Anda di halaman 1dari 31

REPRESENTASI EKSPLOITASI ANAK DALAM FILM “UNTUK

ANGELINE”
SEMINAR PROPOSAL

Disusun Oleh:

Zaindy Febriant Eka Surya

NRP. 1423019005

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

SURABAYA

2023
HALAMAN PERSETUJUAN

SEMINAR PROPOSAL

REPRESENTASI EKSPLOITASI ANAK DALAM FILM “UNTUK


ANGELINE”

Oleh:

Zaindy Febriant Eka Surya

NRP. 1423019005

Penulisan Proposal Komunikasi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing penulisan
proposal komunikasi untuk diajukan ke tim penguji penulisan proposal komunikasi.

Pembimbing I : Akhsaniyah, S.Sos., M.Med.Kom

NIDN. 0715108903

Pembimbing II : Christopher Chandra, S.Des., M.Des

NIDN. 0713099401

Surabaya, ...... April 2023


DAFTAR ISI

Bab 1 PENDAHULUAN…………………………………………. 1

 I.1 Latar belakang …………………………………………. 1


 I.2 Film Pembanding……………..……………………….... 7
 I.3 Rumusan Masalah…………………….………………… 8
 I.4 Tujuan Penelitian………………………………………... 8

Bab 2 PERSPEKTIF TEORITIS.……………………………….. 10

 II.1 Penelitian Terdahulu…………………………………… 10


 II.2 Kerangka Teori………………………………………… 17
 II.2.1 Representasi dalam Media Massa……………………..17
 II.2.2 Film dan Konstruksi Realitas………………………….17
 II.2.3 Eksploitasi Anak dalam Film………………………….18
 II.2.4 Semiotika Charles Sanders Pierce……………………..18
 II.3 Bagan Kerangka Konseptual…………………………….19

Bab 3 METODE PENELITIAN……………………………………22


 III.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian………………………...22
 III.2 Metode…………………………………………………. 22
 III.3 Subjek Penelitian………………………………………. 23
 III.4 Unit Analisis…………………………………………… 23
 III.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………….. 23
 III.6 Teknik Analisis Data……………………………………23

Daftar pustaka………………………………………………………25
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan ilmu sosial yang bersifat multidipliner. Ilmu adalah

pengetahuan tentang sesuatu hal, baik yang menyangkut alam (natural) atau sosial

(kehidupan bermasyarakat) dan diperoleh manusia melalui proses berpikir. (Moerdijati,

2016, pp. 1–3). Jadi dapat didefinisikan bahwa Ilmu Komunikasi ada sesuatu ilmu sosial

yang mempelajari bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain maupun antar

kelompok.

Eksploitasi anak merupakan bentuk penyelewengan hak dari anak-anak, yang

setiap tahunnya selalu terjadi di seluruh dunia. Diketahui, ada banyak jenis eksploitasi

anak yang bisa terjadi tanpa disadari. Eksploitasi juga terjadi ketika anak-anak bekerja

dalam kondisi berbahaya atau tidak sehat. Seperti halnya di negara-negara lainnya,

Indonesia juga menyimpan banyak problematika. Pertumbuhan ekonomi dan

infrastruktur begitu cepat memaksa kaum marginal ikut terdesak termasuk anak jalanan.

Seperti yang terjadi di titik-titik seperti pusat keramaian kota tempat hiburan, seperti

tepian, pasar-pasar, tepian, taman-taman, bahkan persimpang lampu lalu lintas tak luput

dari sasaran anak-anak jalanan.

Menurut Data dari UNICEF Tahun 2022, menunjukkan bahwa tingkat

eksploitasi anak di Indonesia meningkat dari tahun sebelumnya. Dari seluruh anak

Indonesia yang mengalami berbagai bentuk eksploitasi seksual dan perlakuan yang

salah ataupun pengalaman tidak diinginkan lainnya di dunia maya, antara 17 dan 56

1
2

persen di antaranya tidak melaporkan kejadian tersebut. Hal ini dinyatakan di dalam

laporan terbaru dari UNICEF, Interpol, dan ECPAT, yang didanai oleh Global

Partnership to End Violence against Children. Laporan berjudul Disrupting Harm in

Indonesia, terbit menjelang Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli,

menyajikan bukti-bukti tentang eksploitasi seksual dan perlakuan yang salah terhadap

anak di dunia maya. Data didapatkan dari survei rumah tangga terhadap 995 anak dan

pengasuh, survei terhadap tenaga layanan di lapangan, dan wawancara dengan pihak

berwenang dan penyedia layanan dari kalangan pemerintah.

Temuan laporan menyatakan, anak pada kategori usia tersebut adalah pengguna

internet yang sangat aktif dengan 95 persen di antaranya mengakses internet minimal

dua kali sehari. Dua persennya, atau sekitar 500.000 anak di Indonesia, menyatakan

pernah menjadi korban eksploitasi seksual dan perlakuan yang salah di dunia maya

dalam setahun terakhir. Jenis kejadian yang disebutkan anak di dalam survei antara lain

adalah pemerasan untuk melibatkan anak dalam tindakan seksual, pengambilan gambar

yang bersifat seksual dan penyebarannya tanpa seizin anak, dan pemaksaan anak untuk

melakukan tindakan seksual dengan iming-iming uang ataupun hadiah.

Film “Untuk Angeline“ ini bercerita tentang perjalanan hidup Angeline yang

dimulai dalam kandungan ibu kandung Angeline. Film ini juga merinci proses adopsi

yang membuatnya tinggal bersama keluarga angkatnya. Masa kecil Angelina tampak

sangat bahagia. Ayah tirinya sangat peduli dan mencintai Angelines, meskipun ibu

tirinya tidak menyukai Angelines di film. Kehidupan Anglin berubah drastis setelah

kematian ayah tirinya. Ibu tirinya sering mengganggunya. Angeline dilecehkan setiap

hari seolah-olah dia sedang diberi makan makanan kucing, dan meskipun instruksi ibu

tirinya tidak tepat, Angeline dilecehkan baik secara verbal maupun non-verbal.
3

Perjalanan hidup Angelina kemudian harus berakhir di tangan ibu tirinya. Dia

dimakamkan di tanah di belakang rumah.

Eksploitasi dalam film Untuk Angeline ini digambarkan oleh tanda dalam

bentuk memperkerjakan anak. Hal tersebut merupakan adegan yang diulang-ulang

dalam film tersebut untuk memperjelas tentangkegiatan eksploitasi anak. Terdapat

beberapa film dari Indonesia yang mengambil tema yang serupa dengan film Untuk

Angeline, seperti Jermal

Meskipun terdapat film yang membahas tentang eksploitasi anak seperti Untuk

Angeline, peneliti tetap menggunakan Untuk Angeline sebagai penelitian karena film ini

menggambarkan eksploitasi anak secara nyata dan realita sosial yang terjadi benar-

benar terasa. Dimana yang anak dibawah umur diperkerjakan dengan segala cara untuk

mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Pada film Untuk Angeline, juga terdapat scene tentang keadaan sosial para

pemain dalam berkomunikasi. Hal tersebut dapat menjadi point bahwa eksploitasi

merupakan suatu hal yang terjadi di ruang lingkup sosiologi komunikasi dan psikologi

komunikasi.

Film Untuk Angeline ini juga merupakan salah satu film dengan penggemar dan

penonton yang cukup banyak. Pada saat film ini dirilis, yaitu 2016, banyak penonton

yang sangat berminat menonton film ini. Hal tersebut terjadi karena film tersebut

diangkat melalui kisah nyata yang diangkat dari kasus Angeline di Denpasar pada tahun

2015. Hal tersebut ternyata berhasil mencuri perhatian penggemar yang cukup banyak.

Sejak film ini dirilis 2016, sudah berhasil mendapatkan jumlah penonton yang banyak,

yaitu 2.010.557 penonton dan berhasil menempati 10 Indonesia terbaik pada tahun
4

2016. Data tersebut peneliti ambil melaui www.tribunnews.com dan

www.timesindonesia.co.id.

Film ini menceritakan tentang diskriminasi orang-orang di pedalaman. Hal

tersebut mencerminkan budaya dan relasi kelompok mayoritas terhadap kelompok

minoritas. (Rosalia, 2019)

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan

elektronik). Sebab, awal perkembangannnya, komunikasi massa berasal dari

perkembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa).

Komunikasi massa juga digunakan untuk hiburan. Fungsi hiburan untuk media

elektronik menduduki posisi paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi lainnya.

Oleh karena itu, pada jam-jam Prime Time akan disajikan acara-acara hiburan, entah

sinetron,, kuis, film, atau acara jenaka lainnya.(Nurudin, 2019, pp. 69–70)

Eksploitasi terhadap anak merupakan salah satu pelanggaran terhadap Hak Asasi

Anak. (Iryani, 2020). Eksploitasi anak adalah penggunaan tenaga anak secara

sewenang-wenang oleh keluarga atau orang lain dan memaksa anak untuk melakukan

hal-hal yang dapat menghambat perkembangan mental dan fisik mereka. Hal ini

dilakukan hanya untuk kepentingan salah satu pihak. Banyak bentuk kekerasan terhadap

anak yang tercantum dalam undang-undang No. 23 tahun 2022 tentang perlindungan

anak, antara lain:

1. Ekploitasi Ekonomi

Eksploitasi ekonomi terhadap anak adalah penyalahgunaan tenaga anak

untuk keperluan fisik dan tenaganya untuk bekerja demi kepentingan orang
5

lain, dan menyekolahkan anak untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya

tidak dilakukan

2. Ekploitasi Sosial

Eksploitasi ini dapat menghambat perkembangan emosional dan sosial anak.

Ini mempengaruhi pola pikir anak-anak yang kurang stabil, yang seharusnya

tidak terjadi pada anak-anak. Karena hal seperti itu bisa menyebabkan

gangguan jiwa pada anak yang bisa berubah bentuk dan mudah berubah.

3. Eksploitasi Seksual

Eksploitasi ini menyebabkan anak melakukan aktivitas seksual yang tidak

mereka pahami. Seperti perbuatan yang mengandung kata-kata cabul atau

tindakan cabul, penculikan anak dan melibatkan anak dalam prostitusi.

Kekerasan seksual dapat menyebabkan trauma psikologis bagi anak-anak

tersebut.

Studi ini bertujuan menganalisis tingkat keparahan eksploitasi terhadap anak

yang bekerja dan faktorfaktor yang memengaruhi terjadinya eksploitasi. Semakin

rendah pendidikan KRT, semakin besar peluang anak untuk tereksploitasi. (Iryani,

2013)

Kegiatan menggunakan anak dibawah umur sebagai alat untuk mencari

keuntungan merupakan tindakan penindasan terhadap anak dibawah umur. (Sunandra,

2020). Media adalah alat atau sarana yang digunakan oleh seorang komunikator untuk
6

menyampaikan suatu pesan kepada khalayak. Dalam komunikasi manusia ke manusia,

beberapa psikolog menganggap indera manusia, seperti mata dan telinga, sebagai media

yang paling dominan dalam komunikasi. Pesan-pesan yang diterima oleh panca indera

diproses dalam pikiran manusia dan mengontrol serta menentukan sikap terhadap

sesuatu sebelum diekspresikan dalam tindakan. (Cangara, 2018, p. 141)

Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di

belahan dunia ini. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk

menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita,

peristiwa, musik, drama, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.

Masyarakat pasti mengenal apa yang dinamakan dengan film. Film telah mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Sejak kemunculannya yang pertama berupa gambar

bergerak berwarna hitam dan putih, hingga saat ini diproduksi film dengan konsep tiga

dimensi (3D) yang menggunakan teknologi canggih. (Prasetya, 2019, p. 27).

Kekuatan sebuah film untuk mengesankan penontonnya terletak pada aspek

audio visual yang dikandungnya dan pada kemampuan sutradara dalam mengatur dan

memproduksi film tersebut untuk menciptakan dan mempengaruhi penonton dalam

sebuah cerita yang menarik. Kemampuan film dalam menyampaikan pesan terletak

pada cerita yang dimiliki film tersebut.

Film dianggap sebagai media hiburan dan memiliki kekuatan besar untuk

meyakinkan penontonnya. Adanya kritik dan sensor publik jelas mengapa film begitu

berpengaruh (Nurudin, 2019, pp. 252). Pengembangan cerita yang menarik dan efek

suara yang bagus adalah salah satu alasan mengapa pemirsa tidak bosan dan tidak perlu

membayangkan bahwa mereka sedang membaca buku.


7

Anak adalah anugerah Tuhan kepada orang tua yang membutuhkan pengasuhan,

bimbingan dan pendidikan agar menjadi orang yang berguna bagi orang tua, agama,

negara dan bangsa. Anak adalah generasi bangsa, dan kemajuan suatu bangsa

tergantung pada kualitas generasinya. Anak adalah anugerah dan mereka memiliki

tanggung jawab untuk menjaga nama baik keluarga mereka.

Anak didefinisikan sebagai aset, milik keluarga dan mampu berkontribusi di

semua sektor, termasuk ekonomi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, harapan

berbagai pihak secara tidak sadar menjadi beban bagi anak-anak, sehingga stigma

menjadi dewasa bisa terwujud. Orang dewasa sering hanya menanyakan apa yang

mereka minta dari anak-anak mereka, apakah kewajiban mereka terhadap mereka

terpenuhi atau tidak, dan anak-anak, tentu saja, ketika mereka menuntut hak-hak

mereka, meskipun tingkat pemikiran anak-anak sangat berlapis. Seringkali anak-anak

sama sekali tidak menyadari hak-hak mereka.

Sosiologi komunikasi adalah disiplin ilmu sosiologi yang mempelajari tentang

interaksi sosial, yaitu hubungan atau komunikasi antara individu dengan individu

dengan kelompok dan antar kelompok. Sosiologi komunikasi mempelajari secara

komprehensif interaksi sosial dengan segala aspek yang menyangkut interaksi tersebut,

seperti bagaimana interaksi (komunikasi) dilakukan dengan menggunakan media dan

bagaimana media mempengaruhi hasil dari interaksi tersebut. (Bungin, 2013, p. 31)

Teori sosial dapat didefinisikan sebagai serangkaian asumsi logis dan abstrak

untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol bagaimana dua atau lebih

fakta/fenomena yang relevan tentang masyarakat, termasuk interaksi sosial manusia,

dapat terjadi. Teori sosial dapat diartikan sebagai gambaran singkat tentang pengertian
8

masyarakat, termasuk interaksi sosial manusia yang terjadi di dalamnya. (Damsar, 2015,

p. 18)

Psikologi Komunikasi adalah sebuah komunikasi yang dapan memengaruhi

keadaan psikologi manusia. Psikologi Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan

hubungan sosial yang baik. Psikologi Komunikasi dibagi kedalam 3 hal, yaitu inclusion,

control, affection. (Rakhmat, 2018, pp. 17–18)

Psikologi Komunikasi juga dapat berupa pesan non-verbal. Fungsi pesan non-

verbal dalam Psikologi Komunikasi dibagi menjadi 5, yaitu: (1) repetisi (pengulangan);

(2) subtitusi (penggantian lambang); (3) kontradiksi (penolakkan); (4) implement

(melengkapi dan memperkaya makna); (5) aksentuasi (menegaskan pesan verbal atau

menggaris bawahinya). (Rakhmat, 2018, pp. 356–357)

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teori dan

teknik analisis data yang berpijak pada konstruktivis paradiqma dan perspektif Charles

Saunder Pierce, untuk melihat tanda-tanda dan penanda dalam menafsirkan realitas

sosial yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan yang ditemukan dalam fenomena

serial web yang ditampilkan. (Rorong, 2019)

I.2 Film Pembanding

I.2.1 Jermal

Jermal adalah sebuah drama Indonesia yang dirilis pada 12 Maret 2009. Film ini

disutradarai oleh Ravi Bahrwani dan dibintangi oleh Didi Betty, Yayo O Unru, Iqbal S.

Manurong, Cheryl A. Dalmonthi dan lainnya. Film ini mengangkat isu pekerja anak
9

yang kerap terjadi di tong sampah di tengah perairan Indonesia. Terus-menerus ditolak

oleh ayahnya dan diganggu oleh anak-anak lain yang bekerja di Jermal, Gaya

memutuskan untuk mengendalikan nasibnya sendiri.. Ia berharap bisa diterima dan

mempelajari keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di Jermal.

Jaya semakin terlihat seperti anak-anak lain: kasar tapi kejam, sementara Johar secara

bertahap dipaksa untuk menghadapi dan menerima masa lalunya. Pada akhirnya,

mereka mengetahui substansi dan ruang yang terbatas pada masa lalu mereka, bersatu

dengan ruang di mana mereka menemukan diri mereka sendiri dan terikat oleh

kebenaran yang tak terhindarkan.

I.2.2 Invisible Hopes

Invisible Hopes adalah sebuah film dokumenter Indonesia tahun 2021 yang

diproduksi dan disutradarai oleh Lamtyar Simurangkir. Film ini mengungkapkan untuk

pertama kalinya kehidupan nyata anak-anak yang lahir dari ibu yang dipenjara. Sang ibu

terpaksa bersembunyi di balik jeruji besi dan hidup dan menjadi korban. Film ini

menunjukkan bagaimana anak di bawah umur dianiaya. Anak-anak ini diperlakukan

dengan sangat kejam.

I.3 Rumusan Masalah

Bagaimana Representasi Eksploitasi Anak dalam Film Untuk Angeline ?


10

I.4 Tujuan Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan kajian

ilmu komunikasi yang tentu saja dalam meneliti representasi eksploitasi anak

dalam film melalui pendekatan semiotika.

2. Secara Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat serta berguna sebagai

referensi bagi mahasiswa atau masyarakat terhadap penelitian mengenai

representasi eksploitasi anak di dalam film.


BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS

II.1 Penelitian Terdahulu

No Jurnal Subjek dan Metode Kesimpulan

. Objek dan

Teori

1. Iryani, Beta S. dan D.S Eksploitasi terhadap anak

Priyarsono merupakan salah satu

pelanggaran terhadap Hak

Asasi Anak
Eksploitasi terhadap Anak Objek: Semiotika
yang Bekerja di Indonesia Eksploitasi

terhadap Anak

Vol. 13 No. 2

2. Sunandra, M. Giri Kegiatan menggunakan

anak dibawah umur sebagai


Semiotika
alat untuk mencari
Eksploitasi Anak di Bawah Objek: Anak
keuntungan merupakan
Umur Untuk Aktifitas dibawah umur
tindakan penindasan
Mengemis
terhadap anak dibawah

umur.

11
12

Vol. 25 No. 7

3. Sya’dian, Triadi (2015) Objek: Analisis Pemaknaan dari ikon-ikon

Semiotika yang terdapat dalam film


Analisis Semiotika Pada Film
Laskar Pelangi. Seperti
Laskar Pelangi Subjek: Film
kostum para anak-anak
Laskar Pelangi
Vol. 1, No. 1 Semiotika lascar pelangi, dan ikon

penanda lainnya.

4. Toni, Ahmad dan Rafki Objek: Studi Ingin menggambarkan

Fachrizal (2017) Semiotika kehadiran adegan yang

mewakili pelanggaran hak


Studi Semiotika Pierce pada Subjek: Film Semiotika
procedural film “The Look
Film Dokumenter “The Look Dokumenter
of Silence: Senyap”.
of Silence: Senyap” “The Look of

Silence: Pelanggaran digambarkan


Vol. 11, No. 2
Senyap” melalui adegan

merekonstruksi

pembunuhan yang

dilakukan olen mantan

pelaku tragedy G30S.

Kemudian, film ini bisa

menjadi perspektif baru ke

masyarakat di sisi lain

kejadian G30S.
13

5. M. Rosalia, N. Krisdinanto, Subjek : Orang Film ini menceritakan

Analisis Semiotika tentang Pedalaman Pad tentang diskriminasi orang-


Semiotika
Penggambaran orang Film Indonesia orang di pedalaman. Hal

pedalaman pada film tersebut mencerminkan

Indonesia. Communicatus: budaya dan relasi kelompok


Objek:
Jurnal Ilmu Komunikasi, mayoritas terhadap
Semiotika
kelompok minoritas.
Vol. 3 No. 2, 2019.

https://doi:10.15575/

cjik.v3i2.6541 (SINTA 2)

6. Rorong, Michael Jibrael Subjek : Web Penelitian ini menggunakan

(2019) Series Kisah pendekatan penelitian

Carlo kualitatif dengan teori dan


Representasi Nilai Semiotika
teknik analisis data yang
Kemanusiaan Web Series Objek:
berpijak pada konstruktivis
Kisah Carlo (Analisis Semiotika
paradiqma dan perspektif
Semiotika dalam prespektif
Charles Saunder Peirce,
Charles Sanders Pierce)
untuk melihat tanda-tanda
Vol. 13, No. 1
dan penanda dalam

http://dx.doi.org/10.30813/ menafsirkan realitas sosial

s:jk.v13i1.1792 (SINTA 4) yang mencerminkan nilai-

nilai kemanusiaan yang

ditemukan dalam fenomena


14

serial web yang

ditampilkan dalam cerita

serial Carlo. makna dan

representasi nilai-nilai

manusia sebagai level

tertinggi dalam level makna

dalam seri web cerita carlo.

7. Iryani, Beta S. (2013) Subjek : Anak Studi ini bertujuan

yang Bekerja di menganalisis tingkat


Eksploitasi terhadap Anak
Indonesia keparahan eksploitasi
yang Bekerja di Indonesia Sosiologi
terhadap anak yang bekerja
Objek:
Vol. 13, No. 2
dan faktorfaktor yang
Eksploitasi
memengaruhi terjadinya

eksploitasi.

Semakin rendah pendidikan

KRT, semakin besar

peluang anak untuk

tereksploitasi. Sedangkan

untuk eksploitasi dari segi

upah, anak perempuan.

memiliki peluang 2,357 kali

untuk tereksploitasi dari

segi upah dibandingkan


15

anak laki-laki.

8. Putri, Ajeng Gayatri Octorani Subjek : Anak Anak dijadikan cara untuk

Dibawah Umur mendapatkan penghasilan


Eksploitasi Pekerja Anak
dalam keluarga. Faktor
Dibawah Umur Sebagai Objek: Etnografi
yang dikaji yaitu faktor
Bentuk Penyimpangan Sosial Eksploitasi
sosial dan budaya, serta
Anak
Vol. 5, No. 1
peranan orang tua terhadap

aktivitas anak-anak.

Budiasa, Meistra (2016). Subjek : Kelas Penelitian ini menggunakan

Sosial pendekatan penelitian


9. Representasi Kelas Sosial Semiotika
kualitatif dengan teori dan
dalam Iklan Sosro. 2(2), 37- Objek: Iklan
teknik analisis data yang
63 Sosro
berpijak pada konstruktivis

paradiqma dan perspektif

Charles Saunder Peirce,

untuk melihat tanda-tanda

dan penanda dalam

menafsirkan realitas sosial.

Pradipta, Ade Devia dan Subjek : Film


Suryawati, I Gusti
Agung Alit (2019). Parasite Karya
10 Semiotika
Bong Joon-ho

Analisis Isi Kekerasan Fisik


16

dan Psikologis dalam Film Objek: Analisis


Parasite Karya Bong Joon-
ho. Isi Kekerasan

Fisik dan

Psikologis

Kosakoy, Joane P (2016) Subjek: Film Analisis data dengan


“Star Wars VII:
menggunakan kode televise
11.
Representasi Perempuan The Force
dalam Film “Star Wars John Fiske dengan
Awakens”
VII: The Awakens” Semiotika
memadukan level realitas
Vol 4 No. 1 Objek : Studi
Semiotika dan level representasi

membongkar beberapa

stereotip perempuan.

Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan acuan.

Pada proposal ini penulis mencantumkan beberapa hasil dari penelitian terdahulu adalah

sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian Hardius Usman (2004)

Penelitian ini merupakan peneliti yang menggunakan metode deskrptif

kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis terkait ekploitasi anak

jalanan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekploitasi

merupakan pemerasan, pengusahaan,pendayagunaan, penarikan keuntungan

secara tidak wajar. Eksploitasi anak adalah pemerasan atau penarikan

keuntungan terhadap anak secara tidak wajar.


17

2. Hasil Penelitian Agustin Ratna Dewi (2008)

Penelitian ini merupakan peneliti yang menggunakan metode deskrptif

kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengalisis terkait ekploitasi anak

jalanan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Bentuk

eksploiatasi pada anak jalanan sangat beragam, diantaranya: bentuk eksploitasi

terhadap anak jalanan yang dilakukan oleh orang tua, bentuk eksploitasi

terhadap anak jalanan yang dilakukan oleh anak jalanan yang lain dan bentuk

eksploitasi terhadapanak jalanan yang dilakukan oleh preman.

II.2 Kerangka Teori

II.2.1 Representasi Dalam Media Massa

Konsep representasi dalam media tidak terbatas pada produksi atau transmisi

suatu realitas kepada khalayak, tetapi juga melalui berbagai konsep representasi yang

mencakup tujuan tertentu. Ahli teori yang berbeda memperdebatkan gagasan

representasi dengan argumen yang berbeda. Penawaran media juga dapat bersifat "non-

biologis" dan dapat dibagi menjadi tiga kategori besar: cetak, elektronik, dan digital.

(Danesi, 2010, p. 9)

Raymond William juga mengusulkan pendekatan yang berbeda terhadap konsep

representasi. Menurut pandangannya yang ia tulis dalam bukunya A Vocabulary of

Culture and Society (1983), representasi adalah simbol atau gambaran atau proses yang

menggambarkan sebuah pesan sebagai visi atau semangat.

Representasi menurut Danesi (1999) adalah proses perekaman gagasan,

pengetahuan, atau pesan fisik yang merujuk kepada kontruksi segala bentuk media
18

terutama media massa terhadap realitas dalam masyarakat (objek, peristiwa, identitas

budaya). Representasi sendiri dapat berbentuk gambar bergerak atau film yang dikemas

tidak hanya identitas budaya saja yang dikonstruksi namun proses produksi dan persepsi

13 masyarakat pun juga dikonstruksi.

Hall (1997) berkata bahwa merepresentasikan sesuatu berarti menampilkan

suatu pemikiran atau gagasan melalui deskripsi atau imajinasi. Proses yang

memungkinkan untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat tanda

berfungsi untuk menjabarkan konsep tentang sesuatu. Proses merepresentasikan adalah

proses memadatkan atau mengkerucutkan suatu konsep yang abstrak, misalnya

representasi perempuan, pekerja, keluarga, cinta, perang, dan lain sebagainya (Kosakoy,

2016)

II.2.2 Film dan Konstruksi Realitas

Film ini memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandang

seseorang. Biasanya pengertian film berdasarkan kode sinematografi adalah sebuah

karya seni budaya, pranata sosial dan komunikasi massa yang dilakukan menurut kaidah

sinematografi dengan atau tanpa suara. (Trianton. 2013: 1-3).

Film dianggap sebagai media hiburan dan memiliki kekuatan persuasi yang

besar bagi khalayaknya. Kritik publik dan adanya lembaga sensor jelas menjadi alasan

mengapa film sangat berpengaruh (Rivers, 2003). Maka dari itu beberapa film ada yang

menyinggung masalah kesenjangan sosial dan itu bisa mempengaruhi khalayak.

Film memiliki tiga kategori utama yaitu, pra-produksi, produksi, dan post-

produksi. Film documenter merupakan film non-fiksi yang menggambarkan peristiwa

nyata atau asli dengan disertai penggambaran perasaan dan pengalaman tiap individu.
19

Sedangkan animasi adalah sebuah teknik film untuk menciptakan ilusi gerakan dari

kumpulan gambar dua atau tiga dimensi (Danesi, 2010, pp. 134)

II.2.3 Eksploitasi Anak Dalam Film

Eksploitasi biasanya mengacu pada kebijakan yang menggunakan subyek secara

sewenang-wenang atau berlebihan. Eksploitasi hanya untuk tujuan ekonomi, tanpa rasa

keadilan, keadilan dan kompensasi.

Eksploitasi anak mengacu pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-

wenang terhadap anak oleh keluarga atau masyarakat. Memaksa anak untuk melakukan

sesuatu untuk keuntungan ekonomi, sosial atau politik tanpa menghormati hak anak

untuk mendukung mereka dalam kaitannya dengan perkembangan fisik, mental dan

sosial mereka. (Rahman, 2007)

Pengertian lain dari eksploitasi anak adalah penggunaan anak secara tidak etis

untuk kepentingan orang tua dan orang lain. Eksploitasi anak juga dianggap sebagai

bagian dari eksploitasi fisik. waktu. Kegiatan di mana seorang anak disalahgunakan

untuk mendapatkan pekerjaan bagi orang tua atau orang lain

II.2.4 Semiotika Charles Sanders Pierce

Jika Saussure menawarkan model dyadic, maka Charles S. Pierce dikenal

dengan model triadic dan konsep trikotominya yang terdiri dari berikut ini:
20

a. Representament: bentuk yang diterima oleh tanda atau berfungsi sebagai

tanda.

b. Interpretant: bukan penafsir tanda, tetapi lebih difokuskan pada sebuah

makna dari tanda tersebut.

c. Object: sesuatu yang merujuk pada tanda.

Sesuatu yang diwakili oleh representamen yang berkaitan dengan acuan.

Proses pemaknaan tanda yang mengikuti skema ini disebut sebagai proses

semiosis. Menurut Pierce, tanda menjadi wakil yang menjelaskan sesuatu.

Berdasarkan konsep tersebut, maka dapat dikatakan bahwa makna sebuah

tanda dapat berlaku secara pribadi, sosial, atau bergantung pada konteks

tertentu. Perlu diketahui bahwa tanda tidak dapat mengungkapkan sesuatu,

tanda hanya berfungsi menunjukkan, sang penafsirlah yang memakai

berdasarkan pengalamannya masing-masing. (Nawiroh, 2014, p. 21).

II.3 Bagan Kerangka Konseptual

Film Untuk Angeline

Film Untuk Angline bercerita mengenai perjalanan hidup Angeline dimulai dari
dalam kandungan ibu kandungnya. Film ini juga menceritakan rinci proses adopsi
hingga Angeline tinggal bersama keluarga angkatnya. Masa kecil Angeline nampak
sangat bahagia. Ayah angkatnya sangat perhatian dan meyayangi Angeline,
walaupun di dalam film ini ibu angkatnya terlihat tidak menyukai Angeline.
Kehidupan Angeline berubah drastis ketika sang ayah angkat meninggal dunia.
21

Tindakan eksploitasi dapat menyebabkan psikologi seseorang


terganggu yang nantinya akan mengakibatkan gangguan
mental, trauma dan bisa kehilangan akal sehat. Hal tersebut
sering dilakukan hanya demi kesenangan semata.

Representasi dapat digunakan untuk mewakili suatu hal yang dapat


berupa simbol dan tindakan yang terjadi di depan suatu hal.

Bagaimana Representasi Eksploitasi Anak dalam Film Untuk


Angeline

Semiotika Charles Sanders Pierce

Representamen Object Interpretant


t

Representasi Eksploitasi Anak dalam Film Untuk Angeline


BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Metode

peneletian kualitatif merupakan metode penelitian dimana peneliti menjadi kunci, teknik

pengumpulan data secara triangulasi, analisisnya bersifat induktif, dan hasil

penelitiannya menekankan pada makna daripada generalisasi. Metode penelitian

kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan

pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi,

karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang

antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan

analisisnya lebih bersifat kualitatif. (Sugiyono, 2019, p. 17)

Peneliti berusaha mengumpulkan berbagai data berupa gambar (scene) dan

kalimat yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dengan demikian, penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif, guna menjelaskan tanda-tanda

dan adegan dalam film Untuk Angeline berupa teks dan visual.

III.2 Metode

Metode penelitian yang saat ini digunakan peneliti adalah metode penelitian
semiotika menurut Charles Sanders Pierce. Menurut Danesi, Pierce mengatakan tanda
menjadi suatu penjelasan yang mewakili sesuatu. Berdasarkan konsep tersebut, dapat
disimpulkan bahwa tanda berlaku secara pribadi, sosial, atau bergantung pada suatu
konteks. (Nawiroh, 2014, p. 21)

22
23

III.3 Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah film Untuk Angeline karya Jito Banyu
yang dirilis pada tahun 2016. Film ini mengisahkan mengenai perjalanan hidup
Angeline dimulai dari dalam kandungan ibu kandungnya hingga proses adopsi yang
mengakibatkan Angeline harus tinggal bersama keluarga angkatnya.

III.4 Unit Analisis

Unit analisis data dalam penelitian ini adalah tanda verbal dan non-verbal,
adegan dalam potongan scene yang terdapat dalam film “Untuk Angeline”. Tanda verbal
dapat berupa percakapan antar tokohg pemeran, sedangkan tanda non-verbal
digambarkan dengan ekspresi wajah, gerak tubuh, dan tatapan. Selain itu peneliti juga
meneliti adegan-adegan yang berkaitan dengan tindakan eksploitasi terhadap anak.

III.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti berupa dokumentasi.


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan potongan-potongan gambar (scene) yang
berkaitan dengan Representasi Eksploitasi Anak dalam Film Untuk Angeline.

III.6 Teknik Analisis Data

Teknik yang peneliti gunakan untuk penelitian ini adalah semiotika.


Semiotika mengeksplorasi makna yang terbangun oleh teks melalui penataan tanda
dengan menggunakan kode-kode budaya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
semiotika yang digagas oleh Charles Sanders Pierce. Semiotika milik Pierce dikenal
dengan konsep triadic yang terdiri atas representamen, interpretant, dan object.
Semiotika milik Charles Sanders Pierse sebagai berikut:

a. Representament; bentuk yang diterima oleh tanda atau berfungsi sebagai


tanda. Representamen kadang diistilahkan juga menjadi sign (tanda).
b. Interpretant: bukan penafsiran tanda, tetapi lebih difokuskan pada
sebuah makna dari tanda tersebut.
c. Object: sesuatu yang merujuk pada tanda.
24

Selain itu peneliti juga menggunakan identifikasi tanda yang terdiri dari
indeks, ikon, dan simbol untuk menjabarkan satu per satu scene yang dibutuhkan
sebagai bahan analisis. Setelah itu peneliti akan melakukan analisis dari tabel tersebut
dengan konsep triadic dan kemudian menjabarkan analisis per sub babnya.
25

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bungin, H. M. B. (2013). Sosiologi Komunikasi. (G. Azmi, ed.). Jakarta.


Cangara, H. (2018). Pengantar Ilmu Komunikasi. (3rd ed.; Octiviena, ed.). Depok: PT.
Rajagrafindo Persada.
Damsar. (2015). Pengantar Teori Sosiologi. (1st ed.; Tambra23, ed.). Jakarta:
KENCANA.
Danesi, M. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media (M. Bagus, ed.).
Yogyakarta: Jalasutra.
Moerdijati, S. (2016). Pengantar Ilmu Komunikasi (Revisi; N. Rahmawati, ed.).
Surabaya: PT. Revka Petra Media.
Mulyana, D. (2017). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (1st ed.; Muchlis, ed.).
Yogyakarta: Remaja Rosdakarya.
Nawiroh, V. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. (1st ed.; Bambang Apriyanto,
ed.). Bogor: Ghalia Indonesia.
Nurudin. (2019). Pengantar Komunikasi Massa. (F. Grafika, ed.). Depok: PT.
Rajagrafindo Persada.
Prasetya, A. B. (2019). Analisis Semiotika Film dan Komunikasi. (1st ed.; K.
Sukmawati, ed.). Malang: Intrans Publishing.
Rakhmat, J. (2018). Psikologi Komunikasi. (Revisi 201; Tjun Surjaman, ed.). Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Sutopo, ed.).
Bandung: CV. ALFABETA.
Suyanto, Bagong. (2010). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Prenada Media Group
Scott, J. (2021). Teori Sosial: Masalah-Masalah Pokok Dalam Sosiologi.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Penerjemah: Ahmad Lintang Lazuardi dan Setyaningrum.
Sarwono, S. W. (2010). Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Marta, A. E. (2020). Kriminologi Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Buku Litera.
Wibowo, I. S. (2013). Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan
Skripsi Komunikasi. (2nd ed.; Indiwan Seto Wahyu Wibowo, ed.). Jakarta: Mitra
Wacana Media
26

Jurnal:

Budiasa, Meistra (2016). Representasi Kelas Sosial dalam Iklan Sosro. 2(2), 37-63
Pradipta, Ade Devia dan Suryawati, I Gusti Agung Alit (2019). Analisis Isi Kekerasan
Fisik dan Psikologis dalam Film Parasite Karya Bong Joon-ho.
Iryani, Beta S. dan D.S Priyarsono (2013). Eksploitasi terhadap Anak yang Bekerja di

Indonesia. 13(2).

Sunandra, M. Giri (2017). Eksploitasi Anak di Bawah Umur Untuk Aktifitas Mengemis.

25(7).

Sya'Dian, Triadi (2015).Analisis Semiotika pada Film Laskar Pelangi. Jurnal Proporsi,

1(1), 51-63.

Kosakoy, Joane P (2016). Representasi Perempuan dalam Film "Star Wars VII: The

Force Awakens". Jurnal E-Komunikasi, 4(1).

Toni, Ahmad dan Rafki Fachrizal (2017). Studi Semiotika Pierce pada Film

Dokumenter “The Look of Silence: Senyap”. 11(2).

M. Rosalia, N. Krisdinanto (2019). Analisis Semiotika tentang Penggambaran orang

pedalaman pada film Indonesia. Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(2).

Rorong, Michael Jibrael (2019). Representasi Nilai Kemanusiaan Web Series Kisah

Carlo (Analisis Semiotika dalam prespektif Charles Sanders Pierce). 13(1)

Iryani, Beta S. (2013). Eksploitasi terhadap Anak yang Bekerja di Indonesia. 13(2).

Putri, Ajeng Gayatri Octorani (2017). Eksploitasi Pekerja Anak Dibawah Umur Sebagai

Bentuk Penyimpangan Sosial. 5(1).


27
28

Anda mungkin juga menyukai