Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENDEKATAN FEMINISME SASTRA DALAM FILM KKN DESA

PENARI KARYA SIMPELMAN

Meldia

Program studi Pendidikan Bahasa Indonesia


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammdiyah Palembang
@meldiaputri98@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk ketidakadilan gender tokoh utama
dan adanya bentuk marginalisasi perempuan. Perbedaan gender terbentuk oleh banyak hal yang
disosialisasikan, diajarkan, kemudian diperkuat dengan mengkonstruksinya dalam sebuah adat
istiadat. Kesenjangan gender yang dibentuk secara sengaja didalam adat istiadat membuat kaum
perempuan tidak mendapatkan kesetaraan dengan kaum laki-laki atau timbulnya ketidakadilan
bagi tokoh utama yang Bernama Ayu dan Widia dalam Film KKN Di Desa Penari Karya
Simpleman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif bentuk kualitatif dengan
pendekatan aliran feminisme Data dikumpulkan menggunakan metode simak yang dibantu
dengan teknik lanjutan berupa teknik catat dan teknik yang digunakan adalah teknik random
sampling. Data yang diambil bersumber dari Film yang sedang tayang di bioskop dari tanggal 30
April 2022 sampai dengan sekarang. Berdasarkan hasil analisis data, maka dihasilkan simpulan
sebagai berikut: Bentuk marginalisasi, Feminisme Radikal, Feminisme Moderat dalam Film
KKN di Desa Penari.

Kata Kunci : Feminisme, Film.

Abstract

This study aims to describe the forms of gender inequality in the main character and the forms
of marginalization of women. Gender differences are formed by many things that are socialized,
taught, and then constructed in a custom. Gender gaps that are intentionally formed in customs
that make women do not get results from men or the emergence of injustice in the film KKN Di
Desa Penari Karya Simpleman. The research method used is a qualitative descriptive method
with a feminist approach. The data collected using the listening method assisted by an advanced
technique in the form of a note-taking technique and the technique used is a random sampling
technique. The data taken comes from films that are currently showing in theaters from April 30,
2022 until now. Based on the data analysis, the conclusions are as follows: Forms of
marginalization, Radical Feminism, Moderate Feminism in KKN Films in Dancing Village.
Keywords: Feminism, Film.
PENDAHULUAN

Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati oleh segenap
masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan dan kemampuan film
dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi
untuk mempengaruhi khalayaknya (Sobur, 2004, p.12). Berbeda dengan media massa lainnya,
film merupakan institusi sosial penting. Isi film tidak saja mampu merefleksikan tetapi juga
menciptakan realitas (Jowett, 1981, p.67). Realitas tersebut seperti fenomena feminisme.
Feminisme merupakan ideologi pembebasan perempuan karena yang melekat dalam semua
pendekatannya adalah keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan disebabkan jenis
kelamin yang dimilikinya (Hidayatullah, 2010, p.5).

Dalam kalangan masyarakat, perempuan memiliki stereotipe negatif. Perempuan


dianggap lemah, emosional, bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan bahkan perempuan hanya
dianggap sebagai alat seksualitas dalam sebuah hubungan. Inilah kemudian menjadi alasan
mengapa perempuan dipandang sebagai manusia kelas dua (the second class) di bawah laki-laki
sehingga tidak berhak bagi perempuan untuk menentukan kehidupan sendiri (Subhan, 2004,
p.39). Hal ini mengakibatkan lahirnya gerakan feminisme yang mana perempuan menuntut
kesetaraan hak antara kaum perempuan dan kaum laki-laki. Berbagai macam aksi dilakukan
untuk mendukung gerakan feminisme. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh PBB dengan
membentuk badan The United Nations Committee on the status of Woman. PBB menyarankan
kepada anggotanya agar membentuk Undang-Undang yang menjamin persamaan hak perempuan
dan laki-laki (Pusat Kajian Wanita dan Gender Universitas Indonesia, 2004, p.15). Stereotipe
mengenai perempuan tersebut juga membuat dunia film melahirkan film-film feminis. Selain itu
kelahiran film feminis didorong oleh satu kenyataan bahwa film cenderung mengkonstruksi
realitas perempuan secara bias dan menjadi kekuatan konservatif pendukung ideologi patriarki
(Zoonen, 1992, p.81).

Salah satu dari film-film tersebut adalah film KKN di Desa Penari. Film ini adalah film
dengan genre Horor yang disutradarai oleh Awi Suryadi. Film yang dirilis pada 30 April 2022
ini menceritakan tentang Enam Mahasiswa yang Bernama Nur (Tissa Biani), Widya (Adinda
Thomas), Ayu (Aghniny Haque), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy), dan
Wahyu (Fajar Nugraha) melaksanakan KKN di sebuah desa terpencil. Namun, mereka sama
sekali tidak menyangka bahwa desa yang mereka pilih bukanlah desa biasa. Pak Prabu (Kiki
Narendra), sang kepala desa telah memperingatkan mereka untuk tidak melewati batas gapura
terlarang. Beberapa hari di desa tersebut, mereka mulai merasakan keanehan. Bima mengalami
perubahan sikap dan program KKN mereka akhirnya berantakan. Mereka pun mendapatkan teror
sosok penari misterius menyeramkan. Mereka meminta bantuan Mbah Buyut, dukun setempat.
Sayangnya, mereka terancam tidak bisa pulang dengan selamat dari desa yang dikenal dengan
sebutan desa penari tersebut.

Dalam Kajian Feminisme Sastra dianggap sebagai suatu bentuk politik yang bertujuan
untuk mengintervensi dan mengubah hubungan kekuasaan yang tidak setara antara lelaki dan
perempuan, definisi tersebut disampaikan oleh Hollows (2010:3). Menurut Wolf (dalam Sofia,
2009:13) berpendapat bahwa feminisme sebagai teori yang mengungkapkan harga diri pribadi
dan harga diri semua perempuan. Oleh sabeb itu, feminisme sebagai jembatan untuk menegakkan
persamaan hak perempuan dengan hak laki-laki. Menurut Sofia (2009:52-59) memberikan
pemahaman dan mengutaran pendapat merupakan sikap dan tindakan yang harus dilakukan oleh
perempuan untuk melepaskan diri dari dominasi patriarki. Menangis bukan merupakan gambaran
bahwa perempuan itu emosional (Wolf dalam Sofia, 2009:52).

Tangisan sebagai bentuk penyadaran yang dilakukan perempuan untuk memberikan


pemahaman terhadap laki-laki. Ini merupakan salah satu tindakan feminisme kekuasaan yang
memiliki pandangan bahwa aksinya dapat mengubah dunia dengan mempengaruhi kehidupan di
sekitarnya. Aksi yang dilakukan secara bersama-sama oleh perempuan dapat mempengaruhi
pandangan laki-laki (Sofia, 2009:52). Dengan mencoba memberikan sedikit pemahaman kepada
laki-laki, mereka akan memiliki rasa saling berpartisipasi, saling memberi, saling berkorban, dan
saling menerima. Perempuan sering mengalami tindakan tidak dipedulikan atau diacuhkan oleh
laki-laki, membuat perempuan berupaya untuk mengambil langkah lain dengan menolak dan
mengutarakan pendapat (Sofia, 2009:55). Langkah-langkah yang dilakukan perempuan berupa
pendapat yang tepas untuk memangkas egoisme laki-laki dan menyadarkannya bahwa
perempuan bukanlah objek pelampiasan amarah dan penindasan

Marginalisasi perempuan merupakan marginalisasi yang dialami oleh perempuan.


Marginalisasi adalah suatu kondisi atau proses yang mencegah individu atau kelompok dari
partisipasi penuh dalam kehidupan di bidang sosial, ekonomi, dan politik yang dapat dinikmati
oleh masyarakat luas. Sebagai suatu kondisi, marginalisasi mengeluarkan atau melarang seorang
individu atau kelompok dari partisipasi penuh dalam masyarakat. Marginalisasi juga dapat
dipandang sebagai suatu proses dinamis yang berkaitan dengan penghambatan pencapaian atas
nafkah (pendapatan), kemajuan manusia, dan persamaan hak warga negara (Alakhunova, 2015:
8).

Feminisme radikal bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan


terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objek utama penindasan oleh
kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh
serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), sekisme, relasi kuasa perempuan
dan laki-laki, dan dikotomi domestik-publik. Pendekatan feminis radikal lebih menekankan
bahwa ketimpangan hubungan gender bersumber pada perbedaan biologis. Perempuan memiliki
kebebasan untuk memutuskan kapan is harus menggunakan atau tidak menggunakan teknologi
pengendali reproduksi (kontrasepsi, sterilisasi, aborsi) dan teknologi pembentuk reproduksi.

Feminisme Moderat ini menurut Herman J. Waluyo (1998) memandang bahwa kodrat
perempuan dan laki-laki memang berbeda, yang harus dibuat sama adalah hak, kesempatan, dan
perlakuan. Karena itu yang penting adalah adanya hubungan yang sejajar antara perempuan dan
laki-laki. Kemitrasejajaran ini merupakan pandangan pokok dari gender. Karya sastra dapat
disebut berperspektif feminis jika karya itu mempertanyakan relasi gender yang timpang dan
memproniosikan terciptanya tatanan sosial yang lebih seimbang antara perempuan dan laki-laki.
Tetapi tidak semua teks tentang perempuan adalah teks feminis. Demikian juga analisis tentang
penulis perempuan tidak selalu bersifat feminis jika is tidak mempertanyakan proses penulisan
yang berkenaan dengan dengan relasi gender dan perombakan tatanan sosial,

Tujuan penelitian ini adalah pendeskripsian kajian feminisme dalam Film KKN Di Desa
Penari Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) mendeskripsikan analisis Bentuk
Marginalisasi perempuan dan 2) Mendeskripsikan Aliran Kajian Feminisme Radikal dan
Feminisme Moderat.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini, menggunakan metode deskriptif. Moleong (2017:11) mendefinisikan


tentang penelitian deskriptif yaitu data yang digunakan dan dikumpulkan dalam penelitian berupa
gambar, kata-kata, dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan
berkemungkinan akan menjadi kunci terhadap apa yang akan diteliti. Dengan demikian, peneliti
akan menggunakan gambar dalam menyajikan sebuah laporan yang utuh. Dari gambar tersebut
kemudian akan dideskripsikan dengan jelas sehingga menemukan unsur feminisme yang terdapat
dalam Film KKN Di Desa Penari.

Penelitian ini menggunakan bentuk kualitatif, yaitu peneliti yang akan berhadapan
langsung dengan sumber data. Penelitian ini akan menggunakan data berupa kata-kata maupun
kalimat bertujuan untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan
metode berpikir induktif, (Moleong, 2010:8-13). Alasan peneliti menggunakan bentuk penelitian
kualitatif karena hasil penelitian ini akan diuraikan dan disimpulkan dalam bentuk kata-kata
dengan paparan yang jelas bukan berupa kata-kata. Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk
menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Alasan peneliti menggunakan pendekatan aliran
feminisme karena melalui pendekatan ini, peneliti dapat mengungkapkan aspek-aspek feminisme
dalam Film KKN Di Desa Penari.
Banyaknya jumlah pemain utama dan pemeran pembantu Teknik pengambilan data
mengunakan Teknik sampling yang mana jenis yang digunakan adalah sample random sampling,
yaitu pengambilan sampel secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
(Sugiyono, 2016). Data dikumpulkan dengan metode simak yang dibantu dengan teknik lanjutan
berupa teknik catat. Menurut Mahsun (Suparta, n.d.) metode simak dapat disejajarkan dengan
metode pengamatan atau observasi dalam ilmu sosial, khususnya antropologi.

Sumber data dalam penelitian ini adalah Film KKN Di Desa Penari yang tayang pada
tanggal 30 April 2022 yang disutradarai Oleh Awi Suryadi Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah semua Gambar berupa kata, frasa, kalimat dan paragraf dan symbol dalam Film KKN
Di Desa Penari yang menggambarkan: a) Bentuk marginalisasi perempuan dalam cerpen Mak
Ipah dan Bunga-bunga karya Intan Paramaditha. b) Mendeskripsikan Aliran Kajian Feminisme
Radikal dan Feminisme Moderat. Hal itu sesuai dengan masalah pada penelitian feminisme
dalam Film KKN Di Desa Penari . Penelitian ini diolah menggunakan jenis metode deskriptif
kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka diperlukan penjelasan tentang pemerolehan
hasil dari penelitian ini. Berikut pembahasan dari hasil analisis data Film KKN Di Desa Penari.
KKN di Desa Penari berkisah tentang tragedi enam mahasiswa dan mahasiswa saat melakukan
program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa terpencil di dalam hutan. Keenam mahasiswa
itu adalah Bima (Achmad Megantara), Nur (Tissa Biani), Ayu (Aghniny Haque), Widya (Adinda
Tomas), Anton (Calvin Jeremy) dan Wahyu (Fajar Nugra). Tragedi dimulai ketika Bima jatuh
cinta pada Widya. Bima diceritaka mencoba memakai ilmu hitam untuk mendapatkan Widya.
Fatalnya, Bima melakukan perjanjian dengan bangsa jin.

Awalnya jin itu masuk dalam mimpi Bima. Dalam mimpi tersebut Bima melihat Widya
dililit oleh ular besar dan ada seorang wanita cantik penari di sebelahnya yang tak lain adalah
Badarawuhi. Bima meminta Badarawuhi untuk melepaskan Widya. Namun Badarawuhi
memberi syarat agar Bima menuruti semua permintaannya demi Widya bisa lepas dari lilitan
ular. Hingga pada akhirnya Bima menjadi budak nafsu Badarawuhi dan harus melayani penari
itu setiap malam hingga memiliki anak-anak berbentuk ular.

Badarawuhi lalu meminta Bima memberikan gelang mustika yang disebut-sebut bisa
melindungi Widya dari marabahaya. Padahal gelang itu adalah jebakan Badarawuhi untuk
mengikat Widya agar menjadi dawuh atau penari yang menghibur bangsa lelembut.

Untuk menyerahkan gelang itu, Bima minta bantuan pada Ayu. Namun Ayu yang naksir
pada Bima tidak memberikan gelang itu pada Widya. Badarawuhi pun memanfaat situasi tersebut
dengan mendatangi Ayu. Badarawuhi kemudian memberikan selendang pemikat agar Ayu bisa
menakhlukan Bima. Hal inilah yang menjadi kesalahan fatal Ayu karena mengadakan perjanjian
dengan Badarawuhi. Ayu pun diberi tugas oleh Badarawuhi untuk menyerahkan gelang tersebut
pada Widya. Ayu pun menyanggupi tugas dari Badarawuhi tersebut. Dengan selendang
pemberian Badarawuhi, Bima pun takluk pada Ayu.

Kesalahan fatal Bima dan Ayu adalah mereka terbawa hawa nafsu melakukan hubungan
layaknya suami istri di dalam sinden atau kamar mandi penari di tapak tilas. Perbuatan tak
senonoh itulah yang membuat roh Bima dan Ayu terjebak di alam gaib ditahan Badarawuhi akibat
perjanjian yang tidak diketahui sampai kapan berakhir.

Gambar 1
Adapun Pendekatan Feminisme dalam bentuk marginalisasi, adalah terletak pada awal
adegan yang mana keenam Mahasiswa yaitu Ayu, Widya, Nur, Bima, Wahyu, dan Anton yang
sedang diajak oleh kepala Desa yang bernama untuk pengenalan Desa penari tersebut secara tidak
sengaja ada yang membuat ganjil di hati mereka terutama Nur yang angat curiga mengapa Batu
Nisan ditutupi dengan kain hitam namun pada saat awal adegan Pak Prabu atau Kepala Desa
mengatakan Bahwa “Kuburan yang ditutup kain hitam adalah kuburan berumur 10 tahun akan
di tutupi dengan kain hitam” dan setelah di telusuri di akhir adegan pak Prabu menceritakan
rahasia sebenarnya tentang batu nisan yang di tutupi dengan kain hitam memiliki sejarah ia
mengatakan, dulu, setiap diadakan tarian itu, untuk menghindari balak (bencana) bagi desa ini,
seriring berjalanya waktu, rupanya, mereka yang menari untuk desa ini, akan ditumbalkan,
masalahnya, setiap penari haruslah dari perempuan muda yang masih perawan.

Dalam kajian diatas marginalisasi perempuan di Desa tersebut, seolah-olah disingkirkan


dan tidak diberikan hak untuk hidup dengan tujuan anak perempuan sebagai penghindar
balak/bencana khususnya anak perempuan yang masih perawan dan dijadikan tumbal kemudian
korban dari tumbal tersebut makam atau batu nisanya ditutupi dengan kain hitam. Inilah yang
mebuktikan bahwa perempuan di Desa tersebut tidak mempunyai hak untuk bertahan hidup dan
juga memiliki masa depan san hidup mereka terhenti karena adat-istiadat di daerah tersebut.
Maka ini merupakan bentuk dari feminime marginalisasi yang sangat nyata.

Gambar. 2

Adapun Pendekatan Feminisme Radikal yang dialami oleh pemeran utama yang Bernama
Widya yang mana widya banyak mengalami hal-hal yang ghaib/ Ganjil selama KKN berlangsung
dan ternyata itu semua merupakan ulah dari Bima setelah di telusuri ternyata bima menyukai
Widya dan melakukan segala cara supaya widya membalas cintanya salah satu usaha bima yang
sangat tidak boleh di tiru oleh laki-laki yaitu bersekutu dengan Jin yang Bernama Badaruwhi.
Dan mengorbankan nyawanya sendiri.

Dalam kajian diatas feminisme radikal yang dialami Widya adalah Widya banyak
menemukan keanehan pada dirinya sehingga membuatnya ketakutan, trauma dan gelisah dan
merasa terbunuh secara perlahan-lahan. Karena semuanya merupakan ulah dari bima untuk
mendapatkan hati Widya. Pada dasarnya wanita juga berhak untuk memilih tanpa ada suatu
kekuasaan dari laki-laki dan Wanita berhak juga memilih siapa yang akan menjadi tambatan
hatinya tanpa memaksakan diri.

Gambar. 3
Dalam kajian feminisme Moderat terjadi di tokoh utama yang bernam Ayu yang
merupakan ketua dari PROKER di KKN Desa tersebut, yang mana ayu diam-diam menyukai
Bima dan sengaja menjadikan Bima satu kelompok proker denganya. Dan ayu banyak berkorban
demi mendapatkan hati bima salah satunya menyerahkan kehormatanya dan bersekutu dengan
jin yang sama dengan Bima yang bernama Badaruwih dan juga ayu rela kehilangan nyawanya
sendiri.

Dalam kajian Feminisme Moderat diatas, Kebanyakan orang mengatakan bahwa laki-
laki yang seharusnya menyatakan cinta terlebih dahulu karena terhalang kodratnya wanita hanya
bisa menunggu pernyataan cinta dari laki-laki. Begitu pula yang dialami ayu yang mana Ayu
sudah meperjuangkan cintanya tetapi tetap saja tidak membuahkan hasil karena Bima tidak
kunjung menyatakan cinta kepadanya.

Berdasarkan Analisis feminisme diatas dapat disimpulkan film KKN Di Desa Penari
terdapat tiga unsur feminisme yaitu marginalisasi, Radikal, Moderat. Peneliti menganalisis
berdasarkan jumlah presentase.

TABEL KUISIONER “ ANALISIS PENDEKATAN FEMINISME SASTRA FILM KKN


DESA PENARI KARYA SIMPELMAN”

No Pernyataan Sangat Setuju Cukup Tidak


Setuju (%) Setuju Setuju
(%) (%) (%)
1. Film KKN Di desa 10 (27,8%) 6 (16,7%) 12 (33,3 %) 11 (30,6%)
Penari adalah film
horror yang paling
menakutkan sepanjang
masa
2. Film KKN Di Desa 14 (38,9%) 11 (30,6%) 11 (30,6%) 3 (8,3%)
Penari adalah Film
terlaris sepanjang
masa dan genre
horornya sangat
berbeda dengan film-
film horror terdahulu
3. Film KKN Di Desa 14 (38,9%) 16 (44,4%) 8(22,2%) 1 (2,8 %)
Penari adalah Film
yang mengandung
Unsur Pendekatan
Sastra Feminisme di
dalam Adegan
ceritanya.
4. Film KKN Di Desa 10 (27, 8%) 22 (61,1%) 7 (18,9%) 1 (2,7%)
Penari adalah Film
yang Mengandung
unsur Feminisme
Marginalisasi
khusunya di Adegan
sejarah nisan yang
berkain hitam.
5. Film KKN Di Desa 15 (40,5%) 12 (32,4%) 9 (24,3%) 4 (10,8%)
Penari adalah Film
yang Mengandung
unsur Feminisme
Radikal khususnya di
tokoh utama yang
Bernama Widya.
6 Film KKN Di Desa 14 (37,8%) 17 (45,9%) 6 (16,2 %) 3 (8,1 %)
Penari adalah Film
yang Mengandung
unsur Feminisme
Radikal khususnya di
tokoh utama yang
Bernama Ayu

Berdasarkan persentase tabel di atas dapat diketahui bahwa analisis data berdasarkan
metode kualitatif dengan cara pengisian kuisioner. Menemukan bahwa kalangan pelajar dan
pendidik banyak yang memilih “ Sangat Setuju” Namun ada beberapa responden memilih
“Tidak Setuju”.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan: penelitian ini berfokus pada unsur
Pendekatan sastra Feminisme yang ada pada film KKN di Desa Penari Karya Simpleman.
merupakan masalah dalam penelitian ini. Karena sesuai dengan isi cerita dalam film yang
berkaitan dengan konsep dasar feminisme dengan Adanya Unsur Feminisme Marginalisasi yang
dialami oleh penduuk desa tersebut khususnya Anak Perempuan yang masih perawan dan Unsur
Feminisme Radikal dan Moderat terjadi di tokoh utama yaitu Ayu dan Widya. Seperti yang
diketahui unsur feminisme timbul karena ada bentuk ketidakadilan gender antara perempuan dan
laki-laki.

DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, S. Metodologi Penelitian Sastra. Buku Seru: 2013

Hidayatullah, S. (2010). Teologi Feminisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lestari, R.D. 2015. Kompleksitas Gender dalam Karya Sastra Indonesia. Jurnal Semantik, Vol.
4 No. 1, Februari 2015.
Pratista, Himawan. (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

Pusat Kajian Wanita dan Gender Universitas Indonesia. (2004). Hak Azasi Perempuan:
Instrumen untuk Mewujudkan Keadilan Gender. Jakarta: Yayasan Obor Indoneasia.
Simpleman. (2019). KKN Di Desa Penari. Jakarta : PT. Bukune Kreatif Cipta.

Valentina, A. H. (2004). Percakapan Tentang Feminisme VS Neoliberalisme. Jakarta:


debtWACH Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai