Anda di halaman 1dari 3

Nama: Aditya Salim Ahnaf

NIM: 175221085
Mata Kuliah: Etika Kepribadian

Tugas

1.Beri contoh yang saudara ketahui perihal komunikasi budaya prasangka yang merugikan

Prasangka masyarakat pada perempuan dalam media film

Prasangka adalah Perasaan negatif yang dalam terhadap kelompok tertentu. Merupakan
perasaan kaku dan menyakitkan mengenai sekelompok orang. Menyakitkan dalam arti bahwa
orang memiliki sikap yang tidak fleksibel yang didasarkan atas bukti yang sedikit atau tidak
ada sama sekali. Budaya prasangka ini merupakan salah satu hambatan yang ada dalam
berkomunikasi karena ia cenderung membuat pihak tertentu terlihat buruk dan dapat memicu
sebuah pertengkaran atau perpecahan.

Gender merupakan salah satu objek prasangka yang sering nampak, khususnya pada gender
perempuan. Bahkan pada media komunikasi elektronik seperti film contohnya, dalam film
perempuan biasa digambarkan dengan pandangan yang negatif. Perempuan dipandang hanya
menjual kecantikan yang dimilikinya, keseksian yang terpancar dari dirinya, dan tingkah laku
yang diidam-idamkan laki-laki saat tampil di media. Kehadiran perempuan sekian lama
dalam sejarah perfilman nampaknya belum berhasil menghapus citra perempuan dalam
stereotip negatif. Penampilan perempuan pun semakin tidak seimbang antara menampilkan
dirinya sebagai sosok yang cerdas dan berkarir baik atau sebagai pemimpin yang patut
dihormati keberadaannya. Pandangan masyarakat terhadap perempuan sebagian besar juga
dibentuk oleh apa yang digambarkan dalam film.

Dapat kita lihat dari Penelitian Anggraini pafa tahun 2016. Yang Berjudul “Stereotip
Perempuan Dalam Film Get Married”. Dalam penelusuran tersebut, film menjadi pelajaran
dalam memahami kesetiaan, persahabatan, dan perilaku seorang wanita tomboy. Menurut
mitologi, perempuan dalam film ini menunjukkan sifat asli perempuan Betawi karena meski
mencintai laki-laki, dia selalu menunggu laki-laki itu datang dan bukannya berlari duluan.
Kemudian penelitian Ghassani & Ghassani di tahun 2010. Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Diponegoro Semarang. Berjudul “Kekerasan Terhadap Perempuan
(Analisis Semiotika Film Jamila dan Presiden). Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa kekerasan terhadap Perempuan dihadapkan pada berbagai bentuk kekerasan seperti
kekerasan fisik, seksual, ekonomi, perampasan kebebasan secara sewenang-wenang, dan
kekerasan psikologis. Lalu ada penelitian yang dilakukan Irawan tahun 2014 yang berjudul:
“Representasi perempuan di industri film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran
dan peran perempuan dalam jumlah yang setara dengan laki-laki dalam industri film belum
banyak memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas industri film.
Berdasarkan hasil gambar, maka gambar wanita tersebut telah berhasil dibuat. Media massa:
a) Citra pigura: wanita sebagai sosok sempurna dengan bentuk tubuh ideal. b) Citra pilar:
perempuan adalah fasilitator integritas dan pengelolaan rumah tangga. c) Citra peraduan:
perempuan sebagai objek seks. d) Citra pinggan: perempuan merupakan sosok yang identik
dalam dunia kuliner. e) Citra sosial. Oleh karena itu, citra perempuan di media merupakan
cerminan dari realitas yang ada di masyarakat. Stereotip gender terjadi pada reproduksi citra
perempuan dalam media sinematik.

Perempuan telah menjadi komoditas dalam industri film dan menjadi sarana legitimasi daya
tarik mewujudkan nilai-nilai sinematik melalui tubuh dan perilakunya. Faktor utama penentu
“nilai jual”, karena tubuh dianggap sebagai sarana kenikmatan, kesenangan dan ekspresi diri.
Sinema adalah media massa; Di satu sisi mencerminkan kehidupan manusia serta nilai-nilai,
standar, dan gaya hidup yang berlaku di masyarakat. Namun di sisi lain, film juga
mempunyai kekuatan untuk membentuk nilai-nilai budaya yang penting dan harus diikuti
oleh masyarakat dari sudut pandang penciptanya. Realitas sosial yang dihadirkan dalam film
ini tidak lepas dari ideologi dan kepentingan sutradaranya. Perempuan di media digambarkan
secara stereotip, menjadikan mereka anggota masyarakat yang terhegemoni. Perempuan
terhegemoni dunia laki-laki, di dunia patriarki. Perempuan dengan bentuk dan tubuhnya
hanya dianggap sebagai objek yang bernilai komersial.

2.Beri contoh individu/kelompok/komunitas yang mempraktikkan komunikasi budaya yang


saling menghormati dan menghargai

SMAN 21 Surabaya Gelar Ujian Seni Peran Untuk Menanamkan Nilai Karakter Pada
Generasi Muda

SMAN 21 Surabaya mengadakan Uji seni peran dalam kaidah teater modern kepada para
siswanya. Beberapa lakon seperti Ayahku Pulang, Sang Mandor hingga KKN di Desa Penari
di adaptasi dan dipentaskan oleh anak-anak kelas 11 SMAN 21 Surabaya di Aula sekolah
mereka dalam rangka penilaian uji peran dalam kaidah teater modern. Ujian yang
dilaksanakan tiga hari ini, diikuti dengan antusias oleh seluruh siswa kelas 11 tersebut,
terdapat 40 pementasan yang ditampilkan dalam ujian ini beberapa cerita diambil dari naskah
sastrawan Indonesia, film Indonesia, bahkan film barat.

Menurut salah satu guru seni budaya SMAN 21 Bapak Rudlofuddin Jindan S.Pd., M.Pd
mengatakan “latar belakang diadakannya kegiatan ini adalah untuk melatih rasa percaya diri
kepada para siswa dan nilai-nilai karakter generasi muda seperti kreatifitas serta cara
memanusiakan manusia dalam artian jika dia memainkan sebuah peran A dia harus berperan
seperti A. contohnya jika dia berperan sebagai murid yang baik maka dia juga harus
mengetahui bagaimana cara menjadi murid yang baik dan bagaimana cara murid yang baik
berperilaku”.

Ujian ini tidak hanya mengajarkan siswa dalam hal bermain peran saja, tetapi juga dalam hal
keteateran lainnya seperti pembedahan naskah, pemilihan musik, kostum dan make up dalam
pementasan, juga manajemen produksi keteateran yang dijarkan pada saat pembelajaran Seni
Budaya di sekolah yang dilakukan sejak pertemuan awal semester genap. Selain melatih
kreatifitas dan imajinasi, para siswa juga diajarkan cara bekerja sama dengan
teman-temannya, manajeman waktu, musyawarah dan rasa tanggung jawab. Tiap siswa yang
tampil dapat berkesempatan membuat kelompok dan memilih peran yang ia mainkan seperti
ingin menjadi sutradara ataupun aktor, untuk bagian tata panggung, tata cahaya, musik, make
up, dan kostum mereka kerjakan bersama-sama sebagai kelompok. Dalam pementasan ini
SMAN 21 juga bekerja sama dengan anak teater UNTAG yang berperan sebagai teknisi
lampu dalam pementasan. SMAN 21 juga berharap dapat terus menjalin kerjasama dengan
teater UNTAG dan juga teater-teater kampus lainnya di kemudian hari.

Sumber:
https://www.kompasiana.com/aditya88629/647343c38221997a72599952/sman-21-surabaya-
gelar-ujian-seni-peran-untuk-menanamkan-nilai-karakter-pada-generasi-muda

Kreator: Aditya Salim Ahnaf

Anda mungkin juga menyukai