Anda di halaman 1dari 16

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi | Vol 4, No 1, Th 2019, 88-103 | P-ISSN: 25483749 E-ISSN: 26154420

Makna Televisi Bagi Generasi Z

Deska Yoga Pratama1, Ilham Mohammad Iqbal2, Nadeim Attar Tarigan3


1Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Al-

Azhar Indonesia
Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110
deskayogapr@gmail.com
2Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Al-

Azhar Indonesia
Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110
ihamiqbal50@yahoo.com
31
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Al-
Azhar Indonesia
Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110
nadiemtarigan@gmail.com

Diterima: Mei, 2019 Direview: Mei, 2019 Diterbitkan: Juni, 2019

Abstrak. Saat ini menonton televisi tidak menjadi pilihan utama bagi generasi saat ini. Di era
globalilasi saat ini banya sekali media yang dipilih selain televisi. Penggunaan Televisi berbeda-beda
disetiap khalayak masyarakat Beberapa orang mejadikan televisi sebagai sarana informasi, ada
pulayang mejadikan televisi sebagai sarana hiburan saja . Ini memungkinkan generasi saat
menggunakan televisi sebagaisarana yang mudah sesuai dengan ketertarkkannya. Televisi dapat
menimbulkan berbagai dampak bagi para pemirsanya, terutama kaum generasi saat ini. Baik itu
berupa dampak positif maupun dampak negatif melalui televisi, dapat menyaksikan semua tayangan
yang mereka inginkan mulai dari tayangan yang layak untuk mereka konsumsi hingga tayangan yang
belum sepantasnya mereka konsumsi. Pada saat ini banyak stasiun televisi yang menayangkan
berbagai macam program acara yang bisa kita saksikan selama 24 jam.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna televisi dikalangan generasi Z. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan di penelitian ini,
ada wawancara, setelah wawancara dilaksanakan, data ditulis dalam transkrip yang telah kami
transkip sebelumnya. Hasil dari Selective Coding yaitu Menonton televisi, Pilihan tayangan dan
Kebebasan mengendalikan remote. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa televisi bukan menjadi
pilihan utama bagi kalangan milenial untuk mendapatkan infomasi ataupun hiburan, dan remaja lebih
suka sesuatu hal yang praktis dan mudah diakses seperti internet.
Kata kunci: Televisi; generazi Z; Makna; Tayangan; Hiburan; Orang Tua.

Abstract. Now watching television is not the main choice for the current generation. In the current era
of globalization, there are so many media chosen besides television. The use of television differs in
every society. Some people make television as a means of information, there are also things that make
television a means of entertainment. This allows us to use television as an easy way according to our
interests. This allows audience to use television based on their interest easily. Television could cause
various impacts for viewers, especially the generation in the form of positive and negative. Through
television, you can watch all the shows they want starting from decent shows for them to consume food
that they have not properly consumed. At this time many television stations that display various kinds
of programs that we can watch for 24 hours. This study aims to describe the meaning of television
among generation Z. This study used a qualitative approach with the data collection techniques used
in this study, there were interviews, after the interviews were conducted, the data was written in the
transcripts we had transcribed before. The results of Selective Coding are watching television, choice
of impressions and freedom to control the remote. The results of this study indicate that television is not
the main choice for millennials to get information or entertainment, and teenagers prefer something
practical and easily accessible such as the internet.

88
Makna Televisi … | 89

Keywords: Television; Z generazi; Meanings; Shows; Entertainment; Parents.

1. Pendahuluan sajian pendidikan karakter, serta


Dalam Media televisi dapat mewujudkan harapan televisi pendidikan
menyajikan acara-acara tentang potret karakter bangsa (Anwas, 2018).
kehidupan dan perilaku sehari-hari baik Televisi ini merupakan jendela
dalam bentuk kisah nyata maupun dramati- terhadap dunia. Segala sesuatu yang kita
sasi sesuai dengan tujuan yang lihat melalui jendela itu membantu
dikehendaki. Media televisi juga sebagai menciptakan gambar di dalam jiwa.
media massa yang paling populer dan Gambar inilah yang membentuk bagian
digemari oleh berbagai lapisan masyarakat, penting cara seseorang belajar dan
termasuk remaja. Melalui televisi, pesan mengadakan persepsi diri. Apa yang kita
bisa disajikan dalam bentuk audio visual peroleh melalui pengamatan pada jendela
dan gerak. Televisi juga bisa menyaji-kan itu dipengaruhi oleh berbagai faktor,
siaran langsung (live) atau liputan berita yaitu lama waktu menonton dan
dari sumbernya pada saat yang bersamaaan. mengikuti siaran, usia, kemampuan khusus
Dengan bantuan media lain, televisi juga seseorang dan keadaan seseorang pada
bisa menyajikan acara interaktif. Dalam waktu itu. Televisi sebagai salah satu
pemanfaatannya, televisi dapat ditonton lingkungan bagi seorang berperan dalam
sambil santai di rumah, menyaksi-kan pembetukan kepribadian anak. Proses
siaran langsung, dramatisasi, hiburan, terbentuknya suatu kepribadian tertentu
sinetron, musik, pendidikan, dan informasi bisa dilihat dari beberapa hal, pertama yaitu
lainnya. Dengan karakteristik yang dimiliki proses pembiasaan. Seorang anak melihat
media televisi tersebut, banyak kajian suatu tingkah laku yang sering
membuktikan besarnya pengaruh media ditampilkan secara berulang-ulang.
televisi terhadap pembentukan perilaku Tingkah laku tersebut akan menjadi
masyarakat, salah satunya dari kalangan lazim baginya (Dewi Juni Artha, 2016).
remaja. Dalam pengamatan sederhana kita Remaja merupakan salah satu
dapat menemukan remaja menirukan gaya periode penting dimana seorang individu
dan perilaku idolanya di layar televisi. mengalami peralihan dari satu tahap ke
Namun yang ditiru mereka justru sikap dan tahap berikutnya dan mengalami perubahan
perilaku yang kurang mencerminkan baik emosi, tubuh, minat perilaku, dan juga
pendidikan karakter. Hal ini diduga karena pola pikir. Remaja sangatlah rentan sekali
tayangan di layar televisi sangat kurang mengalami masalah psikososial, yakni
memiliki substansi pendidikan karakter. Di masalah psikis atau kejiwaan yang timbul
sisi lain, kesadaran masyarakat terhadap sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.
acara televisi yang bermutu, yakni yang Pengaruh arus globalisasi dan juga
memiliki aspek penanaman pendidikan lingkungan akan sangat berdampak pada
karakter masih kurang. Tulisan ini mentalitas dan juga moralitas individu
mengkaji tentang penanaman pendidikan tersebut. Seorang remaja yang dapat
karakter melalui televisi, yang meliputi: membedakan dan menjaga dirinya dari
hakikat pendidikan karakter, potensi segala hal yang dapat membuatnya
televisi dalam menanamkan karakter, terjerumus dalam banyak hal negatif dalam
materi pendidikan karakter bangsa, format masa remaja (Leni, 2017). mendefinisikan
Vol 4, No 1, Th 2019
90 | Deska Yoga Pratama, Ilham Mohammad Iqbal, Nadiem Attar Tarigan

masa remaja sebagai masa yang sulit bagi Perilaku remaja Al – Azhar di daerah
individu (remaja) dan orang tua. Remaja Jakarta Selatan.
mengalami perubahan fisik yang luar biasa, Sebagai gambaran singkat,
baik secara fisik maupun seksualitasnya. Generasi Milenial, yang juga punya nama
Pada masa remaja, mereka mulai lain Generasi Y, adalah kelompok manusia
menyampaikan kebebasan dan haknya yang lahir di atas tahun 1980-an hingga
untuk mengemukakan pendapat. Pada masa 1997. Mereka disebut milenial karena satu-
ini juga remaja lebih mudah dipengaruhi satunya generasi yang pernah melewati
teman-temannya dan cenderung menentang milenium kedua sejak teori generasi ini
orang tuanya. Remaja merasa terlalu diembuskan pertama kali oleh Karl
percaya diri dan emosi yang meningkat Mannheim pada 1923.
membuatnya sukar menerima nasihat orang Dalam esai berjudul "The Problem
tua. Remaja mengalami variasi kejiwaaan of Generation," sosiolog Mannheim
yang dapat berubah setiap saat. Suatu saat mengenalkan teorinya tentang generasi.
remaja terlihat pendiam, mengasingkan diri Menurutnya, manusia-manusia di dunia ini
dengan yang lain, namun pada saat yang akan saling memengaruhi dan membentuk
lain remaja terlihat senang dan berseri-seri karakter yang sama karena melewati masa
(Putro, 2017). sosio-sejarah yang sama. Maksudnya,
Setiap menonton tayangan televisi manusia-manusia zaman Perang Dunia II
dapat mendorong seseorang untuk dan manusia pasca-PD II pasti memiliki
melakukan hal yang sama seperti bintang karakter yang berbeda, meski saling
pujaan mereka dengan cara yang sama memengaruhi. Berdasarkan teori itu, para
seperti mereka. Tayangan televisi sosiolog—yang bias Amerika Serikat—
mempunyai dampak yang positif bila membagi manusia menjadi sejumlah
dikonsumsi dengan bijak. Ia berpendapat generasi: Generasi Era Depresi, Generasi
bahwa televisi mempunyai enam manfaat. Perang Dunia II, Generasi Pasca-PD II,
Menurutnya, televisi dapat membantu Generasi Baby Boomer I, Generasi Baby
memahami dunia sekitar, televisi sebagai Boomer II, Generasi X, Generasi Y alias
“jendela dunia”. Selain itu, televisi juga Milenial, lalu Generasi Z. Pembagian ini
dapat membantu proses belajar baca tulis biasanya berdasarkan rentang tahun
dan melek visual. Kemudian, ia juga kelahiran. Namun, rentang tahun
berpendapat bahwa televisi dapat didefinisikan berbeda-beda menurut
memperluas wawasan atau membuka sejumlah pakar, tapi tak terlalu jauh. Sejauh
cakrawala dengan informasinya yang ini, Generasi Z dikenal sebagai karakter
aktual. Manfaat televisi keenam yaitu yang lebih tidak fokus dari milenial, tapi
memperkaya pengalaman hidup. Televisi lebih serba-bisa; lebih individual, lebih
menambah pengetahuan dan meningkatkan global, berpikiran lebih terbuka, lebih cepat
kreativitas. Pemilihan program televisi terjun ke dunia kerja, lebih wirausahawan,
yang tepat dapat pula menunjang dan tentu saja lebih ramah teknologi.
pendidikan di sekolah(Ahmadi, 2005). Kedekatan generasi ini dengan teknologi
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti sekaligus membuktikan masa depan sektor
tertarik untuk meneliti mengenai Dampak tersebut akan semakin cerah di tangan
yang dihasilkan oleh Media Televisi Pada mereka. Dari segi ekonomi, menurut survei

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi


Makna Televisi … | 91

Nielsen, Generasi Z sudah memengaruhi dapat dipahami bahwa pihak televisi


perputaran ekonomi dunia sebagai 62 melibatkan masyarakat juga dalam
persen konsumen pembeli produk pembuatan konten di media televisi yang
elektronik. Ini dipengaruhi oleh kehidupan sekaligus menjadi penonton. Susuan pesan
mereka yang sudah serba terkoneksi dengan yang ingin disampaikan kepada penonton
internet (Adam, 2017). memiliki tujuan tertentu yakni untuk
Penelitian ini bertujuan untuk mendorong penonton suapaya memaknai
mendeskripsikan makna televisi dikalangan pesan tersebut sesuai dengan yang
generasi Z khususnya generasi di wilayah dikamsud oleh televisi atau disebut sebagai
Jakarta. preferred reading. Televisi bagi penonton
adalah salah satu sarana yang menyediakan
2. Kajian Literatur tayangan hiburan dan informasi tentang
2.1 Televisi fenomena yang sedang terjadi yang
Televisi dalam Kehidupan Sehari- sehubungan dengan kehidupan sehari.
hari Penonton. Penonton memilih tayangan televisi yang
Seperti yang dikatakan oleh mamapu memenuhi kebutuhan mereka
McLuhan (1962) teknologi merupakan akan hiburan dan informasi. Televisi yang
perpanjangan dari manusia. Dapat menyajikan tayang tersebut akan ditonton
dikatakan bahwa teknologi merupakan secara berkelanjutan. Penonton akan
perpanjangan dari indera manusia. Televisi menerima pesan yang disampaikan
merupakan salah satu teknologi yang sehingga dalam pe,maknaan pesan,
berfungsi sebagai perpanjangan mata dan penonton akan menyesuaikan tersebut
telinga. Sehingga melalui televisi dengan pengalaman dan pengetahuan yang
masyarakat mampu memperoleh berbagai dimiliki terkait dengan apa yang
informasi mengenai fenomena yang sedang ditayangkan (As’ad, 2018).
terjadi (As’ad, 2018). Televisi adalah sebuah alat
Televisi menjadi salah satu medium penangkap siaran bergambar. Televisi
yang digunakan oleh beberapa orang. berasal dari kata tele (jauh) dan vision
Penggunaan tv berbeda-beda disetiap (tampak). Jadi televisi berarti tampak atau
khalayak masyarakat. Beberapa orang dapat melihat jarak jauh. Jenis-jenis televisi
mejadikan televisi sebagai sarana adalah:
informasi, ada pula yang mejadikan televisi a. Analog, yaitu jenis televisi yang
sebagai sarana hiburan saja. Ini mengodekan gambar dengan
memungkinkan kita menggunakan televisi menvariasikan voltase atau frekuensi
sebagai sarana yang mudah sesuai dengan sinyal.
ketertarikkannya. Kualitas televisi b. Digital, yaitu jenis televisi yang
merupakan yang sangat diperhatikan oleh menggunakan modulasi digital untuk
pihak media ketika sedang diproduksi menyebarluaskan sinyal data ke pesawat
(As’ad, 2018). televisi.
Pihak televisi juga berusaha untuk Televisi adalah suatu bentuk budaya
memahami apa yang sedang terjadi di pop akhir abad kedua puluh. Televisi
masyarakat supaya apa yang ingin merupakan aktivitas yang paling popular di
disampaikan oleh pemilik televisi sampai dunia. Wacana televisual memiliki tiga
ke pemikiran penonton. Maka dengan itu momen yang berbeda.
Vol 4, No 1, Th 2019
92 | Deska Yoga Pratama, Ilham Mohammad Iqbal, Nadiem Attar Tarigan

Pertama-tama, para professional tersendiri. Televisi mampu menyampaikan


media menggunakan wacana televisual informasi dengan menampilkan visual
dengan khusus tentang misalnya saja, suatu maupun audio secara nyata kepada
peristiwa sosial yang ‘mentah’. Kedua, penonton dalam waktu yang bersamaan,
segera sesudah makna dan pesan berada sehingga televisi menjadi media yang
pada wacana yang bermakna, yaitu sesudah paling baik dan sangat mudah diingat
makna dan pesan itu mengambil bentuk oleh orang yang menonton.. Sebagaimana
wacana televisual, aturan formal Bahasa dikatakan Sulaiman 75% pengetahuan
dan wacana ‘bebas dikendalikan’. Pada manusia adalah melalui mata menuju ke
momen ketiga, momen decoding yang otak dan selebihnya melalui indera-indera
dilakukan khalayak, serangkaian lain dalam yang lainnya (Pradana, Dwikurnaningsih,
melihat dunia ‘bisa dengan bebas & Setyorini, 2018).
dilakukan’. Seseorang khalayak tidak Saat ini televisi menjadi
dihadapkan dengan peristiwa sosial perdebatan publik mengenai penayangan
‘mentah’ melainkan dengan terjemahan adegan kekerasan melalui acara berita,
diskursif dari suatu peristiwa. sinetron, sport, film dalam negeri maupun
Dengan kata lain, makna dan pesan luar negeri, dan lain-lain. Menurut Krahe,
tidak sekedar ditransmisikan, keduanya publik menganggap adegan tersebut dapat
senantiasa diproduksi: pertama oleh sang mempengaruhi peningkatan perilaku
pelaku encoding dari bahan ‘mentah’ agresif remaja. Tinjauan Comstock dan
kehidupan sehari-hari: kedua, oleh Scharrer menjelaskan bahwa terdapat
khalayak dalam kaitannya dengan kandungan agresif dan kekerasan di
lokasinya pada wacana-wacana lainnya. media televisi serta saluran televisi
Klarifikasi pemahaman tentang berlangganan (pay per view channel)
endocing/decoding menurut: (Pradana et al., 2018).
1) Produksi pesan penuh makna dalam
wacana TV senantiasa merupakan 2.3 Sikap
‘pekerjaan’ problematis. Thurstone memandang sikap
2) Pesan dalam komunkasi sosial selalu sebagai: “Suatu tindakan afeksi baik yang
bersifat kompleks dalam hal struktur dan bersifat positif maupun negatif dalam
bentu. hubungannya dengan objek-objek
3) Aktivitas ‘pemetik makna’ dari pesan psikologis. Afeksi yang positif yaitu afeksi
juga merupakan suatu praktik yang senang, sedangkan afeksi negatif adalah
problematis, betapapun transparan dan afeksi yang tidak menyenangkan. Dengan
‘natural’ tampaknya aktivitas itu demikian objek dapat menimbulkan
(Parmadie, 2015.) berbagai-bagai macam tingkatan afeksi
pada seseorang. Thurstone melihat sikap
2.2 Media Massa Merupakan Sarana hanya sebagai tingkatan afeksi saja,
Menyampaikan informasi dan belum mengaitkan sikap dengan perilaku.
komunikasi secara massal. Media seperti Dengan kata lain dapat dikemukakan
televisi, koran, film, radio, dan internet bahwa Thurstone secara eksplisit melihat
dapat diakses dengan mudah oleh remaja. sikap hanya mengandung komponen afeksi
Media televisi memiliki keistimewaan saja”.

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi


Makna Televisi … | 93

Walgito menarik suatu pendapat pendapat. Pada masa ini juga remaja lebih
bahwa: “Sikap itu merupakan organisasi mudah dipengaruhi baik itu dari
pendapat, keyakinan seseorang mengenai lingkungannya, apa yang dia mainkan, dan
objek atau situasi yang relatif ajeg, yang apa yang dia lihat. Remaja merasa terlalu
disertai adanya perasaan tertentu, dan percaya diri dan emosi yang meningkat
memberikan dasar kepada orang tersebut membuatnya sukar menerima nasihat.
untuk membuat respons atau berperilaku Remaja mengalami variasi kejiwaaan yang
dalam cara yang tertentu yang dipilihnya”. dapat berubah setiap saat. Suatu saat remaja
(Ferry, 2015 ) terlihat pendiam, mengasingkan diri dengan
yang lain, namun pada saat yang lain
2.4 Pengertian Remaja remaja terlihat senang dan berseri-seri
Masa remaja adalah masa (Pasaribu, Rahmayati, & Puri, 2015).
peralihan dari masa anak ke masa Setiap menonton tayangan televisi
dewasa, meliputi semua perkembangan dapat mendorong seseorang untuk
yang dialami sebagai persiapan memasuki melakukan hal yang sama seperti bintang
masa dewasa. Pada masa remaja, faktor pujaan mereka dengan cara yang sama
lingkungan memegang peranan yang seperti mereka. Menurut Guntarto (2004),
cukup besar. Pengaruh besar ini tayangan televisi mempunyai dampak yang
dimungkinkan oleh sifat remaja yang positif bila dikonsumsi dengan bijak. Ia
mudah terpengaruh, labil (Gunarsa, 1995). berpendapat bahwa televisi mempunyai
Remaja merupakan salah satu periode enam manfaat. Menurutnya, televisi dapat
penting dimana seorang individu membantu memahami dunia sekitar,
mengalami peralihan dari satu tahap ke televisi sebagai “jendela dunia”. Selain itu,
tahap berikutnya dan mengalami perubahan televisi juga dapat membantu proses belajar
baik emosi, tubuh, minat perilaku, dan juga baca tulis dan melek visual. Kemudian, ia
pola pikir. Remaja sangatlah rentan sekali juga berpendapat bahwa televisi dapat
mengalami masalah psikososial, yakni memperluas wawasan atau membuka
masalah psikis atau kejiwaan yang timbul cakrawala dengan informasinya yang
sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. aktual. Manfaat televise di masa pubertas
Pengaruh arus globalisasi dan juga meliputi masa peralihan dari masa anak
lingkungan akan sangat berdampak pada sampai tercapainya kematangan fisik,
mentalitas dan juga moralitas individu yakni dari umur 12 tahun sampai 15
tersebut. Seorang remaja yang dapat tahun. Pada masa ini terutama terlihat
membedakan dan menjaga dirinya dari perubahan-perubahan jasmaniah berkaitan
segala hal yang dapat membuatnya dengan proses kematangan jenis kelamin.
terjerumus dalam banyak hal negatif dalam Terlihat pula adanya perkembangan
masa remaja (Putro, 2017). psikososial berhubungan dengan
Mendefinisikan masa remaja berfungsinya seseorang dalam lingkungan
sebagai masa yang sulit bagi individu sosial, yakni dengan melepaskan diri dari
(remaja). Remaja mengalami perubahan ketergantungan pada orang tua,
fisik yang luar biasa, baik secara fisik pembentukan rencana hidup dan
maupun seksualitasnya. Pada masa remaja, pembentukkan sistem nilai-nilai (Zahroh,
mereka mulai menyampaikan kebebasan 2013).
dan haknya untuk mengemukakan
Vol 4, No 1, Th 2019
94 | Deska Yoga Pratama, Ilham Mohammad Iqbal, Nadiem Attar Tarigan

Pada umumnya pengelompokkan dan tablet dengan cepat mengubah


tahapan perkembangan menurut adalah kebiasaan menonton TV, khususnya di
sebagai berikut : kalangan generasi muda. Pengalaman
1. 2-14 tahun : remaja awal Netflix bisa menjadi contoh untuk
2. 15-17 tahun : remaja menjelaskan bagaimana revolusi menonton
3. 18-21 tahun : remaja lanjut televisi terjadi. Netflix merupakan jaringan
yang menyediakan layanan menonton
Menurut Hutapea remaja memiliki tayangan televisi atau film secara online.
kemungkinan untuk meniru adegan Awal didirikan tahun 1997, Netflix hanya
kekerasan yang mereka saksikan di perusahaan penyewaan DVD. Tahun 2007,
televisi (seperti bertindak kasar, perusahaan ini memulai layanan menonton
membunuh, menggugurkan kandungan, secara streaming. Tayangan televisi atau
perkelahian, mengganggu ketertiban, film milik klien mereka bisa diakses
melanggar aturan, dan sebagainya). Seperti langsung dari komputer personal. Inovasi
yang dijelaskan oleh Hanim bahwa ini mendapat respon positif dari para
manusia adalah makhluk imitatif. Perilaku penonton. Angka pelanggannya meroket
meniru sangat terlihat pada masa remaja. dari 300 ribu pelanggan pada tahun 2000
Mereka menganggap kekerasan menjadi 31 juta pelanggan pada tahun 2007.
/perkelahian yang ditampilkan ditelevisi Mengekor di belakangnya, NBC
sesuai dengan sebenarnya serta sulit dan Fox membuat Hulu, laman yang
membedakan antara tayangan fiktif memungkinkan penonton menyaksikan
dengan kisah nyata (Pradana et al., 2018). tayangan televisi yang sedang dan sudah
Remaja adalah sosok yang cepat berlangsung. Mungkin yang melegakan,
menyerap adegan-adegan yang mereka meskipun menonton TV online telah
saksikan di televisi Hanim Remaja melonjak dalam beberapa tahun terakhir di
merupakan masa di mana muncul banyak negara, TV tradisional masih akan
perilaku imitatif atau menirukan adegan- bertahan setidaknya beberapa dasawarsa
adegan di televisi yang interesting dan mendatang. Sebut di salah satu negara
populer. Acara-acara di televisi saat ini maju, Inggris, penurunan pengguna televisi
banyak menampilkan scene yang konvensional berjalan lamban, dari 93
mengandung agresivitas baik fisik maupun persen pada 2013 menjadi 92 persen pada
verbal, yang ditampilkan sangat natural 2015.Namun, waktu yang dihabiskan di
dan nyata. Remaja menganggap adegan depan televisi di banyak negara memang
tersebut merupakan suatu hal yang wajar berkurang, sementara waktu yang
untuk diteladani dalam keseharian aktivitas dihabiskan di depan smartphone dan tablet
mereka (Pradana et al., 2018). meningkat (RJ, 2018.)
Banyak orang yang kini
menggantikan kebiasaan menonton televisi 3. Metode Penelitian
atau mendengarkan radio melalui perangkat Metode yang digunakan dalam
konvensional dan berganti dengan penelitian ini adalah kualitatif. Riset
penggunaan layanan streaming seperti kualitatif bertujuan untuk menjelaskan
Netflix, perangkat mobile, dan layanan web fenomena dengan sedalam-dalamnya
seperti YouTube. Harus diakui, smartphone melaluipengumpulan data sedalam-

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi


Makna Televisi … | 95

dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan esterberg disebut dengan wawancara


besarnya populasi atau sampling bahkan terstruktur (Structured interview) dan
populasi atau samplingnya sangat terbatas. istilah patton adalah wawancara baku
Jika data yang terkumpul sudah mendalam terbuka. Adalah wawancara dengan
dan bisa menjelaskan fenomena yang mebggunakan sejumlah pertanyaan yang
diteliti, maka tidak perlu mencari sampling terstandar secara baku.
lainnya. Disini yang lebih ditekankan b. Wawancara tidak terstandar
adalah persoalan kedalaman (kulatitas) data (unstardardized interview)
bukan banyaknya (kuantitas) data (Marlin, Wawancara tidak terstandar
Warouw, & Kalangi, 2017). (unstardardized interview) dalam istilah
Tipe pengumpulan data dalam esterberg disebut dengan wawancara tidak
penelitian kualitatif sangat beragam terstruktur (unstructured interview) dan
disesuaikan dengan masalah, tujuan istilah patton adalah wawancara
penelitian serta objek yang diteliti. Menurut pembicaraan informal atau disebut juga
Sugiyono metode pengumpulan data wawancara tak terpimpin. Wawancara tidak
merupakan langkah yang paling strategis terstandar adalah wawancara yang bebas
dalam penelitian, karena tujuan utama dari dimana peneliti tidak menggunakan
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa pedoman wawancara yang telah tersusun
mengetahui teknik pengumpulan data, secara sistematis dan lengkap untuk
maka peneliti tidak akan mendapatkan data pengumpulan datanya. Pedoman
yang memenuhi standar data yang wawancara yang digunakan hanya berupa
ditetapkan. Beberapa metode yang lazim garis besar permasalahan yang akan
digunakan dalam penelitian kualitatif, ditanyakan. Wawancara tidak terstandar
antara lain : wawancara, observasi, analisis atau terbuka, sering digunakan dalam
karya, analisis dokumen, catatan pribadi, penelitian pendahuluan atau untuk
studi kasus, riwayat hidup dan lain penelitian yang lebih mendalam tentang
sebagainya Metode pengumpulan data subjek yang diteliti.
dalam penelitian ini menggunakan metode c. Wawancara semi standar
pengumpulan data secara kualitatif berupa (semistandardized interview)
observasi dan wawancara(Kartika Nur Wawancara semi standar
Kusuma, n.d.2016). (semistandardized interview) dalam istilah
Teknik pengumpulan data yang esterberg disebut dengan wawancara
dilakukan dalam penelitian ini dengan cara: semistruktur (semistructured interview)
Wawancara adalah percakapan antar periset dan istilah patton adalah wawancara bebas
(seseorang yang berharap mendapatkan terpimpin (controlled interview).
informasi) dan informan (seseorang yang Pendekatan menggunakan petunjuk umum
diasumsikan mempunyai informasi penting wawancara yang merupakan kombinasi
tentang suatu objek) (Marlin et al., 2017). wawancara terpimpin dan tidak terpimpin
Menurut Berg menyebutkan tiga yang menggunakan beberapa pokok inti
jenis wawancara, yaitu : pertanyaan yang akan diajukan yaitu
a. Wawancara terstandar (standardized interviewer membuat garis besar pokok-
interview) pokok pembicaraan, namun dalam
Wawancara terstandar pelaksanaannya interviewer mengajukan
(standardized interview) dalam istilah pertanyaan secara bebas, pokok-pokok
Vol 4, No 1, Th 2019
96 | Deska Yoga Pratama, Ilham Mohammad Iqbal, Nadiem Attar Tarigan

pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu wawancara menurut Sutrisno (1986) adalah
dipertanyakan secara berurutan dan dalam sebagai berikut:
pemilihan kata-katanya juga tidak baku 1. Bahwa subyek adalah orang yang paling
tetapi dimodifikasi pada saat wawancara tahu tentang dirinya sendiri.
berdasarkan situasinya (Kusuma, 2016). 2. Apa yang ditanyakan oleh subyek
Menurut Moleong (2014), kepada peneliti adalah benar dan dapat
penelitian kualitatif akan senantiasa dipercaya.
berhubungan dengan subjeknya. Hubungan 3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-
yang memerlukan kualitas pribadi terutama pertanyaan yang diajukan peneliti
pada waktu wawancara terjadi, sehingga kepadanya adalah sama dengan apa yang
peneliti harus mempunyai sejumlah dimaksudkan oleh peneliti (Anggito,
kualitas diri diantaranya dalah toleran, 2016).
sabar, menunjukan empati, menjadi Lokasi penelitian adalah tempat
pendengar yang baik, manusiawi, yang dijadikan peneliti sebagai tempat
menunjukkan sikap terbuka, jujur, objektif, meneliti, terutama untuk menangkap
berpenampilan menarik, mencintai fenomena yang terjadi dari objek yang akan
pekerjaan wawancara, mudah bergaul, diteliti. Moleong (2007:132) menentukan
senang berbicara, dan lain-lain. Peneliti cara terbaik untuk ditempuh dengan jalan
tidak cepat jenuh dengan pekerjaan dan mempertimbangkan teori substantif dan
dapat mengatasi tekanan batin karena menjajaki lapangan dan mencari kesesuaian
tekanan psikologis saat di lapangan. Selain dengan kenyataan yang ada dilapangan
itu, peneliti juga harus mempunyai (Anggito, 2016). Keterbatasan Geografis
perasaan ingin tahu terhadap segala sesuatu dan praktis seperti biaya, tenaga, dan waktu
dan senantiasa mengharapkan bahwa akan dijadikan sebagai pertimbangan
informasi yang diperlukannya dapat datang peneliti. Pengambilan Lokasi yang akan
dari sesuatu yang terduga (Albi Anggito, dilakukan oleh peneliti ini ditentukan
2016). secara sengaja atau purposive, yang akan
Kemampuan peneliti sebagai dilakukan di daerah Jakarta Selatan, Jakarta
insrtument penelitian kualitatif harus Barat, Jakarta Pusat . Dengan berbagai
ditingkatkan dengan beberapa cara pertimbangan dan alasan antara lain:
diantaranya adalah peneliti selalu pergi - Pertimbangan tenaga, biaya dan waktu
untuk memperoleh pengalaman baru Keterbatasan yang yang dimiliki
kemudian berusaha mencatat apa yang oleh peneliti akan biaya, tenaga, dan lokasi
terjadi. Cara lainnya adalah melatih peneliti yang juga berada di daerah Jakarta
kemampuan-kemampuan seperti Selatan, dimana dekat dengan lokasi –
mengadakan wawancara, melakukan lokasi yang akan menjadi tempat objek
pengamatan pada berbagai macam situasi, penelitian
melatih cara mendengarkan, dan hal itu - Lokasi penelitian memiliki banyak
dilakukan atas bimbingan orang pengguna televisi
berpengalaman. Ketiga daerah yang akan menjadi
Kemudian yang perlu dipegang oleh lokasi objek penelitian merupakan daerah
peneliti ketika menggunakan metode perkotaan yang dimana, berdasarkan hasil
Survei indikator TIK pada rumah tangga

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi


Makna Televisi … | 97

dan individu 2016 yang dilakukan oleh terdiri dari (1) Kegiatan ain ketika
Kementerian Komunikasi dan Informatika menonton televisi, (2) Preferensi tayangan,
menggambarkan 81,2 persen penduduk di (3) Tayangan yang dihindari, (4) Alasan
perkotaan dapat mengakses dan menonton menonton televisi, (5) Keterarikan, (6)
televisi (Damanik, 2016). Pelajaran / value yang di dapat, (7)
- Jumlah kemungkinan objek yang dapat Refreshing. Selective coding kebebasan /
diambil untuk penelitian banyak otoritas terdiri dari (1) Request acara, (2)
Berdasarkan data dari Badan Pusat Bertengkar perihal acara tv, (3) Pegang
Statistik Provinsi DKI Jakarta, penduduk kendali remote, (4) Pihak memegang
dengan umur dari 19 sampai 30 tahun pada kendali remote. Dari hasil tersebut kami
tahun 2015 berjumlah 1.933.649 , dengan tuangkan dalam Temuan dan Analisis di
banyaknya kemungkinan objek yang bisa penelitian ini.
diambil oleh peneliti dengan kriteria yang
diinginkan, membuat peneliti dapat mudah Menonton televisi
mencari data dengan akurat (Damanik, 1. Lamanya menonton televisi
2016). Lamanya menonton televisi dapat
Yang menjadi fokus penelitian ini diamati dari intensitas informan yang
adalah fenomena makna televise bagi menunjukan kekerapan dalam mengakses
generasi milenial yang masih menonton televisi. Hal ini terkorminfasi dari Informan
televisi sampai saat ini. S yang menyatakan sering menonton
Informan penelitian televisi dalam sehari bahkan tidak
1. Generasi yang menonton televisi (19-30 sanggung menghitungnya “Enggak kok
tahun). bebas, kalau di rumah gue gak beraturan
2. Megikuti perkembangan televisi. nonton TV-nya” (informan S, 2 Mei 2019).
3. Minimal menonton televisi 2-3 kali Kemudian, informan U juga menyatakan
dalam seminggu. banyaknya kegiatan di kampus. Mereka
lebih memilih menonton televisi pada
4. Pembahasan malam hari “Kan begini, kita kan kalo siang
Wawancara telah dilakukan kepada selalu dikampus, paling nonton jam 10
tiga informan yang mememiliki latar maleman, yang kayak udah ngalah terus
belakang yang sama yaitu sebagai kayak shift malem gitu” (informan U, 8 Mei
mahasiswa. Wawancara tersebut dilakukan 2019). Berbeda dengan informan K hanya
di Universitas Al-Azhar Indonesia yang menyaksikan televisi jika ada tayangan
berkisar antara 5-10 menit. Setelah yang informan sukai dan hanya
wawancara dilaksanakan, data ditulis dalam menyaksikan acara tersebut sekitar 1-2 jam
transkrip yang telah kami transkip “ya paling kalo ada acara yang saya suka
sebelumnya. Berdasarkan koding paling 2 jam atau 1 jam doang mas”
didapatkan ada 3 kategori selective koding (informan K, 8 Mei 2019).
yaitu (1) Menonton televisi, (2) Pilihan
tayangan dan (3) Kebebasan 2. Waktu menonton televisi
mengendalikan remote. Selective koding Waktu menonton dapat diamati dari
menonton televisi terdiri dari (1) Intensitas, seberapa sering para informan yang
(2) Waktu menonton, (3) Aturan menonton menunjukan bahwa waktu menonton
televisi. Selective coding Pilihan tayangan mereka lebih dilakukan setelah waktu
Vol 4, No 1, Th 2019
98 | Deska Yoga Pratama, Ilham Mohammad Iqbal, Nadiem Attar Tarigan

Ibadah Maghrib tiba. Ini terkonfirmasi pada ketiga informan menjukan ketertarikan
melalui wawancara informan S dan K. tayangan yang berbeda yaitu informan S
“Lebih sering malem sih, abis magrib” memilih tayangan – tayangan superhero
(informan S, 2 Mei 2019) dan “biasanya dan film korea, informan U lebih
abis maghrib” (informan K, 8 Mei 2019). menyaksikan tayangan Adzab dan
informan K yang lebih menyaksikan acara
3. Aturan menonton televisi talk show. Berikut jawaban para informan
Keberadaan televisi bisa menjadi “Kalau ada filmnya yang seru, gue nonton
pisau tajan yang mendatangkan pengaruh atau anatar film Super Hero kaya Marvel
baik sekaligus buruk bagi kita yang film-film lain yang gue tau atau enggak
menyaksikan. Untuk itu, informan U kalau film yang seru gue nontonnya film
menaati aturang yang diterapkan dirumah Korea” (Informan S, 2 Mei 2019).
informan U yang menyaksikan tayangan “biasanya abis maghrib, biasanya kaya
televisi sampai pukul 2 malam. Ini terbukti acara ini talk show. Acara – acara yang bisa
dari jawaban informan U “Untuk aturannya memberikan informasi lebih” (Informan K,
sendiri ya paling tau waktu aja sih biasanya 8 Mei 2019). Tetapi ada yang menarik dari
suka dibatesin sampe jam 2 malem.” jawaban informan U yang terkena efek teori
(informan U, 8 Mei 2019). Tetapi ini Kultivasi yang mempunyai efek langsung
berbanding terbalik terhadap informan S terhadap pemirsa yang menyaksikan
yang tidak menerapkan aturan menonton tayangan tersebut. Ini terkonfirmasi dari
televisi karena dirumah informan televisi informan U yang sedih ketika menyaksikan
tidak selalu menyala selama satu hari tayangan adzab “nonton drama adzab suka
penuh. Ini terkonfirmasi dari jawaban kasian liat orang kena adzab terus saya suka
informan S “Enggak sih, terserah. Karena sedih” (informan U, 8 Mei 2019).
sebenarnya TV juga enggak sering 24 jam
Nonstop nyala” (Informan S, 2 Mei 2019). 3. Tayangan yang dihindari
Terdapat perbedaan dari ketiga
Pilihan Tayangan informan tentang acara di televisi yang
1. Kegiatan lain mereka coba hindari, informan S lebih
Aspek pertama dari pilihan menghindari acara musik seperti dangdut
tayangan ialah, kegiatan lain ketika “Acara sih, program. Paling males kalau
menonton televisi. dari jawaban informan S lagi orang tuanya nontonya, kaya dangdut
kami menemukan ada kegiatan lain yang nah itu gak mau, males” (Informan S, 2 Mei
dilakukan bersama-sama pada saat 2019). Informan U mengatakan bahwa
menyaksikan televisi yaitu makan. menghindari acara sinetron percintaan yang
“nontonnya cuma pas mau makan doang” seperti ada di SCTV “Ya kalo tau SCTV ya
(Infroman S, 2 Mei 2019). cinta ketiga ya gitu” (Informan U, 8 Mei
2019). Sedangkan informan terakhir
2. Prefensi tayangan. menghindari acara settingan, maksud dari
Aspek lain dari pilihan tayangan settingan disini seperti acara reality show di
ialah prefensi tayangan dapat dilihat dari Indonesia yang terkesan berlebihan “gak
tayangan atau acara yang mereka tonton ada ya mas, paling saya menghindari acara
saat mengakses televisi. Dari jawaban

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi


Makna Televisi … | 99

- acara setingan aja sih mas” (Informan K, informan U yag mengatakan “Kalo nonton
8 Mei 2019). berita ya kita jadi tau informasi, kalo
nonton musik kita jadi terhibur, kalo nonton
4. Alasan menonton televisi adzab kita jadi nilai kehidupan.” (Informan
Ini menjadi landasan para informan U, 8 Mei 2019).Dan informan K lebih
menggunakan televisi mereka biasanya kepada bagaimana kita bisa
untuk mendapatkan informasi agar tetap menginstrospeksi diri kita. “ya jadi kita bisa
tahu peristiwa apa yang sedang terjadi dan menginstrospeksi diri kita sendiri gimana
juga mereka menggunakannya untuk kita menjalani hidup ini dengan benar”
mendapatkan hiburan. Ini terkonfirmasi (Informan K, 8 Mei 2019).
dari jawaban informan U yang mempunyai
alasanan sebagai sarana mencari informasi 7. Refreshing
dan hiburan “ya paling lebih ke informasi Dari menonton televisi kita dapat
dan hiburan sih” (informan U, 8 Mei 2019). informasi bahwa televisi hanya menjadi alat
Tetapi berbeda dengan informan K yang untuk refreshing atau untuk menghibur diri
mempunyai alasan sebagai sarana mencari untuk mengisi waktu istirahat saja. Ini
informasi saja “Kalo nonton TV saya terbukti dari jawaban infroman U “Enggak
biasanya menginginkan informasi / berita kok, nonton cuma sekedar nonton aja, ya
yang sedang hot” (informan K, 8 Mei emang paling dapet ya untuk Refreshing aja
2019). sih, kaya cuma buat, istirahat. Waktu
istirahat” (Informan U, 8 Mei 2019).
5. ketertarikan
Ketertarikan yang dimiliki oleh Kebebasan / otoritas
semua informan terhadap televisi terbilang 1. Request acara.
sedikit. Hal ini terjadi karena Para informan dapat meminta acara
perkembangan teknologi terutama internet, yang mereka ingin tonton melalui perantara
informan lebih suka bermain game ataupun orang tua. Ini dibuktikan dari jawaban para
menonton dari youtube atau melakukan informan yang sama sama pernah meminta
kegiatan lain daripada harus berlama – lama acara yang mereka ingin lihat. Namun
menonton televisi. Terbukti dari jawaban tergantung situasi dan kondisi.
informan U yang hanya memiliki Terkonfirmasi dari jawaban informan U “ya
persentase 10 % saja “Kayaknya 10% gitu kadang suka dibujuk bisa gak diganti,
deh kalo sekarang” (Informan U, 8 Mei kadang kalo lagi serius, nggak deh”
2019) dan diperkuat kembali dari jawaban (Infroman U, 8 Mei 2019). Berbeda dengan
informan K yang kurang tertarik terhadap informan K yang jarang sekali
televisi “Udah jarang sih mas” (informan K, permintaannya dituruti “kalo request pasti
8 Mei 2019). pernah tapi kalo diladenin jarang – jarang
ya mas” (Informan K, 8 Mei 2019).
6. Nilai yang didapat dari televisi
Dari televisi masing – masing 2. Bertengkar perihal acara Televisi
informan memberikan jawaban tentang apa Bertengkar perihal acara televesi
yang bisa mereka dapatkan atau nilai yang ialah masing masing informan yang
bisa diambil dari tayang yang ada di bertengkar dengan salah satu anggota
televisi. Dikonfirmasi dari jawaban keluarga mereka khususnya orang tua
Vol 4, No 1, Th 2019
100 | Deska Yoga Pratama, Ilham Mohammad Iqbal, Nadiem Attar Tarigan

perihal acara televisi yng mereka tonton perkuat oleh jawaban informan S bahwa
bersama – sama tersebut tidak sesuai Umi-nya yang lebih sering memegang
dengan apa yang mereka inginkan. Ini dapat kendali remote “Tergantung sih, misalkan
dibukti dari jawaban informan K saat kami cuman di ruamh ada saya cuma umi yang
wawancarai menunjukan jawaban tersebut. lebih sering nyalain TV itu umi” (Informan
“kalo berantem kecil pernah sih mas, tapi S, 2 Mei 2019) dan informan K juga
gak sampe berantem besar” (Informan K, 8 menanggapi hal serupa walapun terdapat
Mei 2019). Kemudian diperkuat kembali rebut-ribut kecil “biasanya emak saya,
dari jawaban informan S “Kayanya sih, emak saya suka ribut kalo nonton tv”
enggak sih, enggak pernah berantem yang (Informan K, 8 Mei 2019).
hebat cuma kaya “Ihh, jangan diganti. Udah
ah gak seru. Gak di tonton juga” udah gitu Televisi menjadi sarana hiburan bagi
doang paling” (Informan S, 2 Mei 2019). generasi Z
Lahir pada era digital, Gen Z
3. Pegang kendali remote memiliki kebiasaan yang sangat berbeda
Pegang kendali remote adalah dengan generasi sebelumnya, terutama
disaat para informan dapat menguasai dalam hal menikmati hiburan. Dipengaruhi
remote secara seutuhnya. Ini kesempatan oleh perkembangan teknologi dan penetrasi
bagi para informan sendiri merakan internet yang begitu pesat, Gen Z lebih
kebebasan ada ditangan mereka. Ini sering mengonsumsi konten hiburan
terkonfirmasi dari jawaban informan K dengan memanfaatkan internet.
yang pernah memegang kendali remote Menurut survei Nielsen, sebanyak
televisi ketika ibunya sedang melakukan 93 persen anak-anak dan 97 persen remaja
kegiatan lain “ya pasti pernah mas, kalo menyatakan mereka mengakses internet
mak saya lagi nyuci atau gosok gitu mas” melalui perangkat mobile seperti ponsel
(Informan K, 8 Mei 2019). Berbeda dengan pintar atau tablet. Aktifitas yang paling
informan S yang langsung merebut kendali banyak dilakukan oleh Gen Z dengan
remote televisi “Misalkan kaya ngambil internet ini adalah berinteraksi melalui
remote “dah abi ganti ya acaranya” ya udah media sosial, menjelajah internet,
gitu” (Informan S, 2 Mei 2019). menonton video atau film, dan
4. Pihak memegang kendali remote mendengarkan musik.
Remote bukan lagi dikendali oleh Jika generasi sebelumnya harus
para informan, tetapi remote ini membeli VCD atau DVD film kesukaan
dikendalikan oleh orang lain / orang tua untuk dinikmati, kini Gen Z bisa
mereka saat berada di rumah. Hal menarik memanfaatkan layanan pengaliran film dan
dari penelitian ini adalah adanya temuan video seperti Youtube, Netflix, iFlix, dan
yang menunjukan pihak kendali remote lainnya. Hal ini terlihat dari jumlah akses
sendiri sama sama dikendalikan oleh Ibu konten video melalui platform digital yang
dari para informan. Terkonfirmasi dari meningkat pesat. Kebiasaan Gen Z tersebut
jawaban informan U yang patuh terhadap juga menular ke semua kelompok umur.
ibunya perihal remote televisi “Nyokap sih, Menurut survei, terdapat peningkatan akses
kita mah kan sebagai anak ngikutin aja” konten video melalui platform digital,
(Informan U, 8 Mei 2019). Kemudian di seperti situs streaming seperti Youtube dan

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi


Makna Televisi … | 101

Vimeo sebesar 51 persen, portal TV online sarana hiburan. Bagi masyarakat modern,
sebesar 44 persen, TV internet televisi telah memainkan peranan penting
berlangganan seperti Netflix, Iflix, Hooq hampir di semua aspek kehidupan. Televisi
sebesar 28 persen. lahir karena perkembangan teknologi
Begitu pula dalam hal komunikasi massa yang memberikan
mengonsumsi musik. Gen Z menikmatinya pengaruh dalam peradaban manusia. Ruang
dengan lebih praktis. Kehadiran aplikasi lingkup keluarga merupakan bagian dari
pengaliran musik seperti Joox dan Spotify komunitas masyarakat, hal ini membuat
memudahkan mereka dalam menikmati televisi juga bisa memainkan peran yang
lagu-lagu favorit kapan saja dan dimana penting dalam ruang lingkup keluarga.
saja. Pencarian lagu yang diinginkan pun Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
sangat mudah, semudah melakukan motif yang paling mendominasi keluarga
pencarian menggunakan mesin pencari dalam mengkonsumsi televisi adalah
Google. Tingginya kebutuhan Gen Z akan menonton TV untuk menikmati tontonan.
koneksi internet sangat dipahami oleh Selain itu, menonton televisi dijadikan
Smartfren. Mengerti akan kebutuhan kaum sarana untuk kumpul keluarga dan lebih
muda saat ini, Smartfren selaku penyedia mendekatkan antara anggota keluarga.
jaringan 4G LTE Advanced selalu Setelah menonton mereka juga
menawarkan ragam paket data dengan membicarakannya dengan anggota
harga yang sangat terjangkau. Tak hanya itu keluarga lain untuk saling berbagi
saja, paket data yang ditawarkan juga informasi dan melengkapi informasi.
memiliki kuota internet yang besar Penempatan televisi di ruang yang mudah
sehingga membantu Gen Z untuk selalu untuk diakses oleh seluruh anggota
terhubung dengan internet (RJ, n.d.). keluarga seperti ruang tengah, juga bisa
dapat menambah keintiman dalam
Televisi sebagai hiburan keluarga mengkonsumsi media televisi. Berbeda
Televisi telah memainkan peranan dengan penempatan di ruang yang lebih
yang cukup penting dalam aspek privat seperti kamar, yang hanya bisa
kehidupan. Keberadaan media televisi di diakses oleh beberapa orang anggota
dalam ruang keluarga memiliki keluarga (Budiono, 2018).
pengaruhnya tersendiri terhadap keluarga
tersebut. Televisi yang ditempatkan dan Terpaan Media
ditonton di dalam rumah, bukanlah Menurut Ardiyanto (2004), terpaan
aktivitas menatapkan mata ke layar televisi media merupakan variabel yang mengukur
semata-mata. Semisalnya menonton sebuah durasi dan berapa frekuensi seseorang
acara berita, acara itu memiliki konsekuensi mengkonsumsi media (dalam hal ini
terhadap pola berpikir yang berlangsung televisi). Durasi merupakan total waktu
dalam kehidupan keluarga sehari-hari. yang dihabiskan dalam menonton televisi
Media massa memiliki fungsi-fungsi bagi dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan
individu maupun masyarakat. Menurut frekeuensi berbicara tentang berapa kali
McQuail (1994) mengemukakan fungsi- seseorang mengkonsumsi media dalam
fungsi media massa sebagai pemberi kurun waktu tertentu. Bahwa seseorang
informasi, pemberi identitas pribadi, sarana menonton lama atau sebentar tidak
integrasi dan interaksi sosial dan sebagai dipersoalkan dalam pengukuran frekuensi.
Vol 4, No 1, Th 2019
102 | Deska Yoga Pratama, Ilham Mohammad Iqbal, Nadiem Attar Tarigan

Menurut Andersen (2003) terpaan televisi generasi Z. Dapat disimpulkan bahwa saat
berkaitan dengan perhatian yang pada ini generasi Remaja sudah tidak lagi
akhirnya berhubungan dengan persepsi menganggap televisi sebagai kebutuhan
yang terbentuk juga. Secara lebih khusus utama, televisi bukan menjadi pilihan
dalam penelitian ini, media televisi utama bagi kalangan remaja untuk
merupakan media yang menarik untuk mendapatkan informasi ataupun hiburan,
dikonsumsi, baik dari segi isi pesan maupun tetapi mereka masih menggunakannya
karakteristiknya yang mudah dicerna. dalam beberapa kesempatan untuk
Kontribusi televisi terhadap pandangan mendapatkan informasi atau hiburan.
penonton atas realitas sosial berjalan dalam Terdapat aturan yang masing-masing
dua cara : pengarusutamaan dan resonansi. informan terapkan dalam menonton televisi
Pengarusutmaan atau kadang disebut juga seperti, membatasi waktu menonton
sebagai main world sindrom merupakan televisi. Selain itu pemilihan tayangan
”sebuah kecenderungan bagi para penonton televisi yang mereka tonton yaitu reality
kelas besar untuk menerima realitas budaya show, talk show, dan drama. Dalam
dominan yang mirip dengan yang menonton mereka juga menghindari acara -
ditampilkan di televisi walaupun hal ini acara tertentu, tetapi hal ini sangat subjektif
sebenarnya berbeda dengan keadaan karena terdapat remaja yang menyukai
sesungguhnya” (West dan Turner, 2010). reality show, tetapi yang lainnya justru
Berdasarkan intensitas menonton malah tidak menyukainya.
tayangan televisi, dibedakan adanya dua Intensitas menonton televisi yang
kelompok penonton televisi, yakni dilakukan remaja terlihat rendah, salah satu
penonton berat dan penonton ringan. faktor remaja tidak begitu tertarik
Penonton berat yang memiliki intensitas menonton televisi karena Televisi mereka
menonton lebih tinggi mengalami proses yang lebih banyak dikuasai oleh orang tua
kultivasi yang lebih tinggi pula. Proses mereka sehingga mereka harus meminta
yang disebut dengan mainstraiming telah terlebih dahulu tayangan yang mereka
membuat para penonton kelas berat akan inginkan, hal ini membuat mereka lebih
menerima danmemandang kenyataan memilih untuk mengalah dan mencari
dengan dominasi referensi tayangan televisi sarana mencari hiburan atau informasi yang
yang sangat tinggi. Hal itu akan membuat lain. Karena saat ini perkembangan
para penonton berat dari sub budaya yang teknologi sedang berkembang sangat pesat,
berbeda secara mengejutkan akan memiliki Remaja lebih suka sesuatu hal yang praktis
kecenderungan memiliki pandangan atas dan mudah diakses seperti internet. Dengan
dunia yang kurang lebih sama. Teori kelebihan yang ditawarkan oleh internet
kultivasi dikembangkan untuk mengetahui seperti, Mereka dapat mengakses internet
dampak menyaksikan televisi pada dimana saja dan kapan saja membuat
persepsi, sikap, dan nilai-nilai orang. televisi kurang diminati oleh remaja
(Purnama, 2014). dibandingkan dengan internet.

5. Simpulan Daftar Pustaka


Di dalam penelitian di atas yang Adam, A. (2017). Selamat Tinggal
mengangkat tentang makna televisi pada Generasi Milenial Selamat Datang

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi


Makna Televisi … | 103

Generasi_Z. Tirto.Id. Retrieved from Stand Up comedy di Kompas Tv.


https://tirto.id/selamat-tinggal- VI(3).
generasi-milenial-selamat-datang- Parmadie, B. (2015). Cultural Studies:
generasi-z-cnzX Sudut Pandang Ruang Budaya Pop -
Ahmadi, D. (2005). 9 Dadi dan Nova_91- B. Parmadie - Google Buku.
102 (pp. 91–102). pp. 91–102. Pasaribu, V. S., Rahmayati, E., & Puri, A.
Albi Anggito, J. S. (2016). 2016- (2015). Hubungan perubahan fisik
Metodologi_penelitian_kualitatif. In usia remaja dengan rasa percaya diri
Metodologi_penelitian_kualitatif (pp. pada siswi kelas 7. Jurnal
79–80). Sukabumi: CV jejak. Keperawatan, XI(1), 81–85.
Anwas, O. M. (2018). Televisi Mendidik Pradana, Y. I., Dwikurnaningsih, Y., &
Karakter Bangsa: Harapan dan Setyorini, -. (2018). Hubungan Antara
Tantangan. Jurnal Pendidikan Dan Menonton Acara Kekerasan Televisi
Kebudayaan, 16(9), 256. Dengan Perilaku Agresif Siswa SMP
https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i9.5 di Salatiga. Kelola: Jurnal
17 Manajemen Pendidikan, 5(1), 55–65.
As’ad, H. (2018). Pemaknaan Penonton https://doi.org/10.24246/j.jk.2018.v5.i
Televisi Terhadap Gambaran 1.p55-65
Kemiskinan dalam Program Reality Purnama, Y. nugraheni & F. Y. (2014).
Show “Mikrofon Pelunas Hutang.” Cultivation Aanalysis. Ilmia
Jurnal Fik.K.82, ‫ق‬. Komunikasi, 3, 65–87.
Budiono, A. (2018). Performa komunikatif Putro, Z. K. (2017). Memahami Ciri dan
program religi di tv komersial: Tugas Perkembangan Masa Remaja,
analisis pada program “wisata hati” 17(1), 25–32.
antv. UIN Syarif Hidayahtullah RJ, G. (2018). Kebiasaan Gen Z dalam
Jakarta. menikmati hiburan. Beritagar.Id.
Damanik, J. (2016). Survei Penggunaan https://beritagar.id/artikel/infografik/k
Teknologi Informasi Dan Komunikasi ebiasaan-gen-z-dalam-menikmati-
Rumah Tangga Di Wilayah Kerja hiburan
Bbppki Medan Tahun 2016. 5(2), 93– Zahroh, F. (2013). Dampak televisi
108. terhadap perilaku anak sekolah.
Dewi Juni Artha. (2016). Pengaruh
Pemilihan Tayangan Televisi
Terhadap Perkembangan Sosialisasi
Anak. EduTech, 2(1), 18–26.
Kartika Nur Kusuma. (2016). Studi
Fenomenologi Seksualitas
Transgender Wanita di Samarinda.
Leni, N. (2017). Kenakalan Remaja dalam
Perspektif Antropologi. Jurnal
Bimbingan Dan Konseling, 4(1), 23–
34.
Marlin, C., Warouw, D. M. D., & Kalangi,
J. S. (2017). Fenomena Tayangan
Vol 4, No 1, Th 2019

Anda mungkin juga menyukai