Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS ISI KUALITATIF PESAN MORAL

FILM DUA GARIS BIRU

A. Latar Belakang

Film merupakan media komunikasi yang bersifat audio visual. guna menyampaikan
suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. 1 Film
merupakan produk dari media massa yang sangat popular. Selain sebagai media hiburan film
menjadi sarana penyampaian informasi dan edukasi, serta hal-hal menarik lainnya yang
perlu disampaikan kepada khallayak. Film mempunyai tempat khusus bagi para
penikmatnya di bandingkan media massa lainnya. Tidak hanya menyajikan alur cerita yang
menarik, namun juga gambar dan efek suara yang dapat menciptakan suasana bagi khalayak
membuat film tidak pernah bosan untuk dinikmati. Denis MC Quail (2010) pada artikel Kiki
Rizkiyah Albarikah (2017).
Ada beberapa kategori genre dalam film yang menuak cerita fiksi maupun kisah nyata
yang di angkat dari kehidupan sehari-hari (Kiki Rizkiyah Albarikah). Tak heran banyak
hasil karya produksi film tanah air maupun mancan negara yang sukses mereales fim dan
mendapat predikat terbaik, tak lain menyajikan jalan cerita yang dekat dengan masalah
sosial, agama, budaya, politik dan lain sebagainya berhasil menarik perhatian banyak orang.
Penyampaian visi dan misi dalam film menggunakan mekanisme lambing-lambang yang ada
pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya (Irma
Rumtianing 2018 : 01).
Ada beberapa film yang menceritakan gambaran umum dari budaya yang terjadi di
masyarakat sekitar dalam hal ini mengenai pergaulan anak muda jaman sekarang termaksud
para pelajar di bangku SMA, adapun beberapa hal yang akang saya bahas dalam film
berjudul “Dua Garis Biru” yang banyak menuak kontrofersi di kalangan masyarakat, yang
sebagian orang menilai memberi pengaruh negatif bagi orang yang menyaksikannya baik
dalam tingkah laku maupun maupun psikologi. Salah satu film yang memiliki pesan moral
realitas sosial dan norma kehidupan yang berlaku dimasyarakat contohnya pada fil “Dua
Garis Biru” merupakan film garapan sutradara Ginatri S. Noer yang sekaligus menjadi
penulisnya. Film berdurasi 113 menit ini direalis pada 11 Juli 2019 dengan pemeran utama
wanita di bintangi oleh Adhisty Zara (Dara) dan pemeran laki-laki Angga Aldi Yunanda
(Bima).
Fim “Dua garis biru” menceritakan kisah sepasang kekasih yang masi duduk di bangku
SMA, pada usia 17 tahun, hubungan mereka yang harmonis dan romantic bahkan mendapat
dukungan dari keluarga dan teman-temannya , mereka nekat bersanggama di luar nikah.
Dara pun hamil, sebelumnya dedua orang tua dari mereka masing-masig sangat shock dan

1
Onong UchjanaEffendy, Televisi siaran, Teori, dan Praktek (Bandung : Alumni, 1986),
belum siap jika anaknya akan memiliki anak di usia muda karena masih belum lulus
sekolah,belum bisa mandiri, pola pikir yang belum mateng, masih perlu pengawasan dari
orang tua. keduanya dihadapkan pada kehidupanyang tak terbayangkan bagi anak seusia
mereka, kehidupan sebagai orang tua. Setelah pernikahan mereka keduanya Bima bekerja
sebagai pelayan di restoran ayah Dara. Merekapun harus bertanggung jawab dengan rumah
tangganya sendiri, tidak boleh lagi bergantung pada orangtua. Masalah demi masalah baru
hilir menghampiri mulai dari keinginan untuk bergaul dengan teman seumuran yang di
batasi karekana keadaan yang sudah berbeda, kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari,
menghadapi persoalan yang seringkali menguak perdebatan dari hal terkecil hingga masalah
besar. Di awal pernikahan mereka berdebad masalah ambisi Dara yang ingin ke Korea dan
juga mempermasalahkan nasib anaknya kelak. Akhirnya dara diizinkan pergi ke Korea
setelah melahirkan, dan anaknya di beri mama Adam.
Pengertian moral secara umum adalah suatu hukum tingkah laku yang diterapkan
kepada setiap individu untuk dapat bersosialiasi dengan benar sesama manusia agar terjalin
rasa hormat dan menghormati. Kata moral selalu mengacu pada baik dan buruknya
perbuatan manusia atau akhlak.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi
individu. Tanpa adanya moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam
zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap
amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral bisa berupa perbuatan, tingkah laku atau
ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia lain. Jika yang dilakukan seseorang itu
sesuai dengan nilai yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima, maka orang itu
dinilai memiliki moral yang baik, begitu pula sebaliknya.Moral merupakan produk dari
budaya dan agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama, begitu pula dengan standar moral
agama yang bisa berbeda pula satu sama lain.

Film “Dua Garis Biru” ingin menyampaikan beberapa hal penting yang harus di
terapkan dalam pendidikan anak remaja sehingga mereka bisa paham dan mengetahui fase-
fase kehidupan yang harus kita lalui agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak
normal. Pendidikan seks pun sangat perlu di edukasikan pada anak remaja, terutama bahaya
seks bebas. Dampak seks bebas terutama bagi anak di bawah umur sangat membahayakan
dalam proses persalinan, fisik yang lemah mengakibatkan resiko buruk bagiibu dan bai.
Hamil dan memiliki anak adalah impian besar bagi kaum wanita. Sayangnya, sekarang ini
semakin banyak wanita yang sudah memutuskan untuk mengandung bahkan di usia yang
masih sangat dini. Menurut survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
ada sekitar 10 peserta remaja yang berusia 15-19 tahun sudah menjadi ibu. Artinya remaja
perempuan sudah melakukan penetrasi dan melewati proses persalinan. Padahal, ada resiko
yang bisa berbahaya jika wanita hamil di usia yang sangat muda, salah satunya adalah
terjadi komplikasi persalinan yang bisa berujug dengan kematian ibu.
Nyatanya, Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut data
Riskesdas tahun 2013, kematian ibu paling banyak terjadi di ruma sakit pemerintah, yaitu
sekitar 41,9 persen. Kendati demikian, sebenarnya jumlah persalinan yang dilakukan di
fasilitasi kesehatan (faskes), mulai dari bidan hingga ruma sakit meingkat. Data yang
dimiliki SDKI, naik menjadi 63,2 persen pada tahun 2017.2Adapun pendekatan orang tua
terhadap anak sangat menjadi hal yang penting untuk dilakukan, orang tua bisa menjadi
tempat untuk berbagi maslah dengan anaknya. Biasanya di dalam suatu keluarga jarang ada
yang namanya keterbukaan oleh orang tua tehadap anak. Ini biasanya di sebabkan oleh
hubungan antara keduanya jauh sehingga hubungan antara anak dan orang tua tidak terbuka
bahkan kaku, biasanya hal ini di karenakan aktivitas orang tua dalam bekerja yang semakin
padat bahkan kurangnya waktu yang di luangkan untuk keluarga. Padahal pendekatan orang
tua dan anak adalah salah satu hal yang wajib penting sekali dilakukan agar dapat
membimbing anak dengan baik.
Hal penting lainnya adalah hubungan antara manusia dengan sang pencipta. Ibdah
jangan sekedar ibadah, kuatkan iman agar tidak terjerumus kedalam hal-hal yang negative.
Dalam film tersebut beberapa part yang menampilkan bahwa Bima kedapatan menunda-
nunda sholat bahkan dia melewatkannya. Ibadah kepada sang pencipta sangat penting agar
terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan, dengan terus melibatkan diri kedalam hal-hal
baik memiliki pengaruh besar agar tidak terlibat hal-hal yang tida di inginkan. Dalam film
tersebut digambarkan bahwa keluarga Bima merupakan keluarga yang rajin, dan taat
beribadah serta memiliki nilai-nilai keagamaan yang cukup kuat. Menurut Drs Achmad
Kifni, iman adalah keyakinan dalam hati, yang di ikrarkan melalui lisan (ucapan) dan di
amalkan dengan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Iman itu kadang-kadang bertambah
kuat, kadang-kadang bisa berkurang, bahkan kadang-kadang bisa rusak atau bahkan hilang.
Ini berarti iman itu bisa beruba-ubah. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah yang artinya :
“iman itu ucapan dan amalan kadang-kadang bertambah, kadang-kadang berkurang” (H.R
Bukhori).3
Film dua garis biru juga menyisihkan dampak dari pergaulan bebas. Di zaman yang
semakin berkembang semakin beragam pula tingkah laku serta masalah sosial yang terjadi di
masyarakat terutama masalah remaja. Perkembangan teknologi sekarang ini sedikit banyak
telah memberi pengaruh buruk yang menyeret remaja dalam pergaulan bebas.
Pergaulan bebas atau kenakalan remaja tidak lepas dari hubungannya dengan orang tua.
Selain itu, pengaruh lingkungan pertemanan juga menjadi salah satu faktor yang sangat
menentukan. Tentunya kita sudah sering mendengar keluhan-keluhan tentang betapa
sulitnya menemukan solusi atas masalah tersebut. Keluhan tersebut tak hanya datang dari
orang lain, tetapi juga dari orang tua sendiri yang dalam hal ini seharunya menjadi orang
2
halodoc.com/artikel/hamil-di-usia-remaja

3
http://faperta.unsoed.ac.id./2019/05/20/beberapa-hal--yang-merusak-iman-pengajian-ramadhan-1440-h-
faperta-unsoed/
terdekat anak yang memahami kondisi mereka dan bisa membimbing mereka untuk tak
terjerumus pergaulan bebas. Meskipun memang ada begitu banyak penyebab yang
melatarbelakangi anak hidup dalam pergaulan bebas. Maka dari itu sebagai orang tua
penting bagi kita untuk memahami apa itu pergaulan bebas begitu pun dengan dampak yang
ditimbulkan dan cara mengatasinya. Ketika kita sudah mengerti maka komunikasikan
dengan anak sebaik mungkin agar mereka memahami risiko yang ditimbulkan bila memilih
pergaulan bebas. Dengan begitu hal-hal yang tidak diinginkan bisa dicegah sedini mungkin.4

Di dalam film Dua garis biru tampak sosok Dara yang mempunyai prestasi dalam kelas,
tetapi hal itu belum tentu cukup sebagai bekal dalam membina rumah tangga jika tida di
barengi dengan pola pikir yang cukup dewasa untuk menghadapi berbagai masalah hidup
dalam rumah tangga. Akan ada hal-hal baru yang di temui dalam membina rumah tangga
yang tidak hanya cukup dipecahkan ole akal tetapi juga sikap pengertian satu sama lain. Kita
hidup di masa di mana kepandaian diukur hanya dari prestasi akademik. Nilai A, IPK di atas
3.00, predikat cumlaude, essay bagus, menang karya ilmiah remaja, dan seterusnya. Sampai
batasan tertentu, memang benar bahwa kecerdasan akademik penting untuk bekal menuju
kesuksesan. Tapi, apakah itu cukup? Sayangnya tidak. Kalau kamu pintar tapi
temperamental, siapa juga yang mau bekerja denganmu? Seberapa penting kecerdasan
emosional untuk kehidupan sehari-hari dan bagaimana contohnya? Kita sering mendengar
bahwa IPK tinggi tidak menjamin kesuksesan, apalagi IPK rendah. Nah IPK tinggi saja juga
tidak cukup. Kamu pasti pernah bertemu orang yang pinter banget, tapi ketika diajak
mengobrol ternyata pembicaraannya hanya berputar di topik tentang dirinya saja, atau
ternyata mudah marah dan meledak-ledak, atau suka memotong omongan orang lain. Di
situlah kecerdasan emosional dibutuhkan. Orang yang cerdas secara emosional mampu
menempatkan diri pada situasi segawat apapun. Emosi itu banyak bentuknya: bahagia,
marah, sedih, takut, cemas, dan lain-lain. Kecerdasan emosional dibutuhkan untuk manusia
berinteraksi sehari-hari, bertemu dengan orang baru, bergaul dengan orang-orang
lingkungan sekitar, di pertemuan yang bergengsi, dan seterusnya.

Coba perhatikan sekelilingmu. Orang yang mudah bergaul dan menghormati orang lain
pasti lebih mudah diterima bahkan di lingkungan yang sama sekali baru. Contohnya, ada
sekeluarga yang baru pindahan di kampung. Keluarga itu memiliki dua orang anak yang
selisih umurnya hanya satu tahun. Keduanya duduk di bangku SMA. Anak yang pertama
pintar, namanya sering muncul di media atas prestasinya. Tapi ia tidak mau bertegur sapa
dengan tetangga. Anak yang kedua biasa saja, tapi di hari kedua kepindahan, ia sudah
mengajak berkenalan tetangga-tetangga di sana. Mana yang lebih dihargai dan disukai
orang? Ciri dari seseorang yang cerdas secara emosional adalah mengerti bagaimana harus
bersikap di segala situasi. Mereka tidak berpikir bahwa dunia ini tentang dirinya sendiri saja.
Ketika dihadapkan pada situasi yang sebenarnya berpotensi membuat mereka marah, mereka
4
https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-pergaulan-bebas-berikut-dampak-dan-cara-menanggulanginya-
kln.html
bisa meredam emosi itu sehingga marahnya tersalurkan dengan baik. Bukannya meledak,
mereka akan menenangkan diri sejenak lalu mengajak bicara orang yang membuatnya
marah, membicarakannya baik-baik, dan menyelesaikan masalah.

Sebenarnya kecerdasan emosional akan lebih mudah ditumbuhkan jika diajarkan sejak
dini. Makanya seharusnya pendidikan anak usia dini itu lebih menekankan kepada
pendidikan perilaku, bukan hal-hal akademis. Pendidikan yang mengukur kesuksesan dari
akademis saja bisa melahirkan generasi yang pintar tapi apatis. Padahal yang dibutuhkan di
dunia ini adalah manusia-manusia yang pintar dan punya rasa peduli. ercuma kan kalau
pintar akademis tapi nggak punya orang lain untuk berbagi kesuksesan dan mengerjakan
proyek yang lebih hebat hanya karena gagal mengendalikan emosi dan berbuat tidak pantas
atau tidak menyenangkan hati di lingkungan sekitar? Yuk belajar memupuk kecerdasan
emosional mulai sekarang.5

Peneliti akan berfokus bagaimna cara mengedukasikan kepada kalangan remaja dampak
dari pernikahan dini agar dapat mengurangi angka penduduk miskin yang sebagian besar di
tempati oleh kpala keluarga miskin yang semakin meningkat, serta pern orang tua dalam
pengawasan terhadap anak-anak dalam masa remaja. Peneliti menggunakan metode
kualitatif untuk mengetahui pesan moral penggambaran nyata terhadap pergaulan remaja
saat ini.

5
https://www.yukepo.com/hiburan/life/pintar-akademik-aja-nggak-cukup-kamu-juga-harus-cerdas-emosional-
biar-sukses/

Anda mungkin juga menyukai