Anda di halaman 1dari 12

Sejarah Desain Grafis

Awal mula perjalanan sejarah mengenai desain grafis dapat ditelusuri melalui jejak peninggalan
manusia dalam bentuk lambang-lambang grafis (sign & simbol) yang berwujud gambar (pictograf)
atau tulisan (ideograf). Gambar mendahului tulisan karena gambar dianggap lebih bersifat langsung
dan ekspresif, dengan dasar acuan alam (flora, fauna,landscape dan lain-lain). Bangsa mesir termasuk
salah satu masyarakat yang pertama kali menciptakan media bentuk tulisan menggunakan gambar-
gambar yang lebih dikenal Huruf Hieroglyphe. Mereka menggunakan gambar-gambar tersebut unutk
menceritakan peristiwa besar yang terjadi pada jaman mereka.

Tulisan/aksara merupakan hasil konversi gambar, bentuk dan tata aturan komunikasinya lebih
kompleks dibandingkan gambar. Belum ada yang tahu pasti sejak kapan manusia memulai
menggunakan gambar sebagai media komunikasi. Manusia primitif sudah menggunakan coretan
gambar di dinding gua untuk kegiatan berburu binatang. Contohnya seperti yang ditemukan di
dinding gua Lascaux, Perancis.

Desain grafis sebagai media komunikasi sudah dikenal sejak masa prasejarah dan hampir setua
peradaban manusia. Hal ini dapat dilihat pada jaman paleo-lithicum di gua lascaux, Prancis selatan,
yang banyak ditemukan gambar-gambar binatang dan manusia pra sejarah. Gambar pada dinding
tersebut memang tidak dibuat untuk tujuan seni, tetapi lebih sebagai komunikasi visual untuk tujuan
ritual dan praktis demi kelangsungan hidup mereka. Meski demikian, pada saat manusia prasejarah
memilih media, menentukan awal goresan, dan memperhitungkan ukuran gambar, sebenarnya
mereka telah mendesain.
Lambang/aksara sebagai alat komunikasi diawali oleh bangsa Punesia (+ 1000 tahun SM), yang saat
itu menggunakan bentuk 22 huruf. Kemudian disempurnakan oleh bangsa Yunani (+ 400 tahun SM)
antara lain dengan mengubah 5 huruf menjadi huruf hidup. Kejayaan kerajaan Romawi di abad
pertama yang berhasil menaklukkan Yunani, membawa peradaban baru dalam sejarah Barat dengan
diadaptasikannya kesusasteraan, kesenian, agama, serta alfabet Latin yang dibawa dari Yunani. Pada
awalnya bangsa Romawi menetapkan alfabet dari Yunani tersebut menjadi 21 huruf : A, B, C, D, E,
F, G, H, I, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, V, dan X, kemudian huruf Y dan Z ditambahkan dalam
alfabet Latin untuk mengakomodasi kata yang berasal dari bahasa Yunani. Tiga huruf tambahan J, U
dan W dimasukkan pada abad pertengahan sehingga jumlah keseluruhan alfabet Latin menjadi 26.

Ketika perguruan tinggi pertama kali berdiri di Eropa pada awal milenium kedua, buku menjadi
sebuah tuntutan kebutuhan yang sangat tinggi. Teknologi cetak belum ditemukan pada masa itu,
sehingga sebuah buku harus disalin dengan tangan. Konon untuk penyalinan sebuah buku dapat
memakan waktu berbulan-bulan. Guna memenuhi tuntutan kebutuhan penyalinan berbagai buku
yang semakin meningkat serta untuk mempercepat kerja para penyalin (scribes), maka lahirlah huruf
Blackletter Script, berupa huruf kecil yang dibuat dengan bentuk tipis-tebal dan ramping. Efisiensi
dapat terpenuhi lewat bentuk huruf ini karena ketipis-tebalannya dapat mempercepat kerja penulisan.
Disamping itu, dengan keuntungan bentuk yang indah dan ramping, huruf-huruf tersebut dapat
dituliskan dalam jumlah yang lebih banyak diatas satu halaman buku.

Perkembangan proses cetak mencetak dimulai pada abad ke-15 dengan ditemukannya mesin alat
cetak oleh Johanes Gutenberg (1398-1468) di jerman. pada tahun 1455 di Mainz Jerman, untuk
pertama kalinya hasil cetakan yang dibuat adalah 42 baris kalimat yang diambil dari Bible
menggunakan jenis font Texture Blackletter. Pada perkembangan berikutnya, Aloys Senefelder
(1771-1834) menemukan tehnik cetak Lithografi. berbeda dengan mesin cetak Gutenberg yang
memanfaatkan tehnik cetak tinggi. Tehnik cetak Lithografi menggunakan tehnik cetak datar yang
memanfaatkan prinsip saling tolak antara minyak dan air. Tehnik ini memungkin kan melakukan
penggambaran secara lebih leluasa dalam bentuk blok-blok serta ukuran besar, juga memungkinkan
dilakukannya pemisahan warna. Pada masa inilah seni poster mulai berkembang dengan pesat. Masa
keemasan ini disebut sebagai The Golden Age of The Poster.

Sekarang ini, hal-hal mengenai desain grafis sudah berkembang dengan sangat cepat. Hal tersebut
terbukti dengan banyakanya software-software yang bisa digunakan dengan mudah untuk
mengembangkan desain grafis itu sendiri.

Jenis – Jenis Desain Grafis


Desain grafis sendiri juga memiliki beberapa jenis yang terbagi berdasarkan jenis kemampuannya.
Berikut adalah penjelasannya :

 Drafter
Jenis desain grafis berdasarkan jenis kemampuannya yang pertama adalah drafter. Drafter sendiri
maksudnya adalah desainer yang mana memang dikhususkan untuk membuat arsitektur dan rancang
bangun yang simetris dan digunakan untuk keperluan pembuatan sesuatu yang memerlukan ketelitian
tinggi dan rancangan yang presisi. Drafter dikhususkan pada orang orang yang ahli di software
(Autocad, Archicad, 3d revit architecture). Drafter sendiri angat dibutuhkan di dunia arsitektur dan
industri.

 Editor
Editor merupakan desainer yang khusus untuk membuat cover, sampul, banner, dan lain sebagainya.
Dan juga membuat karya karya desain grafis misalnya: brosur, kartu nama, pin, logo, poster, dan
yang lainnya. Editor adalah profesi yang memerlukan sentuhan pandangan dan imajinasi yang luas.
Dan software yang harus dikuasai adalah : Corel draw,Adobe Photoshop,Freehand,Illustrator. Sangat
dibutuhkan di dunia periklanan dan publikasi.

 Layouter
Layouter adalah desainer yang khusus untuk membuat tatanan layout sebuah majalah atau koran atau
publikasi yang lainya dan diharuskan mempunyai feel untuk tata letak agar enak dilihat. Sedangkan
aplikasi yang harus dikuasai adalah Adobe Page Maker, MS.Publisher, Adobe In Design. Sangat
dibutuhkan dipercetakan dan industri koran/buku/majalah.

 Art Director
Desainer khusus untuk membuat karya karya seni dari komputer yang bisa digunakan untuk visual
effects ataupun hanya untuk hiasan saja. Membutuhkan kreativitas tinggi untuk membuat karya
agung yang akan dibuat. Sedangkan software yang harus dikuasai adalah : Corel draw, Photoshop,
Photo paint, Art creator. Sangat dibutuhkan di dunia perfilman, seniman visualisator, foto editing
effects.

 Fotografer
Desianer khusus yang selain melakukan pengeditan foto juga merangkap sebagai fotografer, harus
memiliki talenta khas fotografer serta mampu mengedit foto sesuai event atau yang perfect.
Membutuhkan intelegensi tinggi kreativitas tinggi dan harus menguasai adobe
photoshop,ieworks,photo studio. Sangat dibutuhkan didunia fotografi, foto editor, wartawan, dsb.

 Animator
Desainer khusus bekerja pada bidang motion graphic, iklan atau film fantasi. Harus memiliki daya
tahan tinggi, pengetahuan yang cukup tinggi , pengalaman dan harus menguasai Macromedia Flash,
Adobe Flash, After Effects, 3d Maya, Gif Animator dan Corel Rave. Dibutuhkan di dunia
advertising, perfilman, pertelevisian.
 Visualisator
Desainer khusus untuk memberikan gambaran sebuah produk atau karya dalam bentuk real / 3d dan
harus memiliki kemampuan otak kanan yang cukup tinggi serta harus menguasai 3d Max, Autocad,
Swift 3d, Digital Clay. Sangat dibutuhkan di dunia visualisasi produk dan presentasi produk.

 Video Editor

Desainer khusus untuk mengedit video atau film dan juga merangkap sebagai video shooter, harus
memiliki imajinasi tinggi dan harus menguasai Adobe After Effects, 3d Maya, Adobe Premiere,
Ulead Video Studio, Sony Vegas, Pinneacle. Sangat dibutuhkan di dunia perfilman dan industri
musik.

 Integrated Desainer

Desainer khusus yang membutuhkan integrasi dengan programmer misalnya pembuatan game, cd
interaktif, web
desain, dsb. Integrated desainer diharuskan untuk menguasai hampir semua elemen desain. Sangat
dibutuhkan di industri informatika.
Unsur – Unsur Yang Terdapat Dalam Desain Grafis
Desain Grafis memiliki beberapa unsur berbeda yang terdapat di dalamnya. Unsur-unsur inilah yang
menentukan baik dan buruknya sebuah desain grafis. Berikut adalah penjelasannya.

 Garis (Line)
Garis merupakan unsur dasar dalam sebuah bentuk desain. Unsur garis adalah unsur yang merupakan
titik/poin yang saling terhubung dengan titik/poin lainnya yang akan membentuk sebuah bentukan
gambar garis seperti garis lurus, lengkung, zigzag, tidak beraturan, horizontal, vertikal, diagonal.

 Bentuk/Bidang (Shape)
Shape adalah sebuah bentukan yang memiliki bentuk seperti lingkaran (circle), kotak (rectangle),
segitiga (triangle) ataupun bentukan lain yang memiliki diameter tinggi dan lebar.

 Tekstur (Texture)
Pada desain grafis, tekstur merupakan tampilan dari sebuah gambar (desain) yang pada visualisasi
permukaannya memiliki suatu bentuk, corak dan pola yang bisa dilihat dan dicermati oleh mata
bahwa permukaan gambar tersebut terlihat halus, kasar, lembut. Contohnya terlihat seperti
permukaan kulit kayu, kain, dinding, canvas.

 Ruang/Jarak (Space)
Space adalah ruang atau jarak antara elemen-elemen yang terdapat pada desain grafis. Elemen-
elemen tersebut berupa object, background, dan text. Perpaduan antar elemen tersebut harus
disesuaikan space-nya sehingga desain yang diperoleh akan membuahkan hasil yang maksimal
karena memberikan kesan menarik dan profesional bagi mata yang melihat.

 Ukuran (Size)
Ukuran adalah unsur yang sangat penting dalam desain grafis. Ukuran dalam hal ini adalah panjang
dan pendek, tinggi dan rendah, serta besar dan kecilnya sebuah objek. Objek yang mau diperlihatkan
lebih dulu (ditonjolkan) akan memiliki ukuran lebih besar dari objek lainnya yang tidak ditonjolkan.
Sangat dianjurkan untuk melakukan pencocokan ukuran pada masing-masing objek atau teks yang
ada pada setiap desain supaya tidak terlihat aneh tetapi terlihat lebih sedap dan mantap untuk dilihat.
Contohnya deskripsi gambar tidak lebih besar dari gambar itu sendiri.

 Warna (Color)
Warna juga adalah unsur yang sangat kompleks untuk diperhatikan. Pemilihan warna menentukan
arah dan tujuan sebuah desain grafis, karena warna mewakili visual yang bisa dinilai oleh mata.
Ketika mata melihat ke warna yang kurang cocok atau tidak sesuai maka otomatis desain yang dibuat
akan ternilai tidak bagus atau tidak sesuai. Untuk itu perpaduan warna untuk sebuah desain sebaiknya
hanya di padukan pada warna yang bisa menyatu dengan warna latar atau objek ataupun teks.
Contohnya warna latar yang hitam bisa dipadukan dengan objek atau teks yang berwarna putih.
Terlalu banyak warna juga akan menimbulkan kesan norak (memiliki warna yang terlalu banyak).
Maka berhati-hatilah dalam memilih warna.

 Gelap-terang (Value)
Value merupakan unsur yang menentukan sebuah desain menjadi lebih indah dipandang mata atau
tidak. Value tersebut adalah gelap terangnya warna sebuah objek, background (latar), atau teks.
Sebuah warna yang akan diterangkan dapat menghasilkan warna yang lebih muda, sebaliknya sebuah
warna yang akan digelapkan dapat menghasilkan warna tua. Contohnya warna biru diterangkan akan
menghasilkan warna biru muda, dan sebaliknya jika digelapkan akan menghasilkan warna biru tua.
Begitu halnya dalam mendesain, harus, memiliki keahlian dalam melakukan value pada desain yang
dibuat dengan skala yang tepat dan sesuai dengan tujuan desain sehingga akan terlihat lebih
profesional.

Prinsip Desain Grafis

Seperti layaknya manusia, desain grafis juga memiliki prinsip. Yang mana prinsip yang ada pada
desain grafis harus ditampilkan agar desain yang dibuat bisa bersifat komunikatif dan mudah untuk
dimengerti. Berikut adalah beberapa prinsip yang ada pada desain grafis.

Kesederhanaan
Hal ini sangat logis demi kepentingan kemudahan pembaca memahami isi pesan yang disampaikan.
Dalam penggunaan huruf sebuah berita misalnya. Huruf judul (headline), subjudul dan tubuh berita
(body text) sebaiknya jangan menggunakan jenis font yang ornamental dan njilimet, seperti huruf
blackletter yang sulit dibaca. Desainer grafis lazim juga menyebut prinsip ini sebagai KISS (Keep It
Simple Stupid). Prinsip ini bisa diterapkan dengan penggunaan elemen ruang kosong (white space)
dan tidak menggunakan terlalu banyak unsur-unsur aksesoris. Seperlunya saja.

Keseimbangan
Keseimbangan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan dan
menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual. Prinsip keseimbangan ada dua, yaitu:
keseimbangan formal (simetris) dan keseimbangan informal.

Keseimbangan formal memberikan kesan sempurna, resmi, kokoh, yakin dan bergengsi.
Keseimbangan formal juga menyinggung mengenai konsistensi dalam penggunaan berbagai elemen
desain. Semisal wana logo. Dalam desain kartu nama desain dibuat dengan full color (F/C). Tetapi
dengan pertimbangan agar desain lebih variatif dan tidak membosankan, maka pada media desain
yang berbeda kita membuat logo tersebut dengan warna duotone. Nah, pada kondisi ini, gagasan
variasi desain sebaiknya tidak diperlukan. Apa jadinya kalau logo tersebut adalah logo sebuah
produk barang. Konsistensi juga sangat diperlukan sebagai kesan identitas yang melekat pada sebuah
merek produk. Kita tidak mau konsumen sampai lupa pada produk yang dijual. Sedangkan
keseimbangan informal bermanfaat menghasilkan kesan visual yang dinamis, bebas, lepas, pop,
meninggalkan sikap kaku, dan posmodernis.

Untuk menciptakan keseimbangan:

 Ulangi bentuk tertentu secara berkala, baik secara vertikal maupun horizontal.
 Pusat elemen pada halaman.
 Menempatkan beberapa visuals kecil di satu daerah untuk menyeimbangkan satu blok besar
gambar atau teks.
 Gunakan satu atau dua bentuk aneh dan membuat bentuk biasa.
 Keringanan teks potong-berat dengan terang, berwarna-warni visual.
 Meninggalkan banyak spasi besar sekitar blok teks atau foto gelap.
 Offset besar, gelap foto atau ilustrasi dengan beberapa lembar teks kecil, masing-masing
dikelilingi oleh banyak spasi.

Kesatuan
Kesatuan adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari
komposisi. Contohnya adalah ilustrasi, garis dan teks diberi raster sehingga memberikan kesan
kesatuan terhadap pesan yang dimaksud.

Untuk membuat persatuan:

 Gunakan hanya satu atau dua typestyles dan berbeda ukuran atau berat untuk kontras seluruh
publikasi, presentasi, atau situs web.
 Konsisten dengan jenis font, ukuran, dan gaya untuk judul, subheads, keterangan, headers,
footers, dll di seluruh publikasi, presentasi, atau situs web.
 Menggunakan palet warna yang sama di seluruh.
 Mengulang warna, bentuk, atau tekstur yang berbeda di seluruh wilayah.
 Pilih visuals yang berbagi serupa warna, tema, atau bentuk.
 Memperderetkan foto dan teks yang sama dengan grid baris.

Penekanan (aksentuasi)
Penekanan dimaksudkan untuk menarik perhatian pembaca, sehingga ia mau melihat dan membaca
bagian desain yang dimaksud. Kalau dalam konteks desain surat kabar ini bisa dilakukan dengan
memberikan kotak raster atas sebuah berita. Hal ini akan mengesankan pentingnya berita itu untuk
dibaca oleh pembaca. Atau juga membesarkan ukuran huruf pada judul berita, sehingga terlihat jauh
berbeda dengan berita lainnya. Penekanan juga dilakukan melalui perulangan ukuran, serta kontras
antara tekstur, nada warna, garis, ruang, bentuk atau motif.

Untuk membuat penekanan:

 Gunakan rangkaian merata spaced, persegi di samping foto yang digariskan foto dengan bentuk
yang tidak biasa.
 Letakkan bagian yang penting dari teks pada sudut melengkung atau sekaligus menjaga semua
jenis yang lainnya di kolom lurus.
 Gunakan huruf tebal, hitam untuk judul dan jenis subheads ringan teks dan banyak lainnya untuk
semua teks.
 Tempat yang besar di sebelah gambar kecil sedikit teks.
 Reverse (gunakan jenis putih) yang utama dari sebuah kotak hitam atau berwarna.
 Gunakan warna yang tidak biasa atau jenis font yang paling penting untuk informasi.
 Letakkan daftar yang ingin kita sorot di sidebar dalam kotak berbayang.

Irama (repetisi)
Irama merupakan pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni. Irama merupakan selisih antara
dua wujud yang terletak pada ruang, serupa dengan interval waktu antara dua nada musik beruntun
yang sama. Desain grafis mementingkan interval ruang atau kekosongan atau jarak antar obyek.
Misalnya jarak antarkolom. Jarak antar teks dengan tepi kertas, jarak antar 10 foto di dalam satu
halaman dan lain sebagainya.

Untuk membuat rhythm:


 Ulangi sejumlah elemen berbentuk mirip, bahkan dengan spasi putih di antara masing-
masing, untuk menciptakan sebuah ritme biasa.
 Ulangi rangkaian semakin besar elemen yang lebih besar dengan spasi putih di antara setiap ritme
yang progresif.
 Alternatif gelap, huruf tebal dan ringan, tipis jenis.
 Alternatif gelap halaman (dengan banyak jenis grafik atau gelap) dengan cahaya halaman (dengan
jenis lebih sedikit dan berwarna muda grafis).
 Mengulang bentuk yang sama di berbagai bidang sebuah layout.
 Ulangi elemen yang sama pada posisi yang sama pada setiap halaman yang dicetak penerbitan
seperti newsletter.

Proporsi (Proportion)
Proporsi termasuk prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian. Untuk memperoleh
keserasian dalam sebuah karya diperlukan perbandingan – perbandingan yang tepat. Pada dasarnya
proporsi adalah perbandingan matematis dalam sebuah bidang. Proporsi Agung (The Golden Mean)
adalah proporsi yang paling populer dan dipakai hingga saat ini dalam karya seni rupa hingga karya
arsitektur. Proporsi ini menggunakan deret bilangan Fibonacci yang mempunyai perbandingan
1:1,618, sering juga dipakai 8 : 13. Konon proporsi ini adalah perbandingan yang ditemukan di
benda-benda alam termasuk struktur ukuran tubuh manusia sehingga dianggap proporsi yang
diturunkan oleh Tuhan sendiri. Dalam bidang desain proporsi ini dapat kita lihat dalam perbandingan
ukuran kertas dan layout halaman.

Demikianlah penjelasan mengenai desain grafis mulai dari pengertian hingga prinsip yang harus ada
di dalamnya. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan bagi kita semua yang
membacanya.

Anda mungkin juga menyukai