Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEKERASAN BERBASIS GENDER DALAM FILM

PENYALIN CAHAYA
Nurul Aswita (210110201055), Intan Paramitha Putri (210110201080),
Adinda Ravilia Putri (210110201082)
nurulaswita10@gmail.com, ippintan@gmail.com, adindinda28@gmail.com

Abstrak
Film merupakan karya seni yang memanfaatkan audio dan juga visual. Film sering kali membawa sebuah
pembaharuan, maka tidak sedikit film yang dikaitkan dengan isu atau konflik yang sedang marak terjadi di
masyarakat, salah satunya adalah kekerasan seksual yang ternyata tidak hanya tejadi pada perempuan akan tetapi
terjadi juga terhadap laki-laki. Korban kekerasan rata-rata memilih diam karena tidak cukup banyak mendapatkan
dukungan dari orang-orang sekitar. Permasalahan tersebut menjadi fokus utama dalam menegakkan sebuah
keadilan. Film Penyalin Cahaya merupakan salah satu film yang mengangkat isu tersebut. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Artikel ini menggunakan teori Thomas
Santoso untuk menunjukkan kekerasan seksual berbasis gender yang ada dalam film Penyalin Cahaya.
Kata kunci : gender, film, kekerasan, Thomas Santoso, Penyalin Cahaya

Abstract
Film is a work of art that utilizes audio as well as visuals. Films often bring renewal, so not a few films are associated with
issues or conflicts that are currently happening in society, one of which is sexual violence which apparently does not only happen
to women but also happens to men. Victims of violence usually choose to remain silent because they do not get enough support
from the people around them. This problem is the main focus in upholding justice. The film Copying Light is one of the films
that raises this issue. The research method used in this study is a descriptive qualitative approach. This article uses Thomas
Santoso's theory to show gender-based sexual violence in the film Copying Light.
Keywords: gender, film, violence, Thomas Santoso, Penyalin Cahaya

Pendahuluan
Menurut Arsyad (2003:45), film adalah kumpulan beberapa gambar yang disusun
dalam satu bingkai, dan untuk setiap bingkai diproyeksikan secara mekanis melalui lensa
proyektor sehingga seolah-olah gambar itu hidup. di layar seolah-olah Film ini bergerak
secepat putaran, memberikan pesona yang unik. Berbeda dengan Baskin (2003:4) ia
berpendapat bahwa film ialah kasus lain adalah bentuk media komunikasi massa yang terdiri
dari berbagai unsur berbagai teknik dan seni. Dalam sebuah film terdapat suatu perpaduan
antara gambar dan audio sehingga membuat film mempunyai daya tarik tersendiri dalam
menarik peminatnya. Ketika menonton sebuah film, penonton seakan-akan dibuat masuk ke
dalam adegan yang ditampilkan dalam film tersebut. Tidak sedikit penonton yang sampai
meneteskan air mata jika film yang ditampilkan mengandung unsur kesedihan. Terdapat
beberapa genre dalam film seperti horor, romansa, aksi, komedi dan lain sebagainya.
Film tidak hanya menyuguhkan hiburan semata, film dapat digunakan sebagai
sarana untuk menyampaikan pesan moral. Film sering kali membawa sebuah pembaharuan,
maka tidak sedikit film yang dikaitkan dengan isu atau konflik yang sedang marak terjadi di
masyarakat. Sehingga, banyak khalayak yang marasa tertarik dan akhirnya menonton film
tersebut. Salah satu isu yang sedang marak di Indonesia yaitu kasus kekerasan yang terjadi di
lingkungan kampus, film Penyalin Cahaya hadir dengan mengangkat tema tersebut.
Film Penyalin Cahaya merupakan sebuah film yang rilis pada tahun 2021. Film ini
ditulis oleh Wregas Bhanuteja dan merupakan sebuah film yang berhasil mendapatkan
perhatian besar di kancah nasional dan internasional. Film yang dibintangi oleh Shenina
Cinnamon ini sukses mendapatkan 12 penghargaan pada Festival Film Tempo. Film ini
mengisahkan perjuangan panjang Shenina Cinnamon (Sur) dalam mendapatkan hak dan
keadilan. Sur merupakan mahasiswi berprestasi di salah satu Universitas Negeri, ia
merupakan mahasiswi yang terkendala biaya sehingga berkuliah dengan mengandalkan
beasiswa. Untuk tetap mempertahankan beasiswanya, Sur harus bisa menjaga nilai IPK-nya
agar tetap stabil. Selain berprestasi di bidang akademik, Sur juga berprestasi dalam hal
informatika, karena itu dirinya mengikuti salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) teater
di Universitasnya. Akan tetapi setelah dirinya menghadiri sebuah acara perayaan atas
keberhasilan pertunjukan teater, Sur mendapatkan banyak sekali masalah dalam hidupnya.
Mulai dari kegagalan dalam meraih beasiswa untuk melanjutkan kuliah selanjutnya, orang tua
yang marah besar, dan yang paling parah adalah ia merupakan korban kekerasan seksual.
Setelah melakukan banyak perjuangan, Sur akhirnya mendapatkan petunjuk tentang pelaku
yang melakukan semuanya terhadap Sur yaitu, Rama. Akan tetapi tidak mudah melawan
orang yang mempunyai kekuasaan, ditambah Sur tidak mendapatkan dukungan dari siapapun
termasuk orang tuanya sendiri.
Kasus kekerasan di lingkungan Universitas sudah marak terjadi, tidak sedikit korban
kekerasan ini. Korban pelecehan tidak hanya dari kalangan perempuan saja, ternyata banyak
laki-laki yang juga menjadi korban. Bentuk kekerasan tidak selalu berbentuk pemerkosaan,
penyebaran foto (tidak mengenakan pakaian, bagian tubuh yang manjadi aset) di sosial media
juga merupakan bentuk dari pelecehan seksual. Sudah banyak korban atas kasus tersebut,
akan tetapi kasus ini tidak banyak mendapatkan perhatian khusus bahkan seakan tenggelam
begitu saja. Tak sedikit juga korban yang memilih bungkam dibandingkan dengan korban
yang berani melapor. Sering kali laporan korban tidak ditindaklanjuti oleh pihak kampus,
sehingga korban memilih untuk diam.
Isu tentang kekerasan dipilih oleh peneliti karena saat ini banyak terjadi hal tersebut
namun tidak diusut tuntas oleh pihak yang berwenang. Pihak yang berwenang seakan
mengubur dalam-dalam kasus yang menimpa para korban kekerasan baik itu perempuan
maupun laki-laki. Film Penyalin Cahaya merupakan film yang mengangkat isu tersebut. Film
ini seakan membuka mata masyarakat tentang korban kekerasan yang tidak bisa speak up dan
kasus kekerasan yang sering kali tidak diusut secara tuntas.

Landasan Teori
Riant Nugroho (2008:9) Gender Inequalities (ketidakadilan gender) merupakan
sistem dan struktur dimana kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem
tersebut. Kekerasan Merupakan invasi atau serangan terhadap fisik maupun integritas mental
psikologis seseorang yang dilakukan terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan
sebagai akibat dari perbedaan gender, contohnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Menurut Thomas Santoso (2002:11) Istilah kekerasan digunakan untuk
menggambarkan perilaku baik yang terbuka (overt) atau tertutup (covert), baik bersifat
menyerang (offensive) atau bertahan (defensive) yang disertai penggunaan kekuatan kepada
orang lain. oleh karena itu ada empat jenis kekerasan yang dapat diidentifikasi: (1) kekerasan
terbuka, kekerasan yang dapat dilihat, seperti perkelahian; (2) kekerasan tertutup, kekerasan
tersembunyi atau tidak dilakukan langsung, seperti perilaku yang mengancam; (3) kekerasan
agresif, kekerasan yang dilakukan tidak untuk perlindungan tetapi untuk mendapatkan
sesuatu, seperti penjabalan; (4) kekerasan defensif, kekerasan yang dilakukan sebagai
tindakan perlindungan diri.

Tinjauan Pustaka
Creswell (2005:9) Tinjauan Pustaka adalah ringkasan yang tertulis mengenai suatu
jurnal, buku dan juga dokumen yang mendeskripsikan teori serta suatu informasi yang telah
dikelompokkan secara pustaka, yang sudah ada pada masa lalu maupun masa kini, ke dalam
topik dan dokumen yang dibutuhkan untuk proposal penelitian. Tinjauan pustaka dapat
diartikan sebagai salah satu langkah dalam penelitian yang kegiatannya berupa mengkaji
penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan,
dengan menganalisis suatu bentuk kegiatan untuk mengumpulkan dan meninjau data
penelitian sebelumnya dalam bentuk artikel yang diterbitkan atau didokumentasikan. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi plagiarisme dan menemukan perbedaan dari penelitian
sebelumnya. Dalam peneilitian ini menggunakan dua sumber jurnal yang sudah peneliti-
peneliti lain gunakan dari segi teori dan film.
Jurnal berjudul yang pertama berjudul “Analisis Semiotika Roland Barthes dalam
Film Bintang Ketjil karya Wim Umboh dan Misbach Yusa Bira” oleh Panji Wibisono dan
Yunita Sari. Penelitian ini dilakukan tahun 2021 dengan menggunakan metode deskripsi
kualitatif dan yang menjadi objek penelitian adalah scene yang menunjukkan nilai-nilai
selama durasi scene tersebut berlangsung. Selain mengkasi semiotika melalui teori Roland
Barthes, jurnal ini juga mengkaji melalui film sebagai media komunikasi massa dalam film
Bintang Ketjil ini. penelitian ini menghasilkan dua sub tema, yang pertama adalah konsep
cerita dan dua unsur strukturalis yaitu penokohan dan tema. Lalu analisis menggunakan
semiotika Roland Barthes yang menghasilkan makna-makna yang ada pada cerita, terdapat 7
scene yang diambil untuk dianalisis denotasi, konotasi, dan mitosnya.
Jurnal selanjutnya berjudul “Analisis Semiotika Kekerasan dalam Film Dilan 1990”
jurnal ini disusun oleh Haryati tahun 2020 dengan menganalisis tentang semiotika
menggunakan teori Roland barthes dan juga kekerasan yang menggunakan teori Thomas
Santoso. Metode yang dipakai adalah kualitatif deskriptif yang berupa pemutaran film dan
peneliti terlibat langsung dalam penelitian untuk menganalisis isi dari film tersebut. Teknik
pengumpulan data pada jurnal ini dengan langsung menyaksikan film Dilan 1990 untuk
melakukan analisis terhadap representasi kekerasan yang terdapat dalam film tersebut yang
dikuatkan dengan dokumentasi tentang film Dilan 1990. Hasil dari pembahasan berupa
kekerasan dalam bentuk verbal dan kekerasan dalam bentuk non verbal serta makna denotasi,
konotasi, dan makna mitosnya
Perbedaan penilitian ini dengan dua jurnal sebelumnya adalah objek kajiannya dan
teori yang digunakan, penelitian sebelumnya menggunakan film Bintang Ketjil dan Dilan
1990 yang menggunakan teori semiotika roland barthes dan Thomas Santoso. Menghasilkan
tentang nilai-nilai, tanda-tanda yang memiliki makna tertentu yang terkandung dalam film.
Kedua film tersebut dianalisis untuk mengetahui unsur kekerasan pada film, unsur
strukturalis, dan makna-makna yang terkandung dalam film, sedangkan pada penelitian kali
ini hanya menggunakan teori Thomas untuk mendapatkan hasil penelitian berupa bermacam-
macam kekerasan yang ada pada film Penyalin Cahaya.
Penelitian kedua yang digunakan sebagai tinjauan pustaka berjudul “Kekerasan
Terhadap Perempuan dalam Film Indonesia (Analisis Isi Kuantitatif dalam Film Indonesia
dengan Latar 1998-2021)”, penelitian ini dilakukan oleh Arselly Dwi Cahyani & Monika
Pretty Aprilia tahun 2022. Penelitian ini membahas tentang beberapa film yang di dalamnya
terdapat unsur kekerasan terhadap perempuan. Metode yang digunakan adalah kuantitatif,
tujuannya untuk mengetahui gambar karakteristik dari beberapa film yang dianalisis dan
menarik inferensinya. Jurnal ini mengkaji beberapa film yang salah satunya adalah film
penyalin cahaya, penelitian ini mendapatkan hasil berupa analisis mengenai problem focused
coping, emotion focused coping. Di dalamnya membahas tentang persentase munculnya
kekerasan pada film, seperti pada film Penyalin Cahaya yang memilliki distribusi frekuensi
sebesar 100% pada kekerasan seksual.
Perbedaan jurnal tersebut dengan penelitian ini adalah metode yang digunakan dan
fokus kajian yanag dilakukan. Metode yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah
kuantitaitf deskriptif sedangkan penelitian kali ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif. Penelitian kali ini juga hanya berfokus pada film Penyalin Cahaya yang dianalisis
untuk menemukan makna konotasi dan denotasi, serta kekerasa berbasis gender yang ada di
dalamnya.

Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2018:482) analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu
analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu
atau menjadi hipotesis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, untuk
memperoleh hasil yang lebih rinci. Objek kajian dari penelitian ini adalah film Penyalin
Cahaya, yang berfokus pada kekerasan berbasis gender.
Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah studi literatur,
dimana peneliti membaca, mencari serta memahami konsep-konsep pada film yang berkaitan
dengan kekerasan seksual. Lalu, peneliti menganalisis adegan-adegan pada film Penyalin
Cahaya untuk menemukan macam-macma kekeran. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan melihat filmnya dan memperhatikan cerita secara kritis dan
menandai scene yang dapat menguatkan data penelitian. Setelah semua data diperoleh, data
tersebut digolongkan sesuai dengan pembahasan yang dikaji. Pada hasil pembahasan,
menghasilkan kekerasan-kekerasan yang terjadi dalam film Penyalin Cahaya.

Hasil dan Pembahasan


• Kekerasan secara langsung

(Gambar. 00:24:58)
Berdasarkan tangkapan layar di atas, menunjukkan Sur yang disentil oleh ayahnya di bibir
karena Sur pulang tengah malam dengan keadaan mabuk. Tangkapan layar tersebut
menunjukkan kekerasan secara langsung karena bersinggungan secara langsung dengan fisik.

• Kekeraan secara tidak langsung

(Gambar. 01:33:13)
Berdasarkan tangkapan layar di atas, menunjukkan pengacara Rama yang mengancam Sur
yang tidak ingin menyelesaikan masalahnya dengan Rama secara kekeluargaan. Sur yang
marah tidak ingin berdamai dengan cara yang baik, Sur ingin tetap mengusut kasus kekerasan
yang dilakukan Rama. Pengacara Rama mengancam akan memasukkan Sur ke dalam
penjara. Tangkapan layar tersebut menunjukkan kekerasan secara tidak langsung dengan
ancaman pelaku kepada korban.

(Gambar. 01:05:30)
Berdasarkan tangkapan layar di atas menunjukkan Sur yang sedang diancam oleh Rama,
ayah, dan teman-temannya. Sur diminta membuat video permintaan maaf yang kemudian
disiarkan secara langsung di media sosial. Pihak yang mengancam Sur melakukan kekerasan
secara tidak langsung. Tangkapan layar tersebut menunjukkan kekerasan secara tidak
langsung karena mengancam korban dengan meminta korban membuat video permintaan
maaf pada pelaku.
• Kekerasan agesif

(Gambar. 01:56:08)
Berdasarkan tangkapan layar di atas, menunjukkan Rama yang merebut secara paksa bukti
yang didapatkan oleh Sur dan teman-temannya. Rama yang menggunakan taktik fogging
demam berdarah, menyemprotkan asap fogging untuk mengaburkan pandangan orang. Rama
mengambil hp Sur yang berisi bukti kejahatan Rama. Tangkapan layar tersebut menunjukkan
kekerasan agresif karena merampas barang bukti yang dimiliki korban.

(Gambar. 01:51:58)
Berdasarkan tangkapan layar di atas, menunjukkan Tariq yang sedang ditelanjangi saat tidur
dan difoto oleh Rama. Hal tersebut menunjukkan kekerasan yang dilakukan oleh Rama
kepada Tariq untuk mendapatkan tanda di tubuh Tariq sebagai inspirasi dari instalasinya.
Kekerasan yang dilakukan seperti perampok apa yang dimiliki oleh korban. Tangkapan layar
tersebut menunjukkan kekerasan agresif karena merampas milik orang lain atau korban.
(Gambar. 01:05:30)
Berdasarkan tangkapan layar di atas, menunjukkan ayah Sur dan teman-temannya yang
meminta Sur untuk meminta maaf kepada Rama atas tuduhan yang dilakukannya. Sur
diminta untuk meminta maaf yang kemudian divideo oleh ayahnya dan dilihat teman-
temannya. Tangkapan layar masuk dalam kekerasan yang dilakukan untuk mendapatkan
sesuatu dari korban dan merampas haknya untuk bicara serta berpendapat.

• Kekerasan difensif

(Gambar. 01:33:34)
Berdasarkan tangkapan layar di atas, menunjukkan Rama yang mengelak saat ditanya apakah
dirinya bersangkutan dengan kasus Sur. Rama keluar rumah untuk mengikuti Sur yang
tengah pingsan untuk melakuan aksinya yaitu memotret tubuh Sur. Rama mengatakan bahwa
dia memotret bintang. Tangkapan layar tersebut menunjukkan kekerasan difensif karena
pelaku membela diri atas kekerasan yang dilakukannya.
(Gambar. 01:24:49)
Berdasarkan tangkapan layar di atas, menunjukkan Amin yang membela dirinya saat
ketahuan oleh Sur telah melakukan kejahatan. Amin bekerja sama dengan Rama untuk
mengumpulkan data orang-orang yang akan Rama jadikan bahan inspirasi instalasinya. Amin
melakukan pembelaan terhadap dirinya di depan Sur. Tangkapan layar tersebut menunjukkan
kejahatan defensif karena pelaku melakukan pembelaan terhadap kejahatan yang diperbuat.
Kesimpulan
Kekerasan seksual berbasis gender sudah sangat nyata adanya, pelaku bahkan tidak
lagi memandang perempuan atau laki-laki, contohnya pada film Penyalin Cahaya. Kekerasan
seksual tidak hanya menimpa perempuan tetapi juga menimpa laki-laki, bahkan kekerasan
tersebut tidak hanya berupa kekerasa fisik, melainkan kekerasan secara tidak langsung,
kekerasa sebagai upaya untuk mengancam, dan kekerasan sebagai upaya untuk pertahanan
diri. Film Penyalin Cahaya memiliki tokoh perempuan yang bernama Sur yang mengalami
kekerasan secara langsung, terjadi saat adegan ayah Sur yang menyentil mulut Sur.
Kekerasan secara tidak langsung yang dialami oleh Sur terjadi saat adegan Sur dengan
pengacara Rama, di mana pengacara Rama mengancam akan membawa kasus pencemaran
nama baik ke jalur hukum. Kekerasan agresif yang dialami Sur terjadi ketika bukti-bukti yang
dikumpulkan dan didapatkan Sur dirampas oleh Rama. Kekerasan yang dilakukan sebagai
upaya untuk pertahanan diri dialami oleh Sur juga ketika Rama mengambil semua bukti dari
Sur dan teman-temannya. Dan kekerasan ini tidak hanya dialami oleh Sur sebagai
perempuan, tetapi juga dialami oleh temannya yang bernama Tariq yang seorang laki-laki.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk memahami fenomena
yang terjadi oleh subjek penelitian. Teori yang digunakan untuk menganalisis film ini
menggunakan teori Thomas Santoso. Subjek penelitian ini adalah Film Penyalin Cahaya
seperti yang sudah dijelaskan di atas. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
dengan mengamati kekerasan dalam film, dan kemudian mendokumentasikannya dengan
tangkapan layar pada adegan yang menunjukkan kekerasan menurut teori Thomas Santoso.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Arselly Dwi Cahyani dan Monika Pretty. 2022. Kekerasan Terhadap Perempuan
dalam Film Indonesia (Analisis Isi Kuantitatif dalam Film Indonesia dengan Latar
1998-2021)”. Jurnal Mahasiswa Komunikasi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi dan
Sosial, Universitas AMIKOM Yogyakarta.
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Baskin. 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung: Katarsis.
Creswell. J. W. 2005. Educational Research. Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Reserach. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall.
Haryati. 2020. Analisis Semiotika Kekerasan dalam Film Dilan 1990. Jurnal Riset
Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi. Riau: Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Nugroho, Riant. 2008. Gender dan Strategi Pengarus Utamaannya di Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Santoso, Thomas. 2002. Teori-teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sari, Panji Wibisono dan Yura. 2020. Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Film Bintang
Ketjil Karya Wim Umboh dan Mibach Yusa Bira. Jurnal Dinamika Ilmu Komunikasi.
Jakarta: Universitas Prof. Dr. Moestopo.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai