Anda di halaman 1dari 9

IDENTITAS BUDAYA LOKAL

DALAM FILM GOLOK LANANG WANTEN


KARYA DARWIN MAHESA

Kamelia

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat identitas budaya lokal masyarakat Indonesia
khusunya di Provinsi Banten. Berupa pemahaman dan kepekaan mendalam mengenai
identitas budaya lokal ditinjau dari sistem tanda ikon, indeks, dan simbol dalam film. Metode
yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian kualitatif ini digunakan
analisis isi kualitatif (Content Analysis). Langkah pertama yang dilakukan yakni menentukan
data primer sebagai objek penelitian. Setelah itu peneliti menganalisis film dengan
pendekatan semiotika Peierce untuk mngetahui sistem tanda dalam menggambarkan
identitas budaya lokal. Kemudian data diklasifikasi dan dipaparkan serta ditarik simpulan
berdasarkan hasil analisis, klasifikasi, serta dianalisis dalam pemaknaan dan pesan
moralnya. Terdapat dua Ikon dalam film ini yang mendeskripsikan identitas budaya lokal
yang sangat kuat bahkan dapat merangkum seluruh budaya yang menjadi identitas yang
disajikan dalam film ini, yakni sebuah ikon golok Banten dengan sarungnya yang digambar
di tengah-tengah lapangan tempat penduduk biasa berkumpul. Terdapat dua indeks dalam
film tersebut yakni suasana pagi yang sedikit mendung yang ditandai dengan warna langit
yang masih biru dan sedikit berawan serta suasana di siang hari yang ditandai dengan
bayangan manusia terihat pada tanah ketika mereka beraktifitas. Hampir dari scene pertama
hingga terakhir film ini dibangun dengan simbol-simbol yang berjumlah 22 scene yang
mengkonstruksi identitas budaya lokal bangsa Indonesia di Provinsi Banten. Dari beberapa
sistem tanda yang ditemukan pada film ini, menyampaikan makna identitas budaya lokal
serta pesan moral yang menjadi peran dan penyokong penting untuk pembelajaran siswa di
sekolah khsusunya pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang diperdalam pada
kelas sepuluh tentang mengidentifikai sistem tanda yang akan diamalkan pada kehidupan
sehari-hari mereka. Hal tersebut dapat menjawab pertanyaan bagaimanakah implentasi
sistem tanda yang membangun identitas budaya lokal baik bagi pembelajaran siswa di
sekolah, masyarakat, dan sineas.
Kata Kunci: Identitas Budaya Lokal, Film dan Semiotika
I. PENDAHULUAN dan bimbingan. Maka, kekayaan tersebut
Kekayaan warisan budaya dan perlu dijaga dan dilestarikan. Untuk itu,
nilainilai kearifan lokal yang berkembang dibutuhkan inventarisasi, kodivikasi, dan
secara turun-temurun merupakan sumber revitalisasi nilai-nilai budaya lokal dengan
daya yang sangat berharga. Nilai-nilai cara menghidupkan kembali di dalam
budaya di dalamnya menjadi potensi dan konteks sekarang. Sehingga kelahirannya
modal dasar dalam pembentukan identitas selalu berperan di dalam pertumbuhan
bangsa. Kebudayaan mencakup aspek generasi bangsa secara indvidual dan
yang tercermin dalam perilaku dan karya perkembangan masyarakat dimana
anak bangsa, baik karya sastra maupun masyarakat itu tinggal. Maka pemerintah
karya–karya dalam bidang ekonomi dan daerah (kabupaten-kotapropinsi) dan kita
pendidikan yang memiliki keunikan selaku masyarakat perlu bergegas untuk
tersendiri sebagai identitas bangsa. menebalkan identitas daerahnya tersebut.
Benturan dan pergulatan antara jati Film dapat menjadi salah satu
diri dengan pengaruh asing, modernisasi, karya kreatif sebagai pengekal identitas
menjadi fenomena yang tidak mudah budaya. Produksi film mengemas cerita-
untuk diatasi. Desakan muatan-muatan cerita yang menarik dan diisi dengan nilai-
global telah merambah ke ruang-ruang nilai yang dapat memperkaya batin untuk
publik lokal hingga sampai pada hal-hal disuguhkan kepada masyarakat sebagai
yang dianggap pribadi. Patut kiranya cerminan hal-hal di dunia ini dengan
segenap komponen bangsa memikirkan pemahaman baru. Saat ini, film dianggap
bagaimana memaknai budaya secara sebagai wadah ekspresi dan gambaran
kontekstual. Karena budaya adalah sesuatu kehidupan sehari-hari. Penciptaan film,
yang dinamis dan kontekstual dengan tidak hadir semata menghibur, tetapi
zamannya. Sebelum kebudayaan yang memiliki tujuan yang pasti, seperti
kaya dan unik tersebut diakui negara lain bersosial yang baik, religiusitas,
sebaiknya ia tidak dibiarkan berjalan, pendidikan, dan kearifan budaya lokal.
tumbuh dan berkembang, tanpa perhatian
Dalam ilmu komunikasi dinyatakan sebgai komunikatif. Maka dalam proses ini,
berikut. simbolsimbol yang digunakan oleh
Proses komunikasi secara primer partisipan terdiri dari simbol-simbol yang
ialah poroses penyampaian pikiran atau digunakan oleh partisipan komunikasi baik
perasaan seseorang kepada orang lain verbal (bahasa lisan maupun tulisan) dan
dengan menggunakan lambang (simbol) nonverbal (gerak anggota tubuh, gambar,
sebagai media. Lambang sebagai media warna dan berbagai isyarat yang tidak
primer dalam proses komunikasi adalah termasuk kta-kata atau bahasa). Sebagai
bahasa isyarat, gambar, dan lain simbol non verbal, gambar dapat
sebagainya yang secara langsung mampu dipergunakan untuk menyatakan pikiran
menerjemahkan pikiran dan perasaan atau perasaan. Senada dengan pemikiran
komunikator kepada komunikan. Bahasa bahwa portabilitas simbol memungkinkan
yang paling banyak digunakan dalam orang mengemas dan menyimpannya juga
komunikasi adalah jelas karena hanya seperti mentransmisikan mereka, dapat
bahasa yang mampu menterjemahkan dilihat pada pengungkapan berikut:
pikiran seseorang kepada orang lain. Baik Pikiran, buku, gambar, film, tulisan
ide, informasi atau opini, dan dalam religius, video, komputer aksesoris, dan
bentuk konkret maupun abstrak. Dalam sejenisnya memungkinkan budaya untuk
praktiknya komunikasi merupakan proses melestarikan apa yang dianggap penting
penyampaian pesan dalam bentuk lambang dan layak ditransmisikan. Hal ini membuat
bermakna sebagai paduan pikiran dan setiap individu, terlepas dari generasinya,
perasaan berupa ide, informasi, pewaris gudang besar informasi yang telah
kepercayan, harapan, imbauan dan dikumpulkan dan dipeliharaantisipasi dia
sebagainya, yang dilakukan seseorang masuk ke dalam budaya. Hasil penelitian
kepada orang lain, baik langsung secara ini diharapkan menjadi bahan
tatap muka maupun tak langsung melalui pertimbangan untuk diterapkan dalam
media, dengan tujuan mengubah sikap, pebelajaran para guru mata pelajaran
pandangan atau perilaku. Samovar, bahasa dan sastra Indonesia di sekolah
(2009:37). Sedangkan simbol (lambang) khususnya sekolah menengah pertama.
bermakna dioperasikan dalam proses Pada KD 3.1 memahami hakikat bahasa
komunikasi antar partisipan. Jika antara dan bunyi bahasa sebagai sistem simbol
partisipan terdapat kesesuaian pemahaman yang dijadikan wahana interaksi sosial
tentang simbol-simbol tersebut, maka manusia. Para siswa diminta berdiskusi
tercapai suatu keadaan yang bersifat untuk memahami hakikat bahasa dan
bunyi bahasa sebagai sistem simbol yang Provinsi Banten. Mata Diklat yang
dijadikan wahana interaksi sosial manusia. diadakan pada 17 Agustus 2017 ini
Secara individual peserta didik diminta membahas tentang cara mengembangkan
menginterpretasikan hakikat bahasa dan media pembelajaran berbasis audio dan
bunyi bahasa sebagai sistem simbol yang video bagi guru-guru di seluruh Indonesia.
dijadikan wahana interaksi sosial manusia. Agar guru-guru dapat berpartisipasi dalam
Seperti diketahui, kemampuan siswa pengembangan media Video dan Audio
dalam memahami dan mengapresiasi karya yang akan disiarkan di Televisi Edukasi
sastra yang sangat diperlukan. dan Radio Suara Edukasi. Guru SD, SMP,
Kemampuan memahami dan SMA dan yang sederajat di seluruh
mengapresiasi karya sastra bukan sekadar Indonesia. Menghasilkan sebuah silabus
kemampuan memahami dan menikmati pembelajaran membuat naskah konten
keindahannya, tetapi juga kemampuan Audio dan Video (film). Meninjau
menggunakan dan membiasakan berpikir persoalan identitas budaya, media
kritis dan kreatif bagi siswa. Seiring komunikasi film, serta sistem tanda yang
dengan program prioritas pendidikan dan begitu menjadi perhatian kaum peneliti
kebudayaan poin empat, Kemendikbud akademisi beberapa tahun terakhir ini,
akan melakukan peningkatan dan dengan segala penemuan-penemuan dan
penguatan pelestarian dan diplomasi sinergitas positif, kiranya menjadi sebuah
budaya. Wujud menjalankan program bangungan kokoh yang akan segera
prioritas tersebut, Mendikbud mengatakan, mendapat kepercayaan masyarakat,
akan melakukan perlindungan dengan khususnya para siswa dan siswi untuk
penetapan dan revitalisasi warisan budaya, memberikan pendidikan yang segar dalam
pengembangan budaya dengan melakukan kegiatan belajar untuk mencapai indikator
penelitian, pelatihan, pembangunan, dan pembelajaran sastra dan budaya.
modernisasi. Selanjutnya dalam Platform PEMBAHASAN
belajar online gratis bernama rumah Penulis menganalisis film melalui visual,
belajar yang dikelola oleh Kemendikbud. ikon, indeks, dan simbol. Untuk
Terdapat konten pengembangan mempermudah penelitian ini, penulis
keprofesian berkelanjutan. Di dalamanya memperoleh 23 scene yang dapat diteliti
dimuat beberapa kegiatan Diklat secara semiotika meggunakan ikon, indeks
terpopuler pada tahun 2017. Salah satunya dan simbol dengan semiotika Peierce.
Pengembangan Media Pembelajaran Penetapan 20 scene ini ditentukan
Berbasis Radio Televisi dan Film di berdasarkan konten yaang berisi tanda-
tanda dari identitas budaya lokal agar makna baha Indonesia kaya akan
kajian dala penelitian ini lebih fffokus. perbedaan akan tetapi memiliki satu
Identitas Budaya Ditiinjau Dari Sistem tujuan. Dari ketiga ikon yang terdapat
Tanda Ikon dalam logo tersebut menyampaikan pesan
yang kuat dan sungguh- sungguh
khususnya untuk masyarakat dan penerus
bangsa agar tetap memeprtahankan budaya
silat yang telah dibangun sejak zaman
Analisis Ikon, Makan dan Pesan Moral: nenek moyang mereka. Dengan sarat
Dua tangan yang mengeluarkan jurus silat keilmuan tersebut digunakan untuk hal
dan senjata pedang Pita Bhineka Tunggal yang baik karena memang silat hadir untuk
Ika. Dua tangan dengan jurus pencak silat kebaikan. Begitu pula dengan senjata
yang khas telah menjadi kekayaan budaya sejenis, pedang keris atau golok agar tidak
Indonesia khususnya Banten. Maka ikon punah maka harus terus di lestarikan.
kedua tangan dalam keadaan silang serta Bhineka tunggal ika selalu dijunjung tinggi
kelima jari yang membentuk gerakan jurus oleh masyarakat Indonesia sampai maut
silat mencirikan identitas masyarakat memisahkan untu keutuhan bangsa ini,
Indonesia yang kerap menggunakan maka budaya pencak ilat menjadi salah
gerkan tersebut baik dalammembela diri satu cara strategis untuk mencapai tujuan
menghadapi usuh ataupun dalamsebuah itu.
aktraksi pertunjukkan seni. Kemudian ikon Identitas Budaya Ditiinjau Dari Sistem
senjata yang berada ditengah-tengah Tanda Indeks.
persilangan tangan merupakan ikon dari
senjata seorang pesilat, seluruh pesilat di
Indonesia selalu didampingi dengan
senjata seperti ikon tersebut, bukan senjata Analisis Indeks, Makan dan Pesan
bakar pistol, tongkat, tombak, ketapel, Moral:
panah, atau pun senjata lainnya yang tidak Langit biru sedikit berawan menunjukkan
sesuai dengan ikon tersebut. Memiliki waktu pagi yang sedikit mendung. Pagi
maknakeberanian yang digambarkan hari kisaran pukul 07.30 waktu yang
dengan ketajaman yang dimiliki oleh strategis untuk para petani memulai
senjata tersebut sesuai dengan ikon yang aktifitas mereka. Jarang para petani
ditampilkan. Selanjutnya ikon pita menggunakan waktu siang atau tengah
Bhineka tunggal ia sangat jelas memiliki hari, terlebih di sore hari. Pagi merupakan
waktu yang segar dan menyediakan waktu seperti pernikahan, khitanan, ziarah
yang amat panjang hingga sore. Jika tiba keliling, dan acara penting lainnya. Aspek
siang hari mereka beristirahat di saung mental spiritual da lam pencak silat,
kebun untuk melepas lelah sejenak meliputi: Takwa kepada Tuhan Yang
ditemani dengan bekal makanan dari Maha Esa, Tenggang rasa, percaya diri,
rumah. Pagi menjadi waktu yang selalu dan disiplin. Cinta bangsa dan tanah air.
menciptakan semnagat bagi manusia, Persaudaraan, pengendalian diri, dan
suasana yang seuk mendukung segala tanggung jawab. Solidaritas sosial, jujur,
aktifitas yangaik dan niat yang baik. membela kebenaran, dan keadilan. Aspek
Banyak harapan manusia ditancapkan di beladiri dalam pencak silat, meliputi:
langit pada pagi hari berdoa yang baik- Berani dalam membela kebenaran dan
baik, dan berprasangka yang baik-baik. keadilan, Tahan uji dan tabah. Tangguh
Mentari pagi menyehatkan tubuh, sumber dan ulet, Tanggap, peka, dan cermat. Tidak
vitamin D, mengurnagi stres, mencegah sombong, Menggunakan keterampilan
kanker, dan banyak sekali manfaat lainnya. gerak perkelahian hanya dalam keadaan
Identitas Budaya Ditiinjau Dari Sistem terpaksa misalnya untuk keselamatan diri
Tanda Simbol. bangsa dan tanah. Aspek seni yang
terkandung dalam pencak silat, meliputi:
Mengembangkan pencak silat sebgai
budaya bangsa Indonesia yang
mencerminkan nilai-nilai luhur,
Analisis Simbol, Makan dan Pesan mengembangkan pencak silat yang
Moral: diarahkan pada penerapan nilainilai
Adegan bertarung dengan jurus pencak kepribadian bangsa, Menanggulangi
silat. Kedua tokoh terlihat sama-sama pengaruh kebudayaan asing yang negatif,
pandai dalam jurus mereka. Pencak silat Mampu menyaingi dan menyerap nilai-
khusunya di Provinsi Banten telah nilai budaya dari luar yang positif. Dan
mendarah daging bagi kaum lelaki. mencegah penonjolan secara sempit nilai-
Mereka dilatih bela diri tersebut sedari nilai pencak silat yang bersifat kedaerahan.
kecil. Bahkan banyak anak laki-laki dan II. PENUTUP
perempuan turut bergabung dalam Terdapat dua Ikon dalam film ini yang
rombongan komunitas kendang (seni begitu mendeskripsikan identitas budaya
musik yang diiringi dengan pencak silat) lokal bangsa meskipun hanya ditemukan
untuk mengiringi acara-acara penting, pada beberapa scene saja, akan tetapi ikon
tersebut amat kuat bahkan dapat terlihat pada tanah ketika mereka
merangkum seluruh budaya yang menjadi beraktifitas. Berpegang pada teori Peierce
identitas budaya lokal khususnya daerah bahwa indeks ialah tanda yang
Banten yang disugukn dalam film ini yakni menujunjukkan pada sesuatu hal, baik
sebauh ikon golok Banten dengan tempat, suasan dan waktu. Maka suasana
sarungnya yang digambar di tengah-tengah pagi yang diindeksi dengan awan biru sert
lapangan tempat penduduk berkumpul siang hari diberi petunjuk dengan
serta ilustrasi dalam logo komunitas nampaknya bayangan manusia di atas
jawara di daerah tersebut. Visualisasi tanah amat sesuai dengan apa yang
tersebut menunjukkan sebuah identitas diutarakan oleh pierce dan teraplikasikan
masyarakat yang lekat dengan dunia dalam adegan film golok Lanang Wanten
jawara, persilatan, berkebun yang karya Darwin Mahesa. Terdapat 22 simbol
mayoritas terdapat di sebuah pedesaan. dalam film ini, bahkan dapat dikatakan
Berdasarkan teori Peierce ikon merupakan simbol amat mendominasi adegan dalam
cerminan atau persamaan yang amat mirip film. Hampir dari scene pertama hingga
dengan wujud aslinya, maka ikon golok terakhir film ini dibngun dengan simbol-
dan sarungnya, serta ikon dalam logo simbol yang mengkonstruksi identitas
komunitas jawara yang dilmbangkan budaya lokal bangsa Indonesia khususnya
dengan kedua tangan bersilang serta daerah Banten untuk menyampaikan
senjata tajam di tengahnya samata sebuah amanah dari leluhur terdahuu agar
mewakili benda asli dua tangan yang kita sebagai penerusnya tetap meestarikan
sedang mengeluarkan jurus silat dan benda budaya lokal, demikianlah tjuan dari
yang bernama golok. Demikian kedua ikon dibuatnya film Golok Lanang Wanten
tersebut ditampilkan untuk membangun Karya Darwin Mahesa. Dari beberapa
sebuah film lokal yang emiliki nilai sistem tanda yang ditemukan pada film,
budaya lokal serta mempertegas budaya menjadi peran penting untuk pembelajaran
Banten yang mengandung pesan-pesan sisa di sekolah khsusunya pada mata
moral di dalamnya, sesai dengan cita-cita pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang
dari pembuatan film terebut. Terdapat dua diperdalam pada kelas sepuluh tentang
Indeks dalam film tersebut yakni suasana mengidentifikai sistem tandayang akan
pagi yang sedikit mendung yang ditandai diamakan pada kehidupan sehari-hari
dengan warna langit yang masih biru dan mereka. Hal tersebut dapat menjawab
sedikit berawan serta suasana di siang hari pertanyaan bagaimanakah implentasi
yang ditandai dengan tayangan manusia sistem tanda yang membangun identitas
budaya lokal bagi pembelajaran siswa di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Kinayati Djojosuroto, Suryanto, (2013). Kearifan Lokal dalam Tradisi Ba’do Ketupat:
Refleksi dan Identitas Masyarakat Jaton Minahasa. EduLingua: Jurnal Pendidikan
Bahasa. 1(2).
Matte B. Miles & A. Michael Huberman, (1985). Qualitative Date Analysis A. Sourcebook
of Methodes. USA: Sage Publication.
Ni Ketut Pande Sarjani dan Tri Narulita. (2015). Identitas Budaya Lokal pada Unsur Visual
Desain Poster Keluarga Berencana. Jurnal Segara, 3(1): 349568
Nill, William. (2004). Urban Planning and Cultural Identity / William J.V. Neill. 2004. This
edition published in the Taylor & Francis e-Library.
Peirce. Charles Sanders. (1973). La Cienca De La Semiotica. Ediciones Nueva Vision
Buenos.
Reihan Hirzin Rahman,. Soedarsono, dan Nur Atnan. (2016). Representasi Toleransi Umat
Beragama Dalam Film Cahaya Dari Timur (Analisis Semiotika Charles Sanders
Peirce). E-Proceeding of Management. Vol.3(2), Agustus 2016. P. 2595.
Salyla Karima dan Maylanny Christin. (2015). Analisis Semiotika Charles
Sanders Pierce atas Presentasi Kekerasan Dalam Serial Film Kartun Little Krisna Episode
September 2014. E-proceeding of Management.Vol. 2. Agustus 2015, p. 2237.
Samovar, Larry A. Richard E. Porter. Edwin. R. Mcd. (2009). Communication Between
Cultures, Seventh Edition. Canada: Acmillan Publishing Solutions.

Anda mungkin juga menyukai