Anda di halaman 1dari 17

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS


TINDAKAN

A. Kajian Pustaka
1. Media pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Wibawanto (2017) media pendidikan adalah sumber belajar dan

dapat juga diartikan dengan manusia dan benda atau peristiwa yang membuat

kondisi siswa mungkin memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Sedangkan menurut Hamka (2018) bahwa media pembelajaran dapat

didefinisikan sebagai alat bantu berupa fisik maupun non fisik yang sengaja

digunakan sebagai perantara antara tenaga pendidik dan peserta didik dalam

memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.

Tafonao (2018) berpendapat bahwa, peranan media pembelajaran dalam

proses belajar dan mengajar merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

dari dunia pendidikan. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan pengirim kepada penerima, sehingga dapa

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik untuk belajar.

Dari beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran merupakn alat bantu yang digunakan oleh guru untuk

menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.

10
11

b. Karakteristik Media Pembelajaran

Perkembangan media secara umum terdiri atas tiga generasi utama, yaitu: (1)

media pada generasi ini meliputi surat kabar/majalah; (2) radio, film, dan televisi;

dan (3) telematika, komputer.

1. Ciri-Ciri Media Generasi I:

 Arus informasi satu arah.

 Informasi tercetak.

 Informasi dapat langsung dibaca.

 Informasi di atas kertas, papan, dan lain-lain.

 Daya rangsang rendah.

 Biaya operasional murah.

 Cara kerja mekanis-elektris.

2. Ciri-Ciri Media Generasi II:

 Arus informasi satu arah.

 Informasi dalam bentuk audio, audiovisual, pita kaset.

 Informasi dapat dibaca dan didengar ketika disiarkan serta diputar ulang.

 Informasi di radio, layar televisi, monitor.

 Daya rangsang tinggi.

 Biaya operasional mahal.

 Cara kerja elektris.

3. Ciri-Ciri Media Generasi III:

 Arus informasi dua arah.

 Informasi audio, audiovisual, vit kaset atau disket.


12

 Informasi dapat didengar dan dilihat ketika disiarkan atau diputar ulang.

 Informasi pada tayangan TV, layar monitor/komputer.

 Daya rangsang tinggi.

 Biaya operasional mahal.

 Cara kerja elektris.

c. Fungsi Media Pembelajaran

Sanaky (2013:7) merumuskan beberapa fungsi media pembelajaran sebagai

berikut:

1) Menghadirkan objek sebenarnya.

2) Membuat duplikasi dari objek yang sebenarnya.

3) Membuat konsep abstrak ke konsep konkret.

4) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak.

5) Menyajikan ulang informasi secara konsisten.

Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka

penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. isi dan bentuk penyajian

bersifat sangat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau

pengetahuan latar belakang. penyajian dapat pula berbentuk hiburan drama atau

teknik motivasi.

d. Manfaat Media Pembelajaran

Sanaky (2013:25) mengungkapkan beberapa manfaat dari media

pembelajaran sebagai berikut: 1) pengajaran lebih menarik perhatian

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar; 2) bahan pengajaran


13

akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat menguasai tujuan pengajaran dengan

baik; 3) metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajaran tidak bosan dan

pengajar tidak kehabisan tenaga, pembelajaran lebih banyak melakukan kegiatan

belajar, sebab tidak hanya penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain

yang dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

2. Montase Kreatif

a. Pengertian Montase Kreatif

Karya montse sangat identik dengan guntingan gambar atau biasa juga disebut

sebagai karya gunting tempel (cut and paste). Montase berasal dari bahasa inggris

(montage) artinya menempel. Pada awal kehadirannya dikenal dalam seni

fotografi yang kemudian berpengaruh pada cara karya seni dengan menghasilkan

kreasi tema-tema baru yang unik.

Montase merupakan sebuah karya yang dibuat dengan cara memotong objek-

objek gambar dari berbagai sumber kemudian ditempelkan pada suatu bidang

sehingga menjadi satu kesatuan karya dan tema (Susanto, 2012). Guntingan

gambar artinya gambar yang sudah tercetak pada media cetak seperti foto, koran,

majalah, buku dan sebagainya digunting hingga terlepas dari lembaran-lembaran

aslinya. Gambar-Gambar yang banyak tersedia dari berbagai sumber tersebut

dipilih dan hanya digunting yang sesuai dengan objek yang dikehendaki, menurut

tema yang dibuat (Muharrar, 2013:44).


14

Montase adalah penggabungan gambar-gambar yang dihasilkan dari

percampuran unsur dari beberapa sumber. Karya montase dihasilkan dari

menyatukan atau menggabungkan gambar-gambar dari sumber yang berbeda

dengan susunan tertentu ditempelkan pada sebuah bidang datar. Biasanya, karya

montase digabungkan sesuai dengan tema yang ingin diciptakan dari gambar-

gambar tersebut. Salah satu contohnya tema pedesaan, gambar-gambar yang

didapat bisa berupa potongan-potongan gambar rumah, pegunungan, jalan desa,

sungai, dan lain-lain (Ayusari 2019:1)

Montase merupakan salah satu karya seni dengan mengkombinasikan berbagai

unsur, baik unsur dua dimensi atau tiga dimensi (Kristianto dan Haryanto,

2014:80).

b. Karakteristik Media Montase

Seni montase merupakan kajian seni budaya dan prakarya yaitu seni rupa dua

dimensi yang sangat identik dengan kegiatan memotong gambar lalu

menempelkannya (Muharrar, 2013:44). Dikatakan dengan seni montase sederhana

disebabkan menggunakan penempelan gambar yang dilakukan secara sederhana

tanpa melibatkan unsur benda lainnya.

c. Fungsi Montase

Montase akan melatih daya khayal anak melahirkan ide dalam menempatkan

gambar-gambar yang yang mereka gunting. adapun fungsi dari montase, sebagai

berikut:
15

1. Fungsi praktis, yaitu fungsi pada benda sehari-hari, karya tersebut dapat

digunakan sebagai bahan dekorasi.

2. Fungsi edukatif, yaitu dapat membantu mengembangkan daya pikir, daya

serap, emosi, estetika, dan kreatifitas.

3. Fungsi ekspresi, yaitu dengan menggunakan be rbagai bahan dan tekstur

dapat membantu melejitkan ekspresi.

4. Fungsi psikologis, yaitu dengan menuangkan ide, emosi yang menimbulkan

rasa puas dan kesenangan sehingga dapat mengurangi beban psikologis.

5. Fungsi sosial, yaitu dapat menyediakan lapangan pekerjaan dengan

banyaknya karya yang dimiliki diharapkan dapat menciptakan lapangan

pekerjaan dengan modal kreatifitas.

d. Teknik Montase

Berdasarkan teknik pembuatannya, karya seni montase bisa dikelompokkan

menjadi dua yaitu teknik foto dan teknik tempel secara manual. Akan tetapi kedua

teknik ini memiliki prinsip yang sama, yaitu menkompilasi serta memadukan

gambar-gambar menjadi satu kestuan dalam karya dalam tema tertentu (Muharrar

& Vereyanti, 2013:45). Foto yang terbuat dari beberapa tempelan atau komplikasi

foto-foto lain merupakan montase dalam dunia foto atau fotografi disebut dengan

montase foto (photo montage). Montase dengan teknik ini dapat sederhana,

contohnya dengan menempelkan foto seseorang manusia pada sebuah foto

pemandangan, namun bisa juga rumit dan sangat terencana. Sedangkan teknik

menempel potongan-potongan gambar dari berbagai sumber pada sebuah bidang

untuk menampilkan satu pesan tertentu dengan teknik tempel montase.


16

e. Kelebihan dan Kekurangan Montase

Pada perkembangannya montase yang semula terbatas pada karya dua dimensi

sekarang telah merambah kepada karya tga dimensi. Karya montase ini juga

kurang dikenal oleh kalangan umum, karena bentuk karyanya masih mempunyai

kemiripan dengan seni lukis, seni kriya, dan seni kolase. maka dari itu pada

dasrnya montase memiliki kelebihan dan kekurangan.

 Kelebihan dari Montase

Kelebihan montase adalah membuat siswa lebih kreatif dan imajinatif dalam

menciptakan karya seni dan dengan montase dapat membantu ssiswa untuk

membuat ilustrasi, serta dapat memanfaatka alat dan bahan yang ada disekitar

kita.

 Kelemahan dari Montase

Selain kelebihan montase juga memiliki suatu kelemahan yaitu dalam

penyusunan gambar kerap susah memadukan gambar yang satu dengan yang

lainnya, agar bisa menjadi cerita baru, dan tata letak gambar sulit ditentukan agar

bisa dilihat bagus dan sempurna. Walaupun demikian tetap montase sangat bagus

untuk diterapkan pada anak SD, karena pembuatannya yang tidak terlalu sulit

dan dapat membantu mengembangkan kreatifitas imajinasi siswa.


17

3.Teknik Lihat Gunting Tempel dan Ceritakan (LGTC)

a. Pengertian Teknik Lihat Gunting Tempel dan Ceritakan (LGTC)

Lihat, Gunting, Tempel, dan Ceritakan (LGTC) merupakan bagian dari teknik

montase. Menurut Ayusari 2017), montase diartikan sebuah karya seni rupa dua

dimensi yang sering dianggap seperti karya lukisan karena bahan-bahannya terdiri

dari gambar-gambar yang sudah jadi hanya karena dipotong-potong kemudian

dipadukan sehingga menjadi satu kesatuan karya.

Implementasi teknik lihat, gunting, tempel dan ceritakan (LGTC) ini

diharapkan guru dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif dan mendorong

siswa aktif serta tanggap dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas

sehingga tujuan aspek psikomotor berupa keterampilan berbicara dapat dilakukan

siswa dengan baik.

b. Manfaat media montase dengan Teknik lihat gunting tempel dan ceritakan

(LGTC)

a. Montase kreatif dengan teknik lihat, gunting, tempel dan ceritakan (LGTC) ini

dapat membantu siswa untuk lebih meningkatkan keterampilannya.

b. Media montase kreatif dengan teknik LGTC ini mudah digunakan.

c. Penggunaan media montase kreatif dengan Teknik lihat gunting tempel dan

ceritakan (LGTC) dapat menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran.

4. Keterampilan Berbicara

a. Pengertian Berbicara
18

Keterampilan berbicara merupakan tahap kedua setelah keterampilan

menyimak. jika hasil penyimakan baik maka dapat menunjang keterampilan

berbicara seseorang. Keterampilan berbicara merupakan salah satu komponen

penting dalam pembelajaran bahasa indonesia yang harus dimiliki oleh pendidik

dan peserta didik dimanapun berada. Terampil berbicara melatih dan menuntut

siswa untuk dapat berkomunikasi dengan siswa lainnya. Perlu dipahami, bahwa

guru seharusnya mampu menumbuhkan minat berbicara para siswa ketika

mengajar di dalam kelas. ajaklah mereka untuk mempraktikkan teks pidato,

berpuisi, berdrama, atau hal lain yang bisa meningkatkan keterampilan berbicara

mereka.

Menurut KBBI berbicara berasal dari kata dasar bicara yang berarti

pertimbangan pikiran (Kemdikbud, 2020). Iskandar Wasid (2014:241)

menyatakan “keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan

memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak,

kebutuhan perasaan, dan keinginan pada orang lain”.

Menurut Tarigan (2015:16) menyatakan bahwa “Berbicara adalah kemampuan

bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau

menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”. Dengan demikian, berbicara

tidak sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu cara

dan juga alat untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta

dikembangkan.
19

Menurut Mukti dalam (Mulyati & Cahyani, 2015, h.33) menyatakan bahwa

berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk

mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Sementara itu menurut Djago dalam (Mulyati & Cahyani, 2015, h.33) berbicara

adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui lisan.

b. Tujuan Keterampilan Berbicara

Tarigan (2015:16) menyatakan “Tujuan utama berbicara adalah untuk

berkomunikasi.” Agar dapat menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan dan

kemauan secara efektif maka pembicara harus memahami makna segala sesuatu

yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi

terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang

mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.

Menurut Hermawan (2014), tujuan keterampilan berbicara bagi peserta didik

adalah sebagai berikut:

1. Kemudahan berbicara, peserta didik harus dilatih untuk mengembangkan

keterampilan berbicara agar terlatih kepercayaan diri dalam pengucapannya.

2. kejelasan, untuk melatih peserta didik agar berbicara dengan artikulasi

yang jelas dan tepat dalam pengucapan.

3. Bertanggung jawab, latihan untuk peserta didik agar berbicara dengan

baik dan dapat menempatkan pada situasi yang sesuai agar dapat bertanggung

jawab.
20

4. Membentuk pendengar yang kritis, melatih peserta didik dalam menyimak

lawan bicara dan mampu mengoreksi jika ada ucapan yang salah.

5. Membentuk kebiasaan, yaitu membiasakan peserta didik dalam

mengucapkan kosa kata atau kalimat sederh ana secara baik dan juga harus

dibantu oleh lingkungan sekolah atau guru.

c. Fungsi Keterampilan Berbicara

Berikut adalah beberapa fungsi atau kegunaan dari berbicara yaitu:

1. Berbicara memungkinkan pembicara untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan.

2. Berbicara berfungsi untuk melatih kepercayaan diri.

3. Berbicara dapat dijadikan sebagai mata pencaharian yang menjanjikan.

4. Berbicara membuat seseorang menghibur orang lain.

5. Berbicara memiliki kemampuan untuk memengaruhi atau meyakinkan orang

lain.

6. Berbicara memungkinkan seseorang untuk membagikan informasi dengan

cepat.

7. Berbicara dapat mendorong atau memotivasi orang lain untuk melakukan hal

yang diinginkan pembicara.

8. Berbicara membuat seseorang menggerakkan atau memobilisasi individu atau

kelompok untuk melakukan hal yang dikehendaki.

d. Indikator Keterampilan Berbicara


21

Burhan (Ahmad, 2013) manyatakan ada beberapa aspek yang dinilai saat

siswa berbicara diantaranya:

a. Pelafalan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa

secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan

perhatian pendengar.

b. Intonasi

Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan

merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,

dengan penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik.

Penempatan intonasi yang tepat merupakan daya tarik tersendiri dalam kegiatan

berbicara, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan

berbicara.

c. Pilihan Kata atau Diksi

Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya

mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih

terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh

pendengar.
22

d. Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar menangkap

isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus,

bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu secara harus memiliki volume

suara yang jelas sehingga suara yang yang dihasilkan dapat di pahami dengan

jelas oleh pendengar kemudian disertai dengan pelafalan yang jelas.

Fuad (2017) aspek-aspek keterampilan berbicara diantaranya:

a. Kelancaran

b. Kosa Kata

c. Tata Bahasa

d. Ide atau Gagasan

Dari dua pendapat diatas aspek yang sesuai dengan penelitian ini adalah

menurut Fuad (2017) yang manyatakan ada beberapa aspek yang dinilai saat siswa

berbicara diantaranya: kelancaran, kosa kata, tata bahasa, dan ide atau gagasan.

5. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan judul penelitian yang telah di

lakukan untuk mengetahui efektivitas media montase terhadap peningkatan

keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai

berikut:

Pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh fuad.Z, Helminsyah, dan

Aprian.S (2017) dengan judul “pengembangan model pembelajaran montase


23

kreatif dengan teknik lihat, gunting, tempel dan ceritakan (LGTC) untuk

meningkatan keterampilan berbicara siswa sekolah dasar” menunjukkan setelah

dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model montase kreatif dengan

teknik LGTC terjadi peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas IV. Hasil uji

coba menunjukkan nilai awal yang didapatkan yaitu 61,65 meningkat menjadi

80,45 setelah dilakukan uji coba secara luas. Respon dari siswa pun menunjukkan

bahwa model ini sangat digemari oleh siswa, dan juga sangat membantu guru

dalam mengajar. penelitian ini dilakukan di kelas IV di SDIT Al-Azhar Banda

Aceh dengan populasi 31 siswa.

Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Nur Aniah Sentani Waris

(2020) dengan judul “penggunaan karya montase pada keterampilan berbicaras

siswa kelas V di SD Inpres balaburu kabupaten gowa” disimpulkan bahwa karya

montase sendiri bisa membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan

berbicaranya.

B. Kerangka Pikir

Keterampilan berbahasa yang mencakup aspek seperti (mendengarkan,

berbicara, membaca dan menulis) merupakan faktor yang pening dalam berbahasa

indonesia. Kemampuan siswa dalam berbicara sangat bergantung kepada proses

belajar mengajar yang dirancang guru. Oleh sebab itu, dalam proses belajar

mengajar harus diciptakan suasana yang mampu memberi motivasi yang tinggi

sehingga dapat membangkitkan gairah siswa dalam interaksi belajarnya.

Timbulnya kegairahan siswa dalam belajarnya, menurut kreatifitas guru dalam


24

menyajikan materi pembelajaran. pemakaian media dalam pengajaran dapat

membantu perkembangan kreatifitas guru dan siswa. Dengan demikian guru dapat

memikirkan berbagai cara untuk menyajika pelajaran dengan menggunakan media

sehingga lebih menarik minat siswa. Media pengajaran dapat menjadi salah satu

fasiliator bagi guru untuk membantu murid-muridnya dalam mendapatkan

berbagai kompetensi pengajaran.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuh

kembangkan keterampilan berbicara siswa adalah melalui pengunaan media

montase kreatif dengan teknik lihat, gunting, tempel dan ceritakan.

Media montase kreatif akan melatih daya khayal siswa untuk melahirkan ide

dalam menempatkan gambar-gambar yang mereka gunting. Setelah itu guru dapat

memberitahukan kepada siswa untuk menceritakan hasil dari karya montase

tersebut, disinilah guru dapat melihat proses penggunaan dan mengaplikasikan

keterampilan siswa dalam berbicara ataupun pada saat mengerjakan tugas karya

montase tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sebagai landasan

berpikir bahwa dengan penerapan media montase kreatif dengan teknik lihat,

gunting, tempel dan ceritakan (LGT) untuk meningkatkan keterampilan berbicara

siswa kelas V di SDN 25 Parenreng pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk

mempermudah pemahaman terhadap penelitian ini dapat dilihat dalam skema

kerangka pikir berikut ini.


25

Rendahnya keterampilan berbicara siswa kelas V di SDN 25 Parenreng

Aspek Siswa

1. Artikulasi siswa saat berbicara


kurang jelas.
2. Intonasi siswa yang tidak tepat
Aspek Guru saat berbicara.
3. Kosa kata yang kurang baik
Guru kurang menggunakan media
dikarenakan siswa yang belum
pembelajaran yang kreatif.
bisa meminimalisir
penggunaan bahasa daerah
ketika berbicara.
4. Siswa kurang lancar ketika
berbicara.

Penggunaan media montase kreatif dengan teknik lihat, gunting , tempel dan
ceritakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V di SDN
25 Parenreng

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


26

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan beberapa kajian teori dan kerangka berpikir diatas maka hipotesis
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah media montase kreatif dengan teknik
lihat gunting tempel dan ceritakan dapat meningkatkan keterampilan berbicara
siswa kelas V di SDN 25 Parenreng pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan
jumlah siswa sebanyak 16 orang, 8 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

Anda mungkin juga menyukai