Film Dua Garis Biru: Isu Tabu yang Dikemas Manis Untuk Mendobrak
19/446105/SP/29190
Abstract
Films always have its unique way to portray our society or even to sublime a
message that they want us to acknowledge. On this case there are certain issues that
marriage by accident (MBA). Rina S. Noer newest movie ‘Dua Garis Biru’ or two
blue stripes (indicating someone’s test pack result that came out pregnant)
portrayed that exact taboo issue and serving it warm to Indonesia’s unprepared
minds. There are also certain stigmas that has been held in this country for way too
long and this film is hinting all those with scenes written and displayed effortlessly.
Once the trailer first peaks its nose, people are demanding endlessly and tirelessly
for it to not be out in movie theaters based on a reason that it would ruin juvenile’s
mind and future, that it would interpret MBA as tolerable and fitting in this society
of ours that has so many cultural and social norms. This paper is presented to dig
deeper into why the taboo issue was chosen and the important message the movie
is trying to tell.
1
PENDAHULUAN
Film telah hadir dan sudah mengelilingi dunia media dan hiburan di masyarakat
luas untuk kurun waktu yang dapat terbilang lama yaitu sejak tahun 1926 saat film pertama
di Indonesia disiarkan (Matanasi, 2016). Berawal dari titik kecil hingga sekarang yang
menjadi masif dengan keberagaman pesan dan isinya, film masih memiliki tujuan yang
sama. Tujuannya adalah untuk menghibur dan menyampaikan pesan yang telah
komunikasi massa atau publik karena komunikasi massa adalah proses penggunaan sebuah
medium (massa) untuk mengirim pesan kepada audiensi yang luas dengan tujuan untuk
memberikan informasi, menghibur atau membujuk dengan ciri yang memiliki kemampuan
untuk menjangkau ribuan bahkan jutaan orang secara bersamaan (Vivian, 2008). Hal
tersebut berkesinambungan dengan film yang memiliki artian sebagai media komunikasi
yang bersifat audio visual yang memiliki tujuan untuk menyampaikan suatu pesan kepada
sekelompok orang yang secara kolektif berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy,
1986). Kemudian film bisa berkembang dari imajinasi seseorang ataupun gambaran
tentang apa yang ada di masyarakat luas. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan
layar (Irawanto, 1999). Penginterpretasian film juga dapat dilakukan oleh setiap
penikmatnya, karena para penonton diberi kebebasan untuk antara melanjutkan alur dan
imajinasi pemilik film atau merekonstruksikan kembali apa yang telah ditonton.
Dewasa ini industri perfilman di negara berkode +62 telah jauh berkembang dari
apa yang ditawarkan pada masa lampau, sudah banyak representasi yang diikutsertakan
sebagai peran kecil maupun besar di sebuah film. Representasi di sini merupakan bagian
2
yang penting dalam proses di mana sebuah arti dibentuk dan dibenturkan dengan budaya.
Hal ini meliputi penggunaan bahasa, tanda–tanda, dan gambar yang mewakili untuk
Perkembangan film yang tercakup sebagai salah satu media komunikasi massa di
Indonesia mengalami pasang surut yang cukup berarti, namun media film di Indonesia
tercatat mampu memberikan efek yang cukup besar dan signifikan dalam proses
Lalu dalam penyampaian pesan, tidak selalu pesan yang disampaikan adalah pesan
yang ingin didengar atau siap didengarkan secara terang-terangan oleh masyarakat. Banyak
hal atau isu yang dianggap sebagai tabu di masyarakat. Tabu adalah yang dianggap suci
(tidak boleh disentuh, diucapkan, dan sebagainya), sebuah pantangan dan atau larangan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2019). Isu tabu seperti sex education,
yaitu pengenalan mengenai edukasi tentang seks dalam artian hubungan antara dua orang
Edukasi tentang seks masih sangat jarang ditemui di khalayak karena seks itu
sendiri masih dianggap sangat tabu sehingga orang tua di rumah pun enggan membahasnya.
Paling-paling mereka hanya memasang tameng waswas dan melarang anaknya untuk
berhubungan seks sebelum nikah dengan cara yang tergolong canggung. Yang salah adalah
mereka tidak pernah mengajak anak-anak mereka untuk bicara secara terbuka dan bebas
tentang seks, padahal pembahasan tersebut seharusnya berawal di orang-orang terdekat dan
Lalu ketika berbicara tentang hubungan seks yang terlalu dini, dosa selalu
mengiringi percakapan tersebut. Dosa yang kemudian dijadikan topik sebagai akibat dari
3
perlakuan yang sebenarnya masih banyak hal yang lebih penting untuk dibahas mengenai
seks itu sendiri. Kemudian selain itu, para remaja akan ditakut-takuti dengan stigma
masyarakat. "Kalau sudah kejadian, ngga akan ada lagi lelaki yang mau sama kamu" atau
"Tidak ada masa depan yang cerah untuk perempuan yang sudah tidak perawan". Tapi tidak
ada pembahasan yang naik mengenai realitas bahwa seks sebelum nikah dan yang terjadi
terlalu dini dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Aborsi itu ilegal di
Indonesia, sehingga banyak perempuan akhirnya terpaksa melahirkan anak dengan kondisi
belum cukup umur dan kekurangan edukasi mengenai apa saja pilihan yang ia miliki
juga hanya dianggap sebagai formalitas yang dilakukan secara singkat padat dan dalam
bentuk diskusi tertutup tanpa adanya celah untuk feedback dari para pelajar. Materi yang
diberikan pun hanyalah mengenai pembuatan bayi dan sistem reproduksi manusia yang
berbasis teori biologi saja. Tidak ada ataupun minim sekali ditemukan guru-guru yang
betul-betul berusaha untuk berbicara dengan siswa secara pribadi dan mencari tahu apakah
mungkin dari ada satu dari mereka yang sudah telanjur melakukannya agar bisa diberikan
arahan. Jarang sekali juga guru menjadi seorang teman bagi pelajar dalam membahas
2015).
Indonesia, masih harus ada stigma yang harus muncul dan menghancurkan hubungan
masyarakat dengan generasi muda mengenai hal tabu di atas. Stigma adalah ciri negatif
yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya atau bisa juga
sebuah tanda menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2019). Ada pula menurut
Surgeon General Satcher’s menyatakan stigma adalah kejadian atau fenomena yang
4
menghalangi seseorang untuk mendapatkan perhatian, juga mengurangi seseorang untuk
memperoleh peluang dan interaksi sosial. Link dan Phelan juga menjelaskan bahwa stigma
adalah pikiran dan kepercayaan yang salah (Link & Phelan, 2010). Dari beberapa definisi
dari stigma tersebut, inti dari definisi stigma adalah pikiran dan kepercayaan yang salah
serta fenomena yang terjadi ketika individu menerima labeling, stereotip, separation atau
keseluruhan.
Dari isu-isu tabu dan stigma yang menempel dan melekat di adat dan budaya
Indonesia, terobosan mulai dilakukan oleh anak bangsa yang menyadari kecacatan di
masyarakat. Salah satunya adalah Gina S. Noer yang telah menulis skrip film Dua Garis
Biru lebih dari sembilan tahun yang lalu namun baru bisa naik ke layar lebar pada awal
tahun ini (Womantalk, 2019). Retna Ginatri S. Noer atau yang kerap dipanggil Gina S.
Noer adalah ibu dari dua anak yang lahir di Balikpapan 24 Agustus, 1985. Ia dikenal
sebagai penulis skenario film dan televisi dengan film-film yang mengangkat namanya
seperti Ayat- Ayat Cinta (2008) dan Habibie & Ainun (2012) (Yudantama, 2019).
membeberkan Isu-isu nyata yang dahulu dianggap tabu pun sudah mulai berani
dimunculkan di layar lebar yang walaupun awalnya menuai perdebatan dari sebagian
kelompok yang masih tidak mau membuka matanya kepada realitas sosial yang ada.
Contoh dari apa yang sudah ada adalah isu-isu seperti hamil di luar nikah dalam film Dua
Garis Biru.
Isu tersebut adalah hal yang cukup panas didengar oleh kalangan ibu-ibu di
Indonesia. Saat trailer pertama dari film tersebut dirilis, banyak sumber yang mengecamnya
sebagai contoh yang buruk dan tidak mendidik tanpa melakukan literasi yang menyeluruh.
5
Hal seperti inilah mengapa saya berminat untuk membuat studi kasus demi mendalami
kekurangan budaya literasi di balik makna film Dua Garis Biru dan meneliti per adegan
Rumusan Masalah:
1. Bagaimana film Dua Garis Biru memunculkan isu tabu dan stigma di dalam
adegan-adegan filmnya.
KERANGKA TEORI
Analisis Paradigmatis
Analisis paradigmatis perlu digunakan untuk mengetahui kedalaman makna dari suatu
tanda serta untuk membedah lebih lanjut kode-kode tersembunyi di balik berbagai macam
tanda dalam sebuah teks maupun gambar. Analisis paradigmatis adalah analisa yang
berusaha mengetahui makna terdalam dari teks film dengan melihat hubungan eksternal
pada suatu tanda dengan tanda lain. Perbedaan mendasar antara analisis paradigmatis dan
denotasinya, maka analisis paradigmatis berusaha untuk menemukan makna konotasi dari
Semiotika
Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang
6
Film
Artian film menurut Effendi (1986:239) Sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian.
Sebagai komunikasi massa / publik merupakan gabungan dari berbagai teknologi seperti
fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa, seni teater sastra, arsitektur dan seni
musik. Sobur (2004:127) Film merupakan rekaman realitas yang tumbuh dan berkembang
menimbulkan adanya posibilitas dari golongan tertentu untuk menyelipkan pemikiran atau
pesannya mengenai suatu realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat. McQuail (1996)
sekian banyak orang dalam waktu singkat dan mampu memanipulasi kenyataan tanpa
yang terdapat dalam masyarakat melalui sistem kode, konvensi, mitos dan ideologi budaya
masyarakat secara spesifik (Turner, 1999:152) Sebuah film dapat berpengaruh terhadap
perilaku sosial dalam masyarakat dari para penikmatnya sesuai dengan pesan apa yang di
dapat dari sebuah film yang mereka nikmati. Film sebagai media komunikasi massa
memiliki peran yang cukup penting yaitu sebagai alat untuk menyalurkan pesan-pesan
2008)
Nilai
Nilai secara umum merupakan ukuran baik dan buruk terhadap suatu hal. Hal ini
terlihat dalam penjelasan yang dikemukakan oleh Setiadi sebagai berikut : “Nilai adalah
sesuatu yang dianggap, diyakini, dan dipeluk seseorang sebagai sesuatu yang baik, sebagai
sesuatu yang berharga. Nilai dapat diungkapkan dengan berbagai kata, misalnya bagus,
jelek, jujur, sehat, tidak enak. Kata- kata penilaian yang lazim digunakan adalah baik dan
buruk. Penilaian tidak pernah mutlak; selalu ada sederet tingkatan dari yang rendah sampai
7
Pesan
Film merupakan salah satu upaya komunikator dalam menyampaikan pesan dalam
komunikasi massa. Pesan itu sendiri yang nantinya akan mempengaruhi pemikiran
masyarakat dalam komunikasi massa. Semiotika memandang pesan bukan hanya sebagai
transmisi proses komunikasi namun juga konstruksi dari tanda-tanda, seperti yang
diungkapkan oleh Fiske : "Pesan adalah sebuah konstruksi dari tanda-tanda, yang akan
kepentingan. Penekanan berpindah ke teks dan bagaimana teks ‘dibaca’. Pembacaan adalah
pembaca berinteraksi atau bernegosiasi dengan teks. Negosiasi terjadi ketika pembaca
membawa aspek-aspek dari pengalaman budayanya untuk menjelajahi tanda dan kode yang
Representasi
Dasar Teori Representasi dengan pendekatan konstruksionis milik Stuart Hall (Hall,
bahwa representasi adalah bagian terpenting dari sebuah proses di mana arti produksi dapat
menghubungkan antara konsep dalam benak kita dengan menggunakan bahasa yang
memungkinkan kita untuk menjelaskan benda, orang atau kejadian yang nyata, dunia
imajinasi dari obyek, orang, benda dan kejadian yang tidak nyata. Representasi dibutuhkan
untuk mengakui keberadaan dari suatu golongan atau kelompok di masyarakat yang tidak
Stigma
8
Menurut Scheid dan Brown, pengertian Stigma adalah suatu fenomena yang terjadi pada
saat seseorang diberi suatu labeling, stereotip, separation, serta mengalami diskriminasi.
masyarakat.
Coming of age—atau yang kerap disebut pula sebagai bildungsroman—adalah genre yang
masa muda menuju kedewasaan. Istilah bildungsroman berakar dari bahasa Jerman dan
pertama kali diperkenalkan oleh Karl Mongenstern. Berasal dari kata bildung yang berarti
pendidikan, suatu karya sastra dapat dikategorikan sebagai bildungsroman bila terdapat
narasi edukasional dalam cerita yang mendorong pembaca untuk menuju peningkatan
Coming of age adalah ketika tidak ada satu pun hal yang berjalan dengan benar. Kita benci
memiliki keluarga yang kacau dan tak peduli, namun kita juga tak suka dengan orangtua
9
yang tiap harinya mengadakan sesi bicara. Coming of age adalah ketika tidak ada satu pun
hal yang tepat. Beberapa hal dari diri kita tampak menyedihkan karena terlalu berlebihan,
sedangkan hal lainnya tak layak dibanggakan karena memiliki beragam kekurangan.
Coming of age adalah genre yang signifikan karena ia menampilkan cerita yang realistis
dan representasi yang dekat dengan keseharian. Semua orang pasti pernah dan akan
Problematika coming of age adalah isu yang universal sekaligus juga personal. Jika dibaca
oleh mereka yang memang tengah mengalami pergulatan batin serupa, karya coming of age
yang tepat tentu bisa menjadi sebuah panduan alih-alih fiksi belaka. Contoh-contoh film
coming of age yang bisa dijajarkan dengan Dua Garis Biru: Lady Bird (2017), The Perks
of Being a Wallflower (2012), In This Corner of the World (2016), The Tree of Life (2011),
Pemeran:
10
· Ariella Calista Ichwan (Ariel JKT48) sebagai Melly
Sinopsis: Dara (Zara JKT48) dan Bima (Angga Yunanda) melanggar batas tanpa tahu
konsekuensinya. Mereka berusaha menjalani tanggung jawab atas pilihan mereka. Mereka
pikir mereka siap jadi dewasa untuk menghadapi segala konsekuensinya. Keluguan mereka
langsung diuji saat keluarga yang amat mencintai mereka tahu, lalu memaksa masuk dalam
METODE
Literature Review
Tinjauan literatur adalah analisis kritis terhadap sumber yang diterbitkan, atau literatur,
pada topik tertentu. Ini adalah penilaian literatur dan memberikan ringkasan, klasifikasi,
perbandingan dan evaluasi. Pada tingkat literatur ulasan pascasarjana dapat dimasukkan ke
dalam artikel, laporan penelitian atau tesis. Pada tingkat literatur, ulasan literatur dapat
Tinjauan literatur umumnya dalam format esai standar yang terdiri dari tiga komponen:
pengantar, badan dan kesimpulan. Ini bukan daftar seperti bibliografi beranotasi di mana
11
Mixed method
ini digunakan ketika integrasi ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah
PEMBAHASAN
Film Dua Garis Biru yang awalnya menuai kontroversi karena trailernya yang
menunjukkan dua anak di bawah umur berpacaran yang dilanjutkan oleh mereka
hubungan seks. Petisi dibuat agar film tersebut tidak jadi ditayangkan ke publik
karena takut membawa pesan yang salah kepada masyarakat terutama remaja yang
sebaya dengan aktor-aktor di film tersebut. Tidak lama kemudian, petisi lainnya
muncul dengan alasan terbalik yaitu untuk tetap melanjutkan penayangan film Dua
Garis Biru karena titik kosong di publik mengenai hal tabu seperti yang di film
tayangkan yang butuh dihadirkan segera agar semua orang dapat teredukasi
darinya. Pada akhirnya film tersebut tetap naik ke layar lebar dan tidak sedikit
nominasi dan penghargaan yang diraih oleh para penggarap dari keberhasilan
kelompok yang awalnya melihat film Dua Garis Biru sebagai hal yang negatif dan
12
Dalam film Dua Garis Biru ditampilkan sejumlah kritik sosial atau stigma-stigma
yang telah dipegang oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Di mulai dari adegan di
mana Dara (Zara JKT48) dan Bima (Angga Yunanda) sudah melakukan hubungan
seks di luar nikah dan kedua orang tua mereka sudah mengetahui hal tersebut. Dari
sana ibu dari Bima telah memperingatkan bahwa tetangga tidak akan tinggal diam
melihat fenomena sosial yang tidak awam baginya— terlebih nyinyiran tetangga
adalah hal yang tidak bisa dipungkiri di Indonesia. Dalam salah satu adegan
menuju kampungnya, ibu Bima yang diperankan oleh Cut Mini mengucap
“Bismillah”. Dengan wajah tegar, ibu Bima siap menghadapi segala nyinyiran
tetangga tentang apa yang telah terjadi kepada keluarga kecilnya itu. Dari adegan
tersebut dapat diperluas bahwa stigma masyarakat mengenai hubungan seks di luar
nikah adalah hal yang tabu dan tidak akan tanggung-tanggung bagi mereka (orang
yang melihat dari luar) untuk memojokkan orang-orang yang telah melakukannya.
mereka adalah minor (berumur di bawah 21 tahun) yang seharusnya tidak dihakimi
Dara dari sekolah atau drop out (DO) sementara Bima tidak dikeluarkan. Dalam
adegan ini terlihat jelas ketimpangan sosial dan stigma buruk bahwa perempuan
13
akan terlihat lebih rendah derajat dan hakikatnya daripada Bima, seorang lelaki.
Padahal hubungan seks adalah hubungan dengan konsensus dua orang, lelaki dan
stigma di mana perempuan yang lebih ‘kotor’ daripada lelaki di hubungan sakral
seharusnya itu tetap menjadi hak mereka, dan selebihnya mereka membutuhkan
pendidikan lebih lagi. Sebuah kekecewaan bagi kedua orang tua Dara saat
orang itu.
KESIMPULAN
Film Dua Garis Biru karya Gina S. Noer telah membuka mata masyarakat terhadap
isu tabu yang selama ini dipendam, yaitu hubungan seks di luar nikah. Film bisa
Film berdurasi 113 menit ini diharapkan bisa memberikan pencerahan dan
penyegaran mata terhadap masyarakat luas khususnya para remaja dan orang
tuanya. Diharapkan para remaja bisa menyadari bahwa setiap tindakan memiliki
porsi tanggung jawabnya masing-masing dan edukasi mengenai seks di umur yang
pantas adalah hal yang sangat penting dan perlu dimengerti sepenuhnya.
Untuk orang tua yang menonton film karya Gina S. Noer diharapkan untuk bisa
14
nutupi apa yang seharusnya mereka ketahui. Menerima pertanyaan-pertanyaan
yang mungkin akan diajukan oleh anak tanpa mengabaikannya adalah hal yang juga
penting karena seperti Dara dan Bima yang tidak mengerti apa yang seharusnya
Stigma yang ada di masyarakat mungkin tidak akan pernah musnah dari masyarakat
namun menguranginya step by step atau perlahan-lahan merupakan hal yang sangat
dianjurkan agar tidak ada orang yang merasa dikeluarkan dari kehidupan sosial.
Berawal dari merubah mindset atau pola pikir kita dari yang masih suka
15
DAFTAR PUSTAKA
Matanasi, P. (2016, May 16). Sejarah Film Indonesia. Retrieved December 10,
vivian, j. (2019).
Grup.
https://www.kompasiana.com/black_rabbit13/551f4d72813311706c9df7
4e/untuk-apa-membuat-film
Irawanto, B. (1999). Film Ideologi dan Militer Hegemoni Militer Dalam Sinema
Rivers, W. L., & Jensen, T. P. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern. (H.
Indonesia. Retrieved December 11, 2019, from IDN Times web site:
16
https://www.idntimes.com/health/sex/raden/10-kesalahan-fatal-dalam-
sex-education-di-indonesia/full
KBBI. (2019). Terjemahan Kata Tabu. Retrieved December 11, 2019, from Kamus
KBBI. (2019). Arti Kata Stigma. Retrieved December 11, 2019, from Kamus Besar
Link, B. G., & Phelan, J. C. (2010). A Handbook for The Study of mental health:
Press.
Womantalk. (2019, July 5). Fakta di Balik Kontroversi Film Dua Garis Biru -
https://www.youtube.com/watch?v=CnwbwHAKD8o
https://video.tribunnews.com/view/104764/profil-gina-s-noer-penulis-
skenario-kenamaan-indonesia
Media Group.
17
18