BAB I............................................................................................................2
PENDAHULUAN.........................................................................................2
1. Latar belakang....................................................................................2
2. Rumusan masalah...............................................................................3
3. Tujuan penulisan................................................................................3
BAB II...........................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................4
BAB III..........................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................9
2
1.2 Rumusan masalah
Membahas seputar permasalahan dan memberikan solusi tentang bagaimana cara
mengelola paduan suara.
1. Paduan Suara UNISONO yaitu Paduan suara dengan menggunakan satu suara.
2. Paduan Suara 2 suara sejenis, yaitu paduan suara yang menggunakan 2 suara
manusia yang sejenis, contoh : Suara sejenis Wanita, Suara sejenis Pria, Suara
sejenis anak-anak.
3. Paduan Suara 3 sejenis S – S – A, yaitu paduan suara sejenis dengan
menggunakan suara Sopran 1, Sopran 2, dan Alto.
4. Paduan Suara 3 suara Campuran S – A – B, yaitu paduan suara yang
menggiunakan 3 suara campuran , contoh : Sopran, Alto Bass.
5. Paduan suara 3 sejenis T- T – B, yaitu paduan suara 3 suara sejenis pria dengan
suara Tenor 1, Tenor 2, Bass.
6. Paduan Suara 4 suara Campuran, yaitu paduan suara yang mengguanakan
suara campuran pria dan wanita, dengan suara S – A – T – B. Sopran, Alto,
Tenor, Bass.
Pengkategorian lain untuk paduan suara adalah berdasarkan jumlah penyanyi di
dalamnya:
Ensembel vokal atau kelompok vokal (3-12 penyanyi).
Paduan suara kecil atau paduan suara kamar (12-28 penyanyi).
Paduan suara besar (lebih dari 28 penyanyi).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dirigen
Ada beberapa syarat atau kualifikasi dasar yang harus dimiliki oleh seorang
dirigen. Kualifikasi tersebut dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek non teknis dan
aspek teknis. Aspek tersebut dijelaskan oleh Listya (2007: 2-6) yang berbunyi: Aspek
non teknis yaitu komunikatif, sikap terbuka, tekun dan kerja keras, kreatif dan inovatif,
kooperatif, serta disiplin tinggi dan serius. Aspek teknis yaitu pendengaran yang baik,
pengetahuan mengenai teknik vokal, pengetahuan mengenai teori musik, pengetahuan
mengenai ilmu bentuk analisa, pengetahuan mengenai teknik mengabah, pengetahuan
mengenai sejarah musik dan repertoire lagu paduan suara, kemampuan dalam
hal sight-singing, serta kemampuan memainkan piano. Dari aspek tersebut diharapkan
bahwa seorang dirigen adalah seorang yang mumpuni dan menguasai dalam bidang
paduan suara. Seorang dirigen memiliki peran yang sangat dominan dalam sebuah
paduan suara. Kriteria-kriteria untuk dapat disebut sebagai dirigen adalah bukan orang
sembarangan dan yang seolah-olah hanya sebagai sebuah pajangan hidup yang
bergerak dengan tangannya dalam memimpin sebuah paduan suara secara asal. Akan
tetapi lebih dari itu dituntut memiliki kecakapan-kecakapan dan kepekaan musikalitas
yang tinggi terhadap seni paduan suara.[3]
4
2.3 Dengan Siapa Organis dan Pemimpin padua suara Bekerja
Kontak yang teratur harus dijalin dengan pendeta. Seorang pemimpin musik
dan pendeta harus bekerja sama dalam sendiri dan mereka merencanakan pelayanan
musik untuk ibadah Minggu maupun ibadah khusus. Selama pelayanan
berlangsung. Mereka harus bekerja sama dan berinteraksi satu sama lain. Di
kebanyakan gereja terdapat interaksi luas antara para guru, organis dan pemimpin
paduan suara. Guru sekolah Minggu sering kali memerlukan keahlian organis untuk
membantu mengajarkan musik religius maupun untuk menyiapkan program musik
khusus. Sekolah Kristen selalu memanfaatkan organis dan pemimpin paduan suara
sebagai guru musik paruh-waktu dan pemimpin satu atau beberapa paduan suara
anak-anak.
Penjadwalan, pembelian alat dan pembayaran persediaan mengharuskan pemimpin
musik berhubungan dengan sekretaris kantor gereja, Penjadwalan kegiatan-kegiatan
yang memerlukan olrganis perlu diketahui oleh sekretaris yang menyusun jadwal
kegiatan gereja. Dilahinpihak menginformasikan kepada orang-orang musik mengenai
tempat dan jadwal kegiatan yang memerlukan partisipasi musik. Sekretaris kantor
juga dapat melengkapi informasi mengenai cadangan dan jumlah anggaran yang
disiapkan atau digunakan untuk pembelian dan servis alat-alat musik. Pemimpin
musik harus bekerja sama juga dengan bendahara dalam membeli perlengkapan musik,
bila dana kegiatan musik diperoleh dan dana tersebut telah dianggarkan untuk dana
khusus musik, maka dana tersebut harus disalurkan melalui bendahara gereja yang
bertindak sebagai pengawas dana tersebut. Kemudia juga bisa membagun hubungan
dengan koster dan semua penata layanan.
5
2. TIDAK ADA PELATIH/DIRIGEN HANDAL
Pelatih paduan suara terbatas. Meskipun seseorang memiliki suara yang bagus,
namun belum tentu ia dapat memimpin paduan suara sebagai dirigen. Masalahnya ia
tidak memiliki jiwa kepemimpinan dan memiliki hambatan dalam memberikan
aba-aba serta bagaimana harus melatih anggotanya.
Cara Mengelola :
• Jangan tergantung pada satu orang dirigen. Setiap paduan suara hendaknya memiliki
minimal 2 dirigen yang dapat bertugas bersamaan.
• Kaderisasi dirigen terus dilakukan dengan mengirimkan calon dirigen ke lembaga
pelatihan dirigen.
• Kalau mengundang pelatih, pastikan ada kader dirigen yang berbagi tugas dengan
pelatih saat tampil.
6
6. LATIHAN TIDAK MENARIK
Sudah menjadi rahasia umum bahwa jumlah anggota yang datang latihan dan yang
tampil berbeda. Pastilah lebih banyak yang tampil. Apabila terjadi demikian, yang
tidak pernah latihan akan mengacau. Pengelola paduan suara sebaiknya tidak
buru-buru menyalahkan mereka. Lebih baik apabila introspeksi : Apakah latihan
paduan suara sudah menarik ??
Cara Mengelola :
• Carilah hal apa yang menarik anggota untuk datang.
• Sedapat mungkin latihan dimulai : ON TIME. Mengulur-ulur waktu mulai latihan
adalah awal dari kebosanan berlatih.
• Pisahkan urusan latihan dengan urusan non latihan (Misalnya, kalau membicarakan
kostum mencari waktu di luar latihan).
• Dirigen memiliki alokasi dan target waktu latihan dengan jelas (misalnya 15 menit
pemanasan, 45 menit latihan I, 15 menit istirahat, 45 menit latihan II)
• Dirigen hendaknya mau menerima kritik dan masukan tanpa harus kehilangan
wibawa.
• Dirigen mencari lagu yang menarik.
• Dirigen menghargai kehadiran anggota (yang umumnya suka-rela, tidak dibayar)
dengan memberikan latihan dengan penuh kesabaran dan manusiawi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi sebelum gereja membentuk kelompok padua suara cari terebih dahulu
sosok pemimpin yang mempunyai kemampun seorang dirigen yang mampu mengurus
segala aspek yang berhubungan dengan paduan suara dan mempunyai kualitas yang
baik. Sesudah mempunyai dirigen, gereja juga harus memastikan pemain musik yang
mempunyai kemampuan musik organis/piano yang baik yang bisa mengiringin setiap
lagu yang ingin dinyanyikan, ketika gereja sudah mempunyai seorang dirigen dan
pemain organis. Maka gereja sudah siap untuk membentuk kelompok paduan suara.
4. Internet
1.http://chrisnan-music.blogspot.co.id
2. Marvella Thompson dkk. Pedoman Praktis Pelayanan Musik Gereja. (Bandung:
Yayasan Baptis Indonesia 1992) hlm 36
3. Subronto K. Atmodjo. Panduan Praktis Memimpin Paduan Suara. (Jakarta: BPK
Gunung Mulia 2011) hlm 1-3
4. Edgar Walz. Bagaimana Mengelola Gereja. (Jakarta : BPK Gunung Mulia 2006)
hlm19-20
5. Marvella Thompson dkk. Pedoman Praktis Pelayanan Musik Gereja. (Bandung:
Yayasan Baptis Indonesia 1992) hlm 36-37
6. Subronto K. Atmodjo. Panduan Praktis Memimpin Paduan Suara. (Jakarta: BPK
Gunung Mulia 2011) hlm 88-90
7. Edgar Walz. Bagaimana Mengelola Gereja. (Jakarta : BPK Gunung Mulia
2006) hlm 20