Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

Media Pembelajaran Bahasa Inggris


BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar belakang
Dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media
pembelajaran. Dalam makalah ini akan membahas bagaimana perbedaan antara media
pembelajaran, media pendidikan serta media massa dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan
medis pendidikan sebagai alat bantú mengajar. Sedangkan penilaian adalah untuk mengukur atau
menentukan taraf tercapai tidaknya tujuan pengajaran. Kedudukan media pendidikan sebagi alat
bantú mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang
diatur oleh guru.
Di sini juga akan dibahas penggunaan media pembelajaran. Seperti yang kita ketahui media
pembelajaran itu banyak macamnya. Untuk proses belajar mengajar yang baik kita harus
menggunakan media pembelajaran yang tepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian
dalam makalah ini.

b. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Media Pembelajaran
2. Mengetahui perbedaaan Media Pembelajaran dengan Media Pendidikan dan Media Massa
3. Mengetahui Manfaat media pembelajaran dalam pengajaran bahasa inggris
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”,
“perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara () atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Menurut Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah
marupakan media.
Fleming (1987: 234) menyatakan media berfungsi untuk mengatur hubungan yang efektif antara
dua pihak yaitu siswa dan isi pelajaran.
Hainich dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah media sebagai perantara yang
mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Kesimpulannya, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima. Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
• Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran menurut Gagne dan Briggs (1975)
media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide
(gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan computer.
• Media Pendidikan
Adapun pengertian media pendidikan itu antara lain:
a. Media pendidikan memiliki pengertian fisik (hardware) atau perangkat keras, yaitu sesuatu
benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panea indera.
b. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik (software) atau perangkat lunak, yaitu
kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin
disampaikan kepada siswa.
c. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di
luar kelas.
e. Media pendidikan dapat digunakan secara missal (radio, TV), kelompok besar dan kecil (film,
slide, video, OHP), atau perorangan (modul, computer, radio, tape,/kaset, video recorder)
Jadi kesimpulannya, media pendidikan adalah perantara yang membawa informasi atau pesan-
pesan sebagai sumber belajar, baik berupa software dan hardware. Contoh media pendidikan
adalah gambar, foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, radio dan lain-lain.
• Media Massa
Media massa berasal dari dua kata, yaitu media dan massa. Media adalah alat atau perantara,
sedangkan massa adalah orang banyak dan masyarakat umum. Jadi dapat disimpulkan bahwa
media massa adalah suatu perantara untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat atau orang
banyak. Pesannya itu mengandung informasi-informasi yang diperlukan masyarakat, baik
mengenai politik, sosial, ekonomi, maupun budaya. Sehingga dengan adanya media massa
masyarakat mendapat pengetahuan tentang negaranya. Contoh dari media massa adalah surat
kabar dan Koran.

B. Manfaat Media Pembelajaran


Salah satu alasan penggunaan media pembelajaran adalah terkait dengan manfaat media
pembelajaran bagi keberhasilan belajar mengajar di kelas. Salah satu aspek yang menentukan
keberhasilan dalam belajar mengajar adalah pemilihan media pembelajaran yang tepat.
Menurut Hamalik (1986), media pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan motivasi,
keinginan minat, dan rangsangan kepada siswa. Sehingga dapat membantu pemahaman,
menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan
informasi.
Adapun mengapa media pembelajaran yang tepat dapat membawa keberhasilan belajar dan
mengajar di kelas, menurut Levie dan Lentz (1982), itu karena media pembelajaran khususnya
media visual memiliki empat fungsi yaitu:
• Fungsi atensi, yaitu dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi
kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks
materi dan pelajaran.
• Fungsi afektif, yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
• Fungsi kognitif, yaitu memperlancar tujuan untuk memahami dan mengingat informasi/pesan
yang terkandung dalam gambar.
• Fungsi compensations, yaitu dapat mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima
dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.

Alasan-alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yaitu:
a. Alasan yang pertama yaitu berkenaan dengan menfaat media pengajaran itu sendiri, antara
lain:
1. Pengajaran lebih menarik perhatian siswa, sehingga menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pengajaran lebih jelas maknanya, sehingga dapat menguasai tujuan pembelajaran
dengan baik.
3. Metode pengajaran akan bervariasi
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan aktivitas belajar, seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.

b. Alasan kedua yaitu sesuai dengan taraf berpikir siswa. Dimulai dari taraf berfikir konkret
menuju abstrak, dimulai dari yang sederhana menuju berfikir yang kompleks. Sebab dengan
adanya media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks
dapat disederhanakan. Itulah beberapa alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi
keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

C. Perbedaan Media dua dimensi dan tiga dimensi

1. Media Dua Dimensi


Media dua dimensi sering disebut media grafis. Media dua dimensi adalah media yang memiliki
ukuran panjang dan lebar. Grafis sebagai media pengajaran dapat mengkombinasikan fakta-
fakta, gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara ungkapan atau grafik.
Kata-kata dan angka-angka dipergunakan sebagai judul dan penjelasan kepada grafik, bagan,
diagram, poster, kartun dan komik. Sedangkan sketsa, lambing bahkan foto digunakan untuk
mengartikan fakta, pengertian dan gagasan yang pada hakikatnya sebagai penyajian grafis.
Contoh media dua dimensi C media grafis, yaitu:
a. Bagan
Yaitu kombinasi antara media grafis dan gambar foto yang dirancang untuk memvisualisasikan
secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atas gagasan. Fungsi bagan adalah untuk
menunjukkan hubungan, perbandingan, jumlah relative, perkembangan, proses, klasifikasi dan
organisasi.
b. Diagram
Yaitu suatu gambaran sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal-balik
terutama dengan garis-garis.
c. Grafik
Yaitu penyajian data berangka. Grafik merupakan keterpaduan yang lebih menarik dengan
sejumlah tabulasi data yang tersusun dengan baik. Tujuan dalam grafik adalah memperlihatkan
perbandingan, informasi kualitatif dengan cepat serta sederhana. Beberapa macam grafik
diantaranya yaitu grafik garis, batang, lingkaran, atau piring dan grafik.
d. Poster
Yaitu kombinasi visual dari rancangan yang kuat dengan makna dan pesan dengan maksud untuk
menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti
dalam ingatannya. Poster berguna untuk motivasi, peringatan dan pengalaman yang kreatif.

e. Kartun
Yaitu penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan, atau situasi
yang didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat.
f. Komik
Yaitu suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam
urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberi hiburan kepada para
pembaca.

2. Media Tiga Dimensi


Yaitu media yang mempunyai panjang, lebar dan isi. Media tiga dimensi yang sering dipakai
adalah model dan boneka. Model adalah tiruan 3 dimensional dari beberapa objek nyata yang
terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, terlalu ruwet untuk dibawa
ke kelas, dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya.
1) Jenis model dan penggunaannya
a) Model padat (solid model), yaitu memperlihatkan bagian permukaan luar dari pada objek dan
sering kali membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan-gagasan utamanya dari
bentuk, warna dan susunannya. Contoh model padat yaitu boneka, bendera, bola, anatomi
manusia. Guna model padat untuk membantu dan melayani para siswa sebagai informasi
berbagai pengetahuan agar siswa lebih paham dalam pelajaran.
b) Model penanpang (cuteway model), yaitu memperlihatkan bagaimana sebuah objek itu
tampak, apabila bagian permukaannya diangkat untuk mengetahui susunan bagian dalamnya.
Model ini berguna untuk mata pelajaran biologi, karena berfungsi untuk mengganti objek
sesungguhnya.
c) Model kerja (working model), yaitu tiruan dari objek yang memperlihatkan bagian luar dari
objek asli. Gunanya untuk memperjelas dalam pemberian materi kepada siswa.
d) Mock-ups, yaitu penyederhanaan susunan bagian pokok dan suatu proses atau sistem yang
lebih ruwet. Guru menggunakan mock-up untuk memperlihatkan bentuk berbagai objek nyata
seperti kondensator-kondensator, lampu-lampu tabung,serta pengeras suara, lambing-lambang
yang berbeda dengan apa yang tertera di dalam diagram.
e) Diorama, yaitu sebuah pemandangan 3 dimensi mini bertujuan menggambarkan pemandangan
sebenarnya.
2) Jenis boneka dan penggunaannya
Contohnya boneka tangan, dan wayang yang dapat digunakan agar siswa menjadi lebih tertarik
untuk belajar.

D. Berbagai bentuk media audio visual


Media audio visual terdiri dari dua kata yaitu audio dan visual. Audio artinya pendengaran atau
dapat didengar, sedangkan visual yaitu yang Nampak oleh mata atau yang kelihatan. Jadi media
audio visual adalah media yang dapat didengar dan dapat pula dilihat oleh panca indera kita.
Contoh media audio visual yaitu televisi dan computer.
Kelebihan media Audio Visual, yaitu:
o Pada televisi; televisi bersifat langsung, dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas-
kelas, seperti orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa, melalui penyiaran
langsung/rekaman.
o Menghemat waktu guru dan siswa.
o Televisi bersifat langsung dan nyata, sehingga siswa dapat dengan jelas melihat program apa
yang lagi ditayangkan dan dapat memaksimalkan fungsi inderanya yaitu mata dan telinga.
o Lebih menarik minat siswa
o Pelajaran lebih bervariasi dan berkesan
o Jangkauannya luas

Kelemahan media audio visual adalah:


o Keanekaragaman siaran di TV menyulitkan guru untuk memilih siaran mana yang baik dan
sesuai dengan pelajaran.
o Alat dan dana yang tidak memungkinkan.
o Menyita waktu guru, karena harus menjelaskan lagi setiap peristiwa yang ada.
o Tidak setiap guru mampu menjelaskan peristiwa yang ada secara gambling.

E. Kriteria pemilihan media pelajaran


Faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pendidikan adalah sebagai berikut
- Relevansi pengadaan media pendidikan edukatif
- Kelayakan pengadaan media pendidikan edukatif
- Kemudahan pengadaan media pendidikan edukatif
Harus disadari bahwa setiap media memiliki kelemahan dan kelebiha. Pengetahuan tentang
keunggulan dan keterbatasan media menjadi penting bagi gurudapat memperkecil kelemahan
atas media yang dipilih oleh guru sekaligus dapat langsung memilih berdasarkan kriteria yang
dikehendaki.
Kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu:
• Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang
telah ditetapkan baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.
• Keterpaduan (validitas).Media harus tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta,
konsep, prinsip atau generalisasi.
• Media harus praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya
lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu
yang lama bukanlah jaminan. Sebagai media yang terbaik. Sehingga guru dapat memilih media
yang ada, mudah diperoleh dan mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya
dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang ada di lingkungan sekitarnya,
dan mudah dibawa dan dipindahkan ke mana-mana.
• Media harus dapat digunakan guru dengan baik dan terampil. Apapun medianya, guru harus
mampu menggunakan dalam proses pembelajaran. Komputer, proyektor transparansi (OHP),
proyektor slide, dan film, dan peralatan canggih lainnya tidak akan berarti apa-apa jika guru
belum dapat menggunakannya dalam proses belajar mengajar di kelas.
• Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan
teknis tertentu. Misalnya visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan
dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.
• Media yang digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir siswa. Media yang digunakan harus
dapat menunjang dan membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran tersebut sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
Menurut Prof. Drs Hartono Kasmadi M.Sc bahwa dalam memilih media pendidikan perlu
dipertimbangkan adanya 4 hal yaitu: produksi, peserta didik, isi, dan guru.
1) Pertimbangan produksi
- Availabilty
- Cost
- Physical condition
- Accessibility to student
- Emotional impact.
2) Pertimbangan peserta
- Students characeristics
- Students relevance
- Students involvement
3) Pertimbangan isi
- Curriculair – relevance
- Content-soundness
- Presentation
4) Pertimbangan guru
- Teacher-Utilization
- Teacher peace of mind
BAB III
PENUTUP

Media merupakan suatu perantara (alat) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan
media yang tepat dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Media dua dimensi
dan tiga dimensi masing-masing berbeda dan mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Media pembelajaran yang diuraikan diatas mampu diaplikasikan dalam pengajaran bahasa
Inggris. Hal ini akan lebih mempermudah bagi guru dan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Seperti yang kita ketahui media pembelajaran itu banyak macamnya. Untuk
proses belajar mengajar yang baik kita harus menggunakan media pembelajaran yang tepat. Oleh
karena itu guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan bahan pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan lancar.

Lestening, Reading, Writing & Speaking ”

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan rancangan makalah dengan judul “Meningkatkan kemampuan
siswa dalam mempelajari materi adjective clause di SMAN 1 JAMBLANG” dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan rancangan MAKALAH (class Action Research) ini penulis banyak
mendapatkan masukan dari instruktur dan teman-teman sekelompok. Untuk itu terima kami
haturkan ungkapan terimakasih yang tulus kepada:
1. Bpk. Hidayat
2. Semua rekan-rekan, dan pihak lain yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini
selesai.
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan siswa SMAN 1 JAMBLANG mampu
meningkatkan pemahamannya tentang materi Reading, Listening, dan Speaking.
Penulis menyadari bahwa penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini masih jauh dari sempurna
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak kami terima dengan
terbuka.

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


2. Identifikasi Masalah
3. Pembatasan Masalah
4. Rumusan Masalah
5. Tujuan Penelitian
6. Manfaat Penelitian

BAB II PEMBAHASAN
1. Deskripsi Teoritik
A. Proses Belajar Mengajar
B. Proses Pembelajaran Bahasa
C. Proses Belajar Mengajar Yang Efektif & Efisien
2. Pembelajaran Reading
3. Pembelajaran Writing
4. Pembelajaran Listening
5. Pembelajaran Speaking
6. Kerangka Berfikir
BAB III METODOTOLOGI PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
2. Objek Penelitian
3. Tempat dan Waktu penelitian
4. Pengumpulan Data
5. Instrumen Penelitian
6. Analisis Data

BAB IV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, salah satu tujuan pembelaaran Bahasa
Inggris di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah mengembangkan kemampuan berkomunikasi
dalam bahasa Inggris dalam bentuk lisan maupun tertulis. Kemampuan berkomunikasi ini
meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis
(writing). Keempat kompetensi ini diharapkan mampu mempersiapkan dan membekali siswa
SMA untuk melanjutkan ke enjang pendidikan yang lebih tinggi atau untuk memasuki dunia
kerja terutama di sektor yangmembutuhkan keterampilan berbahasa Inggris.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Inggris seperti yang tercantum dalam kurikulum,
semua komponen yang terlibat dalam proses belaar mengajar di sekolah harus turut memberikan
dukungan. Dengan memperhatikan bahwa setiap kelas mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda, komponen-komponen yang terkait tersebut harus berupaya meningkatkan keefektifan dan
efisiensi proses belajar mengajar di kelas sesuai dengan karakteristik masing-masing kelas.
Secara umum, tidak semua sekolah dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran Bahasa
Inggris sesuai dengan yang tercantum dalam kurikulum. Masing-masing sekolah menemui
kendala yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan memperhatikan kesulitan-
kesulitan yang dihadapi dan solusi yang diperlukan untuk mengatasinya, maka peneliti berpikir
bahwa perlu ada upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam pembelajaran
Bahasa Inggris di setiap sekolah. berdasarkan kenyataan tersebut, maka upaya-upaya ini pun bisa
diterapkan di SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam pembelajaran
Bahasa Inggris di kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon dengan menggunakan langkah-
langkah penelitian tindakan (actionresearch). Untuk langkah pertama, peneliti akan terlebih
dahulu mengidentifikasi masalah-masalah yang mengganggu proses pembelajaran Bahasa
Inggris di sekolah ini.

2. Identifikasi Masalah
Ada beberapa faktor yang turut berperan dalam upaya peningkatan keefektifan pembelajaran
Bahasa Inggris di kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon. Faktor-faktor tersebut adalah: guru,
siswa, materi yang diajarkan, teknik penyampaian materi, waktu, dan fasilitas yang tersedia.
Sedangkan efisiensi berhubungan dengan semua faktor yang ada selama proses belajar mengajar.
Selain berhubungan dengan faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar mengajar,
pembelajaran Bahasa Inggris juga berhubungan dengan empat macam keterampilan bahasa yaitu
listening, speaking, reading, dan writing.
Untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi pembelajaran Bahasa Inggris, faktor-faktor di atas
(guru, siswa, materi yang diajarka, teknik penyampaian materi, waktu, dan fasilitas yang
tersedia) berhubungan dengan keempat keterampilan bahasa tersebut. Dari sudut pandang guru,
keefektifan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh penguasaan guru tentang grammar,
kosakata, dan konteks wacana. Selain itu juga berhubungan dengan materi yang akan diajarkan.
Pembelajaran yang efektif juga dipengaruhi oleh teknik mengajar guru. Biasanya, siswa akan
merasa bosan jika harus mengerjakan kegiatan yang sama terus-menerus. Perasaan seperti ini
akan menguarangi konsentrasi siswa sehingga mereka tidak akan menangkap materi dengan
baik.

Effective reading tampaknya akan berpengaruh pada effective writing. Sebagai keterampilan
reseptif,reading memberikan stimulus pada writing (keterampilan produktif). Keefektifan
pembelajaran reading danwriting dari sudut pandang guru kemungkinan akan memberikan hasil
yang optimal jika guru menggunakan potensinya secara efisien. Efisiensi
pembelajaran reading juga dipengaruhi oleh penggunaan fasilitas yang tersedia. Penggunaan
fasilitas yang tersedia secara optimal akan membantu siswa dalam memahami materiyang
diajarkan dan memberikan pengetahuan serta gagasan untuk dikembangkan dalam writing.
Biasanya siswa akan menemukan gagasan ketika mereka menghubungkan pembelajaran bahasa
dengan kondisi di sekelilingnya.
Keterampilan bahasa yang lain yaitu listening dan speaking. Dari sudut pandang guru, effectif
listening berkaitan dengan penguasaan guru terhadap grammar, kosakata, dan pronunciation.
Mereka yang menguasai ketiga faktor tersebut akan dapat memahami pembicaraan orang lain
dengan mudah. Guru adalah sumber pengetahuan di kelas, oleh karena itu kompetensi yang
dimilikinya uga akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar.
Pembelajaran listening yang efektif akan berpengaruh positif terhadap speaking karena
keberhasilan dalam listening membuat pembelajarn speaking lebih mudah. Keefektifan ini juga
tergantung pada informasi yang disampaikan guru terhadap siswa. Praktik berbahasa Inggris di
dalam kelas akan membentu siswa mengekspresikan gagasannya dalam bahasa Inggris.
Pembelajaran listening dan speaking akan lebih efisien jika guru memberikan masalah-masalah
untuk didiskusikan. Dalam diskusi ini, beberapa siswa mempraktikkan listening dan yang
lainnya mempraktikkan speaking. Jadi, pembelajaran listening danspeaking ini bisa dilakukan
secara terpadu.
Keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris tidak hanya dilihat dari
sudut pandang guru saja, karena proses belajar mengajar juga berhubungan dengan faktor-faktor
yang lain. Jika dilihat dari sudut pandang siswa, pembelajaran reading tergantung pada
kebutuhan siswa untuk membaca. Kebutuhan itu bisa saja dilakukan untuk melakukan kegiatan
tertentu, seperti menjawab pertanyaan dulu kemudian baru membeca materi. Jadi, mereka bisa
menemukan apa yang mereka butuhkan dengan mudah.
Jika dilihat dari sudut pandang siswa, keefektifan dalam pembelajaran listening bergantung pada
konsentrasi mereka selama proses belajar mengajar, penguasaan kosakata, dan pronunciation.
Seperti pada reading, agar pembelajaran listening lebih efektif maka siswa harus terlebih dahulu
mengetahui kebutuhannya, sehingga mereka tahu apa yang harus mereka dengarkan.
Keefektifan dalam pembelajaran speaking berhubungan dengan keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar. Siswa yang aktif akan memperoleh lebih banyak kesempatan
untuk mengungkapkan gagasannya sehingga akan lebih lancar berbicara dalam bahasa Inggris.
Selain dipengaruhi oleh peran siswa di dalam kelas, proses belajar mengajar juga dipengaruhi
oleh penggunaan fasilitas yang tersedia. Penggunaan fasilitas pembelajaran secara optimal akan
sangat membantu proses belajar mengajar Bahasa Inggris.
Jika dilihat dari sudut pandang materi yang diajarkan, keefektifan
pembelajaran reading berhubungan dengan tingkat kesulitan materi. Materi yang berkaitan
dengan kegiatan sehari-hari akan lebih efektif karena sudah akrab dengan siswa, sehingga
mereka akan lebih mudah memahami materi tersebut.
Dalam pembelajaran writing, keefektifan berhubungan dengan fase-fase dalam
menggunakan materi yang diperoleh. Misalnya, proses belajar mengajar dimulai dari
pembelajaran kata dalam kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf yang baik, dan

menyusun paragraf menjadi teks. Pemberian materi secara tepat akan memberikan hasil yang
optimal. Selain itu, faktor lain yang turut berpengaruh adalah penggunaan waktu dan tenaga
secara efisien. Efisiensi dalam penggunaan waktu dan tenaga akan membantu siswa dalam
menghasilkan pekerjaan yang lebih baik dalam writing.
Berhubungan dengan materi yang diajarkan, keefektifan pembelajaran listening dipengaruhi oleh
keautentikan materi tersebut. Siswa akan lebih mudah memahami materi yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang sering mereka dengar, misalnya berita dari televisi atau radio,
prakiraan cuaca, instruksi, pengumuman, lagu, dan sebagainya. Selain dipengaruhi oleh
pembicara yang mereka dengarkan, apakah pembicara itu penutur asli atau bukan, efisiensi dapat
dicapai melalui penggunaan fasilitas seperti laboratorium bahasa dan tape recorder.
Keautentikan materi juga berpengaruh pada keefeektifan pembelajaran speaking. Siswa akan
lebih mudah mengekspresikan masalah-masalah yangsering mereka hadapi dalam kehidupannya.
Dalam mengungkapkan masalah-masalah itu, siswa akan melibatkan pikiran dan perasannya
sehingga komunikasi yang dilakukan akan tampak natural. Efisiensi dalam speaking
berhubungan dengan level siswa. Siswa dibagi dalam tiga level, yaitu beginner (pemula),
intermediate, dan advanced. Bagi pemula, akan lebih efektif dan efisien jika diberikan materi
yang sederhana dulu kemudian baru materi yang lebih kompleks.
Berhubungan dengan teknik yang dipakai dalam proses belajar mengajar, pembelajaran reading
berhubungan dengan mikro skills: scanning, skimming, explicit dan implicit reading, menarik
kesimpulan dari konteks, dan membaca untuk hiburan. Keefektifan berhubungan dengan mikro
skills yang terlibat. Penggunaan teknik yang bervariasi dalam pembelajaran akan mengurangi
kebosanan siswa. Selain itu, efisiensi juga berhubungan dengan karakteristik kelas. Misalnya
untuk kelas yang pasif, explicit reading dan membaca untuk hiburan akan lebih sesuai.
Pembelajaran listening dapat dilakukan dengan berbagai teknik, misalnya mendengarkan tape
recorder, menjawab pertanyaan berdasarkan teks, menulis ulang lagu, mendengarkan radio dan
televisi, dan sebagainya. Keefektifan berhubungan dengan pemilihan teknik yang tepat untuk
kelas tertentu. Sedangkan efisiensi berhubungan dengan penggunaan fasilitas yang tersedia.
Keefektifan dalam pembelajaran speaking berkaitan dengan kegiatan siswa selama proses belajar
mengajar, apakah mereka aktif atau tidak. Salah satu upaya untuk mendorong siswa menjadi
aktif adalah dengan menggunakan information gap. Caranya dengan membagi kelas menjadi dua
kelompok. Kelompok A mendapatkan informasi yang tidak diketahui oleh kelompok B, dan
sebaliknya. Dengan cara ini akan terjadi komunikasi antara kelompok A dan B secara alami.
Untuk memperoleh hasil yang optimal, proses ini harus efisien. Dalam hal ini efisiensi
berhubungan dengan topik, apakah topik itu menarik atau tidak.
Berhubungan dengan waktu dan tempat yang tepat untuk proses belajar mengajar, tidak ada
perbedaan antara reading, listening, speaking, dan writing. Keefektifan dan efisiensi tergantung
pada tingkat kesulitan materi. Misalnya, reading dan writing membutuhkan banyak konsentrasi,
oleh karena itu akan lebih efektif jika dilakukan pada pagi hari. Sedangkan untuk pembelajaran
listening dan speaking dapat dilakukan pada siang hari.
Keefektifan dan efisiensi berhubungan dengan tempat yang sesuai untuk proses belajar mengajar
listening, speaking, reading, dan writing berkaitan dengan ketersediaan media di dalam kelas.
Misalnya, pembelajaran reading, speaking, dan writing dapat dilakukan di dalam kelas. Tetapi,
pembelajaran listening akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan di laboratorium bahasa,
karena disana tersedia peralatan yang diperlukan untuk pembelajaran seperti tape recorder, kaset,
dan sebagainya.
Penelitian ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses
belajar mengajar Bahasa Inggris pada kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon pada tahun
ajaran 2014/2015.

3. Pembatasan Masalah
Masalah-masalah dalam penelitian ininterfokus pada pengenalan dan penerapan tindakan-
tindakan yang dapat dilakukan oleh semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran
untuk turut berperan dalam upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses
belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon pada tahun ajaran
2014/2015.

4. Rumusan Masalah
Seperti apakah perencanaan, penerapan, dan evaluasi yang dilakukan untuk meningkatkan
keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas X SMA Negeri 1
Jamblang, Cirebon pada tahun ajaran 2014/2015?

5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk perencanaan, penerapan, dan
evaluasi yang dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses
belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon pada tahun ajaran
2014/2015.

6. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru Bahasa Inggris di kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon, hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan aktifitas yang efektif dan efisien dalam
pembelajaran Bahasa Inggris,
2. Bagi guru-guru yang lain, baik dari sekolah ini maupun dari sekolah lain, hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan aktifitas yang efektif dan efisien dalam
pembelajaran di kelas.
3. Bagi Kepala SMA Negeri 1 Jamblang, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi
untuk menyusun atau merencanakan proses belajar mengajar secara terpadu yang efektif dan
efisien.
4. Bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana
untuk mengungkapkan gagasan dalam rangka mengembangkan proses belajar mengajar yang
efektif dan efisien.
5. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat, terutama
untuk mengembangkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Deskripsi Teoretik

A. Proses Belajar Mengajar


Menurut Goetting (1942: 3), kata belajar. Seperti yang dipakai saat ini, harus dilihat dari dua
sudut pandang. Satu sudut pandang menganggap belajar sebagai suatu proses atau aktifitas.
Kemudian, sudut pandang yang lain menekankan belajar sebagai suatu hasil atau produk.
Sedangkan mengajar adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk menghasilkan perubahan pada
peserta didik (siswa) untuk memberikan dorongan, bantuan, dan pengarahan untuk perubahan
tertentu. Sedangkan ahli lain, nunan (1989: 84) menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang
utama adalah menentukan proses belajar mengajar, merencanakan pembelajaran, dan
menggunakan strategi yang sesuai. Menurut Edgarstones (1979: 9), secara ideal pengajaran
meliputipenyusunan lingkungan belajar secara sistematis dengan menggunakan prinsip-prinsip
pembelajaran yang relevan dan disesuaikan dengan kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan perubahan seefektif dan seekonomis mungkin.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar terdapat dua
istilah: belajar mengacu pada peserta didik (siswa) dan mengajar mengacu pada pengajar (guru).
Ada tiga hal utama dalam proses belajar mengajar, yaitu pembentukan dan perumusan strategi,
proses penerapan strategi, dan penilaian hasil yang diperoleh (evaluasi). Proses belajar mengajar
bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada peserta didik. Karena subjek yang akan dikenai
perubahan adalah peserta didik, maka proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan kondisi
psikologis peserta didik agar tujuan tersebut dapat tercapai.

B. Proses Pembelajaran Bahasa


Pembelajaran bahsa melatih siswa untuk memperhatikan nilai-nilai dalam komunikasi sehingga
mereka dapat menggunakan bahasa dengan tepat. Littlewood (1984) menyatakan bahwa
pembelajaran bahasa adalah respon alami terhadap kebutuhan komunikasi (baik produktif
maupun reseptif). Oleh karena itu, kita harus berusaha meyakinkan peserta didik agar selalu
memperhatikan nilai-nilai komunikasi dari apa yang mereka pelajari. Littlewood juga
menyatakan bahwa di dalam kelas, kegelisahan dapat menjadi penghalang dalam belajar dan
membuat siswa malas untuk mengekspresikan diri pada pembelajaran bahasa kedua. Oleh karena
itu kita harus menghindari kritik yang berlebihan terhadap penampilan mereka, berusaha
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengekspresikan diri, dan menciptakan suasana kelas
yang santai.
Harmer (1983) menyatakan bahwa komponen dalam pendekatan aktifitas yang seimbang adalah
kemampuan guru untuk bisa beradaptasi dan bersikap fleksibel. Kemampuan beradaptasi
mengacu pada kemampuan guru untuk memilih dan mengadaptasi programnya dalam mengajar.
Sedangkan fleksibilitas mengacu pada tingkah laku guru dalam kelas dan kemampuannya untuk
bersikap sensitif terhadap perubahan yang dibutuhkan untuk peningkatan hasil pembelajaran.
Fleksibilitas artinya kemampuan untuk menggunakan berbagai macam teknik dan tidak hanya
terpaku pada satu metodologi saja.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris bertujuan untuk
memberikan kemampuan kepada peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, harus ada kerja sama antara guru dan
peserta didik. Guru harus bisa mengadaptasi kondisi kelas dan bersikap fleksibel dalam
menggunkan teknik yang sesuai.

C. Proses Belajar Mengajar yang Efektif dan Efisien


Menurut Popham dan Baker dalam Hadi dkk (1992), proses belajar mengajar yang efektif adalah
kemampuan untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan dari kemampuan dan persepsi
siswa. Lebih jauh, Popham dan Baker menjelaskan bahwa proses belajar mengajar yang efektif
tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
proses belajar mengajar.
Sedangkan Alatis dan Altman (1981: 44) mengusulkan bahwa untuk memaksimalkan
keefektifan, seorang guru perlu memahami ketidaksesuaian antara apa yang dibawa siswa dalam
situasi pembelajaran bahasa yang formal dan tuntutan yang diminta oleh guru dan teks, tuntutan
sistem ujian, dan harapan untuk prospek ke depan.
Ahli lain, McWhorter (1992: 3) menyatakan bahwa efisiensi adalah kemampuan untuk
menunjukkan sesuatu dengan sedikit usaha, biaya, dan pengeluaran. Efisiensi mencakup
penggunaan waktu dan sumber daya secara efektif untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Sebagai kesimpulan, ada dua hal utama yang diperlukan untuk mencapai proses belajar mengajar
yang efektif. Pertama, harus ada kegiatan analisis kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa adalah
hubungan antara kemampuan dan harapan siswa dari proses pembelajarannya. Kedua, harus ada
gambaran seperti apa sistem ujian yang dipakai. Jadi, harus ada kesesuaian antara kebutuhan
siswa dan sistem ujian.

2. Pembelajaran Reading
Carrel dkk (1988: 12) menyatakan bahwa reading adalah kemampuan bahasa yabg reseptif.
Maksudnyaadalahproses psikolinguistik dimana hal ini dimulai dengan perwujudan unsur
kebahasaan yang disandikan oleh penulis dan diakhiri dengan makna yang dibentuk oleh
pembaca.
Reading (membaca) yang efektif adalah kemampuan seseorang untuk membentuk makna dari
teks yang sesuai dengan maksud penulis. Seseorang dikatakan mempunyai kemampuan
membaca secara efisien jika dia mampu menggunakan waktu yang tersedia dengan efektif untuk
membaca dan memahami makna yang terkandung pada bacaan.
Metode Pembelajaran Bahasa Inggris Yang Efektif Dengan Menggunakan Teknik Jigsaw –
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris dalam kelas hanya sebagian guru yang
menggunakan metode mengajar yang efektif. Mereka sering mengabaikan perlunya
situasi pembelajaran yang menyenangkan dalam kelas sehingga para siswa tidak
merasa bete dan ngantuk sehingga proses pembelajaran dalam kelas jauh dari kata
efektif. Ini mungkin karena teknik atau metode yang digunakan oleh guru itu hanya itu-
itu saja. Sebagai contoh guru mendominasi aktivitas dalam kelas, guru hanya berdiri di
depan kelas dan menjelaskan materi sampai waktu pelajaran habis. Sangat jarang
sekali siswa terlibat dalam proses pembelajaran karena mereka berpikir tidak
mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. Tentunya ini akan
mempengaruhi pemahaman mereka terkait materi yang diberikan.
Oleh karena itu sebagai guru bahasa inggris wajib menggunakan teknik atau metode
yang mendukung proses terjadinya kegiatan belajar mengajar yang efektif. Salah
satunya adalah menggunakan pendekatatan cooperative learning. Banyak guru tidak
tahu bahkan mengabaikan pendekatan ini. Di dalam pendekatan Cooperative Learning,
para siswa harus bekerja dalam grup untuk menyelesaikan tugas. Disini peran guru
berubah yang tadinya memberi informasi atau pusat informasi menjadi fasilitator dalam
proses pembelajaran. Jadi guru hanya berperan menyediakan lingkungan yang
kondusif, menyiapkan materi, membentuk kelompok, mengawasi kerja kelompok dan di
akhir pembelajaran menugaskan dan membantu siswa menyimpulkan dan
menngabungkan material. Ada banyak teknik yang termasuk dalam pendekatan
Cooperative Learning, mereka adalah Diskusi grup , STAD, Mind Mapping, Role
play dan Jigsaw.
Nah.. Pada artikel ini saya akan mengulas Jigsaw teknik yang termasuk pendekatan
Cooperative Learning. Dibawah ini adalah ilustrasi bagaimana jigsaw bekerja.

Setiap potongan dari jigsaw puzzle sangat penting untuk membentuk sebuah gambar
yang sempurna. Begitu juga dengan setiap siswa memiliki peranan penting untuk
membentuk kelompok dan mendukung terciptanya pembelajaran yang efektif. Untuk itu
teknik ini sangat membantu para siswa untuk berpikir kreatif dan tidak bergantung pada
lainnya.

Ada 10 (sepuluh) langkah penting untuk menerapkan Jigsaw teknik di dalam


kelas(www.jigsaw.org) :

1. Pembagian kelompok yang berisi 5 atau 6 orang. Sangat ideal untu kelas yang berisi 30
siswa. Kelompok awal ini bisa dinamakan jigsaw grup.
2. Setiap grup harus memilih ketua yang bisa di katakan paling berani berbicara di
kelompoknya.
3. Materi di bagi menjadi 5 – 6 bagian( untuk setiap anggota grup).
4. Setiap siswa di berikan satu bagian dari materi untuk dipelajari.
5. Siswa harus diberikan waktu untuk membaca dan memahami bagiannya paling tidak dua
kali.
6. Satu siswa dari setiap jigsaw grup yang memiliki bagian materi sama membentuk grup
atau kelompok yang disebut grup ahli atau expert grup. Dalam expert grup mereka
diberikan waktu untuk mendiskusikan poin penting dan menyiapkan materi yang akan
mereka sampaikan pada grup awal mereka.
7. Para siswa kembali ke grup awal atau jigsaw grup.
8. Siswa menyampaikan bagian materi yang mereka diskusikan pada grup expert secara
berurutan sesuai materi. Anggota kelompok yang lain dapat bertanya pada siswa yang
sedang menyampaikan materi.
9. Guru mengawasi proses diskusi dan mengatasi masalah yang terjadi pada grup.
10. Kuis harus diberikan di akhir sehingga para siswa sadar kegiatan belajar tersebut tidak
hanya untuk kesenangan dan permainan tetapi juga ada penilaian untuk proses tersebut.

3. Pembelajaran Writing
Menurut Borowich (1996: 13), untuk melakukan kegiatan writing (menulis) yang efektif
diperlukan banyak waktu, atau bahkan bisa dikatakan pemborosan waktu. Seorang penulis
membutuhkan waktu yang longgar untuk mengekspresikan gagasan, menyusunnya, dan menulis
ulang sehingga menghasilkan tulisan yang baik. Harmer (1983: 48) menuliskan bahwa dalam
mengajarkan writing, guru harus mempertimbangkan beberapa hal, misalnya penyusunan
kalimat menjadi paragraf, bagaimana paragraf digabungkan, dan pengelompokan gagasan
sehingga menjadi tulisan yang koheren.
Dengan mengacu pada teori-teori di atas, seorang penulis akan menghabiskan banyak waktu
untuk menghasilkan tulisan yang baik. Penulis melakukan berbagai langkah, mengungkapkan
gagasan, menyusun dan menulis ulang gagasan tersebut. Efisiensi dapat diperoleh apabila
penulis mempunyai konsep yang jelas sebelum memulai kegiatannya. Menulis secara efektif dan
efisien akan menghasilkan tulisan yang baik yaitu tulisan yang koheren.
Pembelajaran merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar
(learning). Mengajar dilakukan oleh pihak guru sedangkan belajar dilakukan oleh siswa.
“Konsep pembelajaran menurut Dimyati dan mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram
dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar. Sedangkan menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar (Sagala 2006:62).”

Teori Piaget mengemukakan bahwa anak SD berada pada tahap operasional konkret (Sagala,
2006: 27). Pada tahapan ini anak telah mampu berpikir rasional namun belum mampu berurusan
dengan materi abstrak, sehingga dalam mencapai tahapan berpikirnya tersebut anak masih
memerlukan benda-benda konkrit atau dikaitkan dengan suatu pengalaman tertentu, agar dapat
diterima oleh akal secara rasional. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
pembelajaran writing bahasa Inggris di SD pada hakikatnya memerlukan suatu proses, seorang
guru layaknya menugaskan writing melalui serangkaian tahapan yang dapat menunjang proses
berfikir anak. Namun sayangnya beberapa guru SD masih memerintahkan siswanya untuk
melakukan Instant writing. dalam hal ini siswa akan kesulitan jika controlled writing
activities atau guided writing activities sebelumnya tidak diberikan.
Beberapa hambatan yang dirasakan oleh siswa ketika menulis bahasa Inggris disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor internal. Faktor internal ialah hambatan yang timbul dari dalam siswa itu sendiri misalnya
Siswa tidak memiliki vocabulary yang cukup, siswa belum bisa membaca dalam bahasa ibu.
2. Faktor eksternal. Faktor eksternal ialah hambatan yang timbul dari luar diri siswa yaitu dari guru
itu sendiri seperti: Guru tidak menyediakan process writing bagi siswa, sehingga tidak ada
tahapan-tahapan yang dapat membantu siswa dalam membuat karya tulisnya. Guru tidak
mengajarkan menulis dengan menggunakan teknik yang tepat. Guru tidak menyediakan materi
atau media yang menarik dalam aktivitaswriting siswa.
Seperti yang telah ditegaskan sebelumnya bahwa aktivitas menulis membutuhkan waktu
dan proses. Aktivitas menulis sepert halnya aktivitas berbahasa lisan, dimulai dari kontrol
sampai dengan bebas sama sekali. Biasanya guru banyak melakukan guided activities pada
tingkat dasar, tapi walaupun begitu free activities jangan ditiadakan. Pada
umumnya controlled dan guided activities dilakukan untuk memperaktekkan bahasa dan
pemusatan bahasa. Free activities memperbolehkan siswa untuk mengungkapkan ekspresinya
walaupun sederhana, dan untuk tingkat SD mengenai isi tulisan tidak terlalu di permasalahkan.
Untuk lebih jelasnya macam-macam aktivitas tersebut peneliti paparkan sebagai berikut:
1. Controlled writing activities. Writing kadang-kadang digunakan sebagai suatu cara untuk
belajar, memperkuat, atau menguji konsep tata bahasa. Tipe menulis intensip terlihat pada
aktivitas ini. Pada tipe writitng ini tidak mengijinkan siswa berkreativitas banyak pada setiap
bagian tulisannya. Siswa hanya menyalin tulisan atau merubah beberapa struktur tata bahasa
saja. Contoh activitas ini yaitu: straight copying, matching, organising and copying, delayed
copying, copying book, dictation,merubah present tense verbs to past tense.
2. Guided writing activities. Guru sedikit menghilangkan controlled activities nya, namun masih
tetap memberikan beberapa arahan atau tuntunan sebagai sebuah stimulus bagi siswa. Contoh
kegiatan ini ialah fill-in exercises, letters with guided, questions-answers.
3. Free-writing activities. Siswa diberikan kebebasan untuk melakukan aktivitas menulis sesuai
dengan ide, gagasan, dan tujuannya. Guru tidak banyak terlibat dalam aktivitas ini. Contohnya
: narrative writing, report writing, dan description writing.
Berkaitan dengan pembelajaran writing, Orr (Growing up with english, 1999:
79)berpendapat bahwa ada 5 tahapan dalam proses menulis yaitu: prewriting, drafting, sharing,
revising dan publishing. Namun tidak semua tahapan menulis digunakan dalam setiap kegiatan
menulis siswa. Tahapan-tahapan ini dapat disesuaikan dengan keahlian dan umur siswa.

4. Pembelajaran Listening
Harmer (1983) menyatakan bahwa listening (mendengarkan) sebagai suatu keterampilan berbeda
dengan writing. Dalam listening, pendengar tidak dapat melihat apa yang dia dengarkan, tetapi
hanya bisa mendengarkannya. Harmer juga menjelaskan tentang kriteria materi untuk listening.
Menurutnya, dengan melihat kesulitan yang ada dalam materi listening, kita akan mempunyai
gambaran untuk menanganinya. Pertama, kita harus memahami materi seperti apa yang ingin
didengarkan oleh siswa. Kedua, jika memungkinkan, guru memberikan bantuan kepada siswa
untuk memahami teks. Yang terakhir dan mungkin yang paling penting, kita harus yakin pada
kualitas tape recorder yang kita gunakan untuk kegiatan listening.

5. Pembelajaran Speaking
Menurut Finnochiaro dan Bonomo (1973: 110), untuk menumbuhkan minat dan mendorong
komunikasi, percakapan sederhana harus diikutsertakan pada awal pembelajaran, lagu harus
diajarkan, cerita harus diperkenalkan sehingga siswa dapat meresponnya. Tetapi, pada waktu
yang bersamaan juga harus diajarkan tentang unsur-unsur bahasa yang lainnya, seperti grammar
dan pronunciation.
Sedangkan Robinett (1978) menjelaskan bahwa aktifitas lisan akan lebih bisa dikendalikan, atau
dengan kata lain lebih bebas. Dia juga menyatakan bahwa harus diperhatikan juga masalah yang
berkaitan dengan pengucapan (pronunciation) pada waktu mengajarkan speaking.
Kesimpulannya, pembelajaran speaking (berbicara) tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari terutama berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan setiap hari. Untuk mencapai
pembelajaran speaking yang efektif, proses pembelajaran harus berhubungan dengan percakapan
yang autentik. Selain itu guru juga harus bisa mendorong siswa untuk mengekspresikan
gagasannya dalam kelas. Dalam pembelajaran speaking, grammar (termasuk kosakata dan
structure) sebaiknya diajarkan selangkah demi selangkah sehingga siswa dapat mengikuti dengan
baik dan akan tercapai hasil sesuai yang diharapkan.

6. Kerangka Berfikir
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris dapat dicapai jika semua komponen
yang terkait seperti guru, siswa, kepala sekolah, dan guru BK mempunyai kemauan untuk
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Sehubungan dengan kebutuhan untuk meningkatkan proses belajar mengajar Bahasa Inggris,
maka komponen yang terkait tersebut harus melakukan suatu tindakan yang mendorong
pencapaian keberhasilan tersebut. Dalam mengujicobakan tindakan tersebut, mereka
menggunakan prinsip scientific method. Dalam hal ini. Peneliti pertama mengamati proses
belajar mengajar, kedua, mengidentifikasi masalah, ketiga, bekerja sama dengan guru untuk
menemukan pemecahan masalah, dan keempat, mempraktikkan tindakan dan mengevaluasinya.
Hal yang penting dalam penelitian tindakan (action research) adalah kolaborasi. Kolaborasi
artinya seluruh komponen mengetahui dan memahami bentuk tindakan yang akan diterapkan.
Disini tidak ada yang bertindak sebagai pembuat keputusan yang utama, karena semua orang
yang terlibat akan saling berbagi gagasan dan pendapat.
Proses belajar mengajar Bahasa Inggris di kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon pada tahun
ajaran 2014/2015 mencakup banyak faktor, diantaranya guru, siswa, materi, aktifitas, dana,
kurikulum, dan kebijaksanaan sekolah. Untuk mencapai tujuan secara optimal. Semua komponen
harus bisa mengenali masalah, menghubungkan faktor-faktor yang ada dengan masalah yang
dihadapi, dan menerapkan aktifitas yang dapat meningkatkan motivasi siswa dan menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar
mengajar Bahasa Inggris dalam kelas selangkah demi selangkah, mengubah kelas yang pasif
menjadi aktif, dan juga meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Subjek Penelitian
Penelitian ini melibatkan Kepala Sekolah, guru-guru Bahasa Inggris, guru-guru Bimbingan dan
Konseling (BK), siswa-siswa kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon pada tahun ajaran
2014/2015. dan peneliti sendiri.

2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peningkatan keefektifan dan efisiensi dalam proses belajar mengajar
Bahasa Inggris di kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon pada tahun ajaran 2014/2015.
peneliti dan semua komponen yang terlibat dalam penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi
dan menerapkan aktifitas yang dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi dalam pembelajaran
Bahasa Inggris.

3. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Jamblang, Cirebon pada tahun
ajaran 2014/2015. Observasi awal akan dilakukan pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

4. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu dalam bentuk pendapat, pilihan, dan harapan
dari semua komponen. Data akan dikumpulkan melalui pengamatan dan in-dept interview.
Informasi yang didapat akan digunakan untuk merumuskan masalah. Sedangkan teknik yang
akan digunakan untuk memvalidkan data yaitu dengan triangulation melalui in-dept interview
dan pengamatan.

5. Instrumen Penelitian
Peneliti sebagai partisipan dalam penelitian ini akan memimpin penelitian, mengamati, dan
menyusun wawancara. Kemudian, peneliti akan memberikan kuesioner kepada seluruh anggota
penelitian untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada. Selain itu, untuk menambah masukan,
peneliti akan melakukan interview kepada mereka yang ingin memberikan tambahan pendapat
atau masukan. Data yang terkumpul akan ditulis dalam bentuk transkrip dan field-notes.

6. Analisis Data
Data dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan tingkat urgensinya. Kemudian
peneliti bersama guru Bahasa Inggris menentukan masalah-masalah yang paling penting.
Masalah-masalah yang terpilih tersebut kemudian akan disusun menurut urutan hubungan sebab
akibat.
Untuk mencapai tujuan akhir, peneliti selanjutnya akan menganalisis masalah-masalah yang
mempengaruhi keberadaan masalah utama dengan menggunakan teknik analisis objektif.
Kemudian peneliti akan menyusun tujuan-tujuan yang ada berdasarkan kemungkinan untuk
mengatasinya.
Untuk membuat data lebih valid, peneliti akan melakukan teknik triangulation dengan cara
melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait.
BAB IV
PENUTUP
A.SARAN DAN PENUTUP
That is an easy way to make fried rice, will have to try when cooking in a happy
mood. Because it turns out the feeling when cooking can affect flavors. If you do not get along
with instructions to make fried rice on top of it does not need to be applied. Ignore it and use the
recipe to make fried rice you want.
Untuk lebih jelasnya perhatikan dibawah ini :

INFERENCE (Penutup)

That is an easy way to make fried rice, will have to try when cooking in a happy mood.
Because it turns out the feeling when cooking can affect flavors. If you do not get along with
instructions to make fried rice on top of it does not need to be applied. Ignore it and use the
recipe to make fried rice you want.

SUGGESTION (Kritik dan Saran)

Similarly, we can describe the material that is the subject of this proposal, of course, there
are still many shortcomings and weaknesses, because they lack the knowledge and the lack of
reference or the reference has to do with the title of this proposal. Author much hope dear
readers, providing constructive criticism and suggestions for the perfect proposal to the author in
the writing of the proposal in the next opportunities.
Hopefully this paper is useful for writers in particular are also dear readers in general.
Such review this time, may be useful for you and also inspire.
Demikian ulasan singkat tentang penutup sebuah makalah versi bahasa Inggris.
Dan jika ada kata kata yang menyinggung saya minta maaf yang sebesar-besanya.

DAFTAR PUSTAKA

 Alderson, J. Charles. (1992). Evaluating Second Language Education. Cmbridge: Cambridge


University Press.

 Borowich, Jerome N. (1996). Technical Communication and Its Application. California:


Prentice Hall, Inc.

 Carrell, Patricia L. (1990). Interactive Approach to Second Language Reading. California:


Cambridge University Press.
 E. Alatis, James. (1981). The Second Language Classroom Directions for the 1980’s. Oxford:
Oxford University Press.

 Edgarstones. (1979). Psychology of Education: A Pedagogycal Approach. London: Methuen


Co, Ltd.

 Finocchiaro, Mary et al. (1973). The Foreign Language Learner: A Guide for Teachers. New
York: Regents Publishing Company, Inc.

 Goetting, M.L. (1942). Teaching in the Secondary School. New York: Prentice Hall, Inc.

 Harmer, Jeremy. (1983). The Practice of English Language Teaching. London: Longman
Group Limited.

 Littlewood, William. (1984). Language Acquisition Research and Its Implications for the
Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.

 Nunan, David. (1989). Designing Tasks for the Communicative Classroom. Cambridge:
Cambridge University Press.

Diposting oleh Andriz Iniesta di 18.33


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Pengikut
Mengenai Saya

Andriz Iniesta
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2015 (2)
o ▼ Agustus (1)
 MAKALAH BAHASA INGGRIS
o ► Juli (1)

Pengertian Metode Dan Macam–Macam Pembelajaran Bahasa.


1. Pengertian metode
Dalam memberikan pengertian tentang metode, antara satu ahli dengan ahli
yang lain terdapat berbagai macam perbedaan dan variasi. Dalam pengajaran bahasa
salah satu segi yang sering disorot orang adalah segi metode. sukses tidaknya suatu
program pengajaran bahasa sering kali di nilai dari segi metode yang digunakan sebab
metodelah yang menentukan isi dan cara mengajarkan bahasa.
Metode menurut Marasudin Siregar berasal dari perkataan ”Meta” dan
“Hodos”, Meta berarti melalui dan Hodos berarti jalan atau cara, jadi metode berarti
tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.[1]
Metode menurut Sudjana adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik–baik
untuk mencapai suatu maksud. Metode mengandung unsur prosedur yang disusun
secara teratur dan logis serta dituangkan dalam suatu rencana kegiatan untuk
mencapai tujuan. Dengan demikian bahwa unsur-unsur metode mencakup prosedur,
sistematik logis, terencana dan kegiatan untuk mencapai tujuan.[2]
Metode adalah cara yang diatur dan terpikir baik untuk mencapai maksud atau
cara kerja yang bersistem untuk mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan.[3]
14

Metode juga berarti cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan. Makin baik metode itu makin efektif pula pencapaian tujuan.
Untuk menetapkan lebih dahulu apakah sebuah metode dapat disebut baik, diperlukan
patokan yang bersumber dari beberapa faktor–faktor utama yang menentukan adalah
tujuan yang akan dicapai.[4]
Terlepas dari masalah setuju atau tidak setuju dengan pendapat–pendapat di
atas, adalah suatu kenyataan bahwa setiap saat para guru dihadapkan dengan metode
“baru” atau diminta meninjau kembali metode yang selama ini dipakai karena ada
teori baru atau pendapat baru sebagai hasil penelitian terakhir. Tetapi sayang sekali
ajakan untuk mengadakan pembaharuan sering sekali mendapat tentangan- tentangan
yang tidak ringan karena adanya perbedaan–perbedaan doktriner dan kesalahpahaman
yang terdapat dalam bidang metode mengajar bahasa. Di satu pihak kita melihat
metode lama yang tidak mau menerima pikiran–pikiran baru, di lain pihak kita melihat
metode baru yang menunjukkan “kebaruannya” dengan serta merta menolak metode
lama secara keseluruhan, termasuk ide–ide baik yang ada di dalamnya [5]
Karenanya tidak mengherankan kalau di bidang pengajaran bahasa sering
terjadi perubahan–perubahan drastis dari metode A ke metode B, kemudian kembali
lagi ke metode A. hal ini dapat terjadi karena ide-ide baru yang seharusnya
merupakan pengembangan (development) dan perbaikan (improvement) serta
penyempurnaan (perfection) dari ide-ide lama sering kali merupakan penolakan
(rejection) terhadap apa yang telah dicapai sebelumnya. Lapangan metode mengajar
bahasa jadi seperti mode pakaian, sering berganti ganti. Akibat uni semua, pengertian
metode menjadi kabur dan biarpun lapangan pengajaran bahasa sudah berabad–abad
adanya, lapangan ini tidak memiliki rujukan yang sistematis.
Peninjauan pengajaran bahasa asing dari segi metodologi dimaksudkan untuk
menunjukkan bagaimana metode yang satu berbeda dengan yang lain, apa-apa yang
baru dalam metode yang dikatakan baru dan apa–apa yang lama dalam metode yang
dikatakan lama. Disamping itu ditinjau pula secara ringkas perkembangan historis
pengajaran bahasa di dunia serta berbagai macam metode mengajar bahasa yang
pernah diperkenalkan orang.[6]
2. Pendekatan, Metode dan Teknik
Pendekatan, metode dan teknik merupakan tiga istilah yang sering dipakai
dalam bidang pengajaran bahasa. Akan tetapi, terasa perlu untuk menghaluskan
pengertian tiga kata tersebut Memang secara awam kita dapat mempergunakannya
secara bergantian, tetapi secara teknik istilah perlu kiranya kita coba menyepakati
penghalusan pengertian..Edward Anthony, ketua Departemen Linguistic di Universitas
Pittsburgh Amerika, telah memberikan satu usul pembedaan tiga istilah ini secara
cermat.[7]
Secara profesional konsepsi–konsepsi tentang pengajaran bahasa sudah
selayaknya kalau dinyatakan dengan istilah–istilah yang tepat dan dapat disetujui oleh
semua pihak yang bergerak dalam bidang yang sama. Dalam rangka mencapai tujuan
inilah perlu dibedakan antara istilah pendekatan (approach), metode dan teknik.
a. Pendekatan
Trio pendekatan, metode dan teknik mempunyai hubungan secara hirarki.
Hubungan ini menggambarkan bahwa teknik merupakan suatu hasil dari metode yang
selalu konsisten dengan pendekatan. Bagi Anthony pendekatan merupakan suatu
aksioma, sesuatu yang baku, dan tidak dapat lagi di bantah akan kebenarannya. Ia
mengatakan: “I view an approach – any approach – as a set of correlative assumptions
dealing with the nature of language teaching and learning“. Pendekatan merupakan
salah satu latar belakang filosofis mengenai pokok bahasan yang hendak diajarkan.[8]
Approach menyatakan pendirian, filsafat, keyakinan, yaitu sesuatu yang
diyakini tetapi tidak mesti dapat dibuktikan. Approach terdiri dari serangkaian asumsi
mengenai hakekat bahasa dan pengajaran bahasa serta belajar bahasa. Misalnya saja
asumsi dari aural–oral Approach yang menyatakan bahwa bahasa itu adalah apa yang
kita dengar dan ucapkan sedangkan tulisan hanyalah representasi dan ujaran. Asumsi
yang berhubungan dengan pengajaran dan belajar bahasa, misalnya ialah bahwa aspek
menyimak dan bercakap-cakap (listening and speaking) harus diajarkan lebih dulu
sebelum aspek membaca dan menulis (reading and writing).[9]
b. Metode
Metode merupakan satu rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara teratur
bahan-bahan bahasa, tak ada bagian-bagiannya yang saling bertentangan, dan
semuanya berdasarkan pada asumsi pendekatan. Pendekatan ini bersifat aksiomatik
dan metode bersifat prosedural.
Dalam satu pendekatan bisa terdapat banyak metode. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi presentasi/penyajian bahasa teratur bagi para pelajar.
Mengajarkan bahasa Inggris kepada orang Indonesia akan berbeda dengan
mengajarkan bahasa Inggris kepada orang Cina. Juga tujuan pengajaran bahasa
menentukan pula metode dan presentasi pengajaran bahasa, seperti untuk membaca,
untuk berbicara lancar, atau untuk terjemahan.
Pendekatan aural-oral biasanya dibarengi dengan metode pengajaran mim-
mem dan pattern-practice atau latihan tubian. Dalam pengajaran bahasa kita telah
mengenal berbagai macam metode. Prof. Mackey telah mendaftarkan kurang lebih
ada 15 macam metode pengajaran bahasa.[10]
c. Teknik
Teknik merupakan usaha pemenuhan akan metode dalam pelaksanaan
pengajaran bahasa dalam kelas. Teknik bersifat implementasionil artinya apa yang
sesungguhnya terjadi dalam kelas atau kata muluknya “strategi” untuk mencapai
sasaran. Teknik harus konsisten dengan metode dan karena itu tidak boleh
bertentangan dengan approach. Teknik ini merupakan satu kecerdikan (yang baik),
satu siasat atau satu ikhtisar yang dipergunakan untuk memenuhi tujuan secara
langsung.
Teknik bergantung pada guru, kebolehan pribadi, dan komposisi kelas.
Seseorang guru sering malu apabila ia dikunjungi oleh beberapa orang, ia takut bahwa
para pengunjung akan salah paham tentang siasat, ikhtiar, dan kecerdikan yang
dipergunakan untuk mencapai tujuannya secara langsung.
Umpamanya, untuk menerangkan makna kantuk/ngantuk seorang guru
mendemonstrasikan sikap kantuk di dalam kelas. Untuk membedakan bunyi /i/ dari
/r/ seorang guru mempergunakan pensil untuk menghalangi lidah menyentuh gusi.
Jika lidah menyentuh gusi, maka akan terjadi bunyi /i/.
Laboratorium bahasa, kaset, tape recorder, closed circuit television, fotografi,
dan semua peralatan teknik dewasa ini dalam pengajaran bahasa merupakan teknik.
Kekompleksian mesin dewasa ini dalam pengajaran bahasa berdasarkan pada metode
dan pendekatan yang telah ditentukan.[11]
Pembedaan istilah pendekatan, metode, dan teknik seperti di atas kiranya
akan merupakan sumbangan dalam rangka menempatkan bidang pengajaran dan
pelajaran bahasa dari tahap eksperimental-empiris menuju tahap ilmiah.

B. Pengertian Bahasa Inggris, Fungsi dan Tujuan, Ruang Lingkup dan Metode-Metode
Pembelajaran Bahasa Inggris
1. Pengertian bahasa Inggris
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
siswa dan merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari semua
bidang studi. Bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, membuat keputusan yang
bertanggung jawab pada tingkat pribadi dan sosial, menemukan serta menggunakan
kemampuan-kemampuan analisis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan.
Pengertian berkomunikasi dimaksudkan adalah memahami dan mengungkapkan
informasi, pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
budaya dengan menggunakan bahasa tersebut. Kemampuan berkomunikasi dalam
pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana.[12]
2. Fungsi dan tujuan
Dalam konteks pendidikan, bahasa Inggris berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi
dalam rangka mengakses informasi, dana dalam konteks sehari-hari, sebagai alat
untuk membina hubungan interpersonal, bertukar informasi serta menikmati estetika
bahasa dalam budaya Inggris.
Mata pelajaran bahasa Inggris memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tersebut, dalam bentuk
lisan dan tulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening),
berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).
b. Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris sebagai
salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar.
c. Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar bahasa dan budaya
serta memperluas cakrawala budaya. Demikian siswa memiliki wawasan lintas budaya
dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.
3. Ruang lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Inggris meliputi:
a. Ketrampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
b. Sub-kompetensi yang meliputi kompetensi tindak bahasa, linguistik (kebahasaan),
sosiokultural, strategi dan kompetensi usaha.
c. Pengembangan sikap yang positif terhadap bahasa Inggris sebagai alat komunikasi.
4. Macam-macam metode-metode pembelajaran bahasa Inggris
Tiap-tiap pelajaran mempunyai metode atau cara pengajaran tersendiri, disesuaikan
dengan pelajaran atau materi yang disampaikan. Dalam pengajaran bahasa Inggris
terdapat berbagai macam metode atau cara penyajian atau teknik pengajaran bahasa
Inggris, diantaranya adalah;
a. Metode Grammar-Translation
Metode Grammar translation bukanlah metode baru.Metode ini mempunyai
banyak nama, tetapi telah banyak digunakan oleh guru bahasa selama bertahun-
tahun. Dulu metode ini disebut metode klasik sejak pertama kali digunakan dalam
pengajaran bahasa klasik seperti Latin dan Yunani (chastain,1988). Pada awal abad
ini, metode ini digunakan untuk membantu siswa dalam membaca dan mengapresiasi
literatur bahasa asing.[13]
Menurut guru yang menggunakan metode Grammar-Translation tujuan
fundamental mempelajari bahasa asing adalah agar dapat membaca literatur tertulis
dalam bahasa asing tersebut. Untuk melakukannya, siswa perlu mempelajari aturan
tata bahasa dan kosa kata dari bahasa yang menjadi target. Sebagai tambahan banyak
orang yakin bahwa mempelajari bahasa asing akan membantu meningkatkan otak
mereka.
Peran guru dalam metode ini sangat tradisional, guru adalah otoritas di ruang
kelas. Siswa melakukan apa yang diperintahkan guru sehingga mereka dapat belajar
dari pengetahuan guru.
Karakteristik dari proses belajar mengajar dalam metode Grammar Translation
yaitu sesuai diajarkan untuk menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa yang lain.
Sering kali apa yang mereka terjemahkan adalah materi membaca dalam bahasa
target (asing) tentang aspek budaya dari komunitas bahasa target tersebut. Siswa
belajar tata bahasa secara deduktif yakni mereka diberi aturan tata bahasa beserta
contohnya kemudian disuruh menghafalkannya dan kemudian diminta menerapkan
aturan tersebut ke contoh lainnya. Mereka juga mempelajari paradigma tata bahasa
sebagai kata kerja konjugasi, mereka menghafal bahasa asli mereka seperti
halnya menghafalkan bahasa target.
Adapun evaluasi metode ini yaitu test tulis diberikan kepada siswa untuk
diterjemahkan dari bahasa mereka ke bahasa target, atau sebaliknya. Sering
digunakan pertanyaan tentang budaya dari bahasa target atau pertanyaan untuk
menerapkan aturan tata bahasa juga banyak digunakan.[14]
b. Direct methods
Metode pengajaran dengan direct method maksudnya adalah bahwa pengajaran bahas
Inggris diberikan langsung dengan menggunakan bahasa target (Inggris). Yaitu
langsung menunjuk atau memperlihatkan benda, gambar, langsung dengan bahas
aslinya. Sehingga berdampak pada penguasaan vocabulary yang banyak dengan
menuntut anak untuk berbicara dalam bahasa target.
Dalam mempraktekkan metode ini harus diperhatikan prinsip-prinsip dan prosedur
yang ada, yaitu:
1) Kelas dibentuk, dibuat atau disituasionalkan dalam bahasa target.
2) Hanya mengajarkan vocabulary (kosakata) dan kalimat yang digunakan sehari-hari.
3) Grammar diajarkan secara induktif.
4) Pengajaran diberikan secara oral/lisan.
5) Vocabulary diajarkan melalui demonstrasi, menunjukkan objek atau gambar (dengan
bahasa asli).
6) Baik percakapan dan pemahaman bacaan (juga) diajarkan.
7) Ditekankan pada pembentukan/pengoreksian pronounciation (ucapan) dan grammar
(susunan kata).[15]
Metode ini bagus untuk diterapkan dalam pengajaran bahasa Inggris, murid dapat
mengembangkan kemampuan dan memperkaya melalui kosakata yang diperolehnya
dari percakapan sehari-hari dengan bahasa asli, tanpa harus membuka kamus, sebab
bahasa yang dipergunakan dalam metode ini adalah bahasa target.
c. Audio Lingual
Yakni suatu metode pengajaran bahas yang bertujuan melatih pemahaman
pendengaran (listening comprehension), cara pengucapan yang akurat atau tepat
(accurate pronunciation), mengenali simbol-simbol ujaran seperti grafik dan
kemudian mampu untuk mewujudkannya kembali ke dalam tulisan. Tujuan lain dari
metode ini adalah: (1) untuk mengontrol pola-pola suara bentuk, dan perintah dalam
bahas baru, (2) mengenali item-item kosakata yang terdapat pola tersebut, (3) arti
atau maksud yaitu agar siswa dapat berbicara dengan bahasa tersebut seperti
aslinya.[16]
Selain itu metode ini menuntut siswa untuk aktif berbahasa di kelas sehingga
menghilangkan kejemuan dan membuang rasa takut berbahasa. Prosedur
pengajarannya adalah (menurut Brooks yang dinukil oleh Jack C. Richards dan
Theodore S. Roggers):
1). Student first hear 2 model dialogue (either read by teacher orang on tape)
containing the key structure that are the focus of the lesson. They repeat each line
of the dialogue, individually and in chorus. The teacher pays attention to
pronunciation, intonation, and fluency. Correction of mistake of pronunciation orang
grammar is direct and immediate; the dialogue is memorized gradually, line by line.
A line may be broken down into several phrases if necessary. The dialogue is read a
loud in chorus, one half staying on speakers part and the other half responding. The
students do not consult their book through out this phrase.
2). The dialogue is adapted to the students interest orang situation through changing
certain key words orang phrases. This is acted out by the students.
3). Certain key structures from the dialogue are selected and used as the basis foe
pattern drills of different kind. These are first practiced in chorus and then
individually. Some grammatical explanation may be offered at this point, but this is
kept to an absolute minimum.
4). The students may be refer to their text book, and follow up reading, writing or
vocabulary activities based on the dialogue may be introduced, at the beginning
level, writing is purely imitative and consist of little more than copying out
sentences that have been practiced. As proficiency increases, student may write out
variations or given topics with the help of framing question, which will guide their
use of the language.
5). Follow up activities may take place in the language laboratory, where further
dialogue and drill work is carried out.[17]

Maksudnya adalah bahwa prosedur pengajaran metode audiolingual sebagai


berikut :
1). Pertama murid mendengarkan contoh dialog baik dari guru ataupun dari kaset yang
berisi tentang struktur kata yang berhubungan dengan pelajaran kemudian murid
mengulangi dialog tersebut secara individu kemudian bersama. Guru harus
memperhatikan pada pengucapan, intonasi dan kelancaran bacaannya. Pemberian
bisa diberikan secara langsung dan dialog tersebut dibahas sedikit demi sedikit, baris
demi baris.
2). Dialog dipilih sesuai dengan situasi atau keadaan di mana murid tertarik dengan
bacaan tersebut dengan mengubah sedikit struktur kata yang terdapat di dalamnya.
3). Beberapa struktur kata dalam dialog tersebut dipilih dan digunakan sebagai dasar
untuk digunakan dalam pola kalimat yang berbeda. Kemudian dipraktekkan secara
bersama-sama kemudian secara sendiri-sendiri. Penjelasan tentang grammar (pola
kalimat) mungkin akan diberikan tapi terbatas.
4). Murid konsentrasi pada buku teks dan memperhatikan bacaan (temanya) tulisan atau
kosakata dalam bacaan tersebut pada level awal. Menulis sedikit demi sedikit lebih
diutamakan dari pada langsung mengopi kalimat yang telah dipraktekkan. Namun
setelah kemampuan bertambah bisa langsung menulis beberapa struktur kalimat yang
bervariasi yang akan mungkin digunakan dalam berbahasa.
5). Semua aktivitas tersebut bisa dilakukan dalam laboratorium bahasa di mana dialog
dan bermacam-macam tugas lain yang lebih lengkap ada di dalamnya.

Metode ini bagus untuk dipraktekkan dalam pengajaran bahasa sebab metode
ini memandang bahasa dengan menyeluruh dan dengan cara yang lebih lengkap,
karena metode ini memperhatikan semua kemahiran berbahasa (mendengar,
berbicara, membaca dan menulis).
Demikian beberapa metode pengajaran bahasa Inggris yang menurut penulis
merupakan metode yang efektif dan dapat diterapkan dalam proses pengajaran
bahasa umumnya dan bahasa Inggris khususnya.
d. Sillent Way Method
Karakteristik mengajar dari metode sillent way adalah siswa mulai belajar
bahasanya melalui bangunan dasar dan suara bahasa. Ini semua diperkenalkan melalui
tabel berwarna suara spesifik dari bahasa. Dengan mengandalkan pada suara yang
sudah diketahui dari bahasa asli mereka, guru tinggal mengarahkan siswa untuk
mengasosiasikan suara dari target bahasa dengan warna khusus yang dimaksud.
Kemudian warna yang sama ini digunakan untuk membantu siswa belajar mengeja
yang cocok dengan suara (melalui tabel kode warna fidel) bagaimana membaca dan
mengucapkan kata dengan benar.
Guru harus menciptakan situasi yang dapat memfokuskan perhatian siswa pada
susunan bahasa. Situasi tersebut akan memberi mereka arahan untuk menangkap arti.
Situasi itu sendiri kadang memerlukan penggunaan penyemangat tapi kadang tidak,
itu semua secara typical hanya melibatkan satu susunan pada satu waktu. Dengan
petunjuk tutur minimal siswa diarahkan memproduksi susunan bahasa. Guru bekerja
bersama mereka, berusaha keras, mengucapkan kata-kata yang dapat dimengerti
penutur asli dari bahasa target. Guru menggunakan kesalahan siswa sebagai bukti
yang dapat menyatakan mana bahasa yang tidak jelas untuk siswa.
Siswa menerima praktek dengan susunan bahasa target secara lebih tanpa
pengulangan untuk mereka sendiri. Mereka mendapatkan kebebasan bahasa dengan
menjelajah dan membuat pilihan. Guru bertanya kepada siswa untuk menggambarkan
reaksi pada pelajaran atau apa saja yang telah mereka pelajari. Hal ini akan memberi
mereka informasi berharga untuk guru dan menyemangati siswa agar lebih
bertanggung jawab untuk belajar.
Tujuan guru menggunakan sillent way yaitu karena siswa harus dapat
menggunakan bahasa untuk ekspresi diri, untuk mengekspresikan pikiran, persepsi dan
perasaan. Untuk dapat melakukannya, mereka perlu meningkatkan kebebasan dari
guru, untuk meningkatkan kriteria dalam diri mereka untuk membetulkannya, dengan
mengandalkan diri mereka sendiri mereka akan lebih bebas. Guru harus memberi
mereka apa yang benar-benar mereka butuhkan untuk mendukung pembelajaran
mereka.
Peran guru dalam metode ini adalah sebagai teknisi atau insinyur. Hanya siswa
yang dapat melakukan pembelajaran tetapi guru dapat mengandalkan apa yang telah
diketahui oleh siswa, dapat memberikan bantuan yang diperlukan mereka,
memfokuskan persepsi siswa, menekankan kesadaran mereka dan memberikan
latihan-latihan untuk memastikan fasilitas mereka dengan bahasa. Guru harus
merespek otonomi siswa dalam setiap usaha mereka untuk berhubungan dan
berinteraksi dengan tantangan baru.
Sedangkan peran siswa adalah memanfaatkan apa yang mereka ketahui,
membebaskan mereka dari tiap hambatan yang merintangi dengan memberi perhatian
sepenuhnya pada tugas yang diberikan serta secara aktif mengajak mereka sama-sama
menjelajah bahasa. Tak ada seorang pun yang dapat belajar untuk kita. Menurut
Gattegno “belajar adalah tanggung jawab individu kita.”
Evaluasi dari metode ini yaitu :
Meski guru hampir tidak pernah memberi tes formal, dia dapat mengukur
belajar siswa tiap waktu. Selama mengajar dihubungkan dengan belajar siswa harus
responsif terhadap kebutuhan belajar yang muncul. Diamnya guru akan
membebaskannya untuk berada di antara siswanya dan waspada akan kebutuhan ini.
Kebutuhan tersebut akan jelas bagi guru yang mengamati perilaku siswanya. Satu
kriteria tentang ya tidaknya siswa belajar adalah kemampuan mereka untuk
mentransfer apa yang telah pelajari ke dalam konteks baru.
Guru tidak akan memuji atau mengkritik perilaku siswa karena hal ini akan
mempengaruhi perkembangan kriteria ke dalam diri mereka.. Guru akan
mengharapkan siswanya untuk belajar pada tingkatan berbeda. Dia harus mengacu
pada perkembangan bukan pada kesempurnaan.[18]
e. Desuggestopedia methods
Metode ini merupakan metode ilustratif seperti yang disebut Celce-Murcia
(1991) sebagai pendekatan afektif humanistik, suatu pendekatan yang sangat
menghargai perasaan siswa. Penemu metode ini George Lazanov percaya bahwa
mempelajari bahasa dapat dilakukan lebih cepat dari biasanya. Alasan untuk
ketidakefisienannya, Lazanov menegaskan, kami akan mengatur psikologis belajar,
kami takut tidak akan dapat berbuat, karena kami dibatasi ketidakmampuan kami
untuk belajar, sehingga kami akan gagal. Hasilnya kami tidak akan mampu
menggunakan kekuatan mental penuh yang kami miliki.
Karakteristik proses belajar mengajar dari metode Desuggestopedia adalah
materi Desuggestopedic dilakukan di ruang kelas yang terang dan ceria. Poster
tentang grammar dipasang di mana-mana agar dapat bermanfaat bagi belajar siswa.
Poster tersebut diganti setiap Minggu untuk menciptakan suasana baru dalam
lingkungan belajar.
Siswa menyeleksi nama-nama dalam bahasa target dan memilih jenis-jenis
pekerjaan baru. Selama pelajaran mereka membentuk keseluruhan biografi dengan
identitas baru mereka.
Lembar kerja siswa dari buku pegangan yang berisi dialog panjang (sebanyak
800 kata) dalam bahasa target. Untuk dialog berikutnya adalah yang diterjemahkan ke
dalam bahasa asal siswa. Ada beberapa catatan untuk kosakata dan grammar yang
harus dicetak tebal dalam dialog.
Guru menghadirkan dialog selama dua bagian, terdiri dari fase utama (fase
reseptif). Pada bagian pertama (bagian aktif) guru membaca dialog, menyesuaikan
suaranya dengan ritme dan titinada musik. Dengan cara ini, seluruh otak (otak kanan
dan otak kiri) siswa menjadi diaktifkan. Siswa mengikuti dialog bahasa target yang
dibaca guru dengan nyaring. Mereka juga ikut mengecek terjemahannya. Bagian
kedua adalah (bagian pasif), siswa mendengarkan dengan tenang ketika guru
membaca dialog pada batas kecepatan normal. Untuk pekerjaan rumah siswa cukup
membaca dialog sebelum mereka tiur, dan lagi ketika mereka bangun pagi berikutnya.
Apa yang mengikuti fase utama kedua (fase aktivasi) dimana siswa terlibat
dalam beragam kegiatan yang didesain untuk membantu mereka memperoleh fasilitas
dari materi baru. Aktivitasnya mencakup dramatisasi, permainan, menyanyi dan
latihan tanya jawab.
Tujuan guru menggunakan Dessugestopesia adalah guru berharap untuk
mengakselerasi proses belajar bahasa asing siswa untuk berkomunikasi setiap hari.
Untuk melakukannya, semua kekuatan mental siswa dikerahkan..Hal ini dilakukan
dengan mensugesti kembali hambatan psikologi siswa yang membawa mereka pada
situasi belajar dan menggunakan teknik untuk mengaktifkan bagian “paraconscious”
otak di bawah kesadaran sepenuhnya.
Peran guru dalam metode ini otoritas di kelas , agar metode ini berhasil, siswa harus
percaya dan menghormati guru. Siswa akan memperoleh informasi lebih baik dari
seseorang jika ada kepercayaan dan mensugesti betapa mudahnya hal ini untuk
kesuksesan mereka.
Ketika siswa mempercayai guru mereka akan merasa lebih aman. Jika mereka aman
mereka akan menjadi lebih spontan dan tidak malu-malu lagi.
Evaluasi dalam metode ini biasanya dilakukan pada siswa secara normal melalui
aktivitas dalam kelas tidak melalui tes formal yang akan mengancam suasana rileks
yang dianggap esensial untuk pembelajaran akselerasi .[19]
f. CLT (Communicative Language Teaching)
Yang dimaksud dengan CLT adalah pengajaran bahas dengan pendekatan
komunikatif seperti dikemukakan oleh Jack C. Richards dan Theodore S. Rodgers,
bahwa: “the communicative approach ia language teaching starts from a theory of
language as communication. The goal of language teaching is to develop what Hymes
(1972) referred to as communicative competence”.[20]
Pendekatan komunikatif ini lahir bermula dari pandangan tentang bahasa, bahwa
bahasa adalah alat komunikasi. Menurut Hymes, teori tersebut menekankan tujuan
akhir pengajaran bahasa adalah kemampuan komunikatif para siswa. Lebih lanjut,
Hymes memperjelas bahwa yang dimaksud mengembangkan kemampuan komunikatif
para siswa adalah hal-hal yang harus diketahui dalam berkomunikasi sehingga mereka
mampu memerankan komunikasi dengan menggunakan bahasa sasaran dengan tepat.
Penekanan pendekatan komunikatif di sini, menurut para ahli bahasa bertujuan
untuk: (1) menjadikan kemampuan komunikatif (communicative competence) sebagai
tujuan pengajaran dalam pengajaran bahasa, (2) mengembangkan prosedur
pengajaran yang menekankan keterkaitan keempat ketrampilan bahasa. Empat
ketrampilan tersebut yaitu: reading (membaca), grammar/structure (susunan kata),
writing (menulis), dan listening (mendengarkan).
Prosedur pengajaran dengan CLT:
1). Presentasi dialog singkat yang didahului dengan motivasi sekitar situasi dalam dialog
tersebut. Contohnya dengan menanyakan pengalaman yang pernah dialami para siswa
berkenaan dengan topik dialog tersebut. Pengajar dapat pula mendiskusikan tentang
orang-orang yang terlibat dalam dialog tersebut, misalnya perannya, settingnya,
pemakaian bahasanya dan lain-lain.
2). Praktek mengucapkan ujaran-ujaran yang tepat, baik secara individu, kelompok,
seluruh kelas separuh kelas yang biasanya diperankan oleh pengajar terlebih dahulu.
3). Pertanyaan berdasarkan dialog yang dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari
dilanjutkan dengan variasi dari pengembangan kelas.
4). Mempelajari ungkapan-ungkapan komunikatif yang ada dalam kelas dialog tersebut
dikontraskan dengan pengembangan yang mungkin telah dimiliki oleh para siswa.
5). Kesimpulan secara umum tentang fokus penggunaan komunikasi yang ada dalam
dialog tersebut baik yang sering digunakan dalam bahasa lisan ataupun tertulis.
6). Kegiatan percakapan yang dilanjutkan dengan percakapan bebas.
7). Menirukan dialog tanpa teks di luar kelas yang dapat diperagakan dalam bentuk role-
play.
8). Memberi pekerjaan rumah tertulis ataupun orally.
9). Evaluasi dengan bentuk ungkapan yang diperagakan secara oral.[21]
g. Community Language Learning
Karakteristik dari proses belajar mengajar dari metode CLL ini adalah siswa
secara tipikal memiliki sebuah percakapan yang menggunakan bahasa asal mereka.
Guru membantu mereka untuk mengekspresikan apa yang ingin mereka kaakan dengan
memberi sepotong terjemahan bahasa target.potongan tersebut direkam, kemudian
dipuar, suaranya seperti suara percakapan ang berubah-ubah, kemudian dibuat
transkip percakapan dan terjemahan dengan bahasa target ditulis dibawahnya.
Transkip percakapan akan banyak membantu siswa. Beragam kegiatan dilakukan
seperti (ujian grammar, pronounciation atau membuat kalimat baru dengan kata-kata
dari transkip) agar siswa dapat lebih menjelajahi bahasa mereka, selama pelajaran
siswa diajak untuk mengungkapkan bagaimana mereka merasakan dan sebaliknya guru
memahami mereka.
Menurut Curran, ada enam elemen yang eiperlukan untuk pembelajaran
nondevensi. Pertama, adalah keamanan, selanjutnya adalah penyerangan, yang
dimaksud Curran adalah bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk menunjukan diri
mereka, terlibat aktif dan menginvestadikan diri mereka dalam pengalaman belajar
caranya dengan mengajak siswa melakukan percakapan mereka sendiri didalam kelas
yang kita observasi. Elemen yang ketiga adalah perhatian, salah satu skill yang
diperlukan dalam mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing adalah kemampuan
mengikuti banyak faktor secara serempak. Untuk menjadikan skill ini lebih mudah
dipelajari, khususnya pada permulaan proses belajar, guru harus membantu
mempersempit sekup perhatian. Ingatkan guru tersebut untuk meminta siswa agar
siswa tidak mengkopi transkipnya selama dia menulis dipapan tulis, sebaliknya dia
meminta siswa untuk memperhatikan apa yang ditulisnya dan menambahkan
terjemahan apa yang bisa mereka lakukan untuk melengkapi transkipnya.
Element keempat adalah refleksi yang terjadi dalam dua cara berbeda selama
pelajaran. Pertama ketika siswa terefleksi pada bahasa saat guru membaca transkip
tiga kali. Yang kedua ketika siswa diminta berhenti dan menadari pengalaman akif
yang mereka alami. Memori asalah element kelima , yaitu integrasi materi baru yang
terjadi dalam diri secara keseluruhan. Element terakhir adalh diskriminasi yakni
membedakan bentuk bahasa target. Kita melihat ini ketika siswa meminta untuk
mendengarkan Human computer dan berusaha untuk menyesuaikan pronounciation
mereka dengan komputer.
Guru yang menggunakan meode CLL menginginkan agar siswanya belajar
tentang pembelajaran mereka sendiri, untuk ikut bertanggungjawab meningkatkan hal
tersebut, dan untuk belajar bagaimana belajar dari satu orang kelainnya. Semua hal
objektif ini dapat dilakukan dengan cara nondensif jika guru dan siswa saling
melengkapi satu sama lain sebagian individu secara utuh memberi makna melalui
pikiran dan perasaan.
Peran guru dalam metode ini pada dasarnya sebagai konselor. Ini idak berarti
bahwa guru sebagai terapis atau guru tidak mengajar . Tetapi lebih pada guru
menyadari seberapa mengancamkah suatu situasi belajar yang baru lagi siswa dewasa,
sehingga secara skill paham dan mensuport siswanya agar lebih berusaha keras untuk
menguasai bahasa target. Pada awalnya siswa sangat bergantung pada guru. Hal itu
sangat diakui namun sebagaimana siswa terus belajar mereka menjadi semakin
independen. Metode CLL telah mengidentifikasi lima tahap pada gerakan ini dari
dependensi ke saling interdependensi dari guru pada tahap I, II, dan III guru fokus
tidak hanya pada bahasanya saja, tapi juga bagaimana menjadi suportif. siswa pada
saat belajar dalam tahap IV karena lebih banyak pengamanan siswa dalam bahasa
serta kesiapan untuk mengambil untung dari koreksi, guru dapat lebih fokus dari
akurasi. Perlu dicatat bahwa akurasi selaliu menjadi fokus meski pada tiga tahap
pertama, berkaitan dengan kelancaran kebalikannya pada bab IV dan V. Evaluasi pada
metode ini adalah tidak ada model evaluasi khusus yang disarankan untuk metode CLL
ini, apapun evaluasi yang dilakukan harus tetap berpegang pada prinsip metode.
Ketika sekolah meminta siswa istirahat di akhir pelajaran, guru merasa pas untuk
melaksanakannya. Selain itu tes kelas buatan guru akan terasa sebagai integratif tes
dari pada tes perlahan. Siswa akan diminta untuk menulis paragraf atau diinterview,
dari pada diminta untuk menjawab pertanyaan yang hanya berkaitan bahasa saat itu
(dibandingkan dengan prosedur evaluasi untuk metode audio lingual). Akhirnya, akan
lebih baik guru untuk memberi semangat siswa agar melakukan evaluasi pribadi untuk
lebih melihat belajar mereka sendiri serta agara lebih sadar terhadap kemajuan
mereka.[22]
h. Total Physical Response (TPR)
Karakteristik proses belajar mengajar metode TPR ini adalah tahap pertama
dari pelajaran adalah model. Instruktur memberikan perintah pada beberapa siswa
kemudian guru ikut melakukan apa yang diperintahkannya bersama siswa tadi. Pada
tahap kedua siswa mendemontrasikan bahwa mereka mampu dan paham perintah
dengan mengerjakannya sendiri, siswa lainnya yang mengamati juga mempunyai
kesempatan untuk mendemonstrasikan pemahaman mereka.
Kemudian guru kembali mengkombinasikan elemen perintahnya agar siswa
dapat mengembangkan fleksibilitasnya dalam memahami ungkapan yang tidak
familier. Perintah yang akan dikerjakan siswa biasanya yang lucu-lucu.
Setelah belajar, agar dapat merespons perintah secara lisan, siswa belajar
untuk membaca dan menulisnya ketika siswa siap untuk berbicara, mereka menjadi
orang yang melakukan perintah. Setelah siswa mulai berbicara, kegiatan ditambah
dengan permainan.
Guru yang menggunakan TPR percaya pentingnya membuat siswa menikmati
(enjoy) pengalaman mereka dalam belajar untuk berkomunikasi dalam bahasa asing.
Sebenarnya TPR dikembangkan untuk mengurangi stress yang dirasakan ketika orang
mempelajari bahasa asing dan kemudian mendorong siswa untuk tekun belajar bahasa
agar melampaui batas percakapan.
Untuk melakukannya, Asher percaya agar dalam belajar bahasa asing didasari
cara bagaimana anak-anak belajar bahasa asli mereka. Peran guru dalam metode ini
bertindak sebagai sutradara bagi perilaku siswa. Siswa sebagai peniru model non
verbal guru. Pada beberapa hal (biasanya setelah sepuluh sampai duapuluh jam)
beberapa akan siap untuk berbicara. Pada point tersebut akan ada latihan peran
dengan individu siswa dengan mengarahkan guru ataupun siswa lainnya.
Evaluasi dari metode ini adalah guru akan tahu secara langsung apakah siswa
paham atau tidak dengan mengamati aksi mereka. Evaluasi formal dapat dilakukan
secara sederhana dengan memberi perintah individu pada siswa untuk melakukan
serangkaian aksi. Ketika siswa meningkat levelnya, performa mereka dalam
melakukan instruksi bisa menjadi dasar evaluasi.[23]

[1] Marasudin Siregar, Metodologi Pengajaran Agama,,( Fakultas Tarbiyah IAIN


Walisongo Semarang,1998), hlm 12
[2]Sudjana, Metode Dan Teknik Pembelajaran Partisipasi, (Bandung: Falah
Production, 2001), hlm 7
[3]Anton M. Moelyono, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), hlm 580
[4]Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars,
1976 ), hlm 4
[5]Muljanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan Dari Segi
Metodologi, (Jakarta ; Bulan Bintaang 1974 ), hlm 8
[6]Ibid.. hlm 8
[7]Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional Metoddologo Pembelajaran Bahasa,
Analisis Konstruktif Antar Bahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa, edisi kedua ( Jakarta
; Erlangga, 1997), hlm. 41
[8]Ibid . hlm .42
[9]Moljanto Sumardi, op.cit. , hlm 11
[10]Ibid. hlm. 12
[11] Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional Metodologi Pembelajaran Bahasa,
Analisis Konstruktif Antar Bahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa, Edisi Kedua,
Jakarta. Erlangga, 1997, hlm. 42
[12]Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 (Standar Kompetensi
Mata Pelajaran Bahasa Inggris sekolah Menengah Pertama Dan Madrasah Tsanawiyah),
Jakarta, 2003, hlm. 7
[13] Diane Larsen-Freeman, Techniques and principles in language teaching,
second edition , (Oxford University Press, New York, 2000), hlm. 11
[14] ibid, hlm18
[15]Jack C. Richard and Thoedore S Rogers, Approaches and Methods in
Language Teaching A description and analysis (Cambridge University Press, New
York,1972) hlm. 9-10
[16]Ibid., hlm. 52
[17]Jack C. Richads and Theodore, op. cit., hlm. 51
[18] Diane Larsen – Freeman, op. cit., hlm. 67
[19] Diane Larsen-Freeman, op., cit, hlm 81
[20]Hymes (1972) dinukil oleh Jack C. Richardo dan Theodore S Rodgers,
Approacties and Methods is Language Teaching, A Descriptial and Analysis (Cambridge
University Press, New York. Eight Printing, 1972), hlm. 69
[21]Jack Richard and Theodore S. Rodgers, op. cit., hlm. 81.
[22] Ibid., hlm. 121.
[23] Diane Larsen-Freeman, op., cit, hlm. 107.

0
Makalah Metode Speaking Bahasa Inggris

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa merupakan sarana kita dalam berkomunikasi antara orang satu dengan orang
yang lainnya. Tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi dengan orang yang ada disekitar
kita. Misalkan ada orang Inggris dating ke Indonesia, namun kita orang Indonesia tidak mengerti
dengan Bahasa Inggris. Makanya orang tersebut tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang
Inggris tersebut.
Di era zaman globalisasi yang maju ini, pentingnya berbahasa Inggris itu sangat
diperlukan. Oleh karena itu, pendidikan Bahasa Inggris wajib diberikan kepada departemen
pendidikan sejak SD sampai dengan Perguruan Tinggi yang ada di seluruh Indonesia. Namun,
sering sekali kesalahan dalam metode pembelajaran membuat siswa atau mahasiswa
beranggapan bahwa bahasa inggris itu sulit.
Dengan adanya anggapan tersebut penulis tertarik untuk membuat mudahnya speaking
bahasa inggris diminati oleh semua orang. Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini yang
berjudul “Metode Mudah Speaking Bahasa Inggris”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini dalah sebagai berikut :
1. Seberapa pentingkah Bahasa Inggris di era globalisasi ini?
2. Mengapa Bahasa Inggris dianggap sulit?
3. Bagaimana metode yang baik agar Bahasa Inggris mudah dipahami?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengasah kemampuan dalam
berbicara debgan bahasa inggris dan mengetahui mudahnya berspeaking Bahasa Inggris.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis, untuk manambah pengetahuan dan wawasan tentang Bahasa Inggris yang diterima
di bangku kuliah.
2. Bagi pembaca, dengan penulisan ini dapat di peroleh informasi tentang metode mudah speaking
Bahasa Inggris.
BAB II
TEORI BELAJAR BAHASA INGGRIS

Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Sangat penting untuk dipelajari. Dalam
dunia pendidikan, pada tahun 90an Bahasa Inggris mulai dipelajari di bangku SMP. Namun,
pada tahun 2000an Bahasa Inggris sudah dipelajri di bangku SD bahkan ada juga yang sudah
mempelajari dibangku TK. Namun walaupun begitu, Bahasa Inggris tetap saja dirasa sulit untuk
dipelajari.
Mengapa Bahasa Inggris begitu tidak mudah untuk dikuasai? Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi sulitnya belajar Bahasa Inggris.
Faktor yang pertama dan yang utama mengapa Bahasa Inggris begitu tidak mudah untuk
dikuasai adalah karena Bahasa Inggris bukan bahasa ibu kita.
Faktor yang kedua, tidak memadainya sistim pendidikan yang ada. Dalam arti, pelaku
pendidikan bahasa Inggris saat ini, baik tenaga pendidik maupun yang dididik, sama-sama tidak
memahami teori dan pendekatan yang efektif untuk diaplikasikan dalam mempelajari Bahasa
Inggris.
Faktor yang ketiga, tentunya adalah faktor internal, yaitu kurangnya kesungguhan
pembelajar Bahasa Inggris itu sendiri dalam mempelajari Bahasa Inggris.
Dari ketiga faktor tersebut, yang perlu penulis bahas adalah faktor yang kedua.

Teori dan Pendekatan Belajar Bahasa Inggris


Menurut Evelyn (2010) dalam English made easy ada 3 teori dalam mempelajari bahasa
asing.
1. Teori Tingkah Laku (Behaviorism Theory)
Menurut pencetusnya, Skinner dan Parlov, belajar bahasa adalah proses pembentukan
kebiasaan melalui kegiatan : stimulus-renponse-reinforcement.
Teori inilah yang mendasari munculnya pendekatan audiolingual yang popular pada
tahun 50 dan 60an. yaitu metode belajar Bahasa Inggris yang menekankan drill atau latihan
pengulangan. Misalnya dengan cara guru mengucapkan kalimat, dan siswa mengulang ucapan
guru tadi beberapa kali. Dengan kata lain, metode ini adalah menghafal pola kalimat atau
percakapan Bahasa Inggris dengan cara mengucapkan berulang ulang.
Kelemahan metode ini :
ketidakmampuan siswa untuk membuat kalimat-kalimat baru selain yang telah dihapal.
Dan kenyataannya, sedikit sekali orang yang bisa mempertahankan hafalannya dalam waktu
yang cukup lama.
2. Teori Kognitif (Cognitive Theory)
Menurut Chomsky, dalam mempelajari bahasa, manusia diciptakan dengan kemampuan
kognitif, yaitu memproses masukan yang diterima dan menciptakan kalimat-kalimat baru yang
tidak terbatas jumlahnya.
Teori ini mendasari munculnya pendekatan baru dalam bahasa inggris, yaitu penekanan
tata bahasa (Grammar).
Kelemahan metode ini :
Dengan pendekatan grammar ini, seseorang kesulitan untuk menggunakan bahasa
Inggris lisan secara lancar, karena dalam berbahasa lisan dituntut respon yang cepat. Selain itu,
banyak kalimat yang secara gramatika benar, namun tidak lazim digunakan dalam bahasa
percakapan (lisan).

3. Teori penyerapan bahasa secara alami ( Acquisition Theory)


Menurut Krashen (1983), proses belajar bahasa terdiri dari 2 cara yaitu, acquisition dan
learning.
Acquisition yaitu proses belajar bahasa secara alami dari pengalaman langsung dalam
berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Sedangkan learning adalah proses belajar bahasa melalui
pemahaman unsur-unsur bahasa yang kemudian digunakan untuk berkomunikasi.
Menurut Krashen, untuk bisa berbahasa Inggris, sesorang tidak perlu belajar secara
formal. Cukup dengan pengalaman langsung berkomunikasi dengan bahasa tersebut, seseorang
dapat menguasinya. Misalnya seorang anak kecil yang secara alami dapat berbicara sesuai
dengan bahasa ibunya.
Kelemahan metode ini :
Metode Krashen ini hanya cocok bagi anak kecil, & sulit bagi orang dewasa. Acquisition
ini memerlukan waktu yang lama, yang umumnya tidak dimiliki oleh orang dewasa. Bayangkan
jika untuk mempelajari bahasa Inggris kita harus tinggal di negara yang menggunakan bahasa
Inggris, tentu membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar.
BAB III
METODE MUDAH SPEAKING BAHASA INGGRIS

Untuk mempermudah kemampuan berbicara(speaking) kita. Di bawah ini akan dijelaskan


beberapa cara / metode yang cukup berguna bagi kita untuk kita coba. Di antaranya yaitu
A. Perbanyak Kosa Kata (vocabulary)
Sebelum kita menguasai Komunikasi dan tata bahasa inggris, maka kita harus memiliki
perbendaharaan kata/ vocabulary yang biasa digunakan setiap hari dalam percakapan. Di sini
kita mengenal dan menguasai sedikita vocabulary untuk membantu memperlancar kita. Akan
terasa sulit jika kita tidak punya dasar sedikitpun mengenai vocabulary dasar yang biasa dipakai
sehari-hari.

B. Membaca dengan Suara Keras


Dengan membaca Bahasa Inggris dengan suara keras, tidak hanya untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan pengucapan kata, namun juga berperan untuk meningkatkan
keterampilan mendengarkan tata bahasa dan kosa kata juga. Pelajarilah Bahasa Inggris dengan
membaca.

C. Mengenal Tata Bahasa Inggris Sederhana


Tata bahasa atau grammar dalam Bahasa Inggris mungkin sulit bagi kita untuk
menguasainya secara sempurna. Namun kita sebenarnya tidak harus pusing mempelajari tata
bahasa atau grammar Bahasa Inggris lebih mendetail. Yang penting kita mempunyai pemahaman
dasar tentang grammar Bahasa Inggris itu menjadi modal kita untuk mengembangkan
kemampuan bahasa inggris di level yang lebih tinggi. Contoh grammar sederhana yang dapat
kita pelajari adalah mengenai noun, verb, to be, adjective, adverb, personal pronoun, tenses
sederhana, seperti simple present tense, continuous tense, past tense future tense dan sebagainya.
Dengan kita sedikit mengetahui grammar dasar itu modal cukup bagi kita untuk
mengembangkan kemampuan yang lebih selanjutnya.

D. Membaca Tulisan Bahasa Inggris


Yang dimaksud bacaan di sini adalah kita menyukai buku-buku, buku cerita tulisan,
cerpen, novel, komik, majalah, surat kabar, dan lainnya dalam Bahasa Inggris. Kebiasaan
membaca teks/tulisan/bacaan Bahasa Inggris akan membuat kita familiar dan kita dapat mengerti
dan menikmati cerita/isi/pesan teks tadi. Selain itu kita dapat menemukan vocab baru sehingga
bertambahlah perbendaharaan Bahasa Inggris kita. Membaca tidak harus dipaksa tetapi
kesadaran kita sendiri dan kita menikmatinya.

E. Percakapan Bahasa Inggris


Bahasa tidak akan ada artinya manakala tidak dipraktekan, manakala tidak diaplikasikan
dalam percapakan kita sehari-hari. Bahasa akan cepat berkembang apabila kita
menggunakannya. Di dalam conversation dengan orang lain dapat membantu kita untuk percaya
diri, dapat membantu kita untuk belajar dari kesalahan, membantu kita belajar dari orang lain.
Silahkan anda mulai bercakap cakap dan berkomunikasi dalam bahasa Inggris kepada teman
yang anda anggap mampu dan lumayan bisa. Tidak apa-apa mungkin Bahasa Inggris kita jelek
tapi percayalah bahwa dengan kita membiasakan diri Bahasa Inggris kita akan dapat
berkembang. Selain dengan teman, kita juga bisa mencoba berkomunikasi dengan guru kita, dan
jika kita memiliki perkumpulan atau English club itu sangat membantu. Manfaatkan sewaktu
anda bepergian dan berwisata di tempat-tempat yang terdapat para turis asing, maka ajaklah
mereka untuk berkomunikasi dengan kita dengan cara yang sopan tentunya. Intinya bahasa akan
cepat mengena dan berkembang ketika kita terbiasa menggunakannya.

F. Mendengarkan Lagu Bahasa Inggris


Salah satu media yang cukup efektif supaya cepat menguasai Bahasa Inggris adalah
dengan kita membiasakan diri dan menyukai lagu-lagu dalam Bahasa Inggris. Kita juga bisa
menyanyikan lagu tersebut. Dengan mendengar lagu-lagu tersebut kita terbisa mendengar kata-
kata dan kalimat dalam Bahasa Inggris. Setelah kita mendengar diharapkan kita juga bisa
menyanyikannya. Selain kita merasa senang dengan lagunya kita juga secara tidak langsung
belajar mengasah listening dan speaking kita. Sehingga kemampuan Bahasa Inggris kita akan
bertambah. Kuncinya senang dengan lagu-lagu Bahasa Inggris, kita mendengarkannya dan kita
juga tidak usah malu untuk menyanyikannya.
G. Menonton Film Berbahasa Inggris
Film luar negeri sangat menarik untuk kita tonton. Kenapa kita tidak memanfaatkannya
juga untuk belajar Bahasa Inggris. Bukankah ini cara yang bagus juga supaya Bahasa Inggris kita
berkembang. Dari sini kita bisa belajar mengenal ungkapan dan kalimat baik baku maupun tidak
baku yang di ucapkan aktor dan aktris luar negeri. Menonton film barat dapat membantu kita
terbiasa dengan kata-kata kalimat, ungkapan dari penutur asli atau native speaker. Ini juga bisa
membantu listening dan speaking kita.
H. Senang dengan Bahasa Inggris
Marilah sebelum kita mempelajari Bahasa Inggris lebih lanjut, kita punya dasar senang
dulu sama Bahasa Internasional ini. Layaknya kita senang dan sayang sama teman atau sama
pacar kita. Jika di dalam hati kita sudah tertanam rasa senang, rasa antusias belajar Bahasa
Inggris, maka itu modal dasar bagi kita untuk memudahkan belajar Bahasa Inggris. Dengan
antusiasme dan senang maka tidak mustahil ilmu Bahasa Inggris akan mudah masuk ke dalam
memori kita.
BAB VI
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari Pembahasan dalam makalah ini, kesimpulan penulis adalah sebagai berikut:
a. Perlu adanya teori dan pendekatan yang efektif untuk diaplikasikan dalam mempelajari Bahasa
Inggris. Ada tiga teori yaitu teori tingkah laku, teori kognitif, dan teori penyerapan bahasa secara
alami
b. Ternyata ada berbagai macam cara agar bisa mempelajari cara bicara (speaking) diantaranya
yaitu memperbanyak kosa kata, membaca dengan suara keras, mengenal tata bahasa inggris
sederhana, membaca tulisan Bahasa Inggris, melakukan percakapan dengan Bahasa Inggris,
mendengarkan lagu Bahasa Inggris, menonton film Bahasa Inggris, dan senang dengan Bahasa
Inggris.

B. SARAN
Dari pembahasan dalam makalah ini, saran penulis adalah sebagai berikut:
a. Belajarlah dengan sungguh-sungguh dalam mempelajari speaking bahasa inggris. Insyaallah
pasti akan bisa.
b. Hendaknya dalam memulai speaking bahasa inggris memperhatikan beberapa teori yang ada
sehingga memudahkan dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Marthayunanda.2009. Trik Belajar Bahasa Inggris Cepat. (http://id.shvoong.com/exact-


sciences/1897293-trik-belajar-bahasa-inggris-cepat/#ixzz28JSa6X8D (04 Oktober 2012
pkl.19.24))
Kasirin, Untung.2011. Belajar Bahasa Inggris: Teori & Pendekatan.
(http://untungkasirin.wordpress.com/2011/11/20/belajar-bahasa-asing-teori-pendekatan/ (04
Oktober 2012 pkl.19.25))

http://karodalnet.blogspot.com/2012/06/cara-mudah-belajar-bahasa-inggris.html
(diakses 04 Oktober 2012 pkl.19.30)

akalah BAHASA INGGRIS tentang metode PERMAINAN dan NYANYIAN


dalam mengajar bahasa inggris

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terlepas dari diabaikannya Pengenalan Bahasa Inggrs di SD, dmana mapel in
tidak terlalu dibutuhkan untuk anak-anak, namun bagi penulis sendiri memliki pendapat
yang berbeda. Bagi penulis Bahasa Inggris perlu diperkenalkan kepada anak-anak
bahkan anak di PAUD dan TK sekalipun. Pengenalan Bahasa Inggris untuk anak-anak
tentunya dengan cara tersendiri dan berbeda dengan anak-anak sekolah lanjutan
seperti SMP dan SMA.
Pengenalan bahasa inggris untuk anak-anak dengan sifatnya yang tidak
membebani, tidak membuat anak bosan, dikemas dalam bentuk bermain sambil belajar,
atau bahkan kesannya bukan belajar tetapi bermain yang memberikan keterampilan
Bahasa Inggris bagi mereka.
Selanjutnya seperti apakah kita mengenalkan Bahasa Inggris kepada anak-anak
? Bahasa Inggris memang bukan Bahasa Ibu, Bahasa Inggris merupakan Bahasa
Asing, namun anak-anak kita memiliki potensi untuk memiliki kemampuan berbahasa
Inggris. Mengenalkan Bahasa Inggris wajib menyenangkan bukan sebaliknya
memaksa dan membebani mereka. Menyanyi, permainan, menggambar, mewarnai,
storytelling, dan lainnya merupakan metode yang efektif untuk introducing bahasa
inggris kepada anak-anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan metode menyanyi dalam bahasa inggris ?
2. Apakah yang dimaksud dengan metode permainan dalam Bahasa Inggris ?
3. Apa sajakah permainan yang dapat digunakan dalam Bahasa Inggris ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Nyanyian (Songs)
Nyanyian adalah serangkaian kata-kata yang dilagukan dengan irama dan nada
tertentu. Dengan nyanyian lagu tersebut, guru dapat mengajak siswa untuk melakukan
kegiatan yang berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari anak.
Menyanyi selain sebagai kegiatan yang dapat membawa fun tersendiri bagi
anak, dapat juga mengembangkan imajinasi dan rasa percaya diri anak, sehingga
memacu anak untuk lebih kreatif dan berani tampil didepan umum, kemampuan anak
dalam bernyanyi pada usia dini ini biasanya didasarkan oleh pengalamannya pada saat
mendengar musik ataupun mendengar orang tua dan orang-orang disekitarnya
bernyanyi.[1]
Lagu diciptakan dengan tujuan utama yaitu :
a) Lagu yang diciptakan hanya sekedar untuk dinikmati dan
b) Lagu diciptakan dengan tujuan pembelajaran.
Lagu dan irama merupakan bagian penting dari kehidupan anak-anak dan juga
merupakan alat atau sebagai media pembelajaran bahasa kepada anak. Yaitu
pengajaran dan pembelajaran terutama bahasa asing, belajar bahasa melalui nyanyian
membuat anak-anak merasa senang dalam pembelajaran karena mereka menikmat
lagu, sambil bernyanyi mereka pun sebenarnya belajar bahasa inggris.
Lagu yang diciptakan untuk pembelajaran anak-anak mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a) Berisi kata, frasa, atau kalimat dengan tema tertentu.
b) Unsur bahasa diulang-ulang.
c) Umumnya nyanyian berkonteks sehingga mudah dihafal.
d) Lagu dinyanyikan dengan gerakan-gerakan anggota badan (action songs)
e) Lagu bisa dinyanyikan diluar kelas oleh anak.
f) Bernada gembira.
Dalam mengajar bahasa inggris dengan lagu, seorang guru perlu
memperhatikan beberapa hal penting, antara lain sebagai berikut :
 Pilihlah lagu yang sesuai dengan karateristik siswa dan tingkat perkembangan bahasa.
 Lirik lagu janganlah terlalu panjang supaya tidak sulit untuk dihafal.
 Lagu sebaiknya menarik, dinamis, dan bernada gembira.
 Untuk tujuan tertentu, misalnya guru ingin mengajar butir bahasa tertentu, maka
pilihlah lagu yang berisi pengulangan butir bahasa tersebut.
 Dalam memilih lagu, perlu dipertimbangkan penggunaan kata-kata sederhana dan
mudah diucapkan.
 Nyanyian pendek dengan kata-kata sederhana dan bernada gembira akan cepat
dihapal oleh anak-anak.
Contoh :nyanyian 1
Sebagai pengantar, lagu twinkle, little star guru dapat menjelaskan atau
bertanya terlebih dahulu kepada siswa tentang arti star. Setelah siswa memiliki konsep
yang jelas, kemudian guru dapa mengajak anak-anak bernyanyi bersama.
What is a star ?
A star : is a small twinkling light
We sometimes see in the night time sky
Stars are far from the earth. The sun
Is a special star that we can see during
The day. A star is also a kind of shape.
Lagunya :
Twin-kle, twin-kle lit-tle star. How I won-der what you are !
Up a-bove the world so high. Like a dia-mond in the sky.
Twin-kle, twin-kle lit-tle star. How I won-der what you are ![2]

B. Permainan (games)
Permainan adalah aktivitas yang dilakukan berdasarkan aturan tertentu. Anak
bermain karena mereka senang. Anak belajar melalui permainan. Pada saat mereka
bermain bersama, anak berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam interaksi
tersebut, keterampilan berbahasa dapat dibangun, terutama menyimak dan berbicara.
Bermain diartikan oleh banyak ahli dengan berbagai cara, misalnya :
1. Menurut Schiller dan Spencer, bahwa anak mempunyai kelebihan energi, dan energi
itu dapat diungkapkan melalui aktifitas bermain.
2. Menurut Karl Groos, melalui kegiatan bermain, seorang anak menyiapkan diri untuk
kehidupannya kelak jika telah dewasa.
3. Menurut Tanley Hall, melalui bermain anak melewati tahap- tahap perkembangan
yang sama dari perkembangan sejarah umat manusia (teori rekapitulasi).
4. Menurut Lazarus, bahwa anak bermain untuk membangun kembali energi yang
hilang. (dalam Anita Yus, 2005).
Beberapa arti metode permainan yaitu :
1. Pembelajaran dengan metode bermain adalah pembelajaran dengan cara seolah–
olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu
konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan
lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
2. Metode permainan adalah cara mengajar yang dilaksanakan dalam untuk permainan.
3. Metode permainan dalam pembelajaran adalah cara untuk menyampaikan pelajaran
dengan sarana bermain. Metode permainan dalam pembelajaran dapat memberikan
kesempatan bagi siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran dan membuat
siswa merasa senang terhadap pelajaran..
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode permainan adalah metode
mengajar dimana cara penyajian materi dengan permainan. Sehingga dengan
permainan tanpa disadari oleh anak/peserta didik bahwa mereka telah disuguhi
pelajaran a. Selain itu, untuk lebih merangsang minat anak-anak belajar. dengan
menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah dimengerti, sehingga mereka lebih
mudah belajar dan menerima penjelasan dari pendidiknya maupun dari orang tuanya.
Metode permainan (games), terkenal dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan
(ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’.
Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran
atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar
yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme..[3]
Menurut beberapa pengalaman para ahli, permainan bahasa yang komunikatif
memiliki enam ciri-ciri, yaitu sebagai berikut:
a) Permainan harus saling berinteraksi.
b) Para pemainan harus memahami aturan yang ada didalam permainan tersebut.
c) Permainan harus memiliki tujuan yang jelas.
d) Konteks kegiatannya jelas.
e) Para pemain harus terlibat secara aktif.
f) Para pemain mendapat aturan khusus dalam bermain.
Dalam melaksanakan suatu pembelajaran dengan suatu permainan perlu diingat
bahwa seorang guru harus terlebih dahulu memberikan arahan kepada siswa, apa yang
harus dikerjakan secara jelas. Siswa harus benar-benar paham terlebih dahulu dengan
apa yang harus dikerjakan.
Berikut beberapa contoh permainan yang dapat dilakukan untuk anak lower
class yaitu sebagai berikut :
1. Simon says
The teacher asks the students to perform actions.
Teacher : “ simons says sit down“.
( siswa duduk)
“simon says put your hands on your head”
(siswa meletakkan tangan dikepalanya)
“simon clap your hands”.
(siswa bertepuk tangan)
Siswa melakukan apa yang dikatakan oleh guru
2. Question answer
Permainan ini melatih pola kalimat tertentu dan ada unsur bersaing antara siswa
dengan kelompok yang lain. Misalnya, pola kalimat what is it ?.siswa dibagi menjadi
dua kelompok, kemudian berlomba memberi jawaban.
Contoh : guess what fruit ?
Teacher : it’s yellow. It’s long. It’s sweet.
What is it ?
Students : it is …. ( a banana )
Teacher : it’s red. It’s round. It’s sweet.
What is it ?
Students : it is …..
Selanjutnya bila sudah lancar, posisi guru dapat diperankan oleh anak. Dapat
juga siswa dan satu kelompok menyiapkan pertanyaan untuk kelompok lain. Siswa
harus menggunakan pola kalimat yang sudah dipelajari atau yang sedang mereka
pelajari dengan menggunakan kosakata yang sudah dikenal.
3. Guessing Games
Guru menunjukkan bungkusan kecil dan meminta siswa untuk menerka apa
yang ada didalam bungkusan tersebut. Ini sangat baik untuk melatih yes/no question.
Contoh :
Students : is it a toy ?
Teacher : no, it is’nt.
Students : is it chocolate ?
Teacher : no it is’nt.
Students : can you eat?
Teacher : yes, I can.
4. Find Differences
Kegiatan yang dilakukan siswa untuk melatih ketelitian siswa yang dilakukan
secara berpasangan atau kelompok. Dua gambar diberikan pada siswa dan mereka
diminta untuk mencari beberapa perbedaan yang ada pada gambar tersebut dengan
menggunakan kosakata bahasa inggris yang sudah dikenal. Mereka juga dapat
bertanya kepada guru atau mencari dikamus.
5. Wisper Game
 Siswa duduk berderet atau melingkar
 Guru membisikkan sesuatu (kata atau ungkapan) kepada siswa pertama. Misalnya, are
you hungry ?
 Siswa tersebut melanjutkan dengan membisikkan ungkapan yang sama kepada
temannya untuk diteruskan membisikkan kepada yang lain.
 Bisikan hanya dilakukan satu kali dan tidak boleh diulangi.
 Siswa terakhir akan menyatakan kata atau ungkapan tersebut dengan suara keras.
Siswa pertama juga mengatakan dengan suara keras, untuk mengetahui apakah
ungkapan yang didengar siswa terakhir sama dengan siswa yang pertama tersebut.
 Situasi akan membuat siswa tertawa jika jika kalimat yang diucapkan siswa terakhir
sangat berbeda dengan kalimat yang didengar siswa pertama.[4]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyanyian adalah serangkaian kata-kata yang dilagukan dengan irama dan nada
tertentu. Dengan nyanyian lagu tersebut, guru dapat mengajak siswa untuk melakukan
kegiatan yang berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari anak.
Lagu diciptakan dengan tujuan utama yaitu :
a. Lagu yang diciptakan hanya sekedar untuk dinikmati dan
b. Lagu diciptakan dengan tujuan pembelajaran.
Permainan adalah aktivitas yang dilakukan berdasarkan aturan tertentu. Anak
bermain karena mereka senang. Anak belajar melalui permainan. Pada saat mereka
bermain bersama, anak berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam interaksi
tersebut, keterampilan berbahasa dapat dibangun, terutama menyimak dan berbicara.
Beberapa contoh permainan yang dapat dilakukan:
 Simon Says
 Question Answer
 Guessing Games
 Find Differences
 Whisper Game.

B. Saran
Penulis mengharapkan kepada pendidik dan peserta didik untuk dapat sadar dan
memahami serta berupaya untuk dapat meningkatkan kualialitas pengetahuan terhadap
pembelajaran Bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami,
selalu memberikan yang terbaik sesuai dengan yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2010. Stategi belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta
Kasihani K.E Suyanto. 2008. English For Young Learners. Jakarta: Bumi Aksara.
Semiawan, : 2003 Paradigma Baru Pendidikan Anak Dini Usia, Bumi Aksara, Jakarta.
http://fitrirohmawati.blogspot.com/2013/12/metode-pembelajaran-pada-pendidikan.html

[1] Semiawan, Paradigma Baru Pendidikan Anak Dini Usia ( jakarta : Bumi Aksara,
2003), hal. 20.
[2] Kasihani K.E suyanto, english for young learners, (Jakarta: PT.Bumi
Aksara,2007), hlm. 115.

[3] Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan, Stategi Belajar Mengajar, (2010: Rineka Cipta, 2010), hal. 30-32.

ips-Tips Meningkatkan Kemampuan Listening

Kemampuan listening dapat ditingkatkan asalkan kita tekun belajar bahasa Inggris. Berikut
adalah beberapa tips berguna bagi kalian yang ingin meningkatkan kemampuan listening :

• Latihan yang paling utama adalah membiasakan telinga kalian untuk mendengarkan orang yang
berbicara dalam bahasa Inggris. Saat ini, sudah banyak media yang dapat kalian manfaatkan
sebagai media pembelajaran, misalnya lagu-lagu barat. Pada latihan awal ini, kalian hanya
tinggal membiasakan diri saja. Apabila kalian melakukannya dengan rutin, maka kalian akan
terbiasa dan ketajaman kalian dalam memahami pun akan terolah.
Selain lagu, kalian dapat mencoba nonton TV channel asing melalui fasilitas TV kabel. Kalian
harus dapat memfokuskan diri pada setiap percakapan dan kosakata yang dilafalkan. Cara lain
yang cukup menyenangkan adalah menonton film berbahasa Inggris favorit kalian tanpa subtitle.
Karena bentuknya percakapan disertai dengan gestur dan mimi, maka kalian akan lebih mudah
memahaminya.

• Latihan selanjutnya adalah kalian harus menambah daftar kosakata kalian beserta cara
pengucapannya. Hal ini akan menyebabkan kalian tidak kesulitan pada saat mendengar kata-kata
yang sulit (karena dialek native). Selain itu, kalian dapat memahami kosakatanya lebih baik.

• Setelah kalian cukup terbiasa dengan mendengarkan pembicaraan dalam bahasa Inggris, kalian
dapat melakukan latihan selanjutnya, yaitu dengan mencoba mendengarkan suatu kuliah singkat
atau presentasi. Latihan tersebut dapat melatih kalian untuk menganalisis gagasan dari suatu
pembicaraan yang kontennya lebih berat. Jangan lupa untuk membiasakan menulis catatan-
catatan kecil untuk membantu dalam menginat detail yang disampaikan. Dengan catatan
tersebut, kalian dapat membuat suatu rangkuman sederhana yang akan memudahkan kalian
dalam memahami apa yang disampaikan pembicara.

Sebenarnya, masih banyak lagi cara untuk mengasah kemampuan listening kalian. Kuncinya
adalah belajar dengan tekun dan mencoba untuk membiasakan telinga kalian dengan percakapan
bahasa Inggris.

Anda mungkin juga menyukai