Anda di halaman 1dari 10

Analisis Konflik dalam Novel: The Games of Two Quests,

Sherlock Holmes vs Arsene Lupin karya Sir Arthur Conan


Doyle

Althaf Zhafirah
XII IPA

Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi sebagian pesyarat dalam mengikuti
ujian tertulis bahasa Indonesia.

SMA NASIONAL SATU

Jl. Raya Hankam Bj. Nangka II No. 38 Pondok Melati, Bekasi.

September, 2019
BAB I

Pendahuluan

I.I Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta ‘Sastra’, yang


berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar
‘Sas’ yang berarti “instruksi” sedangkan ‘Tra’ berarti “alat” atau “sarana”.
Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu. Sastra dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Prosa dan Puisi. Prosa adalah
karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang
terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya sastra puisi yaitu,
puisi, pantun, dan syair sedangkan contoh karya sastra prosa yaitu novel,
cerita/cerpen, dan drama.

Konflik merupakan sebuah kata yang berasal dari kata kerja latin
configere yang artinya saling memukul. Sedangkan menurut sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih dan
di antara keduanya berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Dalan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai perselisihan, percekcokan, dan
pertentangan. Pengertian konflik sosial adalah pertentangan antar anggota
atau kelompok dalam masyarakat yang bersifat menyeluruh, disebabkan oleh
adanya perbedaan seperti, perbedaan pola budaya, individu, status sosial,
kepentingan, dan terjadinya perubahan sosial.

Novel The Game of Two Quests ini merupakan salah satu novel terlaris
Maurice Leblanc. Dan unsur-unsur konflik yang dibuat tidak biasa. Bagi
sebagian masyarakat, pasti sangat familiar dengan tokoh fiksi bernama
Sherlock Holmes yang dibuat oleh Sir Arthur Conan Doyle. Tokoh detektif
fiksi asal Inggris ini sangat terkenal di hampir seluruh dunia. Sedangkan
Arsene Lupin sendiri merupakan tokoh fiksi asal Perancis yang dibuat oleh
Maurice Leblanc. Berbeda dari Sherlock Holmes yang berperan sebagai
“pembela kebenaran”, Arsene Lupin ini menyandang sebuah pekerjaan yang
selalu dinilai buruk oleh masyarakat yaitu Pencuri. Namun, novel Arsene
Lupin sangat sukses di Perancis, bahkan tokoh tersebut dianggap maskot
masyarakat.
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka


permasalahan dalam karya tulis ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Apa itu konflik?


2. Hal-hal apa saja yang menyebabkan konflik dalam novel The Game of
Two Quests: Sherlock Holmes vs Arsene Lupin?
3. Bagaimana interaksi sosial dari tokoh Sherlock Holmes dengan
Arsene Lupin?
4. Apa dampak konflik sosial dari novel The Game of Two Quests:
Sherlock Holmes vs Arsene Lupin.
5.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah penelitian di atas, masalah dalam


penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1.4 Pembatasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah di atas, karya tulis ini hanya dibatasi


pada Analisis Unsur Konflik dalam Novel: The Games of Two Quests,
Sherlock Holmes vs Arsene Lupin karya Sir Arthur Conan Doyle.

1.5 Kegunaan Penelitian


Kegunaan dari karya tulis ilmiah ini adalah:

1.
BAB II

Landasan Teori dan Kerangka Berfikir

Dalam bab ini akan dibahas secara berturut-turut tentang hakikat unsur
konflik novel The Game of Two Quests. Berikut ini akan dibahas berturut-
turut.

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hakikat Novel

Novel berasal dari kata latin novellus yang diturunkan dari kata novies
yang berarti baru. Dikatakan “baru” karena jika dibandingkan dengan jenis-
jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain jenis novel ini muncul
lebih belakangan. Sebutan novel dalam bahasa Inggris yang kemudian
masuk ke Indonesia dalam bahasa Itali novella. Secara harfiah, novella
berarti “sebuah barang baru yang kecil”, yang kemudian diartikan sebagai
“cerita pendek dalam bentuk prosa” (Burhan Nurgiyanto., 2013 “Teori
Pengkajian Sastra”, halaman 11-12). Umumnya, novel terdiri dari lima belas
ribu sampai dengan empat puluh lima ribu kata. Berdasarkan sifatnya, novel
bersifat meluas dan menekankan pada konflik dari cerita tersebut.

Berbeda dari cerpen yang umumnya berkisah tentang perilaku sesaat


sang tokoh ketika ia menghadapi suatu peristiwa atau kejadian pada suatu
ketika. Novel mampu menghadirkan perkembangan suatu karakter, situasi
sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter,
dan sebagai peristiwa yang terjadi beberapa waktu silam secara mendetail.
Novel menawarkan sebuah dunia imajinatif yang menampilkan berbagai
rangkaian cerita kehidupan seseorang yang dilengkapi dengan peristiwa,
permasalahan, dan penonjolan watak setiap tokohnya.

Secara singkat novel adalah cipta sastra dengan berbagai masalah


kehidupan manusia dan kebahasaan sebagai media pemaparnya. Sedangkan
dalam buku The American Collage Dictionary dikemukakan bahwa novel
adalah suatu cerita prosa fiktif dalam panjang yang tertentu, yang
melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang
respresentatif dalam suatu alur atau suatu suatu keadaan yang agak kacau
(Tarigan H. Guntur., 1984 “Prinsip-prinsip Dasar Sastra”, (Bandung:
Angkasa), halaman 164.). Jadi, novel adalah cerita prosa fiktif yang
melukiskan para tokoh, gerak serta adegan yang dapat mewakili kehidupan
yang sebenarnya dalam suatu alur atau keadaan yang sangat kacau.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa


novel adalah karangan prosa fiktik dengan panjang tertentu, yang
mengisahkan kehidupan manusia sehari-hari beserta watak serta lingkungan
tempat tinggal yang disajikan secara tersusun dengan serangkaian yang
saling mendukung antara satu sama lain sampai pada perubahan nasib para
pelakunya. Unsur dalam novel terbagi menjadi dua; yaitu unsure ektrinsik
dan intrinsik.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu,
tetapi secara tidak langsung mempengaruhi jalan cerita atau inti dari karya
sastra. Atau secara lebih khusus, sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi
struktur cerita sebuah karya sastra, namun tidak menjadi bagian di
dalamnya. Unsure instrinsik adalah hal-hal yang factual, kasat mata, dan
mudah dijumpai saat membaca novel. Unsur-unsur inilah yang membuat
novel menjadi karya sastra.

2.1.2 Hakikat Konflik

Konflik adalah adanya situasi atau keadaan oposisi, atau pertentangan


pendapat, sikap, tindakan di antara orang-orang, kelompok-kelompok,
organisasi-organisasi. Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan
dan perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam
(Wirawan., 2013 “Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi,
Aplikasi, dan Penelitian.” Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 1-2)
Konflik merupakan salah satu gejala psikologis yang umunya menggiring
individu pada suasana kurang menguntungkan jika kita tidak mengatasinya.

Konflik dapat dikatakan juga sebagai suatu proses yang bila satu pihak
merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, sesuatu
yang diperhatikan pihak pertama. Konflik bisa mencakup ketidakcocokan
tujuan, perbedaan penafsiran fakta, ketidaksepakatan yang didasarkan pada
pengharapan perilaku, dan semacamnya.

Peristiwa ini dipastikan dapat dialami semua orang baik orang tua
maupun muda, anak usia pra sekolah, anak SD sampai mahasiswa. Bahkan
tua renta sekalipun karena konflik berawal dari proses pengambilan
keputusan dalam hidup. Pengambilan keputusan dalam kehidupan itu pada
dasarnya adalah suatu proses memilih atau menentukan pilihan di antara
sekian banyak pilihan. Artinya pilihan itu tidak hanya satu, melainkan lebih
dari satu, sehingga dalam suasana tertentu dapat menyulitkan orang yang
harus memilih dan diperlukan keputusan yang tepat.

2.1.2.1 Jenis-jenis Konflik

1.
BAB III

Dalam bab ini akan dibahas secara berturut-turut tentang, tujuan penelitian,
waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, instrument penelitian, teknis
analisis penelitian, dan kegunaan penelitian.

3.1 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur konflik dan


penyelesaian dalam Novel: The Games of Two Quests, Sherlock Holmes vs
Arsene Lupin karya Sir Arthur Conan Doyle.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak Maret 2019 sampai dengan Oktober 2019.
Penelitian ini dilakukan dimana saja karena tidak terkait dengan tempat.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini bersifat


kualitatif, yang dilakukan secara analisa melalui buku. Data-data diambil
dari berbagai referensi yang didapatkan dari internet, buku, dan Novel: The
Games of Two Quests, Sherlock Holmes vs Arsene Lupin karya Sir Arthur
Conan Doyle.

3.4 Instrumen Penelitian


Sumber data penelitian ini adalah Novel: The Games of Two Quests,
Sherlock Holmes vs Arsene Lupin karya Sir Arthur Conan Doyle.

Aspek Novel Deskripsi


The Game of Two Quests Menceritakan pertemuan dua tokoh
fiksi terkenal Arsene Lupin dan
Sherlock Holmes dan konflik-
konfliknya.
Penyebab Berawal dari M. Gerbois yang
merasa terganggu oleh kehadiran
Arsene Lupin, lalu ia
memberitahukan kepada detektif
yang ternama di Inggris, yaitu
Sherlock Holmes.
Penyelesaian Kemampuan analisa Sherlock
Holmes akhirnya mampu menjerat
Arsene Lupin dan menangkapnya.
BAB IV

4.1 Deskripsi Data

Aspek Hasil Penelitian

Anda mungkin juga menyukai