Anda di halaman 1dari 10

1.

1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakah prioritas segala aspek kehidupan manusia, segala aspek pendidikan yang akan mempengaruhi pula aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, politik dan budaya. Kehidupan manusia memang tidak akan pernah lepas dari beberapa aspek tersebut, aspek yang begitu kompleks menuntut pendidikan harus lebih intensif menyiapkan masyarakat kedepan. Sekarang sudah jelas dari beberapa aspek tersebut terdapat kesenjangan-kesenjangan yang harus dituntaskan melalui pendidikan. Kesenjangan yang terjadi bisa dirasakan pada kesenjangan ekonomi masyarakat, antara pemilik modal dan pemilik tenaga atau buruh. Dengan begitu peran penting pendidikan akan mempengaruhi kesetabilan aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai usaha sadar harus menyentuh seluruh aspek kehidupan dalam bentuk pendidikan. Pendidikan yang harus diterapkan harus manunggal, bukan tunggal ataupun parsial. Parsial yang dimaksud adalah pendidikan berfokus pada hak kepemilikan bidang ilmu, pendidikan yang manunggal adalah pendidikan yang menyeluruh dari segalanya melalui bidang ilmu untuk kesemua aspek kehidupan. Meskipun dalam penataan undang-undang mengenai sistem pendidikan nasional bagus dan terprogram tapi dalam pelaksanaan tidak sebaik definisi yang ada, dengan catatan masih ada masalah-masalah dalam suply pendidikan. Pemberian dana bantuan untuk pendidikan tidak lancar dan terhambat karena ulah para koruptor. Seperti yang tercantum dalam KOMPAS.COM memberitakan Dana pendidikan yang paling banyak dikorupsi ada di dana alokasi khusus (87 kasus dengan kerugian negara Rp 138,2 miliar), selain dana pengadaan buku dan komputer (6 dan 8 kasus dengan kerugian negara masing- masing Rp 54,9 miliar dan Rp 33,3 miliar). Bisa dilihat bahwa maraknya kasus korupsi masih belum berkurang, oleh karena itu menjadi sesuatu yang seharusnya

bahwa pendidikan yang berwenang atas tanggung jawab mendidikan peserta didik supaya lebih baik. Pendidikan menjadi barang mahal untuk saat ini karena ulah pihak yang tidak bertanggung jawab dan berakibat besar pada semua kalangan masyarakat. Oleh karena itu harus dikaji secara radikal untuk menanggulangi masalah tersebut. Pengkajian yang tepat dan berakar adalah mulai dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan yang dikatakan usaha sadar harus mampu mengatasi masalah korupsi tersebut. Masalah klasikal yang terdapat disetiap negara terutama di tanah air. Korupsi merupakan masalah yang sangat serius. Alinea pertama Penjelasan Umum UU Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption, 2003menyatakan: Tindak pidana korupsi merupakan ancaman terhadap prinsipprinsip demokrasi, yang menjunjung tinggi transparansi, akuntabilitas, dan integritas, serta keamanan dan stabilitas bangsa Indonesia. Oleh karena korupsi merupakan tindak pidana yang bersifat sistematik dan merugikan pembangunan berkelanjutan sehingga memerlukan langkah-langkah pencegahan tingkat nasional maupun internasional. Dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang efisien dan efektif diperlukan dukungan manajemen tata pemerintahan yang baik dan kerjasama internasional, termasuk pengembalian aset-aset yang berasal dari tindak pidana korupsi. Secara filosofinya korupsi juga menjadi budaya seperti yang dikatakan Kamil dalam WIKIMU.COM, Korupsi bisa dilihat dari perspektif kebudayaan. Secara teoritis dan praktis, relasi antara korupsi dan kebudayaan sangat kuat. Bahkan dalam praktiknya, korupsi terkait dengan unsur tradisi feodalisme, hadiah, upeti, dan sistem kekerabatan (extended family). Korupsi agaknya akan tumbuh dalam masyarakat atau bangsa yang memiliki tradisi budaya feodalis atau neofeodalis. Pasalnya, dalam budaya tersebut, tidak ada sistem nilai yang memisahksan secara tajam antara milik publik (negara) dengan milik pribadi bagi ruling class (elit penguasa). Sedangkan, sistem kekerabatan ikut mendorong nepotisme. Sesuatu yang telah membudaya harus ditangdingkan dengan pembentukan budaya baru. Budaya baru inilah yang menjadi batu loncatan untuk mencapai masa-masa bersih kesenjangan. Budaya korupsi wajib memiliki tandingan yaitu yang bergerak dalam pendidikan anti korupsi.

Sebuah pendidikan memiliki perangkat untuk menjalankannya seperti kurikulum, strategi dan metode belajar. Bagaimanapun strategi dan metode belajar yang tepat untuk mendidikan dan membudayakan siswa untuk bersikap nurturant effect, melekat pada diri siswa. Anti korupsi yang diharapkan menjadi nurturant effect harus menyatu dengan diri siswa, salah satu cara yang tepat adalh dalam perangkat pendidikan dalam bentuk metode belajar dan sumber belajar siswa. Sebuah metode dan strategi belajar kiranya harus menggandeng sebuah media atau perantara dalam pemenuhan tujuan pembelajaran khususnya pembelajaran menganai pendidikan anti korupsi. Media yang tidak kalah peran untuk memberikan sumbangan kebrhasilan dan memberikan kemudahan atas terjaminnya pemahaman materi. Acapkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) di mana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Sementara itu, Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2006:4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Di lain pihak, National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual dan peralatannya; dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca. Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa. Menurut Edgar Dale Dalam Sigit Prasetyo (2007: 6) Secara umum media memiliki kegunaan yaitu: memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya, memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.

Dari latar belakang masalah yang disampaikan maka dapat dirumuskan bahwa dalam kelengkapan sebuah pembelajaran perlu adanya media. Media yang dapat digunakan dalam mata pelajaran pendidikan anti korupsi yaitu sebuah komik pembelajaran yang berisi sebuah gambaran umum atau tindakan-tindakan yang tergolong korupsi. Oleh karena itu dapat diambil judul pengembangan media grafis Pengembangan Sumber Bahan Belajar Komik Anti Korupsi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah 1.2 Tujuan Pengembangan Penggunaan media Komik Anti Korupsi sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan pemahaman materi pelajaran dalam pembelajaran Pendidikan Anti Korupsi.. Maka tujuan penggunaan media Komik Anti Korupsi adalah 1. agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna, 2. Untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi kepada anak didik, 3. Untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik, 4. Untuk dapat mendorong keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, 5. Untuk menghindarkan salah pengertian atau salah paham antara anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik.

1.3. Manfaat Pengembangan Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu 1. Media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan, 2. Media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosil ekonomi, 3. Media pengajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain,

4. Media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa. rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan, 5. Media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, 6. Media pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

1.4 Rancangan atau Prototype Sebuah pengembangan media grafis perlu diperhatikan prinsip-prinsinya. Seperti mempertimbangkan jenis huruf, warna, dan tata letak. 1. Jenis huruf (font) Jenis huruf yang digunakan adalah arial yang memiliki karakter tegas, pipih dan cocok untuk kotak dialog. 2. Warna Warna yang digunakan adalah kuning , biru, hijau dimana masing-masing warna mempunyai karakter sebagai berikut : a. Kuning, warna yang sifatnya menonjol, cerah, membangkitkan energi, komunikatif, dan merangsang kemampuan berpikir serta memberi kesan semangat untuk maju dan toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang, dermawan, dan sukses. Penggunaan yang kurang tepat justru akan menimbulkan kesan menakutkan. b. Biru, Memberi kesan perasaan yang mendalam. Menimbulkan perasaan tenang, dan dingin, melahirkan perasaan sejuk, memberi kenyamanan dan perlindungan c. Hijau, Nuansa hijau dapat meredakan stress, memberi rasa aman, dan perlindungan..Tapi warna hijau juga dapat menimbulkan perasaan terperangkap.

Gambar 1

Gambar 2

1.5 Metode Pengembangan dan Rencana Biaya

Gambar 3 Metode Pengembangan 1.6 Rencana Biaya No Keterangan Persiapan Awal 1. Pembuatan proposal 2. Obeservasi awal Penelitian 1. Biaya Produksi awal Spesifikasi jilid Transportasi, survey Pengkajian Pembuatan Sketsa Pembuatan Desain Pembuatan Demo Buku Komik Ahli materi Ahli media Ahli Instruksional Biaya jalan Jumlah 2 Biaya 10.000 100.000

20

143.000

2. 3.

Biaya Produksi Komik Validasi

4 3

572.000 10.000

4. Transportasi 5. Komunikasi Kegiatan Akhir 1. Produk setelah evaluasi 2. Pembuatan Laporan Total

3 1 1

150.000 50.000 143.000 50.000 1.228.000

Komik

Referensi Arismunandar, Satrio. 2011. Definisi, Ciri-ciri dan Tipologi Korupsi, [online], http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=19522, diakses tanggal 12 Maret 2013). Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Djaja, Ermansjah. 2008. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta: Sinar Grafika. Hamalik, Umar. 2005. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Miarso, Yusufhadi. 2011. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prasetyo, Sigit. 2007. Pengembangan Pembelajaran Dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Yang Berkualitas. Semarang: UNNES. Undang-Undang Nomor 20 Tahun Pendidikan Nasional Pasal 1, ayat 1. 2003 tentang Sistem

Lampiran

Proposal Pengembangan Media Grafis Pengembangan Sumber Bahan Belajar Komik Anti Korupsi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Anti Korupsi di SMA Dosen Deni Hardianto, M.Pd.

Oleh : Arjun Fatah Amitha 11105241023

TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

Anda mungkin juga menyukai