Anda di halaman 1dari 25

MEDIA DAN KEKERASAN :

REPRESENTASI KEKERASAN SEKSUAL DALAM FILM PENYALIN

CAHAYA

SUSIANA UJI RAHMAWATI

NIM : 18102010012

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi semakin hari semakin berkembang, seperti

halnya sekarang hal ini menjadikan banyak sekali platform media seperti halnya

media massa, media massa bukan hanya sebagai tempat informasi, namun

bertambah sebagai alat membangun dan mempengaruhi opini public. Media

massa juga tidak dapat dipisahkan oleh masyarakat, secara tidak langsung media

massa membentuk opini public dan membentuk sebuah persepsi1. Media pun

mempengaruhi berbagai isu sosial seperti halnya kekerasaan seksual

Kekerasaan seksual merupakan suatu sikap yang bisa dibilang sudah diluar

batas wajar. Karena di dalamnya pasti mencakup organ fisik maupun kondisi

psikis yang diderita korban terhadap pelaku. Kekerasan seksual sendiri dapat

diartikan sebagai tindakan seksual secara fisik dengan tujuan memenuhi Hasrat

seksual pelaku yang tidak dikehendaki oleh korban. Seseorang dapat dikatakan

sebagai korban kekerasan seksual jika menderita kerugian fisik mengalami cedera

trauma, mengalami luka atau kekerasaan psikologi, gangguan Kesehatan, trauma

emosional sehingga tidak hanya dipandang dari aspek legal tetapi juga sosial dan

kultural. Bersamaan dengan berbagai penderitaan tersebut, dapat juga mereka

kehilangan maupun kerugian harta maupun benda2. Hampir di seluruh penjuru


1
Anisa Qisti. 2021. Representasi Korban Kekerasan Seksual Pada Pemberitaan Media
Online Suryakepri.com. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
2
Ibid. hlm 14
dunia, kekerasaan apapun seringkali memakan banyak korban jiwa. Tidak

memandang bulu dari usia maupun jenis kelamin. Bahkan para pelaku tega

melakukan hal tersebut dengan hanya sebatas tujuan tertentu.

Kita tahu kekerasaan seksual di Indonesia semakin marak terjadi dengan

seperti halnya pada sebuah sekolah maupun perguruan tinggi iming-iming nilai

yang bagus ataupun mendapatkan nilai beasiswa melewati orang dalam. Dikutip

dalam CNN Indonesia terhitung sampai dengan Agustus 2021 ada 2.500 kasus

kekerasaan terhadap perempuan, apalagi dengan korban yang mengalami

kekerasan seksual bahkan malah dihakimi dan dijatuhi ancaman cibiran dari

khalayak umum hal tersebut dapat merusak mental kesehatan korban, bahkan

banyak sekali pelaku-pelaku kekerasan seksual yang masih menghirup udara

bebas3. Maka dari itu di Indonesia sendiri layanan pemulihan bagi korban hanya

ada 30 persen dari total kebijakan daerah.

Ada Pula dalam kekerasan seksual tercatat dalam Catatan Tahunan

Kekerasan Terhadap Perempuan (CATAHU) mencatat sejumlah 199.911 kasus

kekerasaan terhadap perempuan pada tahun 2020. Jumlah kasus ini tercatat

berkurang secara signifikan jika dibandingkan CATAHU 2020 yang mencatat

sebanyak 43.1471 kasus4. Penelitian-penelitian dan laporan dari berbagai sumber

data tersebut juga menjadikan pembelajaran maupun awareness kepada siapa saja

bahkan yang dispesialkan dari jenis kelamin yaitu perempuan.

3
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210819042140-20-682186/ada-2500-
kasus-kekerasan-terhadap-perempuan-sepanjang-2021. Diambil pada tanggal 12 November 2021
4
https://komnasperempuan.go.id/uploadedFiles/1466.1614933645.pdf. Diambil pada
tanggal 14 November 2021
Dari masa ke masa film mengalami perkembangan baik dari teknologi

yang digunakan maupun tema yang diangkat. Bagaimana film merekam sejumlah

unsur-unsur budaya yang melatarbelakanginya termasuk pemakaian bahasa

maupun pemeran tokoh dalam film yang dibawakan

Film merupakan salah satu media bagi kalangan yang menikmati karya

berupa beberapa audio dan visual. Film merupakan salah satu media komunikasi

masa yang keberadaanya luas dalam masyarakat ditandai dengan banyaknya

konsumen bagi media ini dibanding dengan media massa lainnya seperti surat

kabar, buku dan lainnya5. Film merupakan wujud gerak dengan cahaya.

Mewujudkan atau melukis gerak dan cahaya tersebut menggunakan alat khusus

seringkali alat yang digunakan adalah kamera. Definisi dari film antara lain

merupakan hasil cipta karya seni yang memiliki kelengkapan dari beberapa unsur

seni untuk melengkapi kebutuhan6. Dengan kemajuan teknologi multimedia

keleluasaan dalam menikmati film kian nyata terdapat juga layer tiga dimensi

(3D) aupun (4D) dengan kualitas gambar yang beresolusi tinggi membuat gambar

dan adegan film terasa lebih nyata. Sifatnya yang berupa beberapa audio dan

visual memudahkan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Apalagi di

zaman sekarang film saja dapat dinikmati dan diakses secara mudah melalui

aplikasi-aplikasi play store seperti We TV, Netflix, Iflix dan lain-lain di layar hp

android maupun IOS dengan praktis tidak harus ke bioskop maupun platform

lainnya

5
Ashadi Siregar, Jalan ke Media Film, (Yogyakarta : Lembaga Penelitian Pendidikan dan
Penerbitan, 2007), hlm. 3.
6
Teguh Trinanto, Film Sebagai Media Belajar, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),hlm.22.
Salah satu film yang penulis angkat adalah Penyalin Cahaya. Dikutip dari

halaman website Wikipedia Penyalin Cahaya merupakan film panjang pertama

yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja di tahun 2021. Film produksi dari

Rekata Studio dan Kaninga Pictures terpilih dalam kompetisi utama New Currents

dan bersaing dengan 10 film lainnya dalam BIFF 2021 di Korea Selatan. Pemeran

utama dalam film ini adalah Shenina Cinnamon sebagai Sur, Chicco Kurniawan

sebagai Amin, Lutesha sebagai Farah, Jerome Kurnia sebagai Tariq, Dea

Panendra sebagai Anggun dan Giulio Parengkuan sebagai Rama 7. Wregas selaku

sutradara dalam film tersebut mengaku bahawasanya Ia mengangkat isu tentang

kekerasaan seksual. Menurutnya masalah isu kekerasan seksual sudah darurat dan

penting untuk disuarakan dalam medium film, bahkan masyarakat menganggap

kasus kekerasan seksual dianggap sepele oleh masyarakat. Bahkan para korban

atau penyintasnya sering mendapat stigma negatif dan tidak dapat dukungan oleh

banyak orang. Situasi ini perlu disuarakan oleh khalayak umum, film ini pun juga

harus menjadi medium yang tepat dan efisien guna meningkatkan kepedulian

antar sesama manusia. Dalam proses pembuatan ini Wregas melakukan riset dari

berbagai macam berita tentang kekerasaan seksual serta cerita orang-orang di

sekitarnya. Ia juga terinspirasi dari kisah Baiq Nuril yang justru dituntut balik

karena melaporkan kasus kekerasan seksual yang menimpanya.

Film Penyalin Cahaya menceritakan tentang Sur seorang mahasiswa

universitas yang baru menginjak tahun pertama. Suatu malam, Sur pergi ke pesta

7
Wikipedia Bahasa Indonesia Penyalin Cahaya (film)
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyalin_Cahaya#:~:text=Penyalin%20Cahaya%20(bahasa
%20Inggris%3A%20Photocopier,yang%20disutradarai%20oleh%20Wregas%20Bhanuteja. ,
diakses 01 November 2021
untuk pertama kalinya dalam acara pencapaian grup teaternya di universitas Mata

Hari. Ia menjadi sukarelawan sebagai perancang web. Namun keanehan terjadi

keesokan harinya ia kehilangan kesucian sebagai Wanita muda, akhirnya dia

diusir dari keluarga dan kehilangan beasiswa dari universitasnya. Hal tersebut

terjadi ketika sebuah foto selfie dirinya di waktu acara teaternya pada malam hari

ia didapati sedang mabuk dan kehilangan kesadaran sampai-sampai ia kehilangan

mahkota wanita dalam hidupnya. Ia akhirnya meminta bantuan ke teman masa

kecilnya yaitu Amin. Amin yang bekerja sebagai tukang fotokopi membantu Sur

untuk menguak kebenaran dari foto selfie tersebut. Karena Amin yakin bahwa

teman masa kecilnya itu tidak pernah berbuat hal kotor seperti itu. Dalam film ini

juga diperlihatkan bagaimana perjuangan Sur dalam menggapai beasiswanya

selagi ia juga menjadi salah satu pemain teater, aktivis universitas. Yang pada

malam harinya ia tidak tahu ternyata ia telah diberi minuman dan akhirnya ia

kehilangan kesadaran dan kehilangan beasiswanya.

Dikutip dari Elshinta.com dengan pesan yang dibawakan oleh film

tersebut, ketertarikan dan latar belakang mengambil kasus isu kekerasan seksual

salah satunya yaitu ketertarikan dalam menonton film ini disampaikan oleh salah

satu aktor Jepang yang bernama Shogen ketika berada di Festival Film

Internasional disampaikan bahwasanya ia sudah menonton Film Penyalin Cahaya

( Judul Internasionalnya : Photocopier) dan menikmati kemudian memuji film

tersebut. Ia berharap dapat berkolaborasi dan bekerjasama dengan sutradara


Wregas. Hal tersebut terbukti dengan memborong nominasi Piala Citra Festival

Film Indonesia dengan total 17 nominasi8.

Dari data-data tersebut penulis mengambil tema fokus penelitian yaitu

mengenai representasi kekerasan seksual dalam Film Penyalin Cahaya banyak

sekali kalangan usia muda di kalangan remaja khususnya di lingkungan

universitas. Banyak sekali kita jumpai kekerasaan-kekerasaan. Adapun kekerasaan

dalam film ini adalah kekerasaan seksual. Masa muda memang masa yang paling

muda untuk mengeksplorasi diri dengan berteman sebanyak-banyaknya. Tetapi

tidak kita pungkiri lagi dalam berteman kita harus membatasi diri dan memilih

berbagai teman yang sefrekuensi dengan kita, untuk menghindari hal-hal yang

tidak diinginkan.

B. Rumusan Masalah

Pada rumusan masalah ini adalah bagaimana representasi kekerasan

seksual dalam film penyalin cahaya?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka

tujuan penelitian ialah untuk mengetahui dan mendeskripsikan representasi

kekerasaan dalam Film Penyalin Cahaya.

Kegunaan teoritis

8
https://elshinta.com/news/250442/2021/11/08/aktor-jepang-shogen-puji-film-
penyalin-cahaya-dari-wregas-bhanuteja . Diakses pada 13 November 2021
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman akan kajian

analisis semiotic Ferdinand De Saussure mengenai representasi kekerasaan dalam

film Penyalin Cahaya.

Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di prodi komunikasi

dan penyiaran islam khususnya pada bidang broadcasting. Diharapkan penelitian

ini menjadi konsep diri terhadap lingkungan sekitar dalam memahami pelecehan

seksual dan menjadi gambaran tentang faktor-faktor terjadinya pelecehan seksual

terhadap kaum perempuan.

D. Kajian Pustaka

Sebelum mengadakan suatu penelitian maka langkah awal yang dilakukan

adalah melakukan kajian pustaka melalui beberapa hasil penelitian terdahulu yang

membahas terkait dengan tema penelitian diantaranya :

Pertama, “Representasi Bullying Dalam Film Joker (Analisis Semiotika

Model Roland Barthes)” oleh Fadhila Nurul Atika pada Tahun 2020 Program

Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya dalam penelitian ini menunjukkan mengenai representasi bullying dalam

film joker yang menggambarkan fenomena bullying dilakukan secara kekerasan

fisik, verbal maupun eksklusivitas. Dalam penelitian ini menggunakan metode

analisis teks media dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif kemudian

penelitian tersebut dianalisis menggunakan analisis semiotika model Roland


Barthes9. Dalam penelitian ini kesamaan dengan penelitian saya yakni sama-sama

mempresentasikan sebuah film dengan memakai teori Representasi Stuart Hall.

Perbedaannya dalam penelitian ini adalah menggunakan kekerasaan sebagai kata

kunci, menggunakan film yang berbeda dan menggunakan analisis yang berbeda

Kedua dikemukakan oleh Gita Batari Hermayanthi pada tahun 2021

dengan judul “Representasi Kekerasan Pada Anak Dalam Film Miss Back

(Analisis Representasi Stuart Hall)” Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Indonesia. Dalam penelitian ini

mengkaji mengenai isu kekerasaan anak dengan orang tua tidak selalu bersikap

dengan baik terkait pola asuh anak. Penelitian ini menggunakan teori Stuart Hall

dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, untuk menganalisis

datanya menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes10. Adapun kesamaan

dengan penelitian ini adalah menggunakan teori representasi Stuart Hall,

kekerasaan anak, penggunaan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Perbedaan

dengan penelitian ini film yang dipakai, kekerasaan yang diambil cenderung

kekerasaan seksual bukan anak menggunakan analisi dari Ferdinand De Saussure.

Ketiga berjudul “Representasi Kekerasan di Lingkungan Sekolah Dalam

Film Dilan 1990 (Analisis Semiotika Roland Barthes)” Diajukan oleh Niken

Triana Wulandari pada tahun 2019 Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Purwokerto. Dalam penelitian ini

menghasilkan 6 scene menunjukkan bentuk kekerasaan fisik maupun non fisik

9
Atika, Fadhila Nurul (2020) Representasi bullying dalam Film Joker: analisis semiotika
Model Roland Barthes. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
10
Gita Batari Hermayanti . Representasi Kekerasaan Pada Anak Dalam Film Miss Back.
Skripsi, (Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2021).
yang terjadi di lingkungan sekolah menggunakan analisis Roland Barthes11.

Adapun dalam persamaan penelitian ini sama-sama fokus penelitian kekerasan

dalam representasi teori Stuart Hall dan perbedaannya yaitu menggunakan metode

yang berbeda dan analisis yang berbeda pula.

Keempat dibuat oleh Nur Hidayatulloh yang berjudul “ Faktor-faktor

penyebab terjadinya Pelecehan Seksual Terhadap Perempuan”. Dari hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang

melatarbelakangi pelecehan seksual diantaranya faktor kesempatan, faktor

keinginan atau nafsu, faktor ketidaktahuan, faktor keingintahuan dan faktor

penampilan perempuan. Penelitian ini penelitian kualitatif yang menghasilkan

data deskriptif dan analisis. Metode pengumpulan data yaitu memakai dua sumber

data primer berupa wawancara, observasi dan dokumentasi sementara sumber data

primer menggunakan data-data yang diperoleh dari perpustakaan e-book. Subjek

penelitian ini menggunakan dua pegawai Dinas Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Kota Semarang12. Perbedaan dalam penelitian ini adalah

metode pengumpulan data yang berupa wawancara observasi dan subjek

penelitian. Adapun dalam kesamaan menggunakan penelitian deskriptif dan sama-

sama mengambil tema fokus penelitian kekerasaan seksual.

Kelima dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi Program Studi Ilmu

Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya ditulis oleh Sanjay Deep Budi Santoso

dengan judul “Analisis Semiotika tentang Representasi kekerasan pada Film

11
Niken Triana Wulandari. Representasi Kekerasan di Lingkungan Sekolah dalam Film
Dilan 1990. Skripsi, (Purwokerto, Institut Negeri Islam Purwokerto, 2019).
12
Nur Hidayatulloh. Faktor-faktor penyebab Terjadinya Pelecehan Seksual Terhadap
Perempuan. (Semarang : Universitas Islam Negeri Walisongo, 2019)
Jigsaw (Analisis Semiotika model Charles Sanders Peirce)” Penelitian ini

mengungkap representasi kekerasan dalam file dengan menggunakan teori

Charles Sanders Peirce yang meninjau tentang tanda, objek kemudian membuat

suatu interpretasi13. Perbedaan menggunakan film yang berbeda dengan metode

penelitian yang berbeda. Persamaan sama-sama mengangkat kekerasaan dengan

representasi yang berbeda.

E. Kerangka Teori

1. Teori Representasi Stuart Hall

Berdasarkan fokus penelitian, peneliti menggunkaan teori representasi,

menurut Stuart Hall dalam bukunya Representation : Cultural Representation and

Signifying Practice, “Representation connects meaning and language to culture,

Representation is an essential part of the process by which meaning is produce

and exchanged between of culture14”. Yang artinya representasi menghubungkan

makna dan Bahasa dengan budaya.

Representasi juga berkaitan dengan produksi tanda-tanda untuk menciptakan

makna-makna. Oleh karena itu representasi berkaitan dengan penghadiran

kembali suatu gagasan baru bukan untuk menghadirkan gagasan asli kembali 15.

Representasi merupakan penjabaran suatu konsep atau ide melalui suatu lisan atau

tulisan. Representasi juga bisa diartikan sebagai hubungan antara ide dan bahasa

tentang objek orang atau kejadian yang riil menjadi sebuah fiksi. Yang artinya

representasi merupakan bahasa untuk menggambarkan sesuatu yang memiliki


13
Santoso, Sanjay Deep Budi. 2019. Analisis Semiotika tentang representasi kekerasaan
pada film Jigsaw. Undergraduate thesis. UIN Sunan Ampel Surabaya.
14
Start Hall, 2003 “The Work of Representation” Representation: Cultural
Representation and Signifying Practices (London: Sage Publication, 2003). hlm 17.
15
Graeme Burton, 2007, Membincangkan Televisi, (Yogyakarta: Jalasutra. 2007), hlm 41
makna kepada orang lain. Menurut Stuart, ide yang dikonstruksikan oleh

representasi dan diproduksi melalui bahasa yang peristiwanya tidak terjadi melalui

ungkapan lisan,namun juga visual.

Stuart Hall sendiri membuat tiga kata kunci representasi yaitu representasi

konstruksionis, representasi reflektif dan representasi intensional. Representasi

intensional merupakan cara membahasakan sesuatu untuk menyampaikan maksud

pribadi pemilik ide, sedangkan representasi konstruksionis adalah cara dimana ide

dikonstruksi kembali ‘dalam’ dan ‘melalui’ bahasa, Representasi konstruksionis

memiliki dua pendekatan yaitu pendekatan diskursif dan pendekatan semiotika

dan yang terakhir representasi reflektif ialah cara penyampaian yang

mencerminkan suatu ide. Representasi berfungsi seperti halnya fotografi yang

menggunakan kepekaan cahaya gambar untuk mengkomunikasikan sebuah makna

fotografis tentang orang tertentu di sebuah adegan. Obyek lainnya seperti pemeran

dan pajangan yang dianggap menghasilkan sebuah bahasa dan arti tertentu pada

objek.

2. Kekerasan

a. Pengertian Kekerasaan

Kekerasaan dalam Bahasa inggris berarti violence dari Bahasa latin

violentus yang berasal dari kata via berarti kekuasaan atau berkuasa. Seperti

halnya banyak istilah yang mengandung makna kehinaan atau kekejian yang kuat,

istilah kekerasaan diberlakukan dengan sedikit diskriminasi pada berbagai hal

yang tidak disetujui secara umum16.

16
Niken Triana Wulandari. Representasi Kekerasan di Lingkungan Sekolah dalam Film
Dilan 1990. Skripsi, (Purwokerto, Institut Negeri Islam Purwokerto, 2019).
Definisi lain mengatakan menurut Santoso, yakni adanya serangan dengan

cara memukul (assault and battery) sebagai kategori hukum yang menjurus pada

suatu tindakan ilegal yang membawa sebuah ancaman dan aplikasi actual

kekuatan fisik kepada orang lain. Penyerangan cara memukul dan pembunuhan

dapat dilihat sebagai tindakan individu meskipun tindakan itu dipengaruhi17.

b. Faktor-faktor terjadinya kekerasan seksual

Tingginya tingkat kekerasaan seksual pada perempuan disebabkan oleh

beberapa faktor yakni faktor natural atau biologis dan faktor sosial budaya

1. Faktor Natural atau Biologis

Faktor natural atau biologis memiliki asumsi bahwa laki-laki memiliki

dorongan seksual yang lebih besar dibandingkan perempuan, sehingga laki-laki

cenderung melakukan tindakan terhadap perempuan. Oleh karena itu reaksi yang

diharapkan muncul pada perempuan adalah perasaan minimal tidak merasa

terganggu oleh tindakan tersebut.

2. Faktor Sosial Budaya

Pada faktor ini dijelaskan bahwa kekerasan seksual adalah manifestasi dari

sistem patriarki dimana laki-laki dianggap lebih berkuasa dan dimana keyakinan

dalam masyarakat mendukung anggapan tersebut. Sehingga anggapan tersebut

telah tertanam di benak pikiran khalayak umum.

c. Bentuk-bentuk kekerasan seksual

Bentuk-bentuk kekerasaan seksual dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :

17
Gita Batari Hermayanti . Representasi Kekerasan Pada Anak Dalam Film Miss Back.
Skripsi, (Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2021).
1. Ringan, seperti godaan nakal, ajakan iseng, humor porno, menatap tubuh wanita

dengan gairah, mengeluarkan siulan dan mengajak melihat gambar porno.

2. Sedang seperti membicarakan hal yang berhubungan dengan organ seks wanita

atau bagian tubuh Wanita dan laki-laki memegang, menyentuh meraba bagian

tubuh tertentu, mengajak untuk berkencan atau memberitahu Wanita mengenai

kelemahan seksual pacar Wanita tersebut

3. Berat, seperti perbuatan terang-terangan dan memaksa, penjamahan hingga

percobaan pemerkosaan18.

d. Kekerasaan Seksual dalam Perspektif Islam

Islam adalah agama yang membawa misi luhur yaitu Rahmatan lil’alamin

(pembawa kebahagiaan bagi seluruh alam). Islam membawa ajaran untuk tidak

membeda-bedakan umat manusia, sehingga Islam sangat memandang kekerasan

terhadap perempuan adalah tindakan tercela, melanggar hukum dan syariat Islam.

apalagi kekerasan seksual dalam perspektif islam kekerasan merupakan perbuatan

yang dilarang, baik kepada sesama Muslim atau sesama manusia. Dalam sebuah

keluarga pasti sudah didik sesuai ajaran masing-masing di setiap keluarga,

pengenalan seks maupun kekerasaan sesk di lingkungan sekitar, orang tua sebagai

fungsi controlling sangat amat berguna untuk melakukan fungsinya sebagai

kontroling terhadap anak. Dengan berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran yang

bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah orang tua mempraktekan Pendidikan

seks kepada anak, agar nantinya ketika menjelang usia remaja, mereka dapat

terhindar dari kekerasaan seksual maupun hal lainnya. Imam Al-Ghazali

18
Nur Hidayatulloh. Faktor-faktor penyebab Terjadinya Pelecehan Seksual Terhadap
Perempuan. (Semarang : Universitas Islam Negeri Walisongo, 2019)
mengatakan bahwa pengenalan anak terhadap Pendidikan seks sangat diperlukan

dan dapat dimulai sejak dini dengan cara diawasi sejak permulaan, dipelihara dan

disusuinya oleh Wanita sholehah dan beragama dengan makanan halal,

selanjutnya pengawasaan terhadap anak19.

3. Film

a. Pengertian Film

Film secara fisik adalah rangkaian gambar-gambar yang diproyeksikan

dari seluloid di layar untuk menyaksikan harus di dalam ruang yang digelapkan20.

Dalam UU No 8 tahun 1992 tentang perfilman disebutkan bahwasanya film

adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa

pandang- dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam

pada pita seluloid, pita video dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam

segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau

proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan atau

ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan lainnya.

Film adalah media komunikasi massa yang hakikatnya menyampaikan

pesan ataupun materi komunikasi21. Dalam gambaran umum materi komunikasi

dibagi menjadi dua yaitu materi fiksi dan fakta dikenal sebagai materi finansial

dan factual. Kedua materi ini memiliki materi yang berbeda

b. Jenis-jenis Film

Effendy mengemukakan film terdiri dari jenis-jenis berikut:


19
Lely Camelia, “Penerapan Pendidikan Seks Anak Usia Dini Menurut Perspektif
Islam,” 2017 Volume 1 No 1 (n.d.): 28.
20
Ashadi Siregar. Jalan ke Media Film : Persinggahan di ranah Komunikasi Seni Kreatif
, (Yogyakarta : Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerbitan Yogyakarta, 2007), hlm 4.
21
Ibid, hlm 105.
a. Film Cerita (Story Film)

b. Film Berita (News Reef)

c. Film Dokumenter (Documentary)

d. Film Kartun (Cartoon Movie)

Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita, yaitu lazim

dipertemukan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang film yang terkenal.

Film cerita adalah film yang menyajikan kepada khalayak sebuah cerita yang

mengandung unsur-unsur menyentuh perasaan manusia. Film berita adalah film

yang mengenai fakta peristiwa yang benar-benar terjadi. Film dokumenter

biasanya diputar di kampus maupun sekolah dan lainnya. tetapi dengan adanya

televisi dan televisi kabel film dokumenter yang hanya bisa dilihat oleh public

terbatas kini dapat diakses oleh banyak orang seiring berkembangnya zaman.

F. Metodologi Penelitian

a. Jenis Penelitian, Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian

Jenis penelitian yang akan peneliti terapkan adalah penelitian deskriptif

kualitatif (yang mana tidak menggunakan angka). Jadi penelitian kualitatif disebut

juga dengan penelitian natural atau alamiah yang jenis penelitian mengutamakan

penekanan pada proses dan makna yang tidak diuji, atau diukur dengan setepat-

tepatnya dengan data yang berupa data deskriptif22. Pada penelitian ini

mendeskripsikan kejadian yang dilihat, didengar dan dibuat pernyataan deskriptif.

22
“Bab10_Penelitian Kualitatif_3.Pdf,” n.d., 158.
Subyek dan Obyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber data yang akan menjadi sumber utama

yang akan diteliti. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah film “Penyalin

Cahaya”

Objek Penelitian adalah pembahasan yang ada di dalam subjek penelitian

yang dipertegas pembahasanya. Adapun objek dalam penelitian ini adalah scene

atau adegan tindakan kekerasan seksual di lingkungan universitas yang terdapat di

film Penyalin Cahaya. Scene sendiri merupakan kumpulan dari macam-macam

symbol, foto, audio, narasi, pencahayaan, musik. Tindakan kekerasaan ini

mencakup tindakan kekerasaan fisik seperti memukul, membentak, mengejak baik

berupa verbal dan non verbal, tindakan kekerasan seksual.

b. Sumber data

Sumber data dari penelitian ini didasari oleh dua sumber yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer

Data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber, yang

menyajikan data yang akan diteliti. Adapun sumber data primer dari penelitian ini

adalah Film Penyalin Cahaya

Sumber Data Sekunder

Sumber data yang diperoleh melalui penelitian terdahulu artikel, situs

internet, jurnal yang terkait dengan tema yang diajukan, buku.

c. Teknik Pengumpulan Data


Dalam melakukan penelitian hal yang perlu dilakukan yakni pengumpulan data

yang lengkap dan akurat. Maka dari itu peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah penelitian dengan menggunakan bahan tertulis

maupun sebuah film23. Pada penelitian ini peneliti menggunakan sebuah film

“Penyalin Cahaya '' untuk mengumpulkan data-data sebagai acuan melakukan

penelitian. Data dokumen yang digunakan berupa potongan-potongan scene

terpilih dalam film Penyalin Cahaya dan sesuai dengan fokus tema penelitian yang

dilakukan.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan

mengambil referensi data yang berasal dari literatur, nuku, catatan dan laporan

yang berguna sebagai pemecahan masalah penelitian24. Peneliti menggunakan

studi kepustakaan untuk mengumpulkan data yang dapat dijadikan referensi

peneliti dalam meneliti. Data- data tersebut berupa buku, jurnal maupun internet.

d. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis

semiotika. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda. Tanda merupakan sesuatu yang menandakan selain dirinya sendiri

kemudian munculah makna, makna ialah hubungan antara suatu ide dan tanda.

Semiotik merupakan metode untuk mengkaji tanda yang ada didalam sebuah
23
Lexy J Moleong, 2019, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2019) hlm 216.
24
Moh Nazir, 1988, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hlm 111.
cerita, scenario, gambar, teks dan cuplikan scene atau adegan yang ada di sebuah

film25. Sedangkan semiotik menurut Ferdinand de Saussure merupakan tanda-

tanda yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. Tanda-tanda ini bisa terjadi

di kehidupan lalu dituangkan di dalam sebuah karya seperti halnya film. Konsep

semiotika dari Ferdinand de Saussure memiliki empat konsep yaitu

1. Signifiant dan Signifie

Konsep pertama menurut Saussure merupakan komponen pembentuk

tanda dan tidak bisa dipisahkan peranannya satu sama lain. Signifiant atau disebut

signifier merupakan hal-hal yang tertangkap oleh pikiran kita seperti citra bunyi,

gambaran visual. Sedangkan signifie dan signified merupakan makna atau kesan

yang ada dalam pikiran kita terhadap apa yang ditangkap.

2. Langue dan Parole

Konsep kedua adalah aspek dalam Bahasa yang dibagi oleh Saussure

menjadi dua yaitu Langue dan Parole. Langue adalah sistem Bahasa dan sistem

abstrak yang digunakan secara kolektif seolah disepakati bersama oleh semua

pengguna Bahasa, serta menjadi panduan dalam praktik berbahasa dalam suatu

masyarakat. Parole adalah praktik berbahasa dan bentuk ujaran individu dalam

masyarakat pada saat tertentu

3. Synchronic and Diachronic

Konsep ketiga mengenai telaah Bahasa yaitu Synchronic merupakan telaah

Bahasa yang mana mempelajari Bahasa dalam satu kurun waktu tertentu

sedangkan diachronic lebih bersifat pada studi historis dan komparatif karena
25
Miftahul Farhi .2020. Pesan Toleransi Antarumat Beragama ( Analisis Semiotika
Ferdinand De Saussure Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta 2 Dan Film Ayat-Ayat Cinta 2 ). S3 thesis,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
bertujuan untuk mengetahui sejarah, perubahan dan perkembangan struktural

suatu Bahasa pada masa yang tak terbatas.

4. Syntagmatic dan Associative / Paradigmatic

Syntagmatic menjelaskan hubungan antar unsur dalam konsep lingusitik

yang bersifat teratur dan tersusun dengan beraturan. Sedangkan Associative /

Paradigmatic menjlaskan hubungan antar unsur dalam suatu tuturan yang tidak

terdapat pada tuturan lain yang bersangkutan, dimana terlihat nampak dalam

bahasa nampun tidak muncul dalam susunan kalimat hubungan syntagmatic dna

paradigmatic dapat terlihat pada susunan bahasa yang kita pakai sehari-hari.

Bila diuraikan secara ringkas Langkah-langkah analisis dalam penelitian

ini yaitu:

a. Menonton secara keseluruhan Film penyalin Cahaya

b. Melakukam pengamatan terhadap Film Penyalin Cahaya dengan hal-hal yang

terjadi dalam setiap adegan dalam film tersebut

c. Menyeleksi adegan yang berkaitan dengan tindakan kekerasaan seksual

d. Mengklasifikasikan data dengan melakukan capture scene-scene dan mengambil

dialog yang mewakili tindakan kekerasan seksual

e. Menganalisis data yang telah diklasifikasi dengan menggunakan analisis

Ferdinand De Saussure untuk mencari makna

f. Penarikan kesimpulan terhadap data-data yang ditemukan, dibahas, dan di analisis

dalam penelitian

G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan penelitian ini terbagi dalam lima bab dan pada

tiap-tiap bab terdapat sub bab dan beberapa lampiran-lampiran terkait penelitian

sebagaimana yang digunakan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama, yakni pendahuluan terdiri dari beberapa sub bab yang

pertama Latar Belakang Masalah yang menjelaskan mengenai fenomena

kekerasaan dalam film penyalin cahaya berupa data pendukung yang

merepresentasikan fenomena kekerasaan ke dalam sebuah film Penyalin cahaya

oleh karena itu peneliti ingin mengetahui dan mendeskripsikan representasi

kekerasan dalam film Penyalin Cahaya. Rumusan Masalah untuk mengetahui

representasi kekerasan dalam film Penyalin Cahaya. Tujuan Penelitian untuk

mendeskripsikan representasi kekerasan dalam film Penyalin Cahaya. Kegunaan

Penelitian terdiri dari kegunaan teoritis untuk memberikan pemahaman akan

kajian analisis semiotika Ferdinand De Saussure dan kegunaan praktis untuk

memberikan manfaat di bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya di

broadcasting. Kajian Pustaka berupa penelitian terdahulu yang menjadi referensi

penelitian dalam meneliti. Kerangka teori, Metodologi penelitian dan yang

terakhir adalah Sistematika Pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab kedua yakni tinjaun pustaka bab ini menjelaskan teori komunikasi

yang berhubungan dalam penelitian. teori tersebut yaitu teori dasar, definisi

konsep-konsep penelitian antara lain konsep teori Representasi Stuart Hall

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ketiga, yakin berisi metode penelitian, metode pengumpulan data,

metode analisis data metode keabsahan data, dan metode penyajian hasil analisis

data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab keempat, yakni hasil Penelitian dan Pembahasan Representasi

Kekerasan Seksual dalam Film Penyalin Cahaya

BAB V PENUTUP

Bab kelima Penutup bab yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian ini

serta kritik dan saran yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber rujukan yang digunakan peneliti untuk melengkapi pengumpulan

data dalam proses penelitian

LAMPIRAN

Berisi data pendukung untuk menyelesaikan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Internet

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210819042140-20-682186/ada-2500-kasus-

kekerasan-terhadap-perempuan-sepanjang-2021 Diambil pada 4 November 2021

Wikipedia Bahasa Indonesia Penyalin Cahaya (film)

https://id.wikipedia.org/wiki/Penyalin_Cahaya#:~:text=Penyalin%20Cahaya

%20(bahasa%20Inggris%3A%20 Photocopier,yang%20 disutradarai%20oleh

%20Wregas%20Bhanuteja. , diakses 01 November 2021


https://elshinta.com/news/250442/2021/11/08/aktor-jepang-shogen-puji-film-penyalin-

cahaya-dari-wregas-bhanuteja . Diakses pada 13 November 2021

https://komnasperempuan.go.id/uploadedFiles/1466.1614933645.pdf. Diambil pada

tanggal 14 November 2021

Jurnal dan Skripsi

Atika, Fadhila Nurul. 2020. Representasi bullying dalam Film Joker: analisis semiotika

Model Roland Barthes. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Batari Hermayanti, Gita. 2021.. Representasi Kekerasaan Pada Anak Dalam Film Miss

Back. Skripsi, Yogyakarta. Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Burton, Graeme . 2007. Membincangkan Televisi, Yogyakarta: Jalasutra.

“Bab10_Penelitian Kualitatif_3.Pdf,” n.d.


Camelia, Lely. “Penerapan Pendidikan Seks Anak Usia Dini Menurut Perspektif
Islam.” 2017 Volume 1 No 1 (n.d.): 28.

Farhi, Miftahul .2020. Pesan Toleransi Antarumat Beragama ( Analisis Semiotika

Ferdinand De Saussure Dalam Novel Ayat-ayat Cinta 2 Dan Film Ayat-Ayat

Cinta 2). S3 thesis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Hall, Start. 2003. “The Work of Representation” Representation: Cultural

Representation and Signifying Practices. London: Sage Publication.


Hidayatulloh, Nur .2019. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pelecehan Seksual

Terhadap Perempuan. Skripsi. Semarang:UIN Walisongo

Husain, Lauditta Soraya. 2020. Kekerasan Seksual Pada Perempuan Dalam Perspektif

Al-Quran dan Hadis. Al Maqashidi.

Hermayanthi, Gita Batari. 2020. Representasi Kekerasan Pada Anak Dalam Film Miss

Baek (Analisis Representasi Stuart Hall). Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta.

Moeleong, Lexy J. 2019, Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nazir, Moh. 1988, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Santoso, Sanjay Deep Budi. 2019. Analisis Semiotika Tentang Representasi Pada Film

Jigsaw (Analisis Semiotika Model Charles Sanders Pierce). Skripsi. Surabaya:

UIN Sunan Ampel

Setyadi, Muhammad Arief. 2018. Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure Sebagai

Representasi Nilai Kemanusian Dalam Film The Call. Vol.5 No.1 Maret 2018.

Siregar, Ashadi. 2007 Jalan ke Media Film. Yogyakarta : Lembaga Penelitian Pendidikan

dan Penerbitan,

Triana Wulandari, Niken. 2019. Representasi Kekerasan di Lingkungan Sekolah dalam

Film Dilan 1990. Skripsi, Purwokerto, Institut Negeri Islam Purwokerto.

Trinatono, Teguh. 2013. Film Sebagai Media Belajar. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Qisti, Anisa. 2021. Representasi Korban Kekerasan Seksual Pada Pemberitaan Media

Online Suryakepri.com. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau.

Anda mungkin juga menyukai