Anda di halaman 1dari 44

PESAN DAKWAH DALAM FILM TARUNG SARUNG 2020

(ANALISIS RESEPSI MAHASISWA IAIN KUDUS TERHADAP PESAN


MORAL FILM)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
dalam Bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Oleh:
AZZATUL FAIZAH
NIM. 1840210099

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ungkapan moral sering disamakan dengan etika yang berasal dari kata
Yunani kuno “ethos”, yang berarti kebiasaan, adat, moralitas, kepribadian,
emosi, sikap atau cara berpikir. Etika diartikan sebagai: apa yang baik dan apa
yang buruk, studi tentang hak dan kewajiban moral dan kumpulan prinsip atau
nilai moral. Moralitas, baik lisan maupun tulisan, dapat dilihat sebagai ajaran,
khotbah atau standar tentang bagaimana bertindak menjadi orang baik. Sumber
langsung ajaran moral adalah orang-orang dari berbagai kehidupan dan posisi,
termasuk orang tua dan guru, tokoh masyarakat dan agama dan tulisan orang
bijak.
Sumber dasar ajaran adalah tradisi atau adat, ajaran agama atau ideologi
tertentu. Etika adalah ilmu, bukan doktrin. Oleh karena itu, etika bukanlah
tingkat pengajaran moral yang sama seperti yang kita katakan bagaimana kita
harus hidup, tetapi pengajaran moral, bukan etika. Film merupakan salah satu
jenis media massa yang dapat merangsang minat penonton dalam
mengkonsumsi informasi dengan cara yang berbeda-beda dan film berdampak
pada masyarakat karena memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan
dengan caranya sendiri serta berperan penting dalam memberi dampak pada
perubahan sosial.
Pesatnya perkembangan teknologi akan membawa perubahan dalam
masyarakat. Media merupakan teknologi informasi yang dapat
memperkenalkan pola budaya baru kepada masyarakat. Media massa
mempengaruhi masyarakat luas dengan berbagai pesan melalui informasi yang
disebarluaskan oleh masyarakat luas. Media massa yang berperan besar dalam
mempengaruhi masyarakat adalah film. Film serta televisi, telah menjadi salah
satu pilihan hiburan bagi pemirsa di seluruh dunia. Film masih menjadi salah
satu media massa yang populer. Terbukti bahwa genre film yang berbeda-beda

1
diproduksi di negara yang berbeda setiap tahun untuk mempopulerkan film
tersebut.
Film merupakan salah satu media elektronik yang berperan sebagai
kontrol sosial terhadap konten yang bermanfaat. Hal ini sejalan dengan misi
perfilman nasional sejak tahun 1979, dimana sinema nasional dapat digunakan
tidak hanya sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan untuk
mendukung generasi muda dalam rangka pembangunan bangsa dan pribadi.
Film bukan hanya tentang cinta, persahabatan dan kehidupan. Tapi banyak juga
film-film yang bertema religi, khususnya Islam. Film dapat dijadikan sebagai
media promosi karena mengandung pesan persahabatan, penggambaran
karakter dan pesan tersirat tentang agama. Untuk saat ini, film merupakan
media penyampaian yang efisien, karena hal ini secara tidak langsung dapat
mempengaruhi penonton.
Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang selalu dilakukan.
Komunikasi manusia tidak hanya dilakukan dengan berbicara dan bergerak,
bahkan, melihat dapat dijelaskan sebagai suatu proses komunikasi. Komunikasi
manusia pada dasarnya adalah proses interaksi sosial melalui pesan. Apalagi di
era perkembangan teknologi di bidang transmisi informasi, saat ini kita
menggunakan media yang sangat berbeda seperti inovasi dari perkembangan
internet dan perkembangan teknologi produksi media. Dengan perkembangan
teknologi ini, pengetahuan dan informasi yang lebih luas dapat dibagi dan
dieksplorasi.
Komunikasi yang berkaitan dengan orang banyak atau komunikasi yang
biasa dikenal dengan komunikasi massa. Media adalah pesan yang
disampaikan kepada banyak orang melalui media massa. Definisi ini
mengartikan bahwa media pada hakekatnya adalah suatu proses komunikasi
yang dilakukan oleh organisasi media massa kepada khalayak luas yang
anonim. Mengacu pada proses komunikasi seperti itu menggunakan konsep
pengkodean media, proses di mana organisasi media menyampaikan pesan
kepada pemirsanya.

2
Dalam proses pengorganisasian media sejak dini, organisasi media
memiliki banyak tujuan. Misalnya, ketika datang ke media massa cetak, media
massa, dalam bentuk awal surat kabar, majalah, buku, dll, mengikis hambatan
isolasi populasi dunia, dengan organisasi dan fungsi sosial, fleksibilitas dan
adaptasi.1 Hal ini erat kaitannya dengan bagaimana dakwah dapat menangkap
kepentingan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan saat ini adalah
memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mendukung, misalnya dengan
menggunakan media film.2 Media yang digunakan sebagai fasilitator kegiatan
meliputi media verbal, tertulis, visual, audio, dan keteladanan. 3 Media dakwah
menjadi perangkat objektif yang dapat menjadi penghubung antara pesan
dakwah dan umat. Media komunikasi dan informasi modern memiliki banyak
bentuk konsumsi yang bermanfaat bagi masyarakat dan disebut sebagai "era
informasi".4
Media massa mengacu pada teknologi yang digunakan sebagai saluran
bagi sejumlah kecil orang untuk berkomunikasi dengan lebih banyak orang.
Konsep ini pertama kali dibahas di era progresif tahun 1920-an sebagai
tanggapan atas peluang baru bagi elit untuk menjangkau khalayak yang besar
melalui media massa saat itu, seperti surat kabar, radio, dan film. Padahal,
ketiga bentuk media massa tradisional tersebut masih sama hingga saat ini.
Barang cetakan (koran, buku, majalah), siaran (televisi, radio), film
(dokumenter). Media massa adalah salah satu jenis media dan dapat
didefinisikan sebagai penyebaran pesan secara luas, cepat dan terus menerus
untuk menjangkau khalayak yang besar dan beragam.5
Sampai saat ini, film dikomunikasikan secara visual dan audio. Dalam
arti sempit, film adalah tampilan foto di layar lebar, tetapi dalam arti luas juga
1
Imran Hasyim Ali, Media Massa, Khalayak Media, The audience Theory, Efek Isi Media
dan Fenomena Diskursif, (Jurnal Online, Vol. 16, No. 1, 2012), hlm. 48.
2
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2000), hlm. 212.
3
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Ed. 1, Cet. 2, (Jakarta:
Kencana, 2009), hlm. 32.
4
Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Dakwah, Teori, Pendekatan dan Apliasi, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2012), hlm. 67.
5
Risma Niswaty, dkk, Etika Komunikasi, (Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2019), hlm.
74.

3
mencakup foto yang ditampilkan di televisi. Karena ini merupakan salah satu
bentuk komunikasi dengan metode dakwah melalui mimbar dan media massa,
maka metode konversi yang sama disebut tabligh untuk menyampaikan pesan
secara komprehensif, baik cetak maupun elektronik. 6 Dengan cara ini, banyak
pengguna TV berbayar yang menayangkan program film yang tidak disiarkan
di TV komersial, penyebaran dakwah akan dicoba melalui media elektronik.
Kemudian, dengan adanya layanan streaming seperti youtube, masyarakat
dapat menikmatinya kapan saja, di mana saja. Hal ini membuat film terlihat
seperti dakwah dengan akses mudah ke layanan streaming.
Film lahir dari kreativitas. Dibutuhkan ide, konsep dan teknik, serta
membutuhkan banyak waktu dan proses untuk menghasilkan karya visual dan
verbal yang berkualitas tinggi. Film dapat dibuat melalui ide atau gagasan
dengan berbagai cara, antara lain: mengangkat cerita dari novel, kejadian
nyata, cerpen, puisi, dongeng atau bisa juga berdasarkan catatan pribadi. Film
adalah pendidik yang positif. Jika sebuah film mempengaruhi pesan dari film
tersebut, itu akan memiliki efek yang merugikan, 7 dan selalu waspada terhadap
kemungkinan menjadi alat komunikasi yang negatif.8
Tarung Sarung adalah film drama aksi Indonesia tahun 2020 yang
disutradarai oleh Archie Hekagery dan diproduksi oleh Starvision Plus.
Berlatarkan Makassar, film ini dibintangi oleh Panji Zoni, Yayan Ruhian dan
Maizura. Film ini tayang secara eksklusif di Netflix pada 31 Desember 2020.
Sebuah film drama aksi yang berlatar belakang Sigajang Laleng Lipa,
menceritakan bagaimana memecahkan masalah khas Sulawesi Selatan.
Perjuangan untuk menyelesaikan masalah ini biasanya berakhir dengan nyawa
yang terbuang sia-sia.
Deni Ruso adalah anak tunggal dari pemilik Ruso Corp, perusahaan real
estate terbesar di Indonesia. Ayahnya sudah lama meninggal. Sejak kecil, Deni
diasuh oleh ibunya. Anak manja khas Jakarta yang sok jago. Film ini bercerita
6
Tata Sukayat, Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2015), hlm. 33.
7
Sumarno Marseli, Dasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT. Grafindo Widia Sarana
Indonesia, 1996), hlm. 85.
8
Abdul Khalik, Tradisi Semiotika, (Makassar: Alauddin University Press, 2012), hlm. 194.

4
tentang Deni Ruso (Panji Zoni), yang lahir di salah satu keluarga terkaya di
Indonesia. Uang adalah segalanya bagi Deni, dan dia bahkan telah kehilangan
kepercayaan pada Tuhan. Semuanya berubah ketika dia pergi ke Makassar
untuk mengurus bisnis keluarganya dan bertemu dengan Tenri (Maizura),
seorang aktivis Makassar yang membenci Ruso sebagai kapitalis perusak
lingkungan. Deni juga menyembunyikan identitasnya untuk mendapatkan cinta
Tenri.
Masalah muncul ketika master Pencak Silat Tarung Sarung tidak
menerimanya yaitu Sanrego (Cemal Faruk). Deni dikalahkan oleh Sanrego.
Akhirnya, Deni belajar di bawah Pak Khalid (Yayan Ruhian), seorang penjaga
masjid. Dari Pak Khalid, Deni tidak hanya mengenal taarung Sarung tetapi
juga Tuhannya. Menurut peneliti, film ini menarik untuk diteliti karena banyak
pesan moral yang terkandung dalam komunikasi film ini, karena uang adalah
segalanya baginya setelah belajar tarung sarung saat itu Deni yang tidak
percaya pada Tuhan, dia akhirnya percaya pada Tuhan. Berdasarkan
pertimbangan di atas, peneliti ingin mengambil skripsi yang berjudul “Pesan
Dakwah dalam Film Tarung Sarung 2020 (Analisis Resepsi Mahasiswa
IAIN Kudus terhadap Pesan Moral Film)”.

B. Fokus Penelitian
Dalam enelitian ini fokus dan ruang lingkup yang akan dibahas adalah
tentang pesan dakwah dalam film tarung sarung 2020 (analisis resepsi
mahasiswa IAIN Kudus terhadap pesan moral film).

C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis membatasi diri dalam bentuk
rumusan masalah yang menjadi dasar pokok skripsi ini. Adapun rumusan
masalah yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pesan dakwah dalam film tarung sarung 2020?
2. Bagaimana analisis resepsi mahasiswa IAIN Kudus terhadap pesan moral
dalam film tarung sarung?

5
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai beriut:
1. Untuk mengetahui pesan-pesan dakwah yang terdapat pada film tarung
sarung.
2. Untuk mengetahui bagaimana mahasiswa IAIN Kudus memaknai pesan
moral dari sebuah film tarung sarung.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk
menambah wawasan dan acuan dalam berdakwah.
b. Memberikan pengetahuan baru dan sumbangan pemikiran atau masukan
yang bersifat positif bagi pengembangan ilmu komunikasi khususnya
dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Untuk mengetahui tentang kajian keilmuan dakwah dan
penerapannya di sebuah media massa film, serta cara mengelola film
untuk meningkatkan kualitas film.
b. Bagi Media massa
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi manager produksi
untuk lebih meningkatkan kualitas film yang berkenaan dengan nilai-
nilai Islami dan menjadikan film sebagai salah satu sarana dakwah.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini memberikan manfaat kepada penonton yang melihat
film tarung sarung juga ikut berperan dalam mensosialisasikan nilai-nilai
Islam.
F. Sistematika Penulisan

6
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang
dilakukan, maka disusun sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai
materi yang dibahas dalam tiap-tiap bab, yaitu:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan pendahuluan yang menjelaskan, latar
belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan landasan teori, penelitian terdahulu dan
kerangka pemikiran.
BAB III : METODE PENELITIAAN
Bab ini berisi tentang jenis dan sumber data, teknik pengumpulan
data, lokasi penelitian dan uji keabsahan data, serta teknik analisis
data.
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan menjelasan tentang gambaran umum objek
penelitian, pesan-pesan dakwah yang disampaikan dalam film
tarung sarung dan pendapat mahasiswa tentang pesan moral yang
ada pada fil tarung sarung.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang menguraikan tentang
kesimpulan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, serta
memberikan beberapa saran untuk mengatasi permasalahan yang
ada.

BAB II

7
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Dakwah secara etimologis berasal dari bahasa Arab da'a, yad'u,
da'wan, du'a. Artinya memanggil, mengajak, meminta tolong, berdoa,
merubah perkataan dan berbuat amal.9 Selain kata dakwah, Al-Qur'an
juga merujuk pada sebuah kata yang memiliki arti hampir sama dengan
dakwah yaitu tabligh untuk penyampaian dan bayan untuk penjelasan.
Kata dakwah disebutkan dalam berbagai bentuk dalam Al-Qur'an, 203
kali dalam bentuk fiil madli (da`a), fiil mudhari (yad`u), fiil ‘amar
(ud`u), mashdar (da`watan), tabligh disebut 64 kali dan bayan 131 kali. 10
Mengenai terminologi, beberapa ahli berpendapat bahwa dakwah
adalah:11
1) Syeikh Ali Mahfuzh
Dakwah mendorong manusia untuk berbuat baik dan mengikuti
kepemimpinan mereka, dan mengarahkan mereka untuk berbuat baik
dan mencegah perbuatan jahat untuk mencapai kebahagiaan di dunia
ini dan di masa depan.
2) Ibnu Taimiyah
Dakwah adalah proses beriman kepada Tuhan, meyakini apa
yang disabdakan Nabi, dan berusaha mentaati apa yang diperintahkan.
Ini adalah dua keyakinan yang mengharuskan shalat, membayar zakat,
dan puasa di bulan ramadhan termasuk haji, iman kepada malaikat,
kitab-kitab-Nya, hari kebangkitan, qada dan qadar. Berdasarkan
pemahaman tersebut, Ibnu Taimiyah menekankan dakwah dalam
proses mengajak orang lain untuk menjalankan rukun iman dan rukun
Islam guna mencapai derajat rahmat.
9
Abdul Basit, Filsafat Dakwah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 43.
10
Suriarti & Samsinar, Ilmu Dakwah (Tulungagung: Akademia Pustaka, 2021), 2.
11
Suriarti & Samsinar, Ilmu Dakwah, 4-5.

8
3) Shalahuddin Sanusi
Dakwah adalah upaya untuk mengubah situasi negatif menjadi
positif, memperjuangkan yang baik daripada yang buruk dan
memenangkan yang benar daripada yang salah.
4) Awaluddin Pimay
Dakwah mengalami peningkatan pemaknaan, yang bukan hanya
persoalan normatif, tetapi juga ajakan pada persoalan kualitatif
meliputi perubahan nilai, sistem perilaku, dan perubahan sosial
budaya. Dakwah dalam hal ini dikenal sebagai dakwah bil hal.
Dengan kata lain, berdakwah dengan tindakan nyata.12
5) Hasmy
Dakwah diartikan sebagai tindakan mengajak orang lain untuk
percaya dan mengamalkan keyakinan dan hukum Islam yang
sebelumnya diyakini dan dipraktikkan oleh pengkhotbah sendiri..13
Dakwah adalah kegiatan umat Islam untuk menyebarkan ajaran
Islam ke seluruh dunia, yang transmisinya diwajibkan bagi semua umat
Islam yang masuk Islam sesuai dengan kemampuannya. Islam adalah
agama Dakwah. Dengan kata lain, itu adalah agama yang selalu
mendorong orang percaya untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
dakwah. Makna mewartakan Islam sebagai agama dakwah menuntut agar
umat selalu menyebarkan dakwah. Karena kegiatan ini merupakan
kegiatan yang tidak pernah ada habisnya selama kehidupan dunia terus
berlanjut, dan terus terobsesi dengan setiap keadaan. Semua kondisi dari
semua bentuk dan gaya.14
Dari beberapa pendapat di atas, dakwah dapat diartikan sebagai
ajakan atau seruan kepada umat manusia untuk mengubah keadaan yang
semula tidak benar menjadi keadaan yang lebih benar dan lebih baik dari
sebelumnya. Undangan untuk berbuat baik (amal makruf) dan
12
Awaluddin Pimay, Manajemen Dakwah : Suatu Pengantar (Yogyakarta: Pustaka Ilmu
Group Yogyaakarta, 2013), 3.
13
A.Hasmy, Dustur Dakwah menurut al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), 18.
14
Sri Maullasari, “Metode Dakwah Menurut Jalaluddin Rakhmat Dan Implementasinya
Dalam Bimbingan Dan Konseling Islam (BKI),“ Jurnal Dakwah, Vol. 20 No. 1 (2019), 129.

9
meninggalkan kejahatan (nahi munkar). Tujuan dari perbuatan baik ini
adalah untuk menjalani kehidupan yang aman dan sejahtera di dunia ini,
sedangkan kehidupan yang baik adalah untuk menerima berkahnya di
akhirat.
b. Landasan Hukum
Pada dasarnya dakwah adalah tugas utama Nabi yang diutus untuk
berdakwah kepada umatnya agar beriman kepada Allah SWT, Al-Qur'an
dan sebagian hadits muslim menjelaskan tentang perlunya berdakwah.
Memberikan dakwah merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam, dan
dengan memberikan dakwah yang baik akan mendatangkan rasa tentram
dalam pikiran. Oleh karena itu, untuk menunaikan kewajiban ini, semua
Muslim perlu sadar akan hati mereka.
Mengenai hukum dakwah, masih terdapat pertentangan mengenai
sifat kewajiban dakwah ditujukan kepada masing-masing individu atau
sekelompok orang, dan ketidaksepakatan tersebut disebabkan oleh
perbedaan pemahaman dalil naqli (Al-Qur'an dan hadits). kondisi
pengetahuan dan kemampuan manusia yang berbeda untuk memahami
Al-Qur'an.
1) Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa apabila suatu kelompok orang
melakukan kegiatan dakwah, maka kewajiban dakwah terhadap
kelompok orang yang lain dicabut, sehingga dakwah merupakan
kewajiban bersama (fardhu kifayah).15
2) Asmuni Syukir, hukum Islam tidak menuntut umat Islam untuk selalu
mencapai hasil yang maksimal, usaha yang diperlukan maksimal
tergantung pada kemampuan dan keahliannya dan berhasil tidaknya
dakwah merupakan urusam Allah. Allah berfirman dalam QS. At-
Tahrim (66) : 6, yaitu:
     
     

15
Teguh Ansori, “Revitalisasi Dakwah Sebagai Paradigma Pemberdayaan Masyarakat,”
Muharrik: Jurnal Dakwah dan Sosial, Vol. 2 No.1 (2019), 40.

10
        
 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.

Berdasarkan ayat Al-Qur'an, para ulama sepakat bahwa dakwah


pada umumnya adalah wajib, tetapi berpendapat bahwa perdebatan itu
mewajibkan kepada umat Islam secara individu, atau secara keseluruhan,
apakah hanya dikenakan pada sekelompok orang saja. Tentang landasan-
landasan dasar yang dibutuhkan untuk sebuah khutbah sebagaimana
tertuang dalam QS. Ali Imran : 104, yaitu:16
      
      
 
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan orang-orang


yang beriman untuk mengambil jalan lain. Tidak dapat disangkal bahwa
meskipun tidak ada yang mengingat atau terus melakukannya, mereka
lupa dan kehilangan ilmu yang mereka miliki. Pengetahuan dan
pengalaman, di sisi lain, terkait erat dan sementara pengetahuan
menumbuhkan pengalaman untuk meningkatkan kualitas amal,
pengalaman kehidupan nyata harus mengajar individu dan komunitas
untuk mempraktikkannya.
Dalam hal ini, kita perlu menarik perhatian orang dan masyarakat
dan memberi contoh. Inilah inti dari Dakwah Islam. Dari sini lahir
hidayah ayat ini dan dari sini kita juga bisa melihat bahwa ini terkait

16
Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, 50.

11
dengan hidayah sebelumnya.17 Dalam Tafsir Jamaluddin Al-Qasimi, ayat
104 dalam Surat Ali Imran wajib menyerukan kebaikan dan mencegah
kejahatan dan sebagaimana diatur dalam Alquran dan Sunnah.18 Selain
Al-Qur'an, hadits juga menjelaskan tentang perintah-perintah yang
berkaitan dengan kewajiban seorang muslim untuk berdakwah, yaitu:19
‫ِ ِ ِِ ِأ‬ ‫ِ ِ ِأ‬ ِ ‫من رَأى‬
ْ‫ فَ ْن مَل‬,‫ فَ ْن مَلْ يَ ْس تَط ْع فَبِل َس انه‬,‫َرا َف ْلُيغَرِّي هُ بِيَده‬
ْ ‫ك‬ ‫ن‬
ْ ‫ام‬
ُ ‫م‬
ْ ‫ك‬
ُ ‫ن‬ْ ‫م‬ َ َْ
ِ
‫ف اِإل ميَان‬
ُ ‫َأض َع‬ ْ ‫ك‬ َ ‫ َو َذل‬,‫يَ ْستَ ِط ْع فَبِ َق ْلبِ ِه‬
Artinya: Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran, hendaklah
mengubahnya dengan tangan, jika tidak mampu dengan lisan,
jika tidak mampu dengan hati dan itu selemah-lemah daripada
iman” (H.R. Ahmad)

Hadits di atas menjelaskan bahwa dakwah diberikan sesuai dengan


kemampuan da'i dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika ada
kecurangan, perlu mencegahnya sendiri. Jika tidak dapat melakukannya
secara lisan, harus melakukannya dengan tangan. Jika tidak dapat
melakukannya secara lisan, harus melakukannya dengan hati. Ketika
tidak ada yang melakukan dakwah di suatu tempat, dakwah bisa menjadi
wajib, mewajibkan setiap orang untuk berdakwah sesuai dengan tingkat
kemampuannya. Jika jumlah orang yang melakukan dakwah sedikit dan
tingkat munkar sangat tinggi, maka hukum dakwah juga wajib.20
Inilah dasar hukum dalam dakwah. Oleh karena itu, baik ayat Al-
Qur'an maupun hadits Nabi mendukung umat Islam untuk senantiasa
berdakwah, mencari kebaikan melalui tangan, mulut, dan hati mereka,
mencegah kejahatan dan membawa manfaat dan kebahagiaan bagi umat
manusia.
c. Fungsi Dakwah

17
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2007), 173.
18
Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Tafsir Al-Qasimi (Beirut: Dar al-Fikr, 1978). 104.
19
Suriarti & Samsinar, Ilmu Dakwah, 17.
20
Awaluddin Pimay, Paradigma Dakwah Humanis: Strategi dan Metode Dakwah Prof.
KH. Saifuddin Zuhri (Semarang: Rasail, 2005), 34.

12
Dakwah adalah kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan yang berakal. Ketenangan dan kedamaian hidup dicapai
melalui dakwah. Dilihat dari tujuannya, fungsi dakwah dapat dibedakan
sebagai berikut:21
1) I’tiyadi
I`tiyadi adalah untuk menormalkan nilai-nilai yang ada, hidup
dan berkembang di masyarakat, dan mengembalikannya kepada nilai-
nilai Islam.
2) Muharriq
Muharriq sudah seharusnya memperbaiki tatanan sosial Islam
agar nilai-nilai Islam hidup dalam lingkungan masyarakat tertentu.
3) I’kaf
I`kaf adalah upaya kehati-hatian atau mencegah segala perintah
dan peringatan agar masyarakat tidak terjerumus ke dalam tatanan
non-Islam atau non-pencerminan nilai-nilai Islam.
4) Tahrif
Tahrif adalah upaya untuk membantu dan berpartisipasi dalam
mengurangi beban penderitaan dari masalah yang mempersulit hidup
karena tujuan dakwah.
d. Metode Dakwah
Metode dapat diartikan sebagai yang digunakan untuk mewakili
cara tercepat dan paling tepat untuk melakukan sesuatu. Ketika dakwah,
hukum dakwah adalah cara tercepat dan paling nyaman untuk melakukan
dakwah Islam. Peran metode dalam berdakwah sangatlah penting. Pesan
yang sesuai dapat ditolak karena pesan disampaikan dengan cara yang
salah.
Metode dakwah juga merupakan cara yang sistematis untuk
menjelaskan arah strategis yang telah ditetapkan. Itu bagian dari strategi
dakwah. Metode dakwah lebih spesifik dan praktis karena masih
merupakan strategi dakwah konseptual. Itu harus mudah diterapkan.

21
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 140-141.

13
Arah metode dakwah tidak hanya meningkatkan efektivitas dakwah,
tetapi juga menghilangkan hambatan pada dakwah. Dengan kata lain,
pendekatan dakwah harus didasarkan pada pandangan yang berpusat
pada manusia tentang rasa syukur yang mulia bagi manusia. 22 Metode
dakwah dapat ditemui di dalam QS. An-Nahl (16): 125, yaitu:23
     
         
        

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Berdasarkan bagian-bagian di atas, metode dakwah dapat dibagi


menjadi tiga bagian: metode hikmah, mau’izhah hasanah dan mujadalah
bil ahsan. Berikut penjelasan dari ketiga metode tersebut::
1) Metode Hikmah
Hikmah berarti kebijaksanaan. Artinya, berdakwah dengan hati
yang mulia, dada yang terbuka dan hati yang suci untuk menarik
perhatian orang lain kepada Islam. Buya Hamka menambahkan,
semua orang diikutsertakan, tergantung perkembangan akal, jiwa dan
kepribadian. Metode bil hikmah juga diterima oleh mereka yang
berpikir dan karena apa yang disebut selain pikiran adalah emosi dan
kehendak, dimungkinkan untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi
dan lebih cerdas.24
Kata hikmah mengandung tiga unsur yang saling berkaitan yaitu
pengetahuan, jiwa dan perbuatan. Pertama, unsur-unsur pengetahuan
meliputi pengetahuan valid yang dapat membedakan yang baik dari

22
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), 43.
23
Suriarti & Samsinar, Ilmu Dakwah, 95.
24
Raihan, “Dakwah Menurut Perspektif Buya Hamka,” Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan
Administrasi Islam, Vol. 3 No. 1 (2019), 68.

14
yang jahat, serta pengetahuan tentang misteri, manfaat, dan
kompleksitas sesuatu. Kedua, ilmu itu berakar pada dirinya sendiri,
karena unsur jiwa dikatakan mengintegrasikan ilmu jiwa ahlu al-
hikmah. Ketiga, unsur sedekah adalah ilmu yang terintegrasi ke dalam
jiwa yang dapat memotivasi diri sendiri untuk melakukan sesuatu.25
2) Metode Mau’izhah Ḥasanah (nasihat yang baik)
Mau'izhah hasanah yaitu dengan memberikan nasehat atau
penyampaian pesan-pesan Islam dengan benar dan penuh kasih sayang
agar pesan atau materi yang disampaikan kepada sasaran dakwah
dapat menyentuh hati mereka.26 Buyahamka mengatakan bahwa
memberikan peringatan/teguran dengan cara yang baik adalah perintah
dari Allah SWT. Perintah ini ditunjukkan dengan jelas di Q.S. At-
Thaha: 4, yaitu:27
      
Artinya: Yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan
langit yang tinggi.

Dari ayat-ayat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa


dakwahnya mudah diterima oleh orang lain jika ia dapat mengucapkan
teguran dengan lembut. Di sisi lain, jika dia kasar, semua orang
meninggalkannya. Berdakwah dengan metode mau'izhah hasanah
merupakan salah satu cara menjalankan nahi mungkar. Untuk
memberikan nasihat yang baik, da’i harus memiliki kualitas yang baik
yang dapat menjadi contoh bagi jamaahnya. Oleh karena itu, sebelum
menasihati orang lain untuk melakukan sesuatu, harus melakukannya
terlebih dahulu. Seperti yang dinyatakan dalam Q.S. Al-Baqarah (2):
44, yaitu:
     
      

25
Suriarti & Samsinar, Ilmu Dakwah, 96.
26
M. Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Prenada media Group, 2006),
34.
27
Raihan, “Dakwah Menurut Perspektif Buya Hamka,” 69.

15
Artinya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal
kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu
berpikir?

Dapat dipahami berarti bahwa pendakwah harus mengambil


kepribadian dan tindakan yang baik sebagai contoh sebelum
mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Dengan sifat-sifat dan
sikap-sikap ini, pendakwah menerapkan dakwah dengan
kebijaksanaan dan kemudian melakukannya dengan nasihat yang baik.
3) Metode Mujâdalah bil Ahsân
Metode mujâdalah bil ahsan adalah melakukan dakwah dengan
sebaik mungkin dengan bertukar pikiran dan kesimpulan tanpa
memberikan tekanan yang membosankan pada kelompok yang
menjadi sasaran dakwah. Cara ini dipakai ketika pendakwah terpaksa
menghadapi pertengkaran yang tak terhindarkan. Misalnya, jika
seseorang masih dalam kekufuran dan tidak memahami Islam dan
bebas menyalahkan Islam, ia harus didorong untuk menyangkal,
memperhatikan dan melakukannya dengan cara yang terbaik. berpikir
agar dapat menerima kebenaran Islam.28
Menurut An-Nasafi dari Wahidin Saputra, mujâdalah bil ahsan
adalah cara yang baik untuk bernalar. Jadi cara terbaik untuk
melakukan mujâdalah bil ahsan adalah dengan menggunakan kata-
kata yang lembut dan halus, bukan kata-kata kasar atau semacamnya.
karena hal tersebut mengangkat jiwa dan mencerahkan jiwa. Ini
adalah penolakan bagi mereka yang ragu untuk membahas agama.
Ada tiga jenis penalaran: buruk, baik dan lebih baik. Cara ketiga ini
disediakan oleh Q.S. An-Nahl (16) : 125.29
     
         

28
Raihan, “Dakwah Menurut Perspektif Buya Hamka,” 70.
29
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2017), 339.

16
        

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.

e. Materi Dakwah
Materi Dakwah adalah software yang disediakan oleh da'i dengan
berbagai cara. Materi dakwah berupa nilai-nilai agama yang bersumber
dari ajaran Islam, Al-Qur'an, dan As-Sunnah. Materi atau pesan dakwah
berarti segala pesan, materi atau apapun yang perlu disampaikan dari da’i
kepada subjek dakwah, seluruh ajaran Islam dalam kitab Allah. Secara
umum materi dakwah dapat dibagi menjadi empat kelompok:
1) Aspek Akidah (Keimanan)
Akidah Islam adalah masalah utama dalam materi dakwah.
Aspek ini memegang peranan penting dalam membentuk moralitas
manusia. Oleh karena itu, iman atau akidah merupakan bahan dakwah
yang pertama. Iman merupakan inti ajaran Islam yang erat kaitannya
dengan akal dan wahyu. Mereka yang benar-benar beriman cenderung
melakukan perbuatan baik dan menahan diri dari perbuatan buruk.
Ketika seorang da’i memenuhi kewajiban dakwahnya, itu adalah
pesan terkait iman yang dipecah oleh berbagai bagian, termasuk iman
pada sumber ajaran, iman kepada Tuhan, malaikat, surga dan neraka,
kitab suci dan utusan Tuhan, termasuk peraturan atau qadha dan
qadar-Nya. 30
2) Aspek Syari’ah (Ketetapan)
Materi dakwah syariah ini sangat komprehensif dan mewadahi
seluruh umat Islam. Selain memuat dan meliputi kepentingan sosial
dan moral, materi dakwah ini memberikan penjelasan yang benar dan

30
Suriarti & Samsinar, Ilmu Dakwah, 133.

17
akurat tentang bukti atau saran mengenai permasalahan yang ada.31
Kelebihan dari materi syariah ini adalah tidak dimiliki oleh orang lain.
Materi ini sangat universal karena menjelaskan hak-hak semua orang,
baik muslim maupun non-Islam. Dengan bahan ini, tatanan sistem di
dunia ini akan menjadi sempurna dan teratur.
3) Aspek Muamalah
Masalah muamalah dalam Islam jauh lebih ditekankan daripada
masalah ibadah. Aspek kehidupan sosial lebih banyak mempengaruhi
aspek kehidupan ritual. Pendapat ini dapat dipahami karena alasan
berikut;
a) Al-Qur'an dan hadits mencakup sebagian besar sumber hukum
yang berkaitan dengan aspek muamalah.
b) Ibadah, termasuk aspek sosial, lebih bermanfaat daripada ibadah
individu. Kafarat atau tebusan bagi orang yang ibadahnya tidak
lengkap atau batal dalam hal itu tebusan adalah untuk melakukan
hal-hal sosial.
c) Melakukan ibadah atau perbuatan baik dalam kaitannya dengan
masyarakat lebih bermanfaat daripada ibadah sunnah.

4) Aspek Akhlaq
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab jamak
khuluqun, yang berarti kepribadian, perangai atau tingkah laku.
Akhirnya, debat moral, di sisi lain, terkait dengan masalah kepribadian
atau kondisi suhu internal yang memengaruhi perilaku manusia.
Berdasarkan pengertian tersebut, ajaran akhlak Islam pada dasarnya
mencakup kualitas perilaku manusia, yang merupakan ekspresi dari
keadaan mentalnya. Islam mengajarkan manusia untuk berbuat
kebaikan dengan cara yang bersumber dari Allah SWT.32
31
Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), 26.
32
Saidatina Fitri, “Pesan-Pesan Dakwah Dalam Film Negeri 5 Menara (Suatu Kajian
Content Analysis),” Skripsi: UIN Alauddin Makassar (2017), 23.

18
f. Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa latin, median. Ini adalah bentuk
jamak dari media. Secara etimologis artinya perantara. Dalam media
Arab atau wasilah, ini bisa berarti alwushlah, attishad, yaitu sesuatu yang
dapat mengarah pada penciptaan sesuatu. Bagian lain juga menyebutkan
bahwa media dakwah (wasilah) adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u. Media
dakwah adalah segala alat dan perlengkapan komunikasi, modern dan
tradisional, serta sarana lain yang dapat digunakan untuk memperlancar
usaha dakwah Islam.33 Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih media:34
1) Tidak ada satu media pun yang paling cocok untuk keseluruhan
masalah atau tujuan dakwah. Karena setiap media memiliki
karakteristik yang berbeda (kelebihan, kekurangan dan
kompatibilitas).
2) Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak
dicapai.
3) Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan target dakwah.
4) Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwah.
5) Pilihan media harus objektif. Artinya, pilihan media tidak didasarkan
pada preferensi da'i.
6) Perhatikan peluang dan ketersediaan media.
7) Efektivitas dan efisiensi perlu diperhatikan.
Pada dasarnya, komunikasi dakwah dapat menerima dakwah
dengan menggunakan berbagai media yang dapat merangsang indera
manusia dan menarik perhatian. Dengan media dakwah, pesan atau
komunikasi yang terkirim dapat mencapai tujuannya. Secara umum
media yang dapat digunakan sebagai media promosi terdiri dari:
1) Media visual
33
Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah: Penerapan Strategi Komunikasi dalam Dakwah
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 10.
34
Suriarti & Samsinar, Ilmu Dakwah, 185.

19
Media ini merupakan media tampilan atau media tampak.
Dengan media tersebut, dakwah dapat menyampaikan pesan-pesan
keagamaan secara visual dan menulis artikel-artikel keagamaan dalam
bentuk representasi visual, gambar, foto dan lainnya.
2) Media audio
Media audio adalah media mendengarkan. Dengan sifatnya yang
langsung, media ini tidak mengenal jarak dan rintangan, menarik,
murah dan tidak terhalang oleh kemampuan baca tulis. Media ini
memerlukan persiapan yang matang baik dari isi maupun cara
penyampaian pesannya, terutama intonasi suara. Tidak perlu
memainkannya karena hanya dapat mendengarnya tetapi tidak
melihatnya.
3) Media audiovisual
Media audiovisual adalah media dakwah yang merangsang
indera penglihatan, pendengaran atau keduanya, seperti film, internet,
televisi, radio, dan lain-lain. Menurut Toha Yahya Omar dalam Moh.
Ali Aziz, tingkat efisiensi media audiovisual jauh lebih tinggi, sekitar
50%.35 Oleh karena itu, para da’i disarankan menggunakan media ini
jika ingin menyampaikan dakwah.
4) Media cetak
Media cetak adalah media penyampaian pesan-pesan keagamaan
dalam bentuk tulisan, seperti majalah, jurnal, surat kabar, tabloid,
pamflet, buku, dan lain-lain. Media ini dapat diproduksi secara massal
agar bermanfaat bagi masyarakat luas.
Berdasarkan penjelasan media dakwah di atas, seorang da'i harus
fasih dan menggunakan media sesuai dengan tujuan dakwah dan
dinamika kehidupan yang selalu berubah. Agar tujuan dakwah dapat
tercapai dengan mudah.
2. Film
a. Pengertian Film

35
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2017), 352.

20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film adalah video. Film
merupakan gambaran kehidupan. Film dibuat dengan menggunakan
kamera untuk menangkap gambar orang dan objek (termasuk karakter
fantasi dan fiksi). Film juga didefinisikan sebagai rangkaian video
dengan atau tanpa audio, baik yang direkam pada film, videotape,
videodisc atau media lainnya. Bahasa film adalah bahasa gambar. 36
Sedangkan menurut Pasal 33 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Tahun 2009, “Film adalah sistem sosial dan merupakan karya seni
budaya yang dapat diputar”. Namun secara umum, sinema merupakan
media komunikasi yang dapat mempengaruhi cara pandang individu
yang akan membentuk karakter negara.37
Film merupakan media yang dapat mengekspresikan kata-kata dan
suara, serta dapat memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan
media lainnya. Film juga merupakan bentuk komunikasi modern kedua
di dunia. Sebagai salah satu media ekspresi seni seperti teater, musik dan
tari, sinema tidak hanya menghibur, tetapi juga teknik produksi, akting,
ide cerita dan ekspresi lingkungan masyarakat.38
Film tidak hanya digunakan sebagai media hiburan, tetapi juga
sebagai dokumen kehidupan sosial masyarakat yang menggambarkan
realitas kelompok masyarakat. Tidak ada realitas dalam bentuk ekspresi
maupun realitas dalam arti yang tepat. Dalam komunikasi, film
menggunakan bahasa tidak hanya sebagai alat, tetapi juga sebagai alat
komunikasi lain seperti gambar, warna dan suara. Oleh karena itu,
penyampaian pesan dalam sebuah film dapat dilakukan dalam berbagai
bentuk, termasuk verbal (ucapan atau tulisan) dan non-verbal (simbol).
Film itu sendiri adalah jenis komplikasi visual yang menggunakan
video dan audio untuk menceritakan sebuah cerita dan menginformasikan
banyak orang di ruang publik. Semua orang di dunia menonton film
36
Andi Fikra Pratiwi Arifuddin, “Film Sebagai Media Dakwah Islam,” Jurnal Aqlam, Vol.
2 No. 2 (2017), 113.
37
Rahman Asri, “Membaca Film Sebagai Sebuah Teks: Analisis Isi Film Nanti Kita Cerita
Tentang Hari Ini (Nkcthi),” Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Ilmu Sosial, Vol. 1 No.2 (2020),78.
38
Budiman Akbar, Semua Bisa Menulis Skenario (Penerbit Erlangga, 2015), 3-4.

21
melihatnya sebagai bentuk hiburan dengan cara menikmatinya. Itu bisa
berarti tawa, atau bisa juga berarti menangis, sedih, atau takut. Sebagian
besar film dirancang untuk ditayangkan di bioskop.39
Film sebagai seni yang sangat berpengaruh dapat memperkaya
pengalaman hidup dan mencakup aspek kehidupan yang lebih dalam.
Film selalu berhati-hati, karena potensi dampaknya juga buruk. Pada
tahun 1993, industri film prihatin dengan kekerasan yang sering terlihat
dalam film-film vulgar di televisi dan di bioskop. Namun, banyak film
yang masih disajikan dalam konteks fiktif atau tidak realistis dan hanya
skenario. Mempertimbangkan beberapa studi tentang dampak sinema
pada masyarakat, dampak sinema sangat besar. Dapat dipahami bahwa
hubungan antara film dan masyarakat selalu linier. Kekuatan film ini
diyakini terletak pada kemampuannya menjangkau segmen sosial yang
berbeda.40

b. Perkembangan Film
Pada awal perkembangannya, film yang ditampilkan adalah film
bisu dengan gambar hitam putih, namun perkembangan teknologi yang
pesat turut mendorong perkembangan industri film. Perkembangan awal
pembuatan film di Indonesia tidak jauh dari perkembangan bioskop.
Garin Nugroho dan Dyna Helrina membagi perkembangan sinema
Indonesia ke dalam enam periode, enam babak pertama, disebut
Panggung Seni Urban, dari tahun 1900 hingga 1930. Kedua, dari tahun
1930 hingga 1950, ini adalah periode perkembangan film hiburan di
tengah depresi hebat. Ketiga, periode 1950-1970 disebut ketegangan
ideologis. Keempat, 1970-1985. Ini disebut pseudo-globalisme. Kelima,
dari tahun 1985 hingga 1998, disebut masa krisis di tengah globalisasi.

39
Heru Effendy, Mari Membuat Film (Jakarta: Erlangga, 2009), 10.
40
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), 127.

22
Edisi ke-6 dari tahun 1998 hingga 2013, diwarnai dengan euforia
demokrasi. Berikut perkembangan film di Indonesia:41
Tabel 2.1 Perkembangan Perfilman di Indonesia
No. Periode Peristiwa
1 1900-1930 1. “1926, Lahir film pertama Indonesia Loetoeng
Kasaroeng.”
2. “1928 di tanah Priangan muncul Wong
Brother’s (Nelson, Joshua dan Othniel) asal
Shanghai yang memproduksi film Njai Siti
atau De Stem Des Bloeds (Soera Darah)
bersama Ph Carli, M.H. Shililing pada 22
Maret 1930.”
3. “1929, berdiri perusahaan film cerita di Jakarta
bernama Halimoen Film. Karya pertama
mereka adalah Lily van Java.”
2 1930-1950 1. “Awal 1930, Albert Balink, seorang wartawan
Belanda dan Wong Bersaudara membuat film
Pareh, namun tidak berhasil.”
2. “1931, The Teng Chun membuat film bersuara
perdana, Boenga Roos dari Tjikembang, lahir
film bersuara lain dibuat Halimoen Film yaitu
Indonesia Malaise, Film Indonesia Malaise,
Sinjo Tjo Main di Film produksi kerja sama
Ph Carli, M.H. Shililing dengan Wong
Brothers.”
3. “1937, lahir film Terang Boelan/ Het Eiland
de Droomen karya Albert Balink, jurnalis
Belanda ditengah krisis ekonomi dunia. Peran
star yang diwakili oleh Roekiah pemain film
41
Handrini Ardiyanti, “Nema In Indonesia: History And Goverment Regulation, A Cultural
Industry Perspective,” Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Nusantara II, Lantai 2, DPRRI
(2017), 168.

23
No. Periode Peristiwa
Terang Bulan yang ada dalam industri budaya
sudah muncul. Film ini merupakan cerita lokal
pertama yang mendapat sambutan yang luas
dari kalangan penonton kelas bawah.”
4. “1939 produksi film tercatat 5 judul.”
5. “1940 produksi film mencapai 14 judul.”
6. “1941 produksi film mencapai 30 judul.”
7. “1942-1944, masa penjajahan Jepang dalam
kurun waktu 3 tahun Nippon Eigha Sha,
perusahaan film Jepang yang beroperasi di
Indonesia, memproduksi 3 film yaitu Pulo
Inten, Bunga Semboja dan 1001 Malam.”
3 1950-1970 1. “30 Maret 1950 adalah hari pertama
pengambilan gambar film Darah & Doa atau
Long March of Siliwangi yang disutradarai
oleh Usmar Ismail. Yang kemudian ditetapkan
sebagai Hari Film Nasional.”
2. “1950-1960 terjadi sensor yang berlebih-
lebihan biasanya berhubungan dengan isi yang
radikal baik”
3. “Sayap kanan maupun sayap kiri.”
4. “1957 produksi film hanya mencapai 20 judul
film.”
5. “1958 produksi film Indonesia semakin
menurun dan hanya menghasilkan 19 judul.”
6. “1959 produksi film nasional hanya
menghasilkan 18 judul film.”
4 1970-1985 1. “1977 jumlah film nasional mencapai 135
judul dalam setahun.”
2. “Masa kejayaan film Indonesia dimulai pada

24
No. Periode Peristiwa
tahun 1970-an. Ada 618 judul yang muncul
dan beberapa di antaranya menjadi fenomenal.
Misalnya: Pengantin Remadja (1971), Si Doel
Anak Betawi (1973), Cinta Pertama (1973),
Cintaku di Kampus Biru (1976), Badai Pasti
Berlalu (1977), Inem Pelayan Sexy (1977),
dan Gita Cinta dari SMA (1979).”
3. “Muncul Warkop DKI yang terdiri dari
Wahyu Sardono (Dono), Kasino Hadiwibowo
(Kasino), dan Indrojoyo Kusumonegoro
(Indro) dengan film Mana Tahan (1979).”
4. “1984, ditayangkan Penumpasan
Pengkhianatan G 30 S PKI karya sutradara
Arifin C. Noer yang merupakan proyek
propaganda pemerintah Orde Baru.”
5 1985-1998 1. “Warkop DKI tercatat membintangi 34 film
dari Mana Tahan (1979) sampai Pencet Sana
Pencet Sini (1994).”
2. “Pada periode 1990-an muncul film-film di
Indonesia yang banyak mengumbar sensualitas
dan seksualitas seperti Susuk Nyi Loro Kidul,
Nafsu Dalam Cinta, Kenikmatan Tabu, dll.”
6 1998-2013 1. “Era 90-an, film Indonesia bak mati suri.
Jumlah film yang diproduksi hanya di bawah
10 judul dalam tiga tahun.”
2. “1998 dianggap sebagai era kebangkitan
perfilman nasional. Film yang momumental di
era ini adalah Petualangan Sherina.”
3. “1998, Film Kuldesak yang diproduksi 1996
mulai tayang.”

25
No. Periode Peristiwa
4. “2013 jumlah film yang diproduksi 96 judul
film.”
5. “2014 jumlah film yang diproduksi 126 judul
film.”

Dari tabel perkembangan perfilman Indonesia, bisa dilihat pasang


surut perfilman Indonesia yang dipengaruhi oleh politik saat itu.
Misalnya, pada masa penjajahan Jepang, jumlah produksi film meningkat
karena adanya masalah perfilman di bawah Departemen Gansei Kambu
Senden (Departemen Promosi) yang mendirikan Japan Glory Company.
Ini karena Nippon Film Co., Ltd. bertugas memproduksi film
propaganda, dan Nichei bertanggung jawab memproduksi newsreel.42
Oey Hong Lee menjelaskan bahwa outlet media terbesar kedua di
dunia adalah pada akhir abad ke-19, ketika faktor-faktor yang
menghambat perkembangan surat kabar dihilangkan. Karena belum
mengalami faktor teknis, politik, ekonomi, sosial dan demografis yang
menunjukkan pertumbuhan surat kabar sebelum abad ke-18, film ini
telah memudahkan untuk benar-benar berkomunikasi sejak awal
sejarahnya.43
Pada dasarnya film merupakan sarana audiovisual yang menarik
perhatian masyarakat karena tidak hanya memuat adegan-adegan yang
hidup, tetapi juga berbagai kombinasi suara, warna, kostum dan
panorama yang indah. Film memiliki pesona yang akan memuaskan
penontonnya. Alasan khusus seseorang menyukai film adalah adanya
unsur usaha manusia dalam mencari hiburan dan menghabiskan waktu.
Keuntungan dari foil karena tampilannya yang hidup dan menarik.
Alasan seseorang menonton film adalah untuk mencari nilai yang
memperkaya pikirannya. Setelah menonton film, seseorang
42
Handrini Ardiyanti, “Nema In Indonesia: History And Goverment Regulation, A Cultural
Industry Perspective,” 168-169.
43
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017) , 127.

26
menggunakannya untuk mengembangkan realitas fiksi sebagai
perbandingan dengan realitas yang dihadapinya. Film dapat digunakan
oleh penonton untuk melihat hal-hal di dunia ini dengan pemahaman
baru.
c. Klasifkasi Jenis Film
Istilah genre berasal dari bahasa Perancis yang berarti bentuk atau
jenis. Dalam sebuah film, genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau
klasifikasi grup film yang memiliki karakter atau pola yang sama
(biasanya), seperti pengaturan, konten dan tema, ikon, suasana hati dan
karakter. Klasifikasi menunjukkan genre populer seperti aksi,
petualangan, drama, komedi, horor, barat, thriller, film noir dan
romansa.44
Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi film.
Film yang dihasilkan dari awal perkembangan film hingga saat ini dapat
mencakup jutaan lebih. Genre membantu memilih film berdasarkan
spesifikasi. Selain klasifikasi, genre ini juga berfungsi sebagai harapan
agar film dapat dilihat oleh penonton. Ketika pemirsa memutuskan untuk
menonton genre film tertentu, mereka memiliki gambaran kasar di benak
mereka tentang film yang mereka coba tonton. Film dapat dibagi menjadi
dua bagian utama: film naratif dan film non-narasi. Di sisi lain, menurut
pendapat lain, ada dua kelompok, fiksi dan nonfiksi. Jenis-jenis film
tersebut adalah: 45
1) Film Aksi
Tema aksi menyajikan adegan pertempuran, pertempuran
dengan senjata, atau kecepatan kendaraan antara karakter baik
(pahlawan) dan karakter buruk (bermusuhan), penonton merasa
gugup, takut, cemas dan bangga atas kemenangan karakter. Film aksi
ini bercirikan menonjolkan masalah fisik saat konflik. Bisa melihatnya

44
Andi Fikra Pratiwi Arifuddin, “Film Sebagai Media Dakwah Islam,” 115.
45
Baksin Askurifai, Membuat Film Indi Itu Gampang (Bandung: Katarsis, 2003), 26.

27
di film perang, bela diri, koboi, polisi, gangster, dan film lain yang
memanfaatkan perang dan pertarungan fisik.
2) Film Petualangan
Film bergenre petualangan ini tentang traveling, ekspedisi ke
beberapa tempat yang belum pernah di kunjungi, dan explore destinasi
wisata. Biasanya, film ini berkisah tentang seorang pahlawan yang
memiliki misi untuk menyelamatkan dunia dan orang-orang yang
dicintainya. Film jenis ini juga bisa menampilkan panorama alam
yang eksotis.
3) Film Animasi
Animasi dibuat dengan memplot setiap frame satu per satu dan
mengambil gambar. Setiap gambar bingkai adalah gambar dalam
posisi yang berbeda, dan ketika diregangkan menciptakan ilusi
gerakan.46
4) Film Komedi
Tema komedi menampilkan adegan-adegan komedi sehingga
penonton ikut merasakan kelucuan terhadap perilaku aktor dalam film.
5) Film Dokumenter
Dokumenter adalah istilah yang biasa digunakan untuk
menyebut film non-film. Film dokumenter ini mempertimbangkan
hal-hal yang berkaitan dengan fakta kehidupan manusia, hewan dan
makhluk hidup lainnya yang tidak terganggu oleh unsur fiktif. Tujuan
sebenarnya adalah untuk membuat penonton sadar akan berbagai
aspek kehidupan nyata. Dengan kata lain, membangkitkan emosi
orang tentang masalah, memberikan inspirasi perilaku, atau
mempromosikan standar perilaku masalah dan budaya yang terkait
dengan apa yang terjadi pada orang dalam bentuk pernyataan
emosional dari kehidupan manusia.47

46
Handrini Ardiyanti, “Nema In Indonesia: History And Goverment Regulation, A Cultural
Industry Perspective,” 47.
47
Yoyon Mudjiono, “Kajian Semiotika Dalam Film,” Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 1,
No.1 (2017), 134-135.

28
6) Film Horor
Film horor selalu menampilkan adegan-adegan horor yang
membuat penontonnya gemetar ketakutan. Ini karena film horor selalu
dikaitkan dengan efek khusus, dunia supernatural atau magis yang
beranimasi. Alur cerita film horor ini berkaitan dengan dimensi
supernatural atau sisi gelap manusia. Karakter dalam film horor ini
secara fisik menakutkan seperti makhluk gaib, monster dan alien.
7) Film Romantis
Film percintaan atau cinta ini menceritakan kisah romantis atau
pencarian cinta yang murni dan kuat. Alur cerita utama film ini,
masalah percintaan. Karakter yang berperan dalam film ini sering
mengalami berbagai jenis disabilitas, seperti yang dialami dalam
kehidupan romantis.
8) Film Drama
Tema ini menekankan pada aspek human interest, yang
bertujuan agar penonton merasakan apa yang dialami oleh karakter
tersebut dan membuat penonton merasa seperti berada di dalam film.
Tak jarang, penonton sedih, senang, kecewa bahkan marah.
d. Fungsi Film
Fungsi-fungsi film dapat ditemukan dalam deskripsi berikut:
1) Sebagai media komunikasi massa
Film merupakan media yang menjadi cermin realitas sosial di
masyarakat dan dapat menjadi subjek konstruksi realitas. Film sebagai
cermin realitas merupakan pertarungan interaksi dan wacana antara
pembuat film dan masyarakat, gagasan, makna, pesan yang
terkandung dalam cerita film, dan citra realitas yang ditemui pembuat
film yang disampaikan melalui film. Film berperan sebagai sarana
untuk membangun realitas, tetapi ketika pembuat film membangun
sebuah objektivitas ide dan pemikiran, akan direkonstruksi dalam
bentuk simbol film dan teks dalam bentuk adegan, dialog, shot, dll.
Film kemudian menjadi produk budaya dan berinteraksi dengan

29
masyarakat dalam eksternalisasi sebagai awal dari siklus
pembangunan realitas sosial.48
2) Sebagai alat Propaganda
Dalam sejarah perang dunia, film juga menjadi sarana yang
efektif bagi pihak-pihak tertentu untuk menjadi mesin propaganda
untuk memperkuat misi dan menghancurkan musuh dan roh mereka.
Film yang termasuk film propaganda, termasuk Ivan the Terrible Part
I (1944), Casablanca (1942), dan Triumph of the Will (1935)..49
3) Sebagai media dakwah
Meskipun media dakwah merupakan komponen dakwah, Media
dakwah bukan merupakan penentu utama kegiatan dakwah, tetapi juga
memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan dakwah.
Pesan dakwah yang penting dan harus diketahui oleh semua lapisan
masyarakat mutlak membutuhkan media radio, surat kabar, majalah
dan film. Media dakwah dapat berjalan efektif jika dapat disesuaikan
dengan pengkhotbah, pesan dakwah dan mitra dakwah.50
e. Film sebagai Media Dakwah
Awalnya, film hanya dilihat sebagai kegiatan rekreasi. Namun, film
ini memiliki banyak fitur, dan tentu saja lebih dari yang dijelaskan
selama ini. Film adalah salah satu bentuk komunikasi yang dapat
digunakan untuk keperluan dakwah. Film memiliki daya tarik tersendiri
dan dapat diubah untuk menarik perhatian penonton. Penggunaan sinema
untuk mendidik masyarakat didasarkan pada fakta bahwa sinema dapat
menarik perhatian dan menyampaikan pesan-pesan Islam dengan caranya
sendiri.
Film merupakan media massa yang dirasakan mempengaruhi
massa. Film tidak hanya sebagai sudut pandang artistik, tetapi juga
48
Nurbayati, Husnan Nurjuman, Sri Mustika, ”Konstruksi Media Tentang Aspek
Kemanusiaan Pada Poligami (Analisi Isi Terhadap Film Surga Yang Tak DiRindukan),” Jurnal
Riset Komunikasi, Vol 8, No 2 (2017), 103-124.
49
Nurbayati, Husnan Nurjuman, Sri Mustika, ”Konstruksi Media Tentang Aspek
Kemanusiaan Pada Poligami (Analisi Isi Terhadap Film Surga Yang Tak DiRindukan),” 80.
50
Saidatina Fitri, “Pesan-Pesan Dakwah Dalam Film Negeri 5 Menara (Suatu Kajian
Content Analysis),” 27.

30
sebagai media untuk mengkomunikasikan pesan kepada masyarakat
umum. Namun, Naim menemukan bahwa ketika sebuah film diproduksi
dan diintegrasikan dengan media elektronik dan digital yang merasuki
hampir setiap aspek kehidupan manusia, itu menjadi format media yang
sangat penting..
Film tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk tujuan dakwah.
Naim juga mengatakan bahwa industri film adalah saluran yang baik
untuk membangun keadilan puitis. Selain itu, penggunaan film sebagai
media komunikasi untuk menyebarkan dakwah sangat diperlukan pada
masa ini. Perkembangan industri film nasional yang semakin meningkat
membuka peluang bagi para pecinta seni untuk memproduksi film-film
bergenre dakwah untuk mengedukasi masyarakat luas.
Media harus dioptimalkan untuk komunikasi dengan masyarakat
umum. Ketika Barat menggunakan sinema untuk menyampaikan
ideologi, filosofi, publisitas dan budayanya, umat Islam saat ini bertindak
cepat, menggunakan bioskop sebagai media untuk mempromosikan nilai-
nilai Islam dan sosial budaya. Film dipersepsikan sebagai media
komunikasi yang sangat berbasis komunitas. Umat Islam perlu
memanfaatkan peluang dan ruang yang tersedia untuk menyebarkan
dakwah terbaik di masyarakat.51
Beberapa agama, seperti Kristen, menyentuh tema-tema keagamaan
melalui film-film seperti The Ten Commandments (1956, 2006). Film
India sering menggabungkan agama dengan kehidupan masyarakat
Hindu. Hal ini terlihat pada adegan candi Hindu dan plot film yang
secara langsung menggambarkan adegan upacara pemujaan baik dalam
film klasik maupun kontemporer seperti Mother India (1957) dan Kuch
Kuch Hota Hai (1998). Bahkan, Islam juga menggunakan media film
untuk menyebarluaskan sejarah dan pesan Islam melalui film-film seperti

51
Rosmawati Mohamad Rasit, “Phenomenological Study of Shariah-Compliant Films as
Da’wah Medium,” Ulum Islamiyyah, Vol. 23 (2018), 4.

31
Pesan (Muhammad, Utusan Tuhan, 1976).52 Sebagai media dakwah, film
memiliki keunggulan, diantaranya: 53
1) Secara psikologis, film menyajikan pesan tersendiri, sehingga masih
memungkinkan untuk menghadirkan hal-hal abstrak kepada penonton
secara sinematik.
2) Film ini menyajikan pesan yang jelas yang dapat dengan mudah
diingat oleh penonton.
Selain itu, sebagai media dakwah, film memiliki beberapa fungsi:54
1) To inform, fungsi informasi dalam hal ini memiliki fungsi agar film
menceritakan sesuatu kepada orang lain.
2) To educate, fungsi Edukasi, dalam fungsi ini film bermanfaat untuk
pencerahan, sehingga diharapkan film ini dapat memberikan
pengetahuan, nilai-nilai, dan fakta-fakta terkait bagi penerimanya yang
bertujuan untuk mendidik penerima film.
3) To influence, kemampuan untuk mempengaruhi. Dengan fungsi yang
berpengaruh ini, film harus mempengaruhi aspek kognisi
(pemahaman), emosi (sikap), dan psikomotor (perilaku).
4) To entertaint, fitur hiburan dengan adanya fitur hiburan ini, film
diharapkan dapat memberikan hiburan selain beberapa fitur tersebut,
sehingga kegiatan dakwah yang dilakukan tidak monoton.
Pendek kata, penggunaan film sebagai media promosi harus
dioptimalkan dalam hal komunikasi kepada publik. Ketika Barat
menggunakan sinema untuk menyampaikan ideologi, filosofi, publisitas
dan budayanya, umat Islam saat ini bertindak cepat, menggunakan
bioskop sebagai media untuk mempromosikan nilai-nilai Islam dan sosial
budaya, perlu dilakukan. Film dipersepsikan sebagai media komunikasi
yang sangat berbasis komunitas. Umat Islam perlu memanfaatkan

52
Rosmawati Mohamad Rasit, “Phenomenological Study of Shariah-Compliant Films as
Da’wah Medium,” 70.
53
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Kencana, 2004), 246.
54
Mubasyaroh, “Film sebagai media Dakwah (Sebuah Tawaran Alternatif media Dakwah),”
STAIN Kudus, Vol. 2 ( 2014), 13.

32
peluang dan ruang yang tersedia untuk menyebarkan dakwah terbaik di
masyarakat.55
3. Analisis Resepsi
Resepsi berasal dari bahasa Latin yaitu resepsi yang dapat diartikan
sebagai menyambut atau menerima pembaca. Resepsi dengan pemahaman
yang luas tentang bagaimana memberi makna pada acara TV dan
memproses teks untuk memberikan respons. Teori resepsi (pemaknaan
pembaca) berfokus pada bagaimana pembaca atau audiens menerima pesan,
bukan pengirim pesan. Makna pesan tergantung pada latar belakang budaya
dan pengalaman hidup audiens itu sendiri.56 Analisis penerimaan adalah
pendekatan baru untuk mempelajari audiens media. Khalayak adalah orang
yang berusaha menemukan makna dari sebuah pesan dalam teks media.
Penonton yang dibahas di sini tidak pasif, tetapi diam dari segala arah di
mana ia ditransmisikan.
Resepsi audiens dikenal sebagai penelitian audiens yang berfokus
pada kemampuan audiens untuk memposisikan diri sebagai konsumen dan
produsen makna. Teori ini dikembangkan oleh Stuart Hall (1980) di Pusat
Studi Kontemporer di Universitas Birmingham, Inggris. Premis dasarnya
adalah bahwa pesan media bersifat terbuka dan memiliki banyak interpretasi
yang berbeda. Dari sini dapat disimpulkan bahwa penonton pada posisi ini
berperan sebagai penerima pesan dan berperan aktif dalam mengkritisi
pesan yang disampaikan oleh media, misalnya berupa foto, gambar dan
video. Pada tahun 1996, Storey menyederhanakan konsep Hall menjadi tiga
bagian:57
a. Langkah pertama adalah proses penciptaan wacana. Menurutnya, dalam
hal ini acara televisi.

55
Fauziah Hassan, Dkk, “Portraying Islamic Values in 'Bisik Pada Langit' and
'Adiwiraku'Films,” Mimbar, Vol. 36 No. 2 (2020), 435.
56
Adlina Ghassani, Catur Nugroho, “Pemaknaan Rasisme Dalam Film (Analisis Resepsi
Film Get Out),” Jurnal Manajeman Maranatha,” Vol. 18 No. 2 (2019), 129.
57
Husnul Khotimah, “Body Shaming Dalam Film (Analsis Resepsi Pada Film Imperfect),”
Jurnal Daring Mahasiswa Komunikasi, Vol. 1 No. 2 (2020), 67.

33
b. Tahap kedua, program yang nantinya dapat digunakan sebagai akses
untuk mengirim pesan kesan atau menginterpretasikan pesan yang akan
dikirim.
c. Pada fase ketiga atau terakhir, penampil mencoba menafsirkan program
dengan memecah kode program yang dilihat, yaitu dengan proses
decoding.
Ketika penonton menafsirkan pertunjukan, Hall membagi makna
menjadi tiga kategori (posisi):58
a. Pemaknaan Dominan (Dominan Hegemonic Position)
Penonton setuju dengan pesan yang disampaikan karena pesan
tersebut adalah apa yang mereka ketahui atau berdasarkan pengalaman
mereka.
b. Pemaknaan yang Dinegosiasikan (Negoitated Code atau Position)
Dalam posisi ini, penonton menerima ideologi dominan, tetapi
dalam kasus-kasus tertentu menolak untuk menerapkannya. Penonton
hanya setuju pada beberapa bagian, karena beberapa bagian tidak sesuai
dengan pengetahuan yang diperoleh dan tidak sesuai dengan beberapa
pesan yang disampaikan.
c. Pemaknaan oposisi (Oppositional Code atau Position)
Cara terakhir pemirsa menguraikan pesan media adalah sebaliknya.
Ini terjadi ketika pesan atau kode audiens yang signifikan yang
disampaikan oleh media diganti atau dimodifikasi oleh pesan atau kode
alternatif. Audiens memiliki pendapat yang sangat berbeda dari media
dan pesan yang mereka terima. Mereka menolak karena tidak sesuai
dengan apa yang mereka ketahui atau rasakan bahwa pesan tersebut
tersebar luas. Oleh karena itu, mereka memiliki pandangan dan pendapat
masing-masing tentang pesan tersebut.
Ketiga posisi atau makna tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk
mengklasifikasikan analisis respon dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang

58
Adlina Ghassani, Catur Nugroho, “Pemaknaan Rasisme Dalam Film (Analisis Resepsi
Film Get Out),” Jurnal Manajeman Maranatha,” 129-130.

34
mempengaruhi posisi penonton ketika menerima pesan film dapat dijelaskan
oleh perspektif penonton yang berbeda. Melvin DeFleur dan Sandra
BallRokeach meneliti interaksi pemirsa dan bagaimana pemirsa bereaksi
terhadap konten media. Mereka menyajikan tiga perspektif yang
menjelaskan penelitian tersebut. Tiga perspektif dari tersebut adalah:59
a. Individual Differences Perspective
Perspektif perbedaan individu mengandaikan bahwa sikap individu
dan organisasi psikologis individu menentukan bagaimana individu
memilih rangsangan dari lingkungan dan bagaimana rangsangan itu
bermakna. Dengan kata lain, setiap audiens bereaksi berbeda terhadap
berita yang disebarluaskan oleh media, menyebabkan mereka
menggunakan atau bereaksi terhadap berita yang berbeda pula.
b. Social Categories Perspective
Dari perspektif ini, kita dapat melihat bahwa ada kelompok sosial
dalam masyarakat berdasarkan karakteristik umum seperti jenis kelamin,
usia, pendidikan, pendapatan, keyakinan agama, dan tempat tinggal. Dari
perspektif ini, pilihan pemirsa dan interpretasi konten dipengaruhi oleh
pendapat dan minat yang ada, serta norma kelompok sosial. Dalam
konsep pasar dan audiens sebagai pembaca, perspektif ini mengarah pada
segmentasi.
c. Social Relation Perspective
Pandangan ini meyakini bahwa hubungan secara informal
mempengaruhi khalayak dalam merespon pesan media massa. Efektivitas
media tertentu diubah secara signifikan oleh individu yang memiliki
hubungan sosial yang kuat dengan audiens.

B. Penelitian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengkaji beberapa penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan judul atau topik yang peneliti gunakan

59
Agistian Fathurizki, Ruth Mei Ulina Mala, “Pornografi Dalam Film: Analisis Resepsi
Film “Men, Women & Children,” ProTVF, Vol. 2 No. 1 (2018), 25.

35
sebagai acuan, kajian atau pertimbangan penelitian. Presentasi penelitian
terdahulu ini menunjukkan perbedaan dan persamaan antara peneliti dan
wilayah penelitian dari penelitian sebelumnya dan hasil penelitian.
Berdasarkan pengamatan peneliti, ada beberapa tugas yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya sehubungan dengan judul yang diberikan. Dengan kata
lain, dari peneliti:
Pertama, penelitian yang berjudul “Analisis Semiotik Pesan Dakwah
dalam Film Assalamualaikum Calon Imam” oleh Lailatul Maghfiroh (2019).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesan dakwah didasarkan pada
pentingnya iman, syariah, dan moralitas dalam film "Assalamu Alaikum
Calon Imam". Diantaranya (1) Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah,
(2) Menjawab salam, (3) Menjaga orang lain, (4) Berbuat baik dan berterima
kasih kepada orang tua, (5) Adanya wali bagi perempuan. 60 Dilihat dari
penelitian Lailatul Maghfiroh, ada persamaan dan perbedaan. Kesamaan
dengan penelitian ini terletak pada kajian terhadap variabel-variabel yang
diteliti, baik isi maupun pesan dari film Dakwah. Penelitian ini juga
menggunakan pendekatan kualitatif. Perbedaan kajian Lailatul Maghfiroh
dengan kajian ini terletak pada film yang dikaji dan teori analisis yang
digunakan, namun penelitian ini menggunakan teori analisis penerimaan.
Lailatul Maghfiroh menggunakan film berjudul Assalamu'alaikum Calon
Imam, namun dalam penelitian ini kami melihat film berjudul Tarung Sarung.
Kedua, Saidatina Fitri (2017) yang berjudul Pesan Dakwah di Film
Negeri Lima Menara. Dari hasil penelitian, pesan sentral yang disampaikan
dalam film tersebut adalah Man Jadda WaJada yang serius dengan
kesuksesan, dakwah amar ma`ruf nahi mungkar, nasehat dan motivasi,
pengabdian kepada orang tua dan dengan sesama. Pesan dakwah ditujukan
kepada generasi penerus bangsa khususnya generasi muda dan remaja yang
harus lebih menitikberatkan pada orang tua dalam hal kebaikan, terus belajar
untuk mewujudkan impiannya, dan meraih pendidikan dan belajar Islam. Dan

60
Lailatul Maghfiroh, “Analisis Semiotik Pesan Dakwah Dalam Film Assalamualaikum
Calon Imam,” Skripsi UIN Sunan Ampel Suabaya (2019).

36
ditemukan 28 adegan dengan menyampaikan pesan dakwah melalui film.
Dilihat dari survei Saidatina Fitri, ada persamaan dan perbedaan. Kesamaan
dengan penelitian ini terletak pada kajian terhadap variabel-variabel yang
diteliti, baik isi film maupun pesan dakwah, dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Di sisi lain, perbedaan antara kajian Sidatina Fitri dan kajian ini
terletak pada film yang diteliti. Saidatina Fitri menggunakan film berjudul
Assalamualaikum Calon Imam, namun dalam penelitian ini kami melihat film
berjudul Tarung Sarung. Lailatul Maghfiroh menggunakan teori analisis isi,
sedangkan penelitian ini menggunakan teori analisis resepsi.
Ketiga, kajian Badiatul Mardiyah (2019) berjudul “Pesan Dakwah dalam
Film Insya Allah Sah”. Hasilnya adalah film tersebut memiliki keutamaan
shalat, keutamaan istighfar, saling tolong menolong dan mengingatkan,
memberi sedekah kepada fakir miskin, anak yatim dan dhuafa, menghukum
kesalahan yang dilakukan dan menutup aurat. Dilihat dari penelitian Badiatul
Mardiyah, terdapat persamaan dan perbedaan. Kesamaan dengan penelitian ini
terletak pada kajian terhadap variabel-variabel yang diteliti yaitu baik isi film
maupun pesan dakwah, namun perbedaan kajian Badiatur Mardiyah dengan
penelitian ini terletak pada film yang diteliti. Badiatul Mardiyah menggunakan
film “Insha Allah Sah”, namun penelitian ini mengkaji film “Tarung Sarung”,
dan teori analisis yang digunakan berbeda. Badiatul Mardiyah menggunakan
teori analisis Charles Sanders Peirce, namun penelitian ini menggunakan teori
analisis penerimaan.
Keempat, kajian Yopie Abdullah (2021) “Pesan Moral Film Dua Garis
Biru (Analisis Semiotik Film Dua Garis Biru)”. Alhasil, pesan moral dari film
ini adalah berpikir sebelum melakukan sesuatu, kepentingannya, pengawasan
orang tua terhadap anak, tanggung jawab atas tindakan, tetap mengabdi
apapun situasinya. Dilihat dari penelitian Yopie Abdullah, ada persamaan dan
perbedaan. Kesamaan penelitian ini terletak pada kajian terhadap variabel
yang diteliti yaitu baik isi film maupun pesan dakwah, namun perbedaan
kajian Yopie Abdullah dengan penelitian ini terletak pada film yang diteliti.
Yopie Abdullah menggunakan film berjudul "Dua Garis Biru", namun

37
penelitian ini mengkaji film berjudul "Tarung Sarung", dan teori analisis yang
digunakan berbeda. Sementara penelitian Yopie Abdullah menggunakan teori
analitik Roland Barthes, penelitian ini menggunakan teori analitik resepsi.
Kelima, Kajian Heryanti (2021) berjudul “Pesan Moral dalam Film
Ajarkan Aku Islam”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adegan tersebut
mengandung banyak makna dan pesan. Artinya, pesan moral tentang
pentingnya toleransi dalam beragama, dilanjutkan dengan pesan agama yang
termuat dalam bagian dialog tertentu. Dengan kata lain, nilai keimanan dan
nilai moral untuk membahas keimanan kepada Allah SWT meliputi akhlak
bagi diri sendiri, orang tua, keluarga, dan masyarakat, dan nilai ibadah
meliputi shalat. Dilihat dari penelitian Heryanti, ada persamaan dan
perbedaan. Kesamaan dengan penelitian ini terletak pada kajian terhadap
variabel-variabel yang diteliti, baik isi maupun pesan dari film Dakwah. Di
sisi lain, perbedaan antara kajian Heryanti dan kajian ini terletak pada film
yang diteliti. Heryanti menggunakan film berjudul "Ajarai Aku Islam", namun
penelitian ini mengkaji film berjudul "Tarung Sarung", dan teori analisis yang
digunakan berbeda. Sedangkan karya Heryanti menggunakan teori analisis
Roland Barthes, karya ini menggunakan teori analisis penerimaan.

38
C. Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Scene dan dialog yang


memuat pesan dakwah

Analisis resepsi

Decoding

Dominan Negotiated Opposional


Reading Reading Reading

Penafsiran
Makna

Pesan Dakwah dalam film Tarung Sarung

39
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dan merupakan
prosedur untuk memecahkan masalah yang diteliti dengan menggunakan fakta-
fakta yang ada untuk menjelaskan subjek penelitian dan situasi subjek
penelitian, dan penulis mencoba menjelaskan gejala-gejalanya dengan cermat.
Interpretasi dari fakta yang ditemukan. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Istilah kualitatif masuk sebagai jenis
survei. Akibatnya, data kualitatif hanya berupa pernyataan, bukan angka.61
Karena penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah seorang peneliti yang
mengangkat masalah sementara, maka teori bersifat sementara dan
berkembang seiring dengan masuknya peneliti ke lapangan.62 Pendekatan ini
memungkinkan penulis untuk mengamati dan menganalisis objek yang diteliti
secara detail. Studi ini berfokus pada proses, bukan hasil, karena semua data
yang dikumpulkan adalah hasil interpretasi orang yang diwawancarai terhadap
data tersebut.63

B. Setting Penelitian
Lingkungan penelitian dalam penelitian kualitatif sangat penting dan
telah difokuskan dan didefinisikan. Rekrutmen dan subjek penelitian adalah
kredit tetap dari awal kasus. Setting survei ini menunjukkan komunitas yang
diteliti dan sekaligus kondisi fisik dan sosialnya. Dalam penelitian kualitatif,
lingkungan penelitian menunjukkan tempat penelitian, yang berhubungan
langsung dengan fokus penelitian yang ditetapkan sejak awal. Survei ini
dilakukan di kota Kudus. Peneliti tidak memiliki lokasi fisik yang spesifik

61
Suliyanto, Metode Riset Bisnis, (Yogyakarta: Andi Offst 2006), 11.
62
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif R dan D,
(Bandung: Alfabeta, 2014), 295.
63
Newman, W Lawrence, Social Research Methods (Ally & Bacon, 1997), 72.

40
karena subjek penelitian adalah film yang dapat dilihat dan diamati dimana
saja. Durasi penelitian ini dihitung sejak peneliti menyelesaikan proyek skripsi.

C. Subyek Penelitian
Muhammad Idrus, dalam bukunya Rahmadi, mendefinisikan subjek
penelitian sebagai individu, objek, atau organisme yang digunakan sebagai
sumber informasi yang diperlukan untuk mengumpulkan data penelitian. 64
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa IAIN Kudus 2022 yang menonton
sendiri film Tarung Sarung.

D. Sumber Data
Data adalah kumpulan bukti atau fakta yang dikumpulkan dan disajikan
untuk tujuan tertentu. Data memegang peranan penting dalam melakukan
penelitian. Pemecahan suatu masalah dalam penelitian sangat bergantung pada
keakuratan data yang diperoleh.65 Sumber data dalam penelitian adalah objek
dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
dua sumber data:
1. Sumber data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari peneliti dari
sumber aslinya.66 Data utama dalam penelitian ini adalah Film Tarung
Sarung. Film ini menampilkan data utama untuk melakukan penelitian
terkait dengan pesan dakwah film Tarung Sarung. Data utama dalam
penelitian ini adalah film Tarung Sarung. Film ini menjadi data utama untuk
melakukan penelitian terkait dengan dakwah message dari film Tarung
Sarung yang diteliti.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti
sebagai pendukung dari sumber aslinya. Data sekunder yang digunakan

64
Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian (Banjarmasin: Antasari Press, 2011), 61.
65
Moh. Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 57.
66
Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1987), 93.

41
dalam penelitian ini adalah buku referensi dakwah, website dan jurnal
akademik lainnya yang berhubungan dengan film Tarung Sarung.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah untuk memperoleh
data. Tanpa pengetahuan tentang teknik akuisisi data, peneliti tidak akan dapat
memperoleh data yang sesuai dengan standar data yang telah ditetapkan. 67
Penulis menggunakan metode berikut untuk mendapatkan data yang diinginkan
dalam menanggapi masalah tugas ini:
1. Metode Observasi
Observasi, juga disebut pengamatan, melibatkan penggunaan semua
indera untuk memantau perhatian pada suatu objek. Metode observasi
adalah metode untuk menangkap secara langsung dan sistematis fenomena
subjek penelitian.68 Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan mengamati dialog yang terdapat dalam film Tarung Sarung,
yang memudahkan untuk mendapatkan isi pesan dakwah yang terdapat
dalam film tersebut. Selain dialog dalam film Tarung Sarung, peneliti juga
mengamati gambar-gambar dalam film tersebut. Menampilkan dialog dan
gambar dimaksudkan untuk menegaskan pesan dakwah dan aplikasi yang
digunakan oleh Tarung Sarung.
2. Metode Interview
Metode wawancara yang sering disebut dengan wawancara lisan atau
angket, adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh
informasi dari informan.69 Dalam penelitian ini, kami menggunakan metode
wawancara untuk mencari informasi terkait pesan dakwah dalam film
Tarung Sarung.

67
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 401.
68
Sutrisno hadi, Metodelogi Research, (Yogyakarta: ANDI, 2001), 8.
69
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 190-191.

42
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi berarti bahan tertulis dari asal kata dokumen. Dokumen
berguna karena dapat memberikan latar belakang yang luas tentang topik
penelitian.70 Survei dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang
tidak langsung menyasar target survei.71 Peneliti mengumpulkan data yang
berhubungan dengan penelitiannya. Data ini dapat diperoleh dari buku-buku
penelitian atau mencari di Internet..

F. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam format yang
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data penelitian kualitatif sebelum,
selama, dan setelah masuk lapangan.72 Teknik analisis yang digunakan adalah
metode analisis resepsi, yaitu metode analisis yang dipengaruhi oleh Stuart
Hall. Teknik analisis penerima mengacu pada analisis teks wacana media dan
khalayak dan perbandingan dengan interpretasi terkait konteks seperti,
lingkungan budaya dan konteks konten media lainnya, dalam penelitian ini
adalah film Tarung Sarung.

70
Afifudin, Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia,
2009), 131.
71
Lailatun Maghfiroh, “Analisis Semiotik Pesan Dakwah Dalam Film Assalamualaikum
Calon Imam,” Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya (2019, 41.
72
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 5.

43

Anda mungkin juga menyukai