Anda di halaman 1dari 20

ISLAMOFOBIA DALAM FILM AYAT AYAT CINTA 2 : ANALISIS

SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE


Maya Aspia Azzahra1, DR Dadan Rusmana M. Ag2 , R. Myrna Nur Sakinah M. Hum3
Asfiazahra01@gmail.com

Abstrak
Islamofobia atau sikap antipati terhadap Islam yang berujung pada
diskriminasi kaum muslimin merupakan salah satu isu besar terutama
di dunia barat sejak tragedi WTC 911 terjadi. Sejak saat itu istilah
islamophobia marak digunakan dan membawa dampak negatif bagi
umat Islam seluruhnya, isu semacam ini dianggap oleh media sebagai
sesuatu wacana yang perlu diangkat. Penyampaian pesan mengenai isu
seperti ini bisa disampaikan melalui media film karena media tersebut
merupakan salah satu bentuk media massa paling populer yang bisa
menjangkau seluruh kalangan. Film Ayat Ayat Cinta merupakan suatu
film karya anak bangsa yang mengangkat persoalan islamofobia di
Eropa, khususnya di Skotlandia. Oleh karna itu, penulis tertarik untuk
mengkajinnya lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan studi
deskriptif-kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika
menggunakan teori signifier dan signified dari Ferdinand de Saussure.
Dengan mengetahui dan memahami situasi di Amerika terhadap Islam
atau kaum muslimin melalui tanda-tanda yang menunjukkan gejala
islamophobia baik yang bersifat tersurat maupun tersirat, diharapkan
kita dapat terhindar dari dampak negatifnya sehingga kita bisa
menerangkan kepada dunia bahwa Islam bukan agama yang yang
mengajarkann permusuhan tetapi sebuah agama yang membawa pesan
perdamaian.
Kata kunci: Islamofobia, film, semiotika, Ferdinand de Saussure
A. Pendahuluan
Dewasa ini, teknologi berkembang dengan begitu pesat.. Salah satu bentuk
kemajuan teknologi adalah hadirnya sarana hiburan berbasis teknologi yaitu film.
Definisi sederhana dari film dapat dilihat dari pernyataan Lorimer (1995:506) ia
menjelaskan film sebagai serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar untuk
menciptakan ilusi gerak yang memungkinkan orang untuk membawa diri mereka
ke dalam dunia imajiner. Selain itu, seiring perkembangan waktu, film bisa
dijadikan sebagai sarana sastra yang dapat merekam budaya yang dapat
menangani masalah sosial atau politik dan aspek masyarakat lainnya untuk
menggambarkan suatu issue yang sulit dikomunikasikan dengan cara lain.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, bisa sitarik kesimpulan bahwa film
adalah salah satu bagian dari varian karya sastra yang mengandung cerita, lakon,
sejarah, budaya, peristiwa, ilmu pengetahuan, dan lain-lain yang direkam dalam
bentuk video dan ditayangkan di bioskop, televisi, teater, atau siaran lainnya yang
dapat bertemakan berbagai issue (Ahmad et al., 2019).

Sebagaimana diungkapkan diatas bahwa film bisa menjadi sarana untuk kritik
masalah-masalah sosial, politik, maupun budaya ditambah banyaknya
permasalahan di dunia ini yang tak kunjung usai mengenai issue tersebut, maka
para penggiat film baik film nasional juga internasional saling berlomba untuk
mengungkapkan kritiknya menggunakan sarana film yang di garapnya.

Sebagai salah satu contoh, salah satu film Korea “parasite” bertemakan isu
kesenjangan sosial. Di dalam film Parasite, penceritaan tentang si kaya dan si
miskin berbeda dari banyak film lain dengan genre serupa. Inti dari cerita ini
bercerita tentang 2 keluarga, yaitu keluarga Park yang digambarkan kaya raya,
dan juga keluarga Kim yang hidup dalam kemiskinan dan tamemiliki pekerjaan,
mereka menantungkan hidupnya pada keluarga park untuk bisa mendapatkan
kerjaan sehingga dianggap parasitt. didalam industry film Bollywood, film “3
Idiots” tak lupa hadir sebagai kritik terhadap system pendidikan yang semrawut.
Di Indonesia sendiri film-film teng kritik sosial, budaya, politik hingga agama
banyak sekali ditemukan. Diantaranya; Negeri Tanpa Telinga (Kritik terhadap
pemerintah), Mirror Never Lies (Budaya), Dan Bumi Manusia (Kritik sosial)
mengenai isu agama, bisa kita temukan dalam film sang kyai (gambaran
pesantren), surga yang tak dirindukan (kritik hukum poligami) dan film-film
lainnya yang sampai sekarang masih bisa ditemukan di media manapun.

Jurnal ini, secara khusus mengkaji Issue tentang Islamophobia dalam film yang
diambil dari kisah yang disajikan pada novel karya rangga almaahendra dan
Hanum Raais yaitu Ayat Ayat Cinta 2 yang diangkat ke layarlebar. Produksi film
ini dilakukan oleh maxima pictures yag melakukan kegiatan shooting langsung dI
New York. Juga, isu yang diangkat dalam film ini menurut penuls sangat relevan
dengan keadaan dunia saat ini, yaitu tentang sikap anti-islam atau islamofobia di
amerika serikat. Istilah islamofobia ini berarti seuah kondisi dimana seseorang
memiliki rasa takut yang berlebihan yang berakibat pada tindakan diskriminasi
terhadap kaum muslimin baik indvidu maupun komunitas. Istilah ini memang
telah ada sejak sekitar tahun 1980-an, tetapi penggunaannya makin marak dan
populer sehabis pecahnya peristiwa serangan 11 September2001.

Film bukanlah sekedar cerita fiksi yang tak bermakna, lebih dari itu, dalam
sebuah film biasanya menyampaikan pesan, informasi, dan makna melalui
adegan-adegan yang ditampilkan. Semua hal dalam film menyiratkan suatu
petanda baik berupa gambar, dialog, gesture, warna, dan lain-lain. Hal tersebut
juga searas dengan kutipan ayatt Alqur’an yang mana tertulis dalam surah
AliImran ayat 190-191 yang menyebutkan bahwa semua ciptaan allah itu
memiliki makna, tetapi makna ini hanya akan bisa diketahuii oleh orang yang
selalu menggunakan akal atau pikirannya dan selalu memikirkan Allah (Asyraq,
2018).

Salah satu cara yang dapat menterjemahkan tanda tanda di dunia ini adalah
dengan menggunakan ilmu semiotika. Yang dimaksud dengan Semiotika yaitu
seluruh ilmu/studi tentang tanda dan bagaiman tanda tersebut bekerja.
Sebenarnya, suatu tanda menyiratkan sebuah makna yang bisa diketahui oleh
orang yang menganalisanya. Cara seorang individu menangkap suatu makna
bergantung pada bagaimana individu tersebut menghubungkanobjek (ide) dengan
tanda.

Metode deskriptif kualitatif digunakan oleh penulis dengan menggunakan analisa


teori semiotika. Data dalam artikel ilmiah ini diperoleh dengan cara memilih
adegan-adegan pada film Bulan Terbelah Dilangit Amerika yang mengandung
hal-hal yang bertautan dengan penelitiann ini yaitu islamophobia, juga
mengumpulkan data dari berbagai tulisann baik tulisan ilmiah, buku digital
berbentuk PDF, jurnal dan lain sebagainya. Dari banyaknya model studi
semiologi yang ada, penuliss memilih semiotic Ferdinand de Saussure yang
menekankan tentang hubungan petanda (signifier) dan petanda (signified) melalui
gabungan adegan terpilih dan data tertulis tersebut diatas. Sehingga nantinya
akan bisa menjawab masalah penelitian berikut ini :
1. Bagaimanakah persepsi masyarakat Amerika terhadap umat islam pasca
tragedi World Trade Center 9 september 2001?
2. Seperti apakah jenis diskriminasi yang didapatkan umat islam baik secara
individu maupun komunitas akibat praktek islamofobia yang dilakukan oleh
masyarakat amerika?
3. Bagaimana signifikasi antara penanda dan petanda dalam film Ayat Ayat
Cinta 2 sehingga membentuk pemaknaan tentang islamofobia?
Disebabkan pada keterbatasan waktu yang dimiliki oleh penulis, serta terlebih
untuk mengupayakan agar artikel ini bisa lebih terukur, maka penulis melakukan
pembatasan kajian hanya pada informasi tentang islamophobia yang terjadi di
Negara amerika saja.
B. Pembahasan

1. Deskripsi Film Ayat Ayat Cinta 2


Ayat-Ayat Cinta 2 merupakan sebuh film bergenre drama dari Indonesia yang
dirilis pada tanggal 21 Desember 2017. Disutradai oleh Guntur Soehardjanto.
Sama seperti film sebelumnya; ayat ayat cinta 1 yang meraih sukses besar pada
tahun 2008 silam, film ini juga meraih sukses besar dan ditayangkan di
mancanegara seperti di Brunei dan Malaysia.
Berlatar belakang di berbagai tempat seperti Gaza, Skotlandia, London, Budapest,
dan juga Jakarta, Ayat ayat cinta 2 pada intinya masih menceritakan kisah yang
sama, lanjutan dari kisah sebelumnya yang menceritakan Fahri (Fedi Nuril) yang
kini menjadi seorang dosen ternama di universitas ternama di Edinburgh,
Skotlandia. Ya, kini Fahri Abdullah tinggal di negara tersebut bersama Halusi-
sang asisten setelah kehilangan Aishah-sang istri- 7 bulan yang lalu saat ia
menjadi sukarelawan di jalur gaza.
Bukannya tak mencari, fahri sebenarnya telah mengeluarkan semua tenaganya
untuk mencari Aisha, namun hasilnya nihil. Fahri terus menunggu dengan
harapan aisyah bisa kembali, dan untuk mengatasi kesedihannya, fahri mencoba
menyibukkan diri sebagai dosen dan juga sebagai seorang pengusaha yang
memiliki minimart di kota tersebut. Fahri juga disibukkan dengan kedatangan
sang sahabat; Misbah yang ingin menumpang di rumahnya.
Karena kesetiaannya pada aisyah dan jiwa sosialnya yang tinggi, Fahri mencoba
untuk terus menjalankan amanah sang istri agar dia bisa memberi manfaat dengan
cara menolong orang-orang di sekelilingnya. Namun, karena Fahri tinggal di
lingkungan yang tingkat toleransinya rendah dan lingkungan yang antipasti
terhadap islam, Niat baik Fahri ini sering kali malah membuat salah paham dan
menyeret ke persoalan yang lebih rumit dan membahayakan hidupnya. Sebagian
tetangganya menganggap Fahri teroris karena identitas keislamannya.
Isu diskriminasi terhadap muslim di eropa atau yang biasa disebut sebagai
gerakan islamophobia ini menjadi salah satu isu yang diangkat dalam film ini.
Diskriminasi terhadap muslim di eropa memang marak terjadi semenjak tragedy
9/11. Tak hanya di eropa, gerakan yang disebut sebagai Islamophobia ini juga
marak terjadi di berbagai belahan eropa termasuk Skotlandia, latar film ini.
Untuk menganalisa lebih jauh tentang islamophobia dalam film ayat ayat cinta
yang akan kita bahas, alangkah lebih baiknya jika kita bisa mengetahui istilah
yamg disebutkan diatas yaitu tentang tragedy 9/11 dan islamophobia.
a. Tragedy 9/11
Tragedi 9/11 adalah sebuah peristiwa berdarah yang terjadi pada tahun 2001
tepatnya pada pukul 08.45 pagi di hari selasa tanggal 9 September, oleh
karena itu tragedi ini dinamakan tragedi 9/11. Aksi terorisme ini dilakukan
oleh 19 orang dari organisasi ekstrimis alqaeda dimana mereka membajak 4
buah pesawat dan melakukan serangan bunuh diri dengan sasaran di wilayah
Amerika serikat. 2 dari 4 pesawat ini ditabrakkan ke world trade center atau
gedung kembar di New York yang menyebabkan ledakan besar di lantai 80
gedung mercusuar yang memiliki lantai 110 itu, sontak semua orang yang
berada dalam gedung itu tewas dan yang lainnya terjebak di lantai yang lebih
tinggi bahkan korban terlihat berjatuhan dari lantai paling atas gedung ke jalan
jalan raya. Pesawat ketiga menyasar Pentagon di Virginia dan pesawat yang
ke-4 menyasar sebuah lapangan di Pennsylvania.
Serangan ini dilakukan oleh oknum yang mengatasnamakan Islam padahal
mereka adalah teroris ekstrimis gabungan dari Arab Saudi dan juga negara
Timur tengah yang lain yang disinyalir dibiayai oleh al-qaeda dengan
pimpinan Osama bin Laden yang merupakan buronan Saudi Arabia.
Penyerangan ini dilakukan sebagai upaya pembalasan dengan niat memberi
pelajaran kepada amerika karena negri paman sam ini memberikan dukungan
terhadap negara Israel, dan juga pembalasan atas keikut campuran negara
tersebut di negara asal mereka hingga mengakibatkan terjadinya perang teluk
yang menyebabkan militer Amerika terus berada di timur tengah hingga saat
itu. Total ada 2996 orang yang meninggal dalam serangan keji ini termasuk
ke-19 teroris yang melakukan aksi terorisme.

Sejak tragedi 11 September 2001 Di New York yang menyebabkan tewasnya


kurang lebih 3000 jiwa oleh oknum Islam ekstrimis (Osama Bin Laden) yang
mengatasnamakan Islam, pandangan dunia khususnya Amerika dan eropa
terhadap Islam menjadi berubah 360°. Stereotip negatif menyebar dengan
cepat di masyarakat sehingga sejak saat itu sampai sekarang orang-orang
mencap semua muslim itu memiliki paham radikal dan dan semua orang Islam
dicap teroris. Rasa kehilangan serta duka yang mendalam yang mereka
rasakan akibat kehilangan orang-orang yang dicintai secara mendadak
membuat akal mereka tertutup untuk melihat Islam secara positif. Dalam
pikiran mereka Islam adalah pembunuh sehingga orang-orang Islam haruslah
diberi pelajaran akibatnya diskriminasi terhadap umat Islam di eropa sejak
saat itu meningkat parah tidak hanya di jalanan tetapi sampai kepada level
politik pemerintahan sosial dan lingkungan pendidikan.(Angerer, 2018).

b. Islamophobia
Kata islamophobia merupakan suatu istilah baru yang sebenarnya sudah wah
ada sejak lama. Kalimat yang merujuk pada definisi islamophobia pertama
kali muncul dalam publikasi Edward said yang berjudul orientalism di akhir
tahun 70-an "sudah diketahui dengan umum bahwasanya duniabarat telah
sejak dahulu mengaitkan Islam dengan Citra buruk, sentimen jelek juga
stereotip negatif". Namun untuk istilah islamophobia sendiri muncul pertama
kali dalam sebuah diskusi kontemporer yang dipublikasikan pada tahun 1997
dalam sebuah buku 'islamophobia is a challenge for us all' kiranya sejak saat
itu istilah islamofobia ramai digunakan dan penggunaannya meningkat pesat
sejak tragedi 9/11 oleh media masyarakat sipil pemerintahan dan semua
kalangan di dunia terutama Inggris Perancis dan Amerika serikat (Khan,
2017).
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengertian dari islamophobia ada
baiknya kita melihat definisi Runnymede (1997:2). Ia menyatakan bahwa
istilah islamofobia mengacu pada tiga fenomena:
 Segala sikap yang mengacu pada tuduhan yang tidak berdasaar
terhadap umat muslim
 Akibat dari sikap permusuuhan semacam itu, menyebabkan
diskriminasi yang tidak sepatutnya terhadap individu muslim juga
komunitas muslim lainnya.
 Pengecualian terhadap umat Islam oleh pemerintah dari urusan politik
dan sosial (Bleich, 2011).

2. Teori semiotika Ferdinand de Saussure


Sederhananya kita bisa mendefinisikan semiologi atau semiotika sebagai ilmu
yang mempelajari tentang tanda mungkin kita tidak menyadarinya tetapi fakta
mengatakan bahwa semiologi bisa diaplikasikan kepada semua aspek kehidupan
manusia baik baik di dalam agama sejarah politik seni arsitektur tarian teater
musik sastra atau film. Mengapa demikian karena kita menggunakan berbagai
macam gestur dan gestur Ini adalah sebuah tanda dalam kehidupan sehari-hari
untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang di sekitar contohnya nya
menggosok-gosokkan ibu jari dan jari telunjuk secara bersama-sama itu adalah
pertanda untuk meminta uang atau misalkan gesture mengepalkan tangan dengan
erat yang berarti ucapan semangat (Yakin & Totu, 2014).

Secara terminology, semiotika diambil dari bahasa yunani = semension (tanda),


semainon (penanda) dan samainomenon ( petanda/indikasi). Secara umum,
semiotika adalah studi tentang tanda atau epistemologi tentang keberadaan atau
aktualitas tanda dalam kehidupan masyarakat. Banyak pelopor, peneliti, praktisi
dan penulis semiotika seperti Ferdinand de Saussure, Charles Sanders Peirce,
Roland Barthes, Roman Jakobsen, Charles Morris dan Umberto Eco (Eco, 1979;
Leeds-Hurwitz, 1993; Panuti & Zoest, 1996; Chandler, 2002) telah menyepakati
definisi sederhana. Untuk pengertian dan tujuan yang lebih jelas, semiotika
menjelaskan segala sesuatu yang dapat dilihat atau dimaknai sebagai tanda seperti
yang didalilkan oleh Umberto Eco dalam bukunya yang berjudul 'A Theory of
Semiotics' yang menunjukkan bahwa 'semiotic is concern with everything that can
be take as a tanda. Tanda adalah segala sesuatu yang dapat dianggap
menggantikan sesuatu yang lain secara signifikan' (1979; 7). Menurut Umberto
Eco, bahwa 'sesuatu yang lain' tidak selalu ada pada saat yang sama ketika tanda
itu mewakili atau menggantikan posisinya.

Menelusuri latar belakang sejarah dan kemunculannya, terutama pada masa


perkembangan semiotika klasik, filsafat tentang pentingnya semiotika dalam
kehidupan umat manusia telah dimulai sekitar lebih dari dua ribu tahun yang lalu
oleh para filosof Yunani. Kemudian selama abad pertengahan, makna dan
penggunaan tanda telah dibahas secara mendalam oleh Stoici (Zeno) serta para
filsuf dan cendekiawan lainnya. Namun, istilah ‘semiotik’ baru muncul pada akhir
abad ke-18 ketika diperkenalkan dan diterapkan oleh seorang filsuf Jerman,
Lambert.

Saussure merupakan seorang ahli linguis dan sudah mengembangkan basic atau
landasan teory linguistic umum. Ia dikenal sebagai pendiri linguis modern.
Munculnya teori tanda dalam bidang linguistik dimulai ketika ia merasa bahwa
teori tanda-tanda linguistik harus ditempatkan pada dasar teori yang lebih umum.
Berpijak dari hal tersebut, ia kemudian mengajukan istilah 'semiologi'. Hal ini
diketahui setelah ditemukannya catatan kuliah mahasiswanya yang kemudian
catatan ini dibukukan dengan judul “'Course in General Linguistics'” yang sampai
saat ini terus di pelajari. Ini adalah kuipan dari buku tersebut:

“A science that studies the life of signs within society is conceivable; it


would be a part of social psychology and consequently of general psychology;
I shall call it semiology (from Greek semeion ‘sign’). Semiology would show
what constitutes signs, what laws govern them. Since the science does not
yet exist, no one can say what it would be; but it has a right to existence, a place
staked out in advance.”

Saussure memusatkan konsentrasinya secara langsung pada tanda itu sendiri.


Baginya, tanda merupakan objek fisik yang memiliki makna. Lebih lanjut
Saussure mengatakan bawa semiotika terdiri dari penanda dan penanda. Menurut
Ferdinand de Saussure, tanda atau simbol (bahasa juga termasuk) memiliki
karakteristik arbitrer atau manasuka, artinya bergantung pada dorongan (stimulus)
dan eksperience pribadi penggunanya. Menurut Saussure, dalam sistem
penandaan, tanda merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem konvensi.
Kesewenang-wenangan ini, menurut Saussure, berarti tidak ada hubungan antara
bentuk penanda (signifier) dan petanda (sign). Namun demikian, penggunaann
suatu bahasa tidak sepenuhnysa sembarangan, dikarenaksn semuanya
dikembalikan pada kesepakatan antara pengguna bahasa tersebut.

Bisa diambil kesimpulan bahwasanya menurut Saussure, bahasa adalah sistem


tanda dan baginya setiap tanda terdiri dari dua sub, pertama penanda kedua
petanda. Definisi :
 Tanda adalah kesatuan dari bentuk penanda dengan ide atau tanda
(makna).
 Tanda adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari asosiasi penanda dengan
tanda.
 Hubungan antara penanda dan petanda disebut dengan signifikasi.
Apabila sebuah bahasa mencoba untuk mendefinisikan realitas, ada kekhawatiran
bahwa bahasa itu sendiri akan direduksi menjadi serangkaian penanda belaka
tanpa referensi langsung pada maknanya. Pengertian atau definisi tentang sesuatu
tetap menjadi definisi belaka. Akibatnya, bahasa menjadi “kosong”, karena
bahasa muncul sebagai rangkaian rumusan yang tersimpan dalam kamus atau
hanya dalam ingatan. Menurut Saussure, makna suatu tanda sangat dipengaruhi
oleh tanda-tanda lainnya. Sedangkan makna dianggap sebagai fenomena yang
dapat dilihat sebagai gabungan dari beberapa unsur dengan masing-masing unsur
tersebut. Dengan sendirinya, unsur tersebut tidak memiliki arti yang utuh. Berikut
adalah gambaran pemikiran semiotika Saussure :

3. Hasil Analisis Semiotika Yang Menggambarkan Islamophobia Dalam


Film Ayat Ayat Cinta 2 Amerika
Berikut ini merupakan potongan scene dalam film Ayat Ayat Cinta 2 serta
penjelasan dari adegan-adegan tersebut yang akan dijelaskan melalui analisis
semiotika dari tokoh linguistic Ferdinand De Saussure, antara lain:
1. Fahri disebut sebagai teroris berjas

Dialog Visual

Murid wanita : what is he doing


right there?

Nino : he’s just showing off,


Seorang teroris berjas yang sedang
memamerkan keagamaanya, jangan
tertipu sama penampilannya,
sebentar lagi kita akan dididik oleh
seorang dari negara terbelakang.
2.52
Penanda Petanda

Adegan ini merupakan adegan Gesture tangan yang menunjuk-nunjuk


pembuka dari film ayat-ayat cinta 2. ditambah raut muka yang tak
Adegan ini dimulai dengan bersahabat menyiratkan bahwa wanita
percakapan para mahasiswa yang ini menuduh hanum sebagai orang yang
lupa membaca diktat prof charlotte. seharusnya bertanggungjawab atas
Prof charlotte yang tidak bisa kematian keluarganya.
masuk kelas digantikan oleh prof.
fahri dari Indonesia. Beliau
merupakan seorang muslim dan
beliau sholat di depan kelas, para
mahasiswanya keheranan dan Nino,
salah satu mahasiswa disana
mengatakan bahwa Fahri hanya
seorang teroris berjas dari negara
terbelakang.
Penjelasan :
Visual diatas menunjukan Fahri yang sedang sholat di depan kelas dan para
mahasiswanya keheranan, lalu Nino salah satu mahasiswa disana tiba-tiba
memberitahu kepada teman-temannya bahwa fahri adalah seorang teroris
dengan nada sinis. Melalui visual, dan gestur diatas, serta penanda (signifier)
dan petanda (signified) nya, akhirnya penulis bisa menyimpulkan suatu
pemaknaan, yaitu : Adegan Fahri sembahyang di dalam kelas menunjukkan
bahwa fahri merupakan seorang Muslim yang tidak melupakan tugasnya
untuk beribadah bahkan disaat seperti apapun. Tetapi hal itu dipandang
sebaliknya oleh salah satu mahasiswanya yang bernama Nino. Ujaran
kebencian dengan mengatakan bahwa Fahri adalah seorang teroris merupakan
representasi yang menandakan rasa bencinya terhadap umat islam. Ia
menjuluki Fahri dengan sebutan teroris berjas, karena fahri merupakan
seorang akademisi di universitas ternama di skotlandia namun dirinya
beragama islam, dan islam disana diidentikkan dengan terorisme.
Hal kedua yang menjadi sorotan dari perkataan Nino adalah ungkapannya
bahwa fahri berasal dari negara terbelakang yang mana maksudnya adalah
Indonesia. Dari petanda tersebut, bisa disimpulkan bahwa di mata dunia,
Indonesia belumlah dianggap sehebat itu. Padahal dengan potensi umat islam
yang paling banyak didunia, Indonesia berkesempatan menjadi sebuah negara
yang maju.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan ada dua
alasan mengapa Indonesia masih menjadi negara "tertinggal" ketimbang
negara-negara lain yang semakin maju. "Pertama adalah masalah pengelolaan
sumber daya manusia, pengelolaan sumber daya alam, kedua factor
kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi menjadikan Indonesia dianggap
sebelah mata oleh negara lainnya.”
Selain itu, sebutan negara terbelakang juga bisa mengidentifikasikan ke
khawatiran negara barat terhadap Muslim. Mereka beranggapan bahwa orang
islam mendapatkan ajaran agamanya dari negara terbelakang dan tidak lebih
baik dari mereka. Hal ini merupakan pertanda dari kekhawatiran dunia barat
atas menyebarnya ajaran agama islam dengan begitu pesat, mereka juga
mengkhawatirkan suatu saat nanti islam bisa mendominasi dunia akibat
penyebarannya dilakukan sampai ke ruang universitas (Jarrets, 2018).
2. Aksi penolakan keira terhadap tawaran Fahri

Dialog Visual

Fahri : Saya hanya ingin


menawarkan bantuan, siapa tau
kamu ikut Menit 7.12
Keira : Kamu pergi atau saya
panggil polisi?
hulusi : hei keira fahri
bermaksud baik, kenapa kamu
seperti itu
Keira : siapa tau kamu berniat
buruk
Fahri : keira, semoga tuhan
menjadi saksi, saya tidak
berniat buruk
Keira : so typical, selalu
mengatasnamakan tuhan atas
tindakan kalian, bahkan saat
kalian melakukan terror
pemboman dan pembantaian
Supir: hei jangan kurang ajar
kamu keira
Fahri: tenang dulu, saya hanya
menawarkan ba

Penanda Petanda
Fahri menawarkan bantuan Kata-kata kasar yang diucapkan oleh keira
kepada keira yang merupakan beserta tuduhan tak berdasarnya terhadap
tetangganya berupa tumpangan fahri menunjukkan streotip muslim di
mobil. Namun, Keira menolak skotlandia begitu buruk bahkan ketika
mentah-mentah tawaran itu menawarkan bantuan pun kecurigaan itu
karena ia menganggap fahri masih ada.
berniat buruk dan mengaitkan
hal itu dengan peristiwa
pengeboman dan terror yang
dilakukan oleh oknum umat
islam.
Penjelasan :
Melalui visual, dan gestur diatas, serta penanda (signifier) dan petanda
(signified) nya, akhirnya penulis bisa menyimpulkan suatu pemaknaan, yaitu :
amarah rakyat amerika terhadap umat islam belumlah surut. Tuduhan demi
tuduhan tak berdasar dilayangkan begitu saja dari kaum pembenci islam.
Adegan fahri menawarkan tumpangan pada Keira menunjukkan bahwa Fahri
adalah seseorang yang memiliki jiwa sosial yan tinggi yang begitu peduli
dengan tetangganya walaupun tetangga tersebut bersikap kasar. Ini sekaligus
menepis tudingan bahwa islam adalah agama yang membenci perdamaian.

Kedua, aksi penolakan dan ucapan keira yang begitu pedas merupakan
cerminan dari rasa curiga yang berlebihan kepada umat islam. Ucapan keira
yang memukul rata semua umat islam bahwa mereka selalu terbiasa berbuat
kejahatan atas nama Tuhan adalah sebuah streotip yang keji, tetapi hal ini tak
terjadi tanpa adanya alasan, kita tahu bahwa oknum teroris yang sebenarnya
selalu mengatasnamakan tuhan atas aksi biadabnya terutama saat seorang ia
melakukan aksi peledakan bom sembari mengucapkan takbir atau
bersembunyi di balik kata jihad. Aksi terorisme yang selalu mengatasnamakan
Islam inilah menjadi akar penyebab ketakutan non-Muslim terhadap Muslim.
Lagi dan lagi, islamophobia ini diakibatkan dari serangan terorisme pada
tragedy 9/11 yang merubah pandangan dunia terhadap islam secara dramatis
(Abdullah, 2015).

3. Aksi Vandalisme pada Mobil Fahri

Dialog Visual

Hulusi : astaghfirullah, orang


orang itu sudah keterlaluan
(berbicara dalam Bahasa turki)

12.59

44.49

Penanda Petanda
Pagi hari ketika hulusi hendak Aksi vandalisme yang dilakukan oleh
memanaskan mobilnya untuk oknum yang tak diketahui tersebut
mengantar fahri dan misbah, ia merupakan suatu bukti bahwa umat islam
dikejutkan oleh bagian samping di eropa memang dimusuhi. Tulisan
mobil yang tiba-tiba ada tulisan monster dan devil merupakan symbol
monster. Aksi vandalism ini bahwa mereka memandang umat islam
dilakukan entah oleh siapa dan ia sebagai agama yang keji.
begitu marah.

Penjelasan:
Melalui visual, dan gestur diatas, serta penanda (signifier) dan petanda
(signified) nya, akhirnya penulis bisa menyimpulkan suatu pemaknaan, yaitu :
Aksi vandalism yang dilakukan oleh orang tak dikenal ini merupakan aksi
diskriminasi non-verbal yang di alami oleh umat islam dalam kesehariannya.
Kata monster sendiri merujuk pada makhluk yang bentuknya menyimpang
dari seharusnya dan berukuran besar sedangkan devil sendiri merujuk pada
makhluk yang paling dimurkai di muka bumi ini yaitu setan atau bahkan iblis,
intinya kedua kata ini merujuk pada kejahatan yang luar bisa dan mereka
menyamakan sifat dari kedua makhluk tersebut dengan islam.
Ini petanda bahwa islam dipandang sebagai agama yang menyeramkan bagi
orang-orang disana dan lagi-lagi itu karena aksi terorisme yang dilakukan oleh
oknum yang mengatasnamakan islam.

4. Aksi terorisme bisa menyebabkan rasa traumatis bagi anak dan


menyebabkan kebencian terhadap islam

Dialog Visual

Fahri : setelah ini kalo kamu


butuh sesuatu apapun, selama
ada di Minimart saya, bisa kamu
ambil gratis
Jason : why are you acting so
nice?
Fahri : saya tidak mau punya
musuh apalagi dengan tetangga
saya sendiri (menyodorkan 37.18
tangan).
Jason : tidak, kamu yang
memulai !
Fahri ; maksudmu?
Jason : kalian teroris, kalian yg
bunuh ayah kami (menangis).
Penanda Petanda

Jason, tetangga dari fahri


kedapatan sedang mencuri di Penolakan oleh Jason terhadap tawaran
minimart miliknya, lalu fahri pun fahri merupakan representasi Kebencian
berdialog dengan anak tersebut. terhadap umat islam. Rasa benci ini tidak
Ketika fahri menawarkan hanya di alami oleh orang dewasa,
bantuan, Jason malah mnolak kalangan remaja pun demikian.
mentah-mentah, setelah didesak Lagi-lagi, alasannya adalah karna issue
mengapa alasannya Jason teroris yang melekat pada diri umat islam.
kemudian mengatakan bahwa
uamt muslim adalah teroris dan
menjadi alasan kematian
ayahnya.
Penjelasan :
Melalui visual, dialog, dan gestur diatas, serta penanda (signifier) dan petanda
(signified) nya, akhirnya penulis bisa menyimpulkan suatu pemaknaan, yaitu :
ketika Jason tertangkap mencuri, ia kemudian diinterogasi oleh Fahri. Sebagai
tetangga yang baik, fahri tidak marah sekalipun atas kejahatan kecil yang
remaja ini lakukan, fahri bahkan bersedia menggratiskan semua barang yang
ada di tokonya jika Jason membutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa islam
tidak seperti yang di gambarkan oleh media bahwa islam identic dengan
amarah, fahri disini mennjukan sebaliknya.
Tawaran fahri yang begitu tulus tersebut kemudian ditolak mentah-mentah
oleh Jason, ia menolak dengan nada tinggi bahkan sampai menangis.
Akhirnya diketahui alasan bahwa ia begitu membenci fahri adalah karena
identitas kemuslimannya. Bagi Jason, orang islam adalah penyebab ayahnya
meninggal dunia, Karena sang ayah meninggal dan menjadi korban terorisme.
Hal ini merupakan penanda bahwa islamophobia bisa muncul dalam diri
seseorang karena mereka telah dipisahkan kehidupannya dengan orang yang
begitu mereka sayangi oleh para teroris. Aksi terorisme ini berdampak pada
psikologis manusia dan itu berdampak pula pada maraknya aksi diskriminasi
terhadap umat islam nantinya (Tabahi & Khayr, 2021).
5. Adegan fahri mengantar nenek cathrina ke sinagog

Dialog Visual

Rabi : go !! (kepada fahri)


Rabi and nenek : (berdialog
dalam Bahasa ibrani)
Rabi : Amalek
Rabi : yallah, you’re not welcome
here.!

Penanda Petanda

Fahri mengantar nenek cathrina Sikap diskriminasi terhadap fahri


yang hendak beribadah ke menunjukkan bahwa tak hanya oleh
sinagog, lalu setelah sampai kalangan sipil biasa, islamophobia juga
nenek cathrina tiba-tiba jatuh di dilakukan oleh kalangan beragama
halaman sinagog tersebut. Fahri terpelajar yaitu para Rabi Yahudi.
hendak membantunya namun ia Mereka menyebut fahri sebagai amalek
malah di usir dan dibentak yang berarti pembawa sial dan
dengan nada kasar dan diteriaki peparangan.
“amalek” oleh rabi yahudi disana.

Penjelasan :
Melalui visual, dialog, dan gestur diatas, serta penanda (signifier) dan petanda
(signified) nya, akhirnya penulis bisa menyimpulkan suatu pemaknaan, yaitu :
Sikap diskriminasi tak hanya dilakukan oleh orang biasa, tokoh agama yahudi
atau dikenal dengan Rabi pun demikian. Selain menunjukan sikap kasar dan
diskriminasi, mereka juga menunjukkan sikap intoleransi dan menganggap
bahwa fahri adalah pembawa sial dan pemicu peperangan (Amalek). Mereka
mengatakan hal seperti itu karena latar belakang fahri yang beragama islam
dan mereka membenci itu. Usiran yang mereka lakukan terhadap fahri dengan
kata kasar juga menunjukkan bahwa umat yahudi enggan memberikan tempat
kepad umat islam dan mereka sama sekali tidak menginginkan kaum
muslimin berada di dekat mereka.
6. Adegan fahri melakukan debat ilmiah dengan para akademisi di
university of edinburgh

Dialog Visual

Fahri : This is a scientific debate,


dan dalam hal yang menjadi
fokus saya adalah isi teks teori
atau pendapat tidak penting
apakah di Amerika atau bukan
Yahudi atau bukan.
Seandainya iblis itu mengatakan
sesuatu yang benar dan jujur saya
akan dengar dan ikuti
pendapatnya terima kasih.

Anggota forum : Kalian semua


harus tahu orang yang sok bijak
ini sesungguhnya seorang anti-
yahudi. Lewat yayasan berkedok
kemanusiaan, dia banyak
48. 32
menghantarkan dana ke Palestina
untuk membantu para teroris! Dia
lihai bersilat lidah tapi
sesungguhnya dia adalah seorang
TERORIS!! Teroris yang sangat
berbahaya untuk masa depan kita
semua disini!!!

Penanda Petanda

Fahri melakukan debat ilmiah di


University of Edinburg dengan
mengangkat tema issue timur
tengah. Fahri melakukannya
dengan sangat baik namun ada 2
anggota forum dari akademisi
yang mendebat pendapat fahri
dan menuduh dia sebagai teroris
yang menyuplai dana ke palestina
untuk membiayai aksi terorisme.
Penjelasan :
Melalui visual, dialog, dan gestur diatas, serta penanda (signifier) dan petanda
(signified) nya, akhirnya penulis bisa menyimpulkan suatu pemaknaan, yaitu :
Islamophobia tak hanya terjadi di jalanan, namun juga di universitas yang
mana para pembenci ini adalah tokoh tokoh akademisi yang notabene
harusnya bisa menjadi penengah konflik bukan malah menjadi penyulut
masalah.
Tuduhan yang dilayangkan oleh salah satu anggota forum bahwa Fahri adalah
teroris begitu menjijikan. Jika pada adegan awal fahri dikatakan teroris berjas,
kini ia dilabeli teroris yang pandai berkata-kata, hal ini menjadi petanda
bahwa mereka secara tidak langsung mengakui kecerdasan fahri.
Kedua, yayasan yang dimiliki fahri dituduh sebagai yayasan yang membiayai
para teroris yang ada di palestina. Kedua tuduhan ini tak berdasar dan menjadi
petanda ketakutan mereka kepada fahri yang memang memiliki potensi yang
luar biasa di kampus itu karena kecerdasannya. Para akademisi ini melakukan
aksi yang merepresentasikan islamophobia karena meraka khawatir posisi
mereka terancam, apalagi seseorang yang mengancam posisinya ini adalah
seorang muslim yang sangat tak mereka sukai.
“Teroris yang sangat berbahaya untuk masa depan kita semua disini!!!”
Dia takut kejayaan akan diperoleh oleh orang islam dan kekuasaan mereka
akan digulingkan.
KESIMPULAN

Maraknya diskriminasi terhadap umat Islam baik kepada individu maupun


terhadap komunitas di eropa haruslah melecut semangat umat Islam di berbagai
belahan dunia lainnya untuk membuktikan bahwa cermin dari ajaran Islam
bukanlah kekerasan, terorisme, dan pembunuhan. Islam merupakan sebuah agama
yang mengedepankan perdamaian dalam seluruh aspek dan elemen, toleransi dan
kebersamaan, seperti yang dicontohkan oleh Fahri dalam film ini. Semiotika juga
telah membuktikan bahwa semua hal di dunia ini tidaklah berdiri tanpa makna
melainkan berisi tanda yang perlu dikaji dan nantinya akan didapatkan
pengetahuan yang baru.

Istilah islamofobia ini akan terus mengakar dan menyebar di di dunia barat
apabila kita tidak merepresentasikan umat islam yang baik. Islam adalah cinta dan
kasih sayang, jadilah pribadi muslim yang toleran, hapuskan pemikiran radikal
dalam diri, bersosial-lah dengan baik sehingga nantinya dengan izin Tuhan istilah
islamofobia ini akan hilang dengan sendirinya dan diskriminasi terhadap islam
akan berakhir.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. S. (2015). Muslims in Pre- and Post-9 / 11 Contexts. International Journal


Of Comparative Literature & Translation Studies, 3(3).
https://doi.org/10.7575/aiac.ijclts.v.3n.3p.52

Ahmad, S., Januarius, M., & Anggraeni, P. (2019). The Implementation of Transposition
Translation Procedures in English-Indonesian Translation of Epic Movie Subtitle.
ELT Forum: Journal of English Language Teaching, 7(2), 1–7.
https://doi.org/10.15294/elt.v7i2.28850

Al Mannan, M. F., & Shamrir Al-Af., S. M. (2017). The Role of Western Mainstream
Media: How Islam Is Being Branded As Promoter of Violence. PEOPLE:
International Journal of Social Sciences, 3(3), 424–439.
https://doi.org/10.20319/pijss.2017.33.424439

Angerer, D. (2018). September 11 Attacks: Facts, Background & Impact - HISTORY.


History.Com. https://www.history.com/topics/21st-century/9-11-attacks

Asyraq, A. (2018). A Semiotic Analysis of the John Wick 1 Film Using Charles Sanders
Peirce ’s Semiotic Theory [Alauddin State Islamic University]. http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/id/eprint/7324

Bleich, E. (2011). What is islamophobia and how much is there? theorizing and
measuring an emerging comparative concept. American Behavioral Scientist,
55(12), 1581–1600. https://doi.org/10.1177/0002764211409387

Boswell, M. (2020). Bake a treat and take it to a neighbor | Morning Ag Clips. Morning
AG Clips. https://www.morningagclips.com/bake-a-treat-and-take-it-to-a-neighbor/

Ferreira, N. M. (2019). Color Psychology: How Color Meanings Affect You & Your
Brand. Oberlo.Com. https://www.oberlo.com/blog/color-psychology-color-
meanings

Fuller, G. (2009). A World Without Islam – Foreign Policy. Foreign Policy.


https://foreignpolicy.com/2009/10/08/a-world-without-islam/

Jarrets, C. (2018). Why is it rude to point? - BBC Science Focus Magazine. BBC Science
Focus Magazine. https://www.sciencefocus.com/science/why-is-it-rude-to-point/

Kamil, S., & Darojat, Z. (2019). Mosques and Muslim Social Integration: Study of
External Integration of the Muslims. Insaniyat: Journal of Islam and Humanities,
4(1), 37–48. https://doi.org/10.15408/insaniyat.v4i1.12119

Khan, F. E. and O. (2017). Islamophobia Still a Challenge for Us All. In Islamophobia


Still a Challenge for Us All.
http://www.runnymedetrust.org/uploads/publications/pdfs/islamophobia.pdf
Na, N., & Suk, H. (2014). The Emotional Characteristics of White for Applications of
Product Color The Emotional Characteristics of White for Applications of Product
Color Design. November, 0–10. https://doi.org/10.1007/978-3-319-04798-0

Shakir, M. H. (2016). Al-Ma’idah-8, Surah The Table Spread with Food Verse-8 - The
Noble Qur’an (Compare all Quran Translations in English). En.Noblequran.Org.
http://en.noblequran.org/quran/surah-al-maidah/ayat-8/

Tabahi, S., & Khayr, L. (2021). Anti-Muslim Racism and U.S. Schools:
Recommendations for Practice, Policy, and Advocacy. Children & Schools, 43(1),
3–8. https://doi.org/10.1093/CS/CDAA033

Yakin, H. S. M., & Totu, A. (2014). The Semiotic Perspectives of Peirce and Saussure: A
Brief Comparative Study. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 155(October),
4–8. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.10.247
BIODATA SINGKAT

Maya Aspia Azzahra (20) Lahir di Sukabumi 22 januari 2001. Mengenyam Pendidikan
dasar di SDN Citamiang lulus tahun 2013. Kemudian melanjutkan ke Mts Al Furqon
lulus tahun 2016. Selanjutnya melanjutkan ke MAN 2 kota Sukabumi dan lulus tahun
2019. Saat ini penulis berstatus sebagai mahasiswi aktif semester 4 di jurusan sastra
inggris Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan bertempat tinggal di
Jalan Marga Mulya tepatnya di pondok Pesantren Nailul Kirom Cinunuk Bandung.
sedangkan untuk domisili asli, penulis bertempat tinggal di Kadudampit, Sukabumi Jawa
Barat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai