PADUAN SUARA
BAGAIMANA MENGELOLAH PADUAN SUARA
1. Latar Belakang
Musik paduan suara adalah musik yang dibawakan oleh kelompok paduan suara
atau choir . Istilah paduan suara juga bermacam-macam di beberapa negara,
seperti Koor dalam bahasa Belanda, Choros dalam bahasa Yunani
ataupun Choir dalam bahasa Inggris, yang berarti penggabungan suara kedalam satu
bagian. Paduan suara biasanya dipimpin oleh seorang dirigen yang umumnya pula
adalah pelatih. Paduan suara dapat bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat musik.
2.1 Dirigen
Ada beberapa syarat atau kualifikasi dasar yang harus dimiliki oleh seorang
dirigen. Kualifikasi tersebut dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek non teknis dan
aspek teknis. Aspek tersebut dijelaskan oleh Listya (2007: 2-6) yang berbunyi: Aspek
non teknis yaitu komunikatif, sikap terbuka, tekun dan kerja keras, kreatif dan inovatif,
kooperatif, serta disiplin tinggi dan serius. Aspek teknis yaitu pendengaran yang baik,
pengetahuan mengenai teknik vokal, pengetahuan mengenai teori musik, pengetahuan
mengenai ilmu bentuk analisa, pengetahuan mengenai teknik mengabah, pengetahuan
mengenai sejarah musik dan repertoire lagu paduan suara, kemampuan dalam
hal sight-singing, serta kemampuan memainkan piano. Dari aspek tersebut diharapkan
bahwa seorang dirigen adalah seorang yang mumpuni dan menguasai dalam bidang
paduan suara. Seorang dirigen memiliki peran yang sangat dominan dalam sebuah
paduan suara. Kriteria-kriteria untuk dapat disebut sebagai dirigen adalah bukan orang
sembarangan dan yang seolah-olah hanya sebagai sebuah pajangan hidup yang
bergerak dengan tangannya dalam memimpin sebuah paduan suara secara asal. Akan
tetapi lebih dari itu dituntut memiliki kecakapan-kecakapan dan kepekaan musikalitas
yang tinggi terhadap seni paduan suara.[3]
Kontak yang teratur harus dijalin dengan pendeta. Seorang pemimpin musik
dan pendeta harus bekerja sama dalam sendiri dan mereka merencanakan pelayanan
musik untuk ibadah Minggu maupun ibadah khusus. Selama pelayanan
berlangsung. Mereka harus bekerja sama dan berinteraksi satu sama lain. Di
kebanyakan gereja terdapat interaksi luas antara para guru, organis dan pemimpin
paduan suara. Guru sekolah Minggu sering kali memerlukan keahlian organis untuk
membantu mengajarkan musik religius maupun untuk menyiapkan program musik
khusus. Sekolah Kristen selalu memanfaatkan organis dan pemimpin paduan suara
sebagai guru musik paruh-waktu dan pemimpin satu atau beberapa paduan suara
anak-anak.
Penjadwalan, pembelian alat dan pembayaran persediaan mengharuskan pemimpin
musik berhubungan dengan sekretaris kantor gereja, Penjadwalan kegiatan-kegiatan
yang memerlukan olrganis perlu diketahui oleh sekretaris yang menyusun jadwal
kegiatan gereja. Dilahinpihak menginformasikan kepada orang-orang musik mengenai
tempat dan jadwal kegiatan yang memerlukan partisipasi musik. Sekretaris kantor juga
dapat melengkapi informasi mengenai cadangan dan jumlah anggaran yang disiapkan
atau digunakan untuk pembelian dan servis alat-alat musik. Pemimpin musik harus
bekerja sama juga dengan bendahara dalam membeli perlengkapan musik, bila dana
kegiatan musik diperoleh dan dana tersebut telah dianggarkan untuk dana khusus musik,
maka dana tersebut harus disalurkan melalui bendahara gereja yang bertindak sebagai
pengawas dana tersebut. Kemudia juga bisa membagun hubungan dengan koster dan
semua penata layanan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi sebelum gereja membentuk kelompok padua suara cari terebih dahulu
sosok pemimpin yang mempunyai kemampun seorang dirigen yang mampu mengurus
segala aspek yang berhubungan dengan paduan suara dan mempunyai kualitas yang
baik. Sesudah mempunyai dirigen, gereja juga harus memastikan pemain musik yang
mempunyai kemampuan musik organis/piano yang baik yang bisa mengiringin setiap
lagu yang ingin dinyanyikan, ketika gereja sudah mempunyai seorang dirigen dan
pemain organis. Maka gereja sudah siap untuk membentuk kelompok paduan suara.
4. Internet
[1] http://chrisnan-music.blogspot.co.id
[2] Marvella Thompson dkk. Pedoman Praktis Pelayanan Musik Gereja. (Bandung:
Yayasan Baptis Indonesia 1992) hlm 36
[3] Subronto K. Atmodjo. Panduan Praktis Memimpin Paduan Suara. (Jakarta: BPK
Gunung Mulia 2011) hlm 1-3
[4] Edgar Walz. Bagaimana Mengelola Gereja. (Jakarta : BPK Gunung Mulia 2006)
hlm19-20
[5] Marvella Thompson dkk. Pedoman Praktis Pelayanan Musik Gereja. (Bandung:
Yayasan Baptis Indonesia 1992) hlm 36-37
[6] Subronto K. Atmodjo. Panduan Praktis Memimpin Paduan Suara. (Jakarta: BPK
Gunung Mulia 2011) hlm 88-90
[7] Edgar Walz. Bagaimana Mengelola Gereja. (Jakarta : BPK Gunung Mulia
2006) hlm 20