Anda di halaman 1dari 5

Tugas Metodologi Desain: Tinjauan Desain dari Perspektif Sosial

Dosen: Drs. Martinus Legowo, M.Si.


Nama: Hangga Ganiadi 42408126

Desain Poster Sosial, Membangun Kesadaran Baru


Nurani Individual
Oleh: Sumbo Tinarbuko

Poster berdasarkan risalah Kamus Istilah Periklanan Indonesia adalah iklan warna
berukuran besar yang dicetak pada selembar kertas, kain dan ditempatkan pada panel,
dinding, atau kaca jendela. Poster bisa juga diartikan sebagai sebuah bentuk informasi
untuk khalayak luas yang berbentuk gambar. Sedangkan titik berat penekanannya
terletak pada unsur pesan yang dilontarkan kepada target sasarannya.

Poster merupakan salah satu media komunikasi visual berbentuk dua dimensional.
Kehadirannya bertujuan menyampaikan suatu pesan, keinginan, mengumumkan sesuatu
agar diketahui masyarakat dan mengingatkan mereka tentang hal-hal yang dianggap
penting.

Di samping tujuan tersebut, dalam praktik sehari-hari, penggunaan poster dibagi


dua. Pertama, poster komersial. Tugasnya mengkampanyekan suatu produk dagang
yang berorientasi pada profit, guna meningkatkan volume penjualan dan pemasaran
produk tersebut. Kedua, poster non komersial (sosial). Bertujuan melayani kepentingan
umum. Berguna sebagai media penyampai pesan atau penerangan. Tidak berbau bisnis.

Ditilik dari sejarahnya, poster merupakan bagian seni murni. Media ekspresi para
perupa, dengan salah satu ‘gembongnya’ Henri Toulouse Lautrec. Perkembangan
berikutnya poster dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis dan bentuk-bentuk komersial
lainnya. Hal itu sangat terasa setelah revolusi industri. Mengapa? Sebab pasca revolusi
industri berdampak pada kemajuan teknologi komunikasi, memaksa seni poster
dimanfaatkan sebagai seni kagunan. Artinya, dengan proses mesinisasi, memberi
peluang dan kesempatan bagi seni poster untuk mendukung penerbitan dan percetakan.
Di sini kebutuhan applied terasa sebagai media baru.

Poster sebagai seni terap semakin dibutuhkan semenjak adanya mass production
yang mengharuskan orang untuk memasarkan barang dalam konteks industrialisasi.
Paparan di atas ditinjau dari sudut pandang ekonomi dan komunikasi.

Sedangkan dari sisi kepentingan politik, ternyata poster menjadi media populer
pendukung spirit kebangsaan. Di masa revolusi fisik misalnya, kata-kata seperti
‘’bamboe roentjing siaap mengusir penjajah’’ atau poster dengan ilustrasi kepalan
tangan yang menguarkan pesan ‘’tetap merdeka!’’ merupakan seruan untuk membakar
semangat juang. Bangsa Indonesia waktu itu harus bertempur mati-matian,
mengerahkan segala daya dan upaya untuk mempertahankan kemerdekaan. Poster-
poster tersebut berperan sebagai media pendukung spirit kebangsaan.

Pasca Perang Dunia II, muncullah negara-negara berkembang berstatus merdeka.


Mereka melepaskan cengkeraman dari belenggu negara adidaya. Berkaitan dengan itu,
poster mereka manfaatkan sebagai media pembangunan. Artinya, poster digunakan
untuk mengajak masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam mengisi pembangunan.

Di Indonesia, poster mulanya digunakan untuk membangkitkan nasionalisme.


Zaman Orde Lama misalnya, poster dipakai sebagai alat komunikasi massa dalam
hubungannya dengan politik praktis.

Masuknya Penanaman Modal Asing (PMA), 1968, memberi suasana baru dalam
perekonomian Indonesia. Apalagi dengan hadirnya mesin offset yang bisa menghasilkan
separasi warna. Fenomena ini memberi estetika baru bagi dunia poster dalam konteks
applied art (seni kagunan).

Sebagai suatu kegiatan yang menyangkut alam pikiran dan perbuatan manusia
untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan ketika berhadapan dengan lingkungannya,
menjadikan desain poster sangat erat berhubungan dengan kebudayaan. Yakni
kebudayaan yang benar-benar dihayati, bukan kebudayaan dalam arti sekumpulan sisa
bentuk, warna dan gerak dari masa lampau dan yang pada masa kini dikagumi sebagai
benda asing terlepas dari diri manusia sendiri yang mengamatinya.

Persahabatan antara desain poster dengan manusia terletak pada tahapan


mengangkat harkat dan martabat manusia menjadi satu dimensi yang lebih tinggi. Sebab
desain dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan melalui metode berpikir.
Berlandaskan pada ilmu pengetahuan, bersifat rasional dan pragmatis. Ia lahir karena
ilmu pengetahuan modern telah memungkinkan timbulnya industrialisasi. Sifatnya tidak
bisa dilepaskan dari dua gejala yang saling berkait sebagai konsekuensi industrialisasi.
Semuanya adalah produk massa dan konsumsi massa hasil industrialisasi.

Titik tolak penciptaan poster sebagai applied art, karena dianggap kepanjangan
tangan dari sumber bisnis: pengusaha, produsen, atau pemerintah. Terkait dengan itu,
perkembangan teknologi baru selalu diantisipasi untuk kebutuhan bisnis komersial.
Karena itulah, poster tanpa teks atau pesan, tidak bisa jalan. Unsur verbal dan visual
sulit dipisahkan. Lalu bagaimana sistem pembagiannya, itu hanya masalah prosentase
saja. Akhir-akhir ini, dengan banyaknya saingan, orang mulai mengali bahasa visual
untuk dikembangkan sebagai daya tarik utama.

Dalam perkembangan berikutnya, bentuk poster kembali ke bentuk yang bersifat


simple. Poster sekarang untuk kepentingan komunikasi. Teknisnya bergaya ilustrasi.
Visualisasinya kembali seperti dulu, cenderung lebih sederhana. Poster sekarang boom
product. Isinya singkat, padat, dan mudah dimengerti oleh publik. Kecenderungan
semacam itu terjadi disebabkan karena apresiasi masyarakat terhadap desain poster
semakin tinggi.

Poster sebagai salah satu media komunikasi visual, keberadaannya dianggap oleh
sementara pihak sangat efektif. Karena poster dapat membawa masyarakat untuk
berkomunikasi dua arah. Efektivitas sebuah poster juga tergantung bagaimana pesan-
pesan tersebut disampaikan dalam kemasan bentuk informasi yang komunikatif, unik
dan persuasif.
Paparan di atas adalah narasi tentang desain poster komersial dengan segala atribut pro
dan kontra terhadap keberadaannya selama ini. Sebagai counter image atas wacana
desain poster komersial, beberapa praktisi desain komunikasi visual dan periklanan
menggagas munculnya desain poster sosial.

Dalam konteks ini, mereka melakukan eksperimen kreatif dan mencoba mengangkat
posisi karya desain komunikasi visual dari sekadar objek menjadi sebuah subjek.
Artinya, mereka berupaya mengangkat karya desain komunikasi visual menjadi sebuah
wacana yang bisa didiskusikan dalam perspektif lintas ilmu. Mereka berusaha
merancang desain sosial tersebut untuk melewati dimensi waktu. Ketika fungsi
informasi yang diemban oleh karya desain telah berakhir, keberadaan karya desain
sosial tersebut masih bisa dimikmati sebagai sebuah karya visual yang artistik, menarik
dan indah ketika di pajang disudut ruang kantor atau rumah tinggal.

Mereka memilih desain sosial sebagai wahana untuk mensosialisasikan pesan-pesan


sosial dengan asumsi dasar bahwa desain sosial sebagai wacana ekspresi artistik tidak
semata-mata mengabdi untuk kepentingan komersial dan kepanjangan tangan
kapitalistik, tetapi karya desain sosial sebagai sebuah karya seni tetap bisa dipajang,
dinikmati dan dipahami makna pesannya tanpa harus mengalami masa kadaluwarsa.

Secara sederhana, desain poster sosial diterjunkan sebagai alat untuk menyebarluaskan
pesan-pesan sosial kepada masyarakat dengan cara penyampaian yang berpedoman
pada metode periklanan komersial. Tujuannya agar kelompok tertentu dalam
masyarakat mau memikirkan, syukur-syukur turut terlibat secara aktif seperti yang
dimaksudkan oleh pesan tersebut. Misalnya, desain poster sosial gerakan Anti Narkoba,
Kesetaraan Jender, Pemberdayaan Perempuan, Trafficking, Ayo Sekolah, Subsidi
Listrik, Pemilu yang Jujur dan Adil, Kerusuhan Antarsuku, Kebakaran Hutan, Bencana
Alam, Kerukunan Agama, Ras dan Suku, Pelestarian Lingkungan Hidup, Konservasi
Hutan, Imunisasi Nasional, Membudayakan Pengunaan Helem dan Sabuk Pengaman,
Tertib Berlalulintas, Sosialisasi Uang Palsu, Demam Berdarah, Virus SARS, Pariwisata,
Bahaya Terorisme, Mencintai dan Menggunakan Produk dalam Negeri, Kebebasan Pers,
Sosialisasi HAKI, dan sebagainya. Biasanya tema-tema tersebut disesuaikan dengan
masalah nasional yang sedang aktual di tengah masyarakat.

Melalui desain poster sosial orang bisa diajak berkomunikasi guna memikirkan sesuatu
yang bersifat memunculkan kesadaran baru yang bersumber dari nurani individual
maupun kelompok. Di antaranya, hal-hal yang berorientasi tentang lingkungan hidup,
sosial kemasyarakatan, religiusitas agama, dan kebudayaan. Semuanya itu adalah
fenomena yang ada di seputar kita yang sebenarnya telah kita ketahui dan rasakan,
namun tak pernah terpikirkan karena mungkin tidak menghantui, menyangkut, bahkan
mengusik kepentingan kita secara langsung!

Sumbo Tinarbuko, Konsultan Desain dan Dosen Desain Komunikasi Visual FSR-ISI Yogyakarta.

Sumber:http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/2007/11/22/desain-poster-sosial-membangun-
kesadaran-baru-nurani-individual/
Diambil tanggal 25 November 2008

Anda mungkin juga menyukai