Anda di halaman 1dari 4

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN PROBLEMATIKANYA

1.1 Pengertian Pendidikan Anti Korupsi


Suyanto (2005, hlm. 43) mendefinisikan pendidikan anti korupsi sebagai
semacam koreksi budaya dimana siswa diperkenalkan pada bentuk-bentuk
pemikiran dan nilai-nilai baru. Pendidikan anti korupsi dapat digambarkan sebagai
upaya yang disengaja dan terorganisir untuk membekali siswa dengan informasi,
keyakinan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk menghindari dan
memberantas potensi terjadinya korupsi. Pendidikan anti korupsi merupakan salah
satu bentuk pendidikan yang bertumpu pada konsep anti korupsi yang sudah
dikenal masyarakat luas.
Pendidikan ini merupakan pendidikan yang mana mengajarkan kepada kita
bahwasannya perilaku korupsi adalah perilaku yang menyimpang, dimana
pelakunya adalah warga masyarakat yang menggunakan jabatan sebagai cara
untuk mendapatkan keuntungan. Hal ini sangatlah merugikan bagi masyarakat,
khususnya masyarakat miskin yang susah payah mencari uang. Banyak sekali
petinggi-petinggi organisasi kelembagaan ataupun kemasyarakatan yang
mengambil keuntungan dengan alasan penggunaan dana untuk masyarakat,
padahal ia menggunakan nya untuk keuntungan pribadi. Karena alasan inilah
banyak masyarakat yang merasakan dampak adanya korupsi. Dalam hal ini lah
yang menelatar belakangi munculnya pendidikan anti korupsi.
Pendidikan ini sangatlah berguna demi mensejahterakan masyarakat yang
notabennya kurang mampu karena berkurangnya tindak perilaku korupsi.
Pendidikan anti korupsi mengacu pada seluruh masyarakat, khususnya
petinggipetinggi negara yang mengembangkan tugas dalam mengamankan uang
rakyat yang tidak hanya sepeser namun bernilai miliyaran tersebut. Dukungan
warga juga sangat penting dalam adanya pendidikan ini, dikarenakan dukungan
warga dapat memacu adanya pembelajaran dalam hal pendidikan anti korupsi.

1
1.2 Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi
Kurikulum anti korupsi sangat penting dalam mengembangkan identitas
anti korupsi pada siswa serta meningkatkan semangat dan integritas mereka
sebagai agen reformasi untuk masyarakat yang aman dan bebas serta keberadaan
negara yang bebas dari korupsi. Selain itu, mahasiswa mampu menghindarkan diri
dari perbuatan korupsi (tanggung jawab individu), mencegah siapapun melakukan
tindak korupsi dengan memberikan peringatan, dan pada akhirnya mahasiswa
mampu mendeteksi adanya tindak korupsi (dan dapat melaporkannya kepada
penegak hukum).
Pendidikan Anti Korupsi menjadi salah satu upaya dalam menyampaikan
suatu informasi, pengetahuan serta gambaran tentang bahaya dari perbuatan
korupsi serta dampak bagi bangsa dan negara. Dengan di terapkannya Pendidikan
Anti Korupsi maka dapat meminimalisir tindakan kecurangan, yaitu korupsi di
Indonesia. Korupsi di Indonesia pada saat ini sudah di anggap sebagai hal yang
wajar. Tentunya, dengan memberikan pemahaman tentang korupsi melalui
pendidikan Anti Korupsi yang diajarkankepada peserta didik maka dapat
menciptakan para generasi muda serta generasi baru yang menolak korupsi.
Pendidikan Anti Korupsi merupakan pendidikan untuk mengoreksi budaya
denganmengenalkan cara berfikir dan nilai- nilai Anti Korupsi kepada peserta
didik. Cara berfikir dan nilai- nilai ini perlu untuk di tanamkan kepada para
peserta didik, agar nantinya mereka tidak menganggap bahwa korupsi sebagai hal
yang biasa. Selain itu, pendidikan Anti Korupsi juga merupakan usaha sadar dan
sistematis yang di berikan oleh seorang pendidik kepada para peserta didik agar
mereka memiliki kemauan dan mampu untuk mencegah serta menutup peluang
untuk berkembangnya korupsi. Sebagai seorang pendidik harus memiliki
pemahaman yang lebih, tentang pendidikan Anti Korupsi agar peserta didik dapat
menerapkan apa yang telah di ajarkan dalam setiap materi yang di ajarkan oleh
pendidik.
Menurut Handoyo (2013, hlm. 43), pendidikan anti korupsi sangat penting
karena bertujuan untuk:

2
1. mengembangkan kesadaran dan pemahaman tentang berbagai sumber korupsi
dan konsekuensinya
2. mengubah pandangan dan sikap tentang korupsi
3. mengembangkan keterampilan dan kemampuan baru yang diperlukan untuk
memerangi korupsi
Jadi dapat disimpulkan dari kedua pendapat diatas bahwa pentingnya
pendidikan anti korupsi ini yaitu untuk membuat pendidikan yang mampu
memahami berbagai bentuk korupsi, aspek korupsi, cara mendeteksi korupsi serta
menjadikan pribadi yang anti korupsi dengan menumbuhkan kepedulian yang
tulus serta mempertahankan kejujuran sebagai kunci utama dalam mencegah
tindak korupsi.

1.3 Problematika Pendidikan Anti Korupsi


Salah satu faktor yang menyebabkan tingkat korupsi semakin meningkat
di Indonesia adalah semakin melemahnya penegakan pendidikan anti korupsi di
Indonesia. Pendidikan anti korupsi harus terus digalakkan, utamanya untuk
generasi muda. Hukum dan lembaga terkait dengan pemberantasan korupsi yang
ada di Indonesia sebenarnya sudah baik. Tinggal bagaimana kualitas sumber daya
manusia yang harus ditingkatkan supaya gerakan anti korupsi bisa diterapkan
dengan sungguh-sungguh oleh semua masyarakat. Tantangannya terletak pada
budaya korupsi sudah menjadi hal yang wajar sehingga sulit membedakan antara
tindakan yang dikategorikan sebagai korupsi atau bukan. Korupsi sebenarnya
dimulai dari lingkup yang kecil seperti tidak disiplin, memberikan uang ke orang
lain dengan maksud tertentu, dan hal yang sering terjadi adalah mencontek.
Pendidikan anti korupsi harus di edukasikan sejak dini supaya para peserta didik
bisa belajar dari hal yang kecil agar saat mereka sudah dewasa nanti nilai itu akan
terus dibawa dan bisa diterapkan ke masyarakat demi mewujudkan Indonesia
yang bebas dari korupsi.
Pendidikan anti korupsi memiliki peran yang strategis dalam membentuk
generasi muda yang berintegritas dan anti korupsi. Pendidikan anti korupsi dapat
menjadi salah satu pilar dalam sistem pencegahan korupsi yang melibatkan

3
berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, lembaga penegak hukum,
media massa, organisasi masyarakat sipil, sektor swasta, akademisi, agama, dan
keluarga. Namun demikian, pendidikan anti korupsi juga menghadapi berbagai
tantangan dan hambatan dalam implementasinya. Beberapa tantangan tersebut
antara lain adalah kurangnya komitmen dan dukungan dari pihak-pihak terkait,
kurangnya sumber daya manusia dan materiil yang memadai, kurangnya
koordinasi dan sinergi antara berbagai lembaga pendidikan formal maupun non
formal, serta adanya budaya koruptif yang masih melekat di masyarakat.

Daftar Pustaka
Nurwardani, Paristiyanti. (2016). Pendidikan Kewarganegraan. Dikti: Jakarta
Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi. (2011). Pendidikan Anti Korupsi
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Kemendikbud
Suyanto, T. (2005). Pendidikan Antikorupsi dan Pengembangan Budaya Sekolah.
JPIS. Nomor, 23.
Eko, Handoyo, 2013. Pendidikan Anti Korupsi, Yogyakarta: Ombak.

Anda mungkin juga menyukai