Anda di halaman 1dari 13

MODEL LITERASI MEDIA PADA ANAK

DALAM MENCEGAH KONFLIK SOSIAL

Alip Kunandar, M.Si


(Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fishum UIN Sunan Kalijaga)

ABSTRACT
This study is the first step to find a model of media literacy related to the prevention of social conflicts.
Focus Group Discussion (FGD) used to find patterns of media consumption on children’s television, where to
watch, and accompaniment patterns while watching television. FGD also used to find some examples of media
content that has the potential to trigger social conflict.
The results showed the existence of irregularities in terms of time children watch television, as well as
place. Children are also often accompanied while watching, so they does not have someone to discuss the content they
watch on television. Moreover, in the context of the conflict, many potential social conflicts derived from the child’s
television, especially in the form of words (diction) wich sensitive to trigger social conflict.
The results of the study, indicate the need for Protectionist Media Literacy Models, which aims to protect
children from unsuitable and useful content, even potentially lead to social conflict.
Keywords: Media Literacy, Child, Social Conflict

A. Latar Belakang televisi yang sudah hampir mencapai 1:1, atau


Televisi sebagai media audio-visual, me- dalam satu satu rumah tangga terdapat satu pe-
miliki kekuatan yang sangat dahsyat bagi semua sawat televisi. Bahkan pada rumah tangga per-
kalangan masyarakat, terutama di kalangan kotaan dalam satu rumah bisa terdapat lebih
anak-anak. Perpaduan audio dan visual yang di- dari satu pesawat televisi.
milikinya membuat daya tangkap pesan yang di- Akses terhadap televisi yang sangat ting-
sebarkan televisi terhadap anak sangat kuat ka- gi, juga di kalangan anak-anak, menimbulkan
rena sajiannya menjadi sangat mudah difahami. keresahan tersendiri di kalangan para pendidik
Di Indonesia, jumlah kepemilikan pesawat dan orang tua. Banyak anak yang cenderung

Vol. 7, No. 1, April 2014


87
lebih ‘menurut’ pada apa yang dikatakan oleh pemain film, bahkan pelaku kriminal dan teroris
televisi dibandingkan dengan apa yang sekalipun.
dikatakan orang tua maupun gurunya. Belum Segala tindakan dan ucapan para
lagi konten-konten lain yang bisa mempengaruhi ‘panutan’ ini seringkali ditiru oleh para remaja
sikap dan perilaku anak, juga begitu mudah dan anak-anak. Hal yang sering ditiru oleh anak-
didapatkan dari program-program yang anak dan remaja ini biasanya didasarkan pada
disajikan televisi. penilaian bahwa hal itu ‘keren’ tidak peduli hal
Salah satu muatan isi dari televisi yang itu positif ataupun negatif, bahkan hingga mem-
dianggap cukup mengkhawatirkan adalah bahayakan nyawa dirinya dan orang lain pun ba-
muatan-muatan mengenai asertifitas bahasa nyak yang ditiru. Kita mungkin masih ingat ka-
(anak terhadap sesamanya, anak kepada orang sus kecelakaan anak yang disebabkan oleh pe-
tua, anak terhadap pendidik). Banyak anak se- niruan acara ‘Smack Down’ di televisi yang me-
karang yang dianggap tidak berbahasa dengan makan banyak korban anak cedera hingga me-
sopan terhadap orang tua dan guru karena me- ninggal dunia.
ngikuti gaya bahasa yang dilihatnya di televisi. Penggunaan bahasa yang dihadirkan
Muatan lain yang juga mengkhawatirkan adalah dalam konten media juga tak kalah pentingnya
soal multikulturalisme yang ada di lingkungan untuk diperhatikan. Lahirnya bahasa-bahasa ba-
nyata mereka. Banyak program televisi yang ru yang tidak baku (bahasa gaul, alay, lebay)
‘mengajarkan’ penonton –dan banyak diikuti hingga pencampuradukan bahasa asing dengan
anak-anak—untuk melecehkan dan menghina bahasa Indonesia dan daerah yang tidak jelas
kelompok-kelompok tertentu (minoritas) di da- (fenomena Vicky) juga perlu diperhatikan.
lam masyarakat, seperti mereka yang berbeda Apalagi jika penggunaan bahasa tersebut tidak
warna kulit, rambut, cacat, kelainan fisik, kela- memperhatikan aspek harmoni dalam lingku-
inan orientasi seksual dan lain sebagainya. Apa ngan, misalnya peniruan kata-kata (diksi) yang
yang disajikan di televisi tersebut banyak yang bisa memicu konflik sosial seperti pelecehan
ditiru anak-anak dan diterapkan dalam perga- suku, agama, ras, dan antarbangsa (SARA), pe-
ulannya sehari-hari. Jika ini tidak dicegah, bukan lecehan terhadap golongan tertentu, pelecehan
tidak mungkin akan terjadi konflik sosial yang terhadap orang dengan keterbatasan fisik dan
lebih besar yang disebabkan adanya prasangka mental, dan lain-lain.
yang tidak berdasar (stereotype) terhadap satu go- Penggunaan diksi ini –di kalangan anak-
longan masyarakat tertentu. anak— seringkali tidak disertai dengan niat ter-
Anak-anak dan remaja adalah usia yang tentu. Kadang hanya sekadar bercanda atau da-
sangat rentan dengan terpaan konten media yang lam konteks main-main. Akan tetapi jika kebia-
menyajikan penilaian salah dan tidak berdasar saan bercanda dengan menggunakan bahasa
(stereotype) yang bersumber dari konten media yang melecehkan ini berubah menjadi ke-
–terutama televisi tersebut. Hal ini dikarenakan biasaan, hal ini akan menimbulkan banyak ma-
faktor psikologis anak dan remaja yang sedang salah, mulai dari masalah antar-pribadi, hingga
dalam tahap pencarian jati diri. Dalam fase ini, sangat memungkinkan menjadi pemicu konflik
mereka mencari sebuah model panutan yang sosial.
akan diikutinya sebagai pijakan awal. Televisi Hal inilah yang menjadi keprihatinan pa-
memiliki kekuatan untuk menyajikan pengisi ke- ra pengamat media, sekaligus juga kalangan
kosongan panutan tersebut dengan menghadir- orang tua dan pendidikan. Model literasi me-
kan tokoh-tokoh panutan yang beragam yang dia yang selama ini ada dan coba dikembangkan,
bisa ‘dipilih’ oleh anak dan remaja. Misalnya saja seringkali dikalahkan oleh kekuatan ekonomi
menghadirkan pahlawan-pahlawan ‘palsu’ (arti- media itu sendiri. Di sinilah perlunya pengem-
ficial hero) seperti tokoh komik, pemain band, bangan model literasi media yang mampu

Jurnal Komunikasi PROFETIK


88
mencegah anak-anak dari konten-konten yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
bisa memicu konflik sosial di kemudian hari.
Dari permasalahan tersebut, agar peng- C. Landasan Teori
gunaan media, terutama televisi dapat mencapai 1. Literasi Media
sasaran yang tepat maka perlu adanya model Media Literacy atau literasi media dalam
literasi media dalam pembelajaran bagi siswa Bahasa Indonesia sering dipadankan dengan is-
sekolah dasar. Model literasi media untuk me- tilah ‘Melek Media.’ James Potter dalam
dia televisi akan mampu merancang penggunaan bukunya “Media Literacy” (2005) mengatakan
media televisi secara tepat bagi siswa sekolah bahwa literasi media adalah sebuah perspekif
dasar, sehingga siswa terbebas dari konsumsi yang digunakan secara aktif, ketika individu
konten televisi yang menebarkan bibit konflik. mengakses media dengan tujuan untuk memak-
Dengan ini diharapkan siswa memiliki kesada- nai pesan yang disampaikan oleh media.
ran multikultural sehingga dapat mencegah ter- David Buckingham (dalam Rianto (ed);
jadinya konflik sosial melalui pola konsumsi 2013) dalam laporannya untuk Ofcom, sebuah
media yang sehat. lembaga regulator industri komunikasi inde-
Oleh karena itu, diperlukan upaya ter- penden di Inggris, menyebutkan definisi iterasi
tentu untuk mencegah agar program televisi media sebagai “the ability to access, understand, and
yang dikonsumsi anak-anak dalam waktu yang create communications in a variety contexts.” Kemam-
tidak berbatas ini, bukan hanya bermanfaat bagi puan untuk mengakses media merujuk pada ke-
kognisinya, tetapi juga mampu digunakan dalam mampuan untuk menentukan konten media
mencegah konflik sosial di kalangan anak-anak yang sesuai dengan kebutuhannya dan menghin-
sejak dini, mengingat sifat heterogen dari dar dari konten media yang tidak dibutuhkan.
masyarakat Indonesia. Sementara kemampuan memahami mengacu
Penelitian ini dilakukan untuk mencoba pada apa yang dilakukan oleh khalayak ketika
melihat bagaimana pola konsumsi media tele- menemukan informasi dan kemampuan men-
visi di kalangan siswa Sekolah Dasar, dalam hal ciptakan adalah kemampuan untuk menulis di
ini adalah siswa SD Serayu Yogyakarta. Pola media.
yang didapat inilah yang akan dijadikan bahan Kemampuan ini dibutuhkan untuk
untuk menyusun model model Model Literasi memberdayakan seseorang untuk menjadi pe-
Media yang tepat dalam mencegah konflik mikir kritis dan menjadi produsen yang kreatif
sosial di kalangan siswa Sekolah Dasar. untuk memperluas eran. Sementara itu, Art
Silverblatt menekankan pengertian literasi me-
B. Metode, Populasi, dan Sampel dia pada beberapa elemen, di antaranya: (1)
Untuk mendapatkan data, digunakan kesadaran akan pengaruh media terhadap indi-
Focus Group Discussion (FGD). FGD digu- vidu dan sosial; (2) pemahaman akan proses ko-
nakan untuk mencari, mengetahui, mengidenti- munikasi massa; (3) pengembangan strategi
fikasi, juga mengumpulkan data yang diperlu- untuk menganalisis dan mendiskusikan pesan
kan dalam pengembangan model literasi me- media; (4) kesadaran bahwa isi media adalah
dia. Sedangkan populasi dalam penelitian ini teks yang menggambarkan kebudayaan dan diri
adalah seluruh siswa kelas V SDN Serayu kita sendiri pada saat ini; dan (5) mengembang-
Yogyakarta. Pemilihan sampel di SDN Serayu kan kesenangan, pemahaman, dan penghargaan
Yogyakarta dilakukan atas pertimbangan, seba- terhadap isi media (Silverblatt dalam Rianto
gai salah satu sekolah dasar negeri favorit di (ed): 2013).
Yogyakarta, siswanya berasal dari berbagai latar Dari definisi-definisi yang dipaparkan di
belakang keluarga yang beragam, sehingga atas, kesemuanya merujuk pada hal yang sama,
dianggap sesuai dengan kriteria Informan yang yakni literasi media berusaha memberikan

Vol. 7, No. 1, April 2014


89
kesadaran kritis bagi khalayak ketika berhada- The Cognitive models of Media Literacy
pan dengan media. Kesadaran kritis ini menjadi
kata kunci bagi gerakan literasi media. Literasi
media sendiri bertujuan terutama untuk mem- Filtering Meaning Meaning
Maching Construction
berikan kesadaran kritis terhadap khalayak
sehingga lebih berdaya di hadapan media.
Oleh karena itu, Silverblatt menyebut-
Competencies and Skill
kan empat tujuan dari literasi media, yakni kesa-
daran kritis, diskusi, pilihan kritis, dan aksi sosial
(Silverblatt, 1995: 2-3). Kesadaran kritis ini
Locus
memberikan manfaat bagi khalayak, antara lain:
1. Mendapatkan informasi secara be-
nar terkaitan cakupan dan jangkauan
media (coverage) dengan memban- Media Media Media Real Self
Effect Content Industries World
dingkan antara media yang satu
dengan yang lain secara kritis,
2. Sadar akan pengaruh media dalam
kehidupan sehari-hari,
media, mendayagunakan konsep-
3. Mampu menginterpretasikan pesan
konsep dasar ilmu pengetahuan untuk
media,
memahami konteks dalam pesan pada
4. Membangun sensitivitas terhadap
media tertentu.
program-program sebagai cara
(2) Evaluate. Setelah mampu menganalisa,
mempelajari kebudayaan,
kompetensi berikutnya yang diper-
5. Mengetahui pola hubungan antara
lukan adalah membuat penilaian (eva-
pemilik media dan pemerintah yang
luasi). Seseorang yang mampu menilai,
mempengaruhi isi media; serta
artinya ia mampu menghubungkan
6. Mempertimbangkan media dalam
informasi yang ada di media massa itu
keputusan-keputusan individu.
dengan kondisi dirinya, dan membuat
penilaian mengenai keakuratan, dan
Sementara itu, Potter (2005: 33) meng-
kualitas relevansi informasi itu dengan
gambarkan model kognitif literasi media
dirinya; apakah informasi itu sangat
sebagai berikut:
penting, biasa, atau basi. Tentu saja ke-
Kesadaran kritis khalayak atas realitas
mampuan dalam menilai sebuah infor-
media inilah yang menjadi tujuan utama literasi
masi itu dikemas dengan baik atau
media, hal ini karena media bukanlah entitas
tidak, juga adalah bagian dari kom-
yang netral. Media selalu membawa nilai, baik
petensinya. Di sini, terjadi proses
ekonomi, politik, maupun budaya. Keselu-
membandingkan norma dan nilai sosial
ruhannya memberikan dampak bagi individu
terhadap isi yang dihadapi dari media.
dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.
(3) Grouping, yakni kemampuan menentu-
Untuk memiliki kesadaran kritis terse-
kan setiap unsur yang sama dalam be-
but, Potter (2005) merumuskan tujuh kemam-
berapa cara: menentukan setiap unsur
puan yang harus dimiliki seseorang atau masya-
yang berbeda dalam beberapa cara.
rakat untuk bisa digolongkan sebagai individu
(4) Induction, yakni kemampuan menyim-
atau masyarakat yang melek media, yakni:
pulkan suatu pola di set kecil elemen,
(1) Analyze. Kemampuan menganalisa
maka pola generalisasi untuk semua
struktur pesan, yang dikemas dalam
elemen dalam himpunan tersebut.

Jurnal Komunikasi PROFETIK


90
(5) Deduction, yakni kemampuan Teori ini lebih menekankan pada pen-
menggunakan prinsip-prinsip umum dekatan manusiawi dalam melihat media massa.
untuk menjelaskan khusus. Manusia diasumsikan memiliki otonomi dan
(6) Synthesis, yakni kemampuan untuk wewenang untuk memperlakukan media.
merakit unsur-unsur ke dalam struktur Blumer dan Katz percaya, tidak hanya satu
baru alasan bagi khalayak untuk menggunakan me-
(7) Abstracting, yakni kemampuan dia. Konsumen media memiliki kebebasan
menciptakan secara singkat, jelas, dan untuk memutuskan bagaimana, lewat media
gambaran tepat menangkap esensi dari mana, mereka menggunakan media, dan bagai-
pesan dalam sejumlah kecil kata-kata dari mana media itu akan berdampak pada dirinya
pada pesan itu sendiri. (Nuruddin, 2007: 192).
Menurut uses and gratification, orang me-
Workshop Nasional Konsep dan Imple- manfaatkan media untuk kebutuhan khusus me-
mentasi Media Literacy di Indonesia tahun 2011 reka. Teori ini dapat dikatakan memiliki pende-
(dalam Rianto, ed, 2013) menyepakati bahwa katan user/audience -centered. Bahkan untuk komu-
tujuan kegiatan literasi media dapat dilihat nikasi (katakanlah antar-pribadi ) orang merujuk
dalam konteks proteksionis, pemberdayaan, kepada media untuk topik yang mereka diskusikan
dan studi media. Tujuan proteksionis, dimana dengan diri mereka sendiri. Mereka mendapatkan
media diaggap berpotensi merugikan dan dapat lebih banyak pengetahuan dan itu adalah
menimbulkan dampak negatif sehingga khala- pengetahuan diperoleh dengan menggunakan
yak pengguna media perlu diberi kegiatan media untuk referensi. Ada beberapa kebutuhan
literasi media. Kedua, tujuan pemberdayaan dan kepuasan bagi orang-orang mereka
yakni media memiliki fungsi positif sebagai dikategorikan menjadi lima kategori, yakni:
salah satu sumber belajar. Kegiatan literasi me- 1. Kebutuhan kognitif, yakni ketika orang-
dia dilakukan untuk memberi pengetahuan dan orang menggunakan media untuk
keterampilan pada khalayak agar dapat me- memperoleh pengetahuan, informasi,
ngoptimalkan isi media untuk kepentingannya. dan lain-lain
Ketiga, tujuan studi media, yakni literasi media 2. Kebutuhan afektif, mencakup semua
dilakukan dengan titik berat pda mempelajari jenis emosi, kesenangan dan lainnya
struktur isi pesan media berdasarkan media suasana hati khalayak.
yang berbeda, teknik produksi, dan pengemasan 3. Kebutuhan Integratif Pribadi, adalah
inti pesan, yang lebih dimaksudkan sebagai kebutuhan harga diri
upaya untuk mempelajari medianya. 4. Kebutuhan Integratif Sosial, meliputi
kebutuhan untuk bersosialisasi dengan
2. Uses and Gratification Theory keluarga, teman dan hubungan dalam
Herbert Blumer dan Elihu Katz menja- masyarakat .
di penengah di antara dua aliran teori efek me- 5. Kebutuhan Bebas dari Tekanan dimak-
dia, absolut dan terbatas, dengan memperke- sudkan bawah orang kadang-kadang
nalkan teori uses and gratifications (kegunaan dan menggunakan media sebagai sarana
kepuasan). Teori ini menyatakan bahwa pelarian dan untuk meringankan dari
pengguna media memainkan peran aktif untuk ketegangan.
memilih dan menggunakan media tersebut. Jadi,
pengguna media adalah pihak yang aktif dalam 3.
proses komunikasi, bukan medianya. Asum- Dari penelitian mengenai efek atau dam-
sinya adalah pengguna media memiliki pilihan pak media di atas, kemudian melandasi peneli-
alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. tian-penelitian lanjutan mengenai dampak me-

Vol. 7, No. 1, April 2014


91
dia yang menghasilkan simpulan bahwa khalayak latar belakang sosial ekonomi keluarga. Hal ini
harus bertindak aktif untuk mendapatkan efek sangat penting bagi pengembangan model lite-
yang baik dari konsumsi media dan menghindari rasi media untuk pencegahan konflik sosial, ka-
efek buruknya. rena Informan berada dalam lingkungan yang
Teori yang dikemukakan oleh Daniel heterogen.
Anderson dan Elizabeth Lorch (1983, dalam
Baran & Davis, 2000: 190) antara lain menyo- a. Jenis Kelamin
dorkan asumsi bahwa khalayak, secara umum, Informan terdiri dari siswa laki-laki dan
khususnya anak-anak - aktif dan secara sadar perempuan yang hampir berimbang meski se-
bekerja untuk memahami isi televisi. Mereka cara keseluruhan jumlah siswa perempuan se-
berpendapat bahwa pada usia dua setengah dikit lebih banyak. Hal ini ditunjukan dalam
tahun, anak-anak telah mengembangkan sebuah tabel di bawah ini:
skema menonton (viewing schema) yang memung-
kinkan mereka untuk memahami isi televisi ter- Tabel 1
Jenis Kelamin
tentu. Setelah melewati usia dua setengah tahun, Jenis Kelamin Kelas V A Kelas V B Kelas V C
perhatian visualnya berkembang hingga men- Laki-Laki 13 13 12
capai usia prasekolah, dan meningkat lebih Perempuan 14 15 12
tinggi pada usia sekolah. Anderson dan Lorch Total 27 28 24
Sumber: FGD
menyimpulkan, peningkatan ini mencerminkan
perkembangan kognitif, pengetahuan pada
dunia yang meningkat, dan meningkatnya pe- b. Agama
mahaman terhadap kode sinematik dan struktur Informan berasal dari latar belakang
format televisi. agama yang berbeda. Hal ini ditunjukan dalam
Anderson dan Lorch menyebut teorinya tabel di bawah ini:
sebagai Teori Menonton Televisi Aktif (Active
Tabel 2
Theory of Television Viewing) yang secara umum Agama
berasumsi bahwa anak adalah makhluk aktif, Agama Kelas V A Kelas V B Kelas V C
kognitif, dan sosial. Tetapi, televisi dipandang Islam 24 27 23
Kristen 2 - 1
telah menghadirkan pengaruh yang sangat kuat Katholik 1 - -
untuk menjadikan anak reaktif kepada apa yang Hindu - 1 -
dihadirkannya. Budha - - -
Lain-lain - - -
Oleh karena itu, menurutnya diperlukan Total 27 28 24
upaya penyadaran atau literasi media bagi kha- Sumber: FGD
layak, terutama anak-anak, agar tidak menelan
mentah-mentah apa yang disajikan oleh media, c. Suku/Asal Daerah
dengan cara menjadi penonton yang aktif. Inilah Informan berasal dari berbagai suku
yang kemudian mendasari upaya-upaya penya- bangsa yang ada di Indonesia, meskipun suku
daran atau literasi media bagi semua lapisan Jawa dominan, hal ini karena memang lokasi se-
khalayak. kolah yang berada di Kota Yogyakarta.

D. TEMUAN DATA
1. Profil Informan
Dari data yang diperoleh selama proses
FGD, menunjukkan adanya keragaman seperti
yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Keraga-
man ini berupa keragaman asal suku, agama,

Jurnal Komunikasi PROFETIK


92
Tabel 3 menjawab lebih dari satu slot waktu yang dise-
Suku/Asal Daerah
Suku Kelas V A Kelas V B Kelas V C
butkan. Dari temuan di lapangan waktu kon-
Jawa 21 25 21 sumsi siaran televisi Informan dipaparkan
Batak 1 - - dalam tabel berikut:
Palembang 1 - -
Bali 2 - -
Tabel 5
Minang 1 - -
Waktu Menonton
Betawi 1 2 -
Waktu Kelas V A Kelas V B Kelas V C
Nusa Tenggara - 1 1
03.01-06.00 14 8 12
Melayu - - 1
06.01-09.00 14 13 17
Banjar - - 1
09.01-12.00 17 15 14
Total 27 28 24
12.01-15.00 17 19 13
Sumber: FGD 15.01-18.00 11 14 5
18.01-21.00 14 12 15
d. Pekerjaan Orang Tua 21.01-24.00 4 9 8
24.00-03.00 8 8 4
Latar belakang ekonomi Informan yang
Sumber: FGD
ditunjukkan oleh pekerjaan orang tua masing-
Data di atas menunjukkan, hampir
masing juga beragam, seperti yang ditunjukan
semua slot waktu yang tersedia terisi, bahkan
dalam tabel di bawah ini:
pada jam-jam ‘sepi’ antara pukul 21.00 hingga
Tabel 4
03.00 juga masih ada Informan yang mengaku
Pekerjaan Orang Tua menonton televisi pada jam tersebut.
Pekerjaan OT Kelas V A Kelas V B Kelas V C
PNS 11 10 5 b. Tempat Menonton
Peg. Swasta 8 10 8
Wiraswasta 6 - - Sementara untuk tempat menonton
Buruh/Tani - 5 9 utama dibagi dalam tiga kategori, yakni (1) ru-
TNI/Polri 2 3 2 mah sendiri, (2) rumah teman atau tetangga, dan
Total 27 28 24
(3) tempat umum. Mengingat tingkat kepemili-
Sumber: FGD
kan pesawat televisi saat ini yang cukup tinggi,
masing-masing kategori dari rumah sendiri dan
1. Pola Konsumsi Media Televisi
rumah teman dibagi lagi dalam sub kategori (a)
Pola konsumsi media televisi yang di-
ruang keluarga, dan (b) kamar. Tempat utama
maksud dalam penelitian ini adalah hal yang ber-
konsumsi siaran televisi Informan dipaparkan
kaitan dengan waktu dan tempat di mana In-
dalam tabel berikut:
forman menyaksikan acara televisi. Hal ini ber-
tujuan untuk mendapatkan waktu-waktu dimana Tabel 6
Informan paling banyak menyaksikan acara te- Tempat Menonton
levisi yang nantinya dikaitkan dengan waktu- Tempat Kelas V A Kelas V B Kelas V C
waktu acara televisi yang rawan dan juga waktu Rumah Sendiri
Ruang Kel 26 20 13
belajar mereka sebagai siswa. Sedangkan tem- Kamar 6 14 7
pat, menunjukkan tempat di mana mereka Rumah Teman
mengkonsumsi siaran televisi agar bisa dianalisis Ruang Kel 10 11 4
Kamar 3 11 9
tempat-tempat yang rawan.
Tempat umum 25 20 11
Sumber: FGD
a. Waktu Menonton
Waktu menonton dibagi pertiga jam se-
Data di atas menunjukkan, meski tem-
suai dengan alokasi waktu yang biasa digunakan
pat utama menonton televisi masih banyak dila-
dalam pembagian program siaran dalam tele-
kukan di ruang keluarga, apakah itu di rumah
visi. Setiap Informan diperkenankan untuk
sendiri maupun di rumah teman, tetapi jumlah

Vol. 7, No. 1, April 2014


93
anak yang menonton di dalam kamar (sendiri Tabel 8
Pendamping Menonton 1 (Ayah)
maupun teman) juga cukup tinggi. Kelas V A Kelas V B Kelas V C
Sering - - 5
3. Pola Pendampingan Kadang2 9 20 15
Pola pendampingan konsumsi media Tidak Pernah - 2 2
Sumber: FGD
televisi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah hal yang berkaitan dengan siapa yang
Tabel 9
mendampingi anak (Informan) ketika mereka Pendamping Menonton 2 (Ibu)
menonton televisi. Pola ini penting untuk dike- Kelas V A Kelas V B Kelas V C
tahui agar bisa didapatkan model literasi me- Sering 4 16 10
Kadang2 26 10 7
dia yang tepat bagi anak, dalam konteks apapun, Tidak Pernah - 1 0
dalam hal ini pencegahan konflik sosial. Sumber: FGD

a. Teman Menonton Tabel 10


Teman menonton televisi dibagi dalam Pendamping Menonton 3 (Orang yang Lebih Tua)
Kelas V A Kelas V B Kelas V C
beberapa kategori, yakni (1) ayah, (2) ibu, (3) Sering 6 4 6
kakak atau adik, (4) kakek atau nenek, (5) teman Kadang2 12 4 3
main, (6) oom/tante atau kerabat, dan (7) pe- Tidak Pernah 2 3 0
kerja rumah (termasuk pembantu rumah tang- Sumber: FGD
ga, pengasuh, dan lain-lain. Dari temuan di la-
pangan waktu konsumsi siaran televisi Informan 4. Pemahaman Kategori Siaran
dipaparkan dalam tabel berikut: Dari hasil temuan selama FGD, hampir
semua Informan paham akan kepanjangan
Tabel 7 masing-masing kode kategori, sayangnya, pe-
Teman Menonton mahaman mengenai batasan usia tidak dipahami
Teman Kelas V A Kelas V B Kelas V C
Ayah 5 16 5 secara merata. Seorang informan misalnya, me-
Ibu 11 17 10 ngerti singkatan ‘BO’ tetapi ketika ditanyakan
Kakek/Nenek 7 9 5 apakah dia (berusia antara 11-12 tahun) boleh
Kakak/Adik 10 16 12
Teman main 2 5 11
menonton acara tersebut, dia langsung men-
Oom/Tante 3 6 4 jawab, “Nggak, saya nggak boleh nonton, harusnya,
Pekerja Rumah 5 3 4 tetapi sering nonton juga sih...”
Sumber: FGD Begitu pula dengan kategori ‘D’ yang
semua Informan mengetahuinya. Meski semua
a. Pendamping Menonton Informan hampir memahami pembagian kate-
Pendamping menonton yang dimaksud- gori itu, sebagian besar mengaku tidak pernah
kan dalam penelitian ini adalah orang yang de- memperhatikannya, seperti pengakuan salah
ngan sengaja mendampingi anak ketika menon- satu informan, “Kalau saya nonton ya nonton aja,
ton televisi. Pendamping tidak diartikan sebagai paling kalau nggak boleh nanti ditegur ibu, baru saya
teman menonton saja, tetapi juga tempat anak pindahkan...”
berkonsultasi atau mendiskusikan apa yang di-
tontonnya. Kategori pendamping dibagi tiga, 5. Pemahaman Jenis Program Siaran
yakni (1) ayah, (2) ibu, dan (3) kakak atau orang Dari hasil diskusi, secara keseluruhan
yang lebih tua dengan pengakuan Informan me- anak-anak yang dijadikan Informan memahami
ngenai sering atau tidaknya mereka berdiskusi jenis-jenis program mana saja yang bisa mereka
dengan para pendamping tersebut. Dari te- tonton, termasuk bisa memberikan contoh-
muan di lapangan waktu konsumsi siaran televisi contoh nama acara yang sesuai dengan jenis
Informan dipaparkan dalam tabel berikut: program yang dimaksud. Menariknya,

Jurnal Komunikasi PROFETIK


94
beberapa anak memahami ketika sebuah prog- yang berasal dari Afrika. Seorang
ram menampilkan anak-anak sebagai peran informan bahkan langsung menyebut
utama, maka acara itu menurutnya bisa diton- ciri fisik ini pada satu suku tertentu,
ton bebas. Salah satunya ketika ditanyai tentang yakni ‘Papua’ yang dalam anggapannya
film anak, seorang informan menjawab, “Kian orang yang berkulit gelap pastilah or-
Santang! (Sinetron di MNC TV), kan yang main ang yang berasal dari Papua atau Indo-
anak-anak...” nesia Timur. Diksi ‘Papua’ diakui salah
Temuan menarik lainnya, ketika anak- satu informan didapatkan dari interaksi
anak ditanyai tentang program berita, beberapa sosial di mana tempat tinggalnya banyak
anak menjawab menonton berita tidak perlu di- kos atau rumah sewa yang dihuni
dampingi orang tua, alasannya, “Kan berita, nggak mahasiswa dari Indonesia Timur. Tetapi
apa-apa,” sementara menurutnya, ia sering me- diksi ‘negro’ banyak didapatkan dari
nonton acara berita, dan yang paling sering media seperti pengakuan seorang
ditontonnya adalah acara berita ‘Sidik’ yang informan, “Olga (Olga Syahputra, pre-
justru merupakan program berita kriminal. senter sebuah acara musik di televisi) kan
pernah nyebut ‘negro’ pada orang yang berkulit
6. Temuan Diksi Potensi Konflik dalam Isi hitam..” akunya. Diksi lain yang dida-
Program Siaran patkan adalah ‘cemong’ yang juga di-
Dalam FGD yang dilakukan, peneliti dapatkan dari sebuah sinetron berjudul
menyampaikan beberapa jenis ciri fisik, ke- ‘Si Cemong’ yang dilakoni pemeran
lainan fisik, dan identitas keagamaan yang ber- berkulit gelap dan berambut keriting.
potensi memicu konflik. Karena informan
adalah siswa SD, maka hal ini perlu diarahkan b. Keterbatasan Sosial
agar tidak melebar ke persoalan lain. Dalam hal situasi sosial, bebe-
a. Ciri Fisik rapa diksi juga ditemukan dalam
Ketika disampaikan beberapa penyebutan berbagai jenis keterbatasan
ciri fisik, informan rata-rata memiliki sosial. Misalnya saja, dalam penyebutan
rujukan diksi lain yang berbeda sesuai bagi pelaku kriminal didapat diksi
dengan pemahaman mereka. Sebagian umum yakni ‘preman’ yang diakui salah
diksi yang mereka miliki sebagian satu informan didapatkan dari televisi,
didapatkan dari konsumsi media, meski “Banyak, ada preman cinta, preman insyaf,
begitu banyak pula yang didapatkan dari di FTV itu. Tapi kan preman yang bener itu
hasil interaksi sosial mereka di luar me- yang suka malak-malak, minta duit...”
dia. jawab seorang informan. Beberapa diksi
Untuk menggambarkan orang lain yang ditemukan untuk hal ini adalah
yang berkulit gelap misalnya, beberapa ‘tersangka’ yang diakui beberapa
informan menjawab ‘hitam’ yang informan didapatkan dari berita
merujuk pada warna. Tetapi beberapa kriminal di televisi.
informan memiliki diksi lain yang
penggunaannya bisa menjadi pemicu c. Keagamaan
konflik sosial, misalnya saja ada yang Dalam hal ciri-ciri yang berkai-
menyebut ciri tersebut dengan ‘negro’ tan dengan tampilan fisik (tubuh dan
yang meski kata aslinya merujuk pada pakaian) yang berkaitan dengan konteks
warna hitam, tetapi berkonotasi negatif sosial-keagamaan, juga ditemukan
merujuk pada penghinaan yang berbau banyak diksi yang selain didapatkan dari
rasial, terutama bagi warga negara asing

Vol. 7, No. 1, April 2014


95
interaksi sosial, juga didapatkan dari jalan karena takut itu adalah preman yang akan
konten media. minta uang, menjauhi laki-laki yang berperilaku
Misalnya saja, ketika diminta ko- (juga berpakaian) seperti perempuan karena
notasi terhadap orang yang berjenggot, ‘takut bencong.’ Selain itu, tidak ada pengakuan
selain diksi umum seperti ‘kakek-kakek,’ yang berpotensi memicu konflik serius.
‘brewokan’ ‘kambing’ ada juga temuan
diksi ‘arab’ dan ‘teroris.’ Beberapa E. ANALISIS
temuan diksi ini harus diwaspadai dalam 1. Potensi Konflik dari Perspektif
upaya pencegahan konflik sosial karena
banyak asosiasi yang negatif. Diksi
Dalam pencegahan konflik, teori yang
‘kakek-kakek’ dan ‘brewokan’ cenderung
lebih relevan dan harus didorong adalah teori
lebih netral dan tidak berpretensi
uses and gratification, yakni bahwa menyatakan bah-
memicu konflik. Diksi ‘kambing’
wa pengguna media memainkan peran aktif
merujuk pada konotasi penghinaan atau
untuk memilih dan menggunakan media terse-
mengejek. Diksi ‘arab’ merujuk pada
but. Jadi, pengguna media adalah pihak yang
identitas etnis, dalam hal ini bisa negatif
aktif dalam proses komunikasi, bukan media-
dan netral, tetapi diksi ‘teroris’ perlu
nya. Asumsinya adalah pengguna media memi-
diwaspadai karena bepretensi menjadi
liki pilihan alternatif untuk memuaskan kebu-
stereotype atau anggapan yang tidak
tuhannya.
berdasar. Diksi ini diakui banyak
Dalam penelitian ini, memang terlihat
informan didapatkan dari televisi,
posisi konsumsi media memang berada di ta-
“Teroris kan berjenggot...” kata seorang
ngan para informan itu sendiri. Mereka yang
informan. Tetapi dari pendalaman, hal
menentukan kapan mereka menonton televisi,
ini belum menjadi stereotype yang sangat
kapan tidak menonton. Apa yang akan mereka
berbahaya karena tidak ditemukan
tonton, dan apa yang mereka tidak ingin tonton.
simpulan jawaban misalnya ‘semua yang
Termasuk kapan dan dimana mereka ingin dan
berjenggot itu teroris’ tetapi masih se-
akan menonton. Tetapi di sinilah sesungguhnya
baliknya, ‘teroris itu selalu berjenggot.’
yang menjadi persoalan dalam literasi media
Meski demikian, anggapan ‘teroris itu
bagi kalangan anak.
selalu berjenggot’ perlu diwaspadai,
Keaktifan atau dalam hal ini bisa disebut
karena merujuk pada anggapan bahwa
kebebasan memilih media hanya ‘aman’ diterap-
teroris itu berasal dari satu golongan
kan pada khalayak dewasa, sementara bagi kha-
agama saja.
layak anak, pendampingan menjadi hal yang
krusial, karena tidak semua program yang disa-
7. Perlakuan
jikan televisi di Indonesia aman bagi anak-anak,
Dalam FGD yang dilakukan, peneliti
begitupun dengan program yang juga ditujukan
juga mencoba menggali perilaku yang berpo-
untuk anak-anak itu sendiri.
tensi menyebabkan konflik sosial yang dikait-
Menurut Teori uses and gratification, or-
kan dengan konten media. Tetapi temuan
ang memanfaatkan media untuk kebutuhan khu-
umumnya, informan tidak melakukan hal-hal
sus mereka. Teori ini dapat dikatakan memiliki
yang berpotensi konflik dengan niat atau kese-
pendekatan user/audience -centered. Bahkan untuk
ngajaan. Konteks yang mereka akui semuanya
komunikasi (katakanlah antar-pribadi) orang
–jika dilakukan—hanyalah dalam konteks ber-
merujuk kepada media untuk topik yang mere-
canda atau lucu-lucuan. Sementara perilaku yang
ka diskusikan dengan diri mereka sendiri. Me-
lebih dari sekadar bercanda yang ditemukan mi-
reka mendapatkan lebih banyak pengetahuan
salnya menghindari orang bertato di pinggir
dan itu adalah pengetahuan diperoleh dengan

Jurnal Komunikasi PROFETIK


96
menggunakan media untuk referensi. aktif orang tua atau pendamping dewasa sangat
Dalam konteks literasi media untuk dibutuhkan sehingga anak tidak dibiarkan
anak, konsep user atau audience centered justru menonton sendiri.
harus dikurangi mengingat kemampuan anak
untuk membedakan konten yang bermanfaat 3. Model Literasi Media yang
dengan tidak bagi dirinya masih dianggap le- Dibutuhkan
mah. Justru karena pemikiran inilah stasiun tele- Dari data yang diperoleh selama proses
visi diwajibkan untuk menampilkan kategori- FGD, secara umum ditemukan bahwa sumber
sasi, meskipun dalam praktiknya, pencantuman potensi konflik sosial tidak selalu didapatkan
kategori ini juga masih banyak yang dilanggar dari media. Interaksi sosial anak juga berpenga-
dengan sadar oleh anak-anak yang dijadikan in- ruh dalam hal ini. Sebagian besar tindakan yang
forman itu sendiri. dilakukan anak ketika menggunakan bahasa
yang bisa memicu konflik diakui hanya dalam
2. Potensi Konflik dari Perspektif konteks main-main atau bercanda, akan tetapi
jika kebiasaan ini berlanjut, di kemudian hari
sangat memungkinkan bisa menjadi penyebab
Berdasarkan pemikiran Anderson dan konflik, baik individu maupun sosial.
Lorch dalam Active Theory of Television Viewing, Merujuk pada tiga tujuan kegiatan
keaktifan anak dalam memahami televisi tidak literasi media yang dikemukakan dalam Work-
berarti kemudian membiarkan anak-anak dile- shop Nasional Konsep dan Implementasi Me-
pas begitu saja ketika menyaksikan televisi. Bah- dia Literacy Indonesia yakni proteksionis, pem-
kan anak yang memahami kategorisasi sekalipun berdayaan, dan studi media, maka model lite-
tetap menonton acara itu dengan alasan hiburan, rasi media yang diperlukan dalam pencegahan
bukan karena ia tidak tahu. konflik sosial bagi anak harus ditekankan pada
Potensi konflik yang bisa hadir dalam tujuan proteksionis.
pandangan ini adalah, anak menganggap ia bisa Tujuan proteksionis, adalah dimana
membedakan konten media mana yang baik dan media diaggap berpotensi merugikan dan dapat
buruk (sadar) akan tetapi sesungguhnya, konten menimbulkan dampak negatif sehingga khala-
yang sensitif konflik itu menumpuk dalam be- yak pengguna media perlu diberi kegiatan lite-
naknya menjadi pengetahuan kognitif yang rasi media. Dalam hal ini, perlindungan terha-
mungkin suatu saat akan keluar. Dari pengakuan dap anak dari terpaan konten media yang ber-
informan juga, mereka sering menggunakan potensi yang memungkinkan masuknya konten
temuan diksi yang sensitif konflik itu dalam ke- atau muatan yang sensitif konflik.
seharian, meski diakui sebagai bercandaan saja. Literasi media yang bersifat proteksionis
Di sinilah yang harus diwaspadai, karena meski akan membuat apa yang dimaksud oleh Potter
si anak menyebut hanya bercanda, belum tentu sebagai ‘filtering’ karena berusaha untuk mere-
dengan anak yang dijadikan ‘korban’ bercanda- duksi konten negatif yang masuk ke dalam diri
nya itu. Beberapa contoh kasus di televisi juga anak. Seharusnya, filtering ini dilakukan
menunjukkan banyak orang yang ‘niatnya’ ber- pertama kali oleh media itu sendiri sebelum me-
canda tapi kemudian membawa masalah karena nayangkan programnya, selain itu, ada juga
ada pihak yang tersinggung. badan lain yang berwenang melakukan filtering,
Oleh karena itu, sedapat mungkin, pe- misalnya saja Lembaga Sensor Film (LSF) yang
numpukan diksi sensitif konflik ini harus bisa bahkan memiliki wewenang untuk melakukan
dihindari, tidak cukup dengan anggapan bahwa sensor.
seorang anak cukup aktif memilih dan memilah Model literasi media bagi anak dalam
acara sendiri. Dalam hal ini, pendampingan pencegahan konflik sosial ini, meski bertujuan

Vol. 7, No. 1, April 2014


97
proteksi tidak selalu harus kemudian membatasi hatikan konsumsi konten media yang
dengan ketat hak anak untuk mendapatkan in- sudah terlanjur didapatkan anak dari
formasi dan hiburan dari televisi. Seharusnya, sumber lain, media lain yang dikonsumsi
upaya ini dimulai dari pengelola stasiun televisi seperti internet, radio, buku, dan lain
yang lebih peka terhadap potensi konflik. Ke- sebagainya. Sesekali orang tua perlu
sadaran atau kepekaan terhadap konflik tidak meluangkan waktu untuk mendiskusi-
selalu harus saat konflik itu terjadi, justru di saat kan hal-hal yang berkaitan dengan pe-
damai penyajian konten yang peka konflik ngetahuan anak untuk mengetahui apa-
harus dilakukan. Dimulai dengan hal yang se- kah ada pengetahuan yang memung-
betulnya remeh, misalnya saja mengurangi peng- kinkan terjadinya penyimpangan,
gunanan label (labelisasi) terhadap golongan ter- misalnya anggapan salah tentang seks,
tentu, mengurangi konten yang menyajikan stereotype terhadap golongan atau ke-
tindakan kekerasa verbal dan non verbal, mes- lompok tertentu.
kipun disajikan dalam konteks bercanda –dalam
acara lawak misalnya.
Daftar Pustaka
Jika media masih sulit untuk dikontrol,
Baran, Stanley J. & Dennis K. Davis. (2000)
atau tingkat kesadaran pengelola media masih
Mass Communications Theory; Founda-
renda karena berbagai faktor, maka literasi me-
tions, Ferments, and Future. Belmont:
dia bertujuan proteksionis ini perlu dilakukan
Wardsworth.
dalam lingkungan paling kecil dalam masya-
rakat, yakni keluarga. B. Guntarto (ed). (2011) Konsep dan
Model literasi media proteksionis yang Implementasi Media Literacu di Indonesia,
bisa diajukan setelah melakukan penelitian Kumpulan Makalah Workshop
dengan FGD ini antara lain: Nasional. Jakatya: Yayasan
1. Meningkatkan intensitas pendampingan Pengembangan Media Anak dan
di saat anak menonton televisi, meski Departemen Ilmu Komunkasi FISIP
anak menonton kategori acara yang Universitas Indonesia.
dikhususkann untuk anak-anak sekali-
pun. Center for Media Literacy. (2003). What
2. Memperhatikan waktu dan tempat anak Media Literacy is Not. Dipetik Januari
menonton. Dalam usia yang masih 5, 2011, dari Center for Media Lit-
digolongkan anak-anak, sebaiknya anak eracy/CML: http://
menonton televisi di ruang keluarga www.medialit.org/reading-room/
yang memungkinkan ia memiliki teman what-media-literacy-not
diskusi atau pendamping saat menon- Curry, M. J. (1999). Media Literacy for English
ton. Language Learner: A Smiotics Approach.
3. Dalam pendampingan perlu juga diper- Literacy and Numeracy Studies Vol. 9/
hatikan agar orang tua atau pendam- no. 2 .
ping memiliki kemampuan untuk
menjelaskan konten media yang dita- European Commission. (2009). Study on
nyakan oleh anak. Persoalan tabu juga Assessment Criteria for Media Lit-
harus dipikirkan batasannya, sehingga eracy Levels. Brussels.
anak mandapatkan jawaban yang jelas, Iriantara, Yosal. (2009). Literasi Media.
bukan jawaban yang menggantung. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
4. Dalam model literasi media yang ber-
tujuan proteksi ini, juga perlu diper-

Jurnal Komunikasi PROFETIK


98
Potter, W.J.(2005). Media Literacy. Upper
Sadler River, New Jersey: Prentice
Hall.
Riswanto, Purji (ed). (2013). Model-Model
Gerakan Literasi Media dan Pemantauan
Media di Indonesia. Jakarta. PKMB dan
Yayasan TIFA.
Shoemaker & Reese (1996). Mediating the
Message: Theories of Influenes on Mass
Media Content. USA. Longman

Vol. 7, No. 1, April 2014


99

Anda mungkin juga menyukai