akan mengelola akun
resmi desa Ngetos.
23
BAB V
TEMUAN-TEMUAN
Desa Ngetos merupakan Kawasan desa yang asri yang dipenuhi dengan
perkebunan rambutan dan mangga. Sepanjang jalan menuju desa ini akan disuguhi
pemandangan sawah yang sangat asri dan cuaca yang sangat sejuk. Karena daerah
ini merupakan kaki gunung Wilis sebelah utara. Di desa ini terdapat peninggalan
sejarah yang sangat terkenal sampai ke seantero negeri yaitu candi Ngetos. Candi
ini sangat ikonik karena banyak wisatawan yang ingin mengunjungi candi Ngetos
ini. Candi yang diperkirakan dibangun pada masa kerajaan majapahit
pemerintahan Hayam Muruk. Yang digunakan untuk tempat meletakan abu.
Latar sejarah mengenai Candi Ngetos belum banyak diketahui.
Berdasarkan mitos yang berkembang, Candi ini dipercaya sebagai tempat
pendharmaan Hayam Wuruk, raja terbesar Majapahit yang bergelar Rajasa
Negara. Yang mendirikan candi ini adalah paman Hayam Wuruk, yakni Raja
Ngabei Siloparwoto dengan patihnya bernama Raden Bagus Condrogeni/
Condromowo dari kerajaan vassal Majapahit yang bernama Ngatas Angin
(sekarang di sekitar Nganjuk). Candi ini didirikan di lereng Gunung Wilis yang
merupakan salah satu gunung suci di tanah Jawa. Pendirian candi yang terletak di
lereng gunung dimaksudkan agar bangunan suci berada lebih dekat dengan
kediaman para dewa. Karena menurut kepercayaan pada masa silam, puncak
gunung merupakan kediaman para dewa.
Kondisi candi saat telah banyak bangunan candi yang telah hilang karena
tertimbun, namun ada mitos yang berkembang yaitu ketika proses pembangunan
candi ini diganggu oleh seorang gadis desa yang tidak sengaja menumbuk lesung
yang mengakibatkan proses pembangunan candi yang dibantu bangsa jin ini
terganggu karena dikiranya sudah pagi. Sehingga pembangunan candi ini tidak
bisa diselesaikan. Dan membuat murka dan mengeluarkan sumpah yang mana
isinya kurang lebih “ para gadis di ngetos ini tidak akan mendapat jodoh sampai
tua nanti.” Entah benar atau tidak namun kini warga ngetos sendiri sudah sangat
sedikit yang masih lajang.
24
Apabila membahas pemuda-pemudi yang tidak menikah ini juga ada cerita
dari penduduk setempat yang telah beragama islam oleh pengaruh syeh cek-cek
molek atau dengan nama asli Syeh Sayyid Malik Al Subro yang pada waktu itu
sudah bersumpah untuk tidak menikah karena menjaga keilmuan tassawufnya.
Sehingga pada suatu ketika anak dari raja kerajaan ngatas angina(nama kerajaan
setempat) yang bernama dewi klodan melamarnya syeh cek-cek molek karena
terkesima dengan kesaktian dan kebaikan hatinya. Namun tetap ditolaknya oleh
syeh yang juga disebut walinya para wali ini. sehingga hal ini menimbulkan
kebiasaan yang cukup aneh pada penduduk sekitar jaman setelah itu yang para
pemudanya menunggu dilamar oleh seorang gadis terlebih dahulu sebelum dia
menikah. Bila tidak, maka pemuda itu akan menjadi perjaka tua.
Namun seiring perkembangan jaman, hal seperti di atas sudah mulai
pudar. Saat ini para pemuda-pemudi desa ngetos sudah hidup seperti penduduk
pada umumnya. Banyak gadis yang telah menikah di usia muda. Maksimal usia
mereka melajang adalah 15 tahun yaitu setelah tamat SMP. Karena jarak SMA
terdekat yang cukup jauh. Untuk para laki-lakinya sendiri sangat banyak yang
dipekerjakan ke luar daerah atau merantau sebagai kuli bangunan. Kebanyak dari
para laki-laki berkerja ke Atambua (NTT), Surabaya atau ke daerah Kalimantan.
Selain karena keinginan untuk keluar dari desa, di desa ini juga ada seseorang
yang memang menjadi pemborong yang setiap kali ada pekerjaan maka akan
mencari laki-laki yang mau bekerja. Walaupun mungkin untuk Kawasan
perdesaan ini merupakan hal yang wajar. Hal ini membuat aktivitas remaja di desa
ini menjadi kurang aktiv. Karena memang dari dahulu sangat sedikit sekali remaja
yang mau tinggal di desa ini untuk melanjutkan usaha berkebun orangtuanya.
Mereka baru mau melanjutkan berkebun bilamana sudah berusia 30-40 tahun
ketika kondisi fisik sudah menua dan tidak sanggup lagi menjadi kuli bangunan.
Untuk keagamaannya desa ngetos, memiliki berbagai macam corak ke-
islaman. Contohnya, pada dusun ngetos atau dusun awal yang menyambut ketika
datang di desa ngetos ini memiliki 2 corak keagamaan. Pada daerah utara dari
awal masuk desa hingga candi. Daerah ini memiliki corak agama islam yang
sangat kuat. Sampai-sampai mereka kurang sependapat dengan tarian-tarian adat
yang masih menggunakan jin untuk memeriahkan acara tersebut. Begitu juga
25
dengan barang-barang yang berbau mistik mereka sangat menolak hal itu. Tapi
meski begitu mereka tidak melarag apabila orang lain tidak sependapat dengan
pemikiran ini. hal ini kurang lebih diperngaruhi karena adanya pondok pesantren
yang berdiri di utara candi.
Sedangkan di di sebelah selatan candi hingga balai desa, corak
keislamannya adalah islam yang moderat karena mereka sangat amat
mengutamakan persatuan bangsa atau orang sekitar menyebutnya islam
nasionalis. Terbukti dengan adanya momentum kemerdekaan RI yang ke 74 ini
warga yang berada di tengah ini sangat antusias untuk menghias jalan-jalan,
gapura hingga memasang umbul-umbul yang berada didepan rumah mereka. Hal
ini sangat berbeda bila ingin di bandingkan dengan daerah lain pada desa ngetos
yang juga masih memeriahkan nya dengan berbagai kegiatan namun tak semeriah
pada daerah ini.
Kemudian pada sebelah selatan balai desa hingga dusun selopuro yang
memisahkan dusun ngetos dengan sumber bendo. berbanding terbalik dengan
kodisi keislaman pada orang-orang di ujung utara desa tadi atau orang sekitar
menyebutnya islam abangan. Hal ini nampak dari budaya mencuci keris dan
barang-barang mistis lainnya yang dipercara mempunyai jin didalamnya. Mereka
masih sering merawat hingga pada saat 1 suro atau 1 muhharam, orang pada
daerah ini sangat rajin mencucinya di dekat candi. Tidak hanya itu, setiap
mengawali pekerjaan atau pun mengakhiri pekerjaan yang membutuhkan waktu
panjang. Maka penduduk sekitar sering mengadakan slametan. Penduduk percaya
hal ini dilakukan sebagai tolak bala(sial). Contohnya: memulai tandur padi,
memanen mangga, ulang tahun anaknya dan masih banyak lagi. Namun
perbedaannya dari yang penganut kepercayaan atau semacamnya. Orang-orang ini
mereka tidak menyembahnya, namun hanya untuk koleksi dan menjaga warisan
budaya leluhur mereka.
Pada satu suro ini ada hal yang tidak biasa dari desa-desa lainnya. Tidak
hanya digunakan untuk mencuci barang yang dihuni jin saja. Di desa ini juga
biasanya mengadakan festival dan kirab yang sangat ramai. Jika dibandingkan
dengan kegiatan keagamaan atau peringatan kemerdekaan. Kegiatan 1 suro inilah
yang paling diminati penduduk desa sehingga mereka dengan sukarela
26
mengeluarkan uang untuk memeriahkannya. Bahkan dari desa sampai
mengadakan kirab yang di isi perwakilan RT. Berbeda dengan acara 17 agustus
dan keagaamaan lain yang cenderung sepi dan kurangnya minat penduduk. Pada
acara agustusan saja hanya satu lomba yang setiap tahun pasti ada yaitu lomba
voli. Lomba ini dipanitiai desa dengan peserta hingga se-kecamatan. Tak jarang
hingga luar kecamatan ngetos, pernah dari sawahan dan pace ikut serta dalam
perlombaan ini.
Di dusun patuk, yang bertempat disebelah timur dari kecematan. Memiliki
2 organisasi islam yang menaungi penduduk dusun patuk ini. NU disebelah
selatan dan wahidiah sebelah utaranya. Para penduduknya sangat kuat dalam hal
keislaman tidak seperti dusun yang terlah sebutkan diatas. Meskipun tidak
berbeda jauh secara tatacara, kebudayaan, pengamalan keislaman dan
pengajarannya, namun dahulu sempat terjadi perumusuhan antara kedua
organisasi ini. Meski hal itu sudah tidak terjadi lagi dan membuat dusun ini adalah
dusun yang paling solid. Banyak dusun-dusun atau bahkan desa lain yang
membuat dusun ini menjadi percontohan. Dikutip dari anggota karang taruna
didusun tersebut, hal yang membuat dusun ini bisa terjaga kerukunannya ialah
komitmen untuk melepas embel-embel apapun yang ada pada sutau seseorang
penduduk apabila sudah menyangkut masalah kegiatan dusun.
Selanjutnya didusun sumber bendo dan dusun badong, pada dusun ini
merupakan dusun yang sangat banyak ditumbuhi tanaman rambutan dan cengkeh.
Didusun in merupakan dusun yang sebagian besar adalah pengebun buah. Berbeda
dengan dusun-dusun di atas yang kebanyakan mereka adalah pengepul atau
UMKM. Secara keagamaan, dusun-dusun ini tidak terlalu abgan atau pun
nasionalis atau juga islam orang disekitar menyebutnya campuran. Karena setiap
penduduk memiliki pemikiran yang tersendiri dan tidak dapat dikelompokan
seperti perjelasan diawal tadi. Setiap tahun sekali rutin diagendakan kegiatan
wayang pada dusun badong. Kegiatan ini selain untuk hiburan juga digunakan
untuk menyambung tali silaturahmi penduduknya. Selain kegiatan wayang, setiap
desa sangat antusias pula apabila diberikan kegiatan dangdutan atau pengajian.
Secara keseluruhan desa ini merupakan desa yang paling aman dan nyaman.
Bukan karena bertempat sebagai ibukota kecamatan yang mana segala macam
27
fasilitas pemerintahan kecamatan sangat dengat. Namun juga karena penduduknya
sangatlah ramah dan jauh dari permusuhan antar penduduk. Bila sering kita
dengar perguruan ilmu bela diri saling bertengkar, di desa ngetos ini malah bisa
saling guyub, rukun dan tentram satu sama lain. Setia Hati Teratai(SH Teratai),
Pagar Nusa(Pagar Nusa) dan Kera Sakti(KS) bahu-membahu membangun desa ini
menjadi desa yang kuat dan tentram. Pemandangan semacam ini sangat jarang
ditemui didaerah-daerah lainnya. Yang mana antar perguruan beladiri satu dengan
lainnya saling ujuk gigi hingga jatuh korban jiwa. Hal ini bisa terjadi karena pihak
pemerintah desa sendiri dan ulama desa terjun langsung mengontrol dan
mengawasi secara langsung. Sehingga bila ada permasalahan bisa diselesaikan
dengan kepala dingin dan tanpa pertumpahan darah
28
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kuliah kerja Nyata (KKN) di desa Ngetos ini merupakan salah satu
bentuk pengabdian atau implementasi terhadap nilai yang didapatkan dalam
bangku perkuliahan. Ketika memulai penjajagan, kelompok yang tergabung
dalam posko 7 mendapatkan banyak temuan-temuan yang mendukung
pentingnya diadakan program kerja yang menunjang pemasaran potensi desa,
yaitu Sosialisasi Bisnis Online. Dalam misi pencarian data, mahasiswa KKN
07 IAIN Kediri memulai dengan silaturahim kepada Kepala Desa, Kepala
Dusun yang berada di Dusun Selopuro, Ngetos, Badong, Patuk, dan Sumber
Bendo. Penggalian data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi
yang ada, corak masyarakatnya, mata pencahariannya dan kegiatan
kesehariannya.
Beberapa data diperoleh dari penjajagan ke setiap dusunnya, yaitu
adanya Kampung Rambutan, Candi Ngetos, Goa Mbodeh sebagai destinasi
wisata yang masih dilestarikan oleh wargan. Selain itu, mata pencaharian
masyarakat desa Ngetos rata-rata sebagai pengusaha, pekebun dan petani.
Sedangkan untuk home industy terdiri dari ukir kayu, batik tulis dan jamur.
Tanaman yang diunggulkan di desa ini yaitu buah mangga, rambutan,
cengkeh, durian dan lain sebagainya. Dari berbagai mata pencarian warga,
terdapat beberapa kendala dalam pengelolaan maupun pemasarannya. Dalam
pengelolaan, yaitu kurangnya air yang bisa mensuplay kebutuhan
pertumbuhan mangga, cengkeh, jambu dan lain-lain. Lalu, kurangnya inovasi
masyarakat dalam pemanfaatan kampung rambutan. Sedangkan dalam
pemasarannya, karena kurangnya relasi dalam penjualan, sehingga petani
hanya dapat dijual kepada pengepul yang jumlahnya pun terbatas dan
terkadang harga pembeli tidak sebanding dengan pemasaran yang seharusnya.
Dari beberapa temuan setelah dilakukan penjajakan, Maka dalam
kesempatan ini memfokuskan mengenai permasalahan yang lebih utama
untuk dikaji, yakni dalam bidang pemasaran hasil produksi. Maka, untuk
29
mengkaji permasalahan tersebut dikenalkanlah bisnis online yang
memanfaatkan sosial media sebagai tempat jual beli dan membangun relasi
dengan dunia luar.
Perencanaan mulai dilakukan dengan membangun kerjasama dengan
beberapa organisasi atau komunitas dalam desa, yaitu Karang Taruna, BPD,
Ibu-ibu PKK. Lalu, membahas tentang program kerja yang tepat untuk dikaji
bersama dengan Masyarakat. Kemudian terancanglah sosialisasi bisnis online
dengan harapan masyarakat bisa mengenalkan produknya keluar dan dapat
memasarkan hasil panen dengan mandiri melalui bisnis Online.
Setelah tahap perencanaan dilakukan, selanjutnya ialah aksi. Aksi
yang dimaksud disini ialah dalam bentuk sosialisasi dengan menghadirkan
fasilitator Pak Rendi pada hari Minggu, 4 Agustus 2019 di bali Desa Ngetos.
Acara ini dihadiri oleh dari berbagai kalangan muali dari pengusaha,
pedagang, petani, dan beberapa masyarakat yang minat mengenai bisnis
online. Ketika sosialisasi dilaksanakan, antusiasme dari masyarakat sangatlah
positi yang juga ditunjukkan dengan aktifnya dalam mengurai pertanyaan
sebagai bentuk rasa ingin tau mendalam tentang bisnis online.
Sedangkan pada tahap evaluasi, dilakukan koordinasi dengan KPMD
sebagai tindak lanjut atau follow up dengan membuat akun sosial media yang
akan dikoordinir oleh Masyarakat Desa Ngetos sendiri.
B. Rekomendasi
Dari hasil KKN 07 IAIN Kediri di desa Ngetos telah diketahui bahwa
potensi yang ada di desa Ngetos sangat banyak, seperti di bidang pertanian,
home industry, wisata dan lain-lain. Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian,
yang menyatakan bahwa pelibatan teknologi (media social) dalam sebuah
pemasaran atau promosi potensi desa sangat memberikan dampak positif,
salah satunya adalah potensi desa diketahui oleh banyak orang, sehingga bisa
menarik konsumsi orang yang berada di luar daerah Ngetos. KKN 07 IAIN
Kediri memberikan beberapa rekomendasi untuk desa Ngetos agar lebih
berkembang, yakni sebagai berikut:
30
1. Kepada perangkat desa Ngetos, khususnya Kepala Desa Ngetos dan BPD
agar mampu menggerakkan masyarakatnya untuk lebih memainkan media
social sebagai ajang pemasaran potensi desa.
2. Kepada masyarakat desa Ngetos agar lebih kreatif dan inovatif dalam
mengkreasikan potensi yang ada pada diri sendiri dan desa Ngetos.
3. Kepada KPMD (kader pemuda desa) agar lebih aktif lagi dalam mengelola
akun resmi desa untuk pemasaran potensi desa.
31