Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 1 SEMINAR PROPOSAL

IDENTIFIKASI JURNAL PENELITIAN KOMUNIKASI

Oleh:
RAVISHA INDU FAWAIZ
201610040311224
SEMPRO A

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


Judul : Makna Keluarga pada Kelompok Mafia: Analisis Semiotika Dalam Film The
Godfather-I
Rumusan Masalah
- Bagaimana makna keluarga dalam film The Godfather-I ?
- Bagaimana Isi pesan dalam Film The Godfather-I ?
Manfaat
- Diharapkan dapat memberi kontribusi yang berarti bagi perkembangan dalam ilmu
komunikasi terkhusus yang terkait dengan analisis semiotik film sebagai media
masa
- Kegunaan praktis Dengan selesainya penelitian ini diharapkan kita dapat
mengambil pelajaran dan mengaplikasikkannya di kehidupan sehari-hari. Selain
itu, agar kita dapat menjadikan film bukan hanya sebagai media hiburan akan
tetapi media massa

Tinjaun pustaka
Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke-19,
ditemukan oleh Louis dan August Lumiere. Di Perancis, filmis adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya. Tetapi di Yunani film lebih dikenal sebagai
cinema yang merupakan singkatan dari cinematograph yang jika diartikan secara harfiah
berarti gambar bergerak. Di Inggris lain lagi, film disebut dengan Movie diambil dari kata
move yang berarti bergerak (Vera 2014:91).
Sebagai suatu bentuk karya seni, film mengandung maksud dan tujuan yang ingin
disampaikan pembuatnya. Meskipun cara penyampaian dan pendekatannya berbeda, setiap
film mempunyai pesan moral tertentu. Itu juga karena film dirancang untuk melayani
keperluan publik terbatas maupun publik tak terbatas ( Sumarno, 1996:10 ). Hal ini
disebabkan pula adanya unsur ideologi dari pembuat film, dan unsur yang menarik ataupun
merangsang imajinasi khalayak (Irwanto, 1999:88).
Para pambuat film biasanya mengambil unsur-unsur yang ada dalam masyarakat
sebagai bahan atau ide untuk pembuatan filmnya. Karena itu film juga merupakan suatu
media komunikasi untuk menyampaikan pesan, sehingga tidak jarang film juga dipakai
sebagai alat propaganda dari pihak-pihak tertentu. Para penentang pembangunan pabrik
semen di Rembang Jawa Tengah,misalnya, menggunakan film ‘Samin vs Semen’ untuk
sebagai media protesnya kepada pemerintah. Dan film itu terbukti sukses menarik perhatian
pemerintah, hingga berujung dibatalkannya ijin pembangunan pabrik semen itu oleh
Mahkamah Agung.
Genre film bermacam-macam, dari drama percintaan, drama komedi, psyco, laga, musikal,
dll. Setiap tahun, diajang bergengsi perfilman dunia, Oscar dan Cannes, pemenang film
terbaik bisa datang dari genre yang berbeda-beda. Bukan hanya genre, tetapi cerita yang
diangkat sebagai film pun bisa beranekaragam, dari kehidupan seharihari, legenda, sampai
mimpi futuristik. Tidak ada patokan khusus cerita yang bagaimana dan genre apa yang
disukai masyarakat penonton, karena selera masyarakat juga beraneka ragam. Cerita pun
berkembang seiring perkembangan situasi dan kondisi masyarakat.
Metode Instrumen
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mendokumentasikan, yaitu dengan menyimpan
data, yaitu berupa film animasi yang berdurasi 2 jam 58 Menit, dalam bentuk soft copy.
Selanjutnya peneliti melakukan pengamatan terhadap isi film The Godfather-I tersebut
terutama kepada keluarga mafia serta norma dan representasi yang muncul dalam film The
Godfather-I tersebut, serta mencatat tanda-tanda yang terdapat dan tertuang dalam gambar
tersebut sesuai dengan metode yang telah ditetapkan
Daftar Pustaka
Dickie, John. 2004. Cosa Nostra: A History Of The Sicillian Mafia. New York: Palgrave
Macmillian™.
Bertens, Kees. 2014. Sejarah Filsafat Kontemporer : Jilid II, Prancis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka
Utama
Fiske, John. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Irwanto, Budi. 1999. Film,Ideologi, dan Militer. Yogyakarta : Media Pressindo.
Kaplan, D. dan A. Dubro. 2012. Yakuza : Japan’s Criminal Underworld. California :
University Of California Press.
Nugroho, Sarwo. 2014. Teknik Dasar Videografi. Yogyakarta : CV Andi Offset
Puzzo, Mario. 1969. The Godfather. New York.
Raab, Selwyn. 2013. Lima Keluarga Besar Mafia. Jakarta : Kaki Langit Kencana Prenada
Media Group.
Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotika: Paradigma, Teori, Dan Intepretasi Tanda Dari
Semiotika Struktural Hingga Dekontruksi Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia.
Susilo, Daniel. 2016. Perempuan dan Korupsi: Wacana Media Dalam Berita Tindak Pidana
Korupsi Perempuan (Women and Corruption: Media Discourse on News Reporting
about Women's Corruptor). Yayasan Jurnal Perempuan, 23-24 September 2016.
Sobur, Alex. 2013. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sumarno, Marselli. 1966. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta : Gramedia Widiasarana.
Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika Dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Yuwono, Ismantoro. 2010. Al Capone : Mafia Legendaris Yang “Nyaris” Tak Tersentuh
Hukum. Yogyakarta : Narasi (Anggota IKAPI).
Sumber Online
http://teknikkepemimpinan.blogspot.co.id/2010/11/10-kode-etik-mafia-Italia-bisa.html
http://www.kompasiana.com/abramssds/mafia-Sisillia-modernisasi-gangsterisme
http://archive.itoday.co.id/metafisika/mengenal-budaya-adat-dan-tradisi-dari-negaraItalia.
http://www.biografiku.com/2011/11/biografi-lucky-luciano-sang-mafia.html
http://www.imdb.com/title/tt0068646/synopsis
http://teknikkepemimpinan.blogspot.co.id/2010/11/10-kode-etik-mafia-Italia-bisa.html

Judul : KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN: ANALISIS SEMIOTIKA FILM


JAMILA DAN SANG PRESIDEN
Rumusan Masalah
- Bagaimana feminisme dalam film Jamila Dan Sang Presiden ?
- Bagaimana Reprentasi Kekerasan dalam film Jamila Dan Sang Presiden?
Manfaat
- menunjukkan kekerasan terhadap perempuan dimanifestasikan dalam berbagai
bentuk seperti kekerasan fisik, seksual, ekonomi, perampasan kemerdekaan
sewenang-wenang, dan psikologis.
- Kegunaan praktis Dengan selesainya penelitian ini diharapkan kita dapat
mengambil pelajaran dari film tersebut.

Tinjaun pustaka
Dalam Imaji, Musik, dan Teks, Barthes (2010: 41) mengemukakan bahwa makna
denotasi (analisis sintagmatik) adegan film terdapat dalam lapisan informasional, yakni
segala sesuatu yang bisa dicerap dari latar (setting), kostum, tata letak, karakter, dialog, serta
gerak laku tokoh berupa anekdot yang bisa langsung terlihat. Dalam bab ini, peneliti
menggunakan aspek dari Barthes tersebut dan menggunakan penjelasan dari Fiske (1987: 6-
11) sebagai dasar untuk melakukan analisis sintagmatik melalui pemilihan adegan yang
penting dalam memberikan pemaknaan yakni melalui camera work, setting and costume,
character (casting), dialogue, dan anecdot. Kombinasi dari aspek tersebut berfungsi untuk
membentuk makna yang menunjukkan adanya representasi nilai-nilai kekerasan.
Kekerasan terhadap perempuan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk seperti
kekerasan fisik, seksual, ekonomi, perampasan kemerdekaan sewenang-wenang, dan
psikologis. Patriarkisme dan kapitalisme menjadi latar belakang ideologi yang mendominasi
tindak kekerasan. Dalam peristiwa kekerasan dengan pelaku laki-laki terdapat konstruksi
gender berdasarkan kultur patriarkis tentang sikap laki-laki yang mendominasi karena
perannya sebagai subjek dan sikap perempuan yang terdominasi karena perannya sebagai
objek. Hal ini kemudian membuat perempuan menjadi kelompok yang rentan mendapat
kekerasan. Dalam kapitalisme, kekerasan dijalankan di bawah kekuasaan orang-orang yang
mengendalikan sarana-sarana produksi dengan hubungan eksploitatif.
Kode Hermeneutika (Hermeneutic Code) Dalam film, kode hermeneutika memiliki
karakteristik mampu membangkitkan hasrat dan kemauan penonton untuk menemukan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul terhadap sebuah narasi film. Adegan 3 dan
4 pada awal film menjadi kode mengenai praktek bisnis perdagangan anak atau human
trafficking (perdagangan manusia) yang berkaitan erat dengan kisah hidup Jamila. Dalam
adegan tersebut, anak-anak yang sebagian besar perempuan diperlakukan tidak manusiawi.
Menjawab pembacaan kode hermeneutik selanjutnya, Jamila adalah nama perempuan
misterius yang terdapat dalam adegan 5. Perempuan ini tiba-tiba muncul sambil bermonolog
panjang tentang dirinya. Kode pembacaan ketiga terkait dengan judul film “Jamila dan Sang
Presiden”. Jamila adalah simbol perwakilan masyarakat kelompok marginal yang tak
memiliki kekuasaan sedangkan presiden adalah seseorang yang berkuasa atas apa pun atau
bisa juga disebut sebagai perlambang sistem yang menjadi musuh Jamila. Kode pembacaan
hermeneutika keempat adalah keterkaitan antara Ibrahim dan Jamila.
Kode Proairetik (Proairetik Code) Dalam film misalnya terdapat pada dampak
(implikasi) dari kekerasan terhadap perempuan dan bentuk perilaku tersebut.
Kode Simbolik (Symbolic Code) merupakan kode pengelompokan atau konfigurasi
yang gampang dikenali karena kemunculannya yang berulang-ulang secara teratur melalui
berbagai sarana tekstual dan memberikan struktur simbolik cerita (Budiman dalam
Kurniawan, 2009: 129)
Metode Instrumen
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mendokumentasikan, yaitu dengan menyimpan
data, yaitu berupa film animasi yang berdurasi 1 jam 27 Menit, dalam bentuk soft copy.
Selanjutnya peneliti melakukan pengamatan terhadap isi film Jamila dan Sang Presiden
tersebut terutama kepada keluarga mafia serta norma dan representasi yang muncul dalam
film Jamila dan Sang Presiden tersebut, serta mencatat tanda-tanda yang terdapat dan
tertuang dalam gambar tersebut sesuai dengan metode yang telah ditetapkan Metode analisis
yang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthes dengan fokus penelitian bagaimana
representasi kekerasan terhadap perempuan dalam film Jamila dan Sang Presiden
Daftar Pustaka
Barthes, Roland (penerjemah Agustinus Hartono). (2010). Imaji Musik Teks. Yogyakarta:
Jalasutra.
Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Fiske, John. (2004). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Fiske, John. (1987). Television Culture. Great Britain: T.J. Press Ltd.
Kurniawan, Heru. (2009). Sastra Anak : dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi,,
Semiotika, hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu
Munfidah dan kawan-kawan. (2006). Haruskah Perempuan dan Anak-anak
Dikorbankan?. Malang: Pilar Media (anggota IKAPI)
Sihite, Romany. (2007). Perempuan, Kesetaraan, Keadilan: Suatu Tinjauan Berwawasan
Gender. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sobur, Alex. (2003). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunarto. (2000). Analisis Wacana Ideologi Gender Media Anak-anak. Semarang: Penerbit
Mimbar-Yayasan Adikarya Ikapi-Ford Foundation
Sunarto. (2009). Televisi, Kekerasan dan Perempuan. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Windhu, Marsana. (1992). Kekuasaan dan Kekerasan Menurut John Galtung. Yogyakarta:
Kanisius
Jurnal, Modul, dan Tesis
Komnas perempuan. (2009). Buku Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan.
Jakarta: Komnas
Keumalahayati. (----). Kekerasan pada Istri dalam Rumah Tangga Berdampak terhadap
Kesehatan Reproduksi
Judul : Metafora “Matahari” dalam Film SUNCATCHERS (Analisis Semiotika Metafora
“Matahari” dalam Film SUNCATCHERS)
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemaknaan metafora “matahari” yang terdapat dalam Film Suncatchers?
2. Bagaimana pemaknaan metafora “matahari” jika dikaitkan dengan nilai perusahaan Sun
Life Financial?
Manfaat
- menunjukkan makna metafora “matahari dalam film film Suncatchers
Film Suncatchers merupakan film yang tergolong dalam klasifikasi drama.
Drama merupakan film yang banyak bercerita mengenai kehidupan. Film ini
bertujuan untuk membawa penonton pada alur ceritanya sehingga penonton
mampu merasakan apa yang dirasakan tokoh dalam cerita.
Tinjaun pustaka
Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia.
Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni
sesuatu yang harus di beri makna. Hal tersebut dikemukakan oleh para
strukturalis, seperti Saussure dan Barthes (Hoed, 2008: 3).
Secara epistemologis, semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang
berarti tanda. Tanda itu didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi
sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.
Atau dengan kata lain tanda adalah representasi objek (Endraswara, 2003:64).
Secara terminologis, semiotik merupakan ilmu yang mempelajari deretan objekobjek,
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Sobur, 2003: 95).
Pada tahun 1960 an Metz merintis upaya menetapkan teori tentang film
sebagai suatu disiplin intelektual tersendiri Artikel-artikel yang ditulis dalam
karya Metz: Essais sur la signification au cinema (1968), membuka jalan
didirikannya jurusan sinematografi di Universitas Vincennes (Paris VIII) (Lechte,
2001: 130).
Metode Instrumen
Dalam sebuah penelitian, dibutuhkan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan pengamatan secara menyeluruh pada objek penelitian. Adapun
untuk mengumpulkan data yang di perlukan, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut: (1)Dokumentasi, berupa film Suncatchers
yang diakses melalui website yang disediakan pihak perfilman tersebut. (2) Studi
Kepustakaan, diantaranya bersumber dari buku, dokumen privat perusahaan,
jurnal, internet, atau literatur lainnya yang didapatkan dari berbagai sumber, yang
dianggap relevan dengan topik penelitian.
Daftar Pustaka
Ardianto& Komala. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
Cangara, Hafied. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Cateora, Philip R & Graham, John. (2007). Pemasaran Internasional. Jakarta: Salemba Empat
Endraswara, Suwardi (2003). Metodologi penelitian sastra: epistemologi, model, teori, dan
aplikasi. Jakarta: Pustaka Widyatama
Effendy, Heru. (2002). Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Jakarta: Erlangga
Hoed, Benny. (2008). Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu
Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Lechte, John. (2001). 50 Filsuf Kontemporer: Dari Strukturalisme sampai
Postmodernitas. Yogyakarta: Kanisius. hal. 130-137
Sobur. (2003). Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Stokes, Jane. (2003). How to do Media and Cultural Studies. London: Sage Publications
Tim FIP- UPI. (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Judul : PENONJOLAN TOKOH ANTAGONIS DALAM FILM THE DARK KNIGHT


(Studi Semiotik Tokoh Joker dalam Film The Dark Knight)
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemaknaan metafora “matahari” yang terdapat dalam Film Suncatchers?
2. Bagaimana pemaknaan metafora “matahari” jika dikaitkan dengan nilai perusahaan Sun
Life Financial?
Manfaat
- menunjukkan makna metafora “matahari dalam film film Suncatchers
Film Suncatchers merupakan film yang tergolong dalam klasifikasi drama.
Drama merupakan film yang banyak bercerita mengenai kehidupan. Film ini
bertujuan untuk membawa penonton pada alur ceritanya sehingga penonton
mampu merasakan apa yang dirasakan tokoh dalam cerita.
Tinjaun pustaka
Semiotika adalah studi yang meneliti tanda-tanda dan makna yang terkandung di dalamnya.
Perkembangan ilmiah tidak hanya meneliti simbol yang terdapat dalam setiap masyarakat,
tetapi lebih menyentuh aspek pembangunan dan pola pikir budaya di belakangnya. Penelitian
ini mencoba untuk meneliti aspek semiotik yang terkandung dalam ln The Dark Knight dan
diperiksa secara khusus karakter antagonis dari karakter Joker. The Dark Knight adalah
dalam genre dengan tindakan dan karakter antagonis adalah Joker. Dalam studi ini, Joker
dianggap sebagai simbol yang mewakili kejahatan, dan simbol ditunjukkan melalui karakter
Joker. Dengan menggunakan analisis semiotik Roland Barthes yang didalamnya terdapat
aspek dari denotasi dan konotasi yang akan menghasilkan mitos, penelitian ini bermaksud
untuk mengetahui
bagaimana karakter Joker dalam ini difokuskan. Hasilnya akan ditampilkan sebagai Joker
penjahat melalui perilaku kekerasan, melawan hukum dan menciptakan kekacauan di kota
Gotham. Tidak hanya itu, Joker adalah penjahat yang berbeda dari penjahat pada umumnya,
di mana ia melakukan kejahatan, bukan bertujuan untuk mencari uang tetapi hanya untuk
eksistensi sebagai penjahat sejati. Hal ini ditunjukkan melalui berbagai adegan dalam  lm.
Metode Instrumen
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode analisis semiotika Roland
Barthes, yaitu analisis semiotic dengan dua konsep besar yaitu denotatif dan konotatif,
pendekatan yang digunakan yaitu kualitatif.
Sebagaimana diketahui dalam setiap kegiatan bahwa penelitian dengan menggunakan
pendekatan kualitatif memiliki sifat yang subjektif, dan tentunya sebagaimana
penelitianpenelitian kualitatif lainnya, besarnya populasi atau sampel bukanlah suatu hal yang
utama
atau bersifat esensial, sebab populasi dan sampling yang digunakan jumlahnya relatif sedikit.
Sampel dalam penelitian ini bukanlah suatu elemen yang diukur. Jika data yang terkumpul
sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu
mencari sampling lainnya. (Kriyantono, 2007: 58).
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Barker, Chris. 2008. Cultural Studies Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Warna.
Barthes, Roland. 1972. Membedah Mitos-Mitos Budaya Massa. Jakarta: Jalasutra
Fiske, John. Cultural and Communication
Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Bandung : Jalasutra
Fiske, John.1996. Introduction to Communication Studies Second Edition. London & New
York. Rout Letge
Grif n,EM. 2006. A First Look At Communication Theory, Sixth Edition. USA : McGraw
Hill
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana McQuail,
Dennis. 1994. Teori Komunikasi
Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Muhartono, Asyik. 2009. Teknik Produksi Acara Televisi TV Broadcasting. Sidoarjo: Karya
Mas Pustaka
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Naratama. 2006. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta : Grasindo. Noth, Winfried. 1990.
Handbook of Semiotics. Indianapolis: Indiana University Press.
Sunaryo. 2007. Kumpulan Istilah Penyiaran, Film dan Teknologi Informasi. Yogyakarta :
Sekolah Tinggi Multimedia
“MMTC” Yogyakarta.
Thwaites, Tony. Lloyd Davis, Warwick Mules. 1994. Tools For Cultural Studies an
Introduction.Queensland: University of Queensland.
Zettl, Herbert. 2003. Television Production Handbook Eight Edition. San Fransisco
University

Judul : Metafora “Matahari” dalam Film SUNCATCHERS


(Analisis Semiotika Metafora “Matahari” dalam Film SUNCATCHERS)
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemaknaan metafora “matahari” yang terdapat dalam Film Suncatchers?
2. Bagaimana pemaknaan metafora “matahari” jika dikaitkan dengan nilai perusahaan Sun
Life Financial?
Manfaat
menunjukkan makna metafora “matahari dalam film film Suncatchers
Film Suncatchers merupakan film yang tergolong dalam klasifikasi drama.
Drama merupakan film yang banyak bercerita mengenai kehidupan. Film ini
bertujuan untuk membawa penonton pada alur ceritanya sehingga penonton
mampu merasakan apa yang dirasakan tokoh dalam cerita.
Tinjaun pustaka
Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia.
Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni
sesuatu yang harus di beri makna. Hal tersebut dikemukakan oleh para
strukturalis, seperti Saussure dan Barthes (Hoed, 2008: 3).
Secara epistemologis, semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang
berarti tanda. Tanda itu didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi
sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.
Atau dengan kata lain tanda adalah representasi objek (Endraswara, 2003:64).
Secara terminologis, semiotik merupakan ilmu yang mempelajari deretan objekobjek,
peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Sobur, 2003: 95).
Pada tahun 1960 an Metz merintis upaya menetapkan teori tentang film
sebagai suatu disiplin intelektual tersendiri Artikel-artikel yang ditulis dalam
karya Metz: Essais sur la signification au cinema (1968), membuka jalan
didirikannya jurusan sinematografi di Universitas Vincennes (Paris VIII) (Lechte,
2001: 130).
Metode Instrumen
Dalam sebuah penelitian, dibutuhkan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan pengamatan secara menyeluruh pada objek penelitian. Adapun
untuk mengumpulkan data yang di perlukan, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut: (1)Dokumentasi, berupa film Suncatchers
yang diakses melalui website yang disediakan pihak perfilman tersebut. (2) Studi
Kepustakaan, diantaranya bersumber dari buku, dokumen privat perusahaan,
jurnal, internet, atau literatur lainnya yang didapatkan dari berbagai sumber, yang
dianggap relevan dengan topik penelitian.
Daftar Pustaka
Ardianto& Komala. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
Cangara, Hafied. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Cateora, Philip R & Graham, John. (2007). Pemasaran Internasional. Jakarta: Salemba Empat
Endraswara, Suwardi (2003). Metodologi penelitian sastra: epistemologi, model, teori, dan
aplikasi. Jakarta: Pustaka Widyatama
Effendy, Heru. (2002). Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser. Jakarta: Erlangga
Hoed, Benny. (2008). Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu
Kriyantono, Rachmat. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Lechte, John. (2001). 50 Filsuf Kontemporer: Dari Strukturalisme sampai
Postmodernitas. Yogyakarta: Kanisius. hal. 130-137
Sobur. (2003). Semiotika Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Stokes, Jane. (2003). How to do Media and Cultural Studies. London: Sage Publications
Tim FIP- UPI. (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Anda mungkin juga menyukai