Anda di halaman 1dari 7

Judul : Konstruksi bahaya negatif dalam film posesif

Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Film merupakan cara untuk memberikan gambaran maupun pesan terhadap


penontonnya. Dalam bentuk umumnya, film adalah hiburan bagi setiap penontonnya.
Film pun menjadi media yang sangkil (efisien) dan mangkus (efektif) dalam
komunikasi, namun apabila digunakan dengan salah akan menjadi fatal bagi
penontonya. Hal tersebut dikarenakan film dapat memberikan pelbagai pesan, moral,
social, kemanusiaan, politik, ekonomi dan budaya. Jika disalah gunakan dapat
memberikan dampak yang besar dan kompleks.

Film adalah salah satu bentuk karya seni yang menjadi fenomena dalam kehidupan
modern. Sebagai objek seni abad ini, film dalam proses berkembang menjadi salah
satu bagian dari kehidupan sosial, yang tentunya memiliki pengaruh yang cukup
signifikan pada manusia sebagai penonton. Film berperan sebagai pembentuk budaya
massa” (McQuail, 1987:13)

Film adalah karya dari setiap insan, tiap isi konten film berkaitan langsung dengan
pelbagai aspek kehidupan manusia. Menjadi gambaran keseharian masyarakat,
memberikan masukkan serta nilai-nilai dari konten didalamnya, pun sebagai sarana
mengekspresikan seni.Sama halnya dengan karya lainnya seperti buku, atau
sejenisnya, film menjadi sarana menyampaikan informasi serta edukasi bagi setiap
penontonnya. Fungsi tersebut bisa dilakukan oleh produser film itu sendiri jika,
produser film mengekspresikan karya dalam bentuk film sejarah, film documenter
tentang suatu tempat atau suku, dan juga film yang dikaitkan dengan kehidupan
masyarakat.

Berdasarkan maksud ingin memberikan informasi, secara umum film dikelompokkan


menjadi dua pembagian besar yaitu film cerita dan non cerita. Film cerita adalah film
yang menyajikan kepada publik sebuah cerita yang mengandung unsur-unsur yang
menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan
kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang dapat
didengar, dan merupakan suatu hidangan yang masak untuk dinikmati, sungguh
merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah unsur-unsur tadi, film itu
sendiri mempunyai banyak unsur-unsur yang terkonstruksi menjadi kesatuan yang
menarik. Unsur-unsur seks, kejahatan/kriminalitas, roman, kekerasan, rasisme dan
sejarah adalah unsur-unsur cerita yang dapat menyentuh rasa manusia, yang dapat
membuat publik terpesona, yang dapat membuat publik tertawa terbahak-bahak,
menangis terisak-isak, dapat membuat publik dongkol, marah, terharu, iba, bangga,
tegang dan lain-lain. Maka diambillah dari kisah-kisah dari sejarah, cerita nyata dari
kehidupan sehari-hari, atau juga khayalan untuk kemudian diolah menjadi film
(Effendy,2003:207)

Film berbasis edukasi dan budaya telah disebutkan dalam UU No. 33 Tahun 2009,
bahwa perfilman merupakan produk budaya kreatif, sehingga Pemerintah menaungi
dunia perfilman ini dibawah Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sedangkan
untuk menangani konten isi film itu sendiri, Pemerintah menaunginya di bawah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Film tidak hanya semata menonjolkan
unsur hiburan semata, tetapi lebih kepada tanggung jawab moral untuk mengangkat
nilai nasionalisme bangsa dan jati diri bangsa yang berbudaya. Tak hanya disitu,
tetapi film juga sebagai penyampai pesan moral, informatif, sejarah maupun solusi
atas tema-tema yang berkembang dimasyarakat. Jadi, sudah selayaknyalah perfilman
Indonesia dibangun berdasarkan budaya ataupun pesan moral yang ingin
disampaikannya dimata dunia.

Berbicara film, di Indonesia film baru masuk pada tahun 1900 – 1920. Banyak
sumber yang mengatakan berbeda, namun ada satu sumber yang mengatakanbahwa
harian Bintang Betawi pada Desember 1900 menaruh iklan bioskop di halamannya,
yang mana ini dianggap menunjukkan bahwa saat itu sudah ada film masuk di
Indonesia. Film pada masa itu ditayangkan di bioskop yang terbagi menjadi tiga
golongan kelas, yaitu bioskop khusus untuk orang Eropa, bioskop untuk orang
berstatus menengah ke atas, dan bioskop untuk orang-orang berstatus bawah.

Posesif merupakan salah satu disorder, yang diawali dengan sikap cemburu yang
teramat. Orang yang posesif merupakan orang yang haus. Posesif sendiri berasal dari
kata kerja, “to possess”, yang memiliki arti memiliki. Jadi, orang yang posesif adalah
orang yang “memiliki”, atau menguasai orang lain. Seseorang yang posesif, mereka
menolak untuk dikatakan seperti itu. Dengan dalih, peduli atau sayang. Posesif
memiliki masalah kebutuhan, segala tingkah laku seseorang haruslah sesuai dengan
harapannya. Artinya kebutuhan seseorang yang posesif tersebut harus terpenuhi
dengan caranya. Rasa berlebihan tersebut membuat seseorang menjadi over thinking.
Posesif memiliki sifat ketakutan yang besar seperti takut ditinggalkan, takut
diabaikan, takut tidak berarti dalam hidupnya, dan takut kehilangan kendali atas
kehidupan kita. Untuk seorang posesif, orang lain yang tidak mengikuti perkataan
maupun keinginannya dianggap sebagai pemberontak. Pada hakikatnya, posesif
adalah sifat tidak pernah puas dalam mengharapkan sesuatu.
Asal Muasal Posesif, orang yang masuk ke kategori egois ialah orang yang
memenangkan id nya.berdekatan dengan pola Insecure,merasa tidak
nyaman,takut,khawatir.Setelah terbentuk dari tiga karakter terbagi 3 klasifikasi yaitu
ringan,sedang,berat/patologis.Sikap posesif yang patologis dikatakan berat apabila
sudah melakukan tindak kekerasan.Kekerasan bisa secara verbal atas nama cinta
untuk memenuhi keposesifan orang yang melakukannya. Nature,nurture,dan will
penyebab timbulnya posesif.pertama adalah faktor genetik.karakterisitik yang
diturunkan orang tua ke anak yaitu negative thinking.Kedua adalah pola asuh ,ketika
seseorang dari kecil dibesarkan dengan pola asuh keluarga yang posesif m,aka ketika
dewasa maka dirinya juga posesif.Dan terakhir ialah will,kehendak seseorang untuk
,emgatasi sikap posesif yang dimilikinya.contoh : bagaimana seseorang memiliki
keinginan untuk tidak mencontoh sikap posesif ibu atau ayahnya. Orang posesif pasti
mengaku sangat mencintai pasangannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
posesif itu bentuk rasa cinta pada pasangan. Kemungkinan memiliki pengalaman
kehilangan di masa lalu : orang yang sangat takut ditinggalkan atau kehilangan cinta
dan kasih sayang mungkin dapat berasal dari masa lalu yang pernah kehilangan,
seperti kehilangan orangtua, teman atau orang yang disayangi meninggal. Ketika
seseorang kehilangan orang yang dicintai maka perasaan kehilangan itu tertancap
kuat dalam ingatannya dan hal ini membuatnya tidak ingin mengalaminya lagi,
ketakutan kehilangan tersebut dapat membuat perasaan cemburu menjadi tidak
terkendali.

Mengerucut pada masalah, masyarakat tentunya tidak asing dengan kata pacaran. Di
sisi lain, produser mencoba menggambarkan bagaimana banyak muda mudi yang
merasakan langsung, bahwa beberapa gaya pacaran yang ada di masyarakat banyak
yang kurang baik. Film yang disutradarai oleh Gina S. Noer bercerita tentang
fenomena pacaran yang berkembang saat ini. Film drama Indonesia berjudul
“Posesif” ini merupakan film yang bercerita tentang kisah dari dua pelajar SMA yang
bernama Lala ( Putri Marino ) dan Yudhis ( Adipati Dolken ). Lala juga merupakan
seorang atlet loncat indah dan kehidupannya sama seperti gerakan loncat indah di
mana hidupnya bisa juga dibilang jungkir balik. Penyebab dari gambaran hidupnya
yang jungkir balik ini bukan karena gerakannya di dalam kolam renang, ataupun
tentang keluarganya, namun karena cinta pertamanya terhadapa Yudhis. Karena
Yudhis juga termasuk pelajar baru di sekolahnya Lala dan telah menjebak hati Lala.
Pada tahun terakhir di SMA, Lala harus ditarik keluar dari kegiatan rutinitas lamanya,
di mana hidupnya tidak terus melihat birunya air kolam renang ataupun dinding
kusam sekolah. Karena Lala percaya bahwa Yudhis selalu dan akan sigap untuk
menghadirkan pelangi asalkan Lala berjanji untuk bersama selamanya. Akan tetapi,
pelan-pelan Lala dan Yudhis harus menerima dan menghadapi kisah dari mereka
yang masuk dalam kegelapan juga, awalnya cinta Yudhis yang tampak sederhana dan
melindungi namun berjalan menjadi rumit dan berbahaya. Janji yang telah mereka
ucapkan untuk setia hingga selamanya menjadi jebakan.

Tadi adalah sedikit sinopsis dari film posesif itu sendiri, film yang diangkat pada
penelitian kali ini. Betapa banyaknya konstruksi yang dibuat atau menjadi gagasan
dalam film tersebut. Posesif di dalam film tersebut banyak menampilkan kekeliruan
sosial yang seharusnya tidak terjadi pada suatu hubungan. Mulai dari adegan
pemukulan secara fisik, sampai dengan psikis dari salah seorang tokoh di dalam film
tersebut. Posesif di dalam film tersebut merupakan hasil dari didikan orang tua,
dimana orang tua Yudhis gagal dalam membangun hubungan keluarga yang
harmonis. Sehingga Yudhis hanya tinggal bersama Ibunya saja, yang saat itu Ibunya
masih kecewa terhadap mantan suaminya yang pergi karena orang lain. Oleh hal
tersebut lah, Ibu Yudhis memberikan didikan-didikan yang keras terhadap Yudhis
dalam suatu hubungan.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang ada, penulis mengidentifikasi adanya masalah untuk
dijadikan sebagai penelitian.
 Banyaknya sikap posesif yang secara tidak sadar dilakukan dalam suatu
hubungan
 Sikap kasar dalam hubungan karena sikap posesif
 Didikan orang tua terhadap anak
 Pengalaman masa lalu yang masih tersimpan
 Bahaya dari sifat posesif
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana film tersebut mengkonstruksi bahaya negatif dari sikap posesif,
seperti kekerasan fisik, psikis, dan sikap kasar lainnya ?
1.4 Signifikasi Penelitian
Signifikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari suatu
persoalan. Signifikan merupakan kata dari bahasa Inggris yaitu significant, yang
memiliki artian cukup besar untuk diperhatikan atau memiliki efek. Sehingga
signifikan diartikan sebagai sesuatu yang penting dan tidak bisa lepas dari hal lain.
Signifikasi masalah menurut Creswell (2005) dalam Bandur (2014), mengemukakan
bahwa empat alasan utama untuk melakukan penelitian. Pertama, penelitian dapat
memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Suatu penelitian
dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan jika:
1. Menutup gap yang ada (address gaps in knowledge) dalam ilmu
pengetahuan yang sedang berkembang, yakni melakukan penelitian yang tidak
banyak dilakukan penelitian sebelumnya.
2. Mereplikasi ilmu pengetahuan (replicate knowledge), yakni menguji hasil-
hasil penelitian sebelumnya berdasarkan hasil penelitian yang baru atau
menguji hasil penelitian sebalumnya pada lingkup penelitian (setting) yang
baru.
3. Memperluas ilmu pengetahuan yang ada (expand knowledge), yakni
memperluas penelitian pada ide-ide yang baru.
4. Memperluas perspektif (broaden perspective), dengan menyuarakan
kelompok responden dan atau subjek-subjek penelitian yang tidak pernah
didengar selama ini (voice of the voiceless)
Kedua, penelitian dapat juga memperbaiki praktik-praktik yang ada. Dalam konteks
ini, penelitian dilakukan untuk menyediakan berbagai solusi dan perbaikan yang
ditawarkan oleh hasil penelitian tersebut. Penelitian selalu memberikan input, saran,
dan atau rekomendasi baru. Ketiga, hasil penelitian dapat juga membantu para
penentu kebijakan untuk memformulasikan kebijakan baru demi
perbaikan. Keempat, penelitian dapat membantu mahasiswa untuk membangun
keterampilan sebagai seorang peneliti dalam pengembangan konsep, penulisan, dan
bahkan pengorganisasian konsep. Penelitian tidak hanya bermanfaat dalam konteks
pengembangan teori, kebijakan, dan praktik tetapi juga memberikan kontribusi
terhadap lahirnya suatu tindakan baru yang lebih spesifik untuk mengatasi masalah
tertentu.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan oleh penulis agar memberikan wawasan lebih
terkait konstruktivisme dalam metode penelitian komunikasi, dalam
menganalisis konstruksi dalam film “Posesif”
2. Manfaat Praktis
Penulis berharap agar penelitian ini menjadi acuan, bagaimana sikap posesif
itu tidak terlihat secara sadar terhadap masyarakat luas. Serta menjadi
referensi untuk penelitian selanjutnya terkait penelitian konstruktivisme dalam
suatu film.
3. Manfaat Sosial
Penelitian ini diharapkan menjadi refleksi bagi setiap orang yang sadar atau
tidak sadar bahwa dirinya posesif dalam menjalani kehidupan hubungan antar
pribadi.

Anda mungkin juga menyukai