Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU PERTEMUAN KE-9

FOLKLOR SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PENDIDIKAN:


SEBUAH ANCANGAN KURIKULUM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA
BERBASIS NILAI BUDAYA BATAK TOBA

NAMA : Marzuki
NIM : 200740034
KELAS : A2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH
2021
FOLKLOR SEBAGAI MEDIA DAN SUMBER PENDIDIKAN:
SEBUAH ANCANGAN KURIKULUM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA
BERBASIS NILAI BUDAYA BATAK TOBA

A. Hakikat Folklor
Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik,sosial,budaya.
Ciri-ciri pengenal ini dapat berupa ras, warna kulit,rambut, mata pencarian yang
sama,bahasa yang sama , pendidikan yang sama, dan agama atau kepercayaan. Dapat
didefinisikan bahwa folklor adalah kebudayaan yang kolektif macam apa saja. Berkenaan
dengan jenis kebudayaannya, Yadya (1981; 25-28). bahwa folklor adalah bagian dari
kebudayaan yang bersifat tradisional, tidak resmi (unofficial), dan nasional.
folk yang berbunyi “sekelompok orang, yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik
maupun kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya” dan
pengertian lore yang berbunyi “kebiasaan atau kebudayaan” menyiratkan bahwa
penelitian folklor di Nusantara ini sangat luas dan sangat beraneka ragam. Barnouw
(1982:241) juga menyatakan bahwameneliti folklor akan sampai pada “the enjoyment of
life”.Hal itu berarti satu kenikmatan hidup itu adalah mempelajari folklor.
Folklor menjadi proyeksi atau angan-angan rakyat, atau sebagai alat pemuasan atau
pemenuhan impian masyarakat.Dengan beberapa episodenya, Cerita Si Jonaha pada
masyarakat Batak menggambarkan impian seorang tokoh untuk mengalahkan penguasa,
raja, orang elit, dan orang terhormat dengan berbagai strategi.Folklor sebagai media
pendidikan mengacu pemanfaatan bentuk folklor sebagai sarana mengajarkan pelajaran
pada siswa, sedangkan folklor sebagai sumber pendidikan mengacu pada pemanfaatan isi
folklor sebagai bahan pelajaran kepada siswa.

B. Folklor sebagai Media Pendidikan


Pendidikan berkenaan dengan semua kegiatan yang berguna untuk menambahkan
ilmu baik dari ilmu pengetahuan umum hingga sosial budaya. Pengetahuan memerlukan
media sebagai sarana perantara untuk penyampaiannya agar sampai pada yang menimba
ilmu. Media disini artinya segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan, mengasah pikiran, merangsang perasaan, menarik perhatian, dan membangkitkan
kemauan sesorang sehingga terlibat dalam sebuah proses kegiatan.
media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘penengah’,
‘perantara’, ‘sarana’ atau ‘pengantar’. Media yang digunakan oleh pendidik Media
pendidikan dapat diartikan sebagai alat atau cara yang digunakan oleh pengajar untuk
menyampaikan pelajaran kepada siswanya dalam atau pengajar dalam proses belajar
mengajar sangat beraneka ragam tergantung apa yang diajarkannya.Guna dari media ini
dapat mengefisiensikan penyampaian informasi dalam proses belajar mengajar.Media
dalam proses mengajar juga harus dicocokkan dengan materi yang diajarkan. Media
sebagai alat bisa berupa gambar, infocus, OHP atau alat peraga lain, sedangkan media
sebagai cara bisa berupa metode atau strategi untuk menyampaikan pelajaran.
Media pendidikan adalah seluruh alat yang digunakan oleh setiap pendidik atau
pengajar sebagai sarana penyampaian informasi dalam pengembangan ilmu peserta didik.
Pesan yang disampaikan lewat media ini dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi.
Peserta didik akan menafsirkan hasil isi pesan yang ditangkap olehnya. Dalam penafsiran
pesan terdapat dua kemungkinan yang didapat oleh penafsir atau peserta didik yaitu
berhasil dan gagal.
Media pendidikan dengan demikian merupakan salah satu alat belajar yang mampu
memperjelas penafsiran dalam menyalurkan pesan sehingga dapat mengatasi gagalnya
penafsiran. Pemanfaatan folklor dalam media pendidikan sangat membantu dalam
mendisiplinkan ilmu. Dalam hal belajar mengajar folklor sebagai alat bantu bantu yang
dapat mewakili pemberian informasi secara jelas dan menarik dari pembawa pesan (guru)
kepada penerima pesan (murid) sehingga tujuan komunikasi pembelajaran dapat tercapai
secara maksimal. Selain itu, peran folklor juga dapat membantu melestarikan adat budaya
lokal. Dengan membiasakan diri menyampaikan pelajaran melalui media folklor, siswa
lebih terlatih apa yang tidak dipahaminya dalam kebudayaan lokal.
Pemanfaatan folklor dalam media pendidikan ini bisa dengan guru memberikan
beberapa peribahasa dari salah satu daerah yang ada di Indonesia,atau dengan
memberikan gambaran-gambaran berupa dongeng atau lagenda, atau bahkan memberikan
tontonan yang cermat kepada siswa, hingga melakukan pementasan drama dari cerita-
cerita rakyat. Karena melalui tahapan-tahapan ini siswa dapat mengenali atau
mempelajari keterampilan hingga nilai moral yang terkandung dalam ceritanya.
Guru memberikan pemahaman dengan memberikan gamabran lewat tontonan film
kisah inspiratif akan mendorong gagasan siswa dalam mengemas cerita yang disampaikan
dalam film. Setelah menonton guru meminta pada siswanya untuk meceritakan kembali
apa yang disampaikan di dalam tontonan tersebut. Nah, disini guru dapat melihat sejauh
mana pemikiran para siswanya.
Memahami asal-usul suatu tempat dapat memanfaatkan berbagai lagenda yang hidup
dalamfolklor suatu kelompok masyarakat.Pendekatan materi ini agar siswa mengerti dan
memahami bahwa nenek moyang kita sebelum mengenal tulisan telah memiliki tradisi-
tradisi sejarah.
Pembelajaran sosiologi di sekolah juga dapat memanfaatkan folklor sebagai media
pendidikannya. Tujuan pembelajaran sosiologi di sekolah adalah memberikan
pengetahuan dasar mengenai konsep dasar sosiologi (konsep dasar, gejala, dan realitas
sosial yang meliputi interaksi sosial, nilai dan norma sosial, sosialisasi, struktur sosial dan
perubahan sosial budaya) agar siswa mampu memahami dan menelaah secara rasional
komponen-komponen dari masyarakat sebagai sistem sosial. Pemanfaatan foklor
permainan rakyat, ungkapan tradisional, dan gelar kebangsawanan sangat berperan
sebagai media dalam pembelajaran sosiologi.
Melalui permainan rakyat, secara tidak langsung para pemain akan mempelajari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terdapat dalam permainan tersebut..
Karenanya permainan rakyat dapat mengembangkan aspek moral (kejujuran, disiplin, dan
tanggung jawab), nilai agama, sosial, bahasa, dan fungsi motorik. Seorang guru sosiologi
di Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, telah memanfaatkan permainan rakyat Batak
Toba margala untuk pelajaran sosiologi di SMAN-2 Lubuk Pakam.Melalui permainan ini
dapat dijelaskan proses interaksi sosial yang menggambarkan kerjasama dan persaingan.
Dia telah merancang kurikulum materi interaksi sosial dengan menggunakan media
permainanrakyat tersebut. Melalui penayangan permainan ini, siswa akan lebih mudah
memahami perbandingan interaksi assosiatif dan dissosiatif.
Pemakaian ungkapan tradisional sebagai media pendidikan dapat digunakan ketika
pembelajaran menjelaskan konsep nilai dan norma sosial budaya dalam bidang pelajaran
antropologi. Ungkapan-ungkapan tradisional yang dipilihkemudian ditampilkan dengan
media grafis bagan. Siswa diberikan waktu untuk membaca dan menganalisis pesan apa
yang ingin disampaikan melalui ungkapan tradisional tersebut. Melalui contoh-contoh
tersebut, siswa diharapkan dapat lebih memahami konsep nilai dan norma bagi sebuah
kelompok dan memahami bahwa nilai bagi sebuah kelompok tidak akan sama dengan
nilai bagi kelompok lain.
Pemakaian ungkapan tradisional sebagai media pendidikan dapat digunakan ketika
pembelajaran menjelaskan konsep nilai dan norma sosial budaya dalam bidang pelajaran
antropologi.folklor juga dimanfaatkan oleh pengrajin seni rupa seperti contoh Gorga
Batak yaitu ukiran atau pahatan tradisional yang biasanya terdapat di dinding rumah
bahagian luar terutama bagian depan rumah adat Batak Toba.
Folklor juga dapat dimanfaatkan pada pelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan)
karena ada beberapa materi tentang keluarga, kerjakeras, gotong royong, dan juga
tenggang rasa dalam mata pelajaran PKn. Dalam menyampaikan materi-materi ini,
banyak legenda, peribahasa,dan perumpamaanyang dapat digunakan sebagai media untuk
menyampaikan pesan-pesan atau nilai-nilai yang menjadi tujuan dari materi pendidikan
tersebut.

C. Folklor sebagai Sumber Pendidikan


Nilai budaya yang terkandung dalam genre folklor merupakan pesan-pesan sebagai
sumber pengetahuan bagi generasi penerus. Sistem nilai ini merupakan problema yang
terkandung dalam kehidupan manusia. Banyak nilai yang dapat diambil dari mempelajari
folklor Folklor mengandung pesan-pesan yang hendak disampaikan kepada masyarakat baik
berupa makna dan fungsi, nilai dan norma maupun kearifan lokal.
Nilai yang dimaksud disini adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu yang bernilai itu berarti berharga dan berguna
bagi kehidupan manusia. Nilai budaya yang terdapat dalam folklor dapat menjadi sumber
yang berguna dan bernilai dalam meningkatkan atau menambah pengetahuan siswa. Banyak
pelajaran yang bisa diambil darinilai folklor dan bisa dijadikan bahan pembelajaran dalam
pranata sekolah dan pranata keluarga dalam mengatasi persoalan kehidupan sehari-hari.
Folklor memiliki nilai budaya sebagai peninggalan leluhur yang diwariskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Folklor mengandung pesan-pesan yang hendak disampaikan kepada
masyarakat baik berupa makna dan fungsi, nilai dan norma maupun kearifan lokal.
Nilai dan norma yaitu yang menunjuk pada yang dianggap baik dan dianggap buruk
sedangkan norma biasanya menunjuk pada yang dianggap benar dan yang dianggap salah.
Folklor yang mengandung kearifan lokal dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendidikan
karakter.Kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang
berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat .
kearifan lokal yang dimaksud dapat berupa pengetahuan lokal, keterampilan lokal,
kecerdasan lokal, sumber daya lokal, proses sosial lokal, norma- etika lokal, dan adat-istiadat
lokal.
Kenyataan yang terjadi sekarang adalah implimentasi menurun karena kurang
pemahaman melalui nilai budaya Kebudayaan dan kearifan lokalnya memang tidak langsung
memberikan untung secara ekonomis, tetapi secara perlahan-lahan kearifan lokal sebagai
warisan masa lalu itu akan memberikan manfaat untuk peningkatan kesejahteraan dan
pembentukan kedamaian rakyat melalui karakter yang kuat generasi mudanya. Kearifan lokal
sebagai kandungan folklor dapat dimanfaatkan untuk pendidikan karakter generasi muda
sehingga karakter itu berbasis budaya bangsa sebagai warisan leluhur.

D. Ancangan Kurikulum Pendidikan Budaya Batak Toba: Pendidikan Karakter Berbasis


Budaya.
Pemerintah kabupaten Tapanuli Utara sebagai induk asal orang Batak Toba memikirkan
betapa pentingnya pendidikan budaya Batak Toba mulai dari yang kecil hingga ke dewasa.
Budaya Batak Toba berusaha mengajarkan nilai budaya masa lalu untuk menjawab
persoalan- persoalan masa kini demi persiapan generasi masa depan. Pendidikan Budaya
Batak Toba mengajarkan tradisi budaya masa lalu sebagai warisan leluhur yang arif, yang
dapat dimanfaatkan untuk menata kehidupan masa kini secara arif pula untuk solusi
pemecahan masalah-masalah yang dihadapi bangsa masa kini, dan mempersiapkan generasi
yang berkarakter dan berkepribadian lebih baik di masa depan sebagai pelaku kesejahteraan
bangsa di masa mendatang.
Pendidikan budaya Batak Toba dapat membentuk karakter siswa dan meningkatkan
pendidikan kebudayaan kesejahteraan serta menciptakan kedamaian. Selain itu juga
membantu kecerdasan emosional siswa dan dapat mempererat identitas ikatan budaya yang
leluasa. Dengan ini juga akan terciptakan kesejahteraan dan kemakmuran kedamaian di
tengah-tengah masyarakat. Pendidikan Budaya Batak Toba ini berfungsi untuk
mempersiapkan siswa pada kehidupan masa depan yang lebih sejahtera dan lebih damai
melalui pembentukan karakter berbasis kearifan lokal sebagai nilai budaya yang diwariskan
leluhur.

PERTANYAAN
1. Apabila tidak adanya pembelajaran materi budaya batak toba, apakah budaya ini akan
senantiasa musnah?
2. Apakah ada manfaat bagi kesehatan dari praktek atau mempelajari budaya Batak
Toba?
KEPUSTAKAAN
Sibarani. Robert. 2013. Folklor Nusantara: Hakikat,Bentuk,dan Fungsi.Medan. Penerbit
Ombak
Endaswara. Swardi. FOLKLOR NUSANTARA Hakikat, Bentuk, dan Fungsi. Yogyakarta.
Penerbit Ombak

Anda mungkin juga menyukai