Anda di halaman 1dari 6

Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya

e-ISSN:2623-0305
Vol. 00 No. 00, bulan tahun
page

MURAL SEBAGAI MEDIA EKSPRESI

Muhammad Romly1), Gusti Muhammad Rizky Rahmatullah2)

Program Studi Desain Komunikasi Visual,


Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI
Jl. Nangka 58 C Tanjung Barat, Jakarta Selatan, 12530, Indonesia

Email: mmhd.romly@gmail.com, grizky44@gmail.com

Abstrak

Mural sebagai media ekspresi, merupakan hasil ungkapan batin seorang seniman yang
menuangkan pesan ke dalam bentuk media visual. Seni mural merupakan salah satu seni
gambar yang menggunakan tembok sebagai medianya, seni ini masih sering menjadi pilihan
karena bentuk visual memiliki beberapa kelebihan, seperti bisa dinikmati lebih lama, pesan
yang disampaikan dapat dipahami dengan lebih jelas. Tujuan dari penelitian yang kami
lakukan ini adalah ingin menjelasakan bahwa seni mural dapat menjadi media ekspresi dan
komunikasi di ruang publik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan
prosedur dan langkah langkah yang harus di tempuh, waktu penelitian, sumber data, dan
langkah apa data-data tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah dan di analisis. Metode ini
digunakan untuk menganalisis suatu hasil penelitian sebuah karya ataupun sebuah maksud
yang ingin di sampaikan. Dalam pengertian kontemporer, mural adalah lukisan berukuran
besar yang dibuat pada dinding (interior ataupun eksterior), langit-langit, atau bidang datar
lainnya. Menurut Susanto (Susanto, 2002, p. 76) mendefinisikan bahwa mural merupakan
lukisan besar yang dibuat untuk mendukung ruang arsitektur. Secara garis besar keberadaan
karya seni secara teoritis mempunyai tiga macam fungsi yaitu: fungsi personal, fungsi sosial,
dan fungsi fisik. dapat dikatakan pula bahwa seni mural memiliki fungsi diberbagai aspek,
meliputi: politik, sosial budaya, estetik, ekonomi, dan pendidikan.

Kata Kunci: Mural, seni, media, pesan, ekspresi

Abstract

Mural as a medium of expression, is the inner expression of an artist who pours a message into
the form of visual media. Mural art is one of the drawing arts that uses walls as a medium, this
art is still often the choice because the visual form has several advantages, such as being able
to be enjoyed longer, the message conveyed can be reached more clearly. The purpose of our
research is to explain that mural art can be a medium of expression and communication in
public spaces. This study uses a qualitative descriptive method, with procedures and steps that
must be taken, research time, data sources, and steps the data is obtained and then processed
and analyzed. This method is used to analyze a research result of a work or an intention to be
conveyed. In a contemporary sense, a mural is a large painting made on a wall (interior or
exterior), ceiling, or other flat area. According to Susanto (Susanto, 2002, p. 76) defines that a
mural is a large painting made to support an architectural space. Theoretically, the existence
of works of art in general has three kinds of functions, namely: personal functions, social
functions, and physical functions. It can also be said that mural art has functions in various
aspects, including: political, socio-cultural, aesthetic, economic, and educational.

Keywords: Mural, art, media, message, expression

1
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya | Vol. 00 No.00 | Hal.

Correspondence author: Name, E-mail, City, and Country

This work is licensed under a CC-BY-NC

PENDAHULUAN
Seni sebagai ekspresi merupakan hasil ungkapan batin seorang seniman yang tampak
pada karya seni lewat medium dan alat yang digunakannya. Langer dalam bukunya Feeling and
Form, menyebut karya seni sebagai bentuk ekspresi, bentuk ekspresi suatu karya nampaknya
diilhami oleh emosi dan suasana hati ataupun pengalaman hayati lainnya yang di ekspresikan
dalam karya tersebut (Langer, 1997, p. 134). Menuangkan pesan ke dalam bentuk visual masih
sering menjadi pilihan karena bentuk visual memiliki beberapa kelebihan, seperti bisa dinikmati
lebih lama, pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan lebih jelas, dan dapat
terdokumentasikan dengan baik. Sementara di sisi lain, komunikasi visual juga bisa menjadi
representasi sosial budaya suatu masyarakat yang dijalankan dan menjadi kebiasaan yang
berlangsung lama dalam masyarakat itu. Menurut James Murko seni adalah penjelasan rasa
indah yang terkandung di dalam jiwa setiap manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat
komunikasi ke dalam bentuk yang dapat di anggap oleh indra pendengar (seni suara),
penglihatan (seni lukis), atau gerakan (seni tari, drama).
Seni mural merupakan salah satu seni gambar yang menggunakan tembok sebagai
medianya. Seni mural merupakan media komunikasi antara seniman dan khalayak umum,
menjadi alternatif untuk penyampain nilai-nilai estetis dan etis. Mural menjadi sentral
peranannya ketika berada pada ruang publik, karena ruang publik menjadi salah satu sentral
interaksi sosial bagi masyarakat khususnya perkotaan. Keberadaaan mural di ruang publik
tentunya mempunyai fungsi sebagai media penyampaian aspirasi, sebagai fungsi estetik,
ekonomi dan pendidikan. Gagasan seniman pada penciptaan mural yaitu agar lingkungan kota
dapat dijaga dan dilestarikan bersama.
Mural berasal dari kata ‘murus’, kata dari Bahasa Latin yang memiliki arti dinding.
Dalam pengertian kontemporer, mural adalah lukisan berukuran besar yang dibuat pada dinding
(interior ataupun eksterior), langit-langit, atau bidang datar lainnya. Menurut Susanto (Susanto,
2002, p. 76) mendefinisikan bahwa mural merupakan lukisan besar yang dibuat untuk
mendukung ruang arsitektur. Definisi tersebut bila diterjemahkan lebih lanjut, maka mural
sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari bangunan dalam hal ini dinding. Dinding dipandang tidak
hanya sebagai pembatas ruang maupun sekedar unsur yang harus ada dalam bangunan rumah
atau gedung, namun dinding juga dipandang sebagai medium untuk memperindah ruangan.
Dalam hubungannya dengan ruang publik kota, mural mencoba mengkritisi ruang publik
kota yang telah menjadi ajang pertarungan berbagai macam kepentingan. Paraseniman mural ini
bermaksud untuk mengembalikan kembali ruang publik kepadamasyarakat untuk dijadikan
salah satu medium untuk merekatkan hubungan-hubungansosial antar masyarakat.
Dalam perkembangannya mural telah menjadi bagian dari seni publik yang melibatkan
komunikasi dua arah. Seniman mural melakukan komunikasi secara visual kepada masyarakat
terhadap apa yang ingin dicurahkannya, sedangkan masyarakatsebagai penikmat dalam
praktiknya mampu berinteraksi langsung kepada seniman.
Tujuan dari penelitian yang kami lakukan ini adalah ingin menjelasakan bahwa seni
mural dapat menjadi media ekspresi di ruang publik. Oleh karena itu kami membuat penelitian
ini agar bisa menjadi refrensi sebagai landasan bahwa mural bisa di jadikan alat komunikasi
publik yang efektif dan menarik untuk menyampaikan pesan dalam banyak aspek secara estetis.
Serta menjelaskan fungsi seni mural.

6
Mural Sebagai Media Ekspresi
Muhammad Romly1), Gusti Muhammad Rizky Rahmatullah2)

METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan
informasi atau data data serta melakukan investigasi pada data yang telah di dapatkan, metode
penelitian sendiri memberikan gambaran rancangan peneliti yang meliputi : prosedur dan
langkah langkah yang harus di tempuh, waktu penelitian, sumber data, dan langkah apa data-
data tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah dan di analisis.
Penelitian ini menggunakan metode kualittaif deskriptif. Metode penelitian kualitatif
deskriptif menurut Sugiyono (Sugiyono, 2005, p. 21) adalah suatu metode yang digunakan
untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas. Serta menurut Nazir (Nazir, 1988) metode deskriptif
adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa yang terjadi pada saat sekarang.
Metode yang di pakai dalam penelitian “mural sebagai media ekspresi” adalah dengan
menganilisis unsur apa yang terkandung didalam setiap penciptaan sebuah karya mural,
sehingga dapat di jadkan sebagai semua objek pengekspresian sebuah karya ataupun sebuah
maksud yang ingin di sampaikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Mural berasal dari kata ‘murus’, kata dari Bahasa Latin yang memiliki arti dinding.
Dalam pengertian kontemporer, mural adalah lukisan berukuran besar yang dibuat pada dinding
(interior ataupun eksterior), langit-langit, atau bidang datar lainnya. Menurut Susanto (Susanto,
2002, p. 76) mendefinisikan bahwa mural merupakan lukisan besar yang dibuat untuk
mendukung ruang arsitektur. Definisi tersebut bila diterjemahkan lebih lanjut, maka mural
sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari bangunan dalam hal ini dinding. Dinding dipandang tidak
hanya sebagai pembatas ruang maupun sekedar unsur yang harus ada dalam bangunan rumah
atau gedung, namun dinding juga dipandang sebagai medium untuk memperindah ruangan.
Sejarah awal mural dimulai jauh sebelum peradaban modern, bahkan diduga sejak 30.000
tahun sebelum Masehi. Sejumlah gambar prasejarah pada dinding gua di Altamira, Spanyol, dan
Lascaux, Prancis, yang melukiskan aksi-aksi berburu, meramu, dan aktivitas relijius, kerap kali
disebut sebagai bentuk mural generasi pertama. Selain memiliki nilai estetika yang dapat
memperindah kota, mural juga merupakan salah satu media yang efektif dalam menyampaikan
sebuah pesan (Gazali, 2017, p. 71). Oleh karena itu, mural dapat digunakan oleh masyarakat
sebagai media untuk menyalurkan aspirasi karena melalui seni mural sosialisasi yang dilakukan
diharapkan akan lebih komunikatif untuk masuk ruang publik.

Gambar 1. Contoh mural sebagai penyampaiaan ekspresi


Sumber (republika.co.id)

5
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya | Vol. 00 No.00 | Hal.

Dalam perkembangannya seni mural sebagai media untuk menyampaikan sebuah pesan juga
banyak dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai media beriklan. Melalui pesan yang ditampilkan
dalam lukisan di dinding-dinding ruang publik, sampai kepada mural digunakan sebagai salah
satu media untuk menyapaikan ekspresi tentang diri ataupun fenomena yang sedang
berlangsung pada saat mural tersebut di buat.

1. Proses dan Teknik Penciptaan Mural

Berbagai macam faktor yang melatar belakangi terciptanya mural. Dalam hal ini tentu
senimanlah yang paling vital pernananya. Dari dalam diri senimanlah akan lahir karya yang
menarik, karena secara teknik dan konsep mereka mampu melahirkan karya yang memiliki nilai
estetika yang tinggi. Dalam hal ini tentu latar belakang kesenimanan seorang seniman juga
menjadi titik tolak dalam penciptaan mural. Seberapa jauh mereka memahami kepentingan
publik, sejauh mana penguasaan bahan dan tekniknya serta bagaimana eksplorasinya. Pengaruh
lain adalah pengalaman seseorang atau sekelompok seniman dalam praktek seni mural karena
mereka akan berkarya pada bidang yang luas dan lebar, di sini ada perbedaan antara melukis di
atas kanvas atau kertas atau media lain dengan memakai media tembok yang panjang, lebar dan
luas, tentu saja memerlukan tekhnik tertentu dan bahan yang lain pula. Untuk pemilihan bahan
cat pada mural terutama yang dibuat di luar ruangan, harus dipilih yang benar-benar permanen
dalam semua keadaan. Pada seni mural, pembuat karya mural harus memperhitungkan jarak
pandang dalam pembuatan mural, dikarenakan cara untuk menikmatinya berbeda dengan
lukisan konvensional yang dipandang dari dalam ruang. Sebagai seniman yang mencetuskan ide
atau gagasan dalam penciptaan mural, perlu memikirkan kepentingan publik dalam
merumuskan gagasannya, tidak etis kalau hanya memikirkan ekspresi diri semata karena
berkaitan dengan lingkungan sekitar, ada banyak orang yang mengapresiasi, setiap orang yang
melewati jalan sehingga memerlukan perenungan yang dalam dan luas tentang dampak yang
akan ditimbulkan oleh mural tersebut pada ruang publik. Setelah menemukan gagasan yang
akan disampaikan kepada publik, lalu bagaimana perwujudan mural tersebut, tentu
visualisasinya harus dibuat sedemikian rupa agar berdampak positif bagi masyarakat.

2. Fungsi Seni Mural

Secara garis besar keberadaan karya seni secara teoritis mempunyai tiga macam fungsi
yaitu: fungsi personal, fungsi sosial, dan fungsi fisik. Fungsi personal; sebagai instrumen
ekspresi personal, seni semata-mata tidak dibatasi untuk dirinya sendiri. Maksudnya, ia tidak
secara eksklusif dikerjakan berdasarkan emosi pribadi, namun bertolak pada pandangan
personal menuju persoalan-persoalan umum di mana seniman itu hidup, yang nantinya akan
diterjemahkan seniman lewat lambang simbol yang terjadi pola umum pila. Di dalam seni
modern, unsur personal mendapat penghargaan yang tinggi, terutama karya seni yang
mengutamakan estetika sebagai tujuan utama kehadiran karya (Kartika, 2017, p. 32). Fungsi
sosial; semua karya seni selalu memiliki keterkaitan dengan masyarakat, karena karya seni
diciptakan untuk penghayat. Meskipun karya seni dibuat semata-mata untuk sipembuatnya,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa di balik itu semua sipencipta (seniman) mengharapkan
adanya sesuatu dari masyarakat penghayatnya, apakah masyarakat akan menerimanya dengan
rasa kagum dan menghargainya. Sebagai konsekuensi karya seni yang mereka susun atau
ciptakan merupakan respons social dengan dorongan personal, sekaligus mempunyai fungsi
sosial (Kartika, 2017, p. 32). Selanjutnya fungsi fisik, fungsi fisik yang dimaksud adalah kreasi
yang secara fisik dapat digunakan untuk kebutuhan praktis sehari-hari selain keindahan barang
itu sendiri. Dari penjelasan di atas yaitu fungsi seni secara umum, seni mural juga berkaitan
dengan ketiga fungsi seni tersebut. Dimana seni mural diciptakan seorang seniman (personal)
yang kemudian divisualkan dalam media tembok pada ruang-ruang publik yang secara otomatis
menjadi konsumsi masyarakat, dan seni mural juga memiliki kebutuhan praktis yaitu bagi
masyarakat secara langsung dapat menikmati nilai estetis yang telah divisualkan secara artistik.

6
Mural Sebagai Media Ekspresi
Muhammad Romly1), Gusti Muhammad Rizky Rahmatullah2)

Maka dapat dikatakan pula bahwa seni mural memiliki fungsi diberbagai aspek, meliputi:
politik, sosial budaya, estetik, ekonomi, dan pendidikan.

Gambar 2. Contoh mural sebagai penyampaiaan ekspresi dalam aspek politik


Sumber ( https://visualjalanan.org/web/mural-pancasila/ )

Gambar 2 merupakan salah satu contoh karya mural yang menggambarkan


salah satu ekspresi dalam aspek politik, terlihat dari pesan yang ada didalam karya
mural tersebut. seniman pada karya di gambar 2 ingin menyampaikan pada audiens
bahwa mural tersebut adalah ekspresi untuk mengingatkan kembali pancasila sebagai
dasar negara. Dalam seni mural ini, seniman ingin menegaskan bahwa dasar negara
kita Pancasila menjadi satu ikatan sosio historis yang mempersatukan suku dan
bangsa, serta bertujuan untuk mengingatkan kembali tentang semangat dalam
perjuangan.

Gambar 3. Contoh mural sebagai penyampaiaan ekspresi dalam aspek budaya


Sumber ( bali.tribunnews.com )

Gambar 3 adalah pengekspresian mural dalam aspek budaya, yang didalamnya


menonjolkan kultur budaya Bali yang di gambarkan dengan gambar Naga Taksaka dan

5
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya | Vol. 00 No.00 | Hal.

perempuan bali dengan simbol-simbol ragam hias yang memperkuat budaya Bali.
TATAN
SIMPULAN
Mural adalah sebuah ungkapan dari seniman dalam menyampaikan pesan kepada audiens
dalam bentuk visual. Didalam karya seni mural, selain pesan yang terdapat didalamnya, mural
juga memiliki ekspresi estetis yang dapat menarik perhatian audiens untuk melihatnya. Dari
contoh pada gambar 1, 2, dan 3 dapat kita lihat bahwasanya mural dapat diimplementasikan
pada banyak aspek, tergantung bagaimana keinganan seniman mural tersebut dalam
mengekpresikan pesan yang ingin disampaikan. Dalam hal ini dapat kita ketahui mural juga
berperan sebagai salah satu media komunikasi. Dan pada perkembangannya banyak perusahaan
yang menggunakan seni mural sebagai media pemasaran, dikarenakan mural dapat
menyampaikan isi pesan yang ingin disampaikan secara menarik.

DAFTAR PUSTAKA
Gazali, M. (2017). Seni Mural Ruang Publik dalam Konteks Konservasi. Imajinasi, 11(1), 69–
76. https://doi.org/10.15294/imajinasi.v11i1.11190
Kartika, D. S. (2017). Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.
Langer, S. K. (1997). Feeling and Form. Scribners.
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Malang: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. (2005). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Susanto, M. (2002). DIKSI RUPA, Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai