Anda di halaman 1dari 3

Indonesia Banjir Hoax di Tahun 2016

Banjir, ya mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan situasi yang
sedang berlangsung di Indonesia selama pertengahan tahun hingga akhir 2016
silam. Masyarakat merasa terbiasa oleh berita-berita yang berlalu-lintas
dihadapannya tanpa mencari kebenaran dari isi berita tersebut. Bahkan yang lebih
menyedihkan sumber yang dibaca pun tidak bisa ditemukan kebenarannya.
Sebelum berlanjut pada pembahasan, mari kita membahas apa kata ‘hoax’
terlebih dahulu. Awal mula hoax menjadi suatu trend berasal dari film ‘The
Hoax’, film drama Amerika yang menjadi kontroversial sebagai film yang penuh
dengan kebohongan. Wikipedia mengartikan kata ‘hoax’ sebagai pemberitaan
palsu yang bertujuan menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk
mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta mengetahui bahwa beritanya tersebut
itu palsu.
Masyarakat terlanjur buta atas pemberitaan yang beredar di sekitar,
sehingga mereka merasa apa yang ada di pemberitaan itu benar adanya. Mungkin
ada beberapa masyarakat yang paham akan kondisi pemberitaan yang beredar
namun hal itu berbanding jauh dengan masyarakat yang apatis untuk mencari
kebenaran. Kita lihat saja di media sosial dewasa ini yang banyak digandrungi
oleh masyarakat khususnya di Indonesia, banyak yang menyebar pemberitaan dari
website yang terlihat meragukan. Hal yang lucu lagi banyak yang percaya akan
sebuah ‘like’ untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.
Terlihat dari kejadian tersebut, masyarakat masih awam dalam surfing di
dunia maya, mudah mempercayai akan hal baru yang mereka lihat secara online
dibandingkan secara langsung. Kebudayaan pun tergeser dari mereka yang suka
membaca surat kabar seperti koran, sekarang lebih memilih untuk membaca surat
kabar secara online yang tidak jelas siapa penanggung jawab dari pemberitaan
tersebut walau memang ada beberapa yang memverifikasi berita tersebut.
Sekelas pemimpin negara saja sampai terkena imbas ‘ombak’ hoax yang
menerpa masyarakat. Indonesia terlihat lugu atas pemberitaan hoax tersebut, dan
juga berita tersebut memang dituju-kan kepada pengguna media sosial yang ada.
Hal ini sudah berlangsung lama, namun yang paling gencar terlihat ketika moment
Pemilihan umum sedang berlangsung. Ada sebuah pernyataan yang membuat
terenyuh akan kalimat tersebut ‘kebohongan yang dilakukan secara massif, lama-
lama akan dianggap kebenaran’ ternyata itu yang menjadi tolak ukur masyarakat
saat ini yang resiko terbesarnya memecah belah bangsa karena etika komunikasi
yang tidak berjalan dengan baik. Ilusi tentang kebenaran dibuktikan secara
empiris pada tahun 1977. Peneliti di Amerika membuat kuis untuk mahasiswa
tentang benar atau salahnya sebuat pernyataan. Hanya dengan mengulang sebuah
pernyataan, cukup untuk meningkatkan kepercayaan mahasiswa akan
kebenarannya.
Dimana kebenaran yang sejati menjadi sebuah sampah dan sampah
menjadi makanan favorit untuk diikuti setiap hari. Hal yang mengejutkan lagi
bahwa penyebaran hoax dilakukan karena memberikan keuntungan bagi pribadi
yang menyebarkannya, dan ada pula pegawai pemerintah yang mengundurkan diri
hanya untuk menjadi admin di sebuah situs yang menyebarkan berita hoax karena
memberikan keuntungan lebih besar dari upah tempat bekerjanya yang lalu.
Sumber :
- http://style.tribunnews.com/2016/12/03/oknum-mahasiswa-dan-pns-ini-
tangani-portal-berita-hoax-keuntungannya-sampai-rp-700-juta-
setahun?page=3
- http://www.tribunnews.com/techno/2016/12/02/ada-oknum-pns-dituding-
jadi-pengelola-situs-berita-hoax
- https://m.tempo.co/read/news/2016/12/08/095826385/hasil-penelitian-
berita-bohong-pengaruhi-opini-pembaca
- https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberitaan_palsu

Anda mungkin juga menyukai