Ahmad Nashirrudin
Universitas Siber Asia
Jl. RM. Harsono, Ragunan - Jakarta Selatan (+6221) 27806189
ahmadnashirrudin@gmail.com
Abstrak sebuah desain grafis yang dicetak pada kertas atau bahan lainnya
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tanda verbal dan dan ditempelkan pada permukaan datar, sedangkan pada
visual serta makna dibalik tanda-tanda yang terdapat pada poster komposisinya sendiri terpadat gambar atau ilustrasi serta tipografi
lingkungan hidup. Pada umumnya didalam poster terdapat atau tulisan dan dibuat dengan warna yang kontras dan kuat. Poster
gambar yang memiliki warna dan gambar yang menarik yang bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, sosialisasi dan
bertujuan untuk menyampaikan pesan tertentu kepada setiap orang dekorasi. Selain itu bisa pula berupa salinan karya seni terkenal.
yang membacanya. Bahasa yang digunakan pada poster iklan Poster dibuat memiliki maksud dan tujuan yang ingin
memiliki maksud untuk menginformasikan produk atau jasanya disampaikan oleh si pembuat, bukan tanpa tujuan atau asal-asalan.
dan mengajak masyarakat untuk menggunakan produk atau jasa Tujuan dan maksud dibuatnya poster merupakan sebagai media
tersebut. Selain bahasa, pada poster ada gambar yang juga publikasi agar siapapun yang melihat, membaca dan menerima
bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat. Metode yang pesan dari dalam poster tersebut bisa tergerak untuk melakukan
digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sesuatu sesuai yang dimaksudkan pada poster tersebut. Tetapi
dimana analisis disajikan secara deskripsi. Data dikumpulkan dari secara khusus maksud dan tujuan dibuatnya poster merupakan
2 poster iklan tentang kondisi laut ini . Analisis data yang sebuah pesan dari satu pemikiran yang disampaikan oleh
digunakan adalah analisis semiotika dengan berlandaskan pada pembuatnya, bisa saja pesan tersebut berisi sebuah iklan komersil,
teori Roland Barthes, yaitu pemaknaan penanda (signifier), menarik simpati publik maupun masyarakat dan juga sebagai
petanda (signified) untuk mengetahui makna tanda denotasi, agenda propaganda.
konotasi serta ideologi yang ada pada poster selain itu Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi massa yang
digunakan juga teori Charles Sanders Peirce. semiotika bertujuan untuk mempersuasi masyarakat. Komunikasi visual
didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana terutama iklan harus dibuat secara multiaspek dan multidimensi
orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan untuk mendapatkan perhatian dan respon positif dari masyarakat.
melalui tanda-tanda Hasil keseluruhan dalam penelitian ini Bahasa merupakan media utama di dalam komunikasi periklanan
menjelaskan bahwa dengan memanfaatkan metode analisis selain gambar, dan warna.
semiotika kita dapat mengetahui makna dan pesan yang lebih Sobur (2004:116) menyatakan iklan disampaikan melalui dua
mendalam dari sebuah poster. saluran media massa yaitu media cetak ( surat kabar, majalah,
Kata Kunci: Poster, Semiotika Komunikasi Visual, Lingkungan poster, leaflet, brosur, papan iklan dan billboard) dan media
Hidup, ILM elektronik (radio, televisi, film).
Dalam media cetak, unsur visual iklan (gambar dan warna)
A. Pendahuluan serta kekuatan bahasa menjadi senjata yang sangat diandalkan
Manusia sebagai makhluk sosial, dalam aktivitas dan interaksi (Supriyadi,2013:39).
dengan sesama menggunakan sebuah tanda dalam rangka Komunikasi visual sangat lazim kita jumpai dalam aktivitas
memenuhi kebutuhan hidupnya. Penyampaian pesan dalam bentuk keseharian. Komunikasi visual mempunyai signifikansi dalam
tanda, memerlukan sarana dalam proses penyampaiannya, baik menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna. Ada beberapa
secara verbal maupun menggunakan element visual. Terciptanya bentuk komunikasi visual seperti iklan, poster, kalender, brosur,
tanda dalam bahasa rupa merupakan wujud lambang dari bahasa flyer, dan lain-lain. Menurut Tinarbuko (2010:23-24) desain
visual yang mengandung unsur-unsur visual yang dapat dilihat oleh komunikasi visual merupakan representasi sosial budaya
indra dan memiliki makna serta relasi terhadap tanda-tanda yang masyarakat, dan salah satu manifestasi kebudayaan yang
dihadirkan. berwujud produk dari nilai- nilai yang berlaku pada waktu
Keberadaan sebuah karya desain dapat dimaknai sebagai tertentu. Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari
representasi pedesain terhadap dunia luar yang bersentuhan konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang
langsung dengan dirinya maupun tanggapan-tanggapanya terhadap diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan
lingkungan sekitarnya. Daya sensitifitas setiap pedesain sebagai mengolah elemen desain grafis yang terdiri atas gambar
pencipta karya dalam merespon fenomena sosial menjadi menarik (ilustrasi), huruf dan tipografi, warna, komposisi dan lay-out.
untuk ditelusuri untuk mencari makna terhadap karya-karya Iklan Layanan Masyarakat adalah jenis periklanan yang
tersebut. Salah satu melalui media iklan. Iklan sebagai media dilakukan oleh pemerintah, organisasi komersial maupun non-
persuasi memliki peranan penting dalam memberikan informasi komersial, untuk mencapai tujuan social atau sosio- ekonomis
kepada masyarakat melalui bahasa visual yang dihadirkanya. (Nurhadi,1996:136). Iklan layanan masyarakat bertujuan untuk
Poster merupakan sebuah karya seni yang bertujuan untuk memberikan edukasi, informasi, memberikan himbauan dan
menarik perhatian mata sebanyak mungkin, poster merupakan ajakan kepedulian terhadap berbagai hal yang ditujukan pada
seluruh lapisan masyarakat, misalnya Perilaku Hemat Listrik, sosial di antara komunitas pengguna bahasa tentang kombinasi
Global Warming, Penyakit Demam Berdarah Dengue, Uang seperangkat tanda-tanda dan maknanya (Eco,1979:9)
Palsu, Keluarga Berencana, Partisipasi Politik dalam Pemilu Widagdo (1993:31) keberadaan disain komunikasi visual
ataupun Permasalahan Lingkungan Hidup. sangat lekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Karena suatu
Kerusakan lingkungan di Indonesia semakin hari kian disain merupakan representasi social budaya masyarakat.
semakin parah. Berdasarkan hasil kajian organisasi Wahana komunikasi visual dalam pengertian modern adalah yang
Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), terungkap bahwa dihasilkan dari rasionalitas, dilandasi pengetahuan, bersifat
kondisi lingkungan di Indonesia semakin terancam.1 Pernyataan rasional dan pragmatis. Jadi Komunikasi Visual senantiasa
ini juga didukung oleh data Kementrian Lingkungan Hidup berhubungan dengan penampilan rupa yang dapat diserap orang
(KLH), pada tahun 2012 sudah ada 300 kasus lingkungan hidup banyak dengan pikiran maupun perasaan. Rupa yang
seperti kebakaran hutan, pelanggaran hukum, pertambangan dan mengandung pengertian atau makna, karakter, serta suasana yang
pencemaran lingkungan.2 Chiras juga mengemukakan dalam mampu dipahami (diraba dan dirasakan) oleh khalayak umum
buku Environmental Science, Creating a Sustainable Future atau terbatas.
bahwa statistika permasalahan lingkungan di dunia begitu
mengejutkan, seperti populasi manusia yang meningkat, 2. Teori Charles Sanders Peirce (1839-1914)
penebangan hutan, spesies menjadi langka dan polusi global Charles Sanders Peirce dilahirkan pada 10 September 1839 di
yang meningkat. Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat. Dia menulis dari
Kerusakan lingkungan hidup menjadi salah satu fenomena tahun 1857 sampai menjelang wafat, kira-kira selama 57 tahun.
yang menarik perhatian banyak kalangan dalam kurun waktu Publikasinya mencapai 12.000 halaman dan manuskrip yang
terakhir, termasuk para kreator iklan layanan masyarakat, untuk tidak dipublikasikan mencapai 80.000 halaman catatan tangan.
menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap permasalahan Topik yang dibahas dalam karya-karya Peirce sangat luas, dari
yang menyangkut kepentingan public. Kreativitas para kreator matematika dan ilmu fisika, ekonomi dan ilmu sosial, serta
iklan layanan masyarakat tentang lingkungan hidup menjadi masalah lainnya. Benjamin Peirce, ayah Charles Sanders Peirce
objek yang diamati dalam artikel ini. adalah professor matematika di Universitas Harvard dan salah
seorang pendiri “U.S. Coast and Geodetic Survey”. Peran
B. Tinjauan Teoritis Benjamin sangat besar dalam membangun Departemen
1. Toeri Semiotika Matematika di Harvard. Dari ayahnya, Charles Sanders Peirce
Semiotika berasal dari bahasa Yunani ‘semeion’ yang berarti memperoleh pendidikan awal yang mendorong dan menstimulus
kiprah intelektualnya. Benjamin mengajar dengan melalui
tanda. Jadi Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign),
pendekatan kasus/problem yang meminta jawaban dari sang
berfungsi sebuah tanda dan produksi makna anak. Hal ini membekas dalam pemikiran filosofis dan masalah
(Tinarbuko,2010:12). ilmu yang dihadapi Peirce di kemudian hari. Peirce lulus dari
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk Harvard pada tahun 1859 dan menerima gelar Bachelor of
mengkaji tanda. Semiotika pada dasarnya mempelajari Science dalam bidang Kimia pada tahun 1963. Dari tahun 1859
bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). sampai 1891 dia bekerja di U. S. Coast and Geodetic Survey,
Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa terutama menyurvei dan investigasi geodesi. Dari tahun 1879
informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi sampai 1884, dia juga mengajar Logika di Departemen
tetapi juga mengkonstitusi system terstruktur dari tanda Matematika Universitas Johns Hopkins. Pada masa itu
(Sobur,2009:15). Departemen Matematika dipimpin oleh matematikawan terkenal,
Tanda menyampaikan suatu informasi dan bersifat J. J. Sylvester. Peirce meninggal pada 19 April 1914 di Milford,
komunikatif dan selalu dipergunakan dalam aktivitas keseharian Pennsylvania Amerika Serikat (Sanders, 1982)
manusia. Menurut Saussure, tanda adalah kesatuan dari dua Menurut Teori Semiotika Charles Sander Peirce, semiotika
bidang yang tidak dapat dipisahkan, seperti halnya selembar didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana
kertas. Dimana ada tanda, di sana ada system. Artinya, sebuah orang bernalar, sedangkan penalaran menurut Peirce dilakukan
tanda (berwujud kata atau gambar) mempunyai dua aspek yang melalui tanda-tanda. Tanda-tanda ini menurut Peirce
ditangkap oleh indra kita yang disebut signifier, bidang penanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan
atau bentuk. Aspek lainnya disebut signified, bidang petanda memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.
atau konsep atau makna. Kedua aspek ini terkandung di dalam Dalam hal ini manusia mempunyai keanekaragaman akan tanda-
aspek pertama. Jadi petanda merupakan konsep atau apa yang tanda dalam berbagai aspek di kehidupanya. Dimana tanda
dipresentasikan oleh aspek pertama (Sobur,2009:46) linguistik menjadi salah satu yang terpenting. Dalam teori
Cara pengombinasian tanda biasanya didasarkan pada kode- semiotika ini fungsi dan kegunaan dari suatu tanda itulah yang
kode tertentu yang berlaku dalam suatu komunitas bahasa. Kode menjadi pusat perhatian. Tanda sebagai suatu alat komunikasi
adalah seperangkat aturan atau konvensi bersama yang di merupakan hal yang teramat penting dalam berbagai kondisi serta
dalamnya tanda-tanda pesan dapat dikomunikasikan oleh dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek komunikasi. Linguistik
seseorang kepada orang lain. Menurut Eco, kode adalah aturan- dalam Semiotika Peirce Peirce menaruh perhatian lebih pada tanda
aturan yang menghasilkan tanda-tanda sebagai penampilan linguistik yang menurutnya sangat penting. Menurutnya setiap
konkritnya di dalam hubungan komunikasi. Dari definisi kode tanda secara umum berlaku juga pada tanda linguistik, tapi belum
tersebut, secara implisit menunjukkan adanya kesepakatan tentu tanda linguistik berlaku pula untuk tanda lainya. Menurut
Peirce tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang Simbol adalah tanda yang berkaitan dengan penandanya
menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dan juga petandanya. Bahwa sesuatu disimbolkan melalui
dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda- tanda yang disepakati oleh para penandanya sebagai acuan
tanda tersebut. Oleh karenanya secara umum Peirce justru umum. Misalkan saja lampu merah yang berarti berhenti,
mengemukakan bahwa teorinya ini berlaku secara umum. Oleh semua orang tahu dan sepakat bahwa lampu merah
karenanya tanda linguistik ini dalam teori Peirce suatu hal yang menandakan berhenti.
penting namun bukan berarti satu-satunya yang terpenting.
Berbagai tanda yang terujat dengan objek-objeknya menjadi suatu c. Berdasarkan Interpretant:
bahasan yang umum sebagaimana ingin diungkapkan Peirce dalam • Rheme
teorinya ini. Bahwa berbagai tanda-tanda yang diciptakan manusia Rheme adalah tanda yang memungkinkan ditafsirkan dalam
dalam rangka untuk berkomunikasi merupakan representasi atas pemaknaan yang berbeda-beda. Misalnya saja orang yang
bahasa linguistik atau tanda linguistik yang berlaku secara umum. matanya merah, maka bisa jadi dia sedang mengantuk, atau
Klasifikasi Tanda menurut Peirce Peirce menghendaki agar mungkin sakit mata, iritasi, bisa pula ia baru bangun tidur atau
teori semiotikanya ini menjadi rujukan umum atas kajian berbagai bahkan bisa jadi dia sedang mabuk.
tanda-tanda. Oleh karenanya ia memerlukan kajian lebih • Dicent sign atau dicisign
mendalam mengenai hal tersebut. Terutama mengenai seberapa Dicent sign atau dicisign adalah tanda yang sesuai dengan
luas jangkauan dari teorinya ini. Untuk itu, Peirce membaginya fakta dan kenyataanya. Misalnya, saja disuatu jalan kampung
dalam beberapa klasifikasi: banyak terdapat anakanak maka di jalan tersebut dipasang
a. Berdasarkan Ground:Yakni berkaitan dengan sesuatu yang rambu lalu lintas hati-hati banyak anak-anak. Contoh lain
membuat suatu tanda dapat berfungsi. Dalam hal ini Peirce misalnya jalan yang rawan kecelakaan, maka dipasang rambu
mengklasifikasikan Ground kedalam tiga hal yakni: hati-hati rawan kecelakaan.
• Qualisign • Argument
Qualisign yaitu kualitas dari suatu tanda. Misalnya kualitas Argument adalah tanda yang berisi alasan tentang sesuatu hal.
kata-kata yang digunakan dalam menyertai tanda tersebut seperti Misalnya tanda larangan merokok di SPBU, hal tersebut
kata-kata yang keras, kasar ataupun lembut. Tak hanya kata-kata dikarenakan SPBU merupakan tempat yang mudah terbakar
yang menetukan kualitas dari pada suatu tanda, dapat pula berupa
warna yang digunakan bahkan gambar yang menyertainya. 10 Macam Tanda menurut Pierce: Berdasar pada klasifikasi
di atas, Peirce merinci tanda-tanda dalam teori semiotikanya
• Sinsign kedalam 10 macam tanda yaitu :
Sinsign adalah eksistensi dan aktualitas atas suatu benda atau 1. Qualisign, dapat diartikan kualitas dari suatu tanda.
peristiwa terhadap suatu tanda. Misalkan kata banjir dalam kalimat Misalnya orang yang berbicara keras maka ia sedang marah,
“terjadi bencana banjir” adalah suatu peristiwa yang menerangkan orang yang tertawa maka ia sedang bahagia. Misalnya juga
bahwa banjir diakibatkan oleh adanya hujan. warna merah yang menunjukan keberanian ataupun putih yang
meunjukan kesucian, serta hitam yang menunjukan kejahatan.
• Legisign 2. Inconic Sinsign, yakni tanda yang menunjukan suatu
Lesigsign adalah norma yang terkandung dalam suatu tanda. kemiripan. Misalnya foto, dan peta.
Hal ini berkaitan dengan apa yang boleh dan tidak boleh 3. Rhematic Indexical Sinsign, yakni tanda yang berkaitan
dilakukan. Misalkan tanda dilarang merokok menunjukan dengan pengalaman langsung dimana keberadaanya disebabkan
bahwa kita dilarang merokok pada lingkungan dimana tanda itu oleh suatu hal. Misalnya adalah jalur yang sering memakan
berada. Yang lebih umum lagi tentu saja adalah rambu lalu korban karena kecelakaan maka dipasang tanda tengkorak yang
lintas, yang menunjukan hal-hal yang boleh dan tidak boleh menandakan jalur tengkorak dimana juga sering dipampang
kita lakukan saat berkendara. jumlah korbanya dengan tujuan agar yang melintasinya lebih
hati-hati.
b. Berdasarkan Objeknya: 4. Dicent Sinsign, yakni tanda yang menunjukan
• Ikon informasi tentang suatu hal. Misalnya rambu bergambar masjid
Ikon adalah tanda yang menyerupai bentuk objek aslinya. atau SPBU yang menandakan bahwa tidak jauh lagi terdapat
Dapat diartikan pula sebagai hubungan atara tanda dan objek masjid maupun SPBU.
yang bersifat kemiripan. Bahwa maksud dari ikon adalah 5. Iconic Legisign, yakni tanda yang berupa perintah dan
memberikan pesan akan bentuk aslinya. Contoh yang paling larangan yang erat kaitanya dengan norma atau hukum.
sederhana dan banyak kita jumpai namun tidak kita sadari Misalnya rambu lalu lintas yang memberikan kita perintah dan
adalah peta. juga larangan guna menertibkan saat berkendara.
• Indeks 6. Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang merujuk
Indeks adalah tanda yang berkaitan dengan hal yang pada objek tertentu. Misalnya gambar pada toilet yang
bersifat kausal, atau sebab akibat. Dalam hal ini tanda memiliki menunjukan toilet untuk pria maupun wanita.
hubungan dengan objeknya secara sebab akibat. Tanda tersebut 7. Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang merujuk
berarti akibat dari suatu pesan. Contoh yang umum misalkan pada subjeknya atas suatu informasi tertentu. Misalnya saat ada
asap sebagai tanda dari api. sebuah mobil yang menyalakan lamu hazard menunjukan
• Simbol
bahwa mobil tersebut sedang mengalami masalah. berkomunikasi, tetepi juga mengkonstitusi sistem tersetruktur
8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda dari tanda (Barthes, 1988:179 dalam Kurniawan, 2001;53). Pada
yang menunjukan keterkaitan dengan objeknya secara umum penelitian ini penulis menggunakan teori semiotika dari Roland
terasosiasi dan disepakati. Misalnya saat kita melihat gambar Barthes karena teorinya lebih kritis daripada teori semiotika
mobil kita mengatakan bahwa itu gambar mobil dan orang lain lainnya. Menurut Barthes, semiologi hendak mempelajari
pun demikian mengatakan hal yang sama bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai halhal (things).
9. Dicent Symbol atau Proposition (porposisi) adalah tanda Memaknai, dalam hal ini tidak dapat disamakan dengan
yang secara langsung menghubungkan antara objek dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa obyekobyek tidak
penangkapan otak. Misalnya seseorang mengatakan pada kita hanya membawa informasi, dalam hal mana obyekobyek itu
untuk keluar, maka kita langsung keluar dari tempat kita hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonsitusi struktur dari
berada. Hal ini menunjukan bahwa tanda tersebut terhubung tanda. Barthes, dengan demikian melihat signifikasi sebagai
langsung dengan otak kita menjadi sebuah perintah yang kita sebuah proses yang total dengan suatu susunan yang sudah
laksanakan. terstruktur. Signifikasi tidak terbatas pada bahasa, tetapi juga
10. Argument, yakni tanda yang merupakan pendapat hasil pada hal-hal lain di luar bahasa. Barthes menganggap kehidupan
berfikir seseorang atas suatu pertimbangan dan alasan tertentu. sosial, apapun bentuknya merupakan suatu sistem tanda tersendiri
Misalkan seseorang mengatakan bahwa sebuah ruangan yang ia (Kurniawan, 2001: 53).
masuki memiliki nuansa yang terang. Maka terang disini telah Teori semiotika Barthes hampir secara harfiah diturunkan dari
dipertimbangkan olehnya atas berbagai pertimbangan, baik teori bahasa menurut de Saussure. Roland Barthes mengungkapkan
cahaya dan lain sebagainya yang menurutnya ruangan itu bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda yang mencerminkan
memang terang. asumsi-asumsi dari masyarakat tertentu dlam waktu tertentu
Analisis Semiotik Pierce terdiri dari 3 aspek penting (Sobur, 2003: 53). Selanjutnya,(Barthes 1957, dalam de Saussure
sehingga sering disebut dengan segitiga makna atau triangle of yang dikutip Sartini) menggunkan teori Signifiant-signifie yang
meaning (LittleJohn, 1998) 3 aspek tersebut yaitu: dikembangkan menjadi teori tentang metabahasa dan konotasi.
Istilah significant menjadi ekspresi (E) dan signifie menjadi isi (C).
Tanda Namun, Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harus ada relasi
(R) tertentu sehingga membentuk tanda (sign, Sn). Konsep relasi
ini membuat teori tentang tand alebih dari satu dengan isi yang
sama. Pengembangan ini disebut sebagai gejala meta-bahasa dan
membentuk apa yang disebut kesinoniman (synonim) (Nyi wayan
Sartini).
Interpretan Tanda Objek/Acuan Pandangan Saussure, Barthes juga meyakini bahwa hubungan
antara penanda dan pertanda tidak terbentuk secara alamiah,
melainkan bersifat arbiter. Bila Saussure hanya menekankan pada
Penjelasannya sebagai berikut:
penandaan dalam tataran denotatif, maka Roland Barthes
a. Tanda: adalah konsep utama yang dijadikan sebagai bahan
menyempurnakan semiologi Saussure dengan mengembangkan
analisis dimana didalam tanda terdapat makna sebagai bentuk
sistem penandaan pada tingkat konotatif. Barthes juga melihat
interpretasi pesan yang dimaksud. Secara sederhana, tanda
aspek lain dari penandaan, yaitu “mitos” yang menandai suatu
cenderung berbentuk visual atau fisik yang ditangkap oleh
masyarakat.
manusia.
b. Objek / Acuan Tanda: adalah konteks sosial yang dalam Tabel 1 Peta Tanda Roland Barthes
implementasinya dijadikan sebagai aspek pemaknaan atau yang
dirujuk oleh tanda tersebut.
1. Signifier 2. Signified
c. Interpretant / Penggunaan Tanda: konsep pemikiran dari
(Penanda (Pertanda)
orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu
)
makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang
3.Denotative Sign (Tanda
tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Denotatif)
2.Connotative Signifier 3. Connotative Signified
2. Teori Roland Barthes
(Penanda Konotatif) (Pertanda konotatif)
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk
mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai 4.Connotative Sign
dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah- (Tanda Konotatif)
tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau
dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak
Sumber : Paul cobley & Litzza Jansz. 1999. Introducing
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-
Semotics. Ny: Totem Books, Hlm 51. (Dalam, Sobur 2013:69).
hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat
dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to
communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3)
membawa informasi, dalam hal mana objek-opbjek itu hendak terdiri atas penanda (1) dan pertanda (2). Akan tetapi, pada saat
bersamaan tanda denotatif adalah juga tanda konotatif (4). Denotasi Dalam analisis data ini, Peneliti menggunakan sistem
dalam pandangan Barthes merupakan tataran pertama yang signifikasi tiga tahap milik Roland Barthes yaitu, denotasi,
maknanya bersifat tertutup. Tataran denokasi menghasilkan makna konotasi, dan mitos. Dalam semiologi Roland Barthes, denotasi
yang eksplisit, langsung dan pasti. Denokasi merupakan makna merupakan sistem signifikasi (pemaknaan) tahap pertama,
yang sebenar-benarnya, yang disepakati bersama secara sosial, sementara konotasi merupakan tingkat kedua, dan mitos yang
yang rujukannya pada realitas. terakhir. Denotasi menggunakan makna dari tanda sebagai
Tanda konotatif merupakan tanda yang penandanya mempunyai definisi secar literal yang nyata. Konotasi mengarah pada kondisi
keterbukaan makna atau makna yang implisit,tidak langsung, dan sosial budaya dan asosiasi personal.
tidak pasti, artinya terbuka kemungkinan terhadap penafsiran-
penafsiran baru. Dalam semiologi Barthes, denokasi merupakan 3.Poster
sistem signifikasi tingkat kedua. Denokasi dapat dikatakan Menurut Bittner (Rakhmat, dalam Karnilh, dkk.1999),
merupakan makna objektif yang tetap, sedangkan konotasi komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan
merupakan makna subjektif dan berfariasi (Nawiroh Vera, 2014 : melalui media massa pada sejumlah besar orang. Sedangkan
26). menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi tehnologically and institutionally based production and
ideologi, yang disebut sebagai “mitos” dan berfungsi untuk distribution of the most broadly shared continous flow of
mengungkapkan dan memberikan nilai-nilai dominan yang berlaku messages in industrial societes”. (Komunikasi massa adalah
dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari
tiga dimensi penanda, pertanda dan tanda. Namun sebagai suatu arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam
sistem yang unik mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang masyarakat Indonesia ( Rakhmat, seperti yang dikutip Komala,
telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah suatu dalam Karnilah, dkk.1999). Adapun media yang digunakan
sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula, sebuah dalam komunikasi massa dapat melalui media elektronik juga
pertanda dapat memiliki beberapa penanda (Budiman, 2001:28). media cetak. Dan media poster termasuk kedalam media cetak.
Dalam pandangan Barthes dengan konsep mitos dalam arti Poster adalah plakat yang dipasang ditempat umum (berupa
umum. Barthes mengemukakan mitos adalah Bahasa, maka mitos pengumuman atau iklan). Cambridge Advanced Leaner‟s
adalah sebuah sistem komunikasi dan mitos adalah sebuah pesan. Dictionary, Cambridge University Press (dalam Safiansyah
Dalam uraiannya, ia mengemukakan bahwa mitos dalam 2010), mengartikan poster :a large printed picture, photograph or
pengertian khusus ini merupakan perkembangan dari konotasi. notice which you stick or pin to a wall or board, usually for
Konotasi yang sudah terbentuk lama dimasyarakat itulah mitos. decoration or to advertise something. Dictionary of America
Barthes juga mengatakan bahwa mitos merupakan sistem English (dalam Deni Safiansyah 2010) mengartikan poster a large
semiologis, yakni sistem tanda-tanda yang dimakna manusia sheet of paper, usually announcing some event: political works
(Hoed, 2008:59). Mitos barthes dengan sendirinya berbeda dengan put up posters around town their candidate‟s name and picture on
mitos yang kita anggap tahayul, tidak masuk akal, ahistoris dan it.
lain-lainnya, tetapi mitos menurut Barthes sebagai type of speech
(gaya bicara) seseorang (Nawiroh Vera, 2014 : 26). Dapat disimpulkan bahwa poster adalah:
Selain teori signifikansi dua tahap dan mitologi, Barthes 1. Plakat (surat pengumuman).
mengemukakan lima jenis kode yang lazim beroperasi dalam 2. Dipajang/dipasang ditempat umum.
suatu teks yaitu : 3. Berukuran besar (a large of papper)
1. Kode Hermeuneutik ialah dibawah kode hermeuneutik, orang 4. Tulisan dengan gambar
akan mendaftar beragam istilah (formal) yang berupa sebuah 5. Bertujuan untuk mengenalkan, atau mempromosikan
teka-teki (enigma) dapat dibedakan, diduga, diformulasikan, sesuatu.
dipertahankan, dan akhirnya disikapi. Kode ini disebut pula Dilihat dari tujuannya, poster adalah media cetak yang di satu
sebagai suara kebenaran (the voice of truth). pihak adalah produk kehumasan (publicity announcing some
2. Kode Proairetik merupakan tindakan naratif dasar (basic event), namun di pihak lain juga merupakan produk bisnis bisa saja
narrative action) yang tindakan-tindakannya dapat terjadi dalam dibuat jelastegas, sesuai dengan tujuannya.
berbagai sikuen yang mungkin diindikasikan. Kode ini disebut
pula sebagai suara empirik. a. Poster sebagai produk humas:
3. Kode Budaya sebagai referensi kepada sebuah ilmu atau yakni sebuah poster yang dirancang untuk mengkomunikasikan
lembaga ilmu pengetahuan. Kode ini disebut sebagai suara ilmu. atau menjelaskan sesuatu kepada audience, tidak atau hanya sedikit
4. Kode Semik merupakan sebuah kode relasi-penghubung sekali unsur komunikasi bisnis didalamnya. Artinya, tidak ada
(medium-relatic code) yang merupakan konotasi dari orang, sama sekali tujuan bisnis didalam rancangan maupun kegiatan
tempat, obyek yang pertandanya adalah sebuah karakter (Sifat, produksi maupun exposure-nya.
atribut, predikat) Poster juga termasuk sebuah iklan, poster dengan tujuan
5. Kode Simbolik merupakan suatu yang bersifat tidak stabil dan sebagai produk humas merupakan jenis iklan non komersial
tema ini dapat ditentukan dengan beragam bentuk sesuai dengan yakni iklan yang bersifat secara tidak langsung menjual produk
pendekatan sudut pandang (Prespektif) pendekatan yang atau jasa. Yang termasuk kedalam iklan ini antara lain:
digunakan (Kurniawan, 2001:69).
1. Iklan Public relations: iklan yang bertujuan memberikan Semantik, Kode Simbolik, Kode Narasi, dan Kode
informasi-informasi penting tentang perusahaan kepada Kebudayaan)
publiknya. Seperti: pengumuman, pergantian direksi, pelayanan Semiotika Saussure untuk melihat makna denotative dan
perusahaan, pindah gedung, ganti nomor telepon, gangguan makna konotatif
pelayanan dan sebagainya. Ikon adalah tanda yang mempunyai ciri yang sama dengan
2. Iklan rekrutmen (iklan lowongan kerja) dengan objek yang diwakilinya. Indeks merupakan tanda yang
3. Iklan layanan masyarakat: iklan yang berisi pesan-pesan yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa yang diwakilinya
mengingatkan dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi atau disebut juga tanda sebagai bukti. Simbol merupakan tanda
menyukseskan program-program yang ditujukan untuk berdasarkan konvensi, peraturan atau perjanjian yang disepakati
kemaslahatan bersama. bersama (Tinarbuko,2010:16-17).
4. Iklan identitas korporat: salah satu alat pembentuk citra adalah Kode menurut Piliang (!998:17) adalah pengkombinasian
identitas perusahaan (korporat). Identitas perusahaan pada tanda yang disepakati secara social untuk memungkinkan satu
dasarnya merupakan simbol-simbol yang digunakan untuk pesan disampaikan dari seseorang kepada orang lain. Barthes
mempresentasikan perusahaan dimata publik. Oleh karena itu mengemukakan kode-kode pembacaan komunikasi sebagai
diperlukan iklan yang memberikan citra baik terhadap suatu berikut :
perusahaan. Kode Hermeneutik yaitu artikulasi pelbagai cara pertanyaan,
teka-teki, respon, enigma, akhirnya menuju pada jawaban.
c. Poster sebagai produk bisnis: Kode Semantik yaitu kode yang mengandung konotasi pada
Poster yang dengan sengaja dan secara strategis dirancang level penanda.
untuk tujuan bisnis, untuk mendapatkan keuntungan atau untuk Kode Simbolik yaitu kode yang berkaitan dengan
mengkomunikasikan suatu produk, atau perusahaan, agar psikoanalisis, antithesis, kemenduaan, pertentangan dua
khalayak sadar, dan akhirnya mengkonsumsi, atau membeli suatu unsur atau skizofrenia.
produk yang dikomunikasikan melalui poster tersebut. Kode Narasi atau proairetik yaitu kode yang mengandung
Poster jenis ini termasuk kedalam iklan komersial, yakni iklan cerita, urutan, narasi, atau antinarasi.
yang bersifat menjual produk atau jasa secara langsung. Yang Kode Kebudayaan yaitu suara-suara yang bersifat kolektif,
termasuk kedalam jenis ini antara lain: anonym, mitos, moral, sastra seni, legenda (Tinarbuko,
(1.) Iklan konsumen: iklan yang menjual barang-barang 2010:18)
konsumsi. Spradley (1997:122) menjabarkan makna denotatif meliputi
(2.) Iklan antarbisnis: iklan yang menawarkan barang-barang hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (makna referensial).
non konsumen. Sedangkan makna konotatif meliputi semua signifikansi sugestif
(3.) Iklan perdagangan: iklan yang menawarkan barang yang dari symbol yang lebih daripada arti referensialnya. Sebagai
akan dijual lagi, karena itu sasaran iklan ini adalah para kelengkapan kajian dalam penelitian ini, maka penulis melakukan
pemasok, grosir, agen, pengecer. beberapa tahap penting yang dimulai pada tahap :
(4.) Iklan pengecer: iklan yang dilakukan oleh pengecer agar
dagangannya laku, misalnya iklan diskon besar-besaran 1. Teknik Pengumpulan Data
(5.) Iklan respon langsung: iklan jenis baru yang memungkinkan Pengumpulan data ialah suatu kegiatan yang meliputi
khalayak bias memberikan respon langsung ketika pengamatan variabel yang akan diteliti dengan wawancara,
melihatnya observasi dan kusioner guna memperoleh informasi sebagai
Bila dilihat dari penjelasan di atas, maka poster yang dokumen hasil penelitian [1]. Sedangkan untuk mengumpulkan
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini termasuk kedalam data pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode,
poster sebagai media humas dan termasuk kedalam iklan layanan antara lain :
masyarakat. Melalui iklan layanan masyarakat ini humas
berupaya mewujudkan lingkungan yang bersih. Iklan ini berusaha a. Metode Observasi
memersuasi orang-orang untuk bersikap dan memerhatikan Observasi adalah pengumpulan data secara langsung yang ditata
persoalan-persoalan sosial, mengubah kebiasaan yang buruk secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap
menjadi lebih baik. fenomena penelitian, [2]. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
C. Metode Penelitian menggunakan metode kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor
Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini ialah dalam [3], mendefinisikan “Metodologi kualitatif sebagai prosedur
peneliatian kualitatif dengan pendekatan semiotik. Analisis penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata - kata
semiotik digunakan dalam upaya mengungkap makna kontekstual tertulis atau lisan dari orang - orang dan perilaku yang dapat
dari tekstual yang dihadirkan melalui bahasa visual. Dalam teori diamati”. Metode observasi ini dapat dilakukan dengan wawancara
semiotika dikenal istilah interpetasi pada aspek kode semantik, secara langsung terhadap narasumber tentang data - data yang
sintagtik dan pragmatik. dibutuhkan. Dalam hal ini peneliti harus menggali informasi (apa
Penganalisaan iklan layanan masyarakat tentang lingkungan yang terjadi) dan konteks (hal yang berkaitan dengan sekitarnya).
hidup dengan kajian semiotika komunikasi visual berdasarkan
Semiotika Charles Sanders Pierce(Ikon, Indeks,Simbol) b. Studi Literatur
Semiotika Roland Barthes (Kode Hermeneutik, Kode Mencari dan mengumpulkan literatur yang berhubungan
dengan ilmu semiotika, poster, logo guna relevansi sumber dalam
rangka penafsiran/interpretasi karya. Selain literatur pokok tentang
semiotika, penulis juga menggunakan pustaka pendukung seperti
webtografi/internet
2. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat dalam kajian
ini. Instrumen penelitian yang digunakan sangat memegang
peranan penting, karena hal ini akan menyangkut data - data yang
kita olah ketahap berikutnya. Pada tahap analisa data, penulis
melakukan bereberapa tahap seperti :
a. Menghimpun Data
Sebagai langkah awal untuk menganalisis data, penulis harus
menghimpun data - data yang diperoleh, berupa dokumentasi
gambar maupun catatan pengamatan selama proses pengumpulan
data berlangsung.
b. Mereduksi Data
Mereduksi data dapat dilakukan dengan jalan melakukan
abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang
inti, proses, dan pernyataan - pernyataan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada di dalamnya [3].
c. Menganalisa Analisa
Data ialah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan Gambar 1
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain [3]. Obyek kajian pada disain poster lingkungan hidup (Prianto,
d. Menarik Kesimpulan 2014)
Setelah penulis mengumpulkan data dan mengelompokkan serta Konsep Poster :
menganalisa dan menginterpretasi berdasarkan permasalahanya,
Disain poster ini sebagai bentuk Propaganda atau Afirmasi
maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan dari data yang
yang memiliki tujuan memotivasi pembaca untuk melakukan
diperoleh.
sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan. Poster bertemakan
Gerakan ramah lingkungan ini diharapkan dapat memberikan
D. HASIL DAN ANALISA motivasi kepada para pembaca untuk menerapkan konsep
arsitektur hijau pada bangunan guna menjaga lingkungan hidup
Pada bagian ini kita akan kaji beberapa disain iklan layanan disekitarnya. Konsep ramah lingkungan adalah konsep
masyarakat (ILM) dalam bentuk poster bertema kepedulian perancangan suatu lingkungan dengan meminimalkan kerusakan
terhadap lingkungan dengan menggunakan pisau kajian lingkungan alam sehingga menghasilkan tempat hidup yang lebih
semiotika komunikasi visual. baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
a. Analisis Semiotika Komunikasi Visual ILM “Sustaining sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Nature for Greener Future” ILM ini seolah mensosialisasikan konsep ramah lingkungan dan
kesadaran memelihara lingkungan dimulai dari sekarang untuk
kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Penggunaan kata-kata yang persuasif, yaitu berusaha
mengajak seseorang dengan cara memberikan alasan yang
meyakinkan untuk membuktikan pendapat. Disain Poster ILM ini
mengajak para pembacanya untuk mulai menerapkan konsep
arsitektur hijau mulai dari sekarang dan untuk terus
melakukannya demi kepentingan bersama. Kalimat persuasif ini
dipertegas dengan kalimat ajakan untuk melakukan perawatan
lingkungan melalui penerapan konsep ramah lingkungan.
Tanda verbal (headline) : “Sustaining Nature for Greener
Future” (keberlanjutan alam untuk masa depan yang lebih
hijau).
Subheadline : “Start caring and make a change today, for
any better tomorrow” (mulai perduli dan membuat suatu konotatif berarti lingkungan disekitar wilayah atau tempat
perubahan hari ini, untuk hari esok yang lebih baik). tinggal masyarakat umum atau lingkungan binaan dalam
Tanda Visual : Ikon pepohonan rimbun dan jajaran gedung arsitektur. Kata “Greener (Green)” berarti lebih hijau dalam
di perkotaan. bahasa Indonesia, secara denotatif berarti warna dasar yang
Analisis Semiotika Komunikasi Visual : serupa dengan warna daun; memperlihatkan warna yang serupa
Berdasarkan tanda verbal dan tanda visual pesan ILM warna daun(KBBI,2008: 544). Secara konotatif berarti hasil
tersebut, pesan dapat ditangkap melalui bantuan kode yang diusahakan agar lingkungan atau alam sekitar menjadi
hermeneutic, kode simbolik, kode narasi, kode sematik dan kode lebih baik (lebih hijau) karena lingkungan yang indah dan sehat
kebudayaan. diibaratkan dengan alam yang berwarna hijau. Kata “Future”
Kode visual hermeneutik terlihat pada deretan tanda verbal berarti masa depan dalam bahasa Indonesia, secara denotatif
yang berbunyi berarti masa yang akan datang; masa yang belum terjadi. Secara
“Sustaining Nature for Greener Future” (keberlanjutan konotatif berarti masa yang akan datang yang merupakan
alam untuk masa depan yang lebih hijau), kemudian divisualkan cerminan dari apa yang dilakukan saat ini.
menjadi ikon sebuah pohon rindang dan deretan silhuet gedung- Makna Konotatif. Penekanan pada kata “Nature” dan
gedung di perkotaan. Dilanjutkan enigma pada visual berikutnya. “Greener” dengan perbedaan warna menggunakan warna hijau
Yaitu jawabannya terlihat pada teks subheadlinenya : “Start untuk menekankan dan memperjelas maksud dari poster yang
caring and make a change today, for any better tomorrow” mengajak untuk memperbaiki lingkungan atau alam disekitar
(mulai peduli dan membuat suatu perubahan hari ini, untuk hari masyarakat. Warna hijau dipilih karena identik dengan alam.
esok yang lebih baik). Dengan demikian, suatu kegiatan yang Siluet gedung-gedung tinggi berwarna hitam di bagian bawah
dimulai dengan kepedulian akan membawa perubahan hari esok. poster mempertegas bahwa poster ini bertemakan arsitektur.
Siluet gedung dengan outline warna hijau ditengah poster
menggambarkan konsep perancangan gedung yang diinginkan
untuk dilakukan dan diterapkan oleh pembaca poster. Yaitu
gedung yang menerapkan konsep Green Architecture pada
rancangannya. Kode sematik pada aspek loyalitas terlihat pada
tanda verbal yang berbunyi : “Start caring and make a change
today, for any better tomorrow” (mulai peduli dan membuat
suatu perubahan hari ini, untuk hari esok yang lebih baik).
Secara konotatif berarti apa yang kita lakukan saat ini dengan
mulai menerapkan konsep ramah lingkungan pada rancangan
atau suatu lingkungan perkotaan akan berpengaruh positif pada
kondisi lingkungan pada masa yang akan datang. Kode
Kebudayaan tersirat pada pengaruh psikologis yang
berhubungan dengan minat sedangkan pengaruh sosial budaya
yaitu pengaruh yang berhubungan dengan gaya hidup, etika, dan
estetika. Poster ILM ini membawa pengaruh psikologis, untuk
menyadarkan masyarakat akan kondisi alam tempat tinggal kita
yang semakin mengalami kerusakan yang bertambah parah.
Gambar 2. Pembaca untuk lebih memperhatikan pentingnya penerapan
Deretan tanda verbal pada kode visual hermeneutik konsep ramah lingkungan pada lingkungan perkotaan. Poster ini
juga diharapkan memberikan pengaruh sosial budaya yaitu
Kode simbolik pada aspek pertentangan dua unsur terlihat mempengaruhi gaya hidup masyarakat umum terhadap konsep
pada tanda visual atau ikon pohon rindang dan ikon silohuet Ramah Lingkungan, bagaimana cara masyarakat untuk menjaga
deretan gedung tinggi. Kode narasi yaitu kode yang lingkungan sekitar
mengandung cerita terlihat pada teks headline : “Sustaining
Nature for Greener Future” (keberlanjutan alam untuk masa
depan yang lebih hijau). Kata “Sustaining (Sustain)” berarti
menjaga atau mempertahankan dalam bahasa Indonesia, secara
denotatif berarti mengusahakan supaya tetap tidak berubah dari
keadaan semula; menjaga atau melindungi supaya selamat
(KBBI,2008:1460) . Secara konotatif berarti sebuah usaha yang
harus dilakukan atau diharapkan akan dilakukan oleh
masyarakat umum menyangkut pemeliharaan atau menjaga
lingkungan binaan disekitar bangunan atau produk arsitektur.
Makna Denotatif, Kata “Nature” berarti alam dalam bahasa
Indonesia, secara denotative berarti segala yang ada d langit dan
bumi; lingkungan kehidupan; dunia (KBBI,20018,34). Secara
dari rusaknya alam dan lingkungan sekitar, seperti rusaknya
lubang ozon dan meningkatnya pemanasan global. Penerapan
konsep Arsitektur Hijau diharapkan dapat membantu
mengurangi efek negatif kerusakan lingkungan dan
memperbaikinya menjadi suatu lingkungan yang lebih baik.
Gambar 3.
Ragam tanda visual : Ikon silhoeut pohon dan ikon
silhouette gedung
REFRENSI
[1] S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Aktif. Jakarta: Rineka
Cifta, 1993. [2] M. Hariwijaya, Cara mudah menyusun Proposal skripsi tesis dan
Desertasi. Jakarta: Pararaton, 2008.
[3] L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
[4] S. Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito,
2003.
[5] K. Budiman, Semiotika Visual. Yogyakarta: Penerbit Jalasutra, 2011.
[6] Kaelan M.S, Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta:
Penerbit Paradigma, 2009.
[7] Piliang, Yasraf Amir. 1998. Sebuah Dunia Yang Dilipat, Realitas Kebudayaan
Menjelang Milenium Ke Tiga dan Matinya Modernisme. Mizan. Bandung
[8] Prianto, E. 2014. Handout dan Modul Mata Kuliah TIA: Analisa Poster.
(dokumentasidipublikasikan bagi kalangan terbatas)
[9] R. Barthes, Element-Element Semiologi. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.
Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung
[10] Widagdo. 1993. Desain : Teori dan Praktek. Seni Jurnal Pengetahuan dan
Penciptaan Seni. BP ISI Yogyakarta
[11]https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/20330/2/
T1_362011025_BAB%20II.pdf\
[12] Saussure, D.F. 1993. Course in General Linguistic. London:
Duckworth Ltd.
[13] Haryono, Sinta Rizki. 2017. Identitas Budaya Indonesia: