PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial, Ilmu Politik dan Ilmu Hukum
Universitas Serang Raya
Disusun Oleh :
Muhammad Ihsan
51118092
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Film merupakan sebuah gambaran yang bergerak dan dapat juga disebut sebagai
transformasi kehidupan masyarakat, karena melalui film kita dapat melihat gambaran
atau cerminan yang sebenarnya. Sebagai gambar yang bergerak, film adalah
reproduksi dari kenyataan seperti apa adanya atau bisa dianggap oleh beberapa orang
sebagai kisah nyata. Setiap film yang dibuat atau diproduksi pasti menawarkan suatu
pesan yang diharapkan, jangan sampai inti pesan tidak tersampaikan tapi sebaiknya
efek negatif dari film tersebut justru secara mudah diserap oleh penontonnya.
Pesan moral merupakan hal yang penting dalam setiap narasi cerita termasuk
dalam film-film yang ditampilkan dalam layar lebar. Pesan Moral adalah pelajaran
moral atau pesan yang di dapat dari suatu kejadian, pengalaman seseorang, atau dari
sebuah Film yang dapat memberikan pelajaran hidup bagi penonton dan bagi orang
Film juga bisa digunakan untuk menyampaikan pesan tertentu dari si pembuat
film itu sendiri. Beberapa studio dan perusahaan juga menggunakan film untuk
juga merupakan bentuk ekspresi, pemikiran, ide, konsep, perasaan dan suasana hati
dari seorang manusia yang divisualisasikan dalam film. Untuk saat ini, Indonesia
yang semakin bersaing dalam pembuatan film memilih untuk menonjolkan film yang
mengandung pesan-pesan di dalamnya. Kita bisa lihat sendiri film Indonesia sudah
banyak tayang bahkan di bioskop luar negeri. Disini menandakan bahwa Indonesia
tidak lagi asal dalam membuat film, akan tetapi harus memiliki kualitas untuk para
penontonnya. Namun seperti yang kita ketahui seiring dengan kebangkitan film pula,
muncul film-film yang mengumbar seks, kriminal, dan kekerasan. Akan tetapi, bukan
Baru-baru ini salah satu film lokal berjudul Ambu, yang digarap Skytree Pictures
dan disutradarai oleh Farid Dermawan. Film ini mengisahkan perempuan tiga
perhatian. “Ambu” yang dalam bahasa Sunda berarti Ibu, mengisahkan tentang
masyarakat suku Baduy, Ambu Misnah (Diperankan oleh Widyawati) yang tinggal
berdua bersama putrinya, Fatma (Laudya Cynthia Bella). Suatu hari, Fatma terpikat
dengan pemuda Jakarta bernama Nico (Baim Wong) dan memutuskan ikut
Fatma dan Nico memiliki seorang putri bernama Nona (Lutesha Shadewa). Karena
suatu alasan yang kuat, akhirnya Fatma memutuskan pulang ke Baduy bersama Nona.
Pertemuan Ambu Misnah, Fatma, dan Nona memunculkan konflik tiga generasi
yang terkesan klasik karena perbedaan usia, latar belakang, dan tempat tinggal.
Konflik juga sempat memanas ketika Nona mulai akrab dengan seorang pemuda asli
suku Baduy bernama Jaya (Andri Mashadi). “Ambu adalah tentang kegetiran
sekaligus keindahan cinta kasih. Bagaimana ibu tak hanya jadi semesta pertama, ia
terus ada dan siap menjadi semesta terakhir kita,” kata Titien, yang juga merangkap
sebagai produser film Ambu, dalam keterangan tertulis yang diterima biem.co, Kamis
Namun, yang dapat berhasil menarik perhatian publik dengan alur Film Ambu
ialah cerita yang mengedepankan tentang bagaimana banyaknya kasih yang diberi
seorang ibu kepada anaknya tanpa sedikit balasan yang ia terima, bukan hanya cerita
yang bisa mengaduk-aduk perasaan, Ambu juga merupakan film komersial pertama
di Indonesia yang mengambil latar belakang suku Baduy dengan proses syuting 32
hari. Sehingga film ini menawarkan sudut pengambilan gambar yang istimewa dan
memanjakan mata, dengan eksplorasi kecantikan alam Baduy. Sebuah wilayah yang
memukau. Oleh sebab itu isi dari film Ambu sendiri banyak menyuguhkan pesan
yang sangat baik untuk seluruh masyarakat dari berbagai kalangan agama yang ada di
Indonesia. Salah satu cuplikan dialog dalam film Ambu yang mengandung nilai
moral, yaitu :
“Hanya Ibu yang selalu menatap kita dengan kasih, bahkan ketika mata
cuplikan adegan dan dialog yang terkandung dalam film tersebut. Pesan moral yang
akan diteliti meliputi, sabar, pendidikan budaya, kerja keras, rasa peduli terhadap
Di era modern ini film bukan hanya harus menaikkan rating semata, film juga
harus menjadi sarana rekreasi dan edukasi, serta film juga harus berperan sebagai
penyebarluasan nilai-nilai budaya baru. Film merupakan karya yang lahir dalam
sebuah proses kreativitas. Membuat sebuah film bukanlah hal yang mudah, para
pembuat film butuh waktu yang panjang untuk menemukan sebuah ide-ide dan
konsep yang matang untuk film tersebut agar menghasilkan film-film yang
berkualitas. Sekarang, banyak film yang diadaptasi dari sebuah novel namun, tetaplah
bukan hal yang mudah untuk si pembuat film. Mereka harus lebih cerdas lagi agar
cerita terlihat menarik dan bahasanya dikemas secara ringan sehingga membuat
menontonnya.
Semiotika atau juga disebut semiologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari
tanda (sign). Yang kita ketahui tanda memiliki bentuk yang bermacam-macam dalam
kehidupan sehari, di antaranya bisa berwujud simbol, lambang, kode, isyarat, sinyal.
Film merupakan bidang kajian yang amat relavan bagi analisis struktural atau
semiotika. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda yang saling bekerja sama
dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Film berbeda dengan fotografi.
Film memiliki suara dan juga gambar. Dalam film tanda-tanda ikonis digunakan
realitas yang ditujunya. Ikonis bagi realitas yang dinotasikan merupakan gambar yang
berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek
yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara: kata yang
gambar) dan musik film. Sebagai fungsi dari media massa film juga memiliki fungi
sebagai media informasi, penikmat film dapat mengambil informasi dari film tersebut
Film merupakan media hiburan dan film juga merupakan sebuah alat persuasi
karena banyak adegan-adegan dalam film yang mengandung makna ajakan. Maka
dari itu, film yang ditayangkan harus sesuai kalangan umur yang menyaksikannya
agar tidak di salah artikan. Lembaga sensor film harus berperan ekstra agar film-film
yang ditayangkan di Indonesia tidak begitu memberi dampak negatif, karena kita tahu
banyak film-film lokal maupun film Internasional yang menampilkan adegan seksual
dan banyak para remaja yang usianya belum mencapai 18 tahun dapat dengan mudah
menontonnya. Ini akan memberikan dampak yang buruk, karena para remaja yang
usianya masih dibawah 17 tahun masih dikatakan labil dan mereka masih mencari jati
diri mereka sehingga apa yang mereka lihat biasanya akan mereka ikuti tanpa
Peneliti tertarik untuk meneliti tentang film Ambu karena begitu banyak
pelajaran yang dapat diambil dalam film ini tentang kesabaran, kerja keras dan rasa
kepedulian terhadap sesama yang dapat menambah wawasan kita. Selain itu film ini
memunculkan nilai moral, nilai pendidikan budaya, nilai religius, dan nilai sosial.
Film ini tidak hanya memberikan hiburan kepada khalayak tetapi juga menyajikan
pesan-pesan mendidik yang kini jarang dimunculkan dalam film-film indonesia. Film
“Ambu” termasuk dalam film yang bermutu dan edukatif melihat dari segi visual dan
segi isinya, dan film ini juga merupakan film komersial pertama di Indonesia yang
mengambil latar belakang suku Baduy yang ada di Kabupaten Lebak, Banten.
Berdasarkan latar belakang film di atas, perlu adanya sebuah penelitian secara
mendalam pada aspek yang disampaikan dalam film ini, guna memahami denotasi,
konotasi, dan mitos apa yang akan disampaikan dalam sebuah film melalui
pendekatan semiotika Roland Barthes. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti
masalah mengenai pesan moral yang terdapat dalam scene film tersebut dan makna
denotasi, konotasi dan mitos di dalam film Ambu menggunakan analisis semiotika
Roland Barthers. Melalui analisis Roland Barthers peneliti dapat melihat mengenai
bagaimana pesan moral yang disampaikan dalam film Ambu. Semiotika dipilih oleh
bangun pada Film tersebut. Dalam industri perfilman, ada pesan atau simbol-simbol
yang ingin disampaikan untuk masyarakat luas melalui film. Dari penjelasan tersebut,
maka peneliti mengambil judul “Analisis semiotika Pesan Moral dalam Film
Ambu”
a) Dalam film Ambu terdapat pesan-pesan yang disampaikan dan pesan tersebut
b) Dari scene tersebut akan diuraikan pesan moral yang menjadi fokus peneliti.
Akan diuraikan menggunakan teori yang peneliti pakai dengan cara meneliti
scene tersebut dan membaginya kedalam makna denotasi, konotasi dan mitos.
Untuk lebih fokus maka dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan
hanya pesan moral melalui makna denotasi, konotasi serta mitos dalam film Ambu.
2. Makna denotasi, konotasi, dan mitos apa yang terdapat dalam film Ambu?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui isi pesan moral yang terdapat dalam film Ambu.
2. Untuk mendeskripsikan pesan moral yang terdapat dalam film Ambu dilihat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Akademis
fakultas ilmu sosial, ilmu politik, dan hukum (FISIPKUM) Universitas Serang
3. Manfaat praktis
serupa dalam melakukan telaah simbol-simbol pada film, selain itu semoga
pembahasan yang ada pada skripsi ini secara menyeluruh. Bagian Utama terbagi atas
Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
Kajian pustaka ialah bab yang berisi tentang penelitian terdahulu, landasan teori yang
Metode penelitian yang berisi tentang metode apa yang digunakan, waktu dan lokasi
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian sejenis terdahulu diteliti oleh Ishmatun Nisa dengan judul skripsi
Analisis Semiotika Pesan Moral Dalam Film Jokowi, berasal dari jurusan Ilmu
Rumusan masalah pada penelitian tersebut adalah Bagaimana representasi objek dan
interpretasi yang terdapat dalam film Jokowi metode penelitiannya adalah Kualitatif
moral dalam berbagai sisi kehidupan melalui tanda-tanda yang muncul/ baik visual
maupun verbal di dalam masing-masing ceritanya. Seperti seorang aak yang cerdas,
pesan moral dalam film Rudy Habibie dipresentasikan yang kemudian menghasilkan
pesan moral. Peneliti ini menggunakan metode Kualitatif dengan pendekatan analisis
semiotika Roland Barthes, mengambil subjek yang difokuskan kepada tokoh Rudy
dengan dilihat melalui segi Denotasi (Signifier) menjelaskan hubungan penanda dan
petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit dan mitos. Penelitian ini
menunjukkan bahwa representasi pesan moral didalam film Rudy Habibie ini adalah
judul “Pesan Moral Dalam Film Keluarga Cemara” (analisis semiotika roland
dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo Tujuan penulisan ini
adalah (1)Bagaimana Makna denotasi, konotasi serta mitos dalam film keluarga
cemara. (2) Bagaimana pesan moral yang terkandung dalam film keluarga cemara
yang mana dianalisis dengan menggunakan semiotika roland barthes. Dari tujuan
yang ditulis berhasil ditemukan pesan moral dengan menggunakan 3 metode analisis
(1) Makna denotasi dalam film ini menggambarkan kisah keluarga dengan segala
probematika kehidupannya. Makna konotasi dalam film ini adalah tidak selamanya
harta menjamin kebahagian dalam kehidupan suatukeluarga karena harta yang paling
berharga dalam hidup adalah keluarga. Makna mitos dalam film ini adalah tidak ada
masalah jika tidak ada jalan keluarnya dan kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan
seberapa banyak harta yang dimiliki tetapi dengan seberapa besar seseorang bisa
mensyukuri nikmat yang diberi. (2) Pesan moral yang terkandung dalam film
keluarga cemara ini adalah pesan moral keluarga yang mana tugas orang tua adalah
mendidik anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang lebih baik serta tugas seorang
anak yaitu mencintai kedua orang tuanya dengan sepenuh hati. pesan moral pribadi
adalah suatu hal yang paling dekat dengan diri dan bagaimana seseorang mampu
Munayaroh
Ishmatun Nisa Bagus Fahmi Weisarkunai Muhammad Ihsan
ITEM
(2014) (2017) (2022)
(2021)
No 1 2 3 4 5
1. Judul Analisis Semiotika Representasi Pesan Moral Pesan Moral Dalam Analisis Semiotika Pesan
Pesan Moral Dalam Dalam Film Rudy Habibie Film Keluarga Moral Dalam Film
3. Tujuan Penelitian Mengetahui dan Untuk melihat bagaimna (1)Bagaimana Makna Untuk melihat bagaimna
memahami representasi pesan moral dalam film denotasi, konotasi pesan moral dalam film
objek dan interpretasi Rudy Habibie serta mitos dalam Ambu dilihat dari segi
film Jokowi agama, sopan santun, ramah cemara. dengan Tuhan, hubungan
barthes.
dalam film
2.2 Landasan Konseptual
dimana unsur dasar bahasa visual (yang menjadi kekuatan) utama dalam
penyampaian pesan yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan
arti, makna atau pesan. (Awaliyah ratna Sri, 2019). Menurut Michael kroeger,
visual communication adalah latihan teori dan konsep melalui visual dengan
Pada awalnya komunikasi visual menjadi sebuah ilmu saat Stafford (1996),
pandangan ini mendominasi hampir di setiap disiplin ilmu (Alfatony & Dani,
2021). Hal ini juga berati bahwa apapun yang kita lihat secara visual makna yang
dihasilkan dari proses berpikir. Maka ilmu komunikasi visual merupakan ilmu
yang tersebar.
dengan seni rupa, simbol, fotografi, tipografi lukisan, desain grafis, ilustrasi, dan
media yang dapat menarik perhatian, juga menciptakan media komunikasi yang
efektif agar dapat diapresiasi oleh komunikan atau orang lain. Dan komunikasi
unsur rupa (visual) pada berbagai media seperti percetakan atau grafika, marka
grafis, papan reklame, televisi, film atau video, internet, serta yang lainnya.
perhatian karena point of interest sangat mencolok sehingga pesan yang ingin
diterima tidak terlalu berat atau informasi berat yang dikemas ringan. Dengan
yang disampaikan bisa jadi bernilai tinggi, namun dikemas lebih sederhana,
tersebut jelas bahwa film termasuk bagian komunikasi visual karena menyajikan
gambar bergerak yang dapat dilihat secara visual dan memiliki makna yang ingin
disampaikan kepada penonton. Namun usnur-unsur dalam film tak hanya sebuah
keseluruahan cerita. Dengan adanya suara dalam film membeikan suasana film
menjadi hidup.
merupakan cabang dari komunikasi visual karena dalam sebuah film terdapat
dapat menghidupkan suatu cerita dalam film dan dapat memberikan efek yang
2.2.2 Film
Film adalah suatu karya melukis gerak dengan cahaya, Seseorang yang
melukis gerak dengan cahaya membutuhkan alat yang disebut dengan kamera.
Selain itu film adalah media yang paling efektif digunakan dalam menyampaikan
pesan dan informasi, karena film merupakan sebuah media komunikasi. Film
efendy film diartikan sebagai sebuah budaya dan alat ekspresi kesucian,yang
terdiri dari deretan gambar dan suara yang sertamemiliki alur cerita tertentu. Suara
yang dimaksud dalam film adalah narasi,dialog serta background yang berada
Film telah menjadi media komunikasi audio visual yang akrab dinikmati
oleh segenap masyarakat dari berbagai rentang usia dan latar belakang sosial.
Kekuatan dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen sosial, lantas
khalayaknya. Hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier.
muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang
muncul terhadap perspektif ini didasarkan oleh argument bahwa film adalah potret
dari masyarakat dimana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang
gambar atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh
lapisan kimiawi peka cahaya. Ada banyak sekali literature yang menjelaskan film,
yang universal. Menurut buku yang berjudul ”5 Hari Mahir Membuat Film”
bergerak membentuk suatu cerita atau juga bisa disebut Movie atau Video. Ada
banyak sekali keistimewaan media film, beberapa diantaranya adalah: Film dapat
membuat perubahan.
Sebuah film memberi dampak pada setiap penontonnya, baik itu dampak
positif maupun dampak negatif. Melalui pesan yang terkandung di dalamnya, film
langsung atau tidak langsung). Tidak sedikit film yang mengangkat cerita nyata
para penontonnya. Sebagai gambar yang bergerak, film adalah reproduksi dari
sebuah cerita yang ada pada film tersebut guna untuk menyampaikan makna dan
terdapat adegan visual yang berbeda beda maka akan mengasilkan makna yang
suaminya yang baru saja meninggal, maka anak-anaknya pun merasa murung.
Dan perempuan itu merasa dunia berhenti. Dari gambaran tersebut kita bisa
Maka akan menjadi berbeda. Dalam versi pertama kita bisa menunjukan
warna-warna yang berbeda seperti cerah di hari yang cerah dan menggunakan
suara ombak yang lembut dan tawa anak anak sebagai penggambarkan suasana
yang tervisualkan. Kemudian dalam versi kedua, warna tersebut bisa di hilangkan
dan membuat seluruh objek hitam. Lngit tertutup awan gelap terdengar teriakan
anak-anak yang saling mengejar. Dalam film variable estetika yang berbeda dapat
memberikan konteks yang berbeda pula. Disatu sisi suasana gembira, hangat di
Maka dari itu film merupakan salah satu media visual karena di dalamnya
pesan-pesan non verbal seperti ekspresi wajah, gerak tubuh, latar dan lain –
lainnya. Dalam film walaupun terdapat suara namun juga sebagian besar
1. Pencahayaaan
menunjukan benda-benda apa yang terlihat dan dimana benda itu berada.
yang berbeda pula. Sudut jalan yang terang dengan sudut bayangan
kurang penerangan.
2. Warna
Warna memiliki tiga fungsi utama : (a) Memberi lebih banyak informasi
Aspek rasio adalah hubungan antara lembar dan tinggi gambar pada layar
empat kali tiga, yang berati empat lembar dan tiga tinggi. Layar Film
Tiga dimensi di sini seperti zoom out yang menempatkan lensa kedalam
Objek yang dekat dengan kamera tampak jauh lebih besar daripada objek
5. Time Motion
perbedaan ontologis mendasar antara video dan film. Video dan film
6. Suara
peluit, suara jangkrik saat malam) di mana suatu peristiwa terjadi (Suara
lalu lintas menunjukan persimpangan pusat kota), dan apa peristiwa itu
media komunikasi visual yang memiki elemen yang dapat mempengaruhi makna.
Berbeda penyajian cahaya, warna, ruang dan suara akan berbeda pula makna yang
dihasilkan. Oleh karena itu, didalam film yuni terdapat banyak kombinasi elemen
Terdapat dua unsur yang membantu kita untuk memahami sebuah film di
dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembentukan film (dalam Krissandy
2014:13).
a. Unsur Naratif
Berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Oleh karena itu,
setiap film tidak akan pernah lepas dari unsur naratif. Unsur ini meliputi
pelaku cerita atau tokoh, permasalahan dan konflik, tujuan, lokasi, dan
waktu.
1. Pemeran/tokoh
Dalam film, ada dua tokoh penting untuk membantu ide cerita yaitu
dalam cerita menjadi lebih rumit atau sebagai pemicu konflik cerita.
3. Tujuan
sebuah harapan dan cita-cita dari pemeran utama, harapan itu dapat
4. Ruang/lokasi
Ruang dan lokasi menjadi penting untuk sebuah latar cerita, karena
cerita.
b. Unsur sinematik
film.
seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan penonton, jenis film pun
semakin beragam. Untuk sekadar menampilkan jenis film yang dibuat, jenis film
berbagai tema, dan mengklasifikasikan jenis film teater melalui tema ini
yaitu:
2. Film Spikodrama
3. Film Komedi
intelektual.
4. Film Musik
Jenis film ini berkembang bersamaan dengan pengenalan
Singkatnya, film jenis ini adalah film yang dibuat dengan realitas
orisinal, bukan fiksi. Selain itu, ini bukanlah sarana hiburan. Film jenis
1. Film Dokumenter
2. Film Pendidikan
3. Film Animasi
2.2.3 Sinematografi
karakteristik jarak. Jarak yang dimaksud adalah dimensi jarak kamera terhadap
obyek dalam frame. Kamera secara fisik tidak perlu berada dalam jarak tertentu
kamera terhadap objek dikelompokan menjadi tujuh, yaitu: (Pratista, 2011: 104-
106)
1. Extreme long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh dari
2. Long shot Pada jarak long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas
3. Medium long shot Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut
seimbang.
4. Medium shot Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari
mendetil bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung dan bagian
lainnya.
Film pada umumnya mengangkat sebuah tema atau fenomena yang terjadi
digunakan dalam film mengisyaratkan pesan kepada penonton dan setiap isyarat
yang diterima akan berbeda namun apabila cerita yang diperankan memang sudah
membentuk satu pokok makna dalam hal ini makna cerita yang ditampilkan
(Sobur, 2020:128).
Film merupakan bidang kajian yang sangat relevan untuk analisis semiotika
karena film dibangun dengan berbagai tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai
sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang
hanya mengetahui makna dari film secara menyeluruh, tetapi ketika film tersebut
dianalisis, banyak sekali makna denotasi, konotasi, dan mitos (Wirianto, 2016:27)
yang berarti “tanda” atau “sign” dalam Bahasa Inggris ini adalah ilmu yang
mempunyai makna antara lain: kata (bahasa), ekspresi wajah, isyarat tubuh, film,
sign, serta karya sastra yang mencakup musik ataupun hasil kebudayaan dari
manusia itu sendiri. Tanpa adanya sistem tanda seorang tidak akan dapat
sebuah ide atau penanda (signified). Penanda (signifier) adalah aspek material dari
bahasa: apa yang dikatakan atau dengan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda
(signified) adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Suatu penanda tidak
berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda
tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang
ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan demikian merupakan suatu faktor
Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan di
terstruktur dari tanda (Barthes, 1988; 179 dalam Kurniawan, 20011). Tanda-tanda
(signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Suatu tanda menandakan sesuatu
selain dirinya sendiri,dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu obyek
yang berarti kebiasaan, adat. Kata “mos” (mores) dalam bahasa Latin sama artinya
dengan etos dalam bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia, kata moral
untuk menentukan sebuah batas-batas dari sifat peran lain, kehendak, pendapat
atau batasan perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik
maupun buruk. Kata 'moral' sama dengan kata 'etika', karena kedua kata tersebut
sama-sama mempunyai arti kebiasaan, adat. Moral itu sendiri dapat diartikan
sebagai : nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
berhubungan dengan moral yang merupakan kata berimbuhan yang berasal dari
kata 'moral', yaitu 'moralitas'. 'Moralitas' adalah sifat moral atau keseluruhan asas
dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Jadi, Moralitas suatu perbuatan
artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan. Moral juga berarti ajaran tentang baik
buruk perbuatan dan kelakuan. Dari asal katanya bisa ditarik kesimpulan bahwa
moral mempunyai pengertian yang sama dengan kesusilaan, yang memuat ajaran
tentang baik buruknya perbuatan. Jadi, perbuatan itu dinilai sebagai perbuatan
yang baik atau perbuatan yang buruk. Dengan kata lain, moral adalah suatu
umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu
mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. (Dalam
Nurudin: 2013)
hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila. Sedangkan Baron, dan lainnya
berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar.
yang diakui. Akan tetapi, baik buruk itu dalam hal-hal tertentu masih bersifat
relavan untuk kita) sama dengan “etika” yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.(Bartens, 2013: 7)
kualitas dari manusia tersebut. Nilai dan norma itu menjadi acuan untuk manusia
merupakan proses manusia bisa mengenal nilai dan norma yang terdapat di
kehidupan.
tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan atau nilai luhur yang ingin
Budaya adalah totalitas pola kehidupan manusia yang lahir dari pemikiran
ditransmisikan bersama. Budaya merupakan hasil cipta, karya dan karsa manusia
yang lahir atau terwujud setelah diterima oleh masyarakat atau komunitas tertentu
serta dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari dengan penuh kesadaran tanpa
(Faturarohman, 2015:48).
(Herminanto, 2011:24).
2.2.7 Religi
pengertian religius. Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam
agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Setiap orang pasti
memiliki kepercayaan baik dalam bentuk agama ataupun non agama. Mengikuti
pendapat Nurcholis Madjid, agama itu bukan hanya kepercayaan kepada yang
ghaib dan melaksanakan ritual- ritual tertentu. Agama adalah keseluruhan tingkah
dalam tiga pengertian pokok yaitu ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban
moral, kumpulan asa atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika dapat diartikan
sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Secara umum etika sendiri dapat
diartikan sebagai peraturan, tindakan, norma, dan moral yang ada dilingkungan
masyarakat. Peraturan ini nantinya bisa dijadikan sebagai acuan dari perbuatan
dan perilaku manusia, apakah berperilaku baik ataukah berperilaku buruk. Oleh
karena itu etika adalah peraturan, tindakan, norma manusia untuk menentukan
a. Ciri-ciri etika
b. Jenis-jenis etika
1. Etika filosofis yaitu etika yang bersumber dari aktivitas berpikir yang
dilakukan manusia.
2. Etika teologis ini sangat erat kaitannya dengan agama dan ajaran agama
konkret khususnya dalam hal interaksi yang menyebabkan penyesuaian diri secara
timbal balik antar manusia yang satu dengan yang lain. Manusia merupakan
makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, tapi sangat membutuhkan peran orang
lain. Jadi, hubungan antar sesama manusia dalam lingkungan sosial adalah
hubungan interaksi antara seseorang dengan orang lain yang saling membutuhkan
hidupnya dengan tepat. Sebagai makhluk individu manusia memiliki akal, rasa
tujuan hidup yang sama adalah untuk mencapai kebahagiaan hati bersama.
kebahagiaan pribadi. Interpretasi dari hubungan manusia dengan diri sendiri yaitu
bagaimana kita mampu mengenal lebih dalam diri sendiri, apa tujuan yang ingin
Barthes karena teorinya lebih kritis daripada teori semiotika lainnya. Menurut
memaknai hal- hal (things). Memaknai, dalam hal ini tidak dapat disamakan
membawa informasi, dalam hal mana obyek- obyek itu hendak berkomunikasi,
tetapi juga mengkonsitusi struktur dari tanda. Barthes, dengan demikian melihat
signifikasi sebagai sebuah proses yang total dengan suatu susunan yang sudah
terstruktur. Signifikasi tidak terbatas pada bahasa, tetapi juga pada hal-hal lain di
Teori semiotika Barthes hampir secara harfiah diturunkan dari teori bahasa
menjadi ekspresi (E) dan signifie menjadi isi (C). Namun, Barthes mengatakan
bahwa antara E dan C harus ada relasi (R) tertentu sehingga membentuk tanda
(sign, Sn). Konsep relasi ini membuat teori tentang tand a lebih dari satu dengan
isi yang sama. Pengembangan ini disebut sebagai gejala meta-bahasa dan
penanda dan pertanda tidak terbentuk secara alamiah, melainkan bersifat arbiter.
Bila Saussure hanya menekankan pada penandaan dalam tataran denotatif, maka
sistem penandaan pada tingkat konotatif. Barthes juga melihat aspek lain dari
1. Signifier 2. Signified
(Penanda) (Pertanda)
Uraian peta Ronald Barthes diatas, terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri
atas penanda (1) dan petanda (2). Penanda merupakan tanda yang kita persepsi
(objekfisik) yang dapat ditunjukkan dengan foto yang sedang diteliti. Pada saat
yang bersamaan, makna denotatif yang didapatkan dari penanda dan petanda
adalah juga penanda konotatif (4) yaitu makna tersirat yang memunculkan nilai-
nilai daripenanda (1) dan petanda (2). Sementara itu petanda konotatif (5) menurut
Barthes adalah mitos atau operasi ideologi yang berada di balik sebuah penanda
(1). Konsep ini menjelaskan bahwa konotatif tidak hanya sekedar mempunyai
makna tambahan tetapi juga mengandung kedua bagian dimana denotasi akan
konsep Saussure yang hanya memiliki konsep pada makna denotasi. Konotasi
merupakan makna yang subjektif dan bekerja dalam tingkat subjektif sehingga
sebagai fakta denotatif. Karena itu, salah satu tujuan analisis semiotika adalah
terjadinya salah baca (misreading) atau salah dalam mengartikan makna suatu
nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos
juga terdapat pola tiga dimensi penanda, pertanda dan tanda. Namun sebagai
suatu sistem yang unik mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah
ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah suatu sistem pemaknaan
tataran kedua. Di dalam mitos pula, sebuah pertanda dapat memiliki beberapa
Dalam pandangan Barthes dengan konsep mitos dalam arti umum. Barthes
konotasi. Konotasi yang sudah terbentuk lama dimasyarakat itulah mitos. Barthes
juga mengatakan bahwa mitos merupakan sistem semiologis, yakni sistem tanda-
tanda yang dimakna manusia (Hoed, 2008:59). Mitos barthes dengan sendirinya
berbeda dengan mitos yang kita anggap tahayul, tidak masuk akal, ahistoris dan
lain-lainnya, tetapi mitos menurut Barthes sebagai type of speech (gaya bicara)
seseorang (NawirohVera,2014:26).