Anda di halaman 1dari 5

c-iJ

HNJAUAN BUKU

TINJAUAN BUKU
Celia Deane-Drummond, 2001. Teologi dan Ekologi: Buku Pegangan,
diterjemahkan oleh Robert P. Borrong. Jakarta: Gunung Mulia, xvi + 191 him.
Rp. 15.600,Bencana kelaparan melanda warga pedalaman Kalimantan Tengah. Kemarau
panjang tidak saja membuat panen gagal, tetapi juga menyebabkan sungai-sungai
surut, Pasokan makanan dari luar tidak menjangkau daerah bencana, lantaran sungai
sebagai satu-. satunya media transportasi tak lagi bersedia dilalui. Sementara itu,
kebakaran hutan terus berlangsung. Asapnya meracuni ribuan pen-duduk setempat, dan
bahkan sempat mencemari udara negeri tetang-ga. Penebangan hutan semakin
menjadi-jadi. Satu per satu satvva-satvva menjadi langka dan sebentar lagi punah. Kita
sedang menabur bencana, mulai menuai derita. Dan diam-diam sekelompok orang
yang memang meraih unhang atas semua ini masih berharap bahwa bencana dan derita
orang kebanyakan tidak mengganggu stabilitas kerajaan bisiiis dan kekuasaan mereka.
Apa yang semestinya kita perbuat?
Di tengah krisis ekologis yang semakin menjadi-jadi seperti sekarang ini,
pertanyaan itu menjadi penting dan mendesak untuk diajukan kepada siapa dan apa
saja, juga kepada agama-agama. Dan pertanyaan itulah yang diajukan dan coba
dijawab oleh Celia Deane-Drummond dalam A Handbook in Theology and Ecology,
Dengan keyakinan dasar bahwa semua tradisi Kristen memiliki potensi untuk
menemukan dan mengungkapkan perhatian pada lingkungan, Celia DeaneDrummond mengajukan sebuah pertanyaan pokok, "bagaima-na teologi Kristen dapat
diikutsertakan dalam pehgkajian ekologis" (xiii).
Karena dimaksudkan sebagai buku pegangan, buku ini tidak berambisi
menjawab pertanyaan itu secara tuntas dan mendetail sehingga tidak dapat diaplikasi
secara instant. Deane-Drummond .hanya "memberikan perancah dan rancang bangun
saja, sehingga teologi ekologis dapat muncul dalam konteks Anda yang khusus".

Tampaknya, buku ini memang tidak saja membuka peluang bagi penafsiran dan
komentar pembaca, tetapi juga merangsang lahimya rcfleksi teologi ekologis dalam
komunitas-komunitas (berbasis) kristiani. Corak itu tampak dalam keseluruhan
bahasan Celia Deane-Drummond. Pada titik tertentu ia menyelipkan pertanyaan
diskusi dan tugas-tugas yang membavva pembaca menukik ke dalam reaiitas mereka
sendiri. Selingan itu tidak saja berupa pertanyaan refleksif yang mendorong
kristalisasi pendapat atau penentuan sikap, tetapi juga mendorong aksi nyata. kihatlah
contohnya pada tema perubahan lingkungan. Di sana pembaca mendapat instruksi,
"Menurut Anda, peran apa yang seharusnya gereja ambil dalam menghadapi
masalah-masalah lingkungan?" Lalu..."Cobalali menulis contoh sural kepada
pemimpin Gereja Anda atau pejabat gereja berisi argumen tentang perlunya
keterlibatan yang lebih besar dalam aksi yang menyangkut lingkungan hidup"(15).
Orientasi pada tindakan nyata itu juga terungkap dalam bab lampiran (him. 180-187)
yang berisi hal-hal konkret-praktis yang dapat kita lakukan dalam kehidupan seharihari di rumah, di perjalanan, di tempat kerja, ketika berbelanja, ketika rekreasi, dan
dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Pada pokoknya buku ini berupaya merintis lahirnya teologi ekologis. Dan
seperti lazimnya setiap teologi baru - semisal teologi pem-bebasan atau teologi
feminis - teologi ekologis merupakan hasil dekonstruksi dan rekonstruksi atas teologi
tradisional. Di sini teologi tidak hanya ditafsirkan kembali, tetapi juga dikembangkan
demi membuat Kabar Baik menjadi relevan dalam konteks dan kondisi zaman kita.
Dalam karya Deane-Drummond, proses dekonstruksi dan rekonstruksi itu merambah
aspek refleksi teologis: tafsir alkitabiah, spiritualitas, etika, liturgi, hubungan teologi
dan ilmu pengetahuan, teologi dan politik. Dengan titik perhatian pada ekologi
sebagai simpul utama, buku ini merintis teologi baru dalam konteks budaya lrijau.
Celia Deane-Drummond mengawali paparannya dengan bahasan isu-isu praktis
tentang kepedulian pada lingkungan. Bagian ini memberikan gambaran tentang krisis
ekologis yang melanda bumi

86

87

KORUM BIBLIKANo. 14
kita, dan dengan itu rnenunjukkan urgensi lahirnya teologi ekologis.
Kemudian ia menutupnya dengan bahasan pokok-pokok utamn
teologi ekologis.
Dalam bab-bab selanjutnya, Drummond berupaya merintis dan mengajak
pembacanya mengembangkan bidang-bidang refleksi teolo-gis yang bersentuhan

TINMUAN BUKU
dengan isu-isu hijau. Setiap bab membahas disiplin yang berbeda-beda seperti tafsir
alkitabiah (bab 2), spirituali-tas (bab 3), etika (bab 5), liturgi (bab 6), iman dan sains
(bab 7), serta ekologi dan politik (bab 8). Ia juga memakai bantuan teologi-teologi
kontemporer dengan mengeksplisitkan aspek ekologisnya seperti teologi feminis,
teologi pembebasan, dan teologi politik (utamanya bab 4 dan bab 8).

Dari jelajah lintas disiplin itulah, pada bab terakhir ia menarik simpul-simpul
yang dapat menjadi petunjuk bagi masa depan teologi ekologis. Di sini kita dapat
menemukan pembahasan mengenai tema-tema teologi ekologis, seperti pembangunan
yang berkelanjutan, tempat manusia dalam ciptaan, ekologi dan kebebasan individu,
dan spiritualitas ekologis.
Extra mundum nulla sal us: Di luar bumi, t i d a k ada keselamatan. Alam dan
dunia hidup sehari-hari adalah wilayah karya keselamatan Allah. Bagi orang Kristen
(juga setiap orang beragam'a), pentinglah selalu bertanya dan mencari jawaban atas
signifikasi atau makna soteriologis setiap peristiwa dalam kehidupan dunia. Dengan
demi-kian, teologi tidak dapat tidak terlibat dalam persoalan non-teologis. Ia mesti
selalu bersinggungan dengan wilayalvwilayah kehidupan lainnya. Demikian pula
halnya dengan persoalan lingkungan hidup. Teologi kiranya dapat menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi cara hidup dan penataan dunia yang lebih peduli
kehidupan, peduli alam ciptaan.
Di negeri kita persoalan ekologis menjadi tantangan besar. Ting-kat polusi di
kota-kota besar dan di kawasan industri amat tinggi. Perusakan hutan dan perburuan
satwa hampir tak terkendalr. Penge-rukan kekayaan alam terjadi secara besar-besaran,
tanpa perhitungan. Sebagai akibat dari pembangunan yang tidak adil merata, terjadi

penumpukan kekayaan pada segelintir orang dan kemiskinan pada orang kebanyakan.
Singkatnya, krisis ekologis yang melanda negeri kita amat memprihatinkan. Namun,
masih ada yang lebih mencemas-kan daripada itu: perilaku eksploitatif, konsumtif,
dan materialistis makin menjadi bagian dari budaya kita. Dalam perspektif teologi
ekologis, semua persoalan i t u adalah juga tantangan bagi teologi, bahkan tantangan
utama. Kepedulian pada keselamatan adalah juga rnenyangkut penyelesaian
persoalan-persoalan itu. Allah Pencipta yang kita kenal dalam Yesus Kristus adalah
Allah yang peduli kehidupan. Maka kepedulian pada kehidupan merupakan bagian
konsti-tutif dari panggilan kita.
Menurut hemat saya karya Deane-Drummond ini. telah merintis teologi dan
penghayatan iman yang peduli kehidupan seperti itu. Dengan bantuan buku ini kita
dapat merintis teologi ekologis dalam konteks kita sendiri. Buku ini tidak saja dapat
dibaca sebagai bahan refleksi pribadi atau perangsang diskusi kelompok, tetapi juga
merupakan sebuah buku panduan bagi pendidikair teologi ataupun pela-yanan jemaat.
Lebih dari itu, - karena memuat tinjauan dari banyak teologi/ajaran kristiani - buku ini
menolong orang Kristen dari kelompok yang berbeda-beda untuk membagi tanggung
jawab ekologis dari iman mereka. Tidak hanya itu, - vvalaupun ditulis dalam perspektif kristiani - buku ini memberikan informasi bagi agama lain, sehingga
memungkinkan dialog dan kerja sama lintas-iman. Karena persoalan ekologis
merupakan masalah universal, teologi ekologis yang dirintis oleh buku ini dapat
menjadi wilayah perjumpaan agama-agama dalam upaya mereka bersama
mewujudkan keselamatan di muka bumi ini. Buku ini pantas dan perlu dibaca.
Cyprianus Jehart Paju Dale

88

89

RUANO ISTILAH

1 RLIANG ISTILAH \
KARUNIA-KARUNIA ROH:
Kata "karunia-karunia" diterjemahkan dari bahasa Yunani charismata,
yaitu kata benda abstrak, jamak, yang bentuk tunggalnya ada-lah charisma.
Kata itu berkaitan dengan chads, yang artinya "rahmat" atau "kemurahan
hati". Jadi charisma adalah bentuknyata dari "rahmat" atau "kemurahan hati"
yang diungkapkan melalui perbuatan dan ucapan. Kata lain yang biasanya
diterjemahkan sebagai "karunia-karunia Roh" ialah pneumatikos (\ Kor. 14:1),
yang berakar pada kata pneuma, yang secara harfiah dapat berarti "angin",
"nafas", "roh" atau bahkan "hantu" (Luk. 24:37). Walaupun kedua kata Yunani
ter-sebut (charisma dan pneumatikos) sama-sama menunjuk kepada "karuniakarunia Roh", namun masing-masing ada perbedaan penekan-annya. Kata
charismata menekankan bahwa pemberiait-pemberian itu diberikan oleh Allah
karena kebaikan-Nya, sedangkan pneumatikos menekankan bahwa pemberian
itu bersifat rohani dan sumbernya adalah Roh Allah.
"Karunia-karunia Roh" adalah pemberian Allah yang luar biasa kepada
orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Gunanya adalah "untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi
pembangunan tubuh Kristus" (Ef. 4:12). jadi, karunia itu diberikan kepada
seseorang, bukan untuk kebanggaan pribadi tetapi untuk kepentingan
bersama.
Kata charismata (bentuk jamak), dalam Perjanjian Baru hanya terdapat
dalam surat-surat Rasul Paulus. Bentuk tunggalnya, charisma, terdapat juga
dalam'l Petrus 4:10. Di bawah ini dapat dilihat daftar "karunia-karunia Roh"
yang terdapat di empat tempat dalam surat-surat Rasul Paulus.

90

I
Rm. 12:6-8
1.

Bernubuat

2.

Melayani

3.

II
1 Kor. 12:8-10

III
I Kor. 12:28

IV
1 Kor. 12:29-30

Rasul

Rasul

Nabi

Nabi

Mengajar

Berkata-kata
dengan hikmat
Berkata-kata
dengan
pengetahuan
Iman

Pengajar

Pengajar

4.

Menasihati

Menyembuhkan

5.

Meinbagibagikan
sesuatu

Mengadakan
mujizat

Mengadakan
mujizat
Meny embu h ka n

Mengadakan
mujizat
Meny em bu hkan

6.

IVlemberi
pimpinan

Bernubuat

Melayani

7.

Membcri
kemurahan

Membedakan
bermacammacam roh
Berkata-kata
dengan bahasa roh

Memimpin

Berkata-kata
dalam bahasa
roh
Menafsirkan
bahasa roh

8.

9.

Berkata-kata
dalam bahasa
roh

Menafsirkan
bahasa roh

Dari daftar di atas terlihat bahwa tidak ada dua daftar yang persis sama,
bahkan antara daftar dalam kolom III dan IV yang ayat-ayatnya bei-urutan
pun ada bedanya. Dalam kolom I, "bernubuat" ditempatkan pada urutan yang
paling atas, sedangkan dalam kolom II, karunia yang sama ditempatkan pada
urutan yang keenam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sesuai dengan
cara Rasul Paulus mendaftarkan "karunia-karunia" itu, dia menganggap
bahwa tidak ada karunia yang lebih utama atau lebih penting dari yang lain,
kecuali, seperti yang clikatakannya dalam 1 Korintus 13:13, "Demi-

91

FORUM BIBLIKA No. 14

RUANCi ISTILAH

kianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling
besar di antaranya i'alah kasih."
Selanjutnya, para a hi i berpendapat bahwa daftar tersebut bukan-lah suatu
daftar yang tertutup. Maksudnya, "karunia-karunia Roll" yang diberikan Allah
kepada orang-orang percaya, tidaklab terbatas pada hal-hal yang terdapat dalam
keempat daftar itu saja. Allah begitu kaya sehingga Dia dapat memberikan berbagai
karunia kepada umat-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.
Semua "karunia-karunia" tersebut dapat digolongkan ke dalam dua kelompok
besar, yaitu:
(a) Karunia yang acta kaitannya dengan berbicara
Yang termasuk dalam golongan ini ialah "bernubuat". Tu-gas seorang nabi
dalam PB ialah untuk menyampaikan pesan Allah kepada Gereja dalam
situasi yang mereka ha-dapi. Pesan Allah tersebut - yang disampaikan
dalam kata-kata - berguna untuk membangun, menasihati, dan menghibur (1 Kor. 14:3).
Sejalan dengan karunia untuk "bernubuat", maka ada juga karunia untuk
"membeda-bedakan bermacam-macam roh" yang dalam BIS
diterjemahkan sebagai "kesanggupan untuk membeda-bedakan mana
karunia yang dari Roh Allah dan mana yang bukan" (1 Kor.12:10).
Karunia sebagai rasul, juga dapat digolongkan ke dalam karunia yang
berkaitan dengan berbicara, karena tugas seorang rasul ialah
memberitakan Injil kepada semua orang. (Gal.2:7-8).
Seorang "pengajar" menjalankan pelayanannya dengan berbicara, namun
tidak mengungkapkan hal-hal yang baru dari Allah, seperti yang
dilakukan seorang nabi. Seorang "pengajar" mempergunakan karunia
"mengajar" untuk mendidik orang-orang Kristen menerapkan ajaranajaran Kristen yang sudah ada dalam kehidupan sehari-hari. T'entang
"Berkata-kata dengan bahasa roh" dan "menafsir-kan bahasa roh" (1 Kor.
12:10, 30), perlu juga memperhatikan
92
.. .....: .. . .

apa yang dikatakan dalam Efesus 4:1 ] dan I Petrus 4:10-11. Di kedua tempat
tersebut, karunia berbicara yang didaftarkan hanyalah hal-hal konkrit dan yang
dapat dimengerti, Dan karena tujuan utama dari setiap karunia adalah untuk
membangun jemaat untuk kepentingan bersama (1 Kor. 12:7; 14:12), maka
Rasul Paulus berkata, "Saya lebih suka rnemakai lima perkataan yang dapat
dimengerti orang daripada rnemakai beribu-ribu perkataan dalam bahasa yang
ajaib [roh]" (I Kor. 14:19), kecuali kalau bahasa roh itu ditafsirkan (1 Kor.
14:5). (b) Karunia Melayani
Yang termasuk d a l a m golongan ini ialah semua karunia yang bermanfaat
dalam menolong orang lain: penyembuhan (1 Kor. 12:9), mengadakan
mukjizat, karunia untuk menolong orang lain (1 Kor. 12:28), misalnya:
menolong orang-orang yang sakit dan kekurangan, membagi-bagikan
sesua-tu untuk keperluan orang lain (Rm. 12:7, 8), memberikan nasihat
atau bimbingan kepada orang lain, sebagai pemim-pin (Rm. 12:8).
"Karunia-karunia Roh" adalah pemberian Allah kepada orang-orang percaya,
yang berguna untuk membangun jemaat. Karunia itu beraneka ragam, sehingga
"karunia Roh" yang diterima oleb sese-orang tidak sama dengan "karunia Roh" yang
diterima orang lain. Berbeda dengan itu, "buah Roh" (bentuk tunggal dalam bahasa
Yuna-ni: karpos toil pneumatos) yang dihasilkan oleh orang percaya sebagai akibat
dari pimpinan Roh Allah, haruslah dimiliki oleh setiap orang tanpa pilih bulu. Sifat
atau sikap hidup yang merata tersebut, sesuai dengan Galatia 5:22-23, adalah: saling
mengasihi, gembira, mempu-nyai ketenangan hati, sabar dan berbudi, baik terhadap
orang lain, setia, rendah hati, dan selalu sanggup menguasai diri.
M.K. Sembiring

93

FORUM BIBLIKA No. 14

SEPUTAR BIBLIKA
LOKAKARYA REVTST PERJANJI AN LAMA TERJEMAHAN BARU
INDONESIA DAN DEUTEROKANONIKA berlangsung di Wisma PGI,
Jakarta, 7-8 Januari 2002. Alkitab Terjemahan Baru Indonesia yang terbit
pada tahun 1974 dinilai sudali harus menjalani revisi. Revisi untuk Perjanjian
Baru sudah dilakukan dan telah diterbitkan pada 1997. Sebetulnya, tim revisi
untuk Perjanjian Lama sudah terbentuk pada Juli 2000 dan sudah
menyelesaikan beberapa kitab. Namun, beberapa waktu lain, dua anggota tim
meninggal dunia (Prof. Dr. A. A. Sitompul dan Pdt. Elias P. Pohan, M.Th.)
dan ada juga yang mengundurkan diri karena alasan kesehatan atau
kesibukan. Itulah sebabnya lokakarya ini diselenggarakan dengan maksud
me-nambah anggota tim revisi yang sudah ada. Tampil sebagai narasum-ber
adalah Dr. Daud H. Soesilo dari United Bible Societies. Sifat interkonfesional
pekerjaan ini tercermin dalam keragaman gereja para pesertanya. Lokakarya
ini dilakukan bersamaan dengan pemben-tukan tim revisi Deuterokanonika
yang meiib'atkan Lembaga Biblika Indonesia dan Lembaga Alkitab Indonesia
dalam suatu kerja sama.

UNITED BIBLE SOCIETIES (UBS) BEKERJA SAMA DENGAN


TRINITY THEOLOGICAL COLLEGE (TTC) DI SINGAPURA sejak
pertengahan tahun 1999 menyelenggarak'an program strata 2 (M.Th.) di
bidang penerjemahan Alkitab. Pada 12 Mei 2001 lalu mereka menghasilkan
"panen" perdana atas program tersebut. Di antara para vvisudawan terdapat
tiga orang pembina penerjemahan LAI dan juga menjadi staf redaksi jurnal
Forum Biblika. Ketiganya adalah Kareasi H. Tambur, Andreas Llauw, dan
Semuel O. Aitonam.

94

PENULIS NOMOR INI


ROBERT SETIO, dosen Perjanjian Lama dan Llermeneutika di Universitas
Kristen Duta Wacana (UKDW), Yogyakarta. Menyelesaikan studi teologi di
Fakultas Teologi (JKDVV (S.Th.) dan di Glasgow University (Ph.D).
S'URIP STANISLAUS, dosen Kitab Suci di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi
St. Yohanes, Pematangsiantar, Sumatera Utara. Menyelesaikan study FilsafatTeologi di STFT St. Yohanes Pematangsiantar. Study lanjut di bidang Alkitab
di Roma (Tnslilt.it Biblicum dan Universitas Gregoriana) dan di Yerusalem
(Studium Biblicum Francis-canum).
JEHEZKIEL ALEXANDER TELNON1, Dekan dan dosen Perjanjian lama di
Fakultas Teologi Universitas Kristen Arta Wacana, Kupang. Menyelesaikan
pendidikan Teologi di Akademi Theologia Kupang (1976), di Sekolah Tinggi
Theologia Jakarta (S.Th./ 1980, M.Th. bidang PL/1986, dan D.Th./l998).
PAULUS TONI TANTIONO, dosen Tafsir Kitab Suci di Sekolah Tinggi
Filsafat Teologi St. Yohanes, Pematangsiantar, Sumatera I Itara. Lisensiat
untuk eksegese Kitab Suci di Institut Biblicum-Roma (dan Hebrew
University, Yerusalem), tamat 1997.
MARTIN HARUN, OFM. Guru Besar Tafsir Alkitab dan Teologi di Sekolah
Tinggi Filsafat Driyarkara, Unika Atmajaya, Jakarta dan Unika Parahyangan,
Bandung. Belajar Filsafat dan Teologi di Philoso-phicum & Theologicum,
Venray/Alverna (1959-1965), di Fakultas Teologi Universitas Katolik
Nijmegen, Belanda (Drs.Theol./1969), dan di Studium Biblicum
Fransiscanum, Yerusalem (Dr. Theol./1971).

95

Anda mungkin juga menyukai