INTERVIU KLINIS
* DEFINISI
(Matarzo, dalam Nietzel dkk, 1998)
“an interviu is a conversation with a purpose or goal”.
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 1
Misal: Diagnosing DSM-IV Psychiatric Disorders in Primary
Care Setting, an interview guide for the Nonpsychiatrist
Physician.
- Istilah lain: Interviu psikiatrik; diagnostik klinis.
3. Orientation Interviews
- Interviu yang bertujuan mengenalkan proses asesmen,
tretmen, dan prosedur yang akan dijalani klien.
- Prosesnya:
a. penjelasan mengenai tujuan asesmen, prosedur, dan
kontrak tretmen → dijelaskan mengenai hak dan
kewajiban klien, kerahasiaannya, bahwa selama proses
tretmen diperlukan: kerja sama, kejujuran,
keterbukaan, dan kepercayaan klien → fokus pada
pemecahan masalah klien.
b. pemberian dukungan kepada klien untuk menjawab
pertanyaan, berkomentar, berdiskusi, dan memberi
masukan mengenai hal-hal yang dapat menghambat /
mendukung proses tretmen.
4. Termination Interviews
- Interviu ini dilakukan biasanya pada akhir sesi tretmen atau
pada akhir suatu sesi asesmen.
- Tujuannya:
a. untuk memberikan rasa penghargaan atas kerja sama
klien selama sesi tretmen atau dalam sesi asesmen,
serta memberikan dukungan agar klien merasa tenang,
tetap terbuka & jujur, dan lebih mempercayai klinisi.
b. dalam suatu tretmen psikologis, dapat juga bertujuan
untuk memberikan kesimpulan 1 sesi tretmen (apa
yang telah bersama-sama di dapat), pemberian
informasi mengenai masalah lain yang mungkin
muncul, dan rencana kontrak sesi berikutnya. Dalam
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 2
asesmen, lebih bertujuan untuk menyampaikan hasil
asesmen.
c. tujuan lain adalah sebagai proses peneguhan terhadap
klien bahwa walaupun sesi tretmen telah selesai, klien
akan mampu menghadapi masalahnya sendiri.
- Membantu klien melakukan penyesuaian dengan adanya
perubahan dari tretmen menuju post tretmen dengan baik.
5. Crisis Interviews
- Krisis → suatu keadaan yang sangat mendesak → klien
mengalami masalah yang sangat berat dan menekan, tetapi
cara pemecahan masalah yang biasa digunakan tidak dapat
mengatasi situasi yang dihadapinya.
- Interviu dilakukan dalam waktu singkat mengenai masalah
klien dan rencana tretmennya. Interviuer/ klinisi harus
bersikap tenang, bertindak relevan dan segera mengacu
pada masalah tanpa menambah kecemasan klien.
- Hasilnya dapat dijadikan bahan rujukan untuk asesmen dan
tretmen selanjutnya.
6. Observational Interviews
- Interviu ini sekaligus bertujuan mengamati respon klien
terhadap pertanyaan interviuer, bagaimana bahasa non-
verbal klien, bagaimana perilakunya saat menghadapi
stressor/ keadaan penuh konflik, dan perilaku selama
proses interviu.
2. Semi-directive interviews
- Interviuer fleksibel dalam bertanya, namun topik-topik apa
saja yang akan ditanyakan telah ditentukan sebelumnya
dalam interview guide.
3. Directive interviews
- Interviu dilakukan sesuai format pertanyaan yang telah
dirancang secara cermat oleh interviuer.
- Bentuk interviu ini terkesan formal, sehingga terkadang
membuat canggung klien.
- Keuntungannya proses interviu menjadi lebih sistematis
dan hasilnya lebih komprehensif.
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 4
2. TAHAP PERTENGAHAN
- Tahapan penggalian informasi yang terfokus untuk
menegakkan diagnosa klinis.
- Kebanyakan menggunakan teknik non-directive di awal
sesi. Misal: “ Bisakah Anda ceritakan masalah anda?”
“ Ada yang dapat saya bantu?”
→ pertanyaan terbuka → memberikan kesempatan klien
bercerita sesuai keinginannya & memastikan klien bahwa
klinisi mau mendengarkannya.
** Klinisi menjadi pendengar aktif, melakukan paraphrasing
(pengembangan pertanyaan melalui cerita klien), &
memberi kesempatan klien untuk memberi masukan hasil
intepretasi kita.
→ dapat juga menggunakan binding question, tetapi dapat
menimbulkan perasaan terancam pada klien.
3. TAHAP PENUTUP
- Tahapan penutup berisi:
a. kesimpulan interviuer
b. memuji kerja sama klien & menenangkan
c. perencanaan sesi lain & kesempatan klein bertanya.
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 5
B. Komunikasi Non-Verbal
- Penampilan fisik: cara berpakaian, model rambut,
karakteristik khas
- Gesture (gerak-gerik): cara duduk, gerakan berulang
- Postur tubuh: membungkuk, tinggi, besar
- Kontak mata: berpindah, menghindari kontak
- Ekspresi wajah: senyum, kerutan,
- Dorongan emosinya → ekspresi afek: air mata,
menelan ludah, hembusan nafas, keringat.
- Variabel bicara: gaya, intonasi, kecepatan, gagap,
blocking.
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 6
OBSERVASI KLINIS
• Observasi adalah salah satu metode asesmen untuk melihat
tingkah-laku klien dari sudut pandang klinisi.
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 7
c. RECORDING
merekam kejadian tertentu dengan bantuan memori,
atau alat rekam tertentu.
d. ENCODING
proses pengumpulan data yang kemudian diolah
dan diintepretasikan → merupakan proses paling
sulit.
Macam-macam Observasi
1. Natural Observation
- melakukan pengamatan secara spontan dalam kondisi
natural/ alami.
- Kelebihan: perilaku dapat ditelaah latar belakangnya
- Peran observer: memaknai perilaku yang tampak,
menentukan perlu/ tidak direkam.
2. Hospital Observation
- Dilakukan untuk mengamati tingkah laku dan keadaan
pasien rawat inap secara spesifik → tahu kondisi klien
- secara event sampling/ time sampling.
- Contoh lembar observasi: IMPS (The Inpatient
Multidimensional Psychiatric Scales); BSF (Behavioral Study
Form).
3. School Observation
- pengamatan pada perilaku di sekolah
- aktivitas individual/ kelompok → aktivitas klien,
interaksi klien
4. Home Observation
- mengukur perilaku yang relevan secara klinis dari klien
di rumahnya.
- tidak sistematik terhadap target perilaku yang diamati.
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 8
5. Observation by Insider
- mirip natural observation, tetapi dengan
mempekerjakan personel terlatih sebagai observer →
bisa partisipan/ tidak.
- Misal: observasi anak di rumah oleh ortu
- jarang dilakukan pada klien dewasa, tapi bisa (misal:
klien perokok → kolaboratif report oleh teman &
keluarga)
6. Self Observation
- dilakukan sendiri oleh klien → self-monitoring
- biasa dilakukan dalam tretmen tertentu
- reaktif → sulit diprediksi
7. Controlled Observation
- situasi sengaja dibuat untuk memunculkan perilaku
yang diharapkan
- biasanya dilakukan untuk mengamati perilaku yang
tidak biasa muncul dalam keseharian
- metode: role playing, pengukuran performa (fisiologis)
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 9
TES PSIKOLOGI
PENGANTAR
• PSIKODIAGNOSTIKA
➔ Psyche (jiwa); dias (tembus); gnosis (tumbuh, sumber)
➔ Merupakan usaha untuk menemukan sumber dari gejala
atau simtom dan atau sindroma yang tampak atau dapat
diindera, atau sumber penyakit atau gangguan untuk
kemudian memasukkannya ke dalam klasifikasi gangguan
kejiwaan.
• MEASUREMENT
➔ Pengukuran → Psikometri
➔ Merupakan usaha untuk mengetahui fenomena tanpa
harus mengubungkannya dengan penilaian baik-buruk
atau sakit-sehat.
• ASSESSMENT CENTER → metode (1940-an)
• EVALUASI PSIKOLOGIS
• PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS
(PSYCHOLOGICAL EXAMINATION)
DEFINISI
• Tes adalah prosedur sistematis untuk mengamati dan
menjelaskan perilaku individu dalam situasi yang standar
(Cronbach, 1970).
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 10
• Empat katagori umum area pengukuran tes :
1. fungsi intelektual
2. karakteristik kepribadian
3. sikap, minat, ketertarikan, nilai
4. kemampuan tertentu
FUNGSI
➔ Pengukuran kemampuan tertentu pada subjek tertentu.
Subjek tes (testee) secara umum :
a. bayi (misal: Vineland Social Scale)
b. anak-anak
c. remaja
d. dewasa
e. lansia
Subjek khusus : tentara, siswa, pegawai, pasien klinis.
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 11
BENTUK TES
1. TES TERSTRUKTUR
- pertanyaan tidak samar-samar
- merespon dalam batasan tertentu.
→ standarisasi : Prosedur pengetesan
Kondisi klien
Tempat dan suasana tes
Alat tes (valid & reliabel).
→ norma: suatu set skor yang didapat dari sekelompok orang
yang telah mengikuti tes tersebut melalui
pengambilan contoh representatif (sampel).
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 12
Contoh:
Draw A Person Test (DAP) / Human Figure Test
RORSCHACH INKBLOT-TEST
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 13
THEMATIC APPERCEPTION TEST (TAT)
JENIS TES
1. Pemfungsian Intelektual
a. Stanford-Binet Intelligence Scale (terbit sejak 1916)
b. Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS)
→ Wechsler Bellevue Intelligence Scale (WBIS)
→ Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC)
Memiliki sub tes : Verbal (6) dan Perfomance (5)
Dapat dianalisa secara klinis, mencakup :
- Sub tes Informasi → kesadaran sse
- Sub tes Komprehensi → reality testing
- Hubungan antara sub tes Informasi dan
Komprehensif → efektivitas penggunaan
pengetahuan sse.
2. Penilaian Kepribadian
Merupakan upaya menemukan pola perilaku dan pola
pikiran, atau penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan.
a. Projective assessment (Lindzey) :
1. asosiasi : Rorschach test
2. konstruksi : TAT
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 14
3. melengkapi : Wartegg test, SSCT
4. memilih : Szondi test
5. ekspresi : Psikodrama, melukis
3. Pemfungsian Neuropsikologis
a. Tes Persepsi Visual
b. Tes Persepsi Pendengaran
c. Tes Koordinasi Motorik
d. Tes Kemampuan Konstruksi Sensorik-motorik
e. Tes Memori
f. Tes Kemampuan Bahasa
g. Tes Kemampuan Pemahaman Konseptual.
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 15
• Strategi penggalian data
ksdewi.pklinis@gmail.com Page 16