Anda di halaman 1dari 11

GRAFITI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL

(Analisis Semiotika Charles Sanders PeirceTentang Pesan Moral


Di Balik Graffiti Tembok Sekolah Di Kota Kupang)

Yohanes K.N. Liliweri1


Monika Wutun2
1,2
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UNDANA Kupang

ABSTRAK
Penelitian Grafiti Sebagai Media Komunikasi Visual bertujuan mendeskripsikan makna graffiti di
tembok sekolah berdasarkan elemen semiotika Peirce dan pesan moral dibalik graffiti tersebut.
Observasi dan studi dokumentasi dilakukan untuk menemukan tujuan penelitian dengan merujuk
pada trikotomi objek (ikon, indeks dan Simbol) dari Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce. Tim
Peneliti menemukan terdapat lima kategori karya grafiti di SDK Santa Familia dan SDK Santo Yoseph
sebagai objek penelitian. Kelima kategori itu diantaranya , (1) Grafiti Ajakan Moral Terkait
Pendidikan di SDK Santa Familia; (2) Grafiti Terkait Lingkungan Hidup di SDK Santa Familia; (3) Grafiti
Terkait Tertib Lalu Lintas di SDK Santa Familia; (4) Grafiti Terkait Mengenal Daerah di NTT pada SDK
SantoYoseph; dan (5) Grafiti Terkait Rohani Di SDK SantoYoseph. Sementara pesan moral yang
terkandung pada karya grafiti tidak sekedar tampilan kata-kata tetapi penanaman nilai moral yang
baik sejak dini agar menghasilkan siswa yang berkarakter kuat, tahu menghargai pendidikan formal,
mau mengenal budaya daerah, serta tertib peraturan dan memiliki integritas rohani yang baik.
Kata kunci: grafiti, tembok sekolah, pesan moral.
Di Indonesia, pada masa perang
PENDAHULUAN kemerdekaan Grafitimenjadi alat propaganda
Manusia primitif sudah mulai yang efektif dalam menggelorakan semangat
menggunakan media komunikasi dalam melawan penjajah Belanda. Keberanian
menyampaikan pesan untuk perburuan lewat menuliskan Grafitimaka nyawa menjadi
coretan di dinding. Pada masa itu, taruhannya. Masyarakat yang menjadi penulis
Grafitidigunakan sebagai sarana mistik dan Grafitipada saat itu menjadi posisi yang
spiritual. Tujuannya untuk membangkitkan penting juga dalam masa perang
semangat berburu. Setelah manusia primitif, kemerdekaan. Pelukis Affandi pada masa
memasuki zaman Mesir Kuno aktivitas peperangan melawan penjajahan Belanda
melukis di dinding-dinding juga terlihat lewat pernah membuat slogan yang dia buat ”Boeng
lukisan di dinding piramida. Lukisan ini Ajo Boeng!” yang kemudian dituliskan di
mengomunikasikan alam lain yang ditemui tembok-tembok jalanan.1
seorang pharaoh Firaun setelah dimumikan. Namun seiring dengan terbukanya
Kegiatan Grafitisebagai sarana informasi dan teknologi yang memungkinkan
menunjukkan ketidakpuasan baru dimulai masyarakat dapat mengakses berita dari
pada zaman Romawi dengan bukti adanya ruang maya (internet), Grafitimenemukan
lukisan sindiran terhadap pemerintahan di gayanya yang baru di Indonesia. Gerakan yang
dinding-dinding bangunan. Lukisan ini mengarah pada artisticgraffiti ini dipelopori
ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. kebanyakan oleh mahasiswa seni rupa di
Sementara di Roma sendiri dipakai sebagai Jakarta, Bandung dan Jogjakarta. Karya-karya
alat propaganda untuk mendiskreditkan 1
Selanjutnya dapat dibaca pada Jurnal NIRMANA, VOL.8, NO. 2,
pemeluk Kristen yang pada zaman itu dilarang Juli 2006: 51-57;JurusanDesainKomunikasi Visual,
FakultasSenidanDesain –Universitas Kristen Petra, atau bisa
kaisar. diakses di
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID
=DKV

1089
Yohanes K.N. Liliweri, Monika Wutun

Grafitidari luar negeri pun menjadi inspirasi Sementara manfaat penelitian ini terdiri
pembuat Grafiti(selanjutnya disebut bomber) dari akademis dan praktis. Manfaat
di Indonesia. Grafitinaik pamornya pada masa akademisnya diharapkan dapat
1990 awal. Pada saat itu Grafitidiangkat oleh mengembangkan kajian semiotika peirce
Alm. YB Mangunwidjaja atau Romo Mangun terkait karya seni (graffiti). Sedangkan
menjadi salah satu bentuk kesenian dalam manfaat praktis sebagai masukkan dan alat
program Grafitidan seni mural untuk penyadar bagi sekolah dengan tampilan
perkampungan kumuh di pinggiran Kali Code, graffiti pada tembok agar memahami dibalik
Jogjakarta.2 karya seni tersebut terdapat pesan moral
Di Kota Kupang, Grafitisebagai bagian sebagai presentasi diri sekolah bersangkutan
dari seni lukis menggunakan media tembok dalam menilai realitas sosial.
dan cat semprot mulai ditampilkan di area
publik, seperti di Halte, Terminal Bus, Taman KAJIAN PUSTAKA DAN METODE
Kota, dan juga belakangan mulai terpampang Media Komunikasi Dan Pesan Moral
dengan jelas di dinding beberapa lembaga Media komunikasi adalah suatu sarana
pendidikan formal. Contohnya dapat dilihat di komunikasi bisa berupa alat atau sarana yang
dinding pagar tembok sekolah-sekolah digunakan komunikator dalam menyampaikan
termasuk di dua Sekolah Dasar di Kota Kupang informasi atau pesan kepada orang banyak.
yakni di SDK Santo Yoseph Naikoten dan SDK Media komunikasi manusia adalah
Santa Familia Sikumana. pancaindera khususnya mata dan telinga.
Fungsi media komunkasi adalah sebagai
Pelukisan seni Grafiti menggunakan sarana untuk melihat, menafsirkan,
komposisi warna, garis, volume, tulisan,
memahami sesuatu informasi yang ada di
gambar, tulisan dan gambar tertampilkan di sekitar kita.
kedua kompleks Sekolah tersebut. Melukis Ada empat fungsi media komunikasi,
Grafitidi tembok selalu disertai bahasa unik diantaranya: (1) Media komunikasi sebagai
dan menarik untuk merespon penikmat atau sarana mempermudah dalam penyampaian
pembaca Grafititersebut. Ungkapan pada
suatu komunikasi kepada orang banyak. (2)
Grafitimemiliki bentuk, makna, serta fungsi Media komunikasi sebagai sarana untuk
berbeda yang dapat menampilkan makna lain mempercepat informasi sampai. (3) Media
dibalik apa yang tertampilkan di dinding komunikasi sebagai sarana untuk
kedua Sekolah tersebut. Pemaknaan terhadap mempercepat isi pesan yang sifatnya abstrak.
seni Grafititidak hanya sebatas pada apa yang
(4) Media komunikasi dapat sebagai sarana
ditangkap indera penglihatan, tetapi untuk komunikasi agar lebih bersemangat.
diharapkan dengan menggunakan analisis Media komunikasai berdasarkan
semiotika Model Charles Sanders Peirce bentuknya, dibedakan menjadi empat jenis.
dengan sign (Tanda/Representamen),object
(1)Media cetak yang terdiri dari berbagai
(objekdan interpretant (Interpretan) macam barang yang tercetak sebagai saran
agardapat mengungkap pesan moral dibalik informasi, misalnya: surat kabar/koran,
Grafitipada tembok kedua sekolah tersebut. brosur, buletin, pamflet dan lainnya. (2)Media
Penelitian inihanya mengkaji makna tanda audio yang berfungsi sebagai penerima
dari aspek object (objek) yang terdiri dari Ikon,
informasi dan disampaikan melalui indera
Indeks dan Simbol. pendengaran seperti radio dan telepon.
(3)Media visual merupakan media komunikasi
2
Ibid.
di mana informasinya hanya disampaikan

1090
GRAFITI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL (Analisis Semiotika Charles Sanders PeirceTentang Pesan Moral Di Balik
Graffiti Tembok Sekolah Di Kota Kupang)

dalam bentuk gambar atau sesuatu yang bisa Komunikasi Visual


ditangkap poleh indera penglihatan, misalnya Komunikasi Visual adalah komunikasi
foto. Dan, (4)Media audio visual adalah media melalui penglihatan. Komunikasi visual
komunikasi yang bisa dilihat juga bisa merupakan sebuah rangkaian proses
didengar, misalnya Televisi dan Video. penyampaian kehendak atau maksud tertentu
Media Komunikasi yang digunakan kepada pihak lain dengan penggunaan media
merupakan sarana untuk menyampaikan penggambaran yang hanya terbaca oleh
pesan. Menurut Berlo dalam Mulyana indera penglihatan. Komunikasi visual
(2007:162), pesan merupakan terjemahan mengkombinasikan seni, lambang, tipografi,
gagasan ke dalam kode simbolik, seperti gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna
bahasa atau isyarat. Yongky Safanayong dalam penyampaiannya.
(2006:18), mengemukakan ada tiga tahapan Menurut Widagdo (1993:31) desain
untuk merumuskan pesan yang efektif, komunikasi visual dalam pengertian modern
diantaranya melahirkan pesan, mengevaluasi adalah desain yang dihasilkan dari
dan memilih pesan serta menyampaikan rasionalitas. Dilandasi pengetahuan, bersifat
pesan. Pesan terbagi atas dua jenis, yaitu rasional, dan pragmatis. Jagat desain
pesan verbal dan pesan nonverbal. komunikasi visual senantiasa dinamis, penuh
Moral sendiri berasal dari kata mos gerak, dan perubahan. Hal itu karena
dalam bahasa Latin, dan bentuk jamaknya peradaban dan ilmu pengetahuan modern
mores yang berarti tata cara, adat dan memungkinkan lahirnya industrialisasi.
kebiasaan. Moral adalah suatu keyakinan Sebagai produk kebudayaan yang terkait
tentang benar salah, baik buruk yang sesuai dengan sistem sosial dan ekonomi, desain
dengan kesepakatan sosial maupun agama komunikasi visual juga berhadapan pada
yang mendasari tindakan atau pemikiran konsekuensi sebagai produk masal dan
(Abdilah, 2014).Pesan moral selalu mengacu konsumsi massa.
pada baik buruknya manusia sebagai manusia, Terkait dengan itu, T.Sutanto (2005:15-
ajaran-ajaran, patokan-patokan, kumpulan 16) menyatakan, desain komunikasi visual
peraturan, ketetapan tentang bagaimana senantiasa berhubungan dengan penampilan
manusia harus hidup dan berntindak agar rupa yang dapat diserap orang banyak dengan
menjadi manusia yang baik. Norma-norma pikiran maupun perasaannya. Rupa yang
moral adalah tolak ukur untuk menentukan mengandung pengertian atau makna, karakter
benar salah sikap dan tindakan manusia serta suasana, yang mampu dipahami (diraba
dilihat dari segi baik buruknya manusia. dan dirasakan) oleh khalayak umum atau
Dalam konteks Grafitiatau karya seni terbatas. Dalam pandangan Sanyoto (2006:8)
jalanan lainnya, pesan-pesan moral normatif desain komunikasi visual memiliki pengertian
dalam Grafitiyang terencana dan terkonsep secara menyeluruh, yaitu rancangan sarana
secara matang tentunya baik visualisasi dalam komunikasi yang bersifat kasat mata.
bentuk gambar maupun teks harus bisa Desain komunikasi visual adalah ilmu
mengomunikasikan pesan moral di dalamnya. yang mempelajari konsep komunikasi dan
Semua pesan moral dikemas dengan baik, dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan
adanya kesesuaian antara tema, serta dalam berbagai media komunikasi visual
memuat pesa moral di dalamnya. dengan mengolah elemen desain grafis terdiri
dari gambar (Ilustrasi), huruf, warna,
komposisi dan layout. Semuanya itu dilakukan
guna menyampaikan pesan secara visual,

1091
Yohanes K.N. Liliweri, Monika Wutun

audio, dan audiovisual kepada target sasaran sekitar. Karya Grafiti yang hadir di ruang
yang dituju. publik menjadi sebuah sensasi visual dan
elemen estetis di tengah hiruk pikuk ruang
Grafiti publik.
Grafiti adalah corat-coret, gambar dan Nova Suardika menulis fungsi dari karya
tulisan yang ’dituliskan’ pada tembok dan Grafiti diantaranya: Bahasa rahasia kelompok
dinding-dinding. Digunakan dua istilah kata tertentu. Sarana ekspresi ketidak puasan
tembok dan dinding dalam penelitian ini terhadap keadaan sosial. Sarana
karena dua kata tersebut memiliki pengertian pemberontakan. Sarana ekspresi ketakutan
yang berbeda. Tembok memiliki pengertian terhadap kondisi politik dan sosial. Dan sarana
dinding dari batu bata; tambak (bendung) dari ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik
batu, batu bata, dan sebagainya; mendinding dan sosial.3
dengan tembok. Sedangkan kata
dindingmengacu pada makna: penutup Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce
(penyekat) ruang, rumah, bilik, dsb. (dibuat) Secara etimologis semiotika berasal dari
dari papan, anyaman bambu, tembok kata Yunani semeion yang berarti “tanda”.
dsb(KBBI, 2009: 206 dan 922). Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu
Aris Darisman dalam jurnal edisi online yang atas dasar konvensi sosial yang
yang diterbitkan oleh Visual Communication terbangun sebelumnya, dapat dianggap
Design, School of Design, BINUS University, mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara
Jakarta Barat dengan judul Karya Grafiti terminologis, semiotics dapat diartikan
Sebagai Representasi Persoalan Sosial Di Kota sebagai ilmu yang mempelajari sederetan
Bandung memaparkan perspektif sejarah objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh
kehadiran Grafiti sampai pada maksud kebudayaan tanda (Sobur, 2002).
kehadirannya. Darisman menjelakan Jika membandingkan dalam semiotika
Fenomena kehadiran Grafiti sebagai bagian Saussure yang menawarkan konsep dyadic,
dari budaya visual di tengah-tengah maka dalam konsep Peirce menawarkan
masyarakat luas (ruang publik) telah menjadi model dengan apa yang disebut triadic dan
hal yang umum. Grafiti, secara umum dapat konsep trikonominya yang terbagi menjadi
diartikan sebagai tulisan, gambar, coretan, tiga, yakni sebagai berikut:
yang dihasilkan melalui sebuah teknik 1. Representamen (sign), yakni bentuk
tertentu (Murray & Murray, 2006). yang diterima oleh tanda atau
Karya Grafiti berkisar dari tulisan atau berfungsi sebagai tanda (Saussure
kata-kata sederhana sampai pada lukisan yang menamakannya signifier).
memiliki tingkat kerumitan yang cukup tinggi. Representamen kadang diistilahkan
Pada perkembangannya, Grafiti kemudian juga menjadi sign.
menjadi semacam penanda identitas personal 2. Interpretant, yakni bukan penafsir
maupun kolektif (komunitas, atau geng), yang tanda, akan tetapi lebih merujuk pada
digunakan sebagai penunjuk wilayah mereka makna dari tanda.
sekaligus sebagai bagian dari cara mereka 3. Object, yakni sesuatu yang merujuk
berkomunikasi. Hal tersebut seakan telah pada tanda. Sesuatu yang diwakili
umum menjadi bagian dari keseharian
3
masyarakat kota. Ketika mengendarai Dapat diakses lebih lanjut di
kendaraan, menunggu bus di halte, berjalan http://novasuardika.blogspot.co.id/p/blog-
page.html
kaki di sepanjang trotaor, graffiti hadir di

1092
GRAFITI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL (Analisis Semiotika Charles Sanders PeirceTentang Pesan Moral Di Balik
Graffiti Tembok Sekolah Di Kota Kupang)

oleh representamen yang berkaitan  Legisign adalah tanda yang menjadi


dengan acuan. Object data berupa tanda berdasarkan suatu peraturan
representasi mental (ada dalam yang berlaku umum, suatu konvensi,
pikiran), dapat juga berupa sesuatu suatu kode. Misalnya rambu-rambu
yang nyata di luar tanda. (Peirce, 1931 lalu lintas ketika merah harus
& Silverman, 1983, dalam Maulana, berhenti, kuning harus hatt-hati dan
2016). hijau diperkenankan untuk jalan.
Titik sentral dari teori pemikiran Peirce (2) Trikotomi kedua:
tersebut adalah pada trikonomi dengan tiga  Ikon adalah tanda yang meyerupai
tingkat dan sembilan sub-tipe tanda. Berikut benda yang diwakilinya atau suatu
tabelnya: tanda yang menggunakan kesamaan
Tabel Kategori dan Trikotomi Jaringan atau cirri-ciri yang sama dengan apa
Semiotika C.S.Peirce yang dimaksudkannya. Misalnya
kesamaan sebuah peta dengan
Represent Objek Interpretan
wilayah geografis yang
Trikotomi amen
digambarkannya foto, dan lain-lain.
Kategori  Indeks adalah tanda yang sifat
Firstness Qualisign Ikon Rheme tandanya tergantung pada
Otonom
keberadaanya suatu denotasi,
Secondness Sinsign indeks Dicent
Dihubungkan sehingga dalam terminologi Peirce
dengan realitas merupakan suatu secondness.
Misalnya tanda asap dengan api,
penunjuk jalan, tanda penunjuk angin.
Thirdness Legisign Simbol Argument
Dihubungkan  Simbol adalah suatu tanda, dimana
dengan aturan, hubungan tanda dan denotasinya
konvensi, atau ditentukan oleh suatu peraturan yang
kode
berlaku umum atau dtentukan oleh
suatu kesepakatan bersama
Untuk masing-masing pengertian dari tiga (konvensi). Misalnya tanda-tanda
trikonomi diatas adalah sebagai barikut: kebahasaan adalah simbol.
(1) Trikotomi pertama: (3) Trikotomi ketiga:
 Qualisign adalah tanda yang menjadi  Rhema, bilamana lambang tersebut
tanda berdasarkan sifatnya. Misalnya interpretannya adalah sebuah first
sifat warna merah adalah qualisign, dan makna tanda tersebut masih
karena dapat dipakai tanda untuk dapat dikembangkan.
menunjukan cinta, bahaya atau  Decisign, bilamana antara lambang itu
larangan. dan interpretannya terdapat
 Sinisgn adalah tanda-tanda yang hubungan yang benar ada
menjadi tanda berdasarkan bentuk (merupakan secondness)
atau rupanya di dalam kenyataan.  Argument, bilama suatu tanda dan
Semua ucapan yang bersifat individual interpretannya mempunyai sifat yang
bias merupakan sinisgn. Misalnya berlaku umum (merupakan thirdness).
suatu jeritan,dapat berarti heran, (Nawiroh, 2014)
senang, atau kesakitan.

1093
Yohanes K.N. Liliweri, Monika Wutun

HASIL DAN PEMBAHASAN Di SDK Santa Familia Sikumana yang


Grafiti di SDK Santa Familia terletak di Jalan Oebonik Kelurahan Sikumana
Grafiti adalah corat-coret, gambar dan Kecamatan Maulafa Kota Kupang pada
tulisan yang ’dituliskan’ pada tembok dan tembok (yang berfungsi sebagai pagar)
dinding-dinding. Karya Grafiti berkisar dari sekolah terdapat sejumlah art street termasuk
tulisan atau kata-kata sederhana sampai pada grafiti dan mural. Khusus untuk penelitian ini,
lukisan yang memiliki tingkat kerumitan yang hanya akan ditampilkan karya grafiti pada
cukup tinggi. Pada perkembangannya, Grafiti tembok SDK Santa Familia.
kemudian menjadi semacam penanda Berikut tampilan grafiti tembok sekolah
identitas personal maupun yang digunakan SDK Santa Familia yang dikategorikan ke
sebagai penunjuk wilayah mereka sekaligus dalam tiga kelompok yaitu (1) Ajakan moral
sebagai bagian dari cara mereka terkait pendidikan formal; (2) Lingkungan
berkomunikasi. hidup, dan (3) Tertib lalu lintas.

(1) Grafiti Ajakan Moral Terkait Pendidikan di (2) Grafiti Terkait Lingkungan Hidup di SDK Santa
SDK Santa Familia Familia

(3) Grafiti Terkait Tertib Lalu Lintas di SDK Santa


Familia

Deskripsi Grafiti di SDK Santo Yoseph dalam dua kelompok grafiti. Pertama, gafiti
Grafiti yang terdapat di tembok SDK terkait mengenal daerah di NTT. Dan Kedua,
Santo Yoseph Naikoten yang terletak di di grafiti terkait nilai rohani. Untuk lebih jelasnya
Jalan Herewila Kelurahan Naikoten II berikut tampilan grafiti daeri kedua kategori
Kecamatan Oebobo dapat dikategorikan ke tersebut:

1094
GRAFITI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL (Analisis Semiotika Charles Sanders PeirceTentang Pesan Moral Di Balik
Graffiti Tembok Sekolah Di Kota Kupang)

(1) Grafiti Terkait Mengenal Daerah di NTT pada (2) Grafiti Terkait Nilai Rohani Di SDK Santo Yoseph
SDK Santo Yoseph

Makna Trikotomi Objek Semiotika Peirce Pada Grafiti ajakan moral terkait
Pada Grafiti Tembok SDK Santa Familia dan pendidikan di SDK Santa Familia, terdapat
SDK Santo Yoseph enam karya graffiti yang tertulis sebagai ikon
Trikotomi objek semiotika Peirce yang yakni Indonesia Membaca, Pendidikan
tertampilkan pada grafiti tembok SDK Santa Karakter, Kami Datang Untuk Belajar Kami
Familia dan SDK Santo Yoseph, dikategorikan Pulang Membawa Ilmu, Railah Cita-Citamu
ke dalam lima kelompok diantaranya:(1) Setinggi Langit, WELCOME BACK TO SCHOOL,
Grafiti Ajakan Moral Terkait Pendidikan di SDK dan Tak Ada Orang Hebat Yang Malas Untuk
Santa Familia; (2) Grafiti Terkait Lingkungan Belajar. Grafiti tersebut menunjukkan posisi
Hidup di SDK Santa Familia; (3) Grafiti Terkait SDK Santa Familia sebagai lembaga
Tertib Lalu Lintas di SDK Santa Familia; (4) pendidikan dikelolah oleh Yayasan berbasis
Grafiti Terkait Mengenal Daerah di NTT pada gereja Katholik, memang mengedepankan
SDK SantoYoseph; dan (5) Grafiti Terkait Nilai pendidikan karakter dengan ajakan positif
Rohani Di SDK SantoYoseph. pada tampilan fisik mulai dari tembok
Kelima kategori Grafiti ini, kemudian sekolah.
dianalisis dengan elemen trikotomi objek Grafiti lainnya adalah terkait lingkungan
pada semiotika Peirce yang terdiri dari Ikon, hidup di SDK Santa Familia. Karya yang
menerangkan hubungan antara tanda dan tertampilkan lewat ikon diantaranya:
objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Sekolahku - Cinta dan Peduli Lingkungan - 5
Indeks, menerangkan tanda yang langsung Juni - Hari Lingkungan HIDUP dan Sampah -
mengacu pada kenyataan. Dan, Simbol, Tempat Sampah. Kedua karya ini
menerangkan tanda konvensional / tanda menunjukkan kepedulian yang tinggi dari SDK
dapat pula mengacu ke denotatum melalui Santa Familia dan cinta pada lingkungan hidup
konvensi. yang tertampilkan lewat penghargaan
terhadap hari lingkungan hidup. Selain itu,

1095
Yohanes K.N. Liliweri, Monika Wutun

siswa ditanamkan sikap tanggung jawab untuk seperti tulisan dengan warna merah berarti
membuang sampah pada tempatnya sebagai kekuatan, bertenaga, kehangatan dan cinta.
bentuk kecintaan terhadap lingkungan. Selain Sementara tulisan berwarna hitam
itu, semiotika warna yang tertampilkan melambangkan kekuatan, kemewahan, dan
seperti biru sebagai simbol kebersihan dan keanggunan.
kuning sebagai harapan filosofi hidup bersih Kategori Grafiti yang kedua adalah
ditanamkan sejak anak-anak (SD). penanaman nilai rohani khususnya ajaran
Kategori Grafiti ketiga di SDK Santa agama katholik di SDK Santo Yoseph. Ikon
Familia adalah tertib lalu lintas yang ikonnya yang terlihat pada Grafiti ini yakni tulisan
bertuliskan Patuhilah Rambu-Rambu Lalu Jesus Christ, Santo Joseph, I’M Cahtholic,
Lintas. Graffiti ini mau menunjukkan pesan Rohani, Katolik Yesus, dan Jesus. Indeks yang
yang ingin disampaikan oleh pihak SDK tertampilkan dari graffiti kategori ini adalah
St.Familia kepada para siswa dan orang tua pelambangan sebagai penegasan status
siswa agar senantiasa taat berlalu lintas. Nilai Sekolah ini adalah sekolah katholik. Sehingga
ini ditanamkan sejak dini, agar anak-anak simbol yang ingin ditampilkan adalah SDK
kelak dapat menjadi pengguna jalan raya yang Santo Yoseph adalah sekolah katholik yang
patuh pada aturan lalu lintas. mengikuti dan berpedoman pada nilai-nilai
Selain SDK Santa Familia, penelitian ini kekatholikkan yakni iman kepada Yesus
juga diarahkan untuk menganalisis graffiti Kristus dan diberkati oleh Santo Pelindung
yang tertampilkan di tembok sekolah SDK sebagai manusia kudus pengantara umat
Santo Yoseph. Di SDK Santo Yoseph terdapat katholik dengan Tuhan dalam kegiatan belajar
dua kategori Grafiti yakni mengenal daerah di mengajar secara formal maupun
NTT dan penanaman nilai rohani khususnya ekstrakurikuler.
ajaran agama katholik.
Grafiti kategori pertama di SDK Santo Pesan moral yang dibalik Grafiti tembok
Yoseph adalah Mengenal Daerah di NTT sekolah di Kota Kupang
dengan tampilan 16 ikon tampilan graffiti Karya Grafiti yang terdapat di tembok
diantaranya Lamalera, Moko Alor, IPemuda SDK Santa Familia dan SDK Santo Yoseph
Naikoten II, WEKUPANG, ADONARA HKC, tentu bukan karya grafiti vandal. Setiap
SUMBA, FLORES, KUPANG, CAMPAR gambar dan tulisan yang terdapat di kedua
(Kampung Alor) NTT, ROTENDAONTT, tembok (pagar) kedua sekolah tersebut syarat
ENDE LIO, ADONARA, SABU sebanyak 2 kali, makna. Dibalik makna yang terkandung pada
MAUMERE, dan NTT * SUMBA NUSA setiap gambar dan tulisan, terdapat pesan
TENGGARA TIMUR. Tampilan Grafiti ini moral yang mengacu pada nilai pendidikan
menunjukkan bahwa pihak SDK Santo Yoseph manusia yang hakiki baik pendidikan formal
berusaha menampilkan keanekaragaman maupun pendidikan karakter. Selain itu nilai-
daerah di NTT mulai dari nama daerahnya nilai kehidupan yang positif pun terkandung
bahkan dilengkapi dengan tanda yang menjadi pada karya grafiti tersebut, seperti nilai-nila
ciri khas atau identik dengan daerah yang cinta lingkungan hidup, cinta pada peraturan
dituliskan. Kekhasan yang ditunjukkan yang mengatur kehidupan dan cinta pada
diantaranya nama, tampilan rumah adat, daerah dan kebudayaan daerah sendiri di
tampilan adat perkawinan, ritual adat, dan hal Provinsi Nusa Tenggara Timur.
lain yang menggugah para penikmat seni Berdasarkan hasil analisis semiotika
jalanan ini mengingat kembali daerah yang Charles Sanders Peirce dengan trikotomi
tertuliskan. Terdapat juga semiotika warna objek terdiri dari Ikon, Indeks dan Simbol yang

1096
GRAFITI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL (Analisis Semiotika Charles Sanders PeirceTentang Pesan Moral Di Balik
Graffiti Tembok Sekolah Di Kota Kupang)

digunakan Tim Peneliti, dapat diperolah dari c) Kami Datang Untuk Belajar Kami
ke-31 gambar yang terkategori karya grafiti Pulang Membawa Ilmu; pesan moral
terdapat lima kategori yang membingkai karya dibalik grafiti ini adalah ajakan
grafiti yang terdapat di kedua Sekolah menyadarkan para siswa SDK Santa
tersebut yang merupakan sekolah di bawah Familia untuk belajar dengan penuh
asuhan Suster-Suster dari Tarekat tanggung jawab di sekolah ini selama
(Konggregasi) Putri Renya Rosari (PRR). enam tahun.
Untuk mengetahui pesan moral dibalik d) Railah Cita-Citamu Setinggi Langit;
kelima kategori grafiti tersebut, berikut uraian pesan moral dibalik grafiti ini yakni
untuk tiap kategori: menanamkan dalam diri para siswa
(1) Grafiti Ajakan Moral Terkait Pendidikan SDK Santa Familia untuk tidak boleh
di SDK Santa Familia takluk dengan tantangan dari
Grafiti ajaran moral terkait kehidupan ini tetapi mau berupaya
pendidikan di SDK Santa Familia terdiri menggantungkan cita-cita setinggi
dari enam karya grafiti berikut ini: langit dan meraih cita-cita itu.
a) Indonesia Membaca; pesan moral e) WELCOME BACK TO School; pesan
yang terdapat pada karya grafiti ini moral dibalik grafiti welcome back to
mengandung ajakan bagi warga SDK school yakni ajakan moral bagi para
Santa Familia baik itu para Guru guru dan siswa utuk selalu
maupun siswa untuk menyadari merindukan sekolah tempat mereka
terdapat budaya yang harus mengabdi dan menimba ilmu. Guru
digalakkan di Negara Indonesia ini berdiri di depan kelas tetapi tidak
yakni budaya membaca. Karena itu, mengkerdilkan siswa. Guru
karya grafiti yang ditampilkan adalah memberikan kesempatan pada siswa
Indonesia membaca agar warga SDK untuk ada dalam suasana belajar
Santa Familia menyadari sebagai interaktif yang terlihat pada gambar
bagian dari bangsa ini, kewajiban pendukung dari tulisan tersebut.
membaca adalah hal yang tidak dapat f) Tak Ada Orang HEBAT Yang Malas
ditawar, sebab buku adalah gudang Untuk Belajar; pesan moral yang
ilmu. Selain itu kebiasaan membaca terkandung pada Grafiti ini adalah
akan menjadi bagian dari kebiasaan penanaman nilai-nilai positif yakni
para siswa jika mulai ditanamkan menyadarkan siswa bahwa tidak ada
sejak dini, sejak SD. kesuksesan yang diperoleh tanpa
b) Pendidikan Karakter; pesan moral kerja keras. Karena apa yang anda
dibalik karya grafiti pendidikan tanam, itulah yang akan dituai.
karakter diperoleh gambaran (2) Grafiti Terkait Lingkungan Hidup di SDK
keberadaan lembaga pendidikan Santa Familia
formal seperti SDK Santa Familia a) Sekolahku - Cinta dan Peduli
sebagai tempat di mana para siswa Lingkungan - 5 Juni - Hari Lingkungan
dididik dan dibina. Para siswa tidak Hidup; pesan moral dibalik Grafiti ini
hanya diajarkan ilmu yang bersifat adalah penanaman nilai dalam diri
ilmiah rasional, tetapi juga dibentuk para siswa SD agar menyadari Sekolah
kepribadian lewat disiplin dan lainnya tempat mereka menimba ilmu adalah
sehingga menghasilkan siswa yang sekolah yang cinta dan peduli dengan
berkarakter kuat dan positif. kelestarian lingkungan hidup demi

1097
Yohanes K.N. Liliweri, Monika Wutun

ketersediaan sumber daya alam yang budaya sendiri sebagai budaya asli yang
memadai di masa depan. Selain itu, harus dihargai dan diturunkan dari
siswa pun disadarkan akan hari generasi ke generasi berikutnya.
lingkungan hidup yang jatuh pada Penanamkan kecintaan akan daerah dan
tanggal 5 Juni setiap tahunnya. budayanya dapat dimulai sejak dini agar
b) Sampah - Tempat Sampah; pesan para siswa mengenal dan mencintai
moral dibalik grafiti ini yakni warga dengan hati demi pembentukkan
SDK Santa Familia baik guru maupun karakter siswa yang mau menghargai
siswa untuk selalu membiasakan budaya dan daerah asalnya.
membuang sampah pada tempatnya (5) Grafiti Terkait Nilai Rohani Di SDK
sebagai bentuk kecintaan terhadap SantoYoseph
lingkungan hidup. Pesan moral dibalik grafiti terkait Nilai
(3) Grafiti Terkait Tertib Lalu Lintas di SDK Rohani di SDK Santo Yoseph adalah
Santa Familia menanamkan nilai-nilai kekatholikan
a) Patuhilah Rambu-Rambu Lalu Lintas; sebagai ciri khas dari sekolah ini. Sebab
pesan moral dari grafiti ini adalah sekolah ini dijalankan oleh
pentingnya kesadaran siswa untuk Persekutuan/Komunitas pada suster yang
mematuhi aturan lalu lintas dengan berlindung dibawah nama Tarekat Puteri
mengikuti setiap rambu-rambu lalu Renya Rosari (PRR). SDK Santo Yoseph
lintas di jalan raya. Selain itu, tampilan dan SDK Santa Familia sama-sama
seorang Polisi dan Pengendara dijalankan oleh para suster PRR. Dari
Kendaraan bermotor menjadi Grafiti ini dapat terlihat pesan moral yang
visualisasi yang baik untuk mau dikomunikasikan selain nilai
menyadarkan para siswa SD akan kekatholikan, sebenarnya hal lain yang
pentingnya patuh pada rambu-rambu mau ditanamkan juga kecintaaan pada
lalu lintas demi keselamatan Tuhan Yesus, Santo Pelindung Sekolah,
berkendaraan sejak dini. dan kesadaran para siswa akan siapa
(4) Grafiti Mengenal Daerah di NTT pada mereka sebagai anak-anak katholik.
SDK SantoYoseph
Pesan moral yang terdapat pada grafiti KESIMPULAN DAN SARAN
mengenal daerah di NTT pada SDK Santo Grafiti merupakan karya seni jalanan
Yoseph mau mengajarkan pada para atau dikenal dengan art street yang menghiasi
siswa untuk tidak hanya sekedar tahu jalanan di berbagai Kota termasuk di Kota
Kota Kupang sebagai tempat di mana Kupang. Salah satu fenomena yang menarik
mereka tinggal, tetapi juga mengenal adalah kehadiran grafiti di tembok sekolah
daerah-daerah lain yang ada di provinsi yakni SDK Santa Familia dan SDK Santo
ini. Selain memperkenalkan nama pulau, Yoseph. Kedua sekolah ini menghadirkan
diperkenalkan pula nama kota dan desa aneka karya grafiti yang memiliki pesan moral
yang memiliki ritual adat yang mendunia, yang dalam.
begitu juga dengan simbol-simbol Pesan moral dimaksud tidak sekedar
kedaearahan yang tertampilkan pada tampilan kata-kata atau gambar di tembok
Grafiti mengenal daerah di NTT. sekolah tetapi penanaman nilai moral yang
Tujuan dari kehadiran grafiti ini di baik sejak dini agar menghasilkan siswa yang
tembok SDK Santo Yoseph adalah berkarakter kuat, tahu menghargai
menanamkan cinta akan daerah dan pendidikan formal, mau mengenal budaya

1098
GRAFITI SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI VISUAL (Analisis Semiotika Charles Sanders PeirceTentang Pesan Moral Di Balik
Graffiti Tembok Sekolah Di Kota Kupang)

daerah, serta tertib peraturan dan memiliki bagi kedua sekolah SDK Santa Familia dan SDK
integritas rohani yang baik. Santo Yoseph agar menyadari kehadiran
Secara akademis Tim Peneliti grafiti di tembok sekolah tidak sekedar
menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat menjadi hiasan tetapi memiliki pesan moral
mengkaji lebih mendalam semua elemen yang terkait pembentukkan karakter siswa sejak
terdapat pada semiotika Charles Sanders dini.
Peirce, karena penelitian ini hanya focus pada
elemen objek.Saran praktis dari penelitian ini,

DAFTAR PUSTAKA
Buku/E-book:
Danesi, Marcel. 2004. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2009.
Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication. Fifth Edition. New York:
Wadsworth Publishing Company.
Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Penerjemah I. soetikno. Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama.
Meleong. J. Lexy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara
Samovar, Larry A dan Porter, Richard E dan McDaniel, Edwin R. 2010.Komunikasi Lintas Budaya.
Jakarta: Salemba Humanika.
Sobur, Alex. 2002. Semiotika Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Karya Ilmiah/Jurnal:
Prastya, Tegus. 2016. Analisis Bahasa Grafiti Tembok Di Kota Surakarta: Tinjauan Sosiolinguistik.
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, Universitas Muhammadyah: Surakarta.
Wicandra, Obed Bima. Grafiti Di Indonesia: Sebuah Politik Identitas Ataukah Tren? (Kajian Politik
Identitas pada Bomber di Surabaya). Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan
Desain, Universitas Kristen Petra: Surabaya.
Alamanda, Zilda. Grafiti Berbahasa Minangkabau Pada Angkutan Kota di Kota Padang dalam
WACANA ETNIK, Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora. ISSN 2098-8746. Volume 1, Nomor 2,
Oktober 2010. Halaman 129 - 140. Padang: Pusat Studi Informasi dan Kebudayaan
Minangkabau (PSIKM) dan Sastra Daerah FIB Universitas Andalas.

Sumber Internet:
htttp://www.encarta.msn.com.
http://www.muradmaulana.com/2016/09/mengenal-pemikiran-charles-sanders.html.
http://novasuardika.blogspot.co.id/p/blog-page.html
www.panyingkul.com
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV
http://www.wikipedia.com

1099

Anda mungkin juga menyukai