MARGIN
KIRI 4 CM
KERTAS A4
KANAN,ATAS, BAWAH 3 CM TIMES NEW ROMAN
RATA KANAN-KIRI SIZE 12
PENDAHULUAN SPASI 1,5
Bagi manusia, pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh seseorang.
Sebab pendidikan merupakan usaha yang secara sadar dan terkonsep untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran, dengan harapan peserta didik dapat secara aktif mengembangkan
potensi dirinya masing-masing untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak yang baik, serta memiliki keterampilan yang diperlukan dirinya
dan kehidupan bermasyarakat (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003). Tanpa pendidikan umat manusia
akan menghadapi yang namanya keterpurukan karena tantangan zaman yang kian membesar.
Ditambah akan terhambatnya perkembangan potensi dalam diri yang sebenarnya dapat
dimaksimalkan melalui pendidikan yang sesuai.
Di Indonesia sendiri, pendidikan sudah menjadi hal yang diwajibkan bagi seluruh warga
negaranya. Buktinya ada pada pasal 31 UUD 1945 setelah amandemen yang menyatakan setiap
ISI
warga negara berhak mendapatkan pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Hal itu
jelas diturunkan pada sebuah peraturan yang menyatakan wajib belajar 12 tahun pada anak (PP
No. 47 tahun 2008). Walaupun begitu, peraturan tersebut masih menjadi sebuah wacana yang jauh
dari kenyataan. Disebabkan oleh banyaknya faktor yang salah satunya adalah kurang meratanya
sistem pendidikan di Indonesia.
Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah pilar utama dalam melakukan nasional.
Menurut menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati, kunci sebuah pembangunan nasional adalah
sumber daya manusia yang baik (Republika, 2021-Agustus). Dan asal dari sumber daya manusia
yang baik tersebut ialah pendidikan (Ningrum, 2016). Jadi sudah semestinya Indonesia
mengembangkan suatu sistem pendidikan yang dapat menampung seluruh warga negaranya demi
memajukan pembangunan nasional negara sendiri.
Ada banyak sekali terobosan-terobosan sistem pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan
adalah penuhnya interaksi dari semua unsur pendidikan yang berkesinambungan menuju
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Mastuhu, 1994). Salah satu dari yang terbaru
dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah konsep merdeka belajar yang dicetuskan oleh menteri
pendidikan dan kebudayaan Nadiem Makarim. Beliau menjelaskan bahwa sistem ini adalah
sebuah kebebasan dalam memperoleh pendidikan dari setiap pelajar (Merdeka, 2021-Juni).
Bagaimana mereka boleh memilih menjadi apa yang mereka suka dengan mempelajari hal-hal
yang sebenarnya tidak ada dalam jurusan yang mereka ambil. Hal yang melatarbelakangi sudah
jelas dikarenakan data yang menunjukkan 80 persen mahasiswa Indonesia tidak bekerja sesuai
dengan jurusan kuliahnya (Kompas, 2021-November).
Meskipun demikian, pendidikan di Indonesia masih tidak cukup jelas akan mengarah ke
mana (Sujarwo, 2013). Menurut survei dari Political and Economic risk Consultant (PERC),
tingkat kualitas pendidikan di negara Indonesia berada pada urutan terakhir di kawasan Asia.
Survei lain menurut Programme for Internasional Student Assessment (PISA) pada tahun 2019
menyatakan bahwa dalam pendidikan Indonesia dalam cangkupan literasi berada di urutan ke-74
dari 79 negara yang disurvei (Ayo menulis, 2020-Oktober).
PEMBAHASAN
Konsep tripusat Indonesia yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara menjadi sebuah
pandangan ideal dari sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Beliau menyatakan bahwa
lingkungan pendidikan yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat bergerak
selaras saling berkesinambungan dalam proses pemenuhan tujuan pendidikan (Fudyartanta, 1990).
Ketiga lingkungan pembelajaran tersebut haruslah membentuk harmoni yang baik sehingga akan
menjadikan peserta didik dapat berkembang perilaku dan kepribadiannya secara maksimal.
Keluarga adalah sebuah kelompok kecil atas dua orang atau lebih yang bertempat tinggal
bersama yang terdapat hubungan darah, perkawinan, ataupun adopsi (Vembriarto, 1990).
Lingkungan keluarga adalah yang paling terpenting dari 2 lingkungan lainnya, sebab keluarga
adalah tempat yang murni dari dasar-dasar sosialnya. Juga dikarenakan keluarga adalah
lingkungan pertama yang dihadapi anak yang bersih sebelum akhirnya menuju tingkat selanjutnya.
Pandangan ini didasari oleh tuturan Ki Hadjar Dewantara, orang tua itu tergabung dari berbagai
golongan yang bersifat baik yang mendapatkan hak penuh atas anak-anak untuk mengatur sifat,
bentuk, isi, ataupun jenis pendidikannya (Dewantara, 1957).
Dalam lingkungan ini, keluarga pastilah mengajarkan cara bersosialisasi atau berinteraksi
kepada anak-anak. Hal ini memiliki maksud agar anak di masa yang akan datang dapat menjadi
anggota masyarakat yang baik dan memiliki kepribadian yang bertanggung jawab atas segala hal
yang mereka miliki (Ahmadi, 2004). Di lain hal, orang tua yang mengasuh haruslah bersikap logis
dalam membedakan mana yang benar dan yang buruk pada anak. Termasuk pada benda-benda,
perilaku, kepribadian, dan sebagainya. Hal itu diterapkan dengan menjunjung sikap etis yang
menjadi moral pribadi perorangan dalam konteks sosial yang menentukan hal yang benar dan yang
salah (Wilardjo, 2011).
Pendidikan dalam sekolah pendidikan yang diperoleh oleh anak didik secara terkonsep,
sistematis, hirarki, dengan mengikuti standar yang jelas dan kaku (Hidayati, 2016). Dalam
lingkungan ini yang paling memengaruhi perkembangan karakter anak adalah seorang guru. Guru
dalam pendidikan sekolah memiliki peran untuk memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan
dasar, yang semuanya berdasarkan agama dan ilmu budi pekerti luhur (Kurniawan, 2015).
Sebenarnya, dalam lingkungan ini juga perlu dikontrol atas pergaulan anak didiknya.
Seperti halnya sebuah kertas bersih, anak juga seperti itu. kadang anak mudah dipengaruhi oleh
teman sebayanya, karena di sekolah anak akan bertemu dengan orang yang berumur sama
dengannya. Baik misalnya kalau temannya itu berbudi pekerti luhur, bagaimana bila sebaiknya?
Tentu hanya akan mengarahkan anak ke perilaku yang kurang benar. Sekali lagi, adalah sebagai
kewajiban guru untuk mengakomodasi hak anak didiknya atas hal yang baik dan yang salah
(Affandi, 2016).
Konsep pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara ini dipandang sangat ideal.
Mungkin bila konsep ini berhasil diimplementasikan dapat membantu bangsa Indonesia dalam
menghadapi masalah moralitas dari generasi muda (Darmawan, 2016). Perlu dimengerti bahwa
ketiga lingkungan itu harus membentuk sebuah rantai yang menyambung satu sama lain.
Ditambah, kontribusi tiap lingkungan diharapkan saling bahu membahu untuk menambah
kemampuan anak didik. Hubungan antara ketiga hal ini digambarkan oleh Umar Tirtaraharja
(2000):
Konsep tripusat pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara sebenarnya sudah
diimplementasikan melalui program yang dibuat oleh Kemendikbud. Melalui Permendikbud
nomor 20 (2018), program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah program pendidikan
yang ada di sekolah yang bertujuan untuk membentuk karakter siswa melalaui harmonisasi olah
hati, rasam pikir, dan olahraga sesuai dengan falsafah Pancasila. Dalam menggapai tujuan tersebut,
dibutuhkan kerja sama antara guru, keluarga, dan masyarakat. Program PPK ini adalah cerminan
dari konsep tripusat yang dikeluarkan oleh Ki Hadjar Dewantara silam.
Harapannya, dalam menjalankan PPK ini, masyarakat dan sekolah dapat menjunjung
metode kolaboratif. Misalnya, sekolah bekerja sama dengan pusat kebudayaan, museum, dan
tempat edukatif lainnya sebagai wahana rekreasi edukatif bagi anak didik (Jendela kemdikbud,
2021-November). Di sisi lain, bisa saja pihak sekolah melakukan kolaborasi dengan lembaga
ataupun komunitas. Kolaborasi dengan masyarakat ini bertujuan untuk menyiapkan anak didik
sejak dini dalam konteks penguatan pendidikan karakter sebelum pada dewasa turun ke
masyarakat.
Namun, program PPK ini tidak sepenuhnya merata di Indonesia, banyaknya faktor
penghambat menjadikan hal ini tidak mudah dilakukan. Salah satu kendala yang paling masif
berasal dari para peserta didik (Rosyida, 2019). Peserta didik sering kali untuk melanggar
peraturan walaupun sebelumnya sudah diberi peringatan oleh guru. Faktor lain adalah banyak
orang tua yang sibuk bekerja sehingga tidak memerhatikan perilaku anak di rumah. Tak bisa
dipungkiri, fasilitas, akses, dan sumber daya turut serta menjadi faktor penghambat
(Teropongbulusaraung, 2019-Maret).
Program ini bertujuan untuk penguatan tahfidz anak didik, mengingat ini adalah sekolah
islam. Wali murid dapat juga melihat perkembangan anaknya dengan mendampinginya ketika
anak didik diberi jatah untuk mengaji.
2. Program parenting
Kegiatan ini adalah sebagai bentuk pembekalan diri kepada wali siswa dalam membantu
kegiatan belajar mengajar di lingkungan masyarakat dan keluarga dengan mendatangkan
narasumber yang fasih di bidangnya
3. Peringatan hari besar
Peringatan hari besar ini dilakukan sebagai pembelajaran di luar kelas dalam
memperoleh pengetahuan dalam bersosialisasi. Anak didik diajak untuk pergi ke area
umum untuk melakukan kegiatan kemasyarakatan, seperti bersih-bersih, perayaan
kemerdekaan, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
MENGGUNAKAN
APA STYLE
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2020-Oktober). Ini dia hasil survei PISA tentang kualitas pendidikan di Indonesia dalam
3 tahun terakhir. Ayo menulis. Dilansir dari https://ayomenulis.id/artikel/ini-dia-hasil-
survei-pisa-tentang-kualitas-pendidikan-di-indonesia-dalam-3-tahun-terakhir pada
tanggal 10 Januari 2022.
Arif, A. Z., & Setiyowati, A. (2018). Piagam debest: integrasi komitmen tripusat pendidikan untuk
penguatan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah 24 Surabaya. ELSE
(Elementary School Education Journal): Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah
Dasar, 1(2b).
Darmawan, I Putu Ayub. (2016). Pandangan dan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantoro.
Prosiding seminar nasional dan bedah buku. FKIP UKSW Salatiga.
Dewantara, Ki Hadjar. (1957). Masalah kebudajaan. Madjelis luhur persatuan taman siswa.
Yogyakarta.
Indonesia. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Lembaran
negara RI tahun 2003 nomor 78, tambahan lembaran negara nomor 4301. Sekretariat
negara. Jakarta.
Indonesia. Undang-undang nomor 20 tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter pada
satuan pendidikan formal. Berita negara tahun 2018 nomor 782. Kemendikbud. Jakarta.
Indonesia. Peraturan pemerintah nomor 47 tahun 2008 tentang wajib belajar. Lembaran negara RI
tahun 2008 nomor 90. Sekretariat negara. Jakarta.
Intan, Novita. (2021-Agustus). Sri Mulyani: pembangunan SDM jadi kunci kemajuan negara.
Republika. Dilansir dari https://www.republika.co.id/berita/qx788d423/sri-mulyani-
pembangunan-sdm-jadi-kunci-kemajuan-negara pada tanggal 10 Januari 2022.
Kurniawan, Machful I. (2015). Tri pusat pendidikan sebagai sarana pendidikan karakter anak
sekolah dasar. Jurnal. Pedagogia ISSN 2089-3833 vol. 4 no. 1.
Mahmud, A. (2018). Guru tak boleh sejahtera-catatan dan refleksi seorang pendidik. Deepublish.
Makdori, Yopi. (2021-Juni). Nadiem: merdeka belajar dirancang berdasarkan kebutuhan anak
sebagai pelajar. Merdeka. Dilansir dari https://www.merdeka.com/peristiwa/nadiem-
merdeka-belajar-dirancang-berdasarkan-kebutuhan-anak-sebagai-pelajar.html pada
tanggal 10 Januari 2022.
Mastuhu. (1994). Dinamika sistem pendidikan pesantren: suatu kajian tentang unsur dan nilai
sistem pendidikan pesantren. Indonesian-Netherland. Jakarta.
Pramana, Edy., Saifan Zaking. (2020-Desember). Infrastruktur menjadi masalah utama dunia
pendidikan di era pandemi. Jawapos. Dilansir
dari https://www.jawapos.com/nasional/pendidikan/31/12/2020/infrastruktur-menjadi-
masalah-utama-dunia-pendidikan-di-era-pandemi/ pada tanggal 11 Januari 2022.
Rosyida, Ruli Alfi Mei. (2019). Implementasi kebijakan pendidikan karakter dalam rangka
mendukung gerakan PPK di SD Muhammadiyah 9 kota Malang. Tesis. Universitas
Muhammadiya Malang.
Tirtaraharja, Umar., dan Lasula. (1998). Pengantar pendidikan. Rineka cipta. Jakarta.
Wilardjo, Setia Budhi. (2011). Menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab. Jurnal.
Universitas Muhammadiyah Semarang.