Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang sangat diminati
oleh segenap masyarakat dari berbagai usia dan latar belakang sosial. Kekuatan
dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, membuat para
ahli berpikir bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.
Film cukup memberi dampak bagi setiap penontonyya, baik itu dampak positif
maupun negatif. Melalui pesan yang terkandung di dalamnya, film mampu
memberikan pengaruh bahkan mengubah dan membentuk karakter
penontonnya. Terdapat unsur dalam film yang dapat membantu kita memahami
sebuah film, salah satunya adalah unsur naratif. Setiap film tidak akan lepas
dari unsur naratif. Unsur ini berhubungan dengan aspek cerita atau tema film,
unsur ini meliputi tokoh cerita, konflik cerita, tujuan, lokasi, dan waktu.
Dalam film, ada dua tokoh yang penting untuk membantu ide cerita
diantaranya pemeran utama dan pemeran pendukung. Pemeran utama
merupakan bagian dari ide cerita dalam film yang biasa diistilahkan
protagonist. Sedangkan pemeran pendukung atau yang biasa disebut dengan
istilah antagonis biasanya dijadikan pendukung ide cerita dengan karakter
pembuat masalah dalam cerita sebagai pemicu konflik cerita. Selain jalan
cerita, pemeran utama sangat penting dalam kesuksesan sebuah film. Pemeran
utama bisa menarik minat penonton dalam menonton film yang akan dirilis
tersebut. Terutama jika aktor atau aktris yang dipilih sedang berada dalam
tingkat kesuksesan yang tinggi dan sedang banyak dibiarakan, itu akan
mempengaruhi sebuah kesuksesan hebat sebuah film.
Aktor atau aktris yang sedang sering dibicarakan memang akan menjadi
faktor kesuksesan sebuah film, tetapi jika yang dibicarakan bersifat negatif atau
dipenuhi kontra maka itu bisa berpengaruh sebaliknya untuk sebuah film.
Walaupun jalan cerita yang disuguhkan sangat bagus, jika aktor atau aktris
sedang terkena masalah itu akan tetap berpengaruh buruk terhadap filmnya.

1
Dunia hiburan Indonesia sempat dihebohkan dengan kasus Arawinda
Kirana yang terkena skandal kasus perselingkuhan, ia dikabarkan menjadi
orang ketiga atau perebut suami orang dalam kasus ini. Citra Arawinda
terbilang sangat bagus, terlebih saat perilisan film Yuni yang dirilis pada tahun
2021, Arawinda memulai debut layar lebarnya dalam film tersebut. Kesuksesan
yang didapatkan film Yuni juga sangat bagus, dan dari film Yuni, Arawinda
menjadi terkenal dan menarik banyak perhatian warganet. Lalu bagaimana
respon dari warganet terutama penggemar saat mengetahui pemberitaan ini,
terlebih masyarakat Indonesia khususnya di media sosial sudah mulai
menunjukkan pemikiran yang terbuka.
Media seperti televisi, radio, dan surat kabar merupakan media informasi
popular sebelum tahun 2000-an. Namun seiring berubahnya zaman, kini
popularitasnya terdegradasi oleh media informasi berbasis internet. Tidak
hanya media yang berubah, manusia pun mengalami perubahan. Menurut
Soerjono Soekanto (2009:275-282) penyebab dari perubahan sosial budaya
dibedakan atas dua golongan besar, yaitu perubahan yang berasal dari
masyarakat itu sendiri dan perubahan yang berasal dari luar masyarakat.
Perubahan dari luar mayarakat itulah yang disebut dengan sosial media.
Perubahan yang terjadi yaitu kebebasan dan keberanian menyalurkan pendapat
tanpa rasa khawatir, penyebaran informasi yang dapat berlangsung secara
cepat, penyebaran hoax yang lebih sering terjadi dan diterima serta konflik
antar masyarakat.
Sebagai makhluk sosial, manusia butuh interaksi dan sosialisasi dengan
lingkungan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukannya komunikasi
antar manusia. Jika jaman dahulu komunikasi hanya bisa dilakukan langsung
melalui lisan. Berbeda dengan sekarang, seiring dengan berkembangnya
teknologi informasi, cara berinteraksi dan bersosialisasi manusia mengalami
perubahan. Komunikasi menjadi lebih sering melalui media sosial (Cahyono,
2022; Liedfray et al., 2022) Penggunaan media sosial saat ini sudah tidak
terbendung, salah satu dampak dari penggunaan sosial media adalah boikot
massal atau yang biasa dikenal dengan istilah cancel culture. Fenomena ini

2
tidak hanya dialami oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Korea,
Jepang dan negara lainnya, tapi juga terjadi di Indonesia.
Netizen Indonesia perlahan sudah mulai berusaha untuk menerapkan
cancel culture terhadap public figure yang terkena masalah. Masyarakat mulai
aware terhadap cancel culture karena terpengaruh budaya di Korea Selatan, di
mana warga Korea Selatan akan melakukan tindakan tegas seperti dibioikot
dari semua kegiatan industri Korea sehingga public figure yang bermasalah
tidak akan bisa muncul lagi di dunia industri sampai waktu yang lama, bahkan
karirnya akan menurun dengan pesat. Cancel culture merupakan tindakan
penolakan atau pembikotan yang dilakukan oleh pihak yang bekerja sama
dengan public figure, dan juga para penggemar yang berhenti menyukai public
figure yang terlibat dalam sebuah masalah (Hansol, 2021). Dengan hal ini,
Sebagian masyarakat Indonesia mengharapkan dan berusaha cancel culture
bisa juga diterapkan di Indonesia dengan melihat cukup banyak public figure
yang bermasalah masih bisa tetap muncul dan memperbaiki karir mereka.
Namun tidak semua masyarakat setuju dengan adanya cancel culture ini,
Sebagian dari mereka menganggap bahwa satu kesalahan bisa diperbaiki, dan
mengatakan bahwa karya dan permasalahan individu tidak bisa berdiri
bersama. Jika karya yang dihasilkan bagus, walaupun artis-nya bermasalah,
maka itu bukan masalah besar. Cancel culture ini banyak ditemui di media
sosial Instagram dan Twitter, warganet yang kecewa terhadap kasus Arawinda
ini memberikan pernyataan supaya cancel culture ini bisa diterapkan ke kasus
Arawinda sehingga tidak ada lagi public figure yang berlaku sembarangan.
Dengan adanya kebebasan menyuarakan pendapat, terkait dengan
kasus Arawinda membuat masyarakat bisa menyampaikan keresahannya dan
menyalurkan pendapatnya terhadap apa yang seharusnya dilakukan. Terlebih
dengan adanya hegemoni budaya yang membuat mayarakat ingin meniru apa
yang negara lain lakukan, begitu pula dengan cancel culture ini. Mereka ingin
menerapkan apa yang terjadi di Korea Selatan ke Industri Indonesia. Bukan
sesuatu yang buruk, karena dengan itu menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia kini sudah berpikiran terbuka.

3
Gambar 1.1

Film Like & Share yang dibintangi Aurora Ribero dan Arawinda Kirana
dan ditulis serta disutradarai oleh Gina S. Noer. Selain dua aktris tersebut, ada
juga Aulia Sarah dan Jerome Kurnia yang akan bergabung dalam film ini. Film
yang diproduseri oleh Starvision Wahana Kreator dan akan tayang di bioskop
Indonesia pada Desember mendatang. Film ini mengeksplorasi kehidupan dari
sudut pandang dua gadis remaja benama Lisa dan Sarah. Film ini juga
mengangkat trauma yang lahir dari diskoneksi dengan keluarga dan juga
kompleksnya edukasi seks di tengah pornografi yang tersebar bebas di media
sosial. Like & Share juga membahas tentang kerapuhan remaja perempuan
yang menjadi korban kekerasan seksual secara fisik maupun berbasis online.
Sang Sutradara, Gina S. Noer, berusaha memahami kompleksitas remaja
permpuan di tengah dunia digital dalam pembuata film Like & Share. Gina
percaya bahwa membuat film ini merupakan salah satu Langkah yang bisa
dilakukan untuk mencegah naiknya angka korban kekerasan seksual di
Indonesia.
Perilisan poster film Like & Share (14/10/22) menarik perhatian banyak
orang. Dalam unggahan di media sosial Instagram dan Twitter sutradara film
Like & Share, Gina S Noer, berbagai komentar dari warganet memenuhi kolom
komentarnya. Banyak yang menyayangkan bagaimana sang sutradara
sekaligus penulis tetap mempertahankan Arawinda untuk menjadi pemeran

4
utama di film ini. Mengingat kasus yang menjerat Arawinda belum lama terjadi
membuat warganet semakin naik pitam. Mengingat Gina S Noer merupakan
seseorang yang memegang prinsip women support women, hal itu yang
membuat warganet bingung dengan keputusannya mempertahankan Arawinda.

Gambar 1.2

Lewat tanggapan yang diutarakannya, banyak yang menyayangkan


tanggapan Gina. Menurut mereka, apa yang Gina utarakan sangat kontradiktif
dengan apa yang sebelumnya ia lakukan terhadap kasus pelecehan seksual oleh
Gofar Hilman dan kasus kekerasan oleh Bachtiar Yusuf. Mengingat Gina juga
merupakan pelopor anti pelecehan di dunia perfilman, mayarakat justru menilai
Gina tidak bersikap objektif dalam menanggapi kasus ini dan melihat film-film
yang digarap sebelumnya, Dua Garis Biru dan First, Second & Third Love
mendapat banyak respon positif masyarakat, banyak yang menyayangkan
pilihan Gina untuk tetap menggunakan Arawinda sebagai pemeran utama.

Tidak hanya Twitter, kolom komentar Gina S Noer di Instagram juga


banyak menuai komentar kontra dari warganet yang tidak setuju dengan
keputusan Arawinda dijadikan pemeran utama. Mereka menyuarakan
kekecewaannya dan mengatakan tidak akan menonton film Like & Share
karena Arawinda menjadi pemainnya.

Maka, alasan penulis meneliti masalah ini adalah karena fenomena cancel
culture yang terjadi di Indonesia masih belum lama terjadi dan masih cukup sulit

5
untuk diterapkan. Selain itu juga penulis ingin menunjukkan bahwa
perkembangan media sosial yang sangat pesat ini yang membuat perubahan
sosial terhadap masyarakat terasa sangat signifikan. Kesadaran akan
ketimpangan dan ketidakpuasan sosial yang membuat masyarakat berani
menyuarakan pendapat mereka di tempat yang sudah tersedia, media sosial.
Penerapan cancel culture terhadap public figure dapat menjadi sebuah
perubahan sosial yang signifikan karena fenomena ini belum pernah terjadi di
Indonesia sebelumnya. Dengan adanya fenomena ini dapat tersaringnya public
figure yang tidak hanya mempunyai karya bagus, tetapi juga etika yang baik.

1.2 Fokus Penelitian


Fenomena cancel culture ini adalah suatu kegiatan memboikot massal
pada seseorang yang dianggap berkelakuan tidak baik atau meberikan contoh
burup kepada khalayak. Fenomena ini biasanya terjadi di kalangan indutri
hiburan dan politik. Fenomena ini masih tergolong baru diterapkan di
Indonesia, bahkan belum berjalan dengan efektif.

Beberapa pertanyaan utama yang akan dicari jawabannya melalui penelitian


ini, adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh cancel culture dapat sampai ke Indonesia


2. Bagaimana masyarakat menangani fenomena cancel culture ini
3. Apakah dengan adanya cancel culture terhadap Arawinda aka berimbas
buruk kepada film Like and Share?
4. Apakah penerapan cancel culture ini murni karena menginginkan adanya
perubahan yang lebih baik
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telat diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana masyarakat
menerapkan cancel culture terhadap aktris Arawinda sebagai pemeran utama
Like & Share di Media Sosial.

6
1.4 Tujuan Penelitian
Lewat penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana warga
menerapkan cancel culture terhadap aktris Arawinda sebagai pemeran utama
aktris Arawinda terkait skandal yang menjeratnya.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan
dan ilmu seputar perubahan sosial terhadap munculnya media baru terutama
dalam dunia industri.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Pelaku Industri dapat menjadi pacuan dan pedoman supaya bisa
menjaga etika dan dapat menjadi contoh yang baik terutama untuk
generasi saat ini.
b. Bagi masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan mengenai apa
definisi sesungguhnya dari cancel culture dan supaya tidak terkena mob
mentality tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu


2.1.1 Peneliti Terdahulu
1. Etnografi Virtual Fenomena Cancel Culture dan Partisipasi
Pengguna Media terhadap Tokoh Publik di Media Sosial.
Penelitian karya Fitria Mayasari , Mahasiswa Muhammadiyah
Riau 2022. Rumusan Masalah penelitian ini adalah bagaimana
fenomena cancel culture dan partisipasi pengguna media
terhadap tokoh publik di media sosial. Tujuan Penelitian dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fenomena
cancel culture dan partisipasi pengguna media terhadap tokoh
publik di media sosial. Teori Penelitian dari penelitian ini
adalah komunikasi massa dengan menggunakan pendekatan
etnografi virtual untuk melakukan eksplorasi terhadap entitas
(user) yang menggunakan internet. Hasil Penelitian ini
perkembangan teknologi dan berkembangnya karakteristik
pengguna media sosial memunculkan fenomena cancel culture
yang dapat berakibat positif maupun negative. Fenomena ini
dapat memberikan ruang baik pengguna media untuk
menyuarakan pendapatnya terhadap suatu hal yang dianggap
ofensif dan problematic, namun juga dapat berujung merugikan
orang lain jika informasi yang diberikan tidak sesuai fakta.
2. Fenomena Boikot Massal (Cancel Culture) di Media Sosial.
Penelitian karya Epsilody Madersi, Mahasiswa Universitas
Terbuka 2022 dan Hermiza Mardesci, Mahasiswa Universitas
Islam Indragiri 2022. Rumusan Masalah penelitian ini adalah
bagaimana fenomena boikot massal (cancel culture) di Media
Sosial. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana fenomena boikot massal (cancel culture) di media

8
sosial. Teori Penelitian dari penelitian ini merupakan teori
Media Baru dengan menggunakan penelitian deskriptif yang
menyajikan gambaran lengkap mengenai suatu fenomena di
masyarakat dengan menggunakan metode pengumpulan data
dengan observasi. Hasil Penelitian ini perkembangan teknologi,
fenomena cancel culture telah banyak bermunculan di berbagai
dunia, dan berbagai platform media sosial. Fenomena ini
disebabkan oleh kurangnya informasi yang diperoleh oleh
pengguna media sosial, serta adanya sifat ikut-ikutan yang
dikenal dengan istilah mob mentality.
3. Fenomena Cancel Culture dalam Perspektif Konstruksi
Disonansi Kognitif dan Keseimbangan Warganet di Sosial
Media. Penelitian karya Athika Dwi Utami, Mahasiswa
Universitas Airlangga Surabaya 2022. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah bagaimana fenomena cancel culture dalam
perspektif konstruksi disonansi kognitif dan keseimbangan
warganet di sosial media. Tujuan Penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana fenomena cancel culture dalam
perspektif konstruksi disonansi kognitif dan keseimbangan
warganet di sosial media. Teori Penelitian dari penelitian ini
adalah teori disonansi kognitif dengan pendekatan kualitatif
melalui studi kasus dengan paradigma konstruktivis. Hasil
Penelitian ini reaksi warganet dalam kasus kabur dari kewajiban
karantina Rachel Venya dan kasus aborsi mantan pacar Kim
Seon Ho dapat dibagi menjadi 2 kubu yaitu pro dan kontra .
Dalam teori disonansi kognitif, kedua kubu berusaha
mengurangi disonansi yang terjadi dengan berbagai upaya.
Dengan mengubah sikapnya (change action) dan mengubah apa
yang diyakininya (change belief), dan ada juga yang
menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa saja (change action
perception)

9
4. Cancel Culture Kasus Kekerasan Seksual di Kalangan
Followers Autobase Twitter @Areajulid. Penelitian karya
Yayang Eka Januarda Nisa, Yuhastina, Nurhadi, Mahasiswa
Sebelas Maret Surakarta 2022. Rumusan Penelitian ini adalah
bagaimana Cancel Culture kasus kekerasan seksual di kalangan
followers autobase twitter @areajulid. Tujuan Penelitian ini
adalah untuk memberikan gambaran secara nyata mengenai
cancel culture yang terjadi pada kasus kekerasan seksual dari
sudut pandang followers akun autobase twitter @areajulid
sebagai salah satu fenomena sosiologi modern. Teori Penelitian
ini menggunakan teknis analisis data Miles and Huberman. Hasil
Penelitian ini warganet menggunakan twitter berbeda untuk
membuat komunitas menjadi lebih baik dengan berusaha
membantu mengcancel kasus yang berkaitan dengan kekerasan
seksual dan bahwa cancel culture adalah sanksi sosial yang bisa
menjadi positif namun bisa menjadi negatif juga.
5. ‘One Nation Under Virtual Police’ Kontrol Sosial, Aktivisme
Viral, dan Patroli Internet. Penelitian karya Auditya Firza
Saputra, Peneliti di Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK)
2021. Rumusan Masalah ini adalah bagaimana media sosial
menghasilkan kontrol sosial, aktivisme viral, dan patroli internet.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
media sosial menghasilkan kontrol sosial, aktivisme viral, dan
patrol internet. Teori Penelitian ini menggunakan perpaduan
analisis teori sosial dan hukum secara mutidisipliner. Hasil
Penelitian ini kemunculan fenomena viral sebagai bentuk
control sosial bawaan era keterbukaan informasi pada kultur
media baru menunjukkan bahwa kritisisme masyarakat terhadap
isu menyangkut kepentingan publik meningkat.

10
Judul Etnografi Fenomena Fenomena Cancel ‘One Nation
Penelitian Virtual Boikot Cancel Culture Culture Under
Fenomena Massal dalam Kasus Virtual
Cancel Culture (Cancel Perspektif Kekerasan Police’
dan Partisipasi Culture) di Konstruksi Seksual di Kontrol
Pengguna Media Sosial Disonansi Kalangan Sosial,
Media Kognitif dan Followers Aktivisme
terhadap Keseimbangan Autobase Viral, dan
Tokoh Publik Warganet di Twitter Patroli
di Media Sosial Sosial Media @Areajulid Internet
Peneliti Fitria Mayasari Epsilody Athika Dwi Yayang Eka Auditya Firza
Madersi Utami Januarda Nisa, Saputra
& Yuhastina &
Hermiza Nurhadi
Mardesci
Lembaga Universitas Universitas Universitas Universitas Pusat Studi
dan Muhammadiyah Terbuka & Airlangga Sebelas Maret Hukum dan
Tahun Riau 2022 Universitas Surabaya 2022 Surakarta 2022 Kebijakan
Islam (PSHK)
Indragiri 2022 2021.
Rumusan Bagaimana Bagaimana Bagaimana Bagaimana Bagaimana
Masalah fenomena fenomena fenomena cancel culture media sosial
Penelitian cancel culture boikot massal cancel culture terhadap kasus menghasilkan
dan partisipasi (cancel dalam kekerasan kontrol
pengguna culture) di perspektif seksual di sosial,
media terhadap Media sosial. konstruksi kalangan aktivisme
tokoh publik di disonansi, followers viral, dan
media sosial kognitif, dan autobase patrol
keseimbangan twitter internet.
@areajulid

11
warganet di
sosial media
Tujuan Untuk Untuk Untuk Untuk Untuk
Penelitian mengetahui mengetahui mengetahui mengetahui mengetahui
bagaimana bagaimana bagaimana bagaimana bagaimana
fenomena fenomena fenomena cancel culture media sosial
cancel culture boikot massal cancel culture terhadap kasus menghasilkan
dan partisipasi (cancel dalam kekerasan kontrol
pengguna culture) di perspektif seksual di sosial,
media terhadap Media sosial. konstruksi kalangan aktivisme
tokoh publik di disonansi, followers viral, dan
media sosial kognitif, dan autobase patrol
keseimbangan twitter internet.
warganet di @areajulid
sosial media.
Teori Komunikasi Media Baru Disonansi Analisis Data Teori Sosial
Massa Kognitif Miles and dan Hukum
Huberman
Metode Etnografi Deskriptif Deskriptif Kualitatif Studi Sosio-
Penelitian Virtual Kualitatif Kualitatif Fenomenologis Legal
Hasil Perkembangan Perkembangan Reaksi Warganet Kemunculan
Penelitian teknologi dan teknologi, warganet dalam menggunakan fenomena
berkembangnya fenomena kasus kabur dari twitter berbeda viral sebagai
karakteristik cancel culture kewajiban untuk bentuk
pengguna telah banyak karantina membuat control sosial
media sosial bermunculan Rachel Venya komunitas bawaan era
memunculkan di berbagai dan kasus menjadi lebih keterbukaan
fenomena dunia, dan aborsi mantan baik dengan informasi
cancel culture berbagai pacar Kim Seon berusaha pada kultur
yang dapat platform Ho dapat dibagi membantu media baru

12
berakibat positif media sosial. menjadi 2 kubu mengcancel menunjukkan
maupun Fenomena ini yaitu pro dan kasus yang bahwa
negative. disebabkan kontra . Dalam berkaitan kritisisme
Fenomena ini oleh teori disonansi dengan masyarakat
dapat kurangnya kognitif, kedua kekerasan terhadap isu
memberikan informasi kubu berusaha seksual dan menyangkut
ruang baik yang mengurangi bahwa cancel kepentingan
pengguna diperoleh oleh disonansi yang culture adalah publik
media untuk pengguna terjadi dengan sanksi sosial meningkat.
menyuarakan media sosial, berbagai upaya. yang bisa
pendapatnya serta adanya Dengan menjadi positif
terhadap suatu sifat ikut- mengubah namun bisa
hal yang ikutan yang sikapnya menjadi
dianggap dikenal (change action) negatif juga.
ofensif dan dengan istilah dan mengubah
problematic, mob apa yang
namun juga mentality. diyakininya
dapat berujung (change belief),
merugikan dan ada juga
orang lain jika yang
informasi yang menganggapnya
diberikan tidak sebagai sesuatu
sesuai fakta. yang biasa saja
(change action
perception)

13
Daftar Pustaka
Epsilody Mardeson, H. M. (2022). Fenomena Boikot Massal (Cancel Culture) di Media
Sosial. Jurnal Riset Indragiri, 1-8.

Mayasari, F. (2022). Etnografi Virtual Fenomena Cancel Culture dan Partisipasi Pengguna
Media terhadap Tokoh Publik di Media Sosial. Journal Of Communication and
Society, 27-44.

Rastati, R. (2021). Cancel Culture : Dari Industri Hiburan Korea Selatan hingga Online
Nationalism Indonesia. Maysarakat & Budaya, 22.

Saputra, A. F. (2021). 'One Nation Under Virtual Police' Kontrol Sosial, Aktivisme Viral,
dan Patroli Internet. Jurnal Jentera, 1-26.

Sulianta, F. (2015). Keajaiban Sosial Media. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Utami, A. D. (2022). Fenomena Cancel Culture Dalam Perspektif Konstruksi Disonansi


Kognitif dan Keseimbangan Warganet di Sosial Media. Art and Design Journal,
52-60.

Yayang Eka Januarda Nisa, Yuhastina , Nurhadi (2022). Cancel Culture Kasus Kekerasan
Seksual di Kalangan Followers Autobase Twitter @Areajulid. Journal Civic and
Social Studies, 37-43.

14

Anda mungkin juga menyukai